1. TERAPI FEMINIS
Nama kelompok
Indra Yudha Wijaya
Novi Damayanti
Khoerul Mu’minatul Islamiyah
Tri Wulan Ningsih
Dosen Pengampu : Sesya Dias Mumpuni, M.Pd
2. Beberapa Kontemporer Terapis Feminis
JEAN BAKER MILLER,MD (1938-2006) yaitu sorang profesor klinis
psikiater yang membahas tentang pengembangan teori relasional-
budaya.
CAROLYN ZERBE ENN,PhD yaitu seorang profeor psikologi yang
membahas dampak feminist theories and feminis psyochotherapis utk
mengembangkan pedoman konseling dan psikoterapi dengan
perempuan.
OLIVA M.ESPIN,PhD yaitu pelopor dalam teori dan praktek terapi
feminis yang selalu melakukan penelitian tantang multikultural masalah
dalam psiologi.
LAURA S. BROWN,PhD yaitu seorang pendiri dari buku feminis
therapy institute yang menjadi dasar dlm mengatasi terapi feminis untuk
berfikir tentang etika, dan diterapkan utk pengobatan korbn trauma.
3. Sejarah dan pengembangan
Terapi feminis dikembangakan dg cara akar rumput yaitu
menanggapi tantangan dan kebutuhan yang muncul dari
perempuan (brabeck & brown,1997). Sehingga mreka
mengekspresikan ketidakpuasanny dg sifat membatasi dan
membatasi tradisional sebagai peran seorang perempuan.
Perubahan dalam psikoterapi terjadi ketika seorang perempuan
berpartisipasi dalam kelopok kesadaran penggalan menjadi
kelompok terpi feminis
4. Konsep diri
Mengingat sifat manusia
Terapi feminis melihat dari manusia, karena pada
dasarnya memang sudah berbeda dan banyak teori
tradisional tumbuh dari periode sejarah. Salah
satunya jenis kelamin berdasarkan biologis Worell &
Remer(2003).
Pentingnya teori tradisional sebagai:
1. Androsentris
2. Genderentric
3. Heteroseksis
4. Determenistik
5. Orientasi intrapsikis
5. Perspektif feminis pada pengembangan
kepribadian
Dalam terapi feminis menekankan masayarakat dlm harapan
gender yang sangat mempengaruhi seseorang saat lahir
hingga menjadi kepribadian seorang dewasa. Karena gender
sudah tertanam dlm mempengaruhi bagaimana kita menjadi
perempuan dan laki-laki sepanjang perjalan hidup
kita.(Prochaska &Norcross,2007,hal.396)
6. Prinsip terapi feminis
prinsip2 inti yang dasar untuk membentuk praktek
terapi feminis:
1. Pribadi yang polis yaitu didasarkan pada asumsi masalah
pribadi atau dlm konteks politik dan sosial
2. komitmen untuk perubahan terapi yaitu feminis sosial
bertujuan tidak untuk individu mengubah perubahan sosial
3. Suara perempuan dapat di ketahui dg cara dihargai dari
pengalaman mereka
4. Hubungan konseling mengenai kekuasaan pusat diterapi
feminis
5. Fokus pada kekuatan dan definisi yang dirumuskan dari
distres
6. Semua jenis penindas diakui
7. Proses Terapi
Tujuan Terapi
Menurut Worell dan Remer ( 2003 ) :
Menjadi sadar proses sosialisasi gender peran mereka sendiri
Memperoleh keterampilan untuk membawa perubahan di
lingkungan
Mengembangkan berbagai perilaku yang dipilih secara bebas
Mengevaluasi dampak dari faktor-faktor sosial pada kehidupan
mereka
Mengembangkan rasa kekuatan pribadi dan sosial
Kenali kekuatan hubungan dan keterhubungan
Percaya pengalaman mereka sendiri dan intuisi mereka
8. Fungsi dan peran terapis
Terapi feminis ini bersifat keterbukaan diri “dengan tujuan
dan kebijakan” sehingga berperan sbg individu yg setara
dg klien alih-alih yg lbih ahli.
Sedangkan terapis dan klien berperan aktif utk
menentukan tujuan terapi dan mengintegrasikan
feminisme ke pendekatan konseling ke dalam kehidupan
sehari-hari.
9. Klien Pengalaman di Therapy
Seperti disebutkan sebelumnya, tujuan utama terapi
feminis adalah pemberdayaan, yang melibatkan memperoleh
rasa penerimaan diri, kepercayaan diri, sukacita, dan keaslian.
Worell dan Remer (2003) menulis bahwa klien memperoleh
cara baru melihat dan menanggapi dunia mereka. Mereka
menambahkan bahwa perjalanan bersama pemberdayaan
dapat menjadi menakutkan dan menarik-untuk kedua klien
dan terapis. Klien perlu dipersiapkan untuk pergeseran besar
dalam cara mereka melihat dunia di sekitar mereka,
perubahan dalam cara mereka memandang diri mereka
sendiri, dan hubungan interpersonal berubah.
10. Hubungan Antara Terapis dan Klien
Hubungan terapeutik didasarkan pada pemberdayaan dan
egalitarianisme. Itu sangat struktur model hubungan klien-
terapis bagaimana mengidentifikasi dan menggunakan
kekuasaan secara bertanggung jawab. terapis feminis jelas
menyatakan nilai-nilai mereka untuk mengurangi kesempatan
nilai pemaksaan.
11. Aplikasi : Teknik Terapi dan Prosedur
Peran Pengkajian dan Diagnosis
Terapi feminis fokus pada pemberdayaan klien, diagnosis
adalah proses bersama di mana klien adalah ahli tentang arti
penderitaan mereka. Reframing gejala seperti mengatasi
keterampilan atau strategi untuk bertahan hidup dan pergeseran
etiologi masalah untuk lingkungan menghindari "menyalahkan
korban" untuk masalah nya. Penilaian dipandang sebagai
proses yang berkelanjutan antara klien dan terapis dan
terhubung ke intervensi pengobatan (Enns, 2000).
12. Teknik dan Strategi
1. Pemberdayaan
2. Pengungkapan diri
3. Gender peran analisis
4. Gender peran intervensi
5. Daya analisis
6. Biblioterapi
7. Latihan Ketegasan
8. Reframing dan relabelling
9. Aksi sosial
10.Kerja kelompok
13. Feminis Terapi Dari Perspektif Multikultural
Kekuatan Dari Perspektif Keanekaragaman
Koma-Diaz (1987) menjelaskan model feminis yang
memberdayakan perempuan warna dengan membantu mereka
melakukan hal berikut:
Mengakui efek negatif dari seksisme dan rasisme
Mengidentifikasi dan menangani perasaan mereka berkaitan
dengan status mereka sebagai perempuan warna
Lihat diri mereka sebagai mampu menemukan solusi untuk
masalah mereka
Memahami interaksi antara lingkungan eksternal dan mereka
realitas
Mengintegrasikan etnis, jenis kelamin, dan komponen rasial dalam
identitas mereka
14. Kekurangan Dari Perspektif
Keanekaragaman
Terapis feminis memperjuangkan perubahan dalam struktur
sosial, terutama di dalam ketidaksetaraan, kekuasaan
dalam hubungan, hak utk menentukan nasib sendiri,
kebebasan utk mengejar karir di luar maupun di dalam dan
hak utk pendidikan.