SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Download to read offline
1 
DAKWAH MELALUI MEDIA CETAK BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Kecanggihan alat teknologi di era sekarang, telah mengubah sudut pandang masyarakat mengenai informasi. Hal ini tidak dapat dipungkiri bila dilihat dari realitas masyarakat yang menjadikan teknologi sebagai bagian dari kehidupannya. Akan tetapi, kemajuan teknologi tidak akan maju seperti sekarang bila bukan hasil penemuan dan ujicoba dari para sarjana-sarjana di era-era sebelumnya. 
Secara umum menurut Mcluhan dan Quentin Fiore, sejarah media massa itu berbagi kepada empat era, di mana fase itu berbeda-beda. era pertama, era tribal, Zaman di mana tradisi lisan dianut dan pendengaran merupakan indra yang sangat penting. Kedua, Era Melek Huruf, Zaman di mana komunikasi tertulis berkembang pesat dan mata menjadi organ indra yang
2 
dominan. Ketiga, Era cetak, zaman di mana mendapatkan informsi melalui kata-kata tercetak merupakan hal yang biasa dan penglihatan merupakan indra yang dominan. Keempat, era elektronik, zaman di mana media elektronik melingkupi semua individu, memungkinkan orang-orang di seluruh dunia untuk terhubung.1 Di antara era-era yang yang telah disebutkan di atas, maka era cetaklah yang menjadi tonggak sejarah dari perkembangan dunia komunikasi di zaman sekarang. 
Semenjak penemuan mesin cetak oleh Johann Gutenberg (1400-1468)2 merupakan babak awal dari perkembangan media komunikasi. Dengan ditemukannya mesin cetak ini, maka naskah tertulis yang dulunya terbatas dan sangat lama pengerjaan, telah tergantikan dengan yang lebih 
1Richard West dan Lynn H. Turner, Introduce Communication Theory: Analysis and Aplication. Terj. Maria Natalia Damayanti Maer, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, Edisi. 3 (Cet. I; Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 143-145. 2Lihat Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1982), h. 45-49.
3 
cepat dan praktis, yang selanjutnya mendorong terjadinya standarisasi bahasa dan tumbuhnya kepustakaan nasional.3 
Peran media cetak sangatlah penting, sehingga sulit dibayangkan negara-bangsa (nation-state) modern bisa hadir tanpa keberadaannya. Selama beradab-abad media cetak menjadi satu-satunya alat pertukaran dan penyebaran informasi, gagasan, dan hiburan, yang sekarang ini dilayani oleh aneka media komunikasi. Selain menjadi alat utama menjangkau publik, media cetak juga menjadi sarana utama untuk mempertemukan para pembeli dan penjual.4 
Proses kerja dari hasil para penulis, dan penyunting media cetak telah menghasilkan berbagai macam bentuk dan modelnya. Di antaranya adalah surat kabar, majalah, artikel, buku, buletin, dan media cetak yang berbasis online; sehingga dengan berbagai inovasi ini akan memudahkan bagi setiap individu di dalam mengakses informasi. Akan tetapi, dari hasil karya-karya para penulis di atas bila tidak memegang etika 
3Wiliam L. Rivers, et al., Mass Media and Modern Siciety 2nd Edition, Terj. Haris Munandar dan Dudy Priatna, Media Massa dan Masyarakat Modern, Edisi ke-2 (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2008), h. 17. 4Ibid., h. 17.
4 
jurnalis, maka akan sangat membahayakan, terutama bagi generasi muda. Bagi jurnalis media cetak yang tidak memegang etiket jurnalis, akan menghasilkan karya-karya yang dapat merusak dan menyesatkan pemikiran bagi generasi mudah, seperti menampilkan konten-konten porno, dan menuliskan pemikiran- pemikiran liberal, komunis, dan sekuler. Oleh sebab itu, dalam usaha membendung pengaruh- pengaruh di atas, maka diperlukan tulisan-tulisan dari para jurnalis yang memegang kode etik jurnalis. Salah satu jurnalis yang dianggap memegang kode etik ini adalah jurnalis yang menerbitkan tulisan-tulisan yang berhaluan keislaman. Namun bukan berarti jurnalis yang tidak berada pada media cetak yang berhaluan Islam dikatakan tidak beretiket, tetapi jurnalis yang beretiket adalah jurnalis yang tetap memegang dan menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat. 
Melalui media cetak inilah para jurnalis muslim menyampaikan informasi, gagasan, dan pemikirannya; oleh sebab itu, ajaran-ajaran Islam dapat dengan mudah
5 
didakwahkan melalui media, sehingga cepat tersebar ke seluruh penjuru dunia. 
B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut: 
1. Bagaimana penyajian dakwah melalui media cetak? 
2. Bagaimana pendekatan kritis terhadap dakwah melalui media cetak?
6 
BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 
A. Teori Pers 
Tulisan dan khususnya penemuan percetakan, menyebabkan perubahan mendalam pada masyrakat. Ketika menulis sesuatu, dapat dipisahkan dari waktu. Dapat pula dimanipulasi, mengubah dan menyuntingnya, dan menyebarkan ulang tulisan tersebut. Dengan kata lain, dapat “menggunakan” informasi dan pengetahuan dlaam cara yang tidak mngkin dilakukan dalam tradisi lisan. Hal ini menyebabkan adanya pemisahan pengetahuan (apa yang diketahui) dari yang mengetahui (apa yang mengetahuinya). Semua orang yang dapat membaca dan menulis memiliki status khusus, sehingga pendidikan formal memiliki peran yang penting. Lebih lanjut, pengetahuan simbolistik dan dapat dianggap sebagai status kebenaran, dan individu serta kelompok dapat dibagi antara mereka yang “memiliki” kebenaran dan mereka yang tidak. Selanjutnya informasi dapat disimpan, atau dikesampingkan,
7 
menjadikan tulisan sebagai alat percakapan. Kepentingan pada apa yang “disimpan” dalam bahasa tulisan.5 
1. Authoritarian Theory (Teori Pers Otoriter) 
Teori ini dianggap sebagai teori pers yang paling tua, berasal dari abad ke-16. ia berasal dari falsafah kenegaraan yang membela kekuasaan absolut. Penetapan tentang hal-hal “yang benar” dipercayakan hanya kepada segelintir “orang bijaksana” yang mampu memimpin. Jadi, pada dasarnya, pendekatan dilakukan dari atas ke bawah. Pers harus mendukung kebijakan pemerintah dan mengabdi kepada negara. Pers harus mendukung kebijakan pemerintah dan mengabdi kepada negara. Para penyampai berita diawasi melalui paten-aten, izin-izin terbit, dan sensor. “Konsep ini menetapkan pula hasil bagi sebagian besar sistem-sistem pers nasional dunia, dan masih bertahan sekarang. 
Yang penting dicatat juga, prinsip authoritarian theory ini adalah bahwa negara memiliki kedudukan lebih tinggi dari 
5Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Theories of Human Communication. Terj. Mohammad Yusuf Hamdan, Komunikasi, Edisi 9 (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 412.
8 
pada individu dalam skala nilai kehidupan sosial. Bagi seorang individu, hanya dengan menempatkan diri di bawah kekuasaan negara, maka individu yang besangkutan bisa mencapai cita- citanya dan memiliki atribusi sebagai orang yang beradab.6 
2. Teori Pers Bertanggung Jawab Sosial (Social Respansibility Theory) 
Teori pers bertanggung jwab sosial dijabarkan berdasarkan asumsi bahwa prinsip-prinsip teori pers libertarian terlalu menyederhanakan persoalan. Dalam pers libertarian, para pemilik dan para operator perslah yang terutama menentukan fakta-fakta apa saja yang boleh disiarkan kepada publik dan dalam versi apa. Teori pers libertarian tidak berhasil memahami masalah-masalah seperti proses kebebasan internal pers dan proses konsentrasi pers. Teori pers bertangguang jawab sosial yang ingin mengatasi kontradiski antara kebebasan media massa dan tanggung jawab sosialnya ini diformulasikan secara jelas sekali pada tahun 1949 dalam laporan “commision 
6Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik (Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 19.
9 
on the Freedom of the Press” yang diketahuai oleh Robert Hutchins. 
Teori tanggung jawab sosial mengatakan bahwa setiap orang yang memiliki sesuatu yang penting untuk dikemukakan harus diberikan hak dalam forum, dan jika media dianggap tidak memenuhi hak dan kewajibannya, maka ada pihak yang harus memaksanya. Di bawah teori ini, media dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen, kode etik profesional, dan dalam hal penyiaran, dikontrol oleh badan pengatur mengingat keterbatasan teknis pada jumlah saluran frekuensi yang tersedia.7 Komisi yang selanjutnya terkenal dengan sebutan Hutchins Commision ini mengajukan 5 prasyarat bagi pers yang bertanggung jawab kepada masyarakat. Lima prasyarat tersebut adalah: 
a. Media harus menyajikan berita-berita peristiwa sehari-hari yang dapat dipercaya, lengkap, dan 
7Severin, Werner, J. dan James W. Tankard, Jr., Communication Theories: Origins, Methods, & Uses in the Mass Media, Edisi Ke- 5 (Cet. 4; Jakarta: Kencana, 2009), h. 379.
10 
cerdas dalam konteks yang memberikannya makna. (media harus akurat; mereka tidak harus melaporkan dengan cara yang memberikan arti secara internasional, dan harus lebih dalam dari sekedar menyajikan fakta-fakta dan harus melaporkan kebenaran). 
b. Media harus berfungsi sebagai forum untuk pertukaran komentar dan kritik. (media harus menjadi sarana umum; harus memuat gagasan- gagasan yang bertentangan dengan gagasan-gagasan mereka sendiri, “sebagai dasar pelaporan yang objektif”; semua “pandangan dan kepentingan yang penting” dalam masyarakat harus diwakili; media harus mengidentifikasi sumber informasi mereka karena hal ini “perlu bagi sebuah masyarakat yang bebas.” 
c. Media harus memproyeksikan gambaran yang benar-benar mewakili dari kelompok-kelompok konstituen dalam masyarakat. (Ketika gambaran- gambaran yang disajikan media gagal menyajikan
11 
suatau kelompok sosial dengan benar, maka pendapat disesatkan; kebenaran tentang kelompok mana harus benar-banar mewakili; ia harus mencakup nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi kelompok, tetapi ia tidak boleh mengecualikan kelemahan- kelemahan dan sifat-sifat buruk kelompok). 
d. Media harus menyajikan dan menjelaskan tujuan- tujuan dan nilai-nilai masyarakat. (Media adalah instrumen pendidikan mereka harus memikul suatu tanggungjawab untuk menyatakan dan menjelaskan cita-cita yang diperjuangkan oleh masyarakat. 
e. Media harus menyediakan akses penuh terhadap informasi-informasi yang tersembunyi pada suatu saat. (ada kebutuhan untuk “pendistribusian berita dan opini secara luas”).8 
3. Teori Persamaan Media (Media Equation Theory) 
Teori ini Pertama kali dikenalkan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass (profesor jurusan komunikasi Univesitas 
8Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, op.cit., h. 20-22.
12 
Standford Amerika) dalam tulisannya The Media Equation: How People Treat Computers, Televition, and New Media Like Real People and Places pada tahun 1996. 
Media Equation Theory atau teori persamaan media ini ingin menjawab persoalan mengapa orang-orang secara tidak sadar dan bahwa secara otomatis merespons apa yang dikomunikasikan media seolah-olah (media itu) manusia. Menurut teori ini, media diibaratkan manusia. Teori ini ini memperhatikan bahwa media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara individu seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi face to face. Misalnya, berbicara (meminta pengolahan data) dengan komputer seolah-olah komputer itu manusia.9 
Dalam komunikasi interpersonal, misalnya, manusia bisa belajar dari orang lain, bisa dimintai nasihat, bisa dikritik, bisa menjadi penyalur kekesalan atau kehimpitan hidup.10 Dalam media cetak misalnya, seseorang bisa meminta nasihat 
9Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, Ed. I (Cet. II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1997), h. 178. 10Ibid,. h. 179.
13 
masalah-masalah psikologi, tanya jawab mengenai persoalan agama, bahkan melalui media cetak bisa menjadi media perantara dalam mencari jodoh. 
4. Media Critical Theory 
Teori media kritis akarnya berasal dari aliran ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada ilmu sosial Marxis. Teori-teori kritis secara terbuka menekankan perlunya evaluasi dan kritik terhapda staus quo Teori kritik membangun pertanyaan dan menyediakan alternatif jalan untuk menginterpretasikan hukum sosial media massa. 
Teori kritis sering menganalisis secara khusus lembaga sosial, penyelidikan luas untuk yang dinilai objektif adalah mencari dan mencapai. Media massa dan budaya massa telah mempromosikan banyak hal yang ikut menjadi sasaran teori kritis. Bahkan ketika media massa tidak melihat sebagai sumber secara khusus, mereka dikritik untuk memperburuk atau melindungi masalah dari yang diidenfikasikan atau disebut dan
14 
dipecahkan.11 Contohnya seorang teoritikus berpendapat bahwa isi praktik produksi para praktisi media. 
Kebebasan seperti ini juga dinikmati oleh penerbit majalah dan buku. Meskipun demikian, ini tidak berarti bahwa tidak ada pembatasan sama sekali terhadap media cetak. Di masyarakat manapun pembatasan selalu ada dalam kadar tertentu.12 Di antara teori-teori yang telah disebutkan di atas, kesemuanya saling menutupi kekurangan, dikarenakan pada dasarnya sebuah teori itu tidak dapat berdiiri sendiri. 
11Ibid., h. 199-200. 12Wiliam L. Rivers, et al., Mass Media and Modern Siciety 2nd Edition, Terj. Haris Munandar dan Dudy Priatna, Media Massa dan Masyarakat Modern, Edisi ke-2 (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2008), h. 169.
15 
BAB III PEMBAHASAN 
A. Jurnalistik Dakwah Media Cetak 
Sekurang-kurangnya ada tiga jenis media cetak: Surat Kabar, Majalah dan Buku. Sejak awal pertumbuhannya hingga saat ini, ketiga jenis media cetak itu telah mengalami berbagai perubahan yang amat besar. Dari sisi perwajahannya, sopistikasi bahasanya, kualitas pesan-pesannya dan lain sebagainya, semuanya telah berubah sejalan dengan perubahan masyarakat dan kemajuan teknologi pendukungnya. 
1. Surat kabar 
Setiap surat kabar saat mencapai pembaca adalah hasil dari suatu seri keseluruhan pemilihan mengenai item apa akan dicetak, dalam posisi apa akan dicetak, seberapa besar ruang yang ditempati masing-masing, penekanan apa yang tiap-tiap item akan punyai13 
13Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom, Effectife Publc Relations, Edtion 8. Terj. Ch. Renata V.H. Pohan, Effective Public Relations: Merancang dan Melaksanakan Kegiatan Kehumasan dengan Sukses (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2005), h. 221.
16 
Surat kabar atau biasa disebut juga koran merupakan salah satu kekuatan sosial dan ekonomi yang cukup penting dalam masyarakat, pada awal perkembangannya, di Italia, suratkabar, dalam bentuk “posted bulletins,” tumbuh secara bertahap mulai dari bentuknya yang amat sederhana hingga dalam bentuknya seperti yang sekarang dapat dilihat dengan jumlah halaman serta dalam radiasi publikasi internasional. 
Dalam pengamatan Bitnerr (1986), di Amerika, perusahaan koran memuat hampir seluruh berita komersial yang dipublikasikan lewat sistem percetakan yang legal dan dengan subsidi pemerintah. Tidak ada perusahaan koran yang tidak mendapatkan subsidi di satu pihak, dan di pihak lain, koran juga memiliki kebebasan yang cukup besar. Namun kemudian hal itu berubah, terutama setelah meledaknya kasus John Peter Zenger, seorang pimpinan redaksi sebuah surat kabar News York Weekly Journal yang melancarkan kritik terhadap pemerintah. Kasus ini membuka telah membuka jalan baru bagi kekuasaan untuk melakukan kontrol terhadap pers pada umumnya. Dari kasus inilah, antara lain, kemudian
17 
muncul ke permukaan tentang apa yang kini dikenal dengan “kebebasan pers.”14 Seiring dengan perkembangan zaman mundurnya minat seseorang untuk mendapatkan informasi melalui surat kabar disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 
a. Hilangnya segmentasi pasar surat kabar yang efektif, atau dengan kata lain adanya ketidakmampuan untuk mencari pembacar agar sebuah surat kabar dapat membedakan diri dari pesaing iklan di mana memasang iklan merasakan keuntungan publikasi dari uang yang telah dibayarkan. 
b. Persaingan keuntungan iklan dari media siar. 
c. Penurunan jumlah pembaca masing-masing rumah tangga. 
d. Penduduk berubah, dari penduduk kota yang sangat beragam menjadi penduduk pinggiran homogen dengan surat kabar pinggiran individu yang dapat 
14Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistk: Pendekatan Teori dan Praktik (Cet. I; Jakarta: Logos, 1999), h. 88-89.
18 
mewakili homogenitas tersebut secara lebih efisien.15 
Hal ini juga yang menimpa koran-koran yang berorientasi Islam, ketidak universalan isi dari pada topik koran yang berorientasi Islam, menyebabkan koran-koran tersebut lambat berkembang, sehingga jangkauan di dalam memperluas jaringannya menjadi sempit. Selain itu, faktor ketidak banggaan dari umat Islam untuk merasa memiliki salah satu kekayaan Islam, juga merupakan faktor kurangnya minat masyarakat Islam untuk membeli koran-koran yang berorientasi Islam. 
2. Artikel 
Secara definitif, artikel diartikan sebagai sebuah karangan faktual (nonfiksi) tentang suatau masalah secara lengkap, yang panjangnya tak tentu, untuk dimuat disurat kabar, majalah, buletin, dan sebagainya, dengan tujuan untuk 
15Severin, Werner, J. dan James W. Tankard, Jr., Communication Theories: Origins, Methods, & Uses in the Mass Media, Edisi Ke- 5 (Cet. 4; Jakarta: Kencana, 2009), h. 426-427.
19 
menyampaikan gagasan fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan suatu masalah, atau menghibur.16 
Artikel dakwah adalah tulisan tentang masalah ajaran Islam (akidah/iman, syariah/Islam, akhlak/ihsan) berikut pendapat penulisnya yang bersifat preskriptif. Ia berisi ajakan, tuntunan, atau petunjuk untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam.17 
Idealnya, penulis artikel dakwah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih dibandingkan pembaca atau “di atas rata-rata” pembaca. Meskipun demikian, penulis artikel dakwah tidak selalu harus demikian. Prinsipnya, kebenaran sekecil apapun yang dimiliki harus disampaikan kepada orang lain.18 Artikel dakwah dapat ditulis dengan mengikuti salah satu format atau gabungan dari keempat format berikut: 
16Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam (Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 65. 17Ibid., 66. 18Ibid.
20 
a. Deskriptif 
Artikel deskriptif (to describe=menggambarkan) adalah tulisan yang menjawab pertanyaan “apa”. Isinya menggambarkan secara detil atau garis besar tentang suatu masalah, sehingga pembaca mengetahui secara utuh masalah yang dikemukakan. 
b. Eksplanatif 
Artikel eksplanatif (to explain= menerangkan, menjelaskan) adalah tulisan yang menjawab pertanyaan “mengapa”. Isinya menerangkan sejelas-jelasnya tentang suatu masalah, sehingga si pembaca memahami betul masalah yang dikemukakan. 
c. Artikel Prediktif 
Artikel prediktif (to predict= meramalkan) menjawab “apa yang akan terjadi nanti”. Isinya berupa perkiraan apa yang kemungkinan terjadi pada masa datang, berkaitan dengan masalah yang dikemukakan. 
d. Artikel Preskriptif 
Artikel preskriptif (to prescribe= menentukan, menuntun) menjawab pertanyaan “apa yang harus
21 
dilakukan”. Isinya mengandung aga melakukan sesuatu. Kata-kata “harus”, “seharusnya”, “hendaknya”, dan semacamnya mendominasi tulisan jenis ini.19 
3. Majalah 
Klarifikasi majalah umumnya dikategorikan berdasarkan khalayak luas yang mereka layani: (1) Majalah Konsumen, (2) Majalah Bisnis, (3) Majalah Pertanian, dan (4) majalah Komputer/internet. Sebuah kategori baru yang sedang bangkit adalah majalah online.20 Kebanyakan majalah tampil lebih mengkilap ketimbang koran. Majalah menggunakan kertas mengkilap dan sampul tebal, penuh warna, dan desain yang cerdas. Majalah tampak segar, punya banyak white space, dan menarik perhatian pembaca serta memuat iklan yang menarik. 
Berita-beritanya lebih panjang (sekitar 2000 kata) jika dibandingkan dengan berita koran yang sekitar 700-an kata, 
19Ibid., 68. 20Monle, & Carla Johnson, Princples of Adversiting: A Global Perspective, terj. Haris Munandar, dan Dudi Priatna, Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan dalam Prefektif Global. Edisi Pertama (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2007), h. 242.
22 
namun majalah sering memuat foto berwarna. Isi beritanya tidak begitu formal dan lebih mendalam. Ringkasnya majalah cenderung tetap disimpan di rumah lebih dari sebulan atau seminggu sejak mereka diterbitkan.21 Majalah yang diterbitkan tidak selamanya menyangkut, topik-topik seputar persoalan kemasyarakatan, tetapi juga persoalan keagamaan juga disinggung. Salah satu majalah yang memuat topik keagamaan yang terbilang sukses adalah Panji Masyarakat. 
Panji Masyarakat atau disingkat dengan Panjimas adalah majalah berorientasi Islam yang dimiliki Indonesia. Yang dalam perkembangannya Panjimas berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, awal didirikannya pada tanggal 15 Juni 1959 oleh KH Faqih Usman, Harnka (H. Abdul Malik Karim Amrullah), Joesof Abdoellah Poear, dan HM. Joesoef Ahmad. Semula terbit sebagai dwimingguan, kemudian tiga kali sebulan. Semula hampir seluruh isinya berupa artikel tentang agama. Tetapi setelah 
21Christoper K. Passante, The Complete Ideal’s Guides: Journalism, Edisi I (Cet. I; ttp: Alpha Book, tth), h. 90.
23 
melewati umur seperempat abad, isi dan penampilan tata wajahnya (layout) lebih mengarah ke majalah berita. Sekitar separo isinya berupa berita aktual dan laporan, dan selebihnya berupa opini. 
Pada awalnya, memiliki ikatan yang erat dengan organisasi Islam yakni Muhammadiyah, kemudian mencoba menerobos pembaca yang lebih luas. Majalah ini beredar tidak hanya di Indonesia, juga di Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia. Majalah ini sempat ditutup selama bertahun-tahun setelah dilarang terbit pemerintah karena memuat karangan mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta, "Demokrasi Kita", bulan Mei 1960. Tulisan itu mengandung kritik yang tajam terhadap pemerintahan Soekarno. Ketika situasi politik berubah, tanggal 5 Oktober 1966 Panjimas terbit kembali di bawah pimpinan Rusydi.22 
Selain Panji Masyarakat ada juga majalah yang berorientasi Islam, yaitu majalah Sabili; majalah Sabili dianggap cukup konsisten menyuarakan politik yang membela 
22http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/2152 (Diakses: senin, 24 Oktober 2011, pukul 22.15 Wita).
24 
dakwah Islam yang dipojokkan. Bahasa majalah ini cukup kritis dan membakar bagi para pembacan. Sabili sempat menjadi majalah dakwah yang cukup laris dan berada sebanding dengan media-media nasional kelas atas. Sabili cukup mampu bertahan di tengah sulitnya arus industri media cetak di tanah air, terlebih untuk media-media dakwah.23 Untuk meningkatkan jaringan dakwah melalui media cetak, agar tidak hilang ditelan masa, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 
Pertama, makna komunikator harus diperluas. Kalau selama ini komunikator atau penyampai pesan cenderung dilihat hanyalah mereka yang dapat disebut ulama, atau mubaligh di majelis taklim, mimbar-mimbar masjid dan musholla, maka makna itu sebaiknya diperbesar. Harus dipersepsikan bahwa setiap muslim mempunyai tugas keda’ian. Seorang wartawan yang menyadari kebesaran Allah SWT lewat kesempurnaan sebab akibat dan kronologis suatu kejadian/peristiwa, dapat berdakwah dengan menyampaikan 
23http://www.anneahira.com/majalah-dakwah.htm (Diakses: Senin, 24 Oktorber 2011, Pukul 22. 51 Wita).
25 
“kesadarannya” itu pada khalayak melalui etika pemberitaan menurut norma-norma agama. Negarawan, peneliti, teknolog dan sebagainya semuanya dapat melaksanakan peran-peran keda’ian pada bidang keahlian dan tekunannya masing-masing. Kedua, isi pesan juga perlu terus diperluas. Isi pesan dakwah diharapkan tidak semata menyampaikan al-Quran, Hadis, dalam arti secara harfiah membaca/menyebutkan ayat suci al- Qur’an. Dengan tidak memungkiri bahwa sumber baku dakwah itu adalah al–Qur’an dan Hadis. Isi pesan dakwah harus dipahami yaitu segala sesuatu yang dapat memberikan pencerahan hati dan pikiran masyarakat, baik melalui perkataan, tulisan dan perbuatan. materi dakwah pun sebaiknya harus dapat menyahuti kebutuhan dalam konteks kekinian sesuai dengan perkembangan zaman. Ketiga, media untuk menyampaikan pesan dakwah juga perlu diperluas maknanya. Semua jenis media massa, seperti radio, televisi, surat kabar, majalah dan seterusnya mestinya dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan dakwah. Tentu saja kontak interpersonal tak kalah pentingnya. Perbuatan atau prestasi baik dalam satuan- satuan kerja dan pengabdian kita pun dapat dijadikan sebagai
26 
suatu media dakwah. Keempat, khalayak atau target audience juga perlu diperluas maknanya. Selain komunitas masjid, langgar, musholla, majelis taklim, juga mereka yang berada di tempat-tempat lain seperti di kantor, perusahaan, rumah sakit dan sebagainya. Tentu saja dengan cara ataupun pendekatan yang berbeda-beda. Semua anggota masyarakat, sebagai individu atau kelompok, yang kaya dan miskin, di kota metropolitan dan di desa terpencil, seharusnya terjangkau oleh dakwah dengan medium dan materi yang sesuai.24 
B. Pendekatan Kritis terhadap Dakwah Melalui Media Cetak 
Untuk mengkritisi dakwah melalui media cetak ini, diperlukan beberapa teori seperti yang telah disebutkan pada bab II mengenai kerangka teori dan konsep, yaitu: teori otoriter (authoritarian theory), Teori Pers Bertanggung Jawab Sosial (Social Respansibility Theory), Teori Persamaan Media (Media Equation Theory), dan Media Critical Theory. 
1. Teori otoriter (authoritarian theory) 
24http://abahmarasakti.wordpress.com/2010/01/11/dakwah-di-surat- kabar-kajian-kritis/ (Diakses: senin, 24 Oktober 2011. Pukul 21.26 Wita)
27 
Berdasarkan teori otoriter (authoritarian theory) bahwa media-media berada dalam pengawasan ketat pemerintah, sehingga pemberitaan melalui media massa yang menyudutkan kekuasaan pemerintah harus dibrendel (difilter), karena dapat mengancam segala kebijakan pemerintah yang bersifat otoriter. Oleh sebab itu keberadaan teori otoriter, akan menjadikan media sebagai alat yang baik bagi pencitraan politik pemerintah, sehingga isi berita hanya memuat kebaikan- kebaikan pemerintah, sedangkan pemberitaan yang menyangkut keburukan-keburukannya tidak boleh diberitakan. Teori otoriter bila terus diterapkan, maka akan menjadikan pemberitaan bagi media menjadi tidak objektif, sehingga boleh jadi kesalahan pemerintah bisa menjadi kebenaran bila telah sampai ke pembaca atau pemirsa. 
Teori otoriter juga tidak selamanya merugikan, tetapi bisa juga bermanfaat di dalam membendung pemberitaan yang terus-menerus mencari kesalahan pemerintah, teori yang terus mencari atau mengkritisi kesalahan pemerintah, dengan sebutan teori kritik media (Media Critical Theory). Sebab, tidak selamanya kesalahan bertumpu pada pimpinan dalam sebuah
28 
lembaga pemerintah; tetapi bisa disebabkan oleh faktor persaingan politik yang tidak sehat, sehingga ada usaha dari lawan-lawan politik untuk menjatuhkan pimpinan dalam pemerintahan. Jurnalis muslim yang meliput, mengolah, dan menyampaikan berita melalui media cetak harus memiliki sebuah integritas yang tinggi di dalam melaksanakan tugas kewartawanannya, karena pemberitaan di bawah pengaruh teori otoriter akan menyembunyikan sebuah kebenaran. Sementara prinsip pemberitaan yang dibangun dalam oleh ajaran Islam haruslah berlandaskan sabda Nabi, yang berarti: “Katakanlah kebenaran itu (jujurlah), sekalipun itu pahit.” 
Selain hal di atas, seorang jurnalis muslim harus memperhatikan hal-hal yang bisa mengancam jiwa, agama, dan negara; karena jika terus-menerus memberitakan sesuatu pemberitaan yang melawan pemerintahan otoriter, dengan cara menghasut, dan memprovokasi, akan menyebabkan ketidakstabilan dalam sebuah pemerintahan, seperti yang menimpa negara-negara yang berada di kawasan timur tengah sekarang, seperti: aksi penurunan paksa terhadap presiden
29 
Husni Mubarak di Mesir. Imbas dari pada penurunan presiden Husni Mubarak di Mesir telah mengubah keadaan situasi politik, di berbagai negara yang berada di sekitar kawasan timur tengah khususnya negara-negara Arab. Oleh karena itu, sebagai jurnalis muslim yang bergerak dalam bidang kewartawanan dalam media cetak, harus mempunyai analisis yang tajam terhadap dampak yang ditimbulkan dari pemberitaan yang bersifat propokatif, maka dari itu pertimbangan di dalam “mencegah kemudaratan lebih didahulukan ketimbang mengambil kemaslahatan.” 
2. Teori Pers Bertanggung Jawab Sosial (Social Respansibility Theory) 
Teori Pers Bertanggung Jawab Sosial (Social Respansibility Theory) bisa dikatakan sebagai teori yang mengandung nilai-nilai yang Islami. Dikarenakan teori ini menjunjung tinggi kode etik pekerjaan kewartawanan, tanggung jawab, serta kejujuran. Di mana kode etik ini sangat dibutuhkan pada diri jurnalis, sehingga dengan memegang dan mengikuti teori ini, akan memberikan efek positif terhadap dunia pemberitaan.
30 
Akan tetapi, teori pers bertanggung jawab sosial yang telah dirumuskan, secara realitas di lapangan, belum menunjukkan hasil yang maksimal. Disebabkan, masih ada jurnalis yang tidak bertanggung jawab terhadap perubahan sosial yang ditimbulkan dari hasil pemberitaannya melalui media cetak. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya gambar- gambar vulgar pada iklan-iklan dalam surat kabar, penyebaran buku-buku yang memuat paham-paham menyesatkan, pembuatan karikatur-karikatur gambar Nabi Muhammad, tulisan-tulisan yang melecehkan ajaran agama, tulisan-tulisan yang memperjuangkan kebebasan gender bagi kaum wanita, dan tulisan yang memperjuangkan pengakuan status kelamin waria dengan alasan kebebasan HAM. 
Selain hal di atas, perlindungan hukum terhadap wartawan juga menjadi payung hukum yang kuat bagi mereka untuk melanggar kode etik. Hal ini dapat dilihat dari keberatan pembaca yang dirugikan akibat pemberitaan-pemberitaan gosip dan pencemaran nama baik yang dilakukan melalui surat kabar, yang hanya diladeni melalui hak jawab konsumen; sehingga bisa dikatakan bahwa kesalahan wartawan akibat dari kelalaian
31 
dalam menyampaikan berita ke khalayak ramai, hampir tidak diketemukan yang dijerat hukum pidana. Sebagai jurnalis muslim, memegang kode etik sebagai tanggung jawab sosial harus dipertahankan, yang merupakan ciri khas utama di dalam menyampaikan dakwah melalui media cetak. Sifat amanah (bertanggung jawab) merupakan salah satu sifat Nabi Muhammad saw., yang harus diwarisi bagi seorang jurnalis, karena dari sifat ini akan menjadi kontrol bagi bagi jurnalis di dalam meliput, mengolah, dan menyampaikan berita; sehingga ia tidak akan serta merta menyampaikan berita, tetapi ia harus menganalisis dampat yang ditimbulkan akibat pemberitaannya. 
3. Teori Persamaan Media (Media Equation Theory) 
Teori persamaan Media (Media Equation Theory) secara singkat dapat dikatakan sebagai teori yang memberikan stimulus kepada responden atau pembaca untuk melakukan interaksi melalui media massa. Dari hasil interaksi itulah melahirkan tanya-jawab atau umpan balik (feedback) antara
32 
pembaca dan jurnalis, sehingga terciptalah iklim kebersamaan di dalam membangun komunikasi. Adapun rubrik dari hasil yang diciptakan dari teori ini adalah rubrik tanya jawab, rubrik ini biasa ditangani oleh tenaga ahli yang kompetitif dibidangnya, misalnya: ulama ahli dalam bidang agama, dokter ahli dalam bidang kesehatan, dan psikiater ahli dalam bidang kesehatan jiwa. Rubrik tanya jawab melalui media cetak terbilang baik, akan tetapi proses umpan-balik melalui pertanyaan-tanyaan yang diajukan oleh responden terbilang lambat, karena membutuhkan jeda waktu yang lama, bila dibandingkan dengan media elektronik. 
Selain rubrik tanya jawab dari hasil yang dilahirkan oleh teori ini, ada juga rubrik pencaharian jodoh, dan juga tempat untuk mencurahkan perasaan benci, marah, dan tidak senang. Rubrik seperti ini bisa memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap pembaca; pengaruh positifnya adalah bagi orang yang kesulitan mendapatkan jodoh, akan terbantukan dengan adanya rubrik ini, akan tetapi negatifnya adalah tidak selamanya sesuatu yang dicita-citakan sesuai
33 
dengan apa yang diinginkan, misalnya: jodoh yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. 
4. Teori Kritik Media (Media Critical Theory) 
Teori Kritik Media (Media Critical Theory) adalah teori yang membangun kritik terhadap segala perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat, melalui teori ini media cetak dimanfaat sebagai medium di dalam menuangkan segala ide-ide terhadap perkembangan sosial yang mencakup politik, agama, budaya, dan pemikiran. Bila dilihat dalam praktek teori ini, maka kritikan- kritikan dari seorang kritikus yang memberikan beban berat bagi orang yang dikritik, tanpa memberikan solusi yang tepat bagi permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Kritik yang hanya menitik-beratkan kesalahan orang menyebabkan tidak 
Oleh karena sebagai teori yang dibangun untuk mengkritik terhadap perkembangan sosial, maka melalui media cetak sebagai media dakwah, akan memberikan kritikan- kritikan terhadap perkembangan sosial melalui dasar-dasar yang dibangun melalui landasan normatif, yaitu al-Qur’an dan al-Hadis. Dari landasan inilah dibangun konstruk pemikiran,
34 
yang memberikan jalan keluar bagi permasalahan- permasalahan yang timbul akibat perubahan sosial yang begitu cepat. BAB IV PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Berdasarkan rumusan masalah, maka kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut: 
1. Penyajian dakwah melalui media cetak, dapat dilakukan lewat medium surat kabar, artikel, dan majalah; dakwah yang dilakukan melalui media harus berisi pesan-pesan keagamaan dalam bentuk berita politik dunia Islam, rubrik tanya jawab, dan konsultasi. Landasan yang dipergunakan adalah al-Qur’an dan al-hadis, selain itu harus dipadukan dengan topik-topik kontemporer yang menyangkut problematika yang dihadapi umat Islam di zaman sekarang. 
2. Pendekatan teori yang dipakai di dalam mengeritik media cetak sebagai media dakwah, yaitu: pertama,
35 
teori media otoriter; yaitu media yang diawasi ketat oleh pemerintah, dan penyajian harus berdasarkan keinginan pemerintah, namun hal ini tidak bisa terus berlanjut, melainkan ada perpaduan dengan teori kritik media. Kedua, teori pers bertanggung jawab sosial; teori ini menitikberatkan peran jurnalis yang memegang tanggung jawab sosial, mengenai alur pemberitaan dalam media cetak. Di mana seorang jurnalis muslim harus beretika sesuai dengan yang digariskan oleh ajaran Islam. Ketiga, teori persamaan media; yaitu teori yang mengajak respondennya untuk berinteraksi dengan media cetak sebagai bagian dari rubrik yang ditampilkan pada karya tulisnya. Keempat, teori kritik media; yaitu teori yang menitik beratkan pada media cetak yang mengkritik segala penyimpangan- penyimpangan yang terjadi di masyarakat dengan memberikan jalan keluar dari permasalahan tersebut.
36 
B. Implikasi 
Adapun implikasi dari makalah ini adalah untuk mengetahui peran media cetak sebagai media dakwah di dalam memberikan informasi-informasi ke-Islaman kepada seluruh umat manusia, dan juga untuk mengetahui pendekatan- pendekatan teori yang dipakai dalam mengkritik media cetak sebagai media dakwah.

More Related Content

What's hot

KB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
KB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan MutasyabihatKB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
KB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan MutasyabihatIstna Zakia Iriana
 
RPS Bahasa Arab 1 (2022-2023).pptx
RPS Bahasa Arab 1 (2022-2023).pptxRPS Bahasa Arab 1 (2022-2023).pptx
RPS Bahasa Arab 1 (2022-2023).pptxSyarifatul Marwiyah
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaRobet Saputra
 
PPT Kel 4 Munasabah Al-Qur'an.pptx
PPT Kel 4 Munasabah Al-Qur'an.pptxPPT Kel 4 Munasabah Al-Qur'an.pptx
PPT Kel 4 Munasabah Al-Qur'an.pptxNurLailatusSoimah19
 
Akhlak Tercela Kepada Diri Sendiri
Akhlak Tercela Kepada Diri SendiriAkhlak Tercela Kepada Diri Sendiri
Akhlak Tercela Kepada Diri Sendirimafruhah
 
Presentasi aswaja nu center
Presentasi aswaja nu centerPresentasi aswaja nu center
Presentasi aswaja nu centerVisnu Candra
 
Mubtada’ dan khobar
Mubtada’ dan khobar Mubtada’ dan khobar
Mubtada’ dan khobar Hela Dev
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulRisma Amalia
 
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahistihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahMarhamah Saleh
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabihqoida malik
 
Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"
Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"
Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"Kholil Bisry
 
Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah kelas XII
Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah kelas XIIMedia Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah kelas XII
Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah kelas XIINurSafitriMardiani
 
Tugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointTugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointLontongSayoer
 
Definisi aswaja nu
Definisi aswaja nuDefinisi aswaja nu
Definisi aswaja nuVisnu Candra
 

What's hot (20)

KB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
KB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan MutasyabihatKB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
KB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
 
RPS Bahasa Arab 1 (2022-2023).pptx
RPS Bahasa Arab 1 (2022-2023).pptxRPS Bahasa Arab 1 (2022-2023).pptx
RPS Bahasa Arab 1 (2022-2023).pptx
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
 
PPT Kel 4 Munasabah Al-Qur'an.pptx
PPT Kel 4 Munasabah Al-Qur'an.pptxPPT Kel 4 Munasabah Al-Qur'an.pptx
PPT Kel 4 Munasabah Al-Qur'an.pptx
 
Akhlak Tercela Kepada Diri Sendiri
Akhlak Tercela Kepada Diri SendiriAkhlak Tercela Kepada Diri Sendiri
Akhlak Tercela Kepada Diri Sendiri
 
Presentasi aswaja nu center
Presentasi aswaja nu centerPresentasi aswaja nu center
Presentasi aswaja nu center
 
Asbabun nuzul
Asbabun nuzulAsbabun nuzul
Asbabun nuzul
 
Hadis masa tabiin
Hadis masa tabiinHadis masa tabiin
Hadis masa tabiin
 
Mubtada’ dan khobar
Mubtada’ dan khobar Mubtada’ dan khobar
Mubtada’ dan khobar
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun Nuzul
 
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahistihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabih
 
Qawaidul I'lal Praktis
Qawaidul I'lal PraktisQawaidul I'lal Praktis
Qawaidul I'lal Praktis
 
Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"
Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"
Karya Tulis Ilmiah "Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"
 
Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah kelas XII
Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah kelas XIIMedia Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah kelas XII
Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah kelas XII
 
Tugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointTugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power point
 
Asbababun nuzul powerpoint
Asbababun nuzul powerpointAsbababun nuzul powerpoint
Asbababun nuzul powerpoint
 
KENABIAN DAN KERASULAN
KENABIAN DAN KERASULANKENABIAN DAN KERASULAN
KENABIAN DAN KERASULAN
 
Metodologi tafsir
Metodologi tafsirMetodologi tafsir
Metodologi tafsir
 
Definisi aswaja nu
Definisi aswaja nuDefinisi aswaja nu
Definisi aswaja nu
 

Viewers also liked

21 kelemahan gerakan dakwah masa kini
21 kelemahan gerakan dakwah masa kini21 kelemahan gerakan dakwah masa kini
21 kelemahan gerakan dakwah masa kiniMas Wardoyo
 
Media dakwah melalui televisi
Media dakwah melalui televisiMedia dakwah melalui televisi
Media dakwah melalui televisiRatih Aini
 
Persiapan da’i era kini
Persiapan da’i era kiniPersiapan da’i era kini
Persiapan da’i era kiniAbdul Ghani
 
Media dakwah massa kini
Media dakwah massa kiniMedia dakwah massa kini
Media dakwah massa kiniRatih Aini
 
Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )Ai Nurhasanah
 
Bab 2 Fenomena Dakwah di Malaysia
Bab 2 Fenomena Dakwah di MalaysiaBab 2 Fenomena Dakwah di Malaysia
Bab 2 Fenomena Dakwah di MalaysiaFirdhaus Sakaff
 
Konsep Dakwah dalam Islam
Konsep Dakwah dalam IslamKonsep Dakwah dalam Islam
Konsep Dakwah dalam IslamQuartin Qonita
 

Viewers also liked (10)

21 kelemahan gerakan dakwah masa kini
21 kelemahan gerakan dakwah masa kini21 kelemahan gerakan dakwah masa kini
21 kelemahan gerakan dakwah masa kini
 
Power Point
Power PointPower Point
Power Point
 
Media dakwah melalui televisi
Media dakwah melalui televisiMedia dakwah melalui televisi
Media dakwah melalui televisi
 
Persiapan da’i era kini
Persiapan da’i era kiniPersiapan da’i era kini
Persiapan da’i era kini
 
Media dakwah massa kini
Media dakwah massa kiniMedia dakwah massa kini
Media dakwah massa kini
 
Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )
 
Bab 2 Fenomena Dakwah di Malaysia
Bab 2 Fenomena Dakwah di MalaysiaBab 2 Fenomena Dakwah di Malaysia
Bab 2 Fenomena Dakwah di Malaysia
 
Konsep Dakwah dalam Islam
Konsep Dakwah dalam IslamKonsep Dakwah dalam Islam
Konsep Dakwah dalam Islam
 
Dakwah Islam
Dakwah IslamDakwah Islam
Dakwah Islam
 
Intelligence testing
Intelligence testingIntelligence testing
Intelligence testing
 

Similar to Syarifudin, dakwah melalui media cetak

Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin Amq
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin Amq
 
Teori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatTeori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatSirajuddin Lathif
 
Makalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi IndonesiaMakalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi IndonesiaDewi Mauly Syahidah
 
Konsep dan model komunikasi massa
Konsep dan model komunikasi massaKonsep dan model komunikasi massa
Konsep dan model komunikasi massaReni Kurniati
 
Teori Teori Komunikasi Massa
Teori Teori Komunikasi MassaTeori Teori Komunikasi Massa
Teori Teori Komunikasi Massaiwan setiawan
 
PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^Mitha Ye Es
 
Etika komunikasi massa
Etika komunikasi massaEtika komunikasi massa
Etika komunikasi massaHafiza .h
 
Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)yuls1423
 
Andrew hidayat 76132-id-wartawan-sebagai-dai
 Andrew hidayat   76132-id-wartawan-sebagai-dai Andrew hidayat   76132-id-wartawan-sebagai-dai
Andrew hidayat 76132-id-wartawan-sebagai-daiAndrew Hidayat
 
Kelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media
Kelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media
Kelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Mediadigilib2023
 
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaRealitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaiwayan suta
 

Similar to Syarifudin, dakwah melalui media cetak (20)

Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
 
Pers
PersPers
Pers
 
Teori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatTeori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakat
 
Makalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi IndonesiaMakalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi Indonesia
 
Kommas pers
Kommas persKommas pers
Kommas pers
 
Kliping
KlipingKliping
Kliping
 
Konsep dan model komunikasi massa
Konsep dan model komunikasi massaKonsep dan model komunikasi massa
Konsep dan model komunikasi massa
 
Bener 2
Bener 2Bener 2
Bener 2
 
Teori pers
Teori persTeori pers
Teori pers
 
komunikasi massa
komunikasi massakomunikasi massa
komunikasi massa
 
Teori Teori Komunikasi Massa
Teori Teori Komunikasi MassaTeori Teori Komunikasi Massa
Teori Teori Komunikasi Massa
 
Media massa atau pers
Media massa atau persMedia massa atau pers
Media massa atau pers
 
Menjadi Jurnalis
Menjadi JurnalisMenjadi Jurnalis
Menjadi Jurnalis
 
PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^
 
Etika komunikasi massa
Etika komunikasi massaEtika komunikasi massa
Etika komunikasi massa
 
Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)
 
Andrew hidayat 76132-id-wartawan-sebagai-dai
 Andrew hidayat   76132-id-wartawan-sebagai-dai Andrew hidayat   76132-id-wartawan-sebagai-dai
Andrew hidayat 76132-id-wartawan-sebagai-dai
 
Kelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media
Kelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media
Kelompok 2 Literasi Media Kelompok 2 Literasi MediaKelompok 2 Literasi Media
 
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaRealitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
 

More from Syarifudin Amq

Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin Amq
 
Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin Amq
 
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin Amq
 
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin Amq
 
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin Amq
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin Amq
 
Syarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin Amq
 
Syarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin Amq
 
Syarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin Amq
 
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin Amq
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin Amq
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin Amq
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin Amq
 

More from Syarifudin Amq (20)

Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasi
 
Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.
 
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013
 
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
 
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
 
Syarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain cover
 
Syarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwah
 
Syarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan media
 
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
 
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
 
Syarifudin,zakat
Syarifudin,zakatSyarifudin,zakat
Syarifudin,zakat
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
 
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
 

Syarifudin, dakwah melalui media cetak

  • 1.
  • 2. 1 DAKWAH MELALUI MEDIA CETAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecanggihan alat teknologi di era sekarang, telah mengubah sudut pandang masyarakat mengenai informasi. Hal ini tidak dapat dipungkiri bila dilihat dari realitas masyarakat yang menjadikan teknologi sebagai bagian dari kehidupannya. Akan tetapi, kemajuan teknologi tidak akan maju seperti sekarang bila bukan hasil penemuan dan ujicoba dari para sarjana-sarjana di era-era sebelumnya. Secara umum menurut Mcluhan dan Quentin Fiore, sejarah media massa itu berbagi kepada empat era, di mana fase itu berbeda-beda. era pertama, era tribal, Zaman di mana tradisi lisan dianut dan pendengaran merupakan indra yang sangat penting. Kedua, Era Melek Huruf, Zaman di mana komunikasi tertulis berkembang pesat dan mata menjadi organ indra yang
  • 3. 2 dominan. Ketiga, Era cetak, zaman di mana mendapatkan informsi melalui kata-kata tercetak merupakan hal yang biasa dan penglihatan merupakan indra yang dominan. Keempat, era elektronik, zaman di mana media elektronik melingkupi semua individu, memungkinkan orang-orang di seluruh dunia untuk terhubung.1 Di antara era-era yang yang telah disebutkan di atas, maka era cetaklah yang menjadi tonggak sejarah dari perkembangan dunia komunikasi di zaman sekarang. Semenjak penemuan mesin cetak oleh Johann Gutenberg (1400-1468)2 merupakan babak awal dari perkembangan media komunikasi. Dengan ditemukannya mesin cetak ini, maka naskah tertulis yang dulunya terbatas dan sangat lama pengerjaan, telah tergantikan dengan yang lebih 1Richard West dan Lynn H. Turner, Introduce Communication Theory: Analysis and Aplication. Terj. Maria Natalia Damayanti Maer, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, Edisi. 3 (Cet. I; Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 143-145. 2Lihat Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1982), h. 45-49.
  • 4. 3 cepat dan praktis, yang selanjutnya mendorong terjadinya standarisasi bahasa dan tumbuhnya kepustakaan nasional.3 Peran media cetak sangatlah penting, sehingga sulit dibayangkan negara-bangsa (nation-state) modern bisa hadir tanpa keberadaannya. Selama beradab-abad media cetak menjadi satu-satunya alat pertukaran dan penyebaran informasi, gagasan, dan hiburan, yang sekarang ini dilayani oleh aneka media komunikasi. Selain menjadi alat utama menjangkau publik, media cetak juga menjadi sarana utama untuk mempertemukan para pembeli dan penjual.4 Proses kerja dari hasil para penulis, dan penyunting media cetak telah menghasilkan berbagai macam bentuk dan modelnya. Di antaranya adalah surat kabar, majalah, artikel, buku, buletin, dan media cetak yang berbasis online; sehingga dengan berbagai inovasi ini akan memudahkan bagi setiap individu di dalam mengakses informasi. Akan tetapi, dari hasil karya-karya para penulis di atas bila tidak memegang etika 3Wiliam L. Rivers, et al., Mass Media and Modern Siciety 2nd Edition, Terj. Haris Munandar dan Dudy Priatna, Media Massa dan Masyarakat Modern, Edisi ke-2 (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2008), h. 17. 4Ibid., h. 17.
  • 5. 4 jurnalis, maka akan sangat membahayakan, terutama bagi generasi muda. Bagi jurnalis media cetak yang tidak memegang etiket jurnalis, akan menghasilkan karya-karya yang dapat merusak dan menyesatkan pemikiran bagi generasi mudah, seperti menampilkan konten-konten porno, dan menuliskan pemikiran- pemikiran liberal, komunis, dan sekuler. Oleh sebab itu, dalam usaha membendung pengaruh- pengaruh di atas, maka diperlukan tulisan-tulisan dari para jurnalis yang memegang kode etik jurnalis. Salah satu jurnalis yang dianggap memegang kode etik ini adalah jurnalis yang menerbitkan tulisan-tulisan yang berhaluan keislaman. Namun bukan berarti jurnalis yang tidak berada pada media cetak yang berhaluan Islam dikatakan tidak beretiket, tetapi jurnalis yang beretiket adalah jurnalis yang tetap memegang dan menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat. Melalui media cetak inilah para jurnalis muslim menyampaikan informasi, gagasan, dan pemikirannya; oleh sebab itu, ajaran-ajaran Islam dapat dengan mudah
  • 6. 5 didakwahkan melalui media, sehingga cepat tersebar ke seluruh penjuru dunia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penyajian dakwah melalui media cetak? 2. Bagaimana pendekatan kritis terhadap dakwah melalui media cetak?
  • 7. 6 BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP A. Teori Pers Tulisan dan khususnya penemuan percetakan, menyebabkan perubahan mendalam pada masyrakat. Ketika menulis sesuatu, dapat dipisahkan dari waktu. Dapat pula dimanipulasi, mengubah dan menyuntingnya, dan menyebarkan ulang tulisan tersebut. Dengan kata lain, dapat “menggunakan” informasi dan pengetahuan dlaam cara yang tidak mngkin dilakukan dalam tradisi lisan. Hal ini menyebabkan adanya pemisahan pengetahuan (apa yang diketahui) dari yang mengetahui (apa yang mengetahuinya). Semua orang yang dapat membaca dan menulis memiliki status khusus, sehingga pendidikan formal memiliki peran yang penting. Lebih lanjut, pengetahuan simbolistik dan dapat dianggap sebagai status kebenaran, dan individu serta kelompok dapat dibagi antara mereka yang “memiliki” kebenaran dan mereka yang tidak. Selanjutnya informasi dapat disimpan, atau dikesampingkan,
  • 8. 7 menjadikan tulisan sebagai alat percakapan. Kepentingan pada apa yang “disimpan” dalam bahasa tulisan.5 1. Authoritarian Theory (Teori Pers Otoriter) Teori ini dianggap sebagai teori pers yang paling tua, berasal dari abad ke-16. ia berasal dari falsafah kenegaraan yang membela kekuasaan absolut. Penetapan tentang hal-hal “yang benar” dipercayakan hanya kepada segelintir “orang bijaksana” yang mampu memimpin. Jadi, pada dasarnya, pendekatan dilakukan dari atas ke bawah. Pers harus mendukung kebijakan pemerintah dan mengabdi kepada negara. Pers harus mendukung kebijakan pemerintah dan mengabdi kepada negara. Para penyampai berita diawasi melalui paten-aten, izin-izin terbit, dan sensor. “Konsep ini menetapkan pula hasil bagi sebagian besar sistem-sistem pers nasional dunia, dan masih bertahan sekarang. Yang penting dicatat juga, prinsip authoritarian theory ini adalah bahwa negara memiliki kedudukan lebih tinggi dari 5Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Theories of Human Communication. Terj. Mohammad Yusuf Hamdan, Komunikasi, Edisi 9 (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 412.
  • 9. 8 pada individu dalam skala nilai kehidupan sosial. Bagi seorang individu, hanya dengan menempatkan diri di bawah kekuasaan negara, maka individu yang besangkutan bisa mencapai cita- citanya dan memiliki atribusi sebagai orang yang beradab.6 2. Teori Pers Bertanggung Jawab Sosial (Social Respansibility Theory) Teori pers bertanggung jwab sosial dijabarkan berdasarkan asumsi bahwa prinsip-prinsip teori pers libertarian terlalu menyederhanakan persoalan. Dalam pers libertarian, para pemilik dan para operator perslah yang terutama menentukan fakta-fakta apa saja yang boleh disiarkan kepada publik dan dalam versi apa. Teori pers libertarian tidak berhasil memahami masalah-masalah seperti proses kebebasan internal pers dan proses konsentrasi pers. Teori pers bertangguang jawab sosial yang ingin mengatasi kontradiski antara kebebasan media massa dan tanggung jawab sosialnya ini diformulasikan secara jelas sekali pada tahun 1949 dalam laporan “commision 6Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik (Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 19.
  • 10. 9 on the Freedom of the Press” yang diketahuai oleh Robert Hutchins. Teori tanggung jawab sosial mengatakan bahwa setiap orang yang memiliki sesuatu yang penting untuk dikemukakan harus diberikan hak dalam forum, dan jika media dianggap tidak memenuhi hak dan kewajibannya, maka ada pihak yang harus memaksanya. Di bawah teori ini, media dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen, kode etik profesional, dan dalam hal penyiaran, dikontrol oleh badan pengatur mengingat keterbatasan teknis pada jumlah saluran frekuensi yang tersedia.7 Komisi yang selanjutnya terkenal dengan sebutan Hutchins Commision ini mengajukan 5 prasyarat bagi pers yang bertanggung jawab kepada masyarakat. Lima prasyarat tersebut adalah: a. Media harus menyajikan berita-berita peristiwa sehari-hari yang dapat dipercaya, lengkap, dan 7Severin, Werner, J. dan James W. Tankard, Jr., Communication Theories: Origins, Methods, & Uses in the Mass Media, Edisi Ke- 5 (Cet. 4; Jakarta: Kencana, 2009), h. 379.
  • 11. 10 cerdas dalam konteks yang memberikannya makna. (media harus akurat; mereka tidak harus melaporkan dengan cara yang memberikan arti secara internasional, dan harus lebih dalam dari sekedar menyajikan fakta-fakta dan harus melaporkan kebenaran). b. Media harus berfungsi sebagai forum untuk pertukaran komentar dan kritik. (media harus menjadi sarana umum; harus memuat gagasan- gagasan yang bertentangan dengan gagasan-gagasan mereka sendiri, “sebagai dasar pelaporan yang objektif”; semua “pandangan dan kepentingan yang penting” dalam masyarakat harus diwakili; media harus mengidentifikasi sumber informasi mereka karena hal ini “perlu bagi sebuah masyarakat yang bebas.” c. Media harus memproyeksikan gambaran yang benar-benar mewakili dari kelompok-kelompok konstituen dalam masyarakat. (Ketika gambaran- gambaran yang disajikan media gagal menyajikan
  • 12. 11 suatau kelompok sosial dengan benar, maka pendapat disesatkan; kebenaran tentang kelompok mana harus benar-banar mewakili; ia harus mencakup nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi kelompok, tetapi ia tidak boleh mengecualikan kelemahan- kelemahan dan sifat-sifat buruk kelompok). d. Media harus menyajikan dan menjelaskan tujuan- tujuan dan nilai-nilai masyarakat. (Media adalah instrumen pendidikan mereka harus memikul suatu tanggungjawab untuk menyatakan dan menjelaskan cita-cita yang diperjuangkan oleh masyarakat. e. Media harus menyediakan akses penuh terhadap informasi-informasi yang tersembunyi pada suatu saat. (ada kebutuhan untuk “pendistribusian berita dan opini secara luas”).8 3. Teori Persamaan Media (Media Equation Theory) Teori ini Pertama kali dikenalkan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass (profesor jurusan komunikasi Univesitas 8Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, op.cit., h. 20-22.
  • 13. 12 Standford Amerika) dalam tulisannya The Media Equation: How People Treat Computers, Televition, and New Media Like Real People and Places pada tahun 1996. Media Equation Theory atau teori persamaan media ini ingin menjawab persoalan mengapa orang-orang secara tidak sadar dan bahwa secara otomatis merespons apa yang dikomunikasikan media seolah-olah (media itu) manusia. Menurut teori ini, media diibaratkan manusia. Teori ini ini memperhatikan bahwa media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara individu seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi face to face. Misalnya, berbicara (meminta pengolahan data) dengan komputer seolah-olah komputer itu manusia.9 Dalam komunikasi interpersonal, misalnya, manusia bisa belajar dari orang lain, bisa dimintai nasihat, bisa dikritik, bisa menjadi penyalur kekesalan atau kehimpitan hidup.10 Dalam media cetak misalnya, seseorang bisa meminta nasihat 9Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, Ed. I (Cet. II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1997), h. 178. 10Ibid,. h. 179.
  • 14. 13 masalah-masalah psikologi, tanya jawab mengenai persoalan agama, bahkan melalui media cetak bisa menjadi media perantara dalam mencari jodoh. 4. Media Critical Theory Teori media kritis akarnya berasal dari aliran ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada ilmu sosial Marxis. Teori-teori kritis secara terbuka menekankan perlunya evaluasi dan kritik terhapda staus quo Teori kritik membangun pertanyaan dan menyediakan alternatif jalan untuk menginterpretasikan hukum sosial media massa. Teori kritis sering menganalisis secara khusus lembaga sosial, penyelidikan luas untuk yang dinilai objektif adalah mencari dan mencapai. Media massa dan budaya massa telah mempromosikan banyak hal yang ikut menjadi sasaran teori kritis. Bahkan ketika media massa tidak melihat sebagai sumber secara khusus, mereka dikritik untuk memperburuk atau melindungi masalah dari yang diidenfikasikan atau disebut dan
  • 15. 14 dipecahkan.11 Contohnya seorang teoritikus berpendapat bahwa isi praktik produksi para praktisi media. Kebebasan seperti ini juga dinikmati oleh penerbit majalah dan buku. Meskipun demikian, ini tidak berarti bahwa tidak ada pembatasan sama sekali terhadap media cetak. Di masyarakat manapun pembatasan selalu ada dalam kadar tertentu.12 Di antara teori-teori yang telah disebutkan di atas, kesemuanya saling menutupi kekurangan, dikarenakan pada dasarnya sebuah teori itu tidak dapat berdiiri sendiri. 11Ibid., h. 199-200. 12Wiliam L. Rivers, et al., Mass Media and Modern Siciety 2nd Edition, Terj. Haris Munandar dan Dudy Priatna, Media Massa dan Masyarakat Modern, Edisi ke-2 (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2008), h. 169.
  • 16. 15 BAB III PEMBAHASAN A. Jurnalistik Dakwah Media Cetak Sekurang-kurangnya ada tiga jenis media cetak: Surat Kabar, Majalah dan Buku. Sejak awal pertumbuhannya hingga saat ini, ketiga jenis media cetak itu telah mengalami berbagai perubahan yang amat besar. Dari sisi perwajahannya, sopistikasi bahasanya, kualitas pesan-pesannya dan lain sebagainya, semuanya telah berubah sejalan dengan perubahan masyarakat dan kemajuan teknologi pendukungnya. 1. Surat kabar Setiap surat kabar saat mencapai pembaca adalah hasil dari suatu seri keseluruhan pemilihan mengenai item apa akan dicetak, dalam posisi apa akan dicetak, seberapa besar ruang yang ditempati masing-masing, penekanan apa yang tiap-tiap item akan punyai13 13Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom, Effectife Publc Relations, Edtion 8. Terj. Ch. Renata V.H. Pohan, Effective Public Relations: Merancang dan Melaksanakan Kegiatan Kehumasan dengan Sukses (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2005), h. 221.
  • 17. 16 Surat kabar atau biasa disebut juga koran merupakan salah satu kekuatan sosial dan ekonomi yang cukup penting dalam masyarakat, pada awal perkembangannya, di Italia, suratkabar, dalam bentuk “posted bulletins,” tumbuh secara bertahap mulai dari bentuknya yang amat sederhana hingga dalam bentuknya seperti yang sekarang dapat dilihat dengan jumlah halaman serta dalam radiasi publikasi internasional. Dalam pengamatan Bitnerr (1986), di Amerika, perusahaan koran memuat hampir seluruh berita komersial yang dipublikasikan lewat sistem percetakan yang legal dan dengan subsidi pemerintah. Tidak ada perusahaan koran yang tidak mendapatkan subsidi di satu pihak, dan di pihak lain, koran juga memiliki kebebasan yang cukup besar. Namun kemudian hal itu berubah, terutama setelah meledaknya kasus John Peter Zenger, seorang pimpinan redaksi sebuah surat kabar News York Weekly Journal yang melancarkan kritik terhadap pemerintah. Kasus ini membuka telah membuka jalan baru bagi kekuasaan untuk melakukan kontrol terhadap pers pada umumnya. Dari kasus inilah, antara lain, kemudian
  • 18. 17 muncul ke permukaan tentang apa yang kini dikenal dengan “kebebasan pers.”14 Seiring dengan perkembangan zaman mundurnya minat seseorang untuk mendapatkan informasi melalui surat kabar disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: a. Hilangnya segmentasi pasar surat kabar yang efektif, atau dengan kata lain adanya ketidakmampuan untuk mencari pembacar agar sebuah surat kabar dapat membedakan diri dari pesaing iklan di mana memasang iklan merasakan keuntungan publikasi dari uang yang telah dibayarkan. b. Persaingan keuntungan iklan dari media siar. c. Penurunan jumlah pembaca masing-masing rumah tangga. d. Penduduk berubah, dari penduduk kota yang sangat beragam menjadi penduduk pinggiran homogen dengan surat kabar pinggiran individu yang dapat 14Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistk: Pendekatan Teori dan Praktik (Cet. I; Jakarta: Logos, 1999), h. 88-89.
  • 19. 18 mewakili homogenitas tersebut secara lebih efisien.15 Hal ini juga yang menimpa koran-koran yang berorientasi Islam, ketidak universalan isi dari pada topik koran yang berorientasi Islam, menyebabkan koran-koran tersebut lambat berkembang, sehingga jangkauan di dalam memperluas jaringannya menjadi sempit. Selain itu, faktor ketidak banggaan dari umat Islam untuk merasa memiliki salah satu kekayaan Islam, juga merupakan faktor kurangnya minat masyarakat Islam untuk membeli koran-koran yang berorientasi Islam. 2. Artikel Secara definitif, artikel diartikan sebagai sebuah karangan faktual (nonfiksi) tentang suatau masalah secara lengkap, yang panjangnya tak tentu, untuk dimuat disurat kabar, majalah, buletin, dan sebagainya, dengan tujuan untuk 15Severin, Werner, J. dan James W. Tankard, Jr., Communication Theories: Origins, Methods, & Uses in the Mass Media, Edisi Ke- 5 (Cet. 4; Jakarta: Kencana, 2009), h. 426-427.
  • 20. 19 menyampaikan gagasan fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan suatu masalah, atau menghibur.16 Artikel dakwah adalah tulisan tentang masalah ajaran Islam (akidah/iman, syariah/Islam, akhlak/ihsan) berikut pendapat penulisnya yang bersifat preskriptif. Ia berisi ajakan, tuntunan, atau petunjuk untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam.17 Idealnya, penulis artikel dakwah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih dibandingkan pembaca atau “di atas rata-rata” pembaca. Meskipun demikian, penulis artikel dakwah tidak selalu harus demikian. Prinsipnya, kebenaran sekecil apapun yang dimiliki harus disampaikan kepada orang lain.18 Artikel dakwah dapat ditulis dengan mengikuti salah satu format atau gabungan dari keempat format berikut: 16Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam (Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 65. 17Ibid., 66. 18Ibid.
  • 21. 20 a. Deskriptif Artikel deskriptif (to describe=menggambarkan) adalah tulisan yang menjawab pertanyaan “apa”. Isinya menggambarkan secara detil atau garis besar tentang suatu masalah, sehingga pembaca mengetahui secara utuh masalah yang dikemukakan. b. Eksplanatif Artikel eksplanatif (to explain= menerangkan, menjelaskan) adalah tulisan yang menjawab pertanyaan “mengapa”. Isinya menerangkan sejelas-jelasnya tentang suatu masalah, sehingga si pembaca memahami betul masalah yang dikemukakan. c. Artikel Prediktif Artikel prediktif (to predict= meramalkan) menjawab “apa yang akan terjadi nanti”. Isinya berupa perkiraan apa yang kemungkinan terjadi pada masa datang, berkaitan dengan masalah yang dikemukakan. d. Artikel Preskriptif Artikel preskriptif (to prescribe= menentukan, menuntun) menjawab pertanyaan “apa yang harus
  • 22. 21 dilakukan”. Isinya mengandung aga melakukan sesuatu. Kata-kata “harus”, “seharusnya”, “hendaknya”, dan semacamnya mendominasi tulisan jenis ini.19 3. Majalah Klarifikasi majalah umumnya dikategorikan berdasarkan khalayak luas yang mereka layani: (1) Majalah Konsumen, (2) Majalah Bisnis, (3) Majalah Pertanian, dan (4) majalah Komputer/internet. Sebuah kategori baru yang sedang bangkit adalah majalah online.20 Kebanyakan majalah tampil lebih mengkilap ketimbang koran. Majalah menggunakan kertas mengkilap dan sampul tebal, penuh warna, dan desain yang cerdas. Majalah tampak segar, punya banyak white space, dan menarik perhatian pembaca serta memuat iklan yang menarik. Berita-beritanya lebih panjang (sekitar 2000 kata) jika dibandingkan dengan berita koran yang sekitar 700-an kata, 19Ibid., 68. 20Monle, & Carla Johnson, Princples of Adversiting: A Global Perspective, terj. Haris Munandar, dan Dudi Priatna, Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan dalam Prefektif Global. Edisi Pertama (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2007), h. 242.
  • 23. 22 namun majalah sering memuat foto berwarna. Isi beritanya tidak begitu formal dan lebih mendalam. Ringkasnya majalah cenderung tetap disimpan di rumah lebih dari sebulan atau seminggu sejak mereka diterbitkan.21 Majalah yang diterbitkan tidak selamanya menyangkut, topik-topik seputar persoalan kemasyarakatan, tetapi juga persoalan keagamaan juga disinggung. Salah satu majalah yang memuat topik keagamaan yang terbilang sukses adalah Panji Masyarakat. Panji Masyarakat atau disingkat dengan Panjimas adalah majalah berorientasi Islam yang dimiliki Indonesia. Yang dalam perkembangannya Panjimas berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, awal didirikannya pada tanggal 15 Juni 1959 oleh KH Faqih Usman, Harnka (H. Abdul Malik Karim Amrullah), Joesof Abdoellah Poear, dan HM. Joesoef Ahmad. Semula terbit sebagai dwimingguan, kemudian tiga kali sebulan. Semula hampir seluruh isinya berupa artikel tentang agama. Tetapi setelah 21Christoper K. Passante, The Complete Ideal’s Guides: Journalism, Edisi I (Cet. I; ttp: Alpha Book, tth), h. 90.
  • 24. 23 melewati umur seperempat abad, isi dan penampilan tata wajahnya (layout) lebih mengarah ke majalah berita. Sekitar separo isinya berupa berita aktual dan laporan, dan selebihnya berupa opini. Pada awalnya, memiliki ikatan yang erat dengan organisasi Islam yakni Muhammadiyah, kemudian mencoba menerobos pembaca yang lebih luas. Majalah ini beredar tidak hanya di Indonesia, juga di Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia. Majalah ini sempat ditutup selama bertahun-tahun setelah dilarang terbit pemerintah karena memuat karangan mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta, "Demokrasi Kita", bulan Mei 1960. Tulisan itu mengandung kritik yang tajam terhadap pemerintahan Soekarno. Ketika situasi politik berubah, tanggal 5 Oktober 1966 Panjimas terbit kembali di bawah pimpinan Rusydi.22 Selain Panji Masyarakat ada juga majalah yang berorientasi Islam, yaitu majalah Sabili; majalah Sabili dianggap cukup konsisten menyuarakan politik yang membela 22http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/2152 (Diakses: senin, 24 Oktober 2011, pukul 22.15 Wita).
  • 25. 24 dakwah Islam yang dipojokkan. Bahasa majalah ini cukup kritis dan membakar bagi para pembacan. Sabili sempat menjadi majalah dakwah yang cukup laris dan berada sebanding dengan media-media nasional kelas atas. Sabili cukup mampu bertahan di tengah sulitnya arus industri media cetak di tanah air, terlebih untuk media-media dakwah.23 Untuk meningkatkan jaringan dakwah melalui media cetak, agar tidak hilang ditelan masa, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: Pertama, makna komunikator harus diperluas. Kalau selama ini komunikator atau penyampai pesan cenderung dilihat hanyalah mereka yang dapat disebut ulama, atau mubaligh di majelis taklim, mimbar-mimbar masjid dan musholla, maka makna itu sebaiknya diperbesar. Harus dipersepsikan bahwa setiap muslim mempunyai tugas keda’ian. Seorang wartawan yang menyadari kebesaran Allah SWT lewat kesempurnaan sebab akibat dan kronologis suatu kejadian/peristiwa, dapat berdakwah dengan menyampaikan 23http://www.anneahira.com/majalah-dakwah.htm (Diakses: Senin, 24 Oktorber 2011, Pukul 22. 51 Wita).
  • 26. 25 “kesadarannya” itu pada khalayak melalui etika pemberitaan menurut norma-norma agama. Negarawan, peneliti, teknolog dan sebagainya semuanya dapat melaksanakan peran-peran keda’ian pada bidang keahlian dan tekunannya masing-masing. Kedua, isi pesan juga perlu terus diperluas. Isi pesan dakwah diharapkan tidak semata menyampaikan al-Quran, Hadis, dalam arti secara harfiah membaca/menyebutkan ayat suci al- Qur’an. Dengan tidak memungkiri bahwa sumber baku dakwah itu adalah al–Qur’an dan Hadis. Isi pesan dakwah harus dipahami yaitu segala sesuatu yang dapat memberikan pencerahan hati dan pikiran masyarakat, baik melalui perkataan, tulisan dan perbuatan. materi dakwah pun sebaiknya harus dapat menyahuti kebutuhan dalam konteks kekinian sesuai dengan perkembangan zaman. Ketiga, media untuk menyampaikan pesan dakwah juga perlu diperluas maknanya. Semua jenis media massa, seperti radio, televisi, surat kabar, majalah dan seterusnya mestinya dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan dakwah. Tentu saja kontak interpersonal tak kalah pentingnya. Perbuatan atau prestasi baik dalam satuan- satuan kerja dan pengabdian kita pun dapat dijadikan sebagai
  • 27. 26 suatu media dakwah. Keempat, khalayak atau target audience juga perlu diperluas maknanya. Selain komunitas masjid, langgar, musholla, majelis taklim, juga mereka yang berada di tempat-tempat lain seperti di kantor, perusahaan, rumah sakit dan sebagainya. Tentu saja dengan cara ataupun pendekatan yang berbeda-beda. Semua anggota masyarakat, sebagai individu atau kelompok, yang kaya dan miskin, di kota metropolitan dan di desa terpencil, seharusnya terjangkau oleh dakwah dengan medium dan materi yang sesuai.24 B. Pendekatan Kritis terhadap Dakwah Melalui Media Cetak Untuk mengkritisi dakwah melalui media cetak ini, diperlukan beberapa teori seperti yang telah disebutkan pada bab II mengenai kerangka teori dan konsep, yaitu: teori otoriter (authoritarian theory), Teori Pers Bertanggung Jawab Sosial (Social Respansibility Theory), Teori Persamaan Media (Media Equation Theory), dan Media Critical Theory. 1. Teori otoriter (authoritarian theory) 24http://abahmarasakti.wordpress.com/2010/01/11/dakwah-di-surat- kabar-kajian-kritis/ (Diakses: senin, 24 Oktober 2011. Pukul 21.26 Wita)
  • 28. 27 Berdasarkan teori otoriter (authoritarian theory) bahwa media-media berada dalam pengawasan ketat pemerintah, sehingga pemberitaan melalui media massa yang menyudutkan kekuasaan pemerintah harus dibrendel (difilter), karena dapat mengancam segala kebijakan pemerintah yang bersifat otoriter. Oleh sebab itu keberadaan teori otoriter, akan menjadikan media sebagai alat yang baik bagi pencitraan politik pemerintah, sehingga isi berita hanya memuat kebaikan- kebaikan pemerintah, sedangkan pemberitaan yang menyangkut keburukan-keburukannya tidak boleh diberitakan. Teori otoriter bila terus diterapkan, maka akan menjadikan pemberitaan bagi media menjadi tidak objektif, sehingga boleh jadi kesalahan pemerintah bisa menjadi kebenaran bila telah sampai ke pembaca atau pemirsa. Teori otoriter juga tidak selamanya merugikan, tetapi bisa juga bermanfaat di dalam membendung pemberitaan yang terus-menerus mencari kesalahan pemerintah, teori yang terus mencari atau mengkritisi kesalahan pemerintah, dengan sebutan teori kritik media (Media Critical Theory). Sebab, tidak selamanya kesalahan bertumpu pada pimpinan dalam sebuah
  • 29. 28 lembaga pemerintah; tetapi bisa disebabkan oleh faktor persaingan politik yang tidak sehat, sehingga ada usaha dari lawan-lawan politik untuk menjatuhkan pimpinan dalam pemerintahan. Jurnalis muslim yang meliput, mengolah, dan menyampaikan berita melalui media cetak harus memiliki sebuah integritas yang tinggi di dalam melaksanakan tugas kewartawanannya, karena pemberitaan di bawah pengaruh teori otoriter akan menyembunyikan sebuah kebenaran. Sementara prinsip pemberitaan yang dibangun dalam oleh ajaran Islam haruslah berlandaskan sabda Nabi, yang berarti: “Katakanlah kebenaran itu (jujurlah), sekalipun itu pahit.” Selain hal di atas, seorang jurnalis muslim harus memperhatikan hal-hal yang bisa mengancam jiwa, agama, dan negara; karena jika terus-menerus memberitakan sesuatu pemberitaan yang melawan pemerintahan otoriter, dengan cara menghasut, dan memprovokasi, akan menyebabkan ketidakstabilan dalam sebuah pemerintahan, seperti yang menimpa negara-negara yang berada di kawasan timur tengah sekarang, seperti: aksi penurunan paksa terhadap presiden
  • 30. 29 Husni Mubarak di Mesir. Imbas dari pada penurunan presiden Husni Mubarak di Mesir telah mengubah keadaan situasi politik, di berbagai negara yang berada di sekitar kawasan timur tengah khususnya negara-negara Arab. Oleh karena itu, sebagai jurnalis muslim yang bergerak dalam bidang kewartawanan dalam media cetak, harus mempunyai analisis yang tajam terhadap dampak yang ditimbulkan dari pemberitaan yang bersifat propokatif, maka dari itu pertimbangan di dalam “mencegah kemudaratan lebih didahulukan ketimbang mengambil kemaslahatan.” 2. Teori Pers Bertanggung Jawab Sosial (Social Respansibility Theory) Teori Pers Bertanggung Jawab Sosial (Social Respansibility Theory) bisa dikatakan sebagai teori yang mengandung nilai-nilai yang Islami. Dikarenakan teori ini menjunjung tinggi kode etik pekerjaan kewartawanan, tanggung jawab, serta kejujuran. Di mana kode etik ini sangat dibutuhkan pada diri jurnalis, sehingga dengan memegang dan mengikuti teori ini, akan memberikan efek positif terhadap dunia pemberitaan.
  • 31. 30 Akan tetapi, teori pers bertanggung jawab sosial yang telah dirumuskan, secara realitas di lapangan, belum menunjukkan hasil yang maksimal. Disebabkan, masih ada jurnalis yang tidak bertanggung jawab terhadap perubahan sosial yang ditimbulkan dari hasil pemberitaannya melalui media cetak. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya gambar- gambar vulgar pada iklan-iklan dalam surat kabar, penyebaran buku-buku yang memuat paham-paham menyesatkan, pembuatan karikatur-karikatur gambar Nabi Muhammad, tulisan-tulisan yang melecehkan ajaran agama, tulisan-tulisan yang memperjuangkan kebebasan gender bagi kaum wanita, dan tulisan yang memperjuangkan pengakuan status kelamin waria dengan alasan kebebasan HAM. Selain hal di atas, perlindungan hukum terhadap wartawan juga menjadi payung hukum yang kuat bagi mereka untuk melanggar kode etik. Hal ini dapat dilihat dari keberatan pembaca yang dirugikan akibat pemberitaan-pemberitaan gosip dan pencemaran nama baik yang dilakukan melalui surat kabar, yang hanya diladeni melalui hak jawab konsumen; sehingga bisa dikatakan bahwa kesalahan wartawan akibat dari kelalaian
  • 32. 31 dalam menyampaikan berita ke khalayak ramai, hampir tidak diketemukan yang dijerat hukum pidana. Sebagai jurnalis muslim, memegang kode etik sebagai tanggung jawab sosial harus dipertahankan, yang merupakan ciri khas utama di dalam menyampaikan dakwah melalui media cetak. Sifat amanah (bertanggung jawab) merupakan salah satu sifat Nabi Muhammad saw., yang harus diwarisi bagi seorang jurnalis, karena dari sifat ini akan menjadi kontrol bagi bagi jurnalis di dalam meliput, mengolah, dan menyampaikan berita; sehingga ia tidak akan serta merta menyampaikan berita, tetapi ia harus menganalisis dampat yang ditimbulkan akibat pemberitaannya. 3. Teori Persamaan Media (Media Equation Theory) Teori persamaan Media (Media Equation Theory) secara singkat dapat dikatakan sebagai teori yang memberikan stimulus kepada responden atau pembaca untuk melakukan interaksi melalui media massa. Dari hasil interaksi itulah melahirkan tanya-jawab atau umpan balik (feedback) antara
  • 33. 32 pembaca dan jurnalis, sehingga terciptalah iklim kebersamaan di dalam membangun komunikasi. Adapun rubrik dari hasil yang diciptakan dari teori ini adalah rubrik tanya jawab, rubrik ini biasa ditangani oleh tenaga ahli yang kompetitif dibidangnya, misalnya: ulama ahli dalam bidang agama, dokter ahli dalam bidang kesehatan, dan psikiater ahli dalam bidang kesehatan jiwa. Rubrik tanya jawab melalui media cetak terbilang baik, akan tetapi proses umpan-balik melalui pertanyaan-tanyaan yang diajukan oleh responden terbilang lambat, karena membutuhkan jeda waktu yang lama, bila dibandingkan dengan media elektronik. Selain rubrik tanya jawab dari hasil yang dilahirkan oleh teori ini, ada juga rubrik pencaharian jodoh, dan juga tempat untuk mencurahkan perasaan benci, marah, dan tidak senang. Rubrik seperti ini bisa memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap pembaca; pengaruh positifnya adalah bagi orang yang kesulitan mendapatkan jodoh, akan terbantukan dengan adanya rubrik ini, akan tetapi negatifnya adalah tidak selamanya sesuatu yang dicita-citakan sesuai
  • 34. 33 dengan apa yang diinginkan, misalnya: jodoh yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. 4. Teori Kritik Media (Media Critical Theory) Teori Kritik Media (Media Critical Theory) adalah teori yang membangun kritik terhadap segala perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat, melalui teori ini media cetak dimanfaat sebagai medium di dalam menuangkan segala ide-ide terhadap perkembangan sosial yang mencakup politik, agama, budaya, dan pemikiran. Bila dilihat dalam praktek teori ini, maka kritikan- kritikan dari seorang kritikus yang memberikan beban berat bagi orang yang dikritik, tanpa memberikan solusi yang tepat bagi permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Kritik yang hanya menitik-beratkan kesalahan orang menyebabkan tidak Oleh karena sebagai teori yang dibangun untuk mengkritik terhadap perkembangan sosial, maka melalui media cetak sebagai media dakwah, akan memberikan kritikan- kritikan terhadap perkembangan sosial melalui dasar-dasar yang dibangun melalui landasan normatif, yaitu al-Qur’an dan al-Hadis. Dari landasan inilah dibangun konstruk pemikiran,
  • 35. 34 yang memberikan jalan keluar bagi permasalahan- permasalahan yang timbul akibat perubahan sosial yang begitu cepat. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah, maka kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Penyajian dakwah melalui media cetak, dapat dilakukan lewat medium surat kabar, artikel, dan majalah; dakwah yang dilakukan melalui media harus berisi pesan-pesan keagamaan dalam bentuk berita politik dunia Islam, rubrik tanya jawab, dan konsultasi. Landasan yang dipergunakan adalah al-Qur’an dan al-hadis, selain itu harus dipadukan dengan topik-topik kontemporer yang menyangkut problematika yang dihadapi umat Islam di zaman sekarang. 2. Pendekatan teori yang dipakai di dalam mengeritik media cetak sebagai media dakwah, yaitu: pertama,
  • 36. 35 teori media otoriter; yaitu media yang diawasi ketat oleh pemerintah, dan penyajian harus berdasarkan keinginan pemerintah, namun hal ini tidak bisa terus berlanjut, melainkan ada perpaduan dengan teori kritik media. Kedua, teori pers bertanggung jawab sosial; teori ini menitikberatkan peran jurnalis yang memegang tanggung jawab sosial, mengenai alur pemberitaan dalam media cetak. Di mana seorang jurnalis muslim harus beretika sesuai dengan yang digariskan oleh ajaran Islam. Ketiga, teori persamaan media; yaitu teori yang mengajak respondennya untuk berinteraksi dengan media cetak sebagai bagian dari rubrik yang ditampilkan pada karya tulisnya. Keempat, teori kritik media; yaitu teori yang menitik beratkan pada media cetak yang mengkritik segala penyimpangan- penyimpangan yang terjadi di masyarakat dengan memberikan jalan keluar dari permasalahan tersebut.
  • 37. 36 B. Implikasi Adapun implikasi dari makalah ini adalah untuk mengetahui peran media cetak sebagai media dakwah di dalam memberikan informasi-informasi ke-Islaman kepada seluruh umat manusia, dan juga untuk mengetahui pendekatan- pendekatan teori yang dipakai dalam mengkritik media cetak sebagai media dakwah.