Tradisi perayaan ulang tahun berasal dari Eropa berabad-abad silam dan semula dilakukan untuk melindungi orang yang berulang tahun dari gangguan setan. Namun seiring perubahan zaman, tradisi ini diadopsi oleh seluruh kalangan tanpa memperhatikan akar sejarah dan ajaran agama Islamnya. Menurut ajaran Islam, perayaan ulang tahun bukan warisan yang diajarkan dan melakukannya dapat dikategorikan sebagai bid'
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Hukum perayaan ulang tahun dalam islam
1.
2. Tradisi Perayaan Ulang Tahun
• ternyata tradisi perayaan ulang tahun sudah ada di
Eropa sejak berabad-abad silam. Orang-orang pada
zaman itu percaya, jika seseorang berulang tahun,
setan-setan berduyun-duyun mendatanginya. Nah,
untuk melindunginya dari gangguan para makhluk
jahat tersebut, keluarga dan kerabat pun diundang
untuk menemani, sekaligus membacakan doa dan puji-
pujian bagi yang berulang tahun. Pemberian kado atau
bingkisan juga dipercaya akan menciptakan suasana
gembira yang akan membuat para setan berpikir ulang
ketika hendak mendatangi orang yang berulang tahun.
Ini memang warisan zaman kegelapan Eropa.
3. • Berdasarkan catatan tersebut, awalnya
perayaan ulang tahun hanya diperuntukkan
bagi para raja. Mungkin, karena itulah sampai
sekarang di negara-negara Barat masih ada
tradisi mengenakan mahkota dari kertas pada
orang yang berulang tahun. Namun seiring
dengan perubahan zaman, pesta ulang tahun
juga dirayakan bagi orang biasa. Bahkan kini
siapa saja bisa merayakan ulang tahun.
Utamanya yang punya duit.
4. Jadiii….
• Jadi Tradisi ulang tahun sama sekali tidak
memiliki akar sejarah dalam islam. Islam tak
pernah diajarkan untuk merayakan ulang
tahun. Kalo pun kemudian ada orang yang
berargumen bahwa dengan diperingatinya
Maulid Nabi, hal itu menjadi dalil kalo ulang
tahun boleh juga dalam pandangan Islam.
Maka ini adalah argumen yang tidak tepat.
5. • Rasulullah SAW sendiri tak pernah mengajarkan kepada kita
melalui hadisnya untuk merayakan maulid Nabi. Maulid Nabi,
itu bukan untuk diperingati, tapi tadzkirah, alias peringatan.
Maksudnya? Jika kita baca buku tarikh Islam, di dalamnya
terdapat catatan bahwa Sultan Shalahuddin al-Ayubi amat
prihatin dengan kondisi umat Islam pada saat itu. Di mana bumi
Palestina dirampas oleh Pasukan Salib Eropa. Sultan Shalahuddin
menyadari bahwa umat ini lemah dan tidak berani melawan
kekuatan Pasukan Salib Eropa yang berhasil menguasai Palestina,
lebih karena mereka sudah terkena penyakit wahn (cinta dunia
dan takut mati). Mereka bisa menjadi seperti itu karena
mengabaikan salah satu ajaran Islam, yakni jihad. Bahkan ada di
antara mereka yang tidak tahu menahu dengan perjuangan
Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
6. • Untuk menyadarkan kaum muslimin tentang
pentingnya perjuangan, Sultan Shalahuddin menggagas
ide tersebut, yakni tadzkirah terhadap Nabi, yang
kemudian disebut-entah siapa yang memulainya-
sebagai maulid nabi. Tujuan intinya mengenalkan
kembali perjuangan Rasulullah dalam mengembangkan
Islam ke seluruh dunia. Singkat cerita, kaum muslimin
saat itu sadar dengan kelemahannya dan mencoba
bangkit. Dengan demikian, berkobarlah semangat jihad
dalam jiwa kaum muslimin, dan bumi Palestina pun
kembali ke pangkuan Islam, tentu setelah mereka
mempecundangi Pasukan Salib Eropa. Jadi Maulid nabi
bukan dalil dbolehkannya pesta ulang tahun.
7. • Kembali ke pokok pembicaraan, Pesta ulang
tahun bukanlah warisan Islam. Tapi warisan asing,
alias ajaran di luar Islam. Lalu gimana jika kita
melakukannya? Berdosakah? karena tradisi itu
adalah tradisi orang-orang Eropa, yang saat itu
berkembang ajaran Kristen, maka pesta ultah
tentu saja merupakan tradisi kaum non-muslim.
Jika kita melakukannya, maka termasuk dosa.
• Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa
menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk
dalam golongan mereka.” (HR. Abu Dawud).
8. • Dalam riwayat lain.
• Rasulullah SAW bersabda : “Kamu telah mengikuti
sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka
masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti
mereka. Kami bertanya : Wahai Rasulullah, apakah
yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang
Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda:
Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR. Bukhari
Muslim).
• Dari sini jelas bahwa hukum merayakan ultah adalah
haram.
9. • Mungkin ada pertanyaan seperti ini, “Bolehkah merayakan ulang
tahun dalam arti berdoa atau mendoakan agar yang berulang tahun
selamat, sehat, takwa, panjang umur, dan seterusnya. Semua itu
dilakukan dengan cara dan isi doa yang syar’i, tanpa upacara tiup
lilin dan sebagainya seperti cara Barat, lalu dilanjutkan acara makan-
makan. Bolehkah?”
• Jawabannya, berdoa dan makan-makan adalah halal. Tetapi bila
dilakukan pada hari seseorang berulang tahun, maka akan terkena
hukum haram ber-tasyabbuh bil kuffar. Jadi di sini akan bertemu
hukum haram dan halal. Dalam kondisi seperti ini wajib diutamakan
yang haram daripada yang halal sebab kaidah syara’ menyebutkan :
“Idza ijtama’a al halaalu wal haraamu, ghalaba al haramu al
halaala.” Artinya, “Jika bertemu halal dan haram (pada satu
keadaan) maka yang haram mengalahkan yang halal.” (Kitab as-
Sulam, Abdul Hamid Hakim).
10. Dengan demikian, jika merayakan ultah diartikan
sebagai “berdoa dan makan-makan”, dan dilaksanakan
pada hari ultah, hukumnya haram, sesuai kaidah syar’i
di atas. Akan tetapi jika dilaksanakan bukan pada hari
ultah, maka hukumnya –wallahu a’lam bi ash shawab–
menurut pemahaman kami adalah mubah secara
syar’i. Sebab hal itu tidak termasuk tasyabbuh bil kuffar
karena yang dilakukan pada faktanya adalah “berdoa
plus makan-makan”, yang mana keduanya adalah boleh
secara syar’i. Lagi pula hal itu dilakukan tidak pada hari
ultah sehingga di sini tidak terjadi pertemuan halal dan
haram sebagaimana kalau acara tersebut dilaksanakan
pada hari ultah. Wallahu a’lam.
11. • Allah SWT Berfirman : “Barangsiapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi.” (QS. ali Imrân [3] : 85). dan “Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai
pertanggungjawabannya.” (QS. al-Isrâ’ [17] : 36).
• Rasullah SAW juga bersabda : Belum sempurna keimanan
salah seorang di antara kalian, sebelum hawa nafsunya
mengikuti apa yang aku bawa (al-Qur’an). (Hadits ke-41
dalam Hadits al-Arba’in karya Imam Nawawi).
12. Bagaimana dengan Hukum Mengucapkan
Selamat Ulang Tahun Dalam Islam?
• Perayaan ulang tahun adalah bid’ah.
Mengapa? Ada dua landasan yang diikuti oleh
umat Islam: Qur’an dan sunnah Rasulullah
saw. Sunnah ini kemudian terbagi atas ucapan,
perbuatan, atau niat Rasulullah saw yang
kemudian tidak sempat terlaksana karena
beliau meninggal dunia sebelum sempat
melaksanakannya.
13. • Mengucapkan selamat ulang tahun (kata Dipo, istilah yang
kemudian diarabisasikan adalah milad dan hari lahir) ini
adalah salah satu hal yang tidak dituntunkan oleh teladan
umat Islam, Rasulullah saw. Jika mengucapkan selamat hari
lahir adalah tuntunan, Rasulullah pasti akan membiasakan
hal tersebut pada umatnya. Selain itu, tradisi perayaan
ulang tahun atau hari lahir ini adalah budaya kaum
nonmuslim. Berdasarkan hadis Rasulullah saw, seseorang
yang mengikuti suatu kaum maka ia termasuk ke dalam
golongan itu. Perayaan hari lahir ini telah tercipta sejak
jaman Nabi Nuh as. Salah satu anaknya kemudian
mengadakan perayaan hari lahirnya. Karenanya, umat
muslim yang memiliki prinsip hidup yang unik tidak
diperbolehkan untuk mengikuti kaum lain, apalagi kaum
kafir dan nonmuslim. Kegiatan yang mengikuti tradisi umat
lain dinamakan juga tasyabbuh.
14. • Ustad Maknun Prawiro mengatakan bahwa ada tiga hal
yang menyebabkan kerusakan dalam agama Islam,
yakni:
1. Mengikut-ikutii kaum lain
2. Pluralisme
3. Pendangkalan aqidah
• Tentu saja tak seorang pun dari kita ingin menyebabkan
kerusakan dalam agama Islam bukan? Apalagi
mengucapkan selamat ulang tahun saya rasa adalah hal
yang sepele. Tapi, ini berkaitan dengan bid’ah, dan
orang yang melakukan bid’ah tak termasuk umat
Rasulullah saw yang mendapat syafaat.
15. • Merayakan dan mengucapkan selamat ultah juga
tidak ada contohnya dari Nabi dan para sahabat,
sehingga dilarang dalam Islam, bahkan jatuh ke
dalam tasyabbuh/ menyerupai orang kafir.
• dari Ibnu Umar ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa bertasyabuh dengan suatu kaum,
maka ia bagian dari mereka.” [HR. Abu Daud
dan Ahmad]
16. • Bagaimana pendapat rekan-rekan semua?
sudah jelaskah pemaparan diatas? hal-hal
kecil, sepele ternyata berdampak buruk
terhadap umat? jika bukan kita yang
memperbaikinya, siapa lagi?