SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Download to read offline
i
i
RINGKASAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA WORK VALUES DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI
SMKN 1 SEMARANG
Disusun oleh:
LINTANG UTAMI PUTRI
M2A007044
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
ii
ii
HALAMAN PENGESAHAN
RINGKASAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA WORK VALUES DAN
KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI
SMKN 1 SEMARANG
Oleh:
Lintang Utami Putri
Telah disahkan pada tanggal
_________________________
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping
Prasetyo Budi Widodo, S. Psi, M. Si Costrie Ganes, S. Psi, M. Si. Med
iii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Rumusan Masalah .............................................................................................. 8
Tujuan Penelitian ............................................................................................... 8
Manfaat Penelitian ............................................................................................. 8
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 9
Hipotesis ............................................................................................................. 11
METODE PENELITIAN ................................................................................ 11
Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................................... 11
Definisi Operasional............................................................................................ 12
Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................... 12
Pengumpulan Data ............................................................................................. 12
Metode Analisis Data ......................................................................................... 13
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 13
Uji Asumsi ......................................................................................................... 13
Uji Hipotesis ...................................................................................................... 14
Kategorisasi ........................................................................................................ 15
iv
iv
Pembahasan ........................................................................................................ 15
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 25
Kesimpulan ........................................................................................................ 25
Saran ................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27
v
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kategorisasi Variabel Kematangan Karir………..................................15
Gambar 2 Kategorisasi Variabel Work Values…….………..................................15
vi
vi
HUBUNGAN ANTARA WORK VALUES DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI SMKN 1 SEMARANG
Lintang Utami Putri
M2A007044
Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Siswa SMK berada pada rentang usia 15-17 tahun, dimana usia ini
termasuk dalam tahap eksplorasi tentatif, yaitu tahap dimana remaja semestinya
mulai mengidentifikasi kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai, serta
membentuk aspirasi karir dengan mempertimbangkan kebutuhan, minat,
kapasitas, dan nilai pribadi. Pada usia ini, terutama pada siswa SMK, kematangan
karir perlu dibutuhkan siswa untuk membentuk aspirasi karir dan pemilihan karir.
Salah satu faktor yang membantu siswa dalam membentuk aspirasi dan pemilihan
karir adalah values yang dimiliki masing-masing siswa, terutama work values
yaitu konsep ideal siswa terhadap suatu pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara work values dengan kematangan karir
pada siswa SMK kelas X dan XI. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara work values dengan kematangan karir pada siswa.
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas X dan XI SMKN 1
Semarang sebanyak 729 siswa. Sampel penelitian berjumlah 238 siswa, yang
diperoleh melalui teknik cluster random sampling. Alat pengumpul data dalam
penelitian ini adalah skala kematangan karir (31 aitem, α = 0,880) dan skala work
values (26 aitem, α = 0,881), yang telah diujicobakan pada 81 siswa kelas X dan
XI SMKN 1 Semarang.
Data yang didapatkan berdasarkan hasil analisis regresi sederhana
menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,732 dan p=0,000 (p<0,05). Artinya
terdapat hubungan yang positif dan sugnifikan antara work values dengan
kematangan karir. semakin tinggi work values maka semakin tinggi kematangan
karir. Sebaliknya, semakin rendah work values maka semakin rendah kematangan
karir. Sumbangan efektif work values dengan kematangan karir sebesar 53,6%.
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa terdapat faktor lain sebesar 46,4% yang
juga ikut berperan mempengaruhi kematangan karir yang tidak dibahas dalam
penelitian ini.
Kata kunci: kematangan karir, work values, siswa SMK
1
PENDAHULUAN
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau lanjutan dari hasil
belajar yang diakui setara SMP/MTs (Kemdiknas, 2011). Berbeda dengan SMA,
SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempersiapkan siswanya
untuk mampu terjun langsung ke dunia pekerjaan setelah lulus dari sekolah. Rata-
rata siswa SMK berkisar antara 15-17 tahun, yang menurut Santrock (2003, h.17)
tergolong dalam kategori usia remaja awal.
Pendidikan dan kurikulum siswa SMK berbeda dengan siswa SMA.
Kurikulum dan tujuan SMK adalah mendidik siswa yang siap bekerja setelah
lulus, sehingga pada SMK terdapat berbagai macam bidang yang menjurus pada
peningkatan hard skill siswa agar kemampuannya dapat digunakan untuk bekerja
setelah lulus. Kini pemerintah makin mengencangkan kemajuan SMK di
Indonesia dengan memperbanyak SMK di berbagai daerah di Indonesia.
Pemerintah menerapkan “SMK Bisa” yang merupakan slogan dari pemerintah
untuk meningkatkan kemajuan SMK di dunia pendidikan dan karir di Indonesia,
yaitu siswa SMK mampu melahirkan karya-karya kreatif dan inovatif yang
bermanfaat bagi masyarakat (Ariopsmk, 2009).
Masa remaja adalah masa memilih, menurut Havigurst (dalam Hurlock,
2002, h. 10) pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau
karir merupakan merupakan tugas perkembangan yang penting dimasa remaja,
sebab karir atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan.
2
Implikasinya remaja diharapkan untuk memilih suatu pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuannya, dan mempersiapkan diri agar memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk memasuki suatu bidang pekerjaan (Yusuf, 2000, h. 83).
Menurut teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super (dalam
Fuhrmann, 1990, h.443), siswa SMK berada pada tahap eksplorasi periode
kristalisasi. Pada tahap tersebut, remaja semestinya sudah mampu membentuk
aspirasi karir dengan mempertimbangkan kebutuhan, minat, kapasitas, dan nilai
pribadi. Pada masa ini remaja mulai mengidentifikasi kesempatan dan tingkat
pekerjaan yang sesuai, serta mengimplementasikan pilihan karir dengan
memilih pendidikan dan pelatihan yang sesuai, akhirnya memasuki pekerjaan
yang sesuai dengan pilihannya. Pada tahap ini pula, perkembangan karir pada
remaja mengalami perkembangan yang besar dan menjadi hal yang sangat
penting berkaitan dengan proses pengambilan keputusan akan karir dimana hal
ini akan sangat mempengaruhi masa depannya (González, 2008, h. 752).
Berkaitan dengan pemilihan karir tersebut, kematangan karir bagi siswa
SMK sangatlah penting, karena salah satu tugas siswa SMK setelah
menyelesaikan pendidikannya dan lulus dari bangku sekolah adalah mengenai
pekerjaan. Menurut Marlock (dalam Liliek, 2007) pada dasarnya, SMK
merupakan sebuah lembaga pendidikan menengah yang memang bertugas
menghasilkan lulusan yang siap kerja. Kematangan karir merupakan hal yang
sangat penting, karena ketika lulus diharapkan siswa dapat bekerja atau setidaknya
membuat lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan keahliannya ketika duduk di
bangku SMK.
3
Meskipun SMK diharapkan bisa menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi
pada kenyataannya pengangguran terbuka paling banyak justru dari SMK.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2009, lulusan SMK
justru menyumbang pengangguran terbuka paling banyak di Indonesia. Pada
Februari 2008, pengangguran terbuka yang terbesar berasal dari lulusan diploma
III sebesar 16,35%, diikuti lulusan SMK sebesar 14,80%. Akan tetapi pada
Februari 2009 didapatkan hasil yang berkebalikan. Lulusan SMK menyumbang
pengangguran terbuka paling tinggi, sebesar 15,69%, diikuti lulusan diploma III
sebesar 15,38%. Pada bulan Agustus 2009, SMK juga masih menyumbang
pengangguran terbuka paling banyak sebesar 14,59% diikuti lulusan SMA sebesar
14,50 % (Bps, 2009).
Penelitian Hayadin (2006, h.390) di sejumlah Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di
Jakarta, memberikan gambaran bahwa 35,75% siswa kelas XII sudah mempunyai
pilihan pekerjaan dan profesi, sementara 64,25% belum memiliki pilihan
pekerjaan dan profesi. Salah satu penyebab ketidakmampuan memilih pekerjaan
adalah kurangnya wawasan dan pengetahuan remaja mengenai dunia pekerjaan.
Berdasarkan penggalian data awal pada 15 siswa SMKN 1 Semarang,
melalui FGD (focus group discussion) yang masing-masing terdiri dari lima siswa
kelas X, XI, dan XII, didapatkan bahwa sebagian responden yakin dengan masuk
SMK setelah lulus dapat langsung bekerja dan mendapatkan pekerjaan yang
sesuai dengan jurusan yang diambil sekarang di SMK. Sebagian responden yang
4
lain terutama dari siswa kelas XII masih bimbang dengan pekerrjaan yang akan
dicari setelah lulus dari bangku SMK.
Menurut guru BK SMKN 1 Semarang, pihak sekolah telah melakukan
berbagai tindakan untuk mempersiapkan siswanya dalam memasuki dunia kerja.
Setiap satu kali dalam satu minggu, siswa diberikan bimbingan karir oleh guru
BK selama satu jam pelajaran. Pada kurikulum untuk kelas XI terdapat mata
pelajaran magang, siswa kelas XI akan melakukan kegiatan magang sekitar 1-3
bulan di luar sekolah pada perusahaan, lembaga, atau pabrik yang bekerja sama
dengan SMKN 1 Semarang. Pihak sekolah juga memiliki program BKK
(Bimbingan Karir Kerja) untuk kelas XII, program tersebut dikelola oleh beberapa
guru di SMKN 1 Semarang dimana melalui BKK siswa kelas XII dipersiapkan
dalam memilih dan mendapatkan tempat kerja yang sesuai, BKK juga
mengadakan bursa kerja untuk siswa kelas XII yang akan segera lulus.
Penelitian Agustin (2008) pada 60 orang mahasiswa Politeknik API
Yogyakarta jurusan Perpajakan dan Telekomunikasi menunjukkan adanya
hubungan negatif yang sangat signifikan antara kematangan karir dengan
kecemasan menghadapi dunia kerja. Kecemasan menghadapi dunia kerja terjadi
karena kurangnya kesempatan yang dimiliki individu dalam suatu pekerjaan atau
profesi tertentu. Jika mahasiswa mencapai kematangan karir, maka tekanan
perasaan dalam menghadapi dunia kerja yang dirasakannya semakin rendah.
Penelitian Hayati (2004, h.14) pada mahasiswa Universitas Diponegoro
memberikan gambaran bahwa terdapat hubungan positif antara kematangan karir
dengan kewirausahaan. Kematangan karir merupakan dasar tumbuh kembangnya
5
mentalitas wirausaha yang tidak lain adalah modal dasar menjadi seorang
wirausaha. Senada dengan penelitian tersebut, penelitian Wijayanti (2004) pada
98 siswa kelas XI SMK PGRI 2 Salatiga menunjukkan bahwa kematangan karir
secara positif dan signifikan mempengaruhi minat berwiraswasta. Kematangan
karir dengan segala aspeknya dapat digunakan sebagai prediktor untuk mengukur
minat berwiraswasta. Semakin tinggi kematangan karir, semakin tinggi minat
berwiraswasta dan sebaliknya. Dengan berwiraswasta artinya individu
menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga dapat mengurangi angka
pengangguran di Indonesia.
Penelitian González (2008, h.767) pada siswa sekolah menengah
menunjukkan bahwa kematangan karir merupakan aspek yang sangat penting
dalam perkembangan karir dan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa agar mampu
membuat keputusan untuk memilih pendidikan dan pekerjaan yang tepat. Pada
saat siswa berada pada sekolah menengah, kematangan karir mengalami
perkembangan dan kemajuan yang pesat. Keberhasilan dalam menyelesaikan dan
membuat keputusan karir yang tepat sesuai dengan tahap perkembangan karirnya
disebut kematangan karir (Yost & Corbishly, dalam Seligman, 1994, h.28).
Sejumlah penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya
kematangan karir sangat penting dimiliki oleh individu, terutama siswa SMK
karena siswa SMK harus berhadapan dengan pemilihan pekerjaan yang sesuai
dengan keinginan dan kemampuan dirinya, pada dasarnya siswa SMK memang
dipersiapkan untuk langsung menghadapi dunia kerja setelah lulus.
6
Kematangan karir banyak dipengaruhi oleh faktor baik dari dalam maupun
luar diri remaja. Faktor eksternal terdiri dari keluarga, latar belakang sosial
ekonomi, gender, teman sebaya, lingkungan sekolah, faktor realitas, dan proses
pendidikan (Seligman, 1994, h.38; Rice, 1993, h.519-536; Fuhrman, 1990, h.442).
Sementara itu, faktor internal terdiri dari inteligensi dan bakat khusus, minat
vokasional, kepribadian, dan values (Seligman, 1994, h.38; Rice, 1993, h.525).
Values dapat didefinisikan sebagai konsep atau standar akan tujuan dan
harapan yang diinginkan individu pada situasi tertentu, dan panduan dalam
menyeleksi kebutuhan yang dianggap penting oleh individu (Schwartz & Bilsky,
dalam Hirschi, 2010, h.276). Values merupakan standar yang dianggap berharga
untuk dicapai (Chaplin, 2006, h.527). Values mengandung unsur pertimbangan
yang mengemban gagasan-gagasan mengenai perihal yang benar, baik, atau yang
diinginkan oleh individu (Robbins, 2007, h.83).
Values berkembang pesat ketika masa remaja dan juga di saat remaja
mulai serius memikirkan pekerjaan. Values merupakan bagian integral dari
identitas diri dan membantu remaja mengenali dirinya, memahami pengalaman
dan kejadian disekitarnya, serta mengembangkan intuisi dan ekspetasi untuk
berinteraksi dengan orang lain (Flanagan, dalam Wray-Lake, 2009, h.3). Values
mengarahkan sikap, baik sekarang dan di masa depan (Rokeach, dalam Wray-
Lake, 2009, h.3), dan merupakan sumber yang mendasari pilihan yang dilakukan
oleh remaja sejalan dengan transisi mereka ke tahap dewasa (Eccles et al., dalam
Wray-Lake, 2009, h.3).
7
Siswa SMK dalam usahanya untuk mencapai karir yang diinginkan salah
satunya dipengaruhi oleh values yang dimiliki masing-masing siswa. Pekerjaan
bukan saja merupakan hal yang penting pada masa eksplorasi identitas remaja,
tetapi juga dasar yang penting untuk masa depan (Eccless et al., dalam Wray-
Lake, 2009, h.4). Values yang berhubungan dengan karir atau pekerjaan disebut
work values. Bagi remaja, work values adalah standar atau konsep yang
diharapkan dari suatu pekerjaan (Johnson, dalam Wray-Lake, 2009, h.4). Brown
(dalam Hirschi, 2010, h.3) mendefinisikan work values sebagai standar yang
diyakini oleh individu harus dapat dipuaskan sebagai hasil dari suatu pekerjaan.
Values terhadap pekerjaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Work
values internal individu mengacu pada komponen-komponen pekerjaan
berhubungan dengan pengembangan dirinya sebagai seorang pekerja kelak. Work
values eksternal individu mengacu pada hasil yang ingin didapatkan dari
pekerjaan selain pengembangan diri, seperti upah dan status sosial. Work values
sosial mengacu pada harapan individu terhadap lingkungan pekerjaannya serta
interaksi sosial dengan teman-teman kerja (George & Jones, dalam Hirschi, 2010,
h.277).
Work values pada tiap individu berbeda, begitu pula karir atau pekerjaan
yang diinginkan oleh tiap individu bisa berbeda satu sama lain. Hofstede (dalam
Berrings, 2004, h.351) menyatakan bahwa work values dapat digunakan sebagai
penentu dalam pemilihan pekerjaan yang ideal untuk individu.
Dari uraian penjelasan di atas dapat diasumsikan bahwa kematangan karir
dapat dipengaruhi oleh work values, dimana work values berperan sebagai konsep
8
bagi siswa untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan standar
yang dimiliki. Menyadari akan pentingnya peran work values dan kematangan
karir pada siswa SMK, serta masih terbatasnya penelitian mengenai hal tersebut,
maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara work values dengan
kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik permasalahan yaitu ”Apakah
terdapat hubungan antara work values dengan kematangan karir pada siswa kelas
X dan XI SMKN 1 Semarang”.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empirik hubungan antara
work values dengan kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1
Semarang.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi pengembangan psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan
mengenai kematangan karir bagi para remaja terutama bagi siswa yang akan
dihadapkan pada pemilihan karir.
9
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
hubungan antara work values dan kematangan karir.
b. Bagi pihak sekolah
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan informasi hubungan work
values dengan kematangan karir sehingga dapat menjadi masukan untuk
membantu siswa mempersiapkan pemilihan karir.
c. Bagi orangtua
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan pengertian dan
pemahaman, sehingga dapat memberikan dukungan secara tepat dan
efektif mengenai pentingnya kematangan karir bagi anak untuk masa
depan.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kematangan Karir
Pengertian Kematangan Karir
Kesadaran dan pehamahaman individu untuk menjalankan tugas
perkembangan karir sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang
dijalani, meliputi pembuatan perencanaan, pengumpulan informasi
mengenai pekerjaan, dan mengidentifikasi kesempatan serta tingkat
pekerjaan yang sesuai.
10
Aspek Kematangan Karir
a. Perencanaan
b. Eksplorasi
c. Kompetensi informasional
d. Pengambilan keputusan
Tahap Perkembangan Karir
a. Pertumbuhan (sekitar usia 14 tahun)
b. Eksplorasi (usia 15-25 tahun)
1) Tentatif (usia 15-17 tahun)
2) Transisi (usia 18-21 tahun)
3) Percobaan (usia 22-24 tahun)
c. Tahap Establishment
1) Stabilisasi (usia 26-30 tahun)
2) Konsolidasi (usia 31-45 tahun)
3) Tahap Maintenance (usia 46-65 tahun)
4) Tahap Decline (kemunduran)
Faktor yang mempengaruhi Kematangan Karir
a. Keluarga
b. Sosial ekonomi
c. Gender
d. Faktor individual
1) Harga diri
2) Kemampuan dan minat
11
3) Kepribadian
2. Work Values
Pengertian Work Values
Keyakinan individu terhadap konsep ideal suatu pekerjaan untuk
dirinya, dan harapan individu agar bisa mendapatkan pekerjaan yang
sesuai dengan konsep ideal tersebut.
Dimensi Work Values
a. Instrinsik
b. Ekstrinsik
c. Sosial
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan
yang positif antara work values dengan kematangan karir pada siswa kelas X
dan XI SMKN 1 Semarang. Semakin tinggi work values siswa, maka semakin
tinggi pula kematangan karir siswa tersebut. Sebaliknya semakin rendah work
values siswa, maka semakin rendah pula kematangan karir siswa tersebut.
METODE PENELITIAN
Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel kriterium : kematangan karir
2. Variabel predictor : work values
12
Definisi Operasional
1. Kematangan Karir
Kematangan karir adalah kesadaran dan pemahaman individu
dalam merancang pemilihan karir yang diakhiri dengan melakukan
pengambilan keputusan karir.
2. Work Values
Work values merupakan keyakinan individu terhadap suatu
pekerjaan serta komponen-komponennya, dan harapan individu agar bisa
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan standar yang dimiliki.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMKN
1 Semarang. Adapun karakteristik populasi penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Bersekolah di SMKN 1 Semarang
2. Siswa kelas X dan XI yang aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar
di SMKN 1 Semarang
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
cluster random sampling, yaitu memilih sampel didasarkan randomisasi
terhadap kelompoknya, bukan terhadap subjek secara individu.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala
kematangan karir dengan aitem sejumlah 31 aitem dengan α = 0,880 dan
skala work values dengan aitem sejumlah 26 aitem dengan α = 0,881.
13
Metode Analisis Data
Metode análisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows versi
18.0 karena datanya berwujud angka-angka dan metode statistik dapat
memberikan hasil yang objektif.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis regresi (anareg) linear sederhana. Analisis regresi (anareg)
adalah suatu teknik statistik parametrik yang dapat digunakan untuk (1)
mengadakan peramalan atau prediksi besarnya variasi yang terjadi pada
variabel Y berdasarkan variabel X, (2) menentukan bentuk hubungan
antara variabel X dan variabel Y, (3) menentukan arah dan besarnya
koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas yang diperoleh terhadap kematangan karir
didapatkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,855 dengan nilai p= 0,458
(p > 0,05). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebaran data
kematangan karir memiliki distribusi normal. Uji normalitas yang
diperoleh terhadap work values didapatkan nilai Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,901 dengan nilai p= 0,392 (p > 0,05). Hasil tersebut
14
mengindikasikan bahwa sebaran data work values memiliki distribusi
normal.
2. Uji Linearitas
Berdasarkan hasil uji linearitas hubungan antara variabel work values
dengan variabel kematangan karir didapatkan hasil hasil FLin = 273,115
dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
hubungan antara kedua variabel tersebut adalah linear.
Uji Hipotesis
Hubungan antara work values dengan kematangan karir dapat
digambarkan dalam persamaan garis regresi sebagai berikut:
Y = 23,811 + 0,599X
Persamaan ini memiliki arti bahwa variabel kematangan karir (Y) rata-
rata akan turun sebesar 0,599 untuk setiap satu poin perubahan yang terjadi pada
variabel work values.
Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi linear
sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara
variabel work values dengan variabel kematangan karir sebagaimana ditunjukkan
oleh angka korelasi rxy = 0,732 dengan tingkat signifikansi korelasi sebesar p =
0,000 (p<0,05). Nilai koefisien korelasi yang memiliki tanda positif menunjukkan
arah hubungan kedua variabel bersifat positif, yaitu semakin tinggi work values
pada siswa maka semakin tinggi kematangan karir pada siswa, begitu pula
sebaliknya. Semakin rendah work values siswa maka semakin rendah kematangan
karir pada siswa.
15
Kategorisasi
Kategorisasi variabel kematangan karir dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Rentang Nilai dan Kategorisasi Skor Subjek PenelitianVariabel
Kematangan Karir
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
0 subjek 2 subjek 174 subjek 28 subjek
0% 0,84% 73,11% 11,76%
49,6 68,2 86,8 105,4
Kategorisasi variabel work values dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2. Rentang Nilai dan Kategorisasi Skor Subjek PenelitianVariabel
Work Values
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
0 subjek 1 subjek 142 subjek 71 subjek
0% 0,42% 59,66% 29,83%
45,5 58,5 71,5 84,5
Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan
adanya hubungan yang positif dan signifikan antara work values dengan
kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Nilai p=0,000
(p < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
work values dengan kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1
Semarang. Nilai koefisien korelasi (rxy) = 0,732 menunjukkan arah hubungan
kedua variabel bersifat positif, yaitu semakin tinggi work values maka semakin
tinggi kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat
diterima. Terujinya hipotesis ini menunjukkan bahwa work values merupakan
salah satu faktor yang menentukan kematangan karir.
16
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata work values yang dimiliki
siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang, yaitu dari 142 pada 238 siswa (59,66%)
berada pada kategori tinggi. Keadaaan ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa
memiliki work values yang tinggi, yakni siswa telah memiliki konsep dan standar
ideal berkaitan dengan suatu pekerjaan serta komponen-komponen pekerjaan
tersebut. Dengan hasil tersebut, mengindikasikan bahwa siswa serius dalam
memikirkan komponen-komponen pekerjaan yang penting bagi dirinya serta
memikirkan dan menetapkan pentingnya memikirkan karakteristik umum
mengenai pekerjaan yang ideal (Hofstede, dalam Berings, 2003, h.351).
Penelitian yang dilakukan oleh Osipow (dalam Huang & Healy, 1997,
h.456) menyatakan bahwa work values berkembang dan berubah ketika individu
beralih dari tahap perkembangan satu ke tahap perkembangan selanjutnya, dan
perkembangan ini akan sangat terlihat ketika individu dihadapkan pada
pengambilan keputusan akan karir. Terkait dengan penelitian tersebut, siswa SMK
berkembang untuk menjadi seorang pekerja, sehingga keputusan akan karir adalah
hal yang penting bagi siswa. Adanya hubungan antara work values dengan
kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang ini
mendukung penelitian Flanagan (dalam Wray-Lake, 2009, h.3) bahwa values
terhadap pekerjaan berkembang pesat ketika remaja mulai serius memikirkan
mengenai pekerjaan. Work values merupakan tujuan yang dimiliki oleh tiap
individu dari suatu pekerjaan dan memainkan peran yang penting dalam
kehidupan seseorang dan perkembangan karir (Super, dalam Huang & Healy,
1997, h.455). Penelitian yang dilakukan oleh Judge & Bretz (Shaw & Duys, 2005,
17
h.1) menyatakan bahwa work values mempengaruhi pemilihan karir seseorang.
Dimana work values membentuk konsep mengenai pekerjaan yang diharapkan
untuk individu tersebut.
Dari hasil penggalian data awal dengan beberapa siswa kelas X dan XI
SMKN 1 Semarang juga didapatkan bahwa rata-rata mereka masuk SMK adalah
pilihan utama. Mereka mengungkapkan ingin langsung bekerja setelah lulus
sekolah menengah, maka dari itu mereka memilih SMK dari pada SMA. Dari data
yang didapat rata-rata mereka mengungkapkan bahwa pilihan masuk SMK adalah
keinginan diri sendiri, salah satu alasannya adalah dengan bekerja mereka bisa
membantu orangtua. Pekerjaan adalah hal utama yang dipikirkan siswa SMK,
serta mereka dididik agar siap kerja. Pekerjaan yang tepat, sesuai dengan bidang
dan minatnya mempengaruhi pertimbangan siswa terhadap suatu pekerjaannya
kelak. Siswa mengharapkan dapat pekerjaan yang sesuai dengan work values yang
dimilikinya.
Siswa dengan work values yang tinggi berarti telah menetapkan konsep
yang ideal terhadap suatu pekerjaan sehingga siswa memiliki keyakinan yang
memotivasi untuk meraih pekerjaan tersebut. Dan sebaliknya, siswa dengan work
values yang rendah, siswa kurang membentuk konsep ideal terhadap suatu
pekerjaan sehingga kurang memiliki keyakinan untuk menetapkan pekerjaan yang
sesuai untuk dirinya. Siswa dengan work values yang tinggi memiliki gambaran
dalam mencari kerja sesuai dengan minat dan kemampuannya, sehingga siswa
tersebut mengerti pekerjaan atau karir yang akan dipilihnya (Brown, dalam
Hirschi, 2010, h.4). Pada kenyataannya, SMK adalah lembaga pendidikan yang
18
mengembangkan siswanya memiliki keahlian khusus yang siap kerja, sehingga
siswa SMK banyak yang bekerja setelah lulus. Dengan hasil yang menyatakan
bahwa work values siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang berada pada
kategori tinggi mengindikasikan bahwa siswa telah menetapkan values yang
berhubungan dengan pekerjaan, sesuai dengan tuntutan pendidikan di SMK,
bahwa SMK melahirkan siswa yang siap bekerja. Dari penggalian data awal
melalui wawancara dengan seorang guru BK, untuk menyiapkan siswa terjun ke
dunia pekerjaan, SMKN 1 Semarang menyiapkan BKK (Bimbingan Karir Kerja)
yang disiapkan ketika siswa masuk kelas XII untuk membantu siswa memilih
pekerjaan dan mencari tempat kerja yang sesuai, selain itu materi pendidikan telah
disiapkan dari kelas X untuk mengasah kemampuan siswa sesuai dengan masing-
masing jurusannya, misalnya pelajaran praktek siswa TAV (Teknik Audio Video)
yang dilakukan di bengkel audio video seperti merakit CD player. Ketika siswa
masuk kelas XI, mereka disiapkan untuk melakukan magang sekitar 1-3 bulan di
instansi perusahaan yang bekerja sama dengan sekolah dan yang berhubungan
dengan jurusan mereka. SMKN 1 Semarang juga bekerja sama dengan beberapa
instansi perusahaan, seperti ASTRA, Yamaha, beberapa pabrik di Jawa maupun
luar Jawa, dan beberapa perusahaan lainnya untuk melakukan rekrutmen pada
siswa-siswa SMKN 1 Semarang yang biasanya dilakukan pada siswa kelas XII
setelah siswa melaksanakan UNAS (Ujian Nasional). Jadi, siswa SMKN 1
Semarang cukup dibekali hard skill dan kesempatan untuk bekerja.
Siswa SMK memiliki tanggung jawab yang berbeda dengan lulusan SMA
biasa. Siswa SMK dididik untuk menjadi lulusan yang siap kerja sesuai dengan
19
tujuan berdirinya SMK, berbeda dengan siswa SMA yang dididik tidak sebagai
lulusan yang siap bekerja. Sehingga idealnya siswa SMK diharapkan
mendapatkan pekerjaan kelak setelah lulus. Siswa SMK yang berada pada rentang
usia antara 15-17 tahun masuk dalam tahap eksplorasi periode tentatif, dimana
pada tahap ini siswa memang semestinya mulai mengidentifikasi kesempatan dan
tingkat pekerjaan yang sesuai, serta membentuk aspirasi karir dengan
mempertimbangkan kebutuhan, minat, kapasitas, dan nilai pribadi (Super, dalam
Seligman, 1994, h.9). Oleh karena itu, siswa SMK diharapkan telah memiliki
gambaran karir yang sesuai dengan diri masing-masing karena ketika memilih
menjadi siswa SMK. Sejak awal masuk SMK mereka telah dihadapkan dalam
pemilihan jurusan yang berbeda-beda, dan tiap siswa memiliki minat yang
berbeda-beda, pemilihan jurusan tersebut menentukan mereka kemudian dalam
mengasah pengetahuan dan kemampuannya agar dapat menjadi siswa yang
kompeten dalam bidangnya dan bekerja sesuai dengan bidang yang diambilnya.
Kematangan karir merupakan variabel penting yang perlu dipertimbangkan untuk
mengukur eksplorasi karir karena pada masa remaja ini akan dihadapkan pada
pengambilan keputusan karir.
Work values membentuk mindset siswa agar memiliki ekspektasi dan
standar yang ideal terhadap suatu pekerjaan yang memotivasi dalam memilih
pekerjaan sesuai dengan keinginan dan harapan yang penting bagi siswa mengenai
suatu pekerjaan. Work values merupakan prediktor yang signifikan terhadap
pemilihan karir yang positif (Hirschi, 2010, h.12). Work values dapat membentuk
20
gambaran dan pemahaman individu untuk merancang dan memotivasi pemilihan
karir tersebut.
Merancang pemilihan karir akan membantu individu dalam membuat
keputusan karir. Untuk melakukan perancangan karir dibutuhkan gambaran dan
pemahaman mengenai karir dan kemampuan dirinya. Perancangan karir untuk
melakukan pemilihan karir merupakan tanda kematangan karir pada remaja.
Mempersiapkan karir merupakan salah satu tugas remaja dalam tahap
perkembangannya. Hakikat dari tugas perkembangan ini adalah memilih
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan mempersiapkan diri untuk
memasuki dunia kerja dengan mengumpulkan pengetahuan dan keterampilan
(Yusuf, 2000, h. 83). Karir merupakan salah satu tugas perkembangan remaja
(Havigurst, dalam Hurlock, 2002, h.10), sehingga remaja diharapkan untuk
memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan mempersiapkan
diri agar memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki suatu bidang
pekerjaan (Yusuf, 2000, h.83). Meningkatnya kesesuaian antara kemampuan
dengan karir yang diinginkan merupakan salah satu karakteristik kematangan karir
(Seligman, 1994, h.29).
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, siswa kelas X dan XI SMK
cukup antusias dan yakin bahwa pilihannya masuk SMK adalah tepat karena
kesempatan untuk dapat langsung bekerja cukup besar. Siswa memiliki
keyakinan bahwa belajar di jurusan yang telah dipilih membantu mendapatkan
pekerjaan yang baik. Keyakinan akan jurusan yang diambil oleh siswa
membantu dalam meningkatkan kematangan karir siswa tersebut. Hasil
21
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kematangan karir yang dimiliki siswa
kelas X dan XI SMKN 1 Semarang berada pada kategori tinggi, yaitu 73,11%
dengan rata-rata nilai mean empirik 95,76. Keadaaan ini menunjukkan bahwa
rata-rata siswa memiliki kematangan yang tinggi dalam memikirkan karirnya
kelak setelah lulus. Hal ini mengindikasikan siswa memiliki kemampuan dalam
memilih karir dan membuat keputusan akan karirnya kelak (Swanson &
Achiardi, 2005, h.358).
Penelitian oleh Dose (dalam Lyons et al., 2009, h.3) menyatakan bahwa
work values merupakan kriteria psikologis mendasar yang mengarahkan
preferensi tiap individu pada sikap dan hasil yang berkaitan dengan suatu
pekerjaan. Maka semakin tinggi work values yang dimiliki oleh individu semakin
tinggi keyakinan yang memotivasi individu untuk mencapai dan mendapatkan
komponen-komponen penting pekerjaannya kelak.
Pada skala penelitian ini, dari tiga dimensi work values didapatkan bahwa
dimensi sosial merupakan penyumbang terbesar untuk aitem-aitem skala
penelitian sebesar 42,31%, kemudian instrinsik (38,46%), dan ekstrinsik
(19,23%). Hal ini mengindikasikan bahwa siswa mengutamakan values sosial
terhadap pekerjaanya, siswa mengharapkan agar mendapatkan pekerjaan serta
tempat kerja dengan lingkungan sosial yang baik, dimana dapat terjadi interaksi
sosial antar rekan kerja yang komunikatif, sehingga dapat beradaptasi dengan
lingkungan kerjanya kelak.
Siswa berada pada masa remaja, dimana pada tahap ini mereka dihadapkan
dengan temuan siapa mereka, bagaimana mereka kira-kira nantinya, dan kemana
22
mereka menuju dalam kehidupannya. Satu dimensi yang penting ialah penjajakan
pilihan-pilihan alternatif terhadap peran, disini penjajakan karir merupakan hal
penting (Erikson, dalam Santrock, 2001, h.43). Mengacu pada teori tersebut,
lingkungan sosial merupakan salah satu faktor utama yang membentuk
kepribadian siswa, seperti yang diungkapkan oleh Bandura (dalam Santrock,
2001, h.55) bahwa lingkungan adalah faktor penting yang mempengaruhi
perilaku. Sehingga, karena siswa berada pada masa remaja, lingkungan sosial
adalah faktor penting dalam perkembangannya termasuk dalam penjajakan karir,
lingkungan sosial membantu siswa membentuk kepribadiannya.
Selain itu, values instrinsik dan ekstrinsik juga mempengaruhi values
siswa terhadap pekerjaanya. Dalam skala penelitian, aitem work values instrinsik
yang banyak dipertimbangkan oleh siswa adalah pencapaian (achievement),
mengembangkan kinerja, serta kemandirian. Berdasarkan aitem-aitem tersebut,
hal ini mengindikasikan bahwa siswa juga mempertimbangkan agar ia dapat
berkembang sebagai seorang pekerja dan dapat lebih mandiri sebagai seorang
individu kelak setelah bekerja. Siswa memiliki values dimana dengan bekerja
dapat memberikan kontribusi terhadap dirinya secara internal sebagai proses
pengembangan diri. Selain itu, faktor eksternal juga berpengaruh pada work
values siswa, yaitu job security dan pandangan orang lain terhadap pekerjaannya
kelak. Siswa juga mempertimbangkan suatu pekerjaan yang dapat memberikan
keaamanan dan nama baik bagi sesuai dengan values ekstrinsik siswa terhadap
pekerjaannya.
23
Ketiga dimensi work values tersebut mempengaruhi pertimbangan siswa
terhadap suatu pekerjaan. Setiap siswa memiliki values masing-masing, values
mengandung unsur pertimbangan dan gagasan tentang apa yang benar, baik, dan
diinginkan (Robbins, 2007, h.83). Values mendorong siswa untuk meraih
keinginan dan tujuannnya. Sebagai siswa SMK, dibutuhkan untuk memiliki work
values yang tinggi karena setelah lulus mereka diharapkan untuk dapat langsung
bekerja, sesuai dengan harapan pemerintah bahwa lulusan SMK dapat mengurangi
angka pengangguran di Indonesia.
Jadi, dengan hasil penelitian work values dalam kategori tinggi mereka
telah memiliki mindset pekerjaan dengan values yang sesuai dengan
keinginannya, terutama yang berkaitan dengan lingkungan sosial agar siswa dapat
bekerja dengan nyaman serta berinteraksi dan beradaptasi dengan rekan-rekan
kerjanya kelak, kemudian hal lain yang berpengaruh adalah values instrinsik
sebagai harapan siswa dalam pengembangan diri, dan hal lain yang berpengaruh
adalah values ekstrinsik yang dapat memberikan keamanan serta pandangan yang
baik orang lain terhadap pekerjaanya kelak.
Jadi, siswa dengan work values yang positif lebih termotivasi, sehingga
memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam mencari kerja dan bekerja.
Terbentuknya work values pada siswa SMK tentunya bertujuan untuk persiapan
karir setelah lulus, kesiapan siswa untuk bekerja setelah lulus menandakan
matangnya pilihan karir, yang secara implisit diasumsikan siswa tersebut siap
terjun ke dalam dunia kerja.
24
Hasil penelitian ini juga mengungkapkan sumbangan efektif variabel work
values terhadap kematangan karir siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang yang
ditunjukkan melalui nilai R square sebesar 0,536. Angka tersebut menjelaskan
bahwa 53,6% faktor yang mempengaruhi kematangan karir pada siswa kelas X
dan XI dapat diprediksi dari variabel work values. Besarnya sumbangan efektif
menunjukkan bahwa memang work values mempengaruhi kematangan karir.
Sementara sisanya 46,4% dari kematangan karir ditentukan oleh faktor-faktor lain
yang tidak diungkap dalam penelitian ini, seperti faktor keluarga atau lingkungan
sosial.
Beberapa kendala terjadi dalam penelitian ini. Karena siswa SMK tidak
selalu belajar di dalam kelas dan melakukan praktek di bengkel, peneliti agak
kesulitan untuk mengumpulkan para siswa untuk mengisi skala, seperti kelas XI
TP 2 yang penelitiannya dilaksanakan selama dua hari dikarenakan siswa sedang
dalam pelajaran praktek di bengkel dan hanya sebagian siswa yang dapat
dikumpulkan untuk mengerjakan skala, hal ini juga disebabkan karena terbatasnya
tempat untuk mengisi skala. Waktu pelaksanaan penelitian terdapat beberapa
siswa yang terlihat kurang serius ketika mengisi skala, meskipun peneliti telah
menjelaskan sebelumnya bahwa hasil peneltian tidak akan mempengaruhi hasil
belajar di sekolah.
Kelemahan lain yang terdapat dalam penelitian ini yaitu skala work values.
Terdapat beberapa aitem-aitemnya ada yang kurang sesuai dengan siswa SMK
kelas X dan lebih cenderung lebih sesuai untuk siswa kelas XII.
25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat hubungan positif antara work values dengan kematangan karir pada siswa
kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Artinya semakin tinggi work values maka
semakin tinggi kematangan karir siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang.
Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan berdasarkan hasil
penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
Bagi siswa disarankan memikirkan lebih dalam mengenai
komponen-komponen pekerjaan yang penting bagi diri sendiri, seperti
minat terhadap pekerjaan, kesempatan siswa dapat berkembang, serta
lingkungan pekerjaan kelak. Siswa diharapkan aktif mencari infomasi
mengenai karir dan pekerjaan baik sendiri maupun dengan bantuan guru
atau orang lain, sehingga dapat menambah informasi mengenai kriteria-
kriteria yang dibutuhkan pada pekerjaan yang diminati.
2. Bagi pihak sekolah
Pihak sekolah meningkatkan peralatan-peralatan praktek dan
meningkatkan pelajaran praktik, serta mengadakan pelatihan-pelatihan
yang berhubungan dengan peningkatan hard skill dan soft skill, maka skill
siswa semakin terasah dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan juga
semakin besar. Pihak sekolah, terutama guru BK untuk meningkatkan
26
komunikasi dengan siswa mengenai aspirasi karir, serta membuat catatan
pemantauan sejauh mana perekembangan karir, penilaian terhadap
pekerjaan, aspirasi karir, maupun pemilihan karir pada siswa. Hal ini dapat
membantu siswa agar tidak mengalami kebingungan mengenai masa
depannya setelah lulus dari bangku SMK dan siswa menjadi lebih paham
akan aspirasi karirnya.
3. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang variabel
kematangan karir disarankan untuk:
a. Meningkatkan perbaikan dalam pembuatan alat ukur agar setiap aspek
maupun dimensi yang digunakan dapat terungkap dengan baik dan
menyeluruh, sehingga didapatkan hasil yang maksimal.
b. Diharapakan juga dapat menggunakan siswa kelas XII sebagai sampel
penelitian, karena siswa kelas XII lebih dihadapkan pada pemilihan
karir dan agar lebih mengungkap variabel secara menyeluruh. Serta
dapat dilakukan perbandingan antara kelas X, XI, dan XII.
c. Peneliti juga diharapkan dapat melakukan pengumpulan data awal
dengan lebih menyeluruh mengenai aspek eksternal, seperti mengenai
topik upah bagi siswa, serta data demografis siswa agar didapatkan
gambaran di lapangan yang sebenarnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, A. 2008. Hubungan antara Kematangan Vokasional dengan Kecemasan
Menghadapi Dunia Kerja. Abstrak Penelitian. Surakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Anastasi, A., & Urbina, S. 1997. Tes Psikologi Jilid 2. Jakarta: Prenhallindo.
Ariopsmk. 2009. Mendiknas Gelorakan Slogan: SMK Bisa!. Available FTP:
http://www.ditpsmk.net/?page=news;ODYz, diakses 28 Juli 2011.
Athanasou, J. A. 2008. International Handbook of Career Guidance. New York:
Springer.
Azwar, S. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik. 2009. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2009.
Available FTP: http://www.bps.go.id/brs_file/naker-01des09.pdf, diakses 28
Juli 2011.
Berings, D., et al.. 2004. Work values and personality traits as predictors of
enterprising and social vocational interests. Journal of Personality and
Individual Differences, 36, 349-364.
Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Duffy, R.D. & Sedlack, W.E. 2007. The Work Values of First-Year College
Students: Exploring Group Difference. The Career Development Quarterly,
55, 359-364.
Fuhrmann, B.S. 1990. Adolescence Adolscents 2nd
Ed. London: Scott
Foresman/Little, Brown Higher Education.
González, M.A. 2008. Career Maturity; a Priority for secondary education.
Journal of Research in Educational Psychology, 16, 6, 749-772.
Hasan, B. 2006. Career Maturity of Indian Adolescents as a Function of Self
Concept, Vocational Aspiration, and Gender. Journal of Indian Academy
of Applied Psychology, 32, 2, 127-134.
Hastuti. S. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.
28
Hayadin. 2006. Pengambilan Keputusan untuk Profesi pada Siswa Jenjang
Pendidikan Menengah (Survei pada SMA, MA, dan SMK di DKI Jakarta),
Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 59, 12, 383-394.
Hayati, R.E. 2004. Studi Korelasi Antara Tingkat Kematangan Vokasional dengan
Kewirausahaan pada Mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Sastra
Universitas Diponegoro. Ringkasan Skripsi (Tidak Diterbitkan). Semarang:
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
Hirschi, A. 2010. Positive Adolescent Career Development: The Role of
Instrinsic and Extrinsic Work Values. Career Development Quarterly, 58,
3, 276-287.
Huang, Y. & Healy, C.C. 1997. The relations of Holland-Typed Majors to
Students’ Freshman and Senior Work Values. Research in Higher
Education, 38, 4, 455-477.
Hurlock, E.B. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kemdiknas. 2011. Pendidikan Menengah Kejuruan. Available FTP:
http://www.ditpsmk.net/?, diakses 22 Maret 2011.
Liliek. 2007. Pendidikan yang Melahirkan Pengangguran Intelektual. Available
FTP: http://www.suarapembaruan.com/News
/2007/05/02/Sorotan/sorot01.htm, diakses 22 Maret 2011.
Lyons, S. T., et al.. 2010. Work values: Development of a new three-dimensional
structure based on confirmatory smallest space analysis. Journal of
Organizational Behavior, 31, 969-1002.
Pujayanti, D. 2009. Atasi Pengangguran, Menakertrans Minta Jumlah SMK
Ditambah. Available FTP:
http://www.kompas.com/lipsus052009/antasariread/2009/02/06/10142820/A
tasi.Pengangguran..Menakertrans.Minta.Jumlah.SMK.Ditambah, diakses 22
Maret 2011.
Rice, F.P. 1993. Adolescent Development, Relationship, and Culture 7th ed.
Massachusetts: A Division of Simon & Schuster.
Robbins, S. P. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Macanan Jaya
Cemerlang.
Rojewski. 1995. Effect of Gender and Academic Risk Behavior on the Career
Maturity of Rural Youth. Journal of Research in Rural Education, 11, 2,
1-14.
29
Santrock, J.W. 2001. Life-Span Development Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Savickas, M. L. 2001. A Developmental Perspective on Vocational Behavior:
Career Pattern, Salience, and Themes. International Journal for
Educational and Vocational Guidance, 1, 52-53.
Seligman, L. 1994. Developmental career counceling and assesment 2nd
ed.
Thousand Oaks: Sage.
Sugiyono, 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumintar. 2009. SMK Bisa, Menciptakan Tenaga Kerja Siap Pakai. Available
FTP: http://www.sumintar.com/smk-bisa-menciptakan-tenaga-kerja-siap-
pakai.html, diakses 28 Maret 2011.
Swanson, J.L & Achiardi, C. 2005. Beyond Interest, Needs/Values, and
Abilities: Assesing Other Important Career Constructs over the Life
Span. dalam Brown, S.D., Lent, R.W, Career Development and
Counceling Putting Theory and Research to Work. New Jersey: John
Wiley and Sons Inc.
Ueda Y. & Ohzono, Y. 2009. Effects of seniors’ work values on their self-skill
evaluations: focusing on Japanesse seniors. Journal of International
Business and Cultural Studies, 1-12.
Winarsunu, T. 2004. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan.
Malang: UMM Press.
Winkel, W.S., & Hastuti, S. 2004. Bimbingan Karir di Institusi Pendidikan.
Jakarta: Media Abadi.
Wray-Lake, et al.. 2009. Exploring the Changing Meaning of Work for American
High School Seniors from 1976 to 2005. The Network on Transitions to
Adulthood Research Network Working Paper, 1-19.
Yusuf, S. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Rosdakarya.

More Related Content

Similar to HUBUNGAN WORK VALUES KEMATANGAN KARIR

ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKANISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKANDadang DjokoKaryanto
 
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTO
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTOISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTO
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTODadang DjokoKaryanto
 
Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan kari...
Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan kari...Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan kari...
Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan kari...Psikopedagogia uad
 
PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SISWA PADA...
PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SISWA PADA...PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SISWA PADA...
PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SISWA PADA...ERNING KAROMAH
 
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...Arvina Frida Karela
 
Pendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan Karir
Pendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan KarirPendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan Karir
Pendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan KarirMohamad Adriyanto
 
Buku Matematika (buku guru) SMA kelas 11
Buku Matematika (buku guru) SMA kelas 11Buku Matematika (buku guru) SMA kelas 11
Buku Matematika (buku guru) SMA kelas 11GN Yogi Maha Putra
 
Program bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematan
Program bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematanProgram bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematan
Program bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematansyaifulSaif
 
penting
pentingpenting
pentingc_ck69
 
Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Guru Dalam Proses Pembelajaran Ku...
Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Guru Dalam Proses Pembelajaran Ku...Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Guru Dalam Proses Pembelajaran Ku...
Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Guru Dalam Proses Pembelajaran Ku...Paulus Robert Tuerah
 
Tugas UAS perencanaan pembelajaran Andrio N.pptx
Tugas UAS perencanaan pembelajaran Andrio N.pptxTugas UAS perencanaan pembelajaran Andrio N.pptx
Tugas UAS perencanaan pembelajaran Andrio N.pptxAndrioN4
 
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Kary...
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Kary...Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Kary...
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Kary...Herman Sjahruddin
 

Similar to HUBUNGAN WORK VALUES KEMATANGAN KARIR (20)

Guru dalam pembelajaran
Guru dalam pembelajaranGuru dalam pembelajaran
Guru dalam pembelajaran
 
Ringkasan full teks
Ringkasan full teksRingkasan full teks
Ringkasan full teks
 
Bab 1 08402241020
Bab 1  08402241020Bab 1  08402241020
Bab 1 08402241020
 
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKANISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN
 
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTO
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTOISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTO
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTO
 
Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan kari...
Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan kari...Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan kari...
Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan kari...
 
PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SISWA PADA...
PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SISWA PADA...PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SISWA PADA...
PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SISWA PADA...
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
 
Pendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan Karir
Pendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan KarirPendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan Karir
Pendidikan Kejuruan dan Vokasi dalam Perspektif Pengembangan Karir
 
Contoh laporan
Contoh laporanContoh laporan
Contoh laporan
 
Matematika (buku guru)
Matematika (buku guru) Matematika (buku guru)
Matematika (buku guru)
 
Buku Matematika (buku guru) SMA kelas 11
Buku Matematika (buku guru) SMA kelas 11Buku Matematika (buku guru) SMA kelas 11
Buku Matematika (buku guru) SMA kelas 11
 
Program bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematan
Program bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematanProgram bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematan
Program bimbingan karir_untuk_meningkatkan_kematan
 
penting
pentingpenting
penting
 
559
559559
559
 
Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Guru Dalam Proses Pembelajaran Ku...
Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Guru Dalam Proses Pembelajaran Ku...Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Guru Dalam Proses Pembelajaran Ku...
Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Guru Dalam Proses Pembelajaran Ku...
 
Proposal skripsi
Proposal skripsiProposal skripsi
Proposal skripsi
 
Tugas UAS perencanaan pembelajaran Andrio N.pptx
Tugas UAS perencanaan pembelajaran Andrio N.pptxTugas UAS perencanaan pembelajaran Andrio N.pptx
Tugas UAS perencanaan pembelajaran Andrio N.pptx
 
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Kary...
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Kary...Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Kary...
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Kary...
 

HUBUNGAN WORK VALUES KEMATANGAN KARIR

  • 1. i i RINGKASAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA WORK VALUES DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI SMKN 1 SEMARANG Disusun oleh: LINTANG UTAMI PUTRI M2A007044 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012
  • 2. ii ii HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA WORK VALUES DAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI SMKN 1 SEMARANG Oleh: Lintang Utami Putri Telah disahkan pada tanggal _________________________ Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping Prasetyo Budi Widodo, S. Psi, M. Si Costrie Ganes, S. Psi, M. Si. Med
  • 3. iii iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v ABSTRAK ........................................................................................................ vi PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 Rumusan Masalah .............................................................................................. 8 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 8 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 8 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 9 Hipotesis ............................................................................................................. 11 METODE PENELITIAN ................................................................................ 11 Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................................... 11 Definisi Operasional............................................................................................ 12 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................... 12 Pengumpulan Data ............................................................................................. 12 Metode Analisis Data ......................................................................................... 13 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 13 Uji Asumsi ......................................................................................................... 13 Uji Hipotesis ...................................................................................................... 14 Kategorisasi ........................................................................................................ 15
  • 4. iv iv Pembahasan ........................................................................................................ 15 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 25 Kesimpulan ........................................................................................................ 25 Saran ................................................................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27
  • 5. v v DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kategorisasi Variabel Kematangan Karir………..................................15 Gambar 2 Kategorisasi Variabel Work Values…….………..................................15
  • 6. vi vi HUBUNGAN ANTARA WORK VALUES DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI SMKN 1 SEMARANG Lintang Utami Putri M2A007044 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro ABSTRAK Siswa SMK berada pada rentang usia 15-17 tahun, dimana usia ini termasuk dalam tahap eksplorasi tentatif, yaitu tahap dimana remaja semestinya mulai mengidentifikasi kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai, serta membentuk aspirasi karir dengan mempertimbangkan kebutuhan, minat, kapasitas, dan nilai pribadi. Pada usia ini, terutama pada siswa SMK, kematangan karir perlu dibutuhkan siswa untuk membentuk aspirasi karir dan pemilihan karir. Salah satu faktor yang membantu siswa dalam membentuk aspirasi dan pemilihan karir adalah values yang dimiliki masing-masing siswa, terutama work values yaitu konsep ideal siswa terhadap suatu pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara work values dengan kematangan karir pada siswa SMK kelas X dan XI. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara work values dengan kematangan karir pada siswa. Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang sebanyak 729 siswa. Sampel penelitian berjumlah 238 siswa, yang diperoleh melalui teknik cluster random sampling. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah skala kematangan karir (31 aitem, α = 0,880) dan skala work values (26 aitem, α = 0,881), yang telah diujicobakan pada 81 siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Data yang didapatkan berdasarkan hasil analisis regresi sederhana menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,732 dan p=0,000 (p<0,05). Artinya terdapat hubungan yang positif dan sugnifikan antara work values dengan kematangan karir. semakin tinggi work values maka semakin tinggi kematangan karir. Sebaliknya, semakin rendah work values maka semakin rendah kematangan karir. Sumbangan efektif work values dengan kematangan karir sebesar 53,6%. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa terdapat faktor lain sebesar 46,4% yang juga ikut berperan mempengaruhi kematangan karir yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Kata kunci: kematangan karir, work values, siswa SMK
  • 7. 1 PENDAHULUAN SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui setara SMP/MTs (Kemdiknas, 2011). Berbeda dengan SMA, SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempersiapkan siswanya untuk mampu terjun langsung ke dunia pekerjaan setelah lulus dari sekolah. Rata- rata siswa SMK berkisar antara 15-17 tahun, yang menurut Santrock (2003, h.17) tergolong dalam kategori usia remaja awal. Pendidikan dan kurikulum siswa SMK berbeda dengan siswa SMA. Kurikulum dan tujuan SMK adalah mendidik siswa yang siap bekerja setelah lulus, sehingga pada SMK terdapat berbagai macam bidang yang menjurus pada peningkatan hard skill siswa agar kemampuannya dapat digunakan untuk bekerja setelah lulus. Kini pemerintah makin mengencangkan kemajuan SMK di Indonesia dengan memperbanyak SMK di berbagai daerah di Indonesia. Pemerintah menerapkan “SMK Bisa” yang merupakan slogan dari pemerintah untuk meningkatkan kemajuan SMK di dunia pendidikan dan karir di Indonesia, yaitu siswa SMK mampu melahirkan karya-karya kreatif dan inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat (Ariopsmk, 2009). Masa remaja adalah masa memilih, menurut Havigurst (dalam Hurlock, 2002, h. 10) pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan merupakan tugas perkembangan yang penting dimasa remaja, sebab karir atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan.
  • 8. 2 Implikasinya remaja diharapkan untuk memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan mempersiapkan diri agar memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki suatu bidang pekerjaan (Yusuf, 2000, h. 83). Menurut teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super (dalam Fuhrmann, 1990, h.443), siswa SMK berada pada tahap eksplorasi periode kristalisasi. Pada tahap tersebut, remaja semestinya sudah mampu membentuk aspirasi karir dengan mempertimbangkan kebutuhan, minat, kapasitas, dan nilai pribadi. Pada masa ini remaja mulai mengidentifikasi kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai, serta mengimplementasikan pilihan karir dengan memilih pendidikan dan pelatihan yang sesuai, akhirnya memasuki pekerjaan yang sesuai dengan pilihannya. Pada tahap ini pula, perkembangan karir pada remaja mengalami perkembangan yang besar dan menjadi hal yang sangat penting berkaitan dengan proses pengambilan keputusan akan karir dimana hal ini akan sangat mempengaruhi masa depannya (González, 2008, h. 752). Berkaitan dengan pemilihan karir tersebut, kematangan karir bagi siswa SMK sangatlah penting, karena salah satu tugas siswa SMK setelah menyelesaikan pendidikannya dan lulus dari bangku sekolah adalah mengenai pekerjaan. Menurut Marlock (dalam Liliek, 2007) pada dasarnya, SMK merupakan sebuah lembaga pendidikan menengah yang memang bertugas menghasilkan lulusan yang siap kerja. Kematangan karir merupakan hal yang sangat penting, karena ketika lulus diharapkan siswa dapat bekerja atau setidaknya membuat lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan keahliannya ketika duduk di bangku SMK.
  • 9. 3 Meskipun SMK diharapkan bisa menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi pada kenyataannya pengangguran terbuka paling banyak justru dari SMK. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2009, lulusan SMK justru menyumbang pengangguran terbuka paling banyak di Indonesia. Pada Februari 2008, pengangguran terbuka yang terbesar berasal dari lulusan diploma III sebesar 16,35%, diikuti lulusan SMK sebesar 14,80%. Akan tetapi pada Februari 2009 didapatkan hasil yang berkebalikan. Lulusan SMK menyumbang pengangguran terbuka paling tinggi, sebesar 15,69%, diikuti lulusan diploma III sebesar 15,38%. Pada bulan Agustus 2009, SMK juga masih menyumbang pengangguran terbuka paling banyak sebesar 14,59% diikuti lulusan SMA sebesar 14,50 % (Bps, 2009). Penelitian Hayadin (2006, h.390) di sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jakarta, memberikan gambaran bahwa 35,75% siswa kelas XII sudah mempunyai pilihan pekerjaan dan profesi, sementara 64,25% belum memiliki pilihan pekerjaan dan profesi. Salah satu penyebab ketidakmampuan memilih pekerjaan adalah kurangnya wawasan dan pengetahuan remaja mengenai dunia pekerjaan. Berdasarkan penggalian data awal pada 15 siswa SMKN 1 Semarang, melalui FGD (focus group discussion) yang masing-masing terdiri dari lima siswa kelas X, XI, dan XII, didapatkan bahwa sebagian responden yakin dengan masuk SMK setelah lulus dapat langsung bekerja dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang diambil sekarang di SMK. Sebagian responden yang
  • 10. 4 lain terutama dari siswa kelas XII masih bimbang dengan pekerrjaan yang akan dicari setelah lulus dari bangku SMK. Menurut guru BK SMKN 1 Semarang, pihak sekolah telah melakukan berbagai tindakan untuk mempersiapkan siswanya dalam memasuki dunia kerja. Setiap satu kali dalam satu minggu, siswa diberikan bimbingan karir oleh guru BK selama satu jam pelajaran. Pada kurikulum untuk kelas XI terdapat mata pelajaran magang, siswa kelas XI akan melakukan kegiatan magang sekitar 1-3 bulan di luar sekolah pada perusahaan, lembaga, atau pabrik yang bekerja sama dengan SMKN 1 Semarang. Pihak sekolah juga memiliki program BKK (Bimbingan Karir Kerja) untuk kelas XII, program tersebut dikelola oleh beberapa guru di SMKN 1 Semarang dimana melalui BKK siswa kelas XII dipersiapkan dalam memilih dan mendapatkan tempat kerja yang sesuai, BKK juga mengadakan bursa kerja untuk siswa kelas XII yang akan segera lulus. Penelitian Agustin (2008) pada 60 orang mahasiswa Politeknik API Yogyakarta jurusan Perpajakan dan Telekomunikasi menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara kematangan karir dengan kecemasan menghadapi dunia kerja. Kecemasan menghadapi dunia kerja terjadi karena kurangnya kesempatan yang dimiliki individu dalam suatu pekerjaan atau profesi tertentu. Jika mahasiswa mencapai kematangan karir, maka tekanan perasaan dalam menghadapi dunia kerja yang dirasakannya semakin rendah. Penelitian Hayati (2004, h.14) pada mahasiswa Universitas Diponegoro memberikan gambaran bahwa terdapat hubungan positif antara kematangan karir dengan kewirausahaan. Kematangan karir merupakan dasar tumbuh kembangnya
  • 11. 5 mentalitas wirausaha yang tidak lain adalah modal dasar menjadi seorang wirausaha. Senada dengan penelitian tersebut, penelitian Wijayanti (2004) pada 98 siswa kelas XI SMK PGRI 2 Salatiga menunjukkan bahwa kematangan karir secara positif dan signifikan mempengaruhi minat berwiraswasta. Kematangan karir dengan segala aspeknya dapat digunakan sebagai prediktor untuk mengukur minat berwiraswasta. Semakin tinggi kematangan karir, semakin tinggi minat berwiraswasta dan sebaliknya. Dengan berwiraswasta artinya individu menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Penelitian González (2008, h.767) pada siswa sekolah menengah menunjukkan bahwa kematangan karir merupakan aspek yang sangat penting dalam perkembangan karir dan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa agar mampu membuat keputusan untuk memilih pendidikan dan pekerjaan yang tepat. Pada saat siswa berada pada sekolah menengah, kematangan karir mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat. Keberhasilan dalam menyelesaikan dan membuat keputusan karir yang tepat sesuai dengan tahap perkembangan karirnya disebut kematangan karir (Yost & Corbishly, dalam Seligman, 1994, h.28). Sejumlah penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya kematangan karir sangat penting dimiliki oleh individu, terutama siswa SMK karena siswa SMK harus berhadapan dengan pemilihan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan dirinya, pada dasarnya siswa SMK memang dipersiapkan untuk langsung menghadapi dunia kerja setelah lulus.
  • 12. 6 Kematangan karir banyak dipengaruhi oleh faktor baik dari dalam maupun luar diri remaja. Faktor eksternal terdiri dari keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, teman sebaya, lingkungan sekolah, faktor realitas, dan proses pendidikan (Seligman, 1994, h.38; Rice, 1993, h.519-536; Fuhrman, 1990, h.442). Sementara itu, faktor internal terdiri dari inteligensi dan bakat khusus, minat vokasional, kepribadian, dan values (Seligman, 1994, h.38; Rice, 1993, h.525). Values dapat didefinisikan sebagai konsep atau standar akan tujuan dan harapan yang diinginkan individu pada situasi tertentu, dan panduan dalam menyeleksi kebutuhan yang dianggap penting oleh individu (Schwartz & Bilsky, dalam Hirschi, 2010, h.276). Values merupakan standar yang dianggap berharga untuk dicapai (Chaplin, 2006, h.527). Values mengandung unsur pertimbangan yang mengemban gagasan-gagasan mengenai perihal yang benar, baik, atau yang diinginkan oleh individu (Robbins, 2007, h.83). Values berkembang pesat ketika masa remaja dan juga di saat remaja mulai serius memikirkan pekerjaan. Values merupakan bagian integral dari identitas diri dan membantu remaja mengenali dirinya, memahami pengalaman dan kejadian disekitarnya, serta mengembangkan intuisi dan ekspetasi untuk berinteraksi dengan orang lain (Flanagan, dalam Wray-Lake, 2009, h.3). Values mengarahkan sikap, baik sekarang dan di masa depan (Rokeach, dalam Wray- Lake, 2009, h.3), dan merupakan sumber yang mendasari pilihan yang dilakukan oleh remaja sejalan dengan transisi mereka ke tahap dewasa (Eccles et al., dalam Wray-Lake, 2009, h.3).
  • 13. 7 Siswa SMK dalam usahanya untuk mencapai karir yang diinginkan salah satunya dipengaruhi oleh values yang dimiliki masing-masing siswa. Pekerjaan bukan saja merupakan hal yang penting pada masa eksplorasi identitas remaja, tetapi juga dasar yang penting untuk masa depan (Eccless et al., dalam Wray- Lake, 2009, h.4). Values yang berhubungan dengan karir atau pekerjaan disebut work values. Bagi remaja, work values adalah standar atau konsep yang diharapkan dari suatu pekerjaan (Johnson, dalam Wray-Lake, 2009, h.4). Brown (dalam Hirschi, 2010, h.3) mendefinisikan work values sebagai standar yang diyakini oleh individu harus dapat dipuaskan sebagai hasil dari suatu pekerjaan. Values terhadap pekerjaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Work values internal individu mengacu pada komponen-komponen pekerjaan berhubungan dengan pengembangan dirinya sebagai seorang pekerja kelak. Work values eksternal individu mengacu pada hasil yang ingin didapatkan dari pekerjaan selain pengembangan diri, seperti upah dan status sosial. Work values sosial mengacu pada harapan individu terhadap lingkungan pekerjaannya serta interaksi sosial dengan teman-teman kerja (George & Jones, dalam Hirschi, 2010, h.277). Work values pada tiap individu berbeda, begitu pula karir atau pekerjaan yang diinginkan oleh tiap individu bisa berbeda satu sama lain. Hofstede (dalam Berrings, 2004, h.351) menyatakan bahwa work values dapat digunakan sebagai penentu dalam pemilihan pekerjaan yang ideal untuk individu. Dari uraian penjelasan di atas dapat diasumsikan bahwa kematangan karir dapat dipengaruhi oleh work values, dimana work values berperan sebagai konsep
  • 14. 8 bagi siswa untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan standar yang dimiliki. Menyadari akan pentingnya peran work values dan kematangan karir pada siswa SMK, serta masih terbatasnya penelitian mengenai hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara work values dengan kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik permasalahan yaitu ”Apakah terdapat hubungan antara work values dengan kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang”. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empirik hubungan antara work values dengan kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan mengenai kematangan karir bagi para remaja terutama bagi siswa yang akan dihadapkan pada pemilihan karir.
  • 15. 9 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hubungan antara work values dan kematangan karir. b. Bagi pihak sekolah Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan informasi hubungan work values dengan kematangan karir sehingga dapat menjadi masukan untuk membantu siswa mempersiapkan pemilihan karir. c. Bagi orangtua Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan pengertian dan pemahaman, sehingga dapat memberikan dukungan secara tepat dan efektif mengenai pentingnya kematangan karir bagi anak untuk masa depan. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kematangan Karir Pengertian Kematangan Karir Kesadaran dan pehamahaman individu untuk menjalankan tugas perkembangan karir sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dijalani, meliputi pembuatan perencanaan, pengumpulan informasi mengenai pekerjaan, dan mengidentifikasi kesempatan serta tingkat pekerjaan yang sesuai.
  • 16. 10 Aspek Kematangan Karir a. Perencanaan b. Eksplorasi c. Kompetensi informasional d. Pengambilan keputusan Tahap Perkembangan Karir a. Pertumbuhan (sekitar usia 14 tahun) b. Eksplorasi (usia 15-25 tahun) 1) Tentatif (usia 15-17 tahun) 2) Transisi (usia 18-21 tahun) 3) Percobaan (usia 22-24 tahun) c. Tahap Establishment 1) Stabilisasi (usia 26-30 tahun) 2) Konsolidasi (usia 31-45 tahun) 3) Tahap Maintenance (usia 46-65 tahun) 4) Tahap Decline (kemunduran) Faktor yang mempengaruhi Kematangan Karir a. Keluarga b. Sosial ekonomi c. Gender d. Faktor individual 1) Harga diri 2) Kemampuan dan minat
  • 17. 11 3) Kepribadian 2. Work Values Pengertian Work Values Keyakinan individu terhadap konsep ideal suatu pekerjaan untuk dirinya, dan harapan individu agar bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan konsep ideal tersebut. Dimensi Work Values a. Instrinsik b. Ekstrinsik c. Sosial Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang positif antara work values dengan kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Semakin tinggi work values siswa, maka semakin tinggi pula kematangan karir siswa tersebut. Sebaliknya semakin rendah work values siswa, maka semakin rendah pula kematangan karir siswa tersebut. METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel kriterium : kematangan karir 2. Variabel predictor : work values
  • 18. 12 Definisi Operasional 1. Kematangan Karir Kematangan karir adalah kesadaran dan pemahaman individu dalam merancang pemilihan karir yang diakhiri dengan melakukan pengambilan keputusan karir. 2. Work Values Work values merupakan keyakinan individu terhadap suatu pekerjaan serta komponen-komponennya, dan harapan individu agar bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan standar yang dimiliki. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Adapun karakteristik populasi penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bersekolah di SMKN 1 Semarang 2. Siswa kelas X dan XI yang aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar di SMKN 1 Semarang Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling, yaitu memilih sampel didasarkan randomisasi terhadap kelompoknya, bukan terhadap subjek secara individu. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kematangan karir dengan aitem sejumlah 31 aitem dengan α = 0,880 dan skala work values dengan aitem sejumlah 26 aitem dengan α = 0,881.
  • 19. 13 Metode Analisis Data Metode análisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows versi 18.0 karena datanya berwujud angka-angka dan metode statistik dapat memberikan hasil yang objektif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi (anareg) linear sederhana. Analisis regresi (anareg) adalah suatu teknik statistik parametrik yang dapat digunakan untuk (1) mengadakan peramalan atau prediksi besarnya variasi yang terjadi pada variabel Y berdasarkan variabel X, (2) menentukan bentuk hubungan antara variabel X dan variabel Y, (3) menentukan arah dan besarnya koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji normalitas yang diperoleh terhadap kematangan karir didapatkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,855 dengan nilai p= 0,458 (p > 0,05). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebaran data kematangan karir memiliki distribusi normal. Uji normalitas yang diperoleh terhadap work values didapatkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,901 dengan nilai p= 0,392 (p > 0,05). Hasil tersebut
  • 20. 14 mengindikasikan bahwa sebaran data work values memiliki distribusi normal. 2. Uji Linearitas Berdasarkan hasil uji linearitas hubungan antara variabel work values dengan variabel kematangan karir didapatkan hasil hasil FLin = 273,115 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut adalah linear. Uji Hipotesis Hubungan antara work values dengan kematangan karir dapat digambarkan dalam persamaan garis regresi sebagai berikut: Y = 23,811 + 0,599X Persamaan ini memiliki arti bahwa variabel kematangan karir (Y) rata- rata akan turun sebesar 0,599 untuk setiap satu poin perubahan yang terjadi pada variabel work values. Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel work values dengan variabel kematangan karir sebagaimana ditunjukkan oleh angka korelasi rxy = 0,732 dengan tingkat signifikansi korelasi sebesar p = 0,000 (p<0,05). Nilai koefisien korelasi yang memiliki tanda positif menunjukkan arah hubungan kedua variabel bersifat positif, yaitu semakin tinggi work values pada siswa maka semakin tinggi kematangan karir pada siswa, begitu pula sebaliknya. Semakin rendah work values siswa maka semakin rendah kematangan karir pada siswa.
  • 21. 15 Kategorisasi Kategorisasi variabel kematangan karir dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Rentang Nilai dan Kategorisasi Skor Subjek PenelitianVariabel Kematangan Karir Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi 0 subjek 2 subjek 174 subjek 28 subjek 0% 0,84% 73,11% 11,76% 49,6 68,2 86,8 105,4 Kategorisasi variabel work values dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2. Rentang Nilai dan Kategorisasi Skor Subjek PenelitianVariabel Work Values Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi 0 subjek 1 subjek 142 subjek 71 subjek 0% 0,42% 59,66% 29,83% 45,5 58,5 71,5 84,5 Pembahasan Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara work values dengan kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Nilai p=0,000 (p < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel work values dengan kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Nilai koefisien korelasi (rxy) = 0,732 menunjukkan arah hubungan kedua variabel bersifat positif, yaitu semakin tinggi work values maka semakin tinggi kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Terujinya hipotesis ini menunjukkan bahwa work values merupakan salah satu faktor yang menentukan kematangan karir.
  • 22. 16 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata work values yang dimiliki siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang, yaitu dari 142 pada 238 siswa (59,66%) berada pada kategori tinggi. Keadaaan ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa memiliki work values yang tinggi, yakni siswa telah memiliki konsep dan standar ideal berkaitan dengan suatu pekerjaan serta komponen-komponen pekerjaan tersebut. Dengan hasil tersebut, mengindikasikan bahwa siswa serius dalam memikirkan komponen-komponen pekerjaan yang penting bagi dirinya serta memikirkan dan menetapkan pentingnya memikirkan karakteristik umum mengenai pekerjaan yang ideal (Hofstede, dalam Berings, 2003, h.351). Penelitian yang dilakukan oleh Osipow (dalam Huang & Healy, 1997, h.456) menyatakan bahwa work values berkembang dan berubah ketika individu beralih dari tahap perkembangan satu ke tahap perkembangan selanjutnya, dan perkembangan ini akan sangat terlihat ketika individu dihadapkan pada pengambilan keputusan akan karir. Terkait dengan penelitian tersebut, siswa SMK berkembang untuk menjadi seorang pekerja, sehingga keputusan akan karir adalah hal yang penting bagi siswa. Adanya hubungan antara work values dengan kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang ini mendukung penelitian Flanagan (dalam Wray-Lake, 2009, h.3) bahwa values terhadap pekerjaan berkembang pesat ketika remaja mulai serius memikirkan mengenai pekerjaan. Work values merupakan tujuan yang dimiliki oleh tiap individu dari suatu pekerjaan dan memainkan peran yang penting dalam kehidupan seseorang dan perkembangan karir (Super, dalam Huang & Healy, 1997, h.455). Penelitian yang dilakukan oleh Judge & Bretz (Shaw & Duys, 2005,
  • 23. 17 h.1) menyatakan bahwa work values mempengaruhi pemilihan karir seseorang. Dimana work values membentuk konsep mengenai pekerjaan yang diharapkan untuk individu tersebut. Dari hasil penggalian data awal dengan beberapa siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang juga didapatkan bahwa rata-rata mereka masuk SMK adalah pilihan utama. Mereka mengungkapkan ingin langsung bekerja setelah lulus sekolah menengah, maka dari itu mereka memilih SMK dari pada SMA. Dari data yang didapat rata-rata mereka mengungkapkan bahwa pilihan masuk SMK adalah keinginan diri sendiri, salah satu alasannya adalah dengan bekerja mereka bisa membantu orangtua. Pekerjaan adalah hal utama yang dipikirkan siswa SMK, serta mereka dididik agar siap kerja. Pekerjaan yang tepat, sesuai dengan bidang dan minatnya mempengaruhi pertimbangan siswa terhadap suatu pekerjaannya kelak. Siswa mengharapkan dapat pekerjaan yang sesuai dengan work values yang dimilikinya. Siswa dengan work values yang tinggi berarti telah menetapkan konsep yang ideal terhadap suatu pekerjaan sehingga siswa memiliki keyakinan yang memotivasi untuk meraih pekerjaan tersebut. Dan sebaliknya, siswa dengan work values yang rendah, siswa kurang membentuk konsep ideal terhadap suatu pekerjaan sehingga kurang memiliki keyakinan untuk menetapkan pekerjaan yang sesuai untuk dirinya. Siswa dengan work values yang tinggi memiliki gambaran dalam mencari kerja sesuai dengan minat dan kemampuannya, sehingga siswa tersebut mengerti pekerjaan atau karir yang akan dipilihnya (Brown, dalam Hirschi, 2010, h.4). Pada kenyataannya, SMK adalah lembaga pendidikan yang
  • 24. 18 mengembangkan siswanya memiliki keahlian khusus yang siap kerja, sehingga siswa SMK banyak yang bekerja setelah lulus. Dengan hasil yang menyatakan bahwa work values siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang berada pada kategori tinggi mengindikasikan bahwa siswa telah menetapkan values yang berhubungan dengan pekerjaan, sesuai dengan tuntutan pendidikan di SMK, bahwa SMK melahirkan siswa yang siap bekerja. Dari penggalian data awal melalui wawancara dengan seorang guru BK, untuk menyiapkan siswa terjun ke dunia pekerjaan, SMKN 1 Semarang menyiapkan BKK (Bimbingan Karir Kerja) yang disiapkan ketika siswa masuk kelas XII untuk membantu siswa memilih pekerjaan dan mencari tempat kerja yang sesuai, selain itu materi pendidikan telah disiapkan dari kelas X untuk mengasah kemampuan siswa sesuai dengan masing- masing jurusannya, misalnya pelajaran praktek siswa TAV (Teknik Audio Video) yang dilakukan di bengkel audio video seperti merakit CD player. Ketika siswa masuk kelas XI, mereka disiapkan untuk melakukan magang sekitar 1-3 bulan di instansi perusahaan yang bekerja sama dengan sekolah dan yang berhubungan dengan jurusan mereka. SMKN 1 Semarang juga bekerja sama dengan beberapa instansi perusahaan, seperti ASTRA, Yamaha, beberapa pabrik di Jawa maupun luar Jawa, dan beberapa perusahaan lainnya untuk melakukan rekrutmen pada siswa-siswa SMKN 1 Semarang yang biasanya dilakukan pada siswa kelas XII setelah siswa melaksanakan UNAS (Ujian Nasional). Jadi, siswa SMKN 1 Semarang cukup dibekali hard skill dan kesempatan untuk bekerja. Siswa SMK memiliki tanggung jawab yang berbeda dengan lulusan SMA biasa. Siswa SMK dididik untuk menjadi lulusan yang siap kerja sesuai dengan
  • 25. 19 tujuan berdirinya SMK, berbeda dengan siswa SMA yang dididik tidak sebagai lulusan yang siap bekerja. Sehingga idealnya siswa SMK diharapkan mendapatkan pekerjaan kelak setelah lulus. Siswa SMK yang berada pada rentang usia antara 15-17 tahun masuk dalam tahap eksplorasi periode tentatif, dimana pada tahap ini siswa memang semestinya mulai mengidentifikasi kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai, serta membentuk aspirasi karir dengan mempertimbangkan kebutuhan, minat, kapasitas, dan nilai pribadi (Super, dalam Seligman, 1994, h.9). Oleh karena itu, siswa SMK diharapkan telah memiliki gambaran karir yang sesuai dengan diri masing-masing karena ketika memilih menjadi siswa SMK. Sejak awal masuk SMK mereka telah dihadapkan dalam pemilihan jurusan yang berbeda-beda, dan tiap siswa memiliki minat yang berbeda-beda, pemilihan jurusan tersebut menentukan mereka kemudian dalam mengasah pengetahuan dan kemampuannya agar dapat menjadi siswa yang kompeten dalam bidangnya dan bekerja sesuai dengan bidang yang diambilnya. Kematangan karir merupakan variabel penting yang perlu dipertimbangkan untuk mengukur eksplorasi karir karena pada masa remaja ini akan dihadapkan pada pengambilan keputusan karir. Work values membentuk mindset siswa agar memiliki ekspektasi dan standar yang ideal terhadap suatu pekerjaan yang memotivasi dalam memilih pekerjaan sesuai dengan keinginan dan harapan yang penting bagi siswa mengenai suatu pekerjaan. Work values merupakan prediktor yang signifikan terhadap pemilihan karir yang positif (Hirschi, 2010, h.12). Work values dapat membentuk
  • 26. 20 gambaran dan pemahaman individu untuk merancang dan memotivasi pemilihan karir tersebut. Merancang pemilihan karir akan membantu individu dalam membuat keputusan karir. Untuk melakukan perancangan karir dibutuhkan gambaran dan pemahaman mengenai karir dan kemampuan dirinya. Perancangan karir untuk melakukan pemilihan karir merupakan tanda kematangan karir pada remaja. Mempersiapkan karir merupakan salah satu tugas remaja dalam tahap perkembangannya. Hakikat dari tugas perkembangan ini adalah memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja dengan mengumpulkan pengetahuan dan keterampilan (Yusuf, 2000, h. 83). Karir merupakan salah satu tugas perkembangan remaja (Havigurst, dalam Hurlock, 2002, h.10), sehingga remaja diharapkan untuk memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan mempersiapkan diri agar memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki suatu bidang pekerjaan (Yusuf, 2000, h.83). Meningkatnya kesesuaian antara kemampuan dengan karir yang diinginkan merupakan salah satu karakteristik kematangan karir (Seligman, 1994, h.29). Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, siswa kelas X dan XI SMK cukup antusias dan yakin bahwa pilihannya masuk SMK adalah tepat karena kesempatan untuk dapat langsung bekerja cukup besar. Siswa memiliki keyakinan bahwa belajar di jurusan yang telah dipilih membantu mendapatkan pekerjaan yang baik. Keyakinan akan jurusan yang diambil oleh siswa membantu dalam meningkatkan kematangan karir siswa tersebut. Hasil
  • 27. 21 penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kematangan karir yang dimiliki siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang berada pada kategori tinggi, yaitu 73,11% dengan rata-rata nilai mean empirik 95,76. Keadaaan ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa memiliki kematangan yang tinggi dalam memikirkan karirnya kelak setelah lulus. Hal ini mengindikasikan siswa memiliki kemampuan dalam memilih karir dan membuat keputusan akan karirnya kelak (Swanson & Achiardi, 2005, h.358). Penelitian oleh Dose (dalam Lyons et al., 2009, h.3) menyatakan bahwa work values merupakan kriteria psikologis mendasar yang mengarahkan preferensi tiap individu pada sikap dan hasil yang berkaitan dengan suatu pekerjaan. Maka semakin tinggi work values yang dimiliki oleh individu semakin tinggi keyakinan yang memotivasi individu untuk mencapai dan mendapatkan komponen-komponen penting pekerjaannya kelak. Pada skala penelitian ini, dari tiga dimensi work values didapatkan bahwa dimensi sosial merupakan penyumbang terbesar untuk aitem-aitem skala penelitian sebesar 42,31%, kemudian instrinsik (38,46%), dan ekstrinsik (19,23%). Hal ini mengindikasikan bahwa siswa mengutamakan values sosial terhadap pekerjaanya, siswa mengharapkan agar mendapatkan pekerjaan serta tempat kerja dengan lingkungan sosial yang baik, dimana dapat terjadi interaksi sosial antar rekan kerja yang komunikatif, sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya kelak. Siswa berada pada masa remaja, dimana pada tahap ini mereka dihadapkan dengan temuan siapa mereka, bagaimana mereka kira-kira nantinya, dan kemana
  • 28. 22 mereka menuju dalam kehidupannya. Satu dimensi yang penting ialah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran, disini penjajakan karir merupakan hal penting (Erikson, dalam Santrock, 2001, h.43). Mengacu pada teori tersebut, lingkungan sosial merupakan salah satu faktor utama yang membentuk kepribadian siswa, seperti yang diungkapkan oleh Bandura (dalam Santrock, 2001, h.55) bahwa lingkungan adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku. Sehingga, karena siswa berada pada masa remaja, lingkungan sosial adalah faktor penting dalam perkembangannya termasuk dalam penjajakan karir, lingkungan sosial membantu siswa membentuk kepribadiannya. Selain itu, values instrinsik dan ekstrinsik juga mempengaruhi values siswa terhadap pekerjaanya. Dalam skala penelitian, aitem work values instrinsik yang banyak dipertimbangkan oleh siswa adalah pencapaian (achievement), mengembangkan kinerja, serta kemandirian. Berdasarkan aitem-aitem tersebut, hal ini mengindikasikan bahwa siswa juga mempertimbangkan agar ia dapat berkembang sebagai seorang pekerja dan dapat lebih mandiri sebagai seorang individu kelak setelah bekerja. Siswa memiliki values dimana dengan bekerja dapat memberikan kontribusi terhadap dirinya secara internal sebagai proses pengembangan diri. Selain itu, faktor eksternal juga berpengaruh pada work values siswa, yaitu job security dan pandangan orang lain terhadap pekerjaannya kelak. Siswa juga mempertimbangkan suatu pekerjaan yang dapat memberikan keaamanan dan nama baik bagi sesuai dengan values ekstrinsik siswa terhadap pekerjaannya.
  • 29. 23 Ketiga dimensi work values tersebut mempengaruhi pertimbangan siswa terhadap suatu pekerjaan. Setiap siswa memiliki values masing-masing, values mengandung unsur pertimbangan dan gagasan tentang apa yang benar, baik, dan diinginkan (Robbins, 2007, h.83). Values mendorong siswa untuk meraih keinginan dan tujuannnya. Sebagai siswa SMK, dibutuhkan untuk memiliki work values yang tinggi karena setelah lulus mereka diharapkan untuk dapat langsung bekerja, sesuai dengan harapan pemerintah bahwa lulusan SMK dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Jadi, dengan hasil penelitian work values dalam kategori tinggi mereka telah memiliki mindset pekerjaan dengan values yang sesuai dengan keinginannya, terutama yang berkaitan dengan lingkungan sosial agar siswa dapat bekerja dengan nyaman serta berinteraksi dan beradaptasi dengan rekan-rekan kerjanya kelak, kemudian hal lain yang berpengaruh adalah values instrinsik sebagai harapan siswa dalam pengembangan diri, dan hal lain yang berpengaruh adalah values ekstrinsik yang dapat memberikan keamanan serta pandangan yang baik orang lain terhadap pekerjaanya kelak. Jadi, siswa dengan work values yang positif lebih termotivasi, sehingga memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam mencari kerja dan bekerja. Terbentuknya work values pada siswa SMK tentunya bertujuan untuk persiapan karir setelah lulus, kesiapan siswa untuk bekerja setelah lulus menandakan matangnya pilihan karir, yang secara implisit diasumsikan siswa tersebut siap terjun ke dalam dunia kerja.
  • 30. 24 Hasil penelitian ini juga mengungkapkan sumbangan efektif variabel work values terhadap kematangan karir siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang yang ditunjukkan melalui nilai R square sebesar 0,536. Angka tersebut menjelaskan bahwa 53,6% faktor yang mempengaruhi kematangan karir pada siswa kelas X dan XI dapat diprediksi dari variabel work values. Besarnya sumbangan efektif menunjukkan bahwa memang work values mempengaruhi kematangan karir. Sementara sisanya 46,4% dari kematangan karir ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini, seperti faktor keluarga atau lingkungan sosial. Beberapa kendala terjadi dalam penelitian ini. Karena siswa SMK tidak selalu belajar di dalam kelas dan melakukan praktek di bengkel, peneliti agak kesulitan untuk mengumpulkan para siswa untuk mengisi skala, seperti kelas XI TP 2 yang penelitiannya dilaksanakan selama dua hari dikarenakan siswa sedang dalam pelajaran praktek di bengkel dan hanya sebagian siswa yang dapat dikumpulkan untuk mengerjakan skala, hal ini juga disebabkan karena terbatasnya tempat untuk mengisi skala. Waktu pelaksanaan penelitian terdapat beberapa siswa yang terlihat kurang serius ketika mengisi skala, meskipun peneliti telah menjelaskan sebelumnya bahwa hasil peneltian tidak akan mempengaruhi hasil belajar di sekolah. Kelemahan lain yang terdapat dalam penelitian ini yaitu skala work values. Terdapat beberapa aitem-aitemnya ada yang kurang sesuai dengan siswa SMK kelas X dan lebih cenderung lebih sesuai untuk siswa kelas XII.
  • 31. 25 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara work values dengan kematangan karir pada siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Artinya semakin tinggi work values maka semakin tinggi kematangan karir siswa kelas X dan XI SMKN 1 Semarang. Saran Beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa Bagi siswa disarankan memikirkan lebih dalam mengenai komponen-komponen pekerjaan yang penting bagi diri sendiri, seperti minat terhadap pekerjaan, kesempatan siswa dapat berkembang, serta lingkungan pekerjaan kelak. Siswa diharapkan aktif mencari infomasi mengenai karir dan pekerjaan baik sendiri maupun dengan bantuan guru atau orang lain, sehingga dapat menambah informasi mengenai kriteria- kriteria yang dibutuhkan pada pekerjaan yang diminati. 2. Bagi pihak sekolah Pihak sekolah meningkatkan peralatan-peralatan praktek dan meningkatkan pelajaran praktik, serta mengadakan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan peningkatan hard skill dan soft skill, maka skill siswa semakin terasah dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan juga semakin besar. Pihak sekolah, terutama guru BK untuk meningkatkan
  • 32. 26 komunikasi dengan siswa mengenai aspirasi karir, serta membuat catatan pemantauan sejauh mana perekembangan karir, penilaian terhadap pekerjaan, aspirasi karir, maupun pemilihan karir pada siswa. Hal ini dapat membantu siswa agar tidak mengalami kebingungan mengenai masa depannya setelah lulus dari bangku SMK dan siswa menjadi lebih paham akan aspirasi karirnya. 3. Bagi peneliti lain Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang variabel kematangan karir disarankan untuk: a. Meningkatkan perbaikan dalam pembuatan alat ukur agar setiap aspek maupun dimensi yang digunakan dapat terungkap dengan baik dan menyeluruh, sehingga didapatkan hasil yang maksimal. b. Diharapakan juga dapat menggunakan siswa kelas XII sebagai sampel penelitian, karena siswa kelas XII lebih dihadapkan pada pemilihan karir dan agar lebih mengungkap variabel secara menyeluruh. Serta dapat dilakukan perbandingan antara kelas X, XI, dan XII. c. Peneliti juga diharapkan dapat melakukan pengumpulan data awal dengan lebih menyeluruh mengenai aspek eksternal, seperti mengenai topik upah bagi siswa, serta data demografis siswa agar didapatkan gambaran di lapangan yang sebenarnya.
  • 33. 27 DAFTAR PUSTAKA Agustin, A. 2008. Hubungan antara Kematangan Vokasional dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja. Abstrak Penelitian. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Anastasi, A., & Urbina, S. 1997. Tes Psikologi Jilid 2. Jakarta: Prenhallindo. Ariopsmk. 2009. Mendiknas Gelorakan Slogan: SMK Bisa!. Available FTP: http://www.ditpsmk.net/?page=news;ODYz, diakses 28 Juli 2011. Athanasou, J. A. 2008. International Handbook of Career Guidance. New York: Springer. Azwar, S. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Pusat Statistik. 2009. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2009. Available FTP: http://www.bps.go.id/brs_file/naker-01des09.pdf, diakses 28 Juli 2011. Berings, D., et al.. 2004. Work values and personality traits as predictors of enterprising and social vocational interests. Journal of Personality and Individual Differences, 36, 349-364. Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Duffy, R.D. & Sedlack, W.E. 2007. The Work Values of First-Year College Students: Exploring Group Difference. The Career Development Quarterly, 55, 359-364. Fuhrmann, B.S. 1990. Adolescence Adolscents 2nd Ed. London: Scott Foresman/Little, Brown Higher Education. González, M.A. 2008. Career Maturity; a Priority for secondary education. Journal of Research in Educational Psychology, 16, 6, 749-772. Hasan, B. 2006. Career Maturity of Indian Adolescents as a Function of Self Concept, Vocational Aspiration, and Gender. Journal of Indian Academy of Applied Psychology, 32, 2, 127-134. Hastuti. S. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
  • 34. 28 Hayadin. 2006. Pengambilan Keputusan untuk Profesi pada Siswa Jenjang Pendidikan Menengah (Survei pada SMA, MA, dan SMK di DKI Jakarta), Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 59, 12, 383-394. Hayati, R.E. 2004. Studi Korelasi Antara Tingkat Kematangan Vokasional dengan Kewirausahaan pada Mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Sastra Universitas Diponegoro. Ringkasan Skripsi (Tidak Diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Hirschi, A. 2010. Positive Adolescent Career Development: The Role of Instrinsic and Extrinsic Work Values. Career Development Quarterly, 58, 3, 276-287. Huang, Y. & Healy, C.C. 1997. The relations of Holland-Typed Majors to Students’ Freshman and Senior Work Values. Research in Higher Education, 38, 4, 455-477. Hurlock, E.B. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Kemdiknas. 2011. Pendidikan Menengah Kejuruan. Available FTP: http://www.ditpsmk.net/?, diakses 22 Maret 2011. Liliek. 2007. Pendidikan yang Melahirkan Pengangguran Intelektual. Available FTP: http://www.suarapembaruan.com/News /2007/05/02/Sorotan/sorot01.htm, diakses 22 Maret 2011. Lyons, S. T., et al.. 2010. Work values: Development of a new three-dimensional structure based on confirmatory smallest space analysis. Journal of Organizational Behavior, 31, 969-1002. Pujayanti, D. 2009. Atasi Pengangguran, Menakertrans Minta Jumlah SMK Ditambah. Available FTP: http://www.kompas.com/lipsus052009/antasariread/2009/02/06/10142820/A tasi.Pengangguran..Menakertrans.Minta.Jumlah.SMK.Ditambah, diakses 22 Maret 2011. Rice, F.P. 1993. Adolescent Development, Relationship, and Culture 7th ed. Massachusetts: A Division of Simon & Schuster. Robbins, S. P. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang. Rojewski. 1995. Effect of Gender and Academic Risk Behavior on the Career Maturity of Rural Youth. Journal of Research in Rural Education, 11, 2, 1-14.
  • 35. 29 Santrock, J.W. 2001. Life-Span Development Jilid I. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Savickas, M. L. 2001. A Developmental Perspective on Vocational Behavior: Career Pattern, Salience, and Themes. International Journal for Educational and Vocational Guidance, 1, 52-53. Seligman, L. 1994. Developmental career counceling and assesment 2nd ed. Thousand Oaks: Sage. Sugiyono, 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sumintar. 2009. SMK Bisa, Menciptakan Tenaga Kerja Siap Pakai. Available FTP: http://www.sumintar.com/smk-bisa-menciptakan-tenaga-kerja-siap- pakai.html, diakses 28 Maret 2011. Swanson, J.L & Achiardi, C. 2005. Beyond Interest, Needs/Values, and Abilities: Assesing Other Important Career Constructs over the Life Span. dalam Brown, S.D., Lent, R.W, Career Development and Counceling Putting Theory and Research to Work. New Jersey: John Wiley and Sons Inc. Ueda Y. & Ohzono, Y. 2009. Effects of seniors’ work values on their self-skill evaluations: focusing on Japanesse seniors. Journal of International Business and Cultural Studies, 1-12. Winarsunu, T. 2004. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press. Winkel, W.S., & Hastuti, S. 2004. Bimbingan Karir di Institusi Pendidikan. Jakarta: Media Abadi. Wray-Lake, et al.. 2009. Exploring the Changing Meaning of Work for American High School Seniors from 1976 to 2005. The Network on Transitions to Adulthood Research Network Working Paper, 1-19. Yusuf, S. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya.