SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-72 65
65
DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL
THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP
MENGHARGAI DIRI SENDIRI PADA KALANGAN PENDERITA KANKER
PAYUDARA
Namora Lumongga Lubis1*
, Mohamad Hashim Bin Othman2
1. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara 20155, Indonesia
2. Pusat Pengajian Ilmu Pendidikan, Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang 55584, Malaysia
*
E-mail: namora_lubis@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari intervensi kelompok cognitive behavorial therapy (CBT),
kelompok dukungan sosial (DS) dan kelompok kontrol (KK) terhadap sikap menghargai diri sendiri pada kalangan
penderita kanker payudara. Skala sikap menghargai diri sendiri yang dibuat oleh Rosemberg (Rosenberg Self
Esteem/RSE) digunakan untuk mengukur sikap menghargai diri sendiri. Kelompok pasien terdiri atas kelompok CBT
dan kelompok DS. Dalam penelitian ini setiap kelompok pasien akan menjalani 12 sesi konseling selama 6 minggu.
Analisis kuantitatif pengukuran berulang general linear model (GLM) digunakan untuk mengetahui dampak terbesar
pada kelompok (CBT, DS, dan KK) serta dampak utama dari tes secara berulang dengan skala RSE (pra tes, pasca tes 1,
pasca tes 2, dan pasca tes 3). Hasil analisis memperlihatkan tidak terdapat perbedaan dampak utama antara kelompok
CBT, kelompok DS, dan kelompok KK terhadap skor skala menghargai diri sendiri. Ditemukan perbedaan dampak
utama dari tes berulang skala RSE (antara pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2 dan pasca tes 3) terhadap skor sikap
menghargai diri sendiri. Hasil utama secara keseluruhan dalam penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan skor
skala RSE dari pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2, dan pasca tes 3 terhadap skor skala RSE.
Abstract
The Effects of Cognitive Behavorial Therapy Group and Social Support Group on the Self Esteem among Breast
Cancer Patients. This study is aimed to determine the main effects of CBT group, social support group (DS) and
control group (KK) on the self esteem among breast cancer patients. Rosemberg self esteem scale (RSE) was used to
measure self-esteem. The treatment group consisted of CBT and DS groups. Each treatment group received 12
counselling sessions within six weeks. Quantitative analysis general linear model (GLM) repeated measures was used
to identify the groups’ (CBT, DS, and KK) main effect, the repeated test RSE scale (pre test, post test 1, post test 2, and
post test 3) main effect and the interaction effect (CBT, DS, and KK), and repeated tests RSE scale (pre test, post test 1,
post test 2, post test 3). There was no significant difference in the groups (CBT, DS, and KK) main effect on the
Rosenberg Self Esteem (RSE) scores. There was a significant difference (F (3.10) = 66.823, p = 0.0001 (Wilk's
Lambda) on the repeated test RSE scale (pre test, post test 1, post test 2, and post test 3) main effects on self esteem
score. Overall findings showed an increase in RSE scores between the pre test, post test 1, post test 2 and post test 3.
Keywords: cancer, cognitive behavior therapy, counselling, self esteem, social support
Pendahuluan
Kanker disebabkan dari sel-sel yang tumbuh secara
tidak normal di dalam tubuh manusia. American Cancer
Society (ACS) mendefinisikan kanker sebagai kelompok
penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan
penyebaran sel abnormal yang tidak terkontrol.1
Ahli
pengobatan telah menyatakan bahwa penyakit kanker
disebabkan banyak faktor, antara lain adalah pola
makan seseorang, kebiasaan merokok, pencemaran
udara, kekurangan vitamin, gaya hidup yang tidak sehat,
tekanan yang menurunkan kekebalan tubuh dan jenis
kepribadian tertentu.2
Di Indonesia, terdapat 10 jenis
kanker yang paling banyak diketahui secara umum,
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-7266
yaitu kanker serviks uteri, payudara, kulit, nasofaring,
usus besar dan rektum, paru-paru, rahim, tiroid, dan
rongga mulut.3
Dari 10 jenis kanker tersebut, kanker
payudara yang termasuk jenis kanker yang banyak
diderita oleh kaum wanita di Indonesia setelah kanker
leher rahim, dan jumlahnya terus meningkat dalam
beberapa tahun terakhir ini.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa pasien kanker
akan mengalami masalah menghargai diri sendiri yang
rendah.4-7
Sikap menghargai diri sendiri menunjukkan
gambaran keseluruhan yang diraih seseorang tentang
diberikan nilai benar atau salah, baik atau buruk.
Menurut Coopersmith (1967), sikap menghargai diri
sendiri merupakan hasil penilaian individu terhadap
dirinya sendiri; suatu sikap yang bisa berupa
penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa
besar individu itu percaya bahwa dirinya mampu,
berarti, berhasil dan berharga menurut kemampuan dan
nilai kepribadiannya.8
Penelitian yang dilakukan oleh
Hadjam (2000) terhadap pasien kanker mendapati
pasien kanker mengalami stres dengan memperlihatkan
perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal,
tidak puas dalam kehidupan, merasa lebih buruk jika
dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah
terhadap tubuhnya dan terasa tidak berdaya.9
Pasien kanker yang mengalami gangguan sikap
menghargai diri sendiri paling tepat pendekatan terapi
tingkah laku kognitif (CBT) yang dipopulerkan oleh
Beck (1976).10
Terapi tingkah laku kognitif (CBT) yang
diaplikasi dalam penelitian adalah mengajarkan kepada
pasien untuk mengetahui kepercayaan dan pemikiran
tidak rasional merupakan penyebab kepada gangguan
emosional dan tingkah laku mereka sendiri.11
Pasien
diharapkan dapat mengubah tingkah laku yang negatif
ke arah yang lebih positif melalui pemikiran yang
positif.12
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya menilai terapi CBT pada pasien kanker
didapati sangat berdampak dalam meningkatkan sikap
menghargai diri sendiri.13-17
Kelompok CBT akan
membiasakan individu belajar membuat modifikasi
pikiran-pikiran dan pola-pola perilaku tertentu dengan
saling berbagi pengalaman, atau belajar dari
pengalaman sesama anggota dalam kelompok.
Selain itu, pasien kanker juga sangat membutuhkan
seseorang yang bisa memahami emosinya, ketakutan,
kecemasan serta bertukar informasi tentang perawatan
dan pengobatan yang akan, sedang ataupun sudah
dijalaninya. Keperluan tersebut dapat dipenuhi dari
aspek dukungan yang diberikan oleh komunitas sosial.
Dukungan sosial (DS) bisa dilakukan oleh anggota
keluarga, rekan, masyarakat, kalangan profesional
ataupun sukarelawan yang berfungsi sebagai
pendamping bagi pasien kanker. Pendekatan DS sangat
diperlukan dalam usaha melawan kanker, meningkatkan
sikap menghargai diri sendiri pada pasien. Bukti-bukti
dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan
pendekatan DS dapat menjadi penentu bagi
perkembangan kesehatan. Bagi pasien kanker, DS
merupakan dorongan untuk melawan kanker (fighting
spirit) dan lebih membantu pasien untuk bertahan.18
Analisis korelasi menunjukkan semakin besar dukungan
sosial yang diperoleh, maka semakin rendah ketegangan
psikologi yang dirasakan.19
Selain itu, pasien yang
memperoleh dukungan sosial yang tinggi, menunjukkan
penyesuaian yang lebih baik.20
Sejalan dengan bertambahnya jumlah pasien kanker
yang mempunyai sikap menghargai diri sendiri yang
rendah, konseling kelompok merupakan konseling yang
sangat baik untuk digunakan dalam pendekatan CBT
dengan kehadiran unsur-unsur terapi pada sesi konseling
kelompok.21
Konseling kelompok merupakan pelak-
sanaan interaksi yang dilakukan antara seorang konselor
yang profesional dengan beberapa orang.22
Amir (1988)
menjelaskan bahwa ciri utama dari konseling kelompok
ialah memberikan fokus kepada pemikiran sadar dan
tingkah laku, meningkatkan interaksi terbuka, anggota
kelompok merupakan individu yang normal, dan
fasilitator merupakan penggerak yang penting semasa
proses konseling kelompok dilaksanakan.23
Menurut
Delameter (1974), konseling kelompok dapat
mewujudkan beberapa ciri seperti interaksi, persepsi,
hubungan afektif, saling membantu dan memahami.24
Pelaksanaan konseling kelompok merupakan salah satu
cara yang dilihat mampu menyediakan ruang dan
peluang kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi melalui kewujudan unsur-unsur
terapeutik dalam konseling kelompok seperti nilai
umum, dukungan, peluang untuk mencoba tingkah laku
baru dan respon. Kemunculan unsur-unsur terapeutik
dalam sesi konseling menjadikan sesi tersebut berbeda
dari sesi kelompok sosial yang lain.25
Selain itu,
konseling kelompok merupakan suatu proses antara
pribadi yang dinamis dan berawal dari pemikiran dan
perilaku yang disadari.26
Proses itu berisikan ciri-ciri
terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan
secara leluasa, orientasi pada kenyataan, saling percaya,
saling perhatian, saling memahami, dan saling
membantu.27
Ada beberapa peneliti yang melaksanakan
penelitian tentang penerapan unsur-unsur terapeutik
dalam konseling kelompok.25,28-31
Dalam kerangka konseptual ini dapat dilihat dua bentuk
pendekatan yang diaplikasikan kepada pasien yang
menghadapi kanker yaitu pendekatan CBT dan DS.
Beberapa metode dalam pendekatan CBT (Gambar 1)
yang digunakan adalah metode membuat tugas rumah
tertentu dan aktivitas, pemantauan pemikiran sehingga
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-72 67
Gambar 1. Kerangka Konseptual Intervensi Penyembuhan Cognitive Behavorial Therapy
dapat mengetahui pemikiran otomatis yang negatif,
sekaligus menantang pemikiran otomatis yang negatif
dan bisa menggantikannya dengan bentuk pemikiran
yang positif. Di sisi lain, metode yang digunakan dalam
pendekatan dukungan sosial adalah dukungan
instrumental, dukungan informasional, dukungan
emosional, dukungan pada sikap menghargai diri sendiri
dan dukungan dari kelompok sosial. Kedua pendekatan
yang digunakan ini bertujuan membantu meningkatkan
sikap menghargai diri sendiri pada pasien. Kaidah yang
digunakan untuk mengaplikasikan kedua pendekatan ini
ialah melalui intervensi kelompok.
Sikap menghargai diri sendiri yang rendah bisa
memberikan tekanan yang amat sangat kepada pengidap
penyakit kanker payudara. Pengaruh dari tekanan ini
bisa menyebabkan mereka mulai mengasingkan diri,
senantiasa dalam keadaan marah, takut, menyalahkan
keadaan dan lingkungan dan sebagainya. Kegagalan
dalam membantu pengidap kanker payudara bisa
mengakibatkan kemurungan menjangkiti pada diri
mereka. Di Indonesia pendekatan dukungan sosial
sering digunakan dalam membantu pengidap kanker
payudara unuk membuat penyesuaian diri dan menerima
hakikat. Namun demikian, pendekatan konseling
kelompok tidak begitu luas digunakan sebagai salah
satu alternatif dalam membantu pasien kanker payudara.
Merujuk Scott dan Stradling, (1998) pendekatan
konseling kelompok merupakan satu alternatif yang
menarik karena dapat menghemat biaya perawatan.32
Spiegel dan Bloom (1983) mendapatkan hasil bahwa
pengaplikasian konseling kelompok terhadap para
pasien kanker dapat mengurang rasa cemas, ketakutan
berkurang, dan tidak mudah letih.33
Berbeda dengan
negara Barat, penelitian berkaitan konseling kelompok
dengan menggunakan pendekatan CBT di Indonesia
masih sangat kurang digunakan. Ada beberapa
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di
Indonesia khususnya yang berkaitan dengan sikap
menghargai diri sendiri.33-41
Namun, penelitian-
penelitian ini tidak mengaplikasikan pendekatan CBT
dalam kelompok. Oleh sebab itu, timbul pertanyaan
sejauhmana intervensi konseling kelompok CBT dapat
membantu meningkatkan sikap menghargai diri sendiri
pada pasien kanker payudara selain dari kelompok
dukungan sosial yang sudah ada. Penelitian ini
bertujuan untuk: 1) Mengetahui perbedaan dampak
utama antara kelompok CBT, kelompok dukungan
sosial (DS), dan kelompok kontrol (KK) terhadap skor
skala sikap menghargai diri sendiri Rosenberg (RSE); 2)
Mengetahui perbedaan dampak utama tes berulang skala
RSE (antara pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2 dan pasca
tes; 3) terhadap skor sikap menghargai diri sendiri.
Metode Penelitian
Penelitian yang dijalankan berbentuk eksperimen kuasi
dengan menggunakan metode pengukuran berulang
general linear model (GLM). Sebanyak 15 orang pasien
kanker diambil sebagai partisipan acak secara
penelitian. Partisipan penelitian terdiri atas pasien yang
terjangkit kanker payudara di peringkat empat. Seluruh
Metode
Membuat beberapa tugas
rumah seperti list aktivitas
sehari-hari, tugas rumah
Pemantauan pemikiran
sehingga dapat mengetahui
pemikiran otomatis yang
negatif dan tidak rasional
Menantang atau melawan
semua pemikiran yang
negatif atau tidak rasional
Menggantikan pemikiran yang
negatif atau tidak rasional
kearah yang positif dan
rasional
Metode
Dukungan Instrumental
Dukungan Informasional
Dukungan Emosional
Dukungan pada Sikap
Menghargai Diri Sendiri
Dukungan Kelompok Sosial
CBT PASIEN DS
Sikap
Menghargai
Diri Sendiri
Kelompok
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-7268
partisipan dipilih dari tiga buah rumah sakit yang ada di
kota Medan, Indonesia. Partisipan yang terpilih dibagi
dalam tiga kelompok penyembuhan yaitu kelompok
CBT (n=5), DS (n=5) dan KK (n=5). Kelompok Kontrol
(KK) digunakan untuk membandingkan kelompok yang
diberikan intervensi (CBT dan DS) dengan kelompok
yang tidak diberikan intervensi sehingga dapat dilihat
perbedaan antara kelompok yang diberi intervensi
dengan kelompok yang tidak diberi intervensi.
Instrumen penelitian. Skala sikap menghargai diri
sendiri RSE yang berisikan 10 item digunakan untuk
mengumpulkan data. Partisipan memberikan respons
pada setiap item dengan pilihan sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).
Skor yang paling tinggi menunjukkan bahwa sikap
menghargai diri sendiri responden sangat tinggi. Curbow
dan Sommerfield (1991) memperoleh nilai koefisien
korelasi bagi skala sikap menghargai diri sendiri RSE
berkisar antara 0,76 sampai 0,87, sedangkan nilai
keandalan dari skala sikap menghargai diri sendiri RSE
dengan menggunakan Cronbach alpha ialah 0.74.42
Prosedur Penyembuhan. Pelaksanaan intervensi ini
dilakukan selama 12 sesi untuk kelompok CBT dan
kelompok DS dengan frekuensi sekali seminggu untuk
tiap kelompok. Intervensi kelompok dijalankan selama
120 menit untuk setiap pertemuan. Sebelum intervensi
dilaksanakan, kesemua partisipan dalam kelompok CBT
dan DS terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai
intervensi penyembuhan yang memasukkan aspek
dalam proses intervensi, pendekatan penelitian, jadwal
sesi, dan peraturan selama proses penyembuhan
dijalankan. Intervensi bagi kelompok CBT dan DS
disusun dalam sebuah modul yang menjadi acuan dalam
memberikan intervensi untuk kelompok CBT dan DS.
Modul untuk kelompok CBT bertujuan untuk mengajar-
kan pasien kanker bagaimana menjadi lebih sehat dalam
pikiran dan tingkah laku mereka menghadapi penyakit
kanker payudara yang mereka hadapi.
Kelompok CBT difasilitasi oleh seorang psikolog yang
memiliki ketrampilan dan keahlian dibidang psikologi
terapi, khususnya CBT, yang akan memimpin jalannya
intervensi. Di antara metode yang digunakan dalam
kelompok CBT ini adalah membuat tugas rumah,
pemantauan pemikiran sehingga diketahui pemikiran
otomatik yang negatif dapat sekaligus menantang
pemikiran otomatik yang negatif dan menggantikan
dengan pemikiran yang positif. Pendekatan yang
digunakan, diskusi, ceramah, tugas rumah, permainan,
dan relaksasi, diharapkan dapat mengubah persepsi
individu mengenai penyakit kanker yang mereka derita
menjadi lebih positif.
Partisipan dalam kelompok DS diberikan informasi
berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan
mengenai penyakit kanker dan menyediakan dukungan
emosi untuk selama enam minggu. Kelompok DS
difasilitasi oleh seorang relawan mantan pasien kanker
payudara dan telah mengikuti pelatihan. DS yang
diberikan adalah dukungan informasional dan edukasi
sebanyak enam sesi serta dukungan emosional dan
sosial sebanyak enam sesi. Bentuk dukungan
informasional yang diberikan kepada pasien kanker
payudara adalah informasi yang dibutuhkan individu
antara lain informasi medis tentang kanker payudara,
konsep stres dan cara mengatasinya, cara melakukan
relaksasi, dan informasi tentang makanan yang sehat
untuk pasien kanker payudara. Dukungan emosional
yang diberikan adalah dukungan yang membuat
individu merasa nyaman, yakin, merasa diperlukan, dan
dicintai. Dukungan emosional yang diberikan dengan
mengeksplorasi peranan keluarga dan teman,
memberikan semangat pada peserta, mengeksplorasi
pengalaman spritual, memberi gambaran pentingnya
rasa humor, dan mengeksplorasi keterampilan yang ingin
dikembangkan. Dari prosedur penyembuhan ini,
diharapkan terjadi perubahan pada skor sikap perubahan
menghargai diri sendiri. Intervensi CBT dan DS
diberikan di tempat terpisah dan waktu yang berbeda.
Data dianalisis dengan menggunakan pengukuran
berulang GLM untuk meneliti dampak utama antara
kelompok CBT, kelompok DS, dan kelompok KK
terhadap skor skala sikap menghargai diri sendiri RSE,
dampak utama tes berulang skala RSE (antara pra tes,
pasca tes 1, pasca tes 2 dan pasca tes 3) terhadap skor
sikap menghargai diri sendiri dan dampak interaksi
antara kelompok dengan tes berulang skala RSE (pra
tes, pasca tes 1, pasca tes 2 dan pasca tes 3. Menurut
Roscoe (1975) untuk penelitian eksperimen sekurang-
kurangnya 15 sampel diperlukan untuk setiap kumpulan
dan tes semula (retest) diperlukan dalam penelitian
tersebut.43
Dalam penelitian ini, jumlah sampel 15 orang
didapati selaras dengan beberapa penelitian sebelumnya
yang menggunakan jumlah sampel di bawah 15 orang
perkelompok.44-45
Selain itu, menurut Field (2000)
pengukuran berulang GLM dapat digunakan dengan
jumlah partisipan yang sedikit berdasarkan formula
berikut: (n) > a + 10 (a adalah jumlah level yang
digunakan dalam pengukuran berulang).46
Dalam
penelitian ini, jumlah partisipan (n) = 15 orang, jumlah
peringkat (a) = 4 (pra tes, pasca 1, pasca 2, dan pasca 3)
maka 15 > 14, sehingga memungkinkan untuk
menggunakan metode pengukuran berulang GLM.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dari tes equality of covariance matrices untuk tiga
kelompok (CBT, DS, dan KK) menunjukkan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan bagi varians F (20,
516,89) = 1,370; p > 0,05, yaitu 0,131. Hasil tes
equality of covariance matrices ini menunjukkan bahwa
ketiga kelompok partisipan adalah homogen. Hasil ini
bisa dijadikan acuan untuk melakukan tes berulang GLM
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-72 69
Tabel 1. Skor Rata-rata RSEHasil Pra Tes, Pasca Tes 1, Pasca Tes 2, dan Pasca Tes 3 pada Kelompok CBT, DS,
dan KK
Kelompok Ujian Pra Pasca 1 Pasca 2 Pasca 3
17 24,4 30,2 36,0CBT
(SD=0,70) (SD=3,78) (SD=2,77) (SD=1,87)
12,6 23,2 28,2 34,4DS
(SD=2,07) (SD=3,76) (SD=3,03) (SD=1,81)
20 21,2 21,6 22,4KK
(SD=4,69) (SD=4,14) (SD=3,84) (SD=3,84)
GLM dijalankan kepada ketiga kelompok (CBT, DS,
dan KK). Karena sampel pada penelitian ini berjumlah
<50, maka untuk uji normalitas data menggunakan uji
Saphiro wilk pada taraf nyata 95%. Hasil dari
normalitas data seluruh kelompok perlakuan (CBT, DS,
dan KK) memiliki nilai p > 0.05 pada semua tes
berulang (pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2 dan pasca tes
3). Artinya data pada ketiga kelompok perlakuan
terdistribusi normal.
Tabel 1 memperlihatkan hasil peningkatan nilai rata-rata
RSE pada kelompok CBT dan kelompok DS. Bagi
kelompok KK tidak menunjukkan perbedaan nilai rata-
rata yang mencolok. Secara keseluruhan, peningkatan
nilai rata-rata dalam kelompok CBT adalah lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok DS. Ini berarti
peningkatan sikap menghargai diri sendiri lebih tampak
pada kelompok CBT daripada kelompok DS.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan, (F = 3,708 p
> 0,05, yaitu 0,06) dampak utama kelompok pada skor
skala RSE (Tabel 2). Keputusan tes post hoc Bonferroni
(Tabel 3) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok CBT dengan anggota
kelompok KK (P = 0,057) dan antara kelompok DS
dengan kelompok KK (P = 0,409).
Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan dampak utama
tes berulang skala RSE (antara pra tes, pasca tes 1,
pasca tes 2 dan pasca tes 3) yang signifikan terhadap
skor sikap menghargai diri sendiri.
Hasil analisis terhadap dampak utama kelompok
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dalam peningkatan skor skala RSE pada kelompok
CBT, kelompok DS dan kelompok KK. Namun
demikian, hasil analisis terhadap dampak utama tes
berulang skala RSE (pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2
dan pasca tes 3), menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap skor sikap menghargai diri sendiri.
Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan sikap
menghargai diri sendiri pada pengukuran pra tes, pasca
1, pasca 2, dan pasca 3.
Penerapan metode CBT menantang pemikiran
partisipan untuk mengubah persepsi diri mereka sendiri.
Tabel 2. Hasil Analisis Pengukuran Berulang GLM
Sumber Jumlah F df1 df2 P
Kelompok 316,933 3,708 - - 0,0600
Tes Berulang - 66,823 3 10 0,001*
Jumlah 316,933 9 30
*p < 0,05
Tabel 3. Post Hoc Bonferroni antara Kelompok
Penyembuhan (RSE)
Perbedaan
M(a) M(b) M (a) – M (b) Sig
DS 2,3 0,863
KK 5,6 0,057
CBT
CBT -2,3 0,863
KK 3,3 0,409DS
CBT -5,6 0,057
KK DS -3,3 0,409
Keterangan:
CBT = Kelompok terapi kognitif tingkah laku
M = Mean (rata-rata)
DS = Kelompok dukungan sosial
p = Probabilitas (kemungkinan)
KK = Kelompok Kontrol
Di samping itu, metode membuat tugas rumah dapat
membiasakan partisipan untuk fokus pada pemikiran
mereka secara holistik dan seterusnya membiasakan
mereka membuat penafsiran terhadap kesesuaian bentuk
pemikiran dan mencari jalan dan cara untuk menukar
bentuk pemikiran yang lebih positif.
Konselor memainkan peranan dalam usaha
mencetuskan dan menggalakkan partisipan untuk
berbagi pengalaman, pemikiran dan emosi dalam
kelompok. Menantang pemikiran negatif hanya dapat
dilaksanakan apabila konselor berhasil mewujudkan
interaksi yang baik, menumbuhkan kepercayaan, dan
terwujudnya suasana terapeutik dalam kelompok CBT.
Keterampilan konselor dalam menguasai teori dan
metode CBT, pengaplikasian kemahiran asas konseling
serta memamerkan sikap empati merupakan ciri penting
bagi membangun keyakinan dan kepercayaan partisipan
terhadap konselor. Pengaplikasian teknik CBT yang
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-7270
diaplikasikan hanya mampu dan berhasil mengikis
bentuk pemikiran negatif, apabila tidak ada tekanan
yang diberikan kepada partisipan.
Selain itu, kerjasama antara partisipan dalam kelompok
CBT telah mampu membuat proses pertukaran pikiran
dan emosi dapat dilakukan dengan bimbingan dari
konselor. Pertukaran pikiran dan emosi antara partisipan
dalam kelompok CBT bisa membuat partisipan dapat
merasakan perasaan masing-masing dan seterusnya bisa
saling membantu bagi meredakan perasaan cemas,
bimbang, marah, takut, dan sebagainya. Di samping itu,
bentuk interaksi yang terjadi dalam suasana yang
kondusif juga bisa turut menyumbang ke arah
peningkatan sikap menghargai diri sendiri.
Pengaruh positif dalam kelompok CBT ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Cormier dan
Cormier (1991) yang menunjukkan pendekatan CBT
berhasil digunakan untuk mengubah cara partisipan
berpikir seperti pikiran yang tidak rasional menjadi
rasional.47
Selain itu, Meichenbaum (1979)
mendapatkan hasil pendekatan CBT bisa memodifikasi
pikiran, persepsi, dan sikap yang ada pada individu.48
Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang telah
dijalankan oleh Cocker, Bell dan Kidmans (1994) yang
mendapati pendekatan CBT dapat meningkatkan sikap
menghargai diri sendiri pada partisipan pasien kanker
tanpa bergantung pada keadaan perawatan mereka.49
Lanjutan dari itu, penelitian yang telah dijalankan oleh
Edelman, Bell dan Kidmans (1999), mendapatkan
temuan bahwa pendekatan CBT pada partisipan pasien
kanker payudara secara signifikan mengalami
peningkatan pada sikap menghargai diri sendiri
mereka.13
Pengaplikasian kelompok CBT mampu
membiasakan dalam kalangan partisipan saling bertukar
pikiran, emosi dan pengalaman ketika menghadapi
kanker dan berusaha mencari penawarnya. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Yalom (1985) bahwa
dukungan anggota dalam kelompok sangat bermanfaat
dan membantu dalam memberikan informasi, nasehat,
dan dukungan emosional.50
Simpulan
Pada umumnya hasil analisis dari penelitian ini
mendapatkan bahwa pengaplikasian kelompok CBT
berdampak lebih baik dibandingkan dengan kelompok
dukungan sosial dan kelompok kontrol dalam
meningkatkan sikap menghargai diri sendiri dalam
kalangan pasien kanker payudara. Kelompok CBT lebih
mudah dilaksanakan serta mudah untuk mendapatkan
kerjasama dari partisipan penelitian sewaktu
mengendalikan sesi. Pertukaran informasi yang terlihat
dalam konseling kelompok menyebabkan partisipan
penelitian lebih bersifat terbuka dan membiasakan
mereka berpikir dengan lebih rasional. Tidak dapat
dipungkiri juga, kelompok dukungan sosial juga dapat
memberikan kesan terutama dalam peningkatan sikap
menghargai diri sendiri pada partisipan penelitian
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Secara umum,
dapat dirumuskan bahwa sikap menghargai diri sendiri
dapat ditingkatkan melalui program latihan yang
bersistematis. Peningkatan sikap menghargai diri sendiri
dapat mengurangi rasa kebimbangan, keresahan, dan
ketakutan dan seterusnya membiasakan partisipan
penelitian menjalani kehidupan dengan lebih
menyenangkan dan kedamaian. Hasil dari penelitian ini,
dapat membantu para konselor di Indonesia terutama
dalam usaha mempopulerkan pengunaan pendekatan
kelompok CBT. Kelompok CBT ini dapat membantu
pasien kanker payudara menerima keadaan yang terjadi
dan yang sedang dihadapi mereka dengan membantu
anggota kelompok CBT menukar cara berpikir yang
negatif pada bentuk yang positif. Proses mengganti cara
berpikir terhadap diri sendiri amat penting dalam usaha
membantu untuk meningkatkan sikap menghargai diri
sendiri. Peningkatan sikap menghargai diri sendiri
secara tidak langsung membiasakan pasien kanker
payudara lebih yakin dalam menghadapi perjalanan
hidup mereka. Selain itu, pengendalian kelompok CBT
adalah lebih menghemat waktu, dapat melibatkan lebih
banyak pasien kanker dan menghemat biaya serta dapat
dilaksanakan dengan lebih berstruktur. Kelompok CBT
berstruktur membiasakan konselor mengontrol dan
merancang pelaksanaan kelompok bagi mencapai tujuan
kelompok yang telah dibentuk. Selain itu, kelompok
CBT ini juga membiasakan konselor mengaplikasi
metode-metode CBT dengan lebih teratur dan sesuai
dengan waktu saat aktivitas itu dijalankan. Namun
demikian, keahlian konselor menguasai pendekatan dan
matode CBT sangatlah penting.
Daftar Acuan
1. Kaplan RM, Sallis JF, Patterson TL. Health and
human behavior. USA: McGraw-Hill; 1993.
2. Gale D, Charette Jane. Rencana asuhan
keperawatan onkologi (oncology nursing care
plans). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 1995.
3. Tambunan GW. Diagnosis dan tatalaksana sepuluh
jenis kanker terbanyak di Indonesia. Jakarta: EGC;
1995.
4. Bertero CM. Affected self respect and self value:
The impact of breast cancer treatment on self-
esteem and QOL. Psycho Oncology. 2002; 11:356-
364.
5. Helgeson VS. Lepore SJ, Eton DT. Moderators of
the benefits of psychoeducational intervention for
men with prostate cancer. Health Psychology. 2006;
25(3):348-353.
6. Symister P, Friend R. The influence of social
support and problematic support on optimism and
depression in chronic illness: A prospective study
evaluating self esteem as a mediator. Health
Psychology. 2003; 22:123-129.
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-72 71
7. Trunzo J, Pinto BM. Social support as a mediator of
optimism and distress in breast cancer survivors.
Journal of Consulting and Clinical Psychology.
2003; 71(4):805–811.
8. Coopersmith S. The antencendent of self-esteem.
San Francisco: W.H. Freeman and Company; 1967.
9. Hadjam MNR. Tinjauan psikologis tentang Kanker.
Laporan Penelitian, Fakultas Psikologi, Universitas
Gadjah Mada, Indonesia; 2000.
10. Beck AT. Cognitive therapy and the emotional
disorders. New York; 1976.
11. Hoffman N. Foundation of cognitive therapy:
theoretical method and practical application. New
York: Plenum Press; 1984.
12. Ivey AE, Ivey MB, Simr KL, Morgan. Counseling
and psychoteraphy: a multicultural perspective.
Boston: Ally and Bacon; 1993.
13. Edelman S, Bell DR, Kidman AD. Group CBT
versus supportve therapy with patients who have
primary breast cancer. Journal of Cognitive
Psychoterapy. 1999; 13:189-202.
14. Edmonds CV, LocKKood GA, Cunningham, AJ.
Psychological respons to long term group therapy: a
randomised trial with metastatic breast cancer
patients. Psycho-Oncology. 1999; 8:74-91.
15. Edelman S, Kidman AD. Description of a group
cognitive behaviour therapy program with cancer
patients. Psycho-Oncology. 1999; 8(4):306-314.
16. Edelman S, Kidman AD. Application of cognitive-
behaviour therapy to patients who have advanced
cancer. Behaviour Change. 2000; 17(1):103-110.
17. Edelman S, Lemon J, Kidman A. Group cognitive
behaviour therapy for breast cancer patients: a
qualitative evaluation. Journal Psychology, Health
and Medicine. 2005; 10(2):139-144.
18. Prokop CK, Bradley LA, Burish TG, Anderson KO,
Fox JE. Health psychology: clinical methods and
research. New York: MacMillan Publishing
Company; 1991.
19. Sarafino EP. Health psychology. New York: John
Wiley & Sons; 1990.
20. Taylor SE, Falke RL, Shaptaw SJ, Lichtman RR.
Social support, support group and the cancer
patient. Journal of Consulting and Clinical
Psychology. 1986; 35:608-665.
21. Bright JI, Baker KD, Neimeyer RA. Professional
and paraprofessional group treatments for
depression: a comparison of cognitive-behavioral
and mutual support interventions. Journal of
Consulting and Clinical Psychology. 1999; 67:491-
501.
22. Winkel WS. Bimbingan dan konseling di institusi
pendidikan. Jakarta: Gramedia; 1999.
23. Amir A. Bimbingan dan konseling untuk
kesejahteraan masyarakat. Dalam: Lloyd AP &
Aminah Hashim, editor. Bimbingan dan kaunseling
di Kuala Lumpur, Dewan Bahasa & Pustaka; 1988.
24. Delameter J. Conceptual orientations of
contemporary small group theory. Psychological
Bulletin. 1974; 64:402-412.
25. Corey MS, Corey G. Groups: process and practice.
4th
ed. California: Brooks/Cole Publishing
Company; 1992.
26. Shertzer B, Stone SC. Fundamentals of Guidance.
4th
ed. Boston: Houhgton Mifflin; 1981.
27. Burton M, Watson M. Counseling people with
cancer. Chichester: John Wiley and Sons; 1998.
28. Kottler JA. Learning group leadership: an
experiental approach. Needham Haights: Allyn and
Bacon; 2001.
29. Othman MH. Kesan intervensi kelompok ke atas
kesedaran kerjaya, lokus kawalan dan konsep
kendiri di kalangan pelajar sekolah menengah
[Tesis Doktor Falsafah]. Malaysia: Universiti Sains
Malaysia; 2003.
30. Jonna LB. Stress, anxiety, depression, and lonelines
of graduate counseling students: The effectivenes of
group counseling and exercise [PhD Thesis].
America: Texas Tech University; 2005.
31. Rowell JB. Relationship between personal growth
group experiences in multicultural counseling
courses and counseling students ethnic identity
development [PhD Thesis]. America: University of
North Carolina ;2005.
32. Scott JM, Stradling SG. Brief group counseling:
intergrating individual and group cognitive-
behavioural approaches. New York: John Wiley
and Sons; 1998.
33. Spiegel D, Bloom JR. Group therapy and hypnosis
reduce metastatic breast carcinoma pain.
Psychosomatic Medicine. 1983; 45:333-339.
34. Febrika R. Gambaran harga diri remaja delikuen
penghuni lembaga pemasyarakatan dibandingkan
dengan remaja non delikuen [Skripsi Sarjana].
Indonesia: Universitas Indonesia; 2004.
35. Latifah NW. Hubungan antara harga diri orang tua
dengan upaya mendisiplinkan anak usia remaja
[Skripsi Sarjana]. Indonesia: Universitas Indonesia;
1999.
36. Kusumaningrum NI. Hubungan antara kesepian
dan harga diri dengan kesiapan untuk berkorban
berupa melakukan hubungan seksual pranikah pada
wanita dewasa muda [Skripsi Sarjana]. Indonesia:
Universitas Indonesia; 2000.
37. Hutauruk IS. Gambaran harga diri remaja
penyalahguna narkoba dibandingkan dengan teman
sebaya yang bukan penyalahguna narkoba [Skripsi
Sarjana]. Indonesia: Universitas Indonesia; 2000.
38. Theresa H. Hubungan antara penerimaan orang tua
dan harga diri pada remaja akhir. [Skripsi
Sarjana]. Indonesia: Universitas Padjadjaran; 2004.
39. Muntaha M. Tingkat depresi narapidana ditinjau
dari harga diri dan dukungan sosial [Tesis
Pascasarjana]. Indonesia: Universitas Gadjah Mada;
2003.
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-7272
40. Kurniawati RA. Hubungan antara harga diri dan
dukungan social dengan sikap konsumtif pada
remaja [Tesis Pascasarjana]. Indonesia: Universitas
Gadjah Mada; 2006.
41. Amalia L. Citra raga ditinjau dari komparasi sosial
atribut daya tarik dan harga diri [Tesis Pasca
Sarjana]. Indonesia: Universitas Gadjah Mada;
2004.
42. Curbow B, Somerfield M. Use of the Rosenberg
Self Esteem Scale in adult cancer patient. Journal of
Psychosocial Oncology. 1991; 9:113-131.
43. Roscoe JT. Fundamental research statistics for the
behavioral sciences. New York: Holt, Rinehart and
Winston; 1975.
44. Apsche JA, Evile MM, Murphy C. The thought
change system an empirically based cognitive
behavioral therapy for male juvenile sex offenders a
pilot study. Behavior Analyst Today. 2004;
5(1):101-107.
45. Cheah SB. Parental involvement in the training of
the intellctually disabled child. Latihan Ilmiah.
Pusat Pengajian Ilmu Pendidikan. Malaysia:
Universiti Sains Malaysia; 1995.
46. Field A. Discovering statistics using SPDS for
windows: advanced techniques for the beginner.
London: Sage Publication; 2000.
47. Cormier WH, Cormier LS. Interviewing strategies
for helpers: fundamental skills and cognitive
behavioral interventionsi. 3rd
ed. Pacific Grove, CA:
Brooks/Cole; 1991.
48. Meichenbaum D. Cognitive behaviour
modification: an integrative approach. New York:
Plennum Pers; 1977.
49. Cocker KI, Bell D, Kidmans DA. Cognitive
behavior with advancedcancer patients: a brief
report of a pilot study. Psycho-Oncology. 1994;
3:233-237.
50. Yalom I. The theory and practice of group
psychotherapy. 3rd
ed. New York: Basic Books;
1985.

More Related Content

What's hot (19)

Ilmu keperawatan
Ilmu keperawatanIlmu keperawatan
Ilmu keperawatan
 
recovery jiwa.docx
recovery jiwa.docxrecovery jiwa.docx
recovery jiwa.docx
 
Model dari Ketergantungan Napza
Model dari Ketergantungan NapzaModel dari Ketergantungan Napza
Model dari Ketergantungan Napza
 
Pengkajian bio, psiko, sosio,spiritual
Pengkajian bio, psiko, sosio,spiritualPengkajian bio, psiko, sosio,spiritual
Pengkajian bio, psiko, sosio,spiritual
 
Terapi feminis(8)
Terapi feminis(8)Terapi feminis(8)
Terapi feminis(8)
 
Keperawatan jiwa
Keperawatan jiwaKeperawatan jiwa
Keperawatan jiwa
 
Model dan konsep dasar keperawatan jiwa
Model dan konsep dasar keperawatan jiwaModel dan konsep dasar keperawatan jiwa
Model dan konsep dasar keperawatan jiwa
 
PPT Asuhan Keperawatan Jiwa
PPT Asuhan Keperawatan JiwaPPT Asuhan Keperawatan Jiwa
PPT Asuhan Keperawatan Jiwa
 
Moral AKPER PEMKAB MUNA
Moral AKPER PEMKAB MUNA Moral AKPER PEMKAB MUNA
Moral AKPER PEMKAB MUNA
 
Konsep dasar keperawatan jiwa
Konsep dasar keperawatan jiwaKonsep dasar keperawatan jiwa
Konsep dasar keperawatan jiwa
 
Harbang milieu terapi babel
Harbang milieu terapi babelHarbang milieu terapi babel
Harbang milieu terapi babel
 
Psikologi sosial dalam praktik kesehatan
Psikologi sosial dalam praktik kesehatanPsikologi sosial dalam praktik kesehatan
Psikologi sosial dalam praktik kesehatan
 
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
 
Ppt pendekatan realitas
Ppt pendekatan realitasPpt pendekatan realitas
Ppt pendekatan realitas
 
konseling realitas
konseling realitaskonseling realitas
konseling realitas
 
Isu etik dan dilemma
Isu etik dan dilemmaIsu etik dan dilemma
Isu etik dan dilemma
 
Pendekatan realitas
Pendekatan realitasPendekatan realitas
Pendekatan realitas
 
Konsep dasar keswa
Konsep dasar keswaKonsep dasar keswa
Konsep dasar keswa
 
Psi klinis psikologi komunitas
Psi klinis   psikologi komunitasPsi klinis   psikologi komunitas
Psi klinis psikologi komunitas
 

Viewers also liked

Altruisme dan perilaku pro sosial
Altruisme dan perilaku pro sosialAltruisme dan perilaku pro sosial
Altruisme dan perilaku pro sosialelmakrufi
 
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAININGPENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAININGRatih Aini
 
Kelompok 4 join venture
Kelompok 4 join ventureKelompok 4 join venture
Kelompok 4 join ventureNisa Annisa
 
Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)
Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)
Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)atone_lotus
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasiALI FIKRI
 

Viewers also liked (12)

Abstrak (On progress)
Abstrak (On progress)Abstrak (On progress)
Abstrak (On progress)
 
Altruisme dan perilaku pro sosial
Altruisme dan perilaku pro sosialAltruisme dan perilaku pro sosial
Altruisme dan perilaku pro sosial
 
jurnal
jurnaljurnal
jurnal
 
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAININGPENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
 
Kelompok 4 join venture
Kelompok 4 join ventureKelompok 4 join venture
Kelompok 4 join venture
 
Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)
Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)
Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)
 
David Easton
David EastonDavid Easton
David Easton
 
8. silabus pjok smk
8. silabus pjok smk8. silabus pjok smk
8. silabus pjok smk
 
Bab 05-bentuk-interaksi
Bab 05-bentuk-interaksiBab 05-bentuk-interaksi
Bab 05-bentuk-interaksi
 
Rpp teks eksposisi
Rpp teks eksposisiRpp teks eksposisi
Rpp teks eksposisi
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Build Features, Not Apps
Build Features, Not AppsBuild Features, Not Apps
Build Features, Not Apps
 

Similar to DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP MENGHARGAI DIRI SENDIRI PADA KALANGAN PENDERITA KANKER PAYUDARA

Ppt journal study of the differential consequences of neglect and poverty on ...
Ppt journal study of the differential consequences of neglect and poverty on ...Ppt journal study of the differential consequences of neglect and poverty on ...
Ppt journal study of the differential consequences of neglect and poverty on ...nisa68876
 
Model konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaModel konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaNotesyaAAmanupunnyo
 
Analisis jurnal jiwa
Analisis  jurnal  jiwaAnalisis  jurnal  jiwa
Analisis jurnal jiwaana ana
 
Palliative care psikoterapi kelompok 6
Palliative care psikoterapi kelompok 6Palliative care psikoterapi kelompok 6
Palliative care psikoterapi kelompok 6Shim Cheong
 
Teori Health promotion model (HPM)
Teori Health promotion model (HPM) Teori Health promotion model (HPM)
Teori Health promotion model (HPM) ShofiraNabila
 
teori-dan-model-praktik-kepkom.ppt
teori-dan-model-praktik-kepkom.pptteori-dan-model-praktik-kepkom.ppt
teori-dan-model-praktik-kepkom.pptDimasAji86
 
MENGUNGKAP DIMENSI KUALITAS HIDUP.pdf
MENGUNGKAP DIMENSI KUALITAS HIDUP.pdfMENGUNGKAP DIMENSI KUALITAS HIDUP.pdf
MENGUNGKAP DIMENSI KUALITAS HIDUP.pdfpapahku123
 
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptxkomunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptxanditia3
 
Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)
Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)
Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)Nad Meda
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiNur Fadillah
 
Model dan NIlai Promkes.ppt
Model dan NIlai Promkes.pptModel dan NIlai Promkes.ppt
Model dan NIlai Promkes.pptTirzaSabrina
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.pptTrifenaFebriantisitu
 

Similar to DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP MENGHARGAI DIRI SENDIRI PADA KALANGAN PENDERITA KANKER PAYUDARA (20)

Ppt journal study of the differential consequences of neglect and poverty on ...
Ppt journal study of the differential consequences of neglect and poverty on ...Ppt journal study of the differential consequences of neglect and poverty on ...
Ppt journal study of the differential consequences of neglect and poverty on ...
 
Model konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaModel konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwa
 
Analisis jurnal jiwa
Analisis  jurnal  jiwaAnalisis  jurnal  jiwa
Analisis jurnal jiwa
 
Palliative care psikoterapi kelompok 6
Palliative care psikoterapi kelompok 6Palliative care psikoterapi kelompok 6
Palliative care psikoterapi kelompok 6
 
Teori Health promotion model (HPM)
Teori Health promotion model (HPM) Teori Health promotion model (HPM)
Teori Health promotion model (HPM)
 
teori-dan-model-praktik-kepkom.ppt
teori-dan-model-praktik-kepkom.pptteori-dan-model-praktik-kepkom.ppt
teori-dan-model-praktik-kepkom.ppt
 
MENGUNGKAP DIMENSI KUALITAS HIDUP.pdf
MENGUNGKAP DIMENSI KUALITAS HIDUP.pdfMENGUNGKAP DIMENSI KUALITAS HIDUP.pdf
MENGUNGKAP DIMENSI KUALITAS HIDUP.pdf
 
PENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITAPENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITA
 
6+promosi+kesehatan
6+promosi+kesehatan6+promosi+kesehatan
6+promosi+kesehatan
 
ARTIKEL ADAPTASI.pdf
ARTIKEL ADAPTASI.pdfARTIKEL ADAPTASI.pdf
ARTIKEL ADAPTASI.pdf
 
Betty neuman’s
Betty neuman’sBetty neuman’s
Betty neuman’s
 
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptxkomunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
komunikasidalampraktekfarmasi-121107014428-phpapp01.pptx
 
Makalah pd2
Makalah pd2Makalah pd2
Makalah pd2
 
Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)
Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)
Menggunakan informasi assesmen (nabilla dan satria)
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasi
 
Teori konseptual imogene m. king
Teori konseptual imogene m. kingTeori konseptual imogene m. king
Teori konseptual imogene m. king
 
Model dan NIlai Promkes.ppt
Model dan NIlai Promkes.pptModel dan NIlai Promkes.ppt
Model dan NIlai Promkes.ppt
 
terapi modalitas
terapi modalitasterapi modalitas
terapi modalitas
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
 
Proses kep jiwa
Proses kep jiwaProses kep jiwa
Proses kep jiwa
 

More from Ratih Aini

Tugas teknik tari
Tugas teknik tariTugas teknik tari
Tugas teknik tariRatih Aini
 
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaMasjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaRatih Aini
 
Contoh membuat berita
Contoh membuat beritaContoh membuat berita
Contoh membuat beritaRatih Aini
 
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Ratih Aini
 
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARAHUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARARatih Aini
 
Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiPendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiRatih Aini
 
Kebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaKebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaRatih Aini
 
Perawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenPerawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenRatih Aini
 
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenKepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenRatih Aini
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...Ratih Aini
 
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANKEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANRatih Aini
 
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITAPELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITARatih Aini
 
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...Ratih Aini
 
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...Ratih Aini
 
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...Ratih Aini
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungRatih Aini
 
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMATEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMARatih Aini
 
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...Ratih Aini
 

More from Ratih Aini (20)

Tugas teknik tari
Tugas teknik tariTugas teknik tari
Tugas teknik tari
 
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaMasjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
 
Contoh membuat berita
Contoh membuat beritaContoh membuat berita
Contoh membuat berita
 
PKN
PKN PKN
PKN
 
PKN
PKN PKN
PKN
 
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
 
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARAHUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
 
Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiPendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi
 
Kebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaKebudayaan Toraja
Kebudayaan Toraja
 
Perawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenPerawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristen
 
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenKepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
 
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANKEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
 
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITAPELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
 
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
 
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
 
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
 
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMATEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
 
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
 

Recently uploaded

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Recently uploaded (20)

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP MENGHARGAI DIRI SENDIRI PADA KALANGAN PENDERITA KANKER PAYUDARA

  • 1. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-72 65 65 DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP MENGHARGAI DIRI SENDIRI PADA KALANGAN PENDERITA KANKER PAYUDARA Namora Lumongga Lubis1* , Mohamad Hashim Bin Othman2 1. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara 20155, Indonesia 2. Pusat Pengajian Ilmu Pendidikan, Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang 55584, Malaysia * E-mail: namora_lubis@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari intervensi kelompok cognitive behavorial therapy (CBT), kelompok dukungan sosial (DS) dan kelompok kontrol (KK) terhadap sikap menghargai diri sendiri pada kalangan penderita kanker payudara. Skala sikap menghargai diri sendiri yang dibuat oleh Rosemberg (Rosenberg Self Esteem/RSE) digunakan untuk mengukur sikap menghargai diri sendiri. Kelompok pasien terdiri atas kelompok CBT dan kelompok DS. Dalam penelitian ini setiap kelompok pasien akan menjalani 12 sesi konseling selama 6 minggu. Analisis kuantitatif pengukuran berulang general linear model (GLM) digunakan untuk mengetahui dampak terbesar pada kelompok (CBT, DS, dan KK) serta dampak utama dari tes secara berulang dengan skala RSE (pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2, dan pasca tes 3). Hasil analisis memperlihatkan tidak terdapat perbedaan dampak utama antara kelompok CBT, kelompok DS, dan kelompok KK terhadap skor skala menghargai diri sendiri. Ditemukan perbedaan dampak utama dari tes berulang skala RSE (antara pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2 dan pasca tes 3) terhadap skor sikap menghargai diri sendiri. Hasil utama secara keseluruhan dalam penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan skor skala RSE dari pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2, dan pasca tes 3 terhadap skor skala RSE. Abstract The Effects of Cognitive Behavorial Therapy Group and Social Support Group on the Self Esteem among Breast Cancer Patients. This study is aimed to determine the main effects of CBT group, social support group (DS) and control group (KK) on the self esteem among breast cancer patients. Rosemberg self esteem scale (RSE) was used to measure self-esteem. The treatment group consisted of CBT and DS groups. Each treatment group received 12 counselling sessions within six weeks. Quantitative analysis general linear model (GLM) repeated measures was used to identify the groups’ (CBT, DS, and KK) main effect, the repeated test RSE scale (pre test, post test 1, post test 2, and post test 3) main effect and the interaction effect (CBT, DS, and KK), and repeated tests RSE scale (pre test, post test 1, post test 2, post test 3). There was no significant difference in the groups (CBT, DS, and KK) main effect on the Rosenberg Self Esteem (RSE) scores. There was a significant difference (F (3.10) = 66.823, p = 0.0001 (Wilk's Lambda) on the repeated test RSE scale (pre test, post test 1, post test 2, and post test 3) main effects on self esteem score. Overall findings showed an increase in RSE scores between the pre test, post test 1, post test 2 and post test 3. Keywords: cancer, cognitive behavior therapy, counselling, self esteem, social support Pendahuluan Kanker disebabkan dari sel-sel yang tumbuh secara tidak normal di dalam tubuh manusia. American Cancer Society (ACS) mendefinisikan kanker sebagai kelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak terkontrol.1 Ahli pengobatan telah menyatakan bahwa penyakit kanker disebabkan banyak faktor, antara lain adalah pola makan seseorang, kebiasaan merokok, pencemaran udara, kekurangan vitamin, gaya hidup yang tidak sehat, tekanan yang menurunkan kekebalan tubuh dan jenis kepribadian tertentu.2 Di Indonesia, terdapat 10 jenis kanker yang paling banyak diketahui secara umum,
  • 2. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-7266 yaitu kanker serviks uteri, payudara, kulit, nasofaring, usus besar dan rektum, paru-paru, rahim, tiroid, dan rongga mulut.3 Dari 10 jenis kanker tersebut, kanker payudara yang termasuk jenis kanker yang banyak diderita oleh kaum wanita di Indonesia setelah kanker leher rahim, dan jumlahnya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pasien kanker akan mengalami masalah menghargai diri sendiri yang rendah.4-7 Sikap menghargai diri sendiri menunjukkan gambaran keseluruhan yang diraih seseorang tentang diberikan nilai benar atau salah, baik atau buruk. Menurut Coopersmith (1967), sikap menghargai diri sendiri merupakan hasil penilaian individu terhadap dirinya sendiri; suatu sikap yang bisa berupa penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar individu itu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil dan berharga menurut kemampuan dan nilai kepribadiannya.8 Penelitian yang dilakukan oleh Hadjam (2000) terhadap pasien kanker mendapati pasien kanker mengalami stres dengan memperlihatkan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas dalam kehidupan, merasa lebih buruk jika dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya dan terasa tidak berdaya.9 Pasien kanker yang mengalami gangguan sikap menghargai diri sendiri paling tepat pendekatan terapi tingkah laku kognitif (CBT) yang dipopulerkan oleh Beck (1976).10 Terapi tingkah laku kognitif (CBT) yang diaplikasi dalam penelitian adalah mengajarkan kepada pasien untuk mengetahui kepercayaan dan pemikiran tidak rasional merupakan penyebab kepada gangguan emosional dan tingkah laku mereka sendiri.11 Pasien diharapkan dapat mengubah tingkah laku yang negatif ke arah yang lebih positif melalui pemikiran yang positif.12 Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya menilai terapi CBT pada pasien kanker didapati sangat berdampak dalam meningkatkan sikap menghargai diri sendiri.13-17 Kelompok CBT akan membiasakan individu belajar membuat modifikasi pikiran-pikiran dan pola-pola perilaku tertentu dengan saling berbagi pengalaman, atau belajar dari pengalaman sesama anggota dalam kelompok. Selain itu, pasien kanker juga sangat membutuhkan seseorang yang bisa memahami emosinya, ketakutan, kecemasan serta bertukar informasi tentang perawatan dan pengobatan yang akan, sedang ataupun sudah dijalaninya. Keperluan tersebut dapat dipenuhi dari aspek dukungan yang diberikan oleh komunitas sosial. Dukungan sosial (DS) bisa dilakukan oleh anggota keluarga, rekan, masyarakat, kalangan profesional ataupun sukarelawan yang berfungsi sebagai pendamping bagi pasien kanker. Pendekatan DS sangat diperlukan dalam usaha melawan kanker, meningkatkan sikap menghargai diri sendiri pada pasien. Bukti-bukti dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan pendekatan DS dapat menjadi penentu bagi perkembangan kesehatan. Bagi pasien kanker, DS merupakan dorongan untuk melawan kanker (fighting spirit) dan lebih membantu pasien untuk bertahan.18 Analisis korelasi menunjukkan semakin besar dukungan sosial yang diperoleh, maka semakin rendah ketegangan psikologi yang dirasakan.19 Selain itu, pasien yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi, menunjukkan penyesuaian yang lebih baik.20 Sejalan dengan bertambahnya jumlah pasien kanker yang mempunyai sikap menghargai diri sendiri yang rendah, konseling kelompok merupakan konseling yang sangat baik untuk digunakan dalam pendekatan CBT dengan kehadiran unsur-unsur terapi pada sesi konseling kelompok.21 Konseling kelompok merupakan pelak- sanaan interaksi yang dilakukan antara seorang konselor yang profesional dengan beberapa orang.22 Amir (1988) menjelaskan bahwa ciri utama dari konseling kelompok ialah memberikan fokus kepada pemikiran sadar dan tingkah laku, meningkatkan interaksi terbuka, anggota kelompok merupakan individu yang normal, dan fasilitator merupakan penggerak yang penting semasa proses konseling kelompok dilaksanakan.23 Menurut Delameter (1974), konseling kelompok dapat mewujudkan beberapa ciri seperti interaksi, persepsi, hubungan afektif, saling membantu dan memahami.24 Pelaksanaan konseling kelompok merupakan salah satu cara yang dilihat mampu menyediakan ruang dan peluang kepada pasien untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi melalui kewujudan unsur-unsur terapeutik dalam konseling kelompok seperti nilai umum, dukungan, peluang untuk mencoba tingkah laku baru dan respon. Kemunculan unsur-unsur terapeutik dalam sesi konseling menjadikan sesi tersebut berbeda dari sesi kelompok sosial yang lain.25 Selain itu, konseling kelompok merupakan suatu proses antara pribadi yang dinamis dan berawal dari pemikiran dan perilaku yang disadari.26 Proses itu berisikan ciri-ciri terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, saling percaya, saling perhatian, saling memahami, dan saling membantu.27 Ada beberapa peneliti yang melaksanakan penelitian tentang penerapan unsur-unsur terapeutik dalam konseling kelompok.25,28-31 Dalam kerangka konseptual ini dapat dilihat dua bentuk pendekatan yang diaplikasikan kepada pasien yang menghadapi kanker yaitu pendekatan CBT dan DS. Beberapa metode dalam pendekatan CBT (Gambar 1) yang digunakan adalah metode membuat tugas rumah tertentu dan aktivitas, pemantauan pemikiran sehingga
  • 3. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-72 67 Gambar 1. Kerangka Konseptual Intervensi Penyembuhan Cognitive Behavorial Therapy dapat mengetahui pemikiran otomatis yang negatif, sekaligus menantang pemikiran otomatis yang negatif dan bisa menggantikannya dengan bentuk pemikiran yang positif. Di sisi lain, metode yang digunakan dalam pendekatan dukungan sosial adalah dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan pada sikap menghargai diri sendiri dan dukungan dari kelompok sosial. Kedua pendekatan yang digunakan ini bertujuan membantu meningkatkan sikap menghargai diri sendiri pada pasien. Kaidah yang digunakan untuk mengaplikasikan kedua pendekatan ini ialah melalui intervensi kelompok. Sikap menghargai diri sendiri yang rendah bisa memberikan tekanan yang amat sangat kepada pengidap penyakit kanker payudara. Pengaruh dari tekanan ini bisa menyebabkan mereka mulai mengasingkan diri, senantiasa dalam keadaan marah, takut, menyalahkan keadaan dan lingkungan dan sebagainya. Kegagalan dalam membantu pengidap kanker payudara bisa mengakibatkan kemurungan menjangkiti pada diri mereka. Di Indonesia pendekatan dukungan sosial sering digunakan dalam membantu pengidap kanker payudara unuk membuat penyesuaian diri dan menerima hakikat. Namun demikian, pendekatan konseling kelompok tidak begitu luas digunakan sebagai salah satu alternatif dalam membantu pasien kanker payudara. Merujuk Scott dan Stradling, (1998) pendekatan konseling kelompok merupakan satu alternatif yang menarik karena dapat menghemat biaya perawatan.32 Spiegel dan Bloom (1983) mendapatkan hasil bahwa pengaplikasian konseling kelompok terhadap para pasien kanker dapat mengurang rasa cemas, ketakutan berkurang, dan tidak mudah letih.33 Berbeda dengan negara Barat, penelitian berkaitan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan CBT di Indonesia masih sangat kurang digunakan. Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia khususnya yang berkaitan dengan sikap menghargai diri sendiri.33-41 Namun, penelitian- penelitian ini tidak mengaplikasikan pendekatan CBT dalam kelompok. Oleh sebab itu, timbul pertanyaan sejauhmana intervensi konseling kelompok CBT dapat membantu meningkatkan sikap menghargai diri sendiri pada pasien kanker payudara selain dari kelompok dukungan sosial yang sudah ada. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui perbedaan dampak utama antara kelompok CBT, kelompok dukungan sosial (DS), dan kelompok kontrol (KK) terhadap skor skala sikap menghargai diri sendiri Rosenberg (RSE); 2) Mengetahui perbedaan dampak utama tes berulang skala RSE (antara pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2 dan pasca tes; 3) terhadap skor sikap menghargai diri sendiri. Metode Penelitian Penelitian yang dijalankan berbentuk eksperimen kuasi dengan menggunakan metode pengukuran berulang general linear model (GLM). Sebanyak 15 orang pasien kanker diambil sebagai partisipan acak secara penelitian. Partisipan penelitian terdiri atas pasien yang terjangkit kanker payudara di peringkat empat. Seluruh Metode Membuat beberapa tugas rumah seperti list aktivitas sehari-hari, tugas rumah Pemantauan pemikiran sehingga dapat mengetahui pemikiran otomatis yang negatif dan tidak rasional Menantang atau melawan semua pemikiran yang negatif atau tidak rasional Menggantikan pemikiran yang negatif atau tidak rasional kearah yang positif dan rasional Metode Dukungan Instrumental Dukungan Informasional Dukungan Emosional Dukungan pada Sikap Menghargai Diri Sendiri Dukungan Kelompok Sosial CBT PASIEN DS Sikap Menghargai Diri Sendiri Kelompok
  • 4. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-7268 partisipan dipilih dari tiga buah rumah sakit yang ada di kota Medan, Indonesia. Partisipan yang terpilih dibagi dalam tiga kelompok penyembuhan yaitu kelompok CBT (n=5), DS (n=5) dan KK (n=5). Kelompok Kontrol (KK) digunakan untuk membandingkan kelompok yang diberikan intervensi (CBT dan DS) dengan kelompok yang tidak diberikan intervensi sehingga dapat dilihat perbedaan antara kelompok yang diberi intervensi dengan kelompok yang tidak diberi intervensi. Instrumen penelitian. Skala sikap menghargai diri sendiri RSE yang berisikan 10 item digunakan untuk mengumpulkan data. Partisipan memberikan respons pada setiap item dengan pilihan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Skor yang paling tinggi menunjukkan bahwa sikap menghargai diri sendiri responden sangat tinggi. Curbow dan Sommerfield (1991) memperoleh nilai koefisien korelasi bagi skala sikap menghargai diri sendiri RSE berkisar antara 0,76 sampai 0,87, sedangkan nilai keandalan dari skala sikap menghargai diri sendiri RSE dengan menggunakan Cronbach alpha ialah 0.74.42 Prosedur Penyembuhan. Pelaksanaan intervensi ini dilakukan selama 12 sesi untuk kelompok CBT dan kelompok DS dengan frekuensi sekali seminggu untuk tiap kelompok. Intervensi kelompok dijalankan selama 120 menit untuk setiap pertemuan. Sebelum intervensi dilaksanakan, kesemua partisipan dalam kelompok CBT dan DS terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai intervensi penyembuhan yang memasukkan aspek dalam proses intervensi, pendekatan penelitian, jadwal sesi, dan peraturan selama proses penyembuhan dijalankan. Intervensi bagi kelompok CBT dan DS disusun dalam sebuah modul yang menjadi acuan dalam memberikan intervensi untuk kelompok CBT dan DS. Modul untuk kelompok CBT bertujuan untuk mengajar- kan pasien kanker bagaimana menjadi lebih sehat dalam pikiran dan tingkah laku mereka menghadapi penyakit kanker payudara yang mereka hadapi. Kelompok CBT difasilitasi oleh seorang psikolog yang memiliki ketrampilan dan keahlian dibidang psikologi terapi, khususnya CBT, yang akan memimpin jalannya intervensi. Di antara metode yang digunakan dalam kelompok CBT ini adalah membuat tugas rumah, pemantauan pemikiran sehingga diketahui pemikiran otomatik yang negatif dapat sekaligus menantang pemikiran otomatik yang negatif dan menggantikan dengan pemikiran yang positif. Pendekatan yang digunakan, diskusi, ceramah, tugas rumah, permainan, dan relaksasi, diharapkan dapat mengubah persepsi individu mengenai penyakit kanker yang mereka derita menjadi lebih positif. Partisipan dalam kelompok DS diberikan informasi berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan mengenai penyakit kanker dan menyediakan dukungan emosi untuk selama enam minggu. Kelompok DS difasilitasi oleh seorang relawan mantan pasien kanker payudara dan telah mengikuti pelatihan. DS yang diberikan adalah dukungan informasional dan edukasi sebanyak enam sesi serta dukungan emosional dan sosial sebanyak enam sesi. Bentuk dukungan informasional yang diberikan kepada pasien kanker payudara adalah informasi yang dibutuhkan individu antara lain informasi medis tentang kanker payudara, konsep stres dan cara mengatasinya, cara melakukan relaksasi, dan informasi tentang makanan yang sehat untuk pasien kanker payudara. Dukungan emosional yang diberikan adalah dukungan yang membuat individu merasa nyaman, yakin, merasa diperlukan, dan dicintai. Dukungan emosional yang diberikan dengan mengeksplorasi peranan keluarga dan teman, memberikan semangat pada peserta, mengeksplorasi pengalaman spritual, memberi gambaran pentingnya rasa humor, dan mengeksplorasi keterampilan yang ingin dikembangkan. Dari prosedur penyembuhan ini, diharapkan terjadi perubahan pada skor sikap perubahan menghargai diri sendiri. Intervensi CBT dan DS diberikan di tempat terpisah dan waktu yang berbeda. Data dianalisis dengan menggunakan pengukuran berulang GLM untuk meneliti dampak utama antara kelompok CBT, kelompok DS, dan kelompok KK terhadap skor skala sikap menghargai diri sendiri RSE, dampak utama tes berulang skala RSE (antara pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2 dan pasca tes 3) terhadap skor sikap menghargai diri sendiri dan dampak interaksi antara kelompok dengan tes berulang skala RSE (pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2 dan pasca tes 3. Menurut Roscoe (1975) untuk penelitian eksperimen sekurang- kurangnya 15 sampel diperlukan untuk setiap kumpulan dan tes semula (retest) diperlukan dalam penelitian tersebut.43 Dalam penelitian ini, jumlah sampel 15 orang didapati selaras dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menggunakan jumlah sampel di bawah 15 orang perkelompok.44-45 Selain itu, menurut Field (2000) pengukuran berulang GLM dapat digunakan dengan jumlah partisipan yang sedikit berdasarkan formula berikut: (n) > a + 10 (a adalah jumlah level yang digunakan dalam pengukuran berulang).46 Dalam penelitian ini, jumlah partisipan (n) = 15 orang, jumlah peringkat (a) = 4 (pra tes, pasca 1, pasca 2, dan pasca 3) maka 15 > 14, sehingga memungkinkan untuk menggunakan metode pengukuran berulang GLM. Hasil dan Pembahasan Hasil dari tes equality of covariance matrices untuk tiga kelompok (CBT, DS, dan KK) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan bagi varians F (20, 516,89) = 1,370; p > 0,05, yaitu 0,131. Hasil tes equality of covariance matrices ini menunjukkan bahwa ketiga kelompok partisipan adalah homogen. Hasil ini bisa dijadikan acuan untuk melakukan tes berulang GLM
  • 5. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-72 69 Tabel 1. Skor Rata-rata RSEHasil Pra Tes, Pasca Tes 1, Pasca Tes 2, dan Pasca Tes 3 pada Kelompok CBT, DS, dan KK Kelompok Ujian Pra Pasca 1 Pasca 2 Pasca 3 17 24,4 30,2 36,0CBT (SD=0,70) (SD=3,78) (SD=2,77) (SD=1,87) 12,6 23,2 28,2 34,4DS (SD=2,07) (SD=3,76) (SD=3,03) (SD=1,81) 20 21,2 21,6 22,4KK (SD=4,69) (SD=4,14) (SD=3,84) (SD=3,84) GLM dijalankan kepada ketiga kelompok (CBT, DS, dan KK). Karena sampel pada penelitian ini berjumlah <50, maka untuk uji normalitas data menggunakan uji Saphiro wilk pada taraf nyata 95%. Hasil dari normalitas data seluruh kelompok perlakuan (CBT, DS, dan KK) memiliki nilai p > 0.05 pada semua tes berulang (pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2 dan pasca tes 3). Artinya data pada ketiga kelompok perlakuan terdistribusi normal. Tabel 1 memperlihatkan hasil peningkatan nilai rata-rata RSE pada kelompok CBT dan kelompok DS. Bagi kelompok KK tidak menunjukkan perbedaan nilai rata- rata yang mencolok. Secara keseluruhan, peningkatan nilai rata-rata dalam kelompok CBT adalah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok DS. Ini berarti peningkatan sikap menghargai diri sendiri lebih tampak pada kelompok CBT daripada kelompok DS. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan, (F = 3,708 p > 0,05, yaitu 0,06) dampak utama kelompok pada skor skala RSE (Tabel 2). Keputusan tes post hoc Bonferroni (Tabel 3) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok CBT dengan anggota kelompok KK (P = 0,057) dan antara kelompok DS dengan kelompok KK (P = 0,409). Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan dampak utama tes berulang skala RSE (antara pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2 dan pasca tes 3) yang signifikan terhadap skor sikap menghargai diri sendiri. Hasil analisis terhadap dampak utama kelompok menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan skor skala RSE pada kelompok CBT, kelompok DS dan kelompok KK. Namun demikian, hasil analisis terhadap dampak utama tes berulang skala RSE (pra tes, pasca tes 1, pasca tes 2 dan pasca tes 3), menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap skor sikap menghargai diri sendiri. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan sikap menghargai diri sendiri pada pengukuran pra tes, pasca 1, pasca 2, dan pasca 3. Penerapan metode CBT menantang pemikiran partisipan untuk mengubah persepsi diri mereka sendiri. Tabel 2. Hasil Analisis Pengukuran Berulang GLM Sumber Jumlah F df1 df2 P Kelompok 316,933 3,708 - - 0,0600 Tes Berulang - 66,823 3 10 0,001* Jumlah 316,933 9 30 *p < 0,05 Tabel 3. Post Hoc Bonferroni antara Kelompok Penyembuhan (RSE) Perbedaan M(a) M(b) M (a) – M (b) Sig DS 2,3 0,863 KK 5,6 0,057 CBT CBT -2,3 0,863 KK 3,3 0,409DS CBT -5,6 0,057 KK DS -3,3 0,409 Keterangan: CBT = Kelompok terapi kognitif tingkah laku M = Mean (rata-rata) DS = Kelompok dukungan sosial p = Probabilitas (kemungkinan) KK = Kelompok Kontrol Di samping itu, metode membuat tugas rumah dapat membiasakan partisipan untuk fokus pada pemikiran mereka secara holistik dan seterusnya membiasakan mereka membuat penafsiran terhadap kesesuaian bentuk pemikiran dan mencari jalan dan cara untuk menukar bentuk pemikiran yang lebih positif. Konselor memainkan peranan dalam usaha mencetuskan dan menggalakkan partisipan untuk berbagi pengalaman, pemikiran dan emosi dalam kelompok. Menantang pemikiran negatif hanya dapat dilaksanakan apabila konselor berhasil mewujudkan interaksi yang baik, menumbuhkan kepercayaan, dan terwujudnya suasana terapeutik dalam kelompok CBT. Keterampilan konselor dalam menguasai teori dan metode CBT, pengaplikasian kemahiran asas konseling serta memamerkan sikap empati merupakan ciri penting bagi membangun keyakinan dan kepercayaan partisipan terhadap konselor. Pengaplikasian teknik CBT yang
  • 6. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-7270 diaplikasikan hanya mampu dan berhasil mengikis bentuk pemikiran negatif, apabila tidak ada tekanan yang diberikan kepada partisipan. Selain itu, kerjasama antara partisipan dalam kelompok CBT telah mampu membuat proses pertukaran pikiran dan emosi dapat dilakukan dengan bimbingan dari konselor. Pertukaran pikiran dan emosi antara partisipan dalam kelompok CBT bisa membuat partisipan dapat merasakan perasaan masing-masing dan seterusnya bisa saling membantu bagi meredakan perasaan cemas, bimbang, marah, takut, dan sebagainya. Di samping itu, bentuk interaksi yang terjadi dalam suasana yang kondusif juga bisa turut menyumbang ke arah peningkatan sikap menghargai diri sendiri. Pengaruh positif dalam kelompok CBT ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Cormier dan Cormier (1991) yang menunjukkan pendekatan CBT berhasil digunakan untuk mengubah cara partisipan berpikir seperti pikiran yang tidak rasional menjadi rasional.47 Selain itu, Meichenbaum (1979) mendapatkan hasil pendekatan CBT bisa memodifikasi pikiran, persepsi, dan sikap yang ada pada individu.48 Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang telah dijalankan oleh Cocker, Bell dan Kidmans (1994) yang mendapati pendekatan CBT dapat meningkatkan sikap menghargai diri sendiri pada partisipan pasien kanker tanpa bergantung pada keadaan perawatan mereka.49 Lanjutan dari itu, penelitian yang telah dijalankan oleh Edelman, Bell dan Kidmans (1999), mendapatkan temuan bahwa pendekatan CBT pada partisipan pasien kanker payudara secara signifikan mengalami peningkatan pada sikap menghargai diri sendiri mereka.13 Pengaplikasian kelompok CBT mampu membiasakan dalam kalangan partisipan saling bertukar pikiran, emosi dan pengalaman ketika menghadapi kanker dan berusaha mencari penawarnya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Yalom (1985) bahwa dukungan anggota dalam kelompok sangat bermanfaat dan membantu dalam memberikan informasi, nasehat, dan dukungan emosional.50 Simpulan Pada umumnya hasil analisis dari penelitian ini mendapatkan bahwa pengaplikasian kelompok CBT berdampak lebih baik dibandingkan dengan kelompok dukungan sosial dan kelompok kontrol dalam meningkatkan sikap menghargai diri sendiri dalam kalangan pasien kanker payudara. Kelompok CBT lebih mudah dilaksanakan serta mudah untuk mendapatkan kerjasama dari partisipan penelitian sewaktu mengendalikan sesi. Pertukaran informasi yang terlihat dalam konseling kelompok menyebabkan partisipan penelitian lebih bersifat terbuka dan membiasakan mereka berpikir dengan lebih rasional. Tidak dapat dipungkiri juga, kelompok dukungan sosial juga dapat memberikan kesan terutama dalam peningkatan sikap menghargai diri sendiri pada partisipan penelitian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Secara umum, dapat dirumuskan bahwa sikap menghargai diri sendiri dapat ditingkatkan melalui program latihan yang bersistematis. Peningkatan sikap menghargai diri sendiri dapat mengurangi rasa kebimbangan, keresahan, dan ketakutan dan seterusnya membiasakan partisipan penelitian menjalani kehidupan dengan lebih menyenangkan dan kedamaian. Hasil dari penelitian ini, dapat membantu para konselor di Indonesia terutama dalam usaha mempopulerkan pengunaan pendekatan kelompok CBT. Kelompok CBT ini dapat membantu pasien kanker payudara menerima keadaan yang terjadi dan yang sedang dihadapi mereka dengan membantu anggota kelompok CBT menukar cara berpikir yang negatif pada bentuk yang positif. Proses mengganti cara berpikir terhadap diri sendiri amat penting dalam usaha membantu untuk meningkatkan sikap menghargai diri sendiri. Peningkatan sikap menghargai diri sendiri secara tidak langsung membiasakan pasien kanker payudara lebih yakin dalam menghadapi perjalanan hidup mereka. Selain itu, pengendalian kelompok CBT adalah lebih menghemat waktu, dapat melibatkan lebih banyak pasien kanker dan menghemat biaya serta dapat dilaksanakan dengan lebih berstruktur. Kelompok CBT berstruktur membiasakan konselor mengontrol dan merancang pelaksanaan kelompok bagi mencapai tujuan kelompok yang telah dibentuk. Selain itu, kelompok CBT ini juga membiasakan konselor mengaplikasi metode-metode CBT dengan lebih teratur dan sesuai dengan waktu saat aktivitas itu dijalankan. Namun demikian, keahlian konselor menguasai pendekatan dan matode CBT sangatlah penting. Daftar Acuan 1. Kaplan RM, Sallis JF, Patterson TL. Health and human behavior. USA: McGraw-Hill; 1993. 2. Gale D, Charette Jane. Rencana asuhan keperawatan onkologi (oncology nursing care plans). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 1995. 3. Tambunan GW. Diagnosis dan tatalaksana sepuluh jenis kanker terbanyak di Indonesia. Jakarta: EGC; 1995. 4. Bertero CM. Affected self respect and self value: The impact of breast cancer treatment on self- esteem and QOL. Psycho Oncology. 2002; 11:356- 364. 5. Helgeson VS. Lepore SJ, Eton DT. Moderators of the benefits of psychoeducational intervention for men with prostate cancer. Health Psychology. 2006; 25(3):348-353. 6. Symister P, Friend R. The influence of social support and problematic support on optimism and depression in chronic illness: A prospective study evaluating self esteem as a mediator. Health Psychology. 2003; 22:123-129.
  • 7. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-72 71 7. Trunzo J, Pinto BM. Social support as a mediator of optimism and distress in breast cancer survivors. Journal of Consulting and Clinical Psychology. 2003; 71(4):805–811. 8. Coopersmith S. The antencendent of self-esteem. San Francisco: W.H. Freeman and Company; 1967. 9. Hadjam MNR. Tinjauan psikologis tentang Kanker. Laporan Penelitian, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia; 2000. 10. Beck AT. Cognitive therapy and the emotional disorders. New York; 1976. 11. Hoffman N. Foundation of cognitive therapy: theoretical method and practical application. New York: Plenum Press; 1984. 12. Ivey AE, Ivey MB, Simr KL, Morgan. Counseling and psychoteraphy: a multicultural perspective. Boston: Ally and Bacon; 1993. 13. Edelman S, Bell DR, Kidman AD. Group CBT versus supportve therapy with patients who have primary breast cancer. Journal of Cognitive Psychoterapy. 1999; 13:189-202. 14. Edmonds CV, LocKKood GA, Cunningham, AJ. Psychological respons to long term group therapy: a randomised trial with metastatic breast cancer patients. Psycho-Oncology. 1999; 8:74-91. 15. Edelman S, Kidman AD. Description of a group cognitive behaviour therapy program with cancer patients. Psycho-Oncology. 1999; 8(4):306-314. 16. Edelman S, Kidman AD. Application of cognitive- behaviour therapy to patients who have advanced cancer. Behaviour Change. 2000; 17(1):103-110. 17. Edelman S, Lemon J, Kidman A. Group cognitive behaviour therapy for breast cancer patients: a qualitative evaluation. Journal Psychology, Health and Medicine. 2005; 10(2):139-144. 18. Prokop CK, Bradley LA, Burish TG, Anderson KO, Fox JE. Health psychology: clinical methods and research. New York: MacMillan Publishing Company; 1991. 19. Sarafino EP. Health psychology. New York: John Wiley & Sons; 1990. 20. Taylor SE, Falke RL, Shaptaw SJ, Lichtman RR. Social support, support group and the cancer patient. Journal of Consulting and Clinical Psychology. 1986; 35:608-665. 21. Bright JI, Baker KD, Neimeyer RA. Professional and paraprofessional group treatments for depression: a comparison of cognitive-behavioral and mutual support interventions. Journal of Consulting and Clinical Psychology. 1999; 67:491- 501. 22. Winkel WS. Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Jakarta: Gramedia; 1999. 23. Amir A. Bimbingan dan konseling untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam: Lloyd AP & Aminah Hashim, editor. Bimbingan dan kaunseling di Kuala Lumpur, Dewan Bahasa & Pustaka; 1988. 24. Delameter J. Conceptual orientations of contemporary small group theory. Psychological Bulletin. 1974; 64:402-412. 25. Corey MS, Corey G. Groups: process and practice. 4th ed. California: Brooks/Cole Publishing Company; 1992. 26. Shertzer B, Stone SC. Fundamentals of Guidance. 4th ed. Boston: Houhgton Mifflin; 1981. 27. Burton M, Watson M. Counseling people with cancer. Chichester: John Wiley and Sons; 1998. 28. Kottler JA. Learning group leadership: an experiental approach. Needham Haights: Allyn and Bacon; 2001. 29. Othman MH. Kesan intervensi kelompok ke atas kesedaran kerjaya, lokus kawalan dan konsep kendiri di kalangan pelajar sekolah menengah [Tesis Doktor Falsafah]. Malaysia: Universiti Sains Malaysia; 2003. 30. Jonna LB. Stress, anxiety, depression, and lonelines of graduate counseling students: The effectivenes of group counseling and exercise [PhD Thesis]. America: Texas Tech University; 2005. 31. Rowell JB. Relationship between personal growth group experiences in multicultural counseling courses and counseling students ethnic identity development [PhD Thesis]. America: University of North Carolina ;2005. 32. Scott JM, Stradling SG. Brief group counseling: intergrating individual and group cognitive- behavioural approaches. New York: John Wiley and Sons; 1998. 33. Spiegel D, Bloom JR. Group therapy and hypnosis reduce metastatic breast carcinoma pain. Psychosomatic Medicine. 1983; 45:333-339. 34. Febrika R. Gambaran harga diri remaja delikuen penghuni lembaga pemasyarakatan dibandingkan dengan remaja non delikuen [Skripsi Sarjana]. Indonesia: Universitas Indonesia; 2004. 35. Latifah NW. Hubungan antara harga diri orang tua dengan upaya mendisiplinkan anak usia remaja [Skripsi Sarjana]. Indonesia: Universitas Indonesia; 1999. 36. Kusumaningrum NI. Hubungan antara kesepian dan harga diri dengan kesiapan untuk berkorban berupa melakukan hubungan seksual pranikah pada wanita dewasa muda [Skripsi Sarjana]. Indonesia: Universitas Indonesia; 2000. 37. Hutauruk IS. Gambaran harga diri remaja penyalahguna narkoba dibandingkan dengan teman sebaya yang bukan penyalahguna narkoba [Skripsi Sarjana]. Indonesia: Universitas Indonesia; 2000. 38. Theresa H. Hubungan antara penerimaan orang tua dan harga diri pada remaja akhir. [Skripsi Sarjana]. Indonesia: Universitas Padjadjaran; 2004. 39. Muntaha M. Tingkat depresi narapidana ditinjau dari harga diri dan dukungan sosial [Tesis Pascasarjana]. Indonesia: Universitas Gadjah Mada; 2003.
  • 8. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15, NO. 2, DESEMBER 2011: 65-7272 40. Kurniawati RA. Hubungan antara harga diri dan dukungan social dengan sikap konsumtif pada remaja [Tesis Pascasarjana]. Indonesia: Universitas Gadjah Mada; 2006. 41. Amalia L. Citra raga ditinjau dari komparasi sosial atribut daya tarik dan harga diri [Tesis Pasca Sarjana]. Indonesia: Universitas Gadjah Mada; 2004. 42. Curbow B, Somerfield M. Use of the Rosenberg Self Esteem Scale in adult cancer patient. Journal of Psychosocial Oncology. 1991; 9:113-131. 43. Roscoe JT. Fundamental research statistics for the behavioral sciences. New York: Holt, Rinehart and Winston; 1975. 44. Apsche JA, Evile MM, Murphy C. The thought change system an empirically based cognitive behavioral therapy for male juvenile sex offenders a pilot study. Behavior Analyst Today. 2004; 5(1):101-107. 45. Cheah SB. Parental involvement in the training of the intellctually disabled child. Latihan Ilmiah. Pusat Pengajian Ilmu Pendidikan. Malaysia: Universiti Sains Malaysia; 1995. 46. Field A. Discovering statistics using SPDS for windows: advanced techniques for the beginner. London: Sage Publication; 2000. 47. Cormier WH, Cormier LS. Interviewing strategies for helpers: fundamental skills and cognitive behavioral interventionsi. 3rd ed. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole; 1991. 48. Meichenbaum D. Cognitive behaviour modification: an integrative approach. New York: Plennum Pers; 1977. 49. Cocker KI, Bell D, Kidmans DA. Cognitive behavior with advancedcancer patients: a brief report of a pilot study. Psycho-Oncology. 1994; 3:233-237. 50. Yalom I. The theory and practice of group psychotherapy. 3rd ed. New York: Basic Books; 1985.