2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
PJJ DARING YANG GARING MEMBUAT EMAK BERSUARA NYARING
1. KEBIJAKAN PJJ DARING YANG GARING MEMBUAT PARA EMAK BERSUARA NYARING
Akhir-akhir ini banyak kita ketemukan diberbagai pemberitaan utamanya
disosial media tentang munculnya video yang kemudian viral tentang keluhan
para emak terkait dengan kebijakan belajar dirumah dengan sistem online yang
biasa dikenal dengan sistem daring (dalam jaringan). Keluh kesah mereka
berhubungan dengan betapa repotnya mereka menjadi ‘guru dadakan’ bagi
anak-anaknya yang harus belajar dirumah, mereka mengeluhkan tentang
fasilitas terbatas mereka untuk mengakses pembelajaran melalui internet baik
soal pengadaan kouta internet, jaringan yang lemot,sampai kepada fasilitas
smart phone yang harus berbagi dengan anak untuk kepentingan belajar
dirumah. Keluhan kemudian menyasar kepada para guru yang sering memberi
penugasan yang tumpang tindih didalam satu group whats up yang mereka nilai
menambah kerepotan mereka untuk membantu anaknya didalam rangka
penyelesaian tugas-tugas yang diberikan kepada anaknya, kemudian protes
para emak berlanjut kepada pihak sekolah yang masih saja menetapkan
kebijakan pembayaran uang sekolah dan pembelian buku yang masih saja
sama dengan kebijakan sebelum pademi covid-19 yang mengharuskan anak
mereka belajar dirumah, dan pada akhirnya mereka menyampaikan kekesalan
kepada pemerintah yang masih menetapkan kebijakan belajar dirumah dengan
menutup sekolah sementara banyak tempat sudah dibuka seperti mall serta
tempat-tempat keramaian lainnya.
Apa yang menjadi keluhan para emak dan kemudian viral disosial media adalah
merupakan gambaran yang nyata dari problematika tentang kebijakan belajar
dirumah dengan sistem daring yang terjadi dimasyarakat dan umum terjadi
disemua tempat dinegeri ini dan menjadi suatu bukti bahwa pihak terkait dalam
hal ini kemendikbud belum memiliki terobosan inovatif sekaligus belum mampu
membuat konsep pembelajaran daring yang benar-benar terukur dan terarah
dan dapat menjadi acuan bagi semua lembaga pendidikan yang ada di
Indonesia. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)dengan sistem Daring terasa ‘garing’
dan tidak heran membuat para emak bersuara nyaring. Konsep pembelajaran
Daring dilakukan menurut selera masing_masing tanpa konsep yang jelas, dan
pada akhirnya terkesan pembelajaran Daring benar-benar menjadi upaya
darurat dalam kondisi pandemi virus Covid-19, yang ujung-ujungnya
menambah beban bagi mereka. Para emak merasa dunia seperti kiamat dan
akibatnya anak yang dilumat jika anak tak mampu menangkap penjelasan
dengan cermat. Proses pembelajaran Daring seakan-akan menghilangkan
jargon ‘Power Of Emak”. Pertanyaannya kenapa hanya para emak yang
2. bersuara nyaring?karena pada umumnya para emaklah yang tinggal dirumah
untuk mendamingi anak-anaknya dalam proses pembelajaran Daring.
Problematika seperti yang dituliskan diatas adalah merupakan problematika
sebagian kecil dari PJJ dengan Sistem Daring yang terjadi saat ini, karena
sesungguhnya problema lain masih banyak yang belum teratasi oleh
Kemendikbud sampai saat ini.Proses pembelajaran daring sebenarnya tidak
mudah diberlakukan di Indonesia. Dalam proses pelaksanaannya, banyak
keterbatasan dan permasalahan yang terjadi di lapangan. Menurut pengamatan
dan refleksi penulis dari berbagai sumber, ada beberapa kendala dalam
melaksanakan pembelajaran daring di Indonesia.
Pertama, masih banyak guru yang mempunyai keterbatasan dari sisi akses
maupun pemanfaatan gawai yang dimiliki. Tidak semua guru punya
kemampuan untuk mengoperasikan dan memanfaatkan gawai canggihnya.
Bagi guru yang melek teknologi, tentu hal ini tidak menjadi masalah.
Sebaliknya, bagi guru yang masih gagap teknologi, hal ini menjadi masalah.
Padahal, pembelajaran daring memerlukan kreativitas dalam proses
pembelajarannya.Masalah ini dapat diatasi dengan memfasilitasi para guru
dengan pelatihan secara bertahap oleh dinas terkait ataupun melalui kebijakan
internal sekolah, sekaligus juga memberikan pemahaman kepada para guru
dan pihak sekolah tentang pemahaman yg bijak tentang pelaksanaan
pembelajaran daring yang efektip dan efisien, sehingga kemudian tidak
membebani anak dan orang tua dengan tugas-tugas yang seyogyanya hanya
bisa dilakukan dalam pembelajaran normal.
Kedua, kemandirian belajar siswa di rumah tidak dapat sepenuhnya dapat
terlaksana dengan baik. Kemandirian belajar menjadi tuntutan yang harus
dipenuhi dalam pembelajaran daring. Keterbatasan untuk bertatap muka
langsung dengan guru, membuat siswa harus mandiri dalam memahami materi
dan mengerjakan tugas yang diberikan. Dalam memahami materi dan
mengerjakan tugas tersebut, tentu proses aktivitas belajar siswa tidak semulus
dan semudah yang dibayangkan. Ketidakpahaman atau miskonsepsi suatu
materi mungkin saja terjadi. Apalagi jika materi yang diberikan, butuh
penjelasan yang lebih detail dan mendalam. Dan peran orang tua menjadi
sangat sentral untuk dapat mendampingi proses oembelajaran daring tersebut.
Meskipun hal ini tidak mudah, karena orangtua siswa juga harus dapat berperan
selayaknya seorang guru pengampu materi pelajaran. Jika orang tua dapat
3. berperan dengan baik dalam mendampingi anaknya, permasalahan tersebut
dapat terselesaikan. Namun sebaliknya, jika orangtua juga mempunyai
keterbatasan (misalnya, gagap teknologi/gaptek, latar belakang pendidikan
rendah), permasalahan yang muncul akan memberikan masalah yang baru
lainnya. Dan persoalan ini seyogyanya juga dapat diatasi dengan meminta
bantuan dari pihak lain serta menjalin komunikasi yang intens dengan para
guru.
Ketiga, tugas dan pekerjaan rumah yang diberikan guru terkadang membebani
siswa. Untuk mengatasi hal tersebut seyogyanya ada panduan bagi para guru
dalam menjalankan tugas mengajarnya dengan Sistem Daring sehingga
penugasan yg diberikan benar-benar efektip dan efisien. Pelaksanaan
pembelajaran daring ini harus benar-benar dibawah kontrol dan pengawasan
pihak sekolah termasuk pengawas untuk kemudian pada saat tertentu
dilakukan evaluasi dan bimbingan kepada guru pengajar, karena tidak semua
model pembelajaran Daring dengan berbasis macam aplikasi dapat dilakukan,
utamanya terkait kecanggihan smart phone yang dimiliki siswa, belum lagi
terkadang aplikasi yg dipakai borus pemakaian kouta.
Keempat, tidak semua siswa mempunyai gawai (handphone). Gawai
merupakan alat utama yang digunakan untuk pembelajaran daring, dan untuk
mengatasi hal ini mungkin pihak sekolah dapat memberikan pinjaman gawai
atau membuat kebijakan pembelajaran luar jaringan (daring) untuk
menugaskan guru melakukan kunjungan langsung dalam waktu tertentu.
Kelima, pembelajaan daring terkendala dengan signal internet yang tidak stabil
dan pulsa (kuota data) yang mahal. Dan ini menjadi persoalan yang sangat
krusial dan disikapi oleh Kemendikbud dengan memperbolehkan penggunaan
dana Bos untuk pemberian kouta gratis kepada siswa, dan dibeberapa tempat
yang jauh dari kota ada pemerintahan desa yang membuat kebijakan
memberikan internet gratis dan membangun perangkat jaringan internet
didesanya dengan menggunakan dana desa.
Pembelajaran daring memang menjadi dilema bagi guru dan siswa. Di satu sisi,
proses pembelajaran harus berjalan. Dan, di sisi lain, pelbagai problematika
mengiringi proses pelaksanaannya. Song, dkk. (2004) menyatakan bahwa
kesulitan-kesulitan (problems) yang muncul dalam pembelajaran daring adalah
suatu tantangan (challenge).Oleh karena itu, seluruh stakeholders seperti
4. pemangku kebijakan (Kemendikbud), kepala sekolah, guru, orangtua, dan
siswa harus saling bekerja sama untuk mensuksekan pelaksanaan
pembelajaran daring. Kebijakan yang benar-benar bijak untuk membuat
terobosan agar belajar dari rumah dengan konsep Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
dengan sistem Daring sangat ditunggu masyarakat, utamanya para emak agar
mereka dapat menjalani kehidupannya dengan bahagia dan tidak perlu lagi
bersuara nyaring dan melengking karena pembelajaran Daring sudah diseting
dengan baik sehingga tidak lagi garing apalagi membuat kepala para emak
menjadi pusing tujuh keliling. Dan ini sejatinya menjadi tantangan bagi para
pembuat kebijakan agar proses pembelajaran dimasa pandemi virus covid-19
ini dapat berjalan dengan baik, sehingga tidak sampai menggerus hakikat dan
makna pendidikan Indonesia untuk melahirkan generasi muda bangsa yang
beriman,berakhlak mulia, serta berkualitas.Semoga.