SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i
BAGIAN I. UANG DALAM KEHIDUPAN ................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tinjauan Sejarah ....................................................................... 1
C. Pengertian Uang, Jenis-jenis dan Fungsinya ............................... 2
BAGIAN II. PENGENALAN MATA UANG DAN PENGGUNAANNYA
DALAM BELANJA ...................................................................... 5
A. Pembelajaran Mata Uang Di Kelas Rendah................................. 5
B. Pembelajaran Mata Uang Di Kelas Tinggi ................................... 10
Latihan ...................................................................................... 13
BAGIAN III. PERHITUNGAN UNTUNG, RUGI, BUNGA, RABAT,
BRUTO, TARA, DAN NETTO ................................................... 14
A. Perhitungan Untung, Rugi dan Bunga ......................................... 14
B. Perhitungan Rabat, Bruto, Tara dan Netto ................................. 15
Latihan .................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
1
BAGIAN I
UANG DALAM KEHIDUPAN
A. LATAR BELAKANG
Uang merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari baik secara
perorangan (individu), kelompok, negara dan perdagangan antar bangsa. Materi yang
menyangkut mata uang dan penggunaannya dikenal dengan nama “Aritmetika
Sosial”. Topik aritmetika sosial merupakan suatu bahan ajar yang mulai diajarkan di
sekolah dasar mulai dari kelas II catur wulan ke-2 hingga kelas VI. Pengajaran
dimulai dengan yang paling sederhana yaitu pengenalan mata uang, menukar mata
uang ke satuan yang lebih kecil, menghitung nilai beberapa keping/lembar mata
uang, membelanjakan, jual beli, untung rugi, bruto, tara, dan netto.
Dalam masyarakat modern, kehidupan manusia sangat dekat dengan
penggunaan uang. Hampir setiap aktifitas berkaitan dengan penggunaan uang, baik
digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah tangga, kegiatan usaha
perorangan dan badan maupun dalam bidang pemerintahan. Sehubungan dengan itu
maka untuk menghayati keterkaitan antara konsep matemetika dengan praktek
kehidupan yang real secara dini aritmetika sosial perlu diberikan sejak kelas rendah
di SD. Hal ini sesuai dengan tujuan umum pengajaran matematika di jenjang
pendidikan dasar (GBPP matematika SD kurikulum 1994) yaitu:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan maupun di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak
atas dasar pemikiran secara logis, rasial, kritis, cermat, jujur dan efektif.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan.
B. TINJAUAN SEJARAH
Sejarah peradapan manusia berevolusi (berkembang secara perlahan) mulai
dari masyarakat primitif hingga masyarakat modern sekarang ini. Kehidupan
masyarakat primitif bergantung pada tempat dimana mereka tinggal dan berdiam
diri. Mereka selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain yang dianggap
dapat menunjang kelangsungan hidupnya. Perebutan tempat subur antar kelompok
yang berpindah-pindah itu sering mengakibatkan konflik perebutan dan perampasan
diantara mereka. Meskipun demikian antar kelompok atau antar suku diantara
mereka sebenarnya tidak menghendaki adanya konflik, mereka cenderung
menghindari konflik karena adanya keperluan hidup yang tidak terpenuhi karena
adanya kelebihan produksi di suatu pihak dan kekurangan produksi di lain pihak
mereka kemudian mengadakan saling tukar barang dengan barang lainnya, barang
dengan hewan dan lain sebagainya yang terkenal dengan nama “barter”. Hingga kini
pola tukar menukar dengan cara barter masih tetap dikenal dan sering dilakukan baik
dalam kegiatan di dalam negeri maupun kegiatan antar negara khususnya di bidang
perdagangan.
Kehidupan manusia, peradapan dan pola pikir yang belum begitu maju
seperti sekarang ini, dimana selalu pelaksanaan perdagangan dengan sistem barter
2
seperti itu sering kali sulit dilakukan. Kesulitan itu antara lain (Solichan Abdullah
1999 : 3) disebabkan oleh:
- Tidak ada satuan pengukur yang umum dan tepat untuk menyatakan nilai barang
dan jasa yang akan dipertukarkan,
- Sulit untuk menyesuaikan minat dari kedua belah pihak,
- Sulit untuk menyesuaikan jumlah permintaan dengan banyaknya barang yang
tersedia.
Karena beberapa kesulitan tersebut kemudian orang-orang mencari sesuatu
yang dapat dijadikan alat tukar dan dapat disetujui oleh semua pihak diantara
mereka. Benda-benda yang pernah dijadikan alat tukar antara lain berupa kuda, biri-
biri, porselin, padi/beras, jagung, anggur, besi, kuningan, tembaga, perak, dan emas.
Benda jenis logam kemudian yang paling banyak digunakan sebagai alat tukar dan
pada akhirnya hanya logam yang tidak berkarat seperti perak dan emas sajalah yang
dapat dipilih. Ukuran nilai tukarnya didasarkan pada berat logam tersebut, misalnya:
1 kg perak dapat ditukar dengan satu karung gandum.
Selanjutnya karena membawa sejumlah logam dalam jumlah banyak dan
berat dirasakan orang-orang saat itu, maka orang-orangpun mulai memikirkan untuk
membuat suatu alat tukar dari logam yang lebih praktis. Akhirnya mulailah orang-
orang membuat alat tukar dari logam dalam bentuk ukuran dan rupa tertentu (tulisan
dan gambar) yang dirasakan lebih praktis dan disukai. inilah cikal bakal uang logam
yang kita kenal sekarang.
C. PENGERTIAN UANG, JENIS-JENIS DAN FUNGSINYA
Sebelum membahas tentang pengajaran Aritmetika Sosial di SD yang berkait
dengan penggunaan uang dalam kehidupan, gambaran sekilas tentang pengertian
uang, jenis-jenis dan fungsinya yang diberikan oleh Amsa Bareta dan Lieke Bareta
(Solichan Abdullah 1999: 4 – 7) adalah sebagai berikut:
1. Pengertian uang
Ada beberapa pengertian tentang uang, antara lain.
a. Secara umum, uang adalah alat yang dapat diterima untuk melakukan tukar
menukar atau transaksi.
b. Berdasarkan hukum, uang adalah benda yang dirumuskan oleh undang-
undang sebagai alat pembayaran yang sah.
c. Berdasarkan fungsinya dalam kegiatan sehari-hari, uang adalah suatu benda
yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
d. Berdasarkan nilainya, uang adalah satuan hitung untuk menyatakan nilai.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa uang adalah
suatu benda dengan satuan hitung tertentu yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran yang sah dalam berbagai transaksi pada wilayah tertentu, dan
keberadaan serta penggunaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Jenis-jenis uang.
Uang yang beredar terdiri atas beberapa jenis, sehingga untuk
mengetahui masing-masing jenis perlu suatu pengamatan khusus melalui
tinjauan tertentu.
Menurut kenyataannya jenis uang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
3
a. Berdasarkan nilai yang terkandung dalam bendanya.
Berbicara mengenai nilai uang, maka kita mengenal dua macam nilai,
yaitu:
1. Nilai Nominal, yaitu nilai tetap yang dibutuhkan atau dicapkan pada
uang kertas dan logam maupun uang plastik.
2. Nilai intrinsik, ialah nilai sebenarnya yang terkandung dalam benda
yang digunakan sebagai uang tersebut.
Pada benda yang disebut uang, dimana terkandung nilai nominal dan nilai
intrinsiknya akan terdapat kemungkinan:
a. nilai nominalnya sama dengan nilai intrinsiknya, atau,
b. nilai nominalnya lebih tinggi dari pada nilai intrinsiknya
b. Berdasarkan bahan yang digunakan
Berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat uang dewasa ini kita
kenal ada tiga jenis uang, yaitu:
1) Uang kertas, ialah uang yang terbuat dari kertas dalam ukuran
tertentu dengan nilai nominal tertentu yang bentuknya
persegipanjang.
Contoh:
- uang kertas Indonesia, bernilai nominal: Rp 100,00; Rp 500,00;
Rp 1.000,00; Rp 5.000,00; Rp 10.000,00; Rp 20.000,00;
Rp 50.000,00;
- Uang kertas Amerika Serikat bernilai nominal: $,1; $, 10; $, 20;
$,100
2) Uang logam, ialah uang yang terbuat dari logam tertentu seperti
emas, perak, tembaga, nikel, dan sebagainya. Bentuk uang logam ini
biasanya bulat pipih dengan pinggiran bergerigi bergelombang atau
rata.
Contoh:
- uang logam Indonesia, bernilai nominal Rp 50,00; Rp 100,00;
Rp 500,00
- uang logam Amerika Serikat $, 10; $,0,25; $,0,50; $,1; $,2
3) Uang plastik, ialah uang yang terbuat dari plastik dalam ukuran
tertentu yang bentuknya persegipanjang. Tahun 1993 indonesia telah
mempunyai uang plastik yang bernilai nominal Rp 50.000,00
c. Berdasarkan produk lembaga yang mengeluarkannya.
Berdasarkan lembaga yang mengeluarkannya, jenis uang dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1) Uang kartal, yaitu uang kertas dan logam yang berlaku sebagai
alat pembayaran yang sah di wilayah negaranya
2) Uang giral, ialah alat pembayaran berupa giro bilyet dan cek
yang dikeluarkan bank kepada seseorang atau badan karena
mempunyai simpanan/rekening di bank yang bersangkutan.
3) Uang kuasi, ialah uang yang tercipta karena adanya simpanan
dari nasabah dalam bentuk simpanan uang berjangka berupa
deposito maupun tabungan.
4
d. Berdasarkan negaranya.
Berdasarkan negaranya, maka uang yang dikeluarkan oleh negara sendiri
disebut sebagai mata uang dalam negeri yang secara hukum hanya
berlaku di negara yang bersangkutan. Uang yang dikeluarkan oleh negara
lain, oleh karena yang bersangkutan disebut sebagai mata uang dalam
negeri, tetapi oleh negara lainnya disebut sebagai mata uang asing
(Valuta asing).
Jenis mata uang yang nilainya kuat biasanya sering digunakan sebagai
alat pembayaran luar negeri yang diterima secara internasional, misalnya:
dollar AS.
3. Fungsi uang sebagai suatu alat
Sesuai dengan fungsi pokoknya, uang ditujukan untuk dijadikan alat
utama dalam memperlancar perdagangan. Sehubungan dengan tujuan tersebut,
maka uang dapat melaksanakan empat fungsi pokok, yaitu sebagai:
a. satuan nilai, antara lain: satuan hitung, nilai ukur umum, dan standar nilai.
Contoh: satuan nilai/moneter di Indonesia disebut Rupiah, satuan nilai di AS
disebut Dollar, dan sebagainya.
Kita juga mengenal adanya satuan mata uang yang terkecil yang hingga saat
ini diadakan perhitungan-perhitungan masih terus berlaku, yaitu sen. Satuan
sen diturunkan dari besaran rupiah yaitu satu rupiah harganya 100 sen.
Tetapi mata uang yang menunjukkan satu sen saat ini tidak kita miliki.
Keberlakuan besaran sen dapat dilihat pada perhitungan uang di bank
misalnya bunga tabungan kita tercatat Rp 325,26 artinya nilai uang tersebut
adalah “tiga ratus dua puluh lima rupiah dua puluh enam sen”
b. alat tukar, atau alat pembayaran yaitu sebagai perantara tukar menukar
dalam perdagangan.
c. alat penimbun kekayaan, yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk
memperoleh barang dan jasa.
d. alat penyelesaian hutang yaitu sebagai standar pembayaran tertunda
Dua fungsi yang disebutkan pertama, yaitu sebagai satuan nilai dan alat
tukar merupakan fungsi primer dari uang, sedangkan dua fungsi yang disebutkan
terakhir merupakan fungsi (derivatif) karena diperoleh dari fungsi primernya.
5
BAGIAN II
PENGENALAN MATA UANG DAN PENGGUNAANNYA DALAM BELANJA
A. PEMBELAJARAN MATA UANG DI KELAS RENDAH (Kelas II/2)
Dalam kehidupan sehari-hari anak sudah terbiasa dengan penggunaan uang untuk
jajan khususnya membeli makanan dan minuman. Kegiatan membeli makanan dan
minuman itu mungkin sudah dilakukannya sejak di taman kanak-kanak. Namun secara
formal pengajaran mengenai mata uang baru dimulai di kelas II/2. Materi yang diberikan di
kelas itu adalah :
• Mengenal satuan-satuan mata uang
Contoh:
Mengenal satuan-satuan mata uang 25 rupiahan, 50 rupiahan, 100 rupiahan, 500
rupiahan, dan 1000 rupiahan.
• Mengenal nilai beberapa mata uang yang sejenis
Contoh:
1 keping mata uang 25 rupia hannilainya = 25 rupiah
2 keping nilainya = 50 rupiah
3 keping nilainya = 75 rupiah
4 keping nilainya = 100 rupiah
1 keping mata uang 50 rupiahan nilainya = 50 rupiah
2 keping nilainya = 100 rupiah
3 keping nilainya = 150 rupiah
• Menukar beberapa keping mata uang sejenis ke satuan mata uang yang lebih
kecil.
Contoh:
2 keping mata uang 100 rupiahan ditukar denagn mata uang 25 rupiahan. Ada berapa
keping?
3 keping mata uang 100 rupiahan ditukar denagn mata uang 25 rupiahan. Ada berapa
keping?
• Menghitung nilai sekumpulan mata uang.
Contoh:
Pada gambar terdapat 4 keping mat uang 25 rupiahan, 3 keping mata uang 50 rupiahan,
dan 2 keping mata uang 100 rupiahan. Siswa diminta menghitung nilai mata uang
seluruhnya.
• Menghitung besarnya uang kembali dari uang yang dibelanjakan.
Contoh:
Uang 500 rupiahan dibelanjakan 225 rupiah. Berapa rupiah uang kembalinya?
Karena mata uang dalam soal cerita itu sebagian sudah tidak ada lagi dalam
kehidupan sehari-hari (25 rupiahan dan 50 rupiahan) sementara kurikulum mengharuskan
untuk diajarkan tentu ada kendala dalam pembelajarannya, maka guru dapat menggunakan
alat-alat peraga tiruan dengan ukuran yang jauh lebih besar dan dapat ditempel di papan
flanel. Tujuannya yaitu agar peragaan dapat dilihat secara klasikal yakni informasi yang
diberikan dan diperagakan oleh guru dapat didengar, terus dilihat, dan ditangkap secara adil
oleh seluruh kelas dalam waktu yang bersamaan. Berikut adalah contoh langkah-langkah
pembelajaran menggunakan alat-alat peraga berupa mata uang-mata uang tiruan (semi
kongrit) kepada siswa.
1. Mengenal satuan-satuan mata uang
Siswa diperkenalkan dengan alat-alat peraga mata uang (berupa tiruan mata uang yakni
mata uang 25 rupiahan, 50 rupiahan, 100 rupiahan, 500 rupiahan, dan 1000 rupiahan.
6
Caranya:
• Tempelkan masing-masing satuan mata uang itu satu demi satu di papan flanel.
Saat guru menempelkan siswa diminta mengucapkannya. Awalnya dengan tutunan
guru dan selanjutnya tanpa tuntunan hingga lancar, yakni saat guru menempelkan di
papan flanel:
25 rupiahan, siswa mengucapkan 25 (dua puluh lima)
50 rupiahan, siswa mengucapkan 50
100 rupiahan, siswa mengucapkan 1000, dan seterusnya.
2. Mengenal nilai beberapa mata uang sejenis
Melalui kegiatan ini siswa dapat menyatakan nilai beberapa (sekelo mpok) mata uang
sejenis seperti misalnya uang 25 rupiahan sebanyak 1 keping, 2 keping, 3 keping hingga
4 keping.
Caranya:
Saat guru menempelkan di papan tulis
1 keping, siswa mengucapkan “dua puluh lima”
2 keping, siswa mengucapkan “lima puluh”
3 keping, siswa mengucapkan “tujuh puluh lima”
4 keping, siswa mengucapkan “seratus” dan seterusnya hingga 6 keping. Kegiatan
diulang secukupnya dengan melepas dan menempelkan kembali ke papan flanel sampai
siswa lancar mengucapkannya. Untuk membantu kelancaran siswa, awalnya dengan
tuntunan guru kemudian lambat lain tuntunan ditiadakan hingga keadaan guru
memperagakan, siswa mengucapkannya dengan benar dapat tercapai. Kegiatan yang
sama dapat dilakukan untuk keping-keping 50 rupiahan hingga sebanyak 4 keping,
keping-keping 100 rupiahan hingga sebanyak 7 keping, keping-keping/lembar-lembar
500 rupiahan hingga sebanyak 4 keping/lember dan keping-keping/lembar-lembar 1000
rupiahan hingga sebanyak 5000 rupiahan.
3. Menukar beberapa lembar/keping mata uang sejenis ke satuan yang lebih kecil
Melalui kegiatan ini siswa dapat menyatakan banyaknya keping/lembar bila beberapa
keping/lembar mata uang sejenis ditukar ke satuan mata uang yang lebih kecil.
Misalnya3 keping mata uang 50 rupiahan ditukar dengan 25 rupiahan, ada nerapa
keping?, 2 keping 100 rupiahan ditukar dengan 25 rupiahan, ada berapa keping?
Caranya:
Misalkan 3 keping mata uang 50 rupiahan ditukar dengan mata uang 25 rupiahan.
Tempelkan ketiga keping mata uang 50 rupiahan di papan flanel.
Katakan kepada siswa “ sekarang kita akan menukar masing-masing 50 rupiahan itu
satu demi satu mulai dari kiri. Satu keping 50 rupiahan ini kalau ditukar dengan 25
rupiahan, ada berapa keping?”. setelah dijawab 2 keping, guru kemudian menempelkan
2 keping 25 rupiahan itu ke papan flanel untuk menggantikan 1 keping/lembar 50
rupiahan. Keping 50 rupiahan yang sudah ditukar itu kemudian diletakkan dipojok
bawah papan flanel. Peragaan yang ditunjukkan di papan flanel adalah seperti berikut:
50 50 50
7
Lakukan hal yang sama untuk menukar 50 rupiahan yang kedua sehingga peragaan
berikutnya menjadi.
Terakhir tukarkan 50 rupiahan yang ketiga sehingga peragaan berikutnya menjadi.
50 50
50
50
25 25
50
5050
25 25
50
25 25
505050
25 25
50
25 25 25 25
8
Hasil akhir peragaan yang tampak di papan flenel adalah.
Dari peragaan itu tampakbahwa 3 keping 50 rupiahan bila ditukar dengan 25 rupiah ada
6 keping.
4. Membelanjakan uang dan menerima kembalian
Untuk memberikan gambaran bagimana membelajakan uang dengan satuan mata
uang yang lebih tinggi dari nilai belanja misal uang 500 rupiahan dibelanjakan 225
rupiah berapa rupiah uang kembalinya. Untuk kelas rendah mengurangi 500 dengan 225
menggunakan cara susun ke bawah memiliki kesulitan tersendiri. Alternatif lain utnuk
mencari nilai uang kembalian (menghindari pengurangan susun bawah) dapat dilakukan
dengan peragaan berikut.
Alternatif 1
Satuan yang lebih besar ditukar terlebih dahulu dengan yang lebih kecil sesudah itu
barulah dibelanjakan sesuai dengan harga yang harus dibayar. Peragaan pertama uang
500 rupiahan ditukar terlebih dahulu dengan 100 rupiahan (tanyakan ke siswa ada berapa
keping? Setelah dijawab 5 keping maka uang 500 rupiahan yang sudah bukan haknya itu
dilepas dari papan flanel dan yang tampak tinggal uang 100 rupiahan sebanyak
5 keping/lembar).
505050
25 25 25 25 25 25
500
100100100100100
9
Karena belanjanya mengandung 25 rupiahan maka salah satu keping ratusan ditukar
terlebih dahulu dengan 25 rupiahan (ada berapa keping? Setelah dijawab 4 keping
peragaan di papan flanel berikutnya seperti berikut).
Tampak bahwa 500 rupiah semula dapat ditukar menjadi 4 keping ratusan dan 4 keping
25 rupiahan. Selanjutnya lakukan peragaan uang yang dibelajakan 225 dikumpulkan di
sebelah kanan atas dan uang yang tidak dibelanjakan (uang kembalian) di kiri bawah.
Dari peragaan itu tampak bahwa uang kembalinya adalah 275 rupiah.
Alternatif 2.
Setelah uang 500 rupiah diterima, uang yang dibelajakan sebanyak 225 rupiah
diperagakan terlebih dahulu di papan flanel kemudian kelebihannya dari 225 menjadi
500 diperagakan dengan menempel satu demi satu uang kelebihannya sehingga menjadi
500.
No. Peragaan di papan flanel Peragaan yang dibaca
1
dua ratus dua puluh lima
(225)
2
dua ratus lima puluh
(250)
3
tiga ratus
(300)
25
100 100 100 100 100
25252525
25
100 100
2525
100 100
25
100100
25100100 25
25100100 25 50
10
No. Peragaan di papan flanel Peragaan yang dibaca
empat ratus
(400)
lima ratus
(500)
Dari peragaan itu tampak bahwa dari uang semula 500 rupiah yang dibelanjakan 225
rupiah maka yang tidak dibelanjakan 275 rupiah. dengan begitu uang kembalian yang
dimaksud adalah 275 rupiah.
Latihan
Tentukan sisa uang (uang kembaliannya) apabila.
1 uang 500 rupiah dibelanjakan 350 rupiah
2 uang 500 rupiah dibelanjakan 375 rupiah
3 uang 1000 rupiah dibelanjakan 350 rupiah
4 uang 1000 rupiah dibelanjakan 375 rupiah
5 uang 1000 rupiah dibelanjakan 725 rupiah
B. PEMBELAJARAN MATA UANG DI KELAS TINGGI (IV, V, VI)
Untuk kelas tinggi pembelajaran matematika tentang mata uang biasanya kesulitan
terletak pada bagaimana menanamkan kerangka berpikir untuk memecahkan masalah seperti,
misalnya jika 6 buku harganya 9000,00 maka 9 buku harganya …. Pengalaman dengan para
guru peserta penataran menyatakan bahwa siswa yang mampu memecahkan soal seperti itu
hanya sekitar 40% s.d. 50%. Hal ini mungkin disebabkan oleh tahapan kerangka berpikir
melalui visualisasi gambaran pemecahan secara kongkrit dan semi kongkrit tidak dilakukan
oleh guru. Guru umumnya langsung ke jawaban menggunakan matematika formal dalam
bentuk kalimat dan angka-angka sehingga untuk siswa yang kemampuannya sedang atau
kurang mengalami kesulitan. Berikut adalah gambaran tentang tahapan-tahapan yang harus
dilalui guru dalam memberikan kerangka pemecahan mulai dari tahapan peragaan kongkrit,
semi kongkrit hingga bentuk matematika formal yang bersesuaian.
Contoh soal:
Harga 6 buah buku Rp 7.500,00
Tentukan harga 9 buah buku.
25100100
25 50 100 100
25100100
25 50 100
11
Alternatif 1.
(a) Peragaan konkrit
Harga 6 buku 7500 rupiah berarti Rp 7500 dibagi rata kepada 6 buku, maka masing-
masing buku harganya = 7500 rupiah : 6 = 1250 rupiah, sehingga:
Maka untuk 9 buku gambarannya menjadi.
Jadi harga 9 buku = Rp 11.250,00
(b) Peragaan semi kongkrit
Pada tahapan ini gambar buku diganti dengan lambang “b (buku)”
Harga 6b (buku) = 7500 rupiah, berarti 7500 rupiah dibagi sama rata pada 6 buku,
maka masing-masing buku harganya 7500 : 6 = 1250 rupiah, sehingga:
7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6
7500 rupiah
1250
6 buku = sebanyak 6 kali
7500 rupiah
1250 1250 1250 1250 1250
1250
9 buku = sebanyak 9 kali
= 9 × 1250 = 11.250
1250 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1250
7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6
b b b b b b
750
12
Maka untuk 9 buku gambarnya menjadi.
Jadi harga 9 buku = Rp 11.250,00
(c) Bentuk jawaban formal yang bersesuaian
Harga 6 buku = Rp 7500, maka
harga 1 buku = Rp 7500 : 6 = Rp 1250, maka
harga 9 buku = 9 × Rp 1250 = Rp 11.250
Jadi harga 9 buku = Rp 11.250,00
Alternatif jawaban II
(a) Peragaan kongkrit
Dari peragaan tampak bahwa:
Jika 6 buku = Rp 7500 maka 9 buku = 7500Rp
6
9 ×
= Rp 11.250
atau
Jika 6 buku = Rp 7500 maka 9 buku = 7500Rp
6
9 ×
= 7500Rp
2
3 ×
= Rp 11.250
Jadi harga 9 buku = Rp 11.250,00
1250 1250 1250 1250 1250 1250
b b b b b b
6 buku = sebanyak 6 kali
1250
b
1250
b
1250
b
1250
b
9 buku = sebanyak 9 kali
= 9 × 1250 = 11.250
1250
b
1250
b
1250
b
1250
b
1250
b
7500Rp
)buku(6
)buku(9
×9 buku
6 buku Rp 7500
7500Rp
)baris(2
)baris(3
×=
1250
3750
13
(b) Peragaan semi kongkrit
Dari peragaan tampak bahwa:
Jika 6 buku = Rp 7500 maka 9 buku = 7500Rp
6
9 × = Rp 11.250
atau
Jika 6 buku = Rp 7500 maka 9 buku = 7500Rp
6
9 × = 7500Rp
2
3 × = Rp 11.250
Jadi harga 9 buku = Rp 11.250,00
(c) Bentuk jawaban formal yang bersesuaian
Jika harga 6 buku = Rp 7500, maka
harga 9 buku = 250.11Rp7500Rp
6
9 =×
atau = 250.11Rp7500Rp
2
3 =×
Jadi harga 9 buku = Rp 11.250,00
Latihan
Peragakan!
(1) 4 keping 50 rupiah ditukar dengan 25 rupiah, ada berapa keping?
(2) 2 keping ratusan ditukar dengan keping 25 rupiahan , ada berapa keping?
(3) 3 keping 50 rupiah dan 1 keping 100 rupiahan ditukar dengan 25 rupiah, ada berapa
keping?
(4) 500 rupiah dibelanjakan 175 rupiah, ada berapa rupiah uang kembalinya?
(5) Uang 1000 rupiah dibelanjakan 425 rupiah, berapakah uang kembalinya?
(6) Uang 1000 rupiah dibelanjakan 775 rupiah, berapakah uang kembalinya?
7500Rp
)buku(6
)buku(9
×9 buku
6 buku Rp7500
7500Rp
)baris(2
)baris(3
×=
b b b
b b b
b b b
14
BAB III
PERHITUNGAN UNTUNG, RUGI, BUNGA, RABAT, BRUTO, TARA, DAN
NETTO
A. PERHITUNGAN UNTUNG, RUGI, DAN BUNGA
Membicarakan masalah untung atau rugi dalam suatu kegiatan jual beli
(perdagangan) tentu berkait dengan modal yang menjadi dasar perhitungan.
Penetapan untung-rugi ditentukan oleh harga pembelian dan harga penjualan.
Berikut adalah peristilahan dalam perdagangan yang biasa kita temui.
1. Harga penawaran ialah harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli yang
sifatnya tidak tetap dan dapat berkurang. Penjual mengiginkan pembeli
melakukan penawaran dan pembeli biasanya menawar lebih rendah dari harga
yang ditawarkan penjual. Apabila harga yang diminta sudah tidak dapat ditawar
lagi maka harga itu sudah merupakan “harga pas”
2. Modal atau pokok adalah banyaknyauang yang dikeluarkan oleh pegadang untuk
menyediakan barang-barang yang akan dijualnya kepada pembeli.
3. Harga pembelian atau harga beli adalah harga yang disepakai untuk membeli
suatu barang, yakni sejumlah uang yang dikeluarakan untuk membeli/memperoleh
suatu barang.
4. Harga penjualan atau harga jual adalah sejumlah uang yang diterima sebagai
pengganti dari barang yang dijual.
5. Untung disebut juga keuntungan/laba adalah keadaan yang terjadi bila harga jual
lebih tinggi dari harga beli. Besarnya untung dalam rupiah sama dengan selisih
antara harga jual dengan harga beli (dalam hal ini untung = harga – harga beli).
6. Rugi adalah keadaan yang terjadi apabila harga penjualan lebih rendahdari harga
pembelian
7. Impas adalah keadaan pulang pokok (kembali modal) yakni keadaan dimana
harga penjualan sama dengan harga pembelian.
8. Persen adalah perseratus yakni besarnya keuntungan atau kerugian dibanding
harga beli (pokok) yang dinyatakan dengan perseratus.
Dalam KBM (kegiatan belajar mengajar) kontekstual untuk pengajaran
untung, rugi, dan bunga keadaan untung diasosiasikan dengan rasa senang dan
keadaan rugi diasosiasikan dengan rasa sedih. Sebagai contoh misalnya:
Ali membeli ayam seharha Rp 20.000,00. Budi juga membeli ayam seharga
Rp 20.000,00. Sampai di rumah ayam Ali dibeli tentangganya Rp 25.000,00.
Bagaimana perasaan Ali?
Sementara itu ayam Budi setelah sampai di rumah ada gejala sakit dan sehari
kemudian sakit. Ayam Budi kemudian dijual dan laku Rp 14.000,00.
Bagaimana perasaan Budi?
Dari soal cerita itu tentu akan dijawab Ali senang dan Budi sedih/kecewa.
15
Sehingga Ali : senang berarti untung
Budi : sedih berarti rugi
Kejelasan lebih lanjut dapat digambarkan secara geometris seperti berikut:
untung = 25.000 – 20.000 Rugi = 20.000 – 14.000
= 5.000 = 6.000
untung dalam persen
= %100
beliharga
rupiahdalamuntung
× = %100
beliharga
rupiahdalamugir
×
= %25%100
000.20
5000 =× = %30%100
000.20
6000 =×
Dengan demikian
Ali : untung dalam rupiah = Rp 5000,00
untung dalam persen = 25%
Budi : rugi dalam rupiah = Rp 6000,00
rugi dalam persen = 30%
B. PERHITUNGAN RABAT, BRUTO, TARA, DAN NETTO
Dalam kehidupan sehari-hari terutama di surat-surat kabar atau kalau berbelanja
di toko pakaian sering kita mendengar istilah “diskon” yang diberikan oleh
beberapa toko yang menjual barang-barang dagangannya. Rabat atau diskon
adalah potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli barang
dagangannya. Rabat atau diskon biasanya dinyatakan dalam persen, misal toko
tektil A memberikan diskon dari 20% hingga 35%. Istilah berikutnya dalam
dunia perdagangan adalag “bruto”, “tara”, dan “netto”. Istilah-istilah itu
biasanya dikaitkan dengan masalah berat atau isi. Untuk cairan seperti air
minum sering tertulis misalnya “netto 22o ml”, untuk bubuk obat dalam botol
25.000
20.000
untung
Ali
14.000
20.000
Budi
rugi
Beli Jual Beli Jual
16
tertulis “netto 40 gram” dan lain-lain. Bruto ialah berat kotor yakni berat dari
wadah berikut isinya. Tara adalah potongan berat yang mencerminkan berat dari
wadah/kemasan yang digunakan untuk menempatkan obyek yang
diperdagangkan. Misalkan untuk karung beras, berat karungnya itulah yang
disebut tara. Demikian pula untuk kapal laut, kerata api, bus, dan lain-lain sering
didengar istilah “bobot mati”. Bobot mati wadah/alat angkut yang digunakan
untuk menempatkan barang komoditi perdagangan seperti itu disebut tara,
sedang volum/berat asli dari barang komoditi perdagangan yang diisikan ke
wadah atau alat angkut seperti itu disebut netto.
Contoh 1
Beras yang dikemas dalam sebuah karung tertulis netto 97,8 kg. Setelah dicek dengan
menimbang, berat karung berserta isinya ternyata 100 kg.
Tentukan bruto, tara, dan nettonya.
Jawab:
Bruto = berat kotor (berat wadah dan isinya) = 100 kg
Tara = potongan berat (berat wadahnya) = …… kg
Netto = berat bersih (berat dari isi komoditinya) = 97,8 kg
Maka :
Tara = berat wadah (dalam hal ini berat karungnya)
= berat kotor – berat bersih
= 100 kg – 97,8 kg = 2,2 kg
Contoh 2
Sebuah buku oleh toko dibeli dengan harga Rp 20.000,00
Berapa rupiah toko harus menjual buku itu jika dengan memberikan diskon (rabat)
25% toko masih untung Rp 4.000,0.
Jawab:
Harga beli = Rp 20.000,00
Harga jual = …… jika dengan diskon 25% toko masih dapat mendapat untung Rp
4.000,00
Pemecahan menggunakan gambar:
4.000
20.000
diskon 25%
Beli Jual
100%
75% = 20.000 + 4.000 = 24.000
17
Karena pedagang mendapat untung Rp 4000,00 berarti harga jual sebenarnya Rp
24.000,00. Tetapi dengan adanya diskon 25% maka pedagang harus menaikkan lagi
harga jualnya sebesar 25%, sehingga harga yang harus dibayar pembeli yang Rp
24.000,00 itu adalah 75% dari harga yang tertera sebelum diskon (lihat gambar).
Sehingga harga jual yang tertera sebelum diskon adalah.
Harga jual = 75% + 25%
= 75% +
3
1 × 75%
= Rp 24.000,00 +
3
1 × Rp 24.000,00
= Rp 24.000,00 + Rp 8.000,00
= Rp 32.000,00
Latihan
1. Seorang pedagang membeli 75 liter susu seharga Rp 15.000,00 per liter. Setelah
dijual ternyata seluruhnya ia rugi sebesar Rp 18.750,00. Berapakah harga jual susu
itu setiap liternya sehingga ia mengalami kerugian.
2. Seorang distributor kedelai memberikan rabat sebesar 5% untuk setiap kilogram
kedelai yang dibeli dalam jumlah besar. Seorang pedagang membeli 20 karung dan
setiap karungnya tertulis bruto 80 kg dan netto 78 kg.
a. Tentukan berat bersih kedelai dalam setiap karungnya.
b. Tentukan berat karung sebanyak 20 lembar itu seluruhnya.
c. Bila harga beli oleh pedagang dari distributor Rp 4.000,00 per kilogramnya.
Berapa rupiah harga beli sebenarnya yang harus dibayarkan kepada distributor
untuk membeli 20 karung kedelai itu seluruhnya.
3. Harga beli 56 kg daging adalah Rp 1.000.000,00. Harga jual setiap kilogramnya
Rp 21.000,00. Tentukan keuntungan pedagang dalam rupiah dan dalam persen
untuk setiap penjualan 1 kilogram daging!
4. Seorang pengecer buku mampu menjual 400 buah buku dalam seminggu. Setiap
buku harus dijual seharga Rp 2.500,00. Agen buku memberikan rabat sebesar 18%
dan setiap terjual 100 buku pengecer memperoleh untung 5% dari harga penjualan.
Berapakah uang yang harus disetor ke agen buku? Hitung pula keuntungan yang
diperoleh pengecer tersebut dalam rupiah.
5. Pak Harun membeli 16 karung beras. Setiap karungnya tertulis bruto 100 kg dan
tara 2,5%. Harga beras setiap 1 kuintal adalah Rp 232.500,00. Karena membeli
dalam jumlah besar, Pak Harun mendapat diskon 10%. Beras itu dijual ke pasar
dengan harga Rp 2.400,00 setiap kilogramnya.
a. Berapa rupiah uang yang harus dibayar oleh Pak Harun
b. Berapa persen keuntungan/kerugian Pak Harun.
18
DAFTAR PUSTAKA
Amsa Barata & Lieke Barata (1994), Perbankan: SMK Tingkat II Catur wulan 4, 5, 6
Jurusan Perdagangan Program Manajemen Bisnis. Bandung, Amrico
Budi Kustoro (1995). Aritmetika Sosial: Modul 10 Pendidikan Matematika 2
Universitas Terbuka. Jakarta. Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II.
Depdikbud (1985). Matematika 3a untuk SMA: Program Ilmu-ilmu Sosial,
Pengetahuan Budaya dan Ilmu-ilmu Agama. Jakarta: Proyek Buku Terpadu.
…………., (1993). GBPP Matematika SD Kurikulum 1994. Jakarta
Sholichan Abdullah. (1999/2000). Aritmetika Sosial (Modul Pembinaan Penataran).
Yogyakarta: PPPG Matematika.

More Related Content

What's hot

uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuanganmas karebet
 
Uang Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Uang Bank dan Lembaga Keuangan Non BankUang Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Uang Bank dan Lembaga Keuangan Non BankBunda Rara
 
Penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan
Penggunaan uang sesuai dengan kebutuhanPenggunaan uang sesuai dengan kebutuhan
Penggunaan uang sesuai dengan kebutuhanDewi Shinta
 
Sejarah uang (simulasi ips)
Sejarah uang (simulasi ips)Sejarah uang (simulasi ips)
Sejarah uang (simulasi ips)Aulia Musyarofah
 
sejarah uang
sejarah uangsejarah uang
sejarah uangYan Chen
 
media pembelajaran IPS kelas 3 semester II
media pembelajaran IPS kelas 3 semester IImedia pembelajaran IPS kelas 3 semester II
media pembelajaran IPS kelas 3 semester IIyogaboni56
 

What's hot (11)

uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan
 
Uang
UangUang
Uang
 
Uang Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Uang Bank dan Lembaga Keuangan Non BankUang Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Uang Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
 
Sejarah Uang
Sejarah UangSejarah Uang
Sejarah Uang
 
Penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan
Penggunaan uang sesuai dengan kebutuhanPenggunaan uang sesuai dengan kebutuhan
Penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan
 
Sejarah uang (simulasi ips)
Sejarah uang (simulasi ips)Sejarah uang (simulasi ips)
Sejarah uang (simulasi ips)
 
sejarah uang
sejarah uangsejarah uang
sejarah uang
 
Uang power point
Uang power pointUang power point
Uang power point
 
media pembelajaran IPS kelas 3 semester II
media pembelajaran IPS kelas 3 semester IImedia pembelajaran IPS kelas 3 semester II
media pembelajaran IPS kelas 3 semester II
 
Uang
UangUang
Uang
 
Uang
UangUang
Uang
 

Similar to modul pembelajaran 2

Sistem-pembayaran-dan-uang kel 2 sma 10
Sistem-pembayaran-dan-uang kel 2 sma 10Sistem-pembayaran-dan-uang kel 2 sma 10
Sistem-pembayaran-dan-uang kel 2 sma 10Junior Tampi
 
Makalah pie uang dan lembaga keuangan
Makalah pie uang dan lembaga keuanganMakalah pie uang dan lembaga keuangan
Makalah pie uang dan lembaga keuanganAfdal Zikri
 
Uang
UangUang
UangCNVIP
 
Makalahjumlahuangberedarminggu 1-141022021445-conversion-gate02
Makalahjumlahuangberedarminggu 1-141022021445-conversion-gate02Makalahjumlahuangberedarminggu 1-141022021445-conversion-gate02
Makalahjumlahuangberedarminggu 1-141022021445-conversion-gate02Jechlien Meliinda
 
EMon 1 - Ruang Lingkup dan Uang.pptx
EMon 1 -  Ruang Lingkup dan Uang.pptxEMon 1 -  Ruang Lingkup dan Uang.pptx
EMon 1 - Ruang Lingkup dan Uang.pptxRahmadKhadafi2
 
1. Konsep Uang , Bank dan Lembaga Keuangan Lain.pptx
1. Konsep Uang , Bank dan Lembaga Keuangan Lain.pptx1. Konsep Uang , Bank dan Lembaga Keuangan Lain.pptx
1. Konsep Uang , Bank dan Lembaga Keuangan Lain.pptxAdiyathRandy
 
Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)
Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)
Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)gifariwk
 
Bab 10 ekonomi "Uang"
Bab 10 ekonomi "Uang"Bab 10 ekonomi "Uang"
Bab 10 ekonomi "Uang"Sam Christian
 
Modul 17 ekonomi uang dan bank
Modul 17 ekonomi uang dan bankModul 17 ekonomi uang dan bank
Modul 17 ekonomi uang dan bankandi muzakkir
 
Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6linamayasari03
 
Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6miftarisa
 
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 3 Bab 6
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 3 Bab 6Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 3 Bab 6
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 3 Bab 6Lia Farda
 
Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6ela_kholila
 
Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6inayyah
 

Similar to modul pembelajaran 2 (20)

Sistem-pembayaran-dan-uang kel 2 sma 10
Sistem-pembayaran-dan-uang kel 2 sma 10Sistem-pembayaran-dan-uang kel 2 sma 10
Sistem-pembayaran-dan-uang kel 2 sma 10
 
Mkm
MkmMkm
Mkm
 
Makalah ips kelas 9
Makalah ips kelas 9Makalah ips kelas 9
Makalah ips kelas 9
 
Makalah pie uang dan lembaga keuangan
Makalah pie uang dan lembaga keuanganMakalah pie uang dan lembaga keuangan
Makalah pie uang dan lembaga keuangan
 
Uang
UangUang
Uang
 
Makalahjumlahuangberedarminggu 1-141022021445-conversion-gate02
Makalahjumlahuangberedarminggu 1-141022021445-conversion-gate02Makalahjumlahuangberedarminggu 1-141022021445-conversion-gate02
Makalahjumlahuangberedarminggu 1-141022021445-conversion-gate02
 
EMon 1 - Ruang Lingkup dan Uang.pptx
EMon 1 -  Ruang Lingkup dan Uang.pptxEMon 1 -  Ruang Lingkup dan Uang.pptx
EMon 1 - Ruang Lingkup dan Uang.pptx
 
1. Konsep Uang , Bank dan Lembaga Keuangan Lain.pptx
1. Konsep Uang , Bank dan Lembaga Keuangan Lain.pptx1. Konsep Uang , Bank dan Lembaga Keuangan Lain.pptx
1. Konsep Uang , Bank dan Lembaga Keuangan Lain.pptx
 
Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)
Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)
Sistem Moneter (Bab 29 dan 30)
 
Bab 10 ekonomi "Uang"
Bab 10 ekonomi "Uang"Bab 10 ekonomi "Uang"
Bab 10 ekonomi "Uang"
 
Uang
UangUang
Uang
 
Modul 17 ekonomi uang dan bank
Modul 17 ekonomi uang dan bankModul 17 ekonomi uang dan bank
Modul 17 ekonomi uang dan bank
 
Ppt uang dan bank
Ppt uang dan bankPpt uang dan bank
Ppt uang dan bank
 
KELOMPOK 1.pptx
KELOMPOK 1.pptxKELOMPOK 1.pptx
KELOMPOK 1.pptx
 
Uang
UangUang
Uang
 
Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6
 
Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6
 
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 3 Bab 6
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 3 Bab 6Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 3 Bab 6
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 3 Bab 6
 
Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6
 
Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6Ilmu pengetahuan sosial 6
Ilmu pengetahuan sosial 6
 

More from Ajrina Pia

Contoh rpp-kurikulum-2013
Contoh rpp-kurikulum-2013Contoh rpp-kurikulum-2013
Contoh rpp-kurikulum-2013Ajrina Pia
 
Aritmatik social
Aritmatik socialAritmatik social
Aritmatik socialAjrina Pia
 
Aritmatika sosial
Aritmatika sosialAritmatika sosial
Aritmatika sosialAjrina Pia
 
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapAjrina Pia
 
Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaranLaporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaranAjrina Pia
 
Kisi kisi timss
Kisi kisi timssKisi kisi timss
Kisi kisi timssAjrina Pia
 
Kisi kisi pisa
Kisi kisi pisaKisi kisi pisa
Kisi kisi pisaAjrina Pia
 
Penentuan tetapan kesetimbangan
Penentuan tetapan kesetimbangan Penentuan tetapan kesetimbangan
Penentuan tetapan kesetimbangan Ajrina Pia
 
modul pembelajaran 5
modul pembelajaran 5modul pembelajaran 5
modul pembelajaran 5Ajrina Pia
 
modul pembelajaran 7
modul pembelajaran 7modul pembelajaran 7
modul pembelajaran 7Ajrina Pia
 
modul pembelajaran 3
modul pembelajaran 3modul pembelajaran 3
modul pembelajaran 3Ajrina Pia
 
modul pembelajaran 4
modul pembelajaran 4modul pembelajaran 4
modul pembelajaran 4Ajrina Pia
 

More from Ajrina Pia (20)

Contoh rpp-kurikulum-2013
Contoh rpp-kurikulum-2013Contoh rpp-kurikulum-2013
Contoh rpp-kurikulum-2013
 
Bukusiswa
BukusiswaBukusiswa
Bukusiswa
 
Aritmatik social
Aritmatik socialAritmatik social
Aritmatik social
 
Dppm2
Dppm2Dppm2
Dppm2
 
Aritmatika sosial
Aritmatika sosialAritmatika sosial
Aritmatika sosial
 
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
 
Deskripsi vb
Deskripsi vbDeskripsi vb
Deskripsi vb
 
Soal timss
Soal timssSoal timss
Soal timss
 
Soal pisa
Soal pisaSoal pisa
Soal pisa
 
Rubrik timss
Rubrik timssRubrik timss
Rubrik timss
 
Rubrik pisa
Rubrik pisaRubrik pisa
Rubrik pisa
 
Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaranLaporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaran
 
Kisi kisi timss
Kisi kisi timssKisi kisi timss
Kisi kisi timss
 
Kisi kisi pisa
Kisi kisi pisaKisi kisi pisa
Kisi kisi pisa
 
rpp
rpp rpp
rpp
 
Penentuan tetapan kesetimbangan
Penentuan tetapan kesetimbangan Penentuan tetapan kesetimbangan
Penentuan tetapan kesetimbangan
 
modul pembelajaran 5
modul pembelajaran 5modul pembelajaran 5
modul pembelajaran 5
 
modul pembelajaran 7
modul pembelajaran 7modul pembelajaran 7
modul pembelajaran 7
 
modul pembelajaran 3
modul pembelajaran 3modul pembelajaran 3
modul pembelajaran 3
 
modul pembelajaran 4
modul pembelajaran 4modul pembelajaran 4
modul pembelajaran 4
 

Recently uploaded

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 

Recently uploaded (20)

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 

modul pembelajaran 2

  • 1. DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI ......................................................................................................... i BAGIAN I. UANG DALAM KEHIDUPAN ................................................... 1 A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Tinjauan Sejarah ....................................................................... 1 C. Pengertian Uang, Jenis-jenis dan Fungsinya ............................... 2 BAGIAN II. PENGENALAN MATA UANG DAN PENGGUNAANNYA DALAM BELANJA ...................................................................... 5 A. Pembelajaran Mata Uang Di Kelas Rendah................................. 5 B. Pembelajaran Mata Uang Di Kelas Tinggi ................................... 10 Latihan ...................................................................................... 13 BAGIAN III. PERHITUNGAN UNTUNG, RUGI, BUNGA, RABAT, BRUTO, TARA, DAN NETTO ................................................... 14 A. Perhitungan Untung, Rugi dan Bunga ......................................... 14 B. Perhitungan Rabat, Bruto, Tara dan Netto ................................. 15 Latihan .................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
  • 2. 1 BAGIAN I UANG DALAM KEHIDUPAN A. LATAR BELAKANG Uang merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari baik secara perorangan (individu), kelompok, negara dan perdagangan antar bangsa. Materi yang menyangkut mata uang dan penggunaannya dikenal dengan nama “Aritmetika Sosial”. Topik aritmetika sosial merupakan suatu bahan ajar yang mulai diajarkan di sekolah dasar mulai dari kelas II catur wulan ke-2 hingga kelas VI. Pengajaran dimulai dengan yang paling sederhana yaitu pengenalan mata uang, menukar mata uang ke satuan yang lebih kecil, menghitung nilai beberapa keping/lembar mata uang, membelanjakan, jual beli, untung rugi, bruto, tara, dan netto. Dalam masyarakat modern, kehidupan manusia sangat dekat dengan penggunaan uang. Hampir setiap aktifitas berkaitan dengan penggunaan uang, baik digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah tangga, kegiatan usaha perorangan dan badan maupun dalam bidang pemerintahan. Sehubungan dengan itu maka untuk menghayati keterkaitan antara konsep matemetika dengan praktek kehidupan yang real secara dini aritmetika sosial perlu diberikan sejak kelas rendah di SD. Hal ini sesuai dengan tujuan umum pengajaran matematika di jenjang pendidikan dasar (GBPP matematika SD kurikulum 1994) yaitu: 1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan maupun di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasial, kritis, cermat, jujur dan efektif. 2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. B. TINJAUAN SEJARAH Sejarah peradapan manusia berevolusi (berkembang secara perlahan) mulai dari masyarakat primitif hingga masyarakat modern sekarang ini. Kehidupan masyarakat primitif bergantung pada tempat dimana mereka tinggal dan berdiam diri. Mereka selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain yang dianggap dapat menunjang kelangsungan hidupnya. Perebutan tempat subur antar kelompok yang berpindah-pindah itu sering mengakibatkan konflik perebutan dan perampasan diantara mereka. Meskipun demikian antar kelompok atau antar suku diantara mereka sebenarnya tidak menghendaki adanya konflik, mereka cenderung menghindari konflik karena adanya keperluan hidup yang tidak terpenuhi karena adanya kelebihan produksi di suatu pihak dan kekurangan produksi di lain pihak mereka kemudian mengadakan saling tukar barang dengan barang lainnya, barang dengan hewan dan lain sebagainya yang terkenal dengan nama “barter”. Hingga kini pola tukar menukar dengan cara barter masih tetap dikenal dan sering dilakukan baik dalam kegiatan di dalam negeri maupun kegiatan antar negara khususnya di bidang perdagangan. Kehidupan manusia, peradapan dan pola pikir yang belum begitu maju seperti sekarang ini, dimana selalu pelaksanaan perdagangan dengan sistem barter
  • 3. 2 seperti itu sering kali sulit dilakukan. Kesulitan itu antara lain (Solichan Abdullah 1999 : 3) disebabkan oleh: - Tidak ada satuan pengukur yang umum dan tepat untuk menyatakan nilai barang dan jasa yang akan dipertukarkan, - Sulit untuk menyesuaikan minat dari kedua belah pihak, - Sulit untuk menyesuaikan jumlah permintaan dengan banyaknya barang yang tersedia. Karena beberapa kesulitan tersebut kemudian orang-orang mencari sesuatu yang dapat dijadikan alat tukar dan dapat disetujui oleh semua pihak diantara mereka. Benda-benda yang pernah dijadikan alat tukar antara lain berupa kuda, biri- biri, porselin, padi/beras, jagung, anggur, besi, kuningan, tembaga, perak, dan emas. Benda jenis logam kemudian yang paling banyak digunakan sebagai alat tukar dan pada akhirnya hanya logam yang tidak berkarat seperti perak dan emas sajalah yang dapat dipilih. Ukuran nilai tukarnya didasarkan pada berat logam tersebut, misalnya: 1 kg perak dapat ditukar dengan satu karung gandum. Selanjutnya karena membawa sejumlah logam dalam jumlah banyak dan berat dirasakan orang-orang saat itu, maka orang-orangpun mulai memikirkan untuk membuat suatu alat tukar dari logam yang lebih praktis. Akhirnya mulailah orang- orang membuat alat tukar dari logam dalam bentuk ukuran dan rupa tertentu (tulisan dan gambar) yang dirasakan lebih praktis dan disukai. inilah cikal bakal uang logam yang kita kenal sekarang. C. PENGERTIAN UANG, JENIS-JENIS DAN FUNGSINYA Sebelum membahas tentang pengajaran Aritmetika Sosial di SD yang berkait dengan penggunaan uang dalam kehidupan, gambaran sekilas tentang pengertian uang, jenis-jenis dan fungsinya yang diberikan oleh Amsa Bareta dan Lieke Bareta (Solichan Abdullah 1999: 4 – 7) adalah sebagai berikut: 1. Pengertian uang Ada beberapa pengertian tentang uang, antara lain. a. Secara umum, uang adalah alat yang dapat diterima untuk melakukan tukar menukar atau transaksi. b. Berdasarkan hukum, uang adalah benda yang dirumuskan oleh undang- undang sebagai alat pembayaran yang sah. c. Berdasarkan fungsinya dalam kegiatan sehari-hari, uang adalah suatu benda yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran. d. Berdasarkan nilainya, uang adalah satuan hitung untuk menyatakan nilai. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa uang adalah suatu benda dengan satuan hitung tertentu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dalam berbagai transaksi pada wilayah tertentu, dan keberadaan serta penggunaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Jenis-jenis uang. Uang yang beredar terdiri atas beberapa jenis, sehingga untuk mengetahui masing-masing jenis perlu suatu pengamatan khusus melalui tinjauan tertentu. Menurut kenyataannya jenis uang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
  • 4. 3 a. Berdasarkan nilai yang terkandung dalam bendanya. Berbicara mengenai nilai uang, maka kita mengenal dua macam nilai, yaitu: 1. Nilai Nominal, yaitu nilai tetap yang dibutuhkan atau dicapkan pada uang kertas dan logam maupun uang plastik. 2. Nilai intrinsik, ialah nilai sebenarnya yang terkandung dalam benda yang digunakan sebagai uang tersebut. Pada benda yang disebut uang, dimana terkandung nilai nominal dan nilai intrinsiknya akan terdapat kemungkinan: a. nilai nominalnya sama dengan nilai intrinsiknya, atau, b. nilai nominalnya lebih tinggi dari pada nilai intrinsiknya b. Berdasarkan bahan yang digunakan Berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat uang dewasa ini kita kenal ada tiga jenis uang, yaitu: 1) Uang kertas, ialah uang yang terbuat dari kertas dalam ukuran tertentu dengan nilai nominal tertentu yang bentuknya persegipanjang. Contoh: - uang kertas Indonesia, bernilai nominal: Rp 100,00; Rp 500,00; Rp 1.000,00; Rp 5.000,00; Rp 10.000,00; Rp 20.000,00; Rp 50.000,00; - Uang kertas Amerika Serikat bernilai nominal: $,1; $, 10; $, 20; $,100 2) Uang logam, ialah uang yang terbuat dari logam tertentu seperti emas, perak, tembaga, nikel, dan sebagainya. Bentuk uang logam ini biasanya bulat pipih dengan pinggiran bergerigi bergelombang atau rata. Contoh: - uang logam Indonesia, bernilai nominal Rp 50,00; Rp 100,00; Rp 500,00 - uang logam Amerika Serikat $, 10; $,0,25; $,0,50; $,1; $,2 3) Uang plastik, ialah uang yang terbuat dari plastik dalam ukuran tertentu yang bentuknya persegipanjang. Tahun 1993 indonesia telah mempunyai uang plastik yang bernilai nominal Rp 50.000,00 c. Berdasarkan produk lembaga yang mengeluarkannya. Berdasarkan lembaga yang mengeluarkannya, jenis uang dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) Uang kartal, yaitu uang kertas dan logam yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah negaranya 2) Uang giral, ialah alat pembayaran berupa giro bilyet dan cek yang dikeluarkan bank kepada seseorang atau badan karena mempunyai simpanan/rekening di bank yang bersangkutan. 3) Uang kuasi, ialah uang yang tercipta karena adanya simpanan dari nasabah dalam bentuk simpanan uang berjangka berupa deposito maupun tabungan.
  • 5. 4 d. Berdasarkan negaranya. Berdasarkan negaranya, maka uang yang dikeluarkan oleh negara sendiri disebut sebagai mata uang dalam negeri yang secara hukum hanya berlaku di negara yang bersangkutan. Uang yang dikeluarkan oleh negara lain, oleh karena yang bersangkutan disebut sebagai mata uang dalam negeri, tetapi oleh negara lainnya disebut sebagai mata uang asing (Valuta asing). Jenis mata uang yang nilainya kuat biasanya sering digunakan sebagai alat pembayaran luar negeri yang diterima secara internasional, misalnya: dollar AS. 3. Fungsi uang sebagai suatu alat Sesuai dengan fungsi pokoknya, uang ditujukan untuk dijadikan alat utama dalam memperlancar perdagangan. Sehubungan dengan tujuan tersebut, maka uang dapat melaksanakan empat fungsi pokok, yaitu sebagai: a. satuan nilai, antara lain: satuan hitung, nilai ukur umum, dan standar nilai. Contoh: satuan nilai/moneter di Indonesia disebut Rupiah, satuan nilai di AS disebut Dollar, dan sebagainya. Kita juga mengenal adanya satuan mata uang yang terkecil yang hingga saat ini diadakan perhitungan-perhitungan masih terus berlaku, yaitu sen. Satuan sen diturunkan dari besaran rupiah yaitu satu rupiah harganya 100 sen. Tetapi mata uang yang menunjukkan satu sen saat ini tidak kita miliki. Keberlakuan besaran sen dapat dilihat pada perhitungan uang di bank misalnya bunga tabungan kita tercatat Rp 325,26 artinya nilai uang tersebut adalah “tiga ratus dua puluh lima rupiah dua puluh enam sen” b. alat tukar, atau alat pembayaran yaitu sebagai perantara tukar menukar dalam perdagangan. c. alat penimbun kekayaan, yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk memperoleh barang dan jasa. d. alat penyelesaian hutang yaitu sebagai standar pembayaran tertunda Dua fungsi yang disebutkan pertama, yaitu sebagai satuan nilai dan alat tukar merupakan fungsi primer dari uang, sedangkan dua fungsi yang disebutkan terakhir merupakan fungsi (derivatif) karena diperoleh dari fungsi primernya.
  • 6. 5 BAGIAN II PENGENALAN MATA UANG DAN PENGGUNAANNYA DALAM BELANJA A. PEMBELAJARAN MATA UANG DI KELAS RENDAH (Kelas II/2) Dalam kehidupan sehari-hari anak sudah terbiasa dengan penggunaan uang untuk jajan khususnya membeli makanan dan minuman. Kegiatan membeli makanan dan minuman itu mungkin sudah dilakukannya sejak di taman kanak-kanak. Namun secara formal pengajaran mengenai mata uang baru dimulai di kelas II/2. Materi yang diberikan di kelas itu adalah : • Mengenal satuan-satuan mata uang Contoh: Mengenal satuan-satuan mata uang 25 rupiahan, 50 rupiahan, 100 rupiahan, 500 rupiahan, dan 1000 rupiahan. • Mengenal nilai beberapa mata uang yang sejenis Contoh: 1 keping mata uang 25 rupia hannilainya = 25 rupiah 2 keping nilainya = 50 rupiah 3 keping nilainya = 75 rupiah 4 keping nilainya = 100 rupiah 1 keping mata uang 50 rupiahan nilainya = 50 rupiah 2 keping nilainya = 100 rupiah 3 keping nilainya = 150 rupiah • Menukar beberapa keping mata uang sejenis ke satuan mata uang yang lebih kecil. Contoh: 2 keping mata uang 100 rupiahan ditukar denagn mata uang 25 rupiahan. Ada berapa keping? 3 keping mata uang 100 rupiahan ditukar denagn mata uang 25 rupiahan. Ada berapa keping? • Menghitung nilai sekumpulan mata uang. Contoh: Pada gambar terdapat 4 keping mat uang 25 rupiahan, 3 keping mata uang 50 rupiahan, dan 2 keping mata uang 100 rupiahan. Siswa diminta menghitung nilai mata uang seluruhnya. • Menghitung besarnya uang kembali dari uang yang dibelanjakan. Contoh: Uang 500 rupiahan dibelanjakan 225 rupiah. Berapa rupiah uang kembalinya? Karena mata uang dalam soal cerita itu sebagian sudah tidak ada lagi dalam kehidupan sehari-hari (25 rupiahan dan 50 rupiahan) sementara kurikulum mengharuskan untuk diajarkan tentu ada kendala dalam pembelajarannya, maka guru dapat menggunakan alat-alat peraga tiruan dengan ukuran yang jauh lebih besar dan dapat ditempel di papan flanel. Tujuannya yaitu agar peragaan dapat dilihat secara klasikal yakni informasi yang diberikan dan diperagakan oleh guru dapat didengar, terus dilihat, dan ditangkap secara adil oleh seluruh kelas dalam waktu yang bersamaan. Berikut adalah contoh langkah-langkah pembelajaran menggunakan alat-alat peraga berupa mata uang-mata uang tiruan (semi kongrit) kepada siswa. 1. Mengenal satuan-satuan mata uang Siswa diperkenalkan dengan alat-alat peraga mata uang (berupa tiruan mata uang yakni mata uang 25 rupiahan, 50 rupiahan, 100 rupiahan, 500 rupiahan, dan 1000 rupiahan.
  • 7. 6 Caranya: • Tempelkan masing-masing satuan mata uang itu satu demi satu di papan flanel. Saat guru menempelkan siswa diminta mengucapkannya. Awalnya dengan tutunan guru dan selanjutnya tanpa tuntunan hingga lancar, yakni saat guru menempelkan di papan flanel: 25 rupiahan, siswa mengucapkan 25 (dua puluh lima) 50 rupiahan, siswa mengucapkan 50 100 rupiahan, siswa mengucapkan 1000, dan seterusnya. 2. Mengenal nilai beberapa mata uang sejenis Melalui kegiatan ini siswa dapat menyatakan nilai beberapa (sekelo mpok) mata uang sejenis seperti misalnya uang 25 rupiahan sebanyak 1 keping, 2 keping, 3 keping hingga 4 keping. Caranya: Saat guru menempelkan di papan tulis 1 keping, siswa mengucapkan “dua puluh lima” 2 keping, siswa mengucapkan “lima puluh” 3 keping, siswa mengucapkan “tujuh puluh lima” 4 keping, siswa mengucapkan “seratus” dan seterusnya hingga 6 keping. Kegiatan diulang secukupnya dengan melepas dan menempelkan kembali ke papan flanel sampai siswa lancar mengucapkannya. Untuk membantu kelancaran siswa, awalnya dengan tuntunan guru kemudian lambat lain tuntunan ditiadakan hingga keadaan guru memperagakan, siswa mengucapkannya dengan benar dapat tercapai. Kegiatan yang sama dapat dilakukan untuk keping-keping 50 rupiahan hingga sebanyak 4 keping, keping-keping 100 rupiahan hingga sebanyak 7 keping, keping-keping/lembar-lembar 500 rupiahan hingga sebanyak 4 keping/lember dan keping-keping/lembar-lembar 1000 rupiahan hingga sebanyak 5000 rupiahan. 3. Menukar beberapa lembar/keping mata uang sejenis ke satuan yang lebih kecil Melalui kegiatan ini siswa dapat menyatakan banyaknya keping/lembar bila beberapa keping/lembar mata uang sejenis ditukar ke satuan mata uang yang lebih kecil. Misalnya3 keping mata uang 50 rupiahan ditukar dengan 25 rupiahan, ada nerapa keping?, 2 keping 100 rupiahan ditukar dengan 25 rupiahan, ada berapa keping? Caranya: Misalkan 3 keping mata uang 50 rupiahan ditukar dengan mata uang 25 rupiahan. Tempelkan ketiga keping mata uang 50 rupiahan di papan flanel. Katakan kepada siswa “ sekarang kita akan menukar masing-masing 50 rupiahan itu satu demi satu mulai dari kiri. Satu keping 50 rupiahan ini kalau ditukar dengan 25 rupiahan, ada berapa keping?”. setelah dijawab 2 keping, guru kemudian menempelkan 2 keping 25 rupiahan itu ke papan flanel untuk menggantikan 1 keping/lembar 50 rupiahan. Keping 50 rupiahan yang sudah ditukar itu kemudian diletakkan dipojok bawah papan flanel. Peragaan yang ditunjukkan di papan flanel adalah seperti berikut: 50 50 50
  • 8. 7 Lakukan hal yang sama untuk menukar 50 rupiahan yang kedua sehingga peragaan berikutnya menjadi. Terakhir tukarkan 50 rupiahan yang ketiga sehingga peragaan berikutnya menjadi. 50 50 50 50 25 25 50 5050 25 25 50 25 25 505050 25 25 50 25 25 25 25
  • 9. 8 Hasil akhir peragaan yang tampak di papan flenel adalah. Dari peragaan itu tampakbahwa 3 keping 50 rupiahan bila ditukar dengan 25 rupiah ada 6 keping. 4. Membelanjakan uang dan menerima kembalian Untuk memberikan gambaran bagimana membelajakan uang dengan satuan mata uang yang lebih tinggi dari nilai belanja misal uang 500 rupiahan dibelanjakan 225 rupiah berapa rupiah uang kembalinya. Untuk kelas rendah mengurangi 500 dengan 225 menggunakan cara susun ke bawah memiliki kesulitan tersendiri. Alternatif lain utnuk mencari nilai uang kembalian (menghindari pengurangan susun bawah) dapat dilakukan dengan peragaan berikut. Alternatif 1 Satuan yang lebih besar ditukar terlebih dahulu dengan yang lebih kecil sesudah itu barulah dibelanjakan sesuai dengan harga yang harus dibayar. Peragaan pertama uang 500 rupiahan ditukar terlebih dahulu dengan 100 rupiahan (tanyakan ke siswa ada berapa keping? Setelah dijawab 5 keping maka uang 500 rupiahan yang sudah bukan haknya itu dilepas dari papan flanel dan yang tampak tinggal uang 100 rupiahan sebanyak 5 keping/lembar). 505050 25 25 25 25 25 25 500 100100100100100
  • 10. 9 Karena belanjanya mengandung 25 rupiahan maka salah satu keping ratusan ditukar terlebih dahulu dengan 25 rupiahan (ada berapa keping? Setelah dijawab 4 keping peragaan di papan flanel berikutnya seperti berikut). Tampak bahwa 500 rupiah semula dapat ditukar menjadi 4 keping ratusan dan 4 keping 25 rupiahan. Selanjutnya lakukan peragaan uang yang dibelajakan 225 dikumpulkan di sebelah kanan atas dan uang yang tidak dibelanjakan (uang kembalian) di kiri bawah. Dari peragaan itu tampak bahwa uang kembalinya adalah 275 rupiah. Alternatif 2. Setelah uang 500 rupiah diterima, uang yang dibelajakan sebanyak 225 rupiah diperagakan terlebih dahulu di papan flanel kemudian kelebihannya dari 225 menjadi 500 diperagakan dengan menempel satu demi satu uang kelebihannya sehingga menjadi 500. No. Peragaan di papan flanel Peragaan yang dibaca 1 dua ratus dua puluh lima (225) 2 dua ratus lima puluh (250) 3 tiga ratus (300) 25 100 100 100 100 100 25252525 25 100 100 2525 100 100 25 100100 25100100 25 25100100 25 50
  • 11. 10 No. Peragaan di papan flanel Peragaan yang dibaca empat ratus (400) lima ratus (500) Dari peragaan itu tampak bahwa dari uang semula 500 rupiah yang dibelanjakan 225 rupiah maka yang tidak dibelanjakan 275 rupiah. dengan begitu uang kembalian yang dimaksud adalah 275 rupiah. Latihan Tentukan sisa uang (uang kembaliannya) apabila. 1 uang 500 rupiah dibelanjakan 350 rupiah 2 uang 500 rupiah dibelanjakan 375 rupiah 3 uang 1000 rupiah dibelanjakan 350 rupiah 4 uang 1000 rupiah dibelanjakan 375 rupiah 5 uang 1000 rupiah dibelanjakan 725 rupiah B. PEMBELAJARAN MATA UANG DI KELAS TINGGI (IV, V, VI) Untuk kelas tinggi pembelajaran matematika tentang mata uang biasanya kesulitan terletak pada bagaimana menanamkan kerangka berpikir untuk memecahkan masalah seperti, misalnya jika 6 buku harganya 9000,00 maka 9 buku harganya …. Pengalaman dengan para guru peserta penataran menyatakan bahwa siswa yang mampu memecahkan soal seperti itu hanya sekitar 40% s.d. 50%. Hal ini mungkin disebabkan oleh tahapan kerangka berpikir melalui visualisasi gambaran pemecahan secara kongkrit dan semi kongkrit tidak dilakukan oleh guru. Guru umumnya langsung ke jawaban menggunakan matematika formal dalam bentuk kalimat dan angka-angka sehingga untuk siswa yang kemampuannya sedang atau kurang mengalami kesulitan. Berikut adalah gambaran tentang tahapan-tahapan yang harus dilalui guru dalam memberikan kerangka pemecahan mulai dari tahapan peragaan kongkrit, semi kongkrit hingga bentuk matematika formal yang bersesuaian. Contoh soal: Harga 6 buah buku Rp 7.500,00 Tentukan harga 9 buah buku. 25100100 25 50 100 100 25100100 25 50 100
  • 12. 11 Alternatif 1. (a) Peragaan konkrit Harga 6 buku 7500 rupiah berarti Rp 7500 dibagi rata kepada 6 buku, maka masing- masing buku harganya = 7500 rupiah : 6 = 1250 rupiah, sehingga: Maka untuk 9 buku gambarannya menjadi. Jadi harga 9 buku = Rp 11.250,00 (b) Peragaan semi kongkrit Pada tahapan ini gambar buku diganti dengan lambang “b (buku)” Harga 6b (buku) = 7500 rupiah, berarti 7500 rupiah dibagi sama rata pada 6 buku, maka masing-masing buku harganya 7500 : 6 = 1250 rupiah, sehingga: 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7500 rupiah 1250 6 buku = sebanyak 6 kali 7500 rupiah 1250 1250 1250 1250 1250 1250 9 buku = sebanyak 9 kali = 9 × 1250 = 11.250 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1250 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 7.500 : 6 b b b b b b 750
  • 13. 12 Maka untuk 9 buku gambarnya menjadi. Jadi harga 9 buku = Rp 11.250,00 (c) Bentuk jawaban formal yang bersesuaian Harga 6 buku = Rp 7500, maka harga 1 buku = Rp 7500 : 6 = Rp 1250, maka harga 9 buku = 9 × Rp 1250 = Rp 11.250 Jadi harga 9 buku = Rp 11.250,00 Alternatif jawaban II (a) Peragaan kongkrit Dari peragaan tampak bahwa: Jika 6 buku = Rp 7500 maka 9 buku = 7500Rp 6 9 × = Rp 11.250 atau Jika 6 buku = Rp 7500 maka 9 buku = 7500Rp 6 9 × = 7500Rp 2 3 × = Rp 11.250 Jadi harga 9 buku = Rp 11.250,00 1250 1250 1250 1250 1250 1250 b b b b b b 6 buku = sebanyak 6 kali 1250 b 1250 b 1250 b 1250 b 9 buku = sebanyak 9 kali = 9 × 1250 = 11.250 1250 b 1250 b 1250 b 1250 b 1250 b 7500Rp )buku(6 )buku(9 ×9 buku 6 buku Rp 7500 7500Rp )baris(2 )baris(3 ×= 1250 3750
  • 14. 13 (b) Peragaan semi kongkrit Dari peragaan tampak bahwa: Jika 6 buku = Rp 7500 maka 9 buku = 7500Rp 6 9 × = Rp 11.250 atau Jika 6 buku = Rp 7500 maka 9 buku = 7500Rp 6 9 × = 7500Rp 2 3 × = Rp 11.250 Jadi harga 9 buku = Rp 11.250,00 (c) Bentuk jawaban formal yang bersesuaian Jika harga 6 buku = Rp 7500, maka harga 9 buku = 250.11Rp7500Rp 6 9 =× atau = 250.11Rp7500Rp 2 3 =× Jadi harga 9 buku = Rp 11.250,00 Latihan Peragakan! (1) 4 keping 50 rupiah ditukar dengan 25 rupiah, ada berapa keping? (2) 2 keping ratusan ditukar dengan keping 25 rupiahan , ada berapa keping? (3) 3 keping 50 rupiah dan 1 keping 100 rupiahan ditukar dengan 25 rupiah, ada berapa keping? (4) 500 rupiah dibelanjakan 175 rupiah, ada berapa rupiah uang kembalinya? (5) Uang 1000 rupiah dibelanjakan 425 rupiah, berapakah uang kembalinya? (6) Uang 1000 rupiah dibelanjakan 775 rupiah, berapakah uang kembalinya? 7500Rp )buku(6 )buku(9 ×9 buku 6 buku Rp7500 7500Rp )baris(2 )baris(3 ×= b b b b b b b b b
  • 15. 14 BAB III PERHITUNGAN UNTUNG, RUGI, BUNGA, RABAT, BRUTO, TARA, DAN NETTO A. PERHITUNGAN UNTUNG, RUGI, DAN BUNGA Membicarakan masalah untung atau rugi dalam suatu kegiatan jual beli (perdagangan) tentu berkait dengan modal yang menjadi dasar perhitungan. Penetapan untung-rugi ditentukan oleh harga pembelian dan harga penjualan. Berikut adalah peristilahan dalam perdagangan yang biasa kita temui. 1. Harga penawaran ialah harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli yang sifatnya tidak tetap dan dapat berkurang. Penjual mengiginkan pembeli melakukan penawaran dan pembeli biasanya menawar lebih rendah dari harga yang ditawarkan penjual. Apabila harga yang diminta sudah tidak dapat ditawar lagi maka harga itu sudah merupakan “harga pas” 2. Modal atau pokok adalah banyaknyauang yang dikeluarkan oleh pegadang untuk menyediakan barang-barang yang akan dijualnya kepada pembeli. 3. Harga pembelian atau harga beli adalah harga yang disepakai untuk membeli suatu barang, yakni sejumlah uang yang dikeluarakan untuk membeli/memperoleh suatu barang. 4. Harga penjualan atau harga jual adalah sejumlah uang yang diterima sebagai pengganti dari barang yang dijual. 5. Untung disebut juga keuntungan/laba adalah keadaan yang terjadi bila harga jual lebih tinggi dari harga beli. Besarnya untung dalam rupiah sama dengan selisih antara harga jual dengan harga beli (dalam hal ini untung = harga – harga beli). 6. Rugi adalah keadaan yang terjadi apabila harga penjualan lebih rendahdari harga pembelian 7. Impas adalah keadaan pulang pokok (kembali modal) yakni keadaan dimana harga penjualan sama dengan harga pembelian. 8. Persen adalah perseratus yakni besarnya keuntungan atau kerugian dibanding harga beli (pokok) yang dinyatakan dengan perseratus. Dalam KBM (kegiatan belajar mengajar) kontekstual untuk pengajaran untung, rugi, dan bunga keadaan untung diasosiasikan dengan rasa senang dan keadaan rugi diasosiasikan dengan rasa sedih. Sebagai contoh misalnya: Ali membeli ayam seharha Rp 20.000,00. Budi juga membeli ayam seharga Rp 20.000,00. Sampai di rumah ayam Ali dibeli tentangganya Rp 25.000,00. Bagaimana perasaan Ali? Sementara itu ayam Budi setelah sampai di rumah ada gejala sakit dan sehari kemudian sakit. Ayam Budi kemudian dijual dan laku Rp 14.000,00. Bagaimana perasaan Budi? Dari soal cerita itu tentu akan dijawab Ali senang dan Budi sedih/kecewa.
  • 16. 15 Sehingga Ali : senang berarti untung Budi : sedih berarti rugi Kejelasan lebih lanjut dapat digambarkan secara geometris seperti berikut: untung = 25.000 – 20.000 Rugi = 20.000 – 14.000 = 5.000 = 6.000 untung dalam persen = %100 beliharga rupiahdalamuntung × = %100 beliharga rupiahdalamugir × = %25%100 000.20 5000 =× = %30%100 000.20 6000 =× Dengan demikian Ali : untung dalam rupiah = Rp 5000,00 untung dalam persen = 25% Budi : rugi dalam rupiah = Rp 6000,00 rugi dalam persen = 30% B. PERHITUNGAN RABAT, BRUTO, TARA, DAN NETTO Dalam kehidupan sehari-hari terutama di surat-surat kabar atau kalau berbelanja di toko pakaian sering kita mendengar istilah “diskon” yang diberikan oleh beberapa toko yang menjual barang-barang dagangannya. Rabat atau diskon adalah potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli barang dagangannya. Rabat atau diskon biasanya dinyatakan dalam persen, misal toko tektil A memberikan diskon dari 20% hingga 35%. Istilah berikutnya dalam dunia perdagangan adalag “bruto”, “tara”, dan “netto”. Istilah-istilah itu biasanya dikaitkan dengan masalah berat atau isi. Untuk cairan seperti air minum sering tertulis misalnya “netto 22o ml”, untuk bubuk obat dalam botol 25.000 20.000 untung Ali 14.000 20.000 Budi rugi Beli Jual Beli Jual
  • 17. 16 tertulis “netto 40 gram” dan lain-lain. Bruto ialah berat kotor yakni berat dari wadah berikut isinya. Tara adalah potongan berat yang mencerminkan berat dari wadah/kemasan yang digunakan untuk menempatkan obyek yang diperdagangkan. Misalkan untuk karung beras, berat karungnya itulah yang disebut tara. Demikian pula untuk kapal laut, kerata api, bus, dan lain-lain sering didengar istilah “bobot mati”. Bobot mati wadah/alat angkut yang digunakan untuk menempatkan barang komoditi perdagangan seperti itu disebut tara, sedang volum/berat asli dari barang komoditi perdagangan yang diisikan ke wadah atau alat angkut seperti itu disebut netto. Contoh 1 Beras yang dikemas dalam sebuah karung tertulis netto 97,8 kg. Setelah dicek dengan menimbang, berat karung berserta isinya ternyata 100 kg. Tentukan bruto, tara, dan nettonya. Jawab: Bruto = berat kotor (berat wadah dan isinya) = 100 kg Tara = potongan berat (berat wadahnya) = …… kg Netto = berat bersih (berat dari isi komoditinya) = 97,8 kg Maka : Tara = berat wadah (dalam hal ini berat karungnya) = berat kotor – berat bersih = 100 kg – 97,8 kg = 2,2 kg Contoh 2 Sebuah buku oleh toko dibeli dengan harga Rp 20.000,00 Berapa rupiah toko harus menjual buku itu jika dengan memberikan diskon (rabat) 25% toko masih untung Rp 4.000,0. Jawab: Harga beli = Rp 20.000,00 Harga jual = …… jika dengan diskon 25% toko masih dapat mendapat untung Rp 4.000,00 Pemecahan menggunakan gambar: 4.000 20.000 diskon 25% Beli Jual 100% 75% = 20.000 + 4.000 = 24.000
  • 18. 17 Karena pedagang mendapat untung Rp 4000,00 berarti harga jual sebenarnya Rp 24.000,00. Tetapi dengan adanya diskon 25% maka pedagang harus menaikkan lagi harga jualnya sebesar 25%, sehingga harga yang harus dibayar pembeli yang Rp 24.000,00 itu adalah 75% dari harga yang tertera sebelum diskon (lihat gambar). Sehingga harga jual yang tertera sebelum diskon adalah. Harga jual = 75% + 25% = 75% + 3 1 × 75% = Rp 24.000,00 + 3 1 × Rp 24.000,00 = Rp 24.000,00 + Rp 8.000,00 = Rp 32.000,00 Latihan 1. Seorang pedagang membeli 75 liter susu seharga Rp 15.000,00 per liter. Setelah dijual ternyata seluruhnya ia rugi sebesar Rp 18.750,00. Berapakah harga jual susu itu setiap liternya sehingga ia mengalami kerugian. 2. Seorang distributor kedelai memberikan rabat sebesar 5% untuk setiap kilogram kedelai yang dibeli dalam jumlah besar. Seorang pedagang membeli 20 karung dan setiap karungnya tertulis bruto 80 kg dan netto 78 kg. a. Tentukan berat bersih kedelai dalam setiap karungnya. b. Tentukan berat karung sebanyak 20 lembar itu seluruhnya. c. Bila harga beli oleh pedagang dari distributor Rp 4.000,00 per kilogramnya. Berapa rupiah harga beli sebenarnya yang harus dibayarkan kepada distributor untuk membeli 20 karung kedelai itu seluruhnya. 3. Harga beli 56 kg daging adalah Rp 1.000.000,00. Harga jual setiap kilogramnya Rp 21.000,00. Tentukan keuntungan pedagang dalam rupiah dan dalam persen untuk setiap penjualan 1 kilogram daging! 4. Seorang pengecer buku mampu menjual 400 buah buku dalam seminggu. Setiap buku harus dijual seharga Rp 2.500,00. Agen buku memberikan rabat sebesar 18% dan setiap terjual 100 buku pengecer memperoleh untung 5% dari harga penjualan. Berapakah uang yang harus disetor ke agen buku? Hitung pula keuntungan yang diperoleh pengecer tersebut dalam rupiah. 5. Pak Harun membeli 16 karung beras. Setiap karungnya tertulis bruto 100 kg dan tara 2,5%. Harga beras setiap 1 kuintal adalah Rp 232.500,00. Karena membeli dalam jumlah besar, Pak Harun mendapat diskon 10%. Beras itu dijual ke pasar dengan harga Rp 2.400,00 setiap kilogramnya. a. Berapa rupiah uang yang harus dibayar oleh Pak Harun b. Berapa persen keuntungan/kerugian Pak Harun.
  • 19. 18 DAFTAR PUSTAKA Amsa Barata & Lieke Barata (1994), Perbankan: SMK Tingkat II Catur wulan 4, 5, 6 Jurusan Perdagangan Program Manajemen Bisnis. Bandung, Amrico Budi Kustoro (1995). Aritmetika Sosial: Modul 10 Pendidikan Matematika 2 Universitas Terbuka. Jakarta. Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II. Depdikbud (1985). Matematika 3a untuk SMA: Program Ilmu-ilmu Sosial, Pengetahuan Budaya dan Ilmu-ilmu Agama. Jakarta: Proyek Buku Terpadu. …………., (1993). GBPP Matematika SD Kurikulum 1994. Jakarta Sholichan Abdullah. (1999/2000). Aritmetika Sosial (Modul Pembinaan Penataran). Yogyakarta: PPPG Matematika.