SlideShare a Scribd company logo
1 of 83
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi?
Pertama, malam kelahiran Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam tidak diketahui
secara pasti kapan. Bahkan sebagian ulama masa kini menyimpulkan hasil penelitian
mereka bahwa sesungguhnya malam kelahiran beliau adalah pada tanggal 9 Robi'ul
Awwal dan bukan malam 12 Robi'ul Awwal. Oleh sebab itu maka menjadikan
perayaan pada malam 12 Robi'ul Awwal tidak ada dasarnya dari sisi latar belakang
historis.
Kedua, dari sisi tinjauan syariat maka merayakannya pun tidak ada dasarnya.
Karena apabila hal itu memang termasuk bagian syariat Allah maka tentunya Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam melakukannya atau beliau sampaikan kepada umatnya.
Dan jika beliau pernah melakukannya atau menyampaikannya maka mestinya ajaran
itu terus terjaga, sebab Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Sesungguhnya Kamilah
yang menurunkan Al Quran dan Kami lah yang menjaganya." (QS. Al-Hijr: 9)
Sehingga tatkala ternyata sedikit pun dari kemungkinan tersebut tidak ada yang
terbukti maka dapat dimengerti bahwasanya hal itu memang bukan bagian dari ajaran
agama Allah. Sebab kita tidaklah diperbolehkan beribadah kepada Allah 'azza wa
jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara-cara seperti itu. Apabila Allah
ta'ala telah menetapkan jalan untuk menuju kepada-Nya melalui jalan tertentu yaitu
ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam maka bagaimana
mungkin kita diperbolehkan dalam status kita sebagai hamba yang biasa-biasa saja
kemudian kita berani menggariskan suatu jalan sendiri menurut kemauan kita sendiri
demi mengantarkan kita menuju Allah? Hal ini termasuk tindakan jahat dan
pelecehan terhadap hak Allah 'azza wa jalla tatkala kita berani membuat syariat di
dalam agama-Nya dengan sesuatu ajaran yang bukan bagian darinya. Sebagaimana
pula tindakan ini tergolong pendustaan terhadap firman Allah 'azza wa jalla yang
artinya,
‫اليوم أ أ َكملت لأ َكم دنينكم وأ أ َتممَمْت عليكم نعمتي‬
ِ َ ‫َمْ أ َ َمْ أ َ َمْ أ َ َمْ ل ُ ل ُ َمْ ِ أ َ ل ُ َمْ أ َ َمْ أ َ ل ُ أ َ أ َ َمْ ل ُ َمْ ِ َمْ أ‬
Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah
cukupkan nikmat-Ku kepada kalian. (QS. Al-Maa'idah: 3)
Oleh sebab itu kami katakan bahwasanya apabila perayaan ini termasuk dari
kesempurnaan agama maka pastilah dia ada dan diajarkan sebelum wafatnya Rasul
'alaihish shalatu wa salam. Dan jika dia bukan bagian dari kesempurnaan agama ini
maka tentunya dia bukan termasuk ajaran agama karena Allah ta'ala berfirman yang
artinya, Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian. Barang
siapa yang mengklaim acara maulid ini termasuk kesempurnaan agama dan ternyata
ia terjadi setelah wafatnya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam maka sesungguhnya
ucapannya itu mengandung pendustaan terhadap ayat yang mulia ini. Dan tidaklah
diragukan lagi kalau orang-orang yang merayakan kelahiran Rasul 'alaihis shalatu
was salam hanya bermaksud mengagungkan Rasul 'alaihis shalaatu was salaam.
Mereka ingin menampakkan kecintaan kepada beliau serta memompa semangat agar
tumbuh perasaan cinta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melalui
diadakannya perayaan ini. Dan itu semua termasuk perkara ibadah. Kecintaan kepada
Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ibadah. Bahkan tidaklah sempurna
keimanan seseorang hingga dia menjadikan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam
sebagai orang yang lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya
dan bahkan seluruh umat manusia. Demikian pula pengagungan Rasul shallallahu
'alaihi wa sallam termasuk perkara ibadah. Begitu pula membangkitkan perasaan
cinta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga termasuk bagian dari agama
karena di dalamnya terkandung kecenderungan kepada syariatnya. Apabila demikian
maka merayakan maulid Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah serta untuk mengagungkan Rasul shallallahu 'alaihi
wa sallam adalah suatu bentuk ibadah. Dan apabila hal itu termasuk perkara ibadah
maka sesungguhnya tidak diperbolehkan sampai kapan pun menciptakan ajaran baru
yang tidak ada sumbernya dari agama Allah. Oleh sebab itu merayakan maulid Nabi
adalah bid'ah dan diharamkan.
Kemudian kami juga pernah mendengar bahwa di dalam perayaan ini ada
kemungkaran-kemungkaran yang parah dan tidak dilegalkan oleh syariat, tidak juga
oleh indera maupun akal sehat. Mereka bernyanyi-nyanyi dengan mendendangkan
qasidah-qasidah yang di dalamnya terdapat ungkapan yang berlebih-lebihan (ghuluw)
terhadap Rasul 'alaihish sholaatu was salaam sampai-sampai mereka mengangkat
beliau lebih agung daripada Allah -wal 'iyaadzu billaah-. Dan kami juga pernah
mendengar kebodohan sebagian orang yang ikut serta merayakan maulid ini yang
apabila si pembaca kisah Nabi sudah mencapai kata-kata telah lahir Al-Mushthafa
maka mereka pun serentak berdiri dan mereka mengatakan bahwa sesungguhnya ruh
Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam hadir ketika itu maka kita berdiri demi
mengagungkan ruh beliau. Ini adalah tindakan yang bodoh. Dan juga bukanlah
termasuk tata krama yang baik berdiri ketika menyambut orang karena beliau tidak
senang ada orang yang berdiri demi menyambutnya. Dan para sahabat beliau pun
adalah orang-orang yang paling dalam cintanya kepada Rasul shallallahu 'alaihi wa
sallam serta kaum yang lebih hebat dalam mengagungkan beliau daripada kita.
Mereka itu tidaklah berdiri tatkala menyambut beliau karena mereka tahu beliau
membenci hal itu sementara beliau dalam keadaan benar-benar hidup. Lantas
bagaimanakah lagi dengan sesuatu yang hanya sekedar khayalan semacam ini?
Bid'ah ini -yaitu bid'ah Maulid- baru terjadi setelah berlalunya tiga kurun
utama. Selain itu di dalamnya muncul berbagai kemungkaran ini yang merusak
fondasi agama seseorang. Apalagi jika di dalam acara itu juga terjadi campur baur
lelaki dan perempuan dan kemungkaran-kemungkaran lainnya. (Diterjemahkan Abu
Muslih dari Fatawa Arkanil Islam, hal. 172-174).
SAMBUTAN MAULID NABI MUHAMMAD S.A.W.
Sambutan Maulid Nabi merupakan amalan yang sering dilakukan oleh umat Islam
sejak berkurun lama di seluruh pelusuk dunia Islam. Perbicaraan mengenai
keharusannya juga telah lama dibicarakan sehingga ramai ulama’ telah menulis
secara lengkap dalam kitab-kitab mereka tentang keharusan dan galakan majlis ini
diadakan. Namun sehebat itu pula pihak yang bertopengkan ulama’ mencemuh majlis
seperti ini dengan alasan ia merupakan perkara bid’ah kerana tidak terdapat pada
zaman Rasulullah s.a.w.
Lantaran dari itu, terdapat dikalangan mereka yang mencemuh majlis ini dengan
menggunakan kata-kata yang kesat dan biadab, seolah-olah mengadakan majlis
maulid Nabi hanya mengundang maksiat dan dosa.
Berkemungkinan kerana inilah, seorang pemuka bid’ah pada zaman ini yang bertugas
sebagai tenaga pengajar di Masjid Nabawi, iaitu Abu Bakar al-Jazairi mengatakan
sembelihan yang dilakukan untuk menyediakan makanan orang ramai pada hari
sambutan Maulid adalah lebih haram daripada daging khinzir.
Malah lebih dari itu, bekas Mufti Arab Saudi al-Marhum Abdul Aziz bin Baz
hampir-hampir mengkafirkan orang-orang yang mengadakan majlis Maulid yang
diadakan sebagaimana yang dinyatakan di dalam kitab mereka ‘ al Siyanah al-Insan’
H: 233. Tidak dinafikan, hampir semua umat Islam di seluruh dunia mengadakan
sambutan majlis maulid Nabi. Ini bermakna Abdul Aziz bin Baz hampir
mengkufurkan seluruh umat Islam melainkan pengikut-pengikut ajaran mereka
sahaja.
Syeikh Soleh bin Fauzan al-Fauzan seorang anggota Majlis Ulama’ Besar Arab Saudi
menyebut dalam kitabnya bahawa banyak khutbah-khutbahnya yang mengandungi
amaran dari mengadakan majlis sambutan maulid Nabi s.a.w.
Beliau menulis di dalam kitabnya ‘al-Khutub al-‘Asriyyah’ yang dibaca dan sering
diulang-ulang oleh sebahagian khatib, “Wahai hamba Allah! sesungguhnya perkaraperkara bid’ah hanyalah merupakan perkara baru di dalam agama yang menukarkan
agama Islam kepada agama yang lain. Ia adalah suatu belenggu yang membuang
masa, membazirkan harta, meletihkan badan, menjauhkan dari syurga dan
mendekatkan kepada neraka, yang pastinya mengundang kemurkaan Allah tetapi
orang-orang yang sesat tidak memahaminya, tidaklah amalan mereka tersebut
bertambah tetapi sebenarnya mereka menjadi semakin jauh dari Allah dan tidaklah
ijtihad mereka dan penat lelah mereka mendapat balasan dan pahala melainkan hanya
mengundang kemurkaan Allah.
Golongan Wahabi, mengidupkan isu pengharaman majlis ini hanya dengan satu
alasan yang lapuk dan rapuh yang sememangnya tidak boleh diterima pakai lagi.
Malah telah berkali-kali alasan mereka tersebut dijawab dengan panjang lebar oleh
sebilangan besar ulama’ Islam tetapi mereka masih tetap dengan pendapat dan
kedegilan
mereka.
Ini
memberi kefahaman yang jelas kepada kita, bahawa mereka sebenarnya bukan
mencari kebenaran tetapi mencari perpecahan dan mengajak umat Islam membenci
syiar-syiar kebesaran Islam.
Sekalipun majlis Maulid Nabi tidak pernah diadakan pada zaman Nabi, tetapi amalan
ini dianjurkan oleh Allah dan RasulNya secara umum. Sekali pun tidak ada nas yang
nyata menyebut mengenainya tetapi secara tersirat Allah dan RasulNya menyuruh
kita merayakan hari-hari peringatan buat kita seperti hari Maulid , Isra’ Mikraj,
Nuzul Quran, Hari Asyura dan sebagainya.
Melihat dari sudut pengisian yang diadakan di dalam majlis ini, semua ulama’
bersepakat mengharuskan amalan-amalan yang diadakan. Misalnya, mengumpulkan
umat Islam untuk mengingati sirah Rasulullah s.a.w., memuji baginda, mengucapkan
salawat dan sebagainya.
Mengadakan majlis untuk memberikan peringatan dan mengambil pengajaran dari
sirah Rasulullah s.a.w. merupakan majlis ilmu yang menjadi salah satu dari method
dakwah untuk melahirkan kecintaan umat Islam terhadap Allah dan RasulNya. Ini
secara tidak langsung, menjana penghayatan umat Islam terhadap sunnah Rasulullah
s.a.w.
Begitu juga dengan mengucapkan kata-kata pujian dan salawat ke atas Baginda,
sememangnya telah menjadi hak Rasulullah s.a.w. Menyediakan makanan untuk
orang ramai pula merupakan suatu sedekah yang disunatkan, malah digalakkan
kepada umat Islam. Majlis seperti inilah yang sepatutnya dimanfaatkan sebaiknya,
kerana memberi peluang keemasan kepada umat Islam untuk melakukan berbagaibagai kebaikan yang tidak ada pada majlis-majlis yang lain.
Justeru, tidak ada sebab majlis seperti ini menimbulkan keraguan bagi mereka yang
mempunyai pemikiran yang sihat sehingga dihukum sebagai bid’ah dan sesat.
Sekalipun, keharusan perkara ini telah lama meniti di bibir ulama’ dan tinta-tinta
pena serta tidak putus-putus diperdengarkan kepada umat Islam saban waktu, saya
kira masih ada manfaatnya saya menyelitkan perkara ini di dalam artikel ini,
memandangkan minat umat Islam semakin merosot terhadap bahan-bahan bacaan
ilmiah ulama’ muktabar.
MENURUT PERSPEKTIF ULAMA’
Ramai di kalangan ulama’ yang menulis secara khusus mengenai keharusan maulid
dalam kitab-kitab mereka.
Di antaranya Imam al-Hafiz al-Suyuti. Ketika beliau ditanya tentang hukum
mengadakan majlis Maulid Nabi s.a.w. pada bulan Rabi’ul Awwal sama ada dicela
atau tidak dan adakah diberikan pahala bagi orang yang menyambutnya, beliau
menjawab,” Amalan pokok yang dilakukan di dalam majlis perkumpulan, bacaan
ayat-ayat suci al-Qur’an, kemudian dibaca sirah-sirah nabi dan kisah-kisah yang
berlaku ketika kelahirannya. Setelah itu, mereka makan bersama dan bersurai, tidak
lebih dari itu. Amalan seperti ini bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diberikan
pahala bagi orang yang melakukannya kerana dalam amalan ini terdapat suasana
membesarkan Nabi s.a.w. dan melahirkan rasa gembira di atas kelahiran Nabi
Muhammad s.a.w. yang mulia.
Beliau menceritakan bahawa corang yang pertama menyambut Maulid Nabi s.a.w.
ialah seorang raja yang adil di negeri Irbil (berdekatan dengan Syam) bernama Malik
Muzaffar Abu Said al-Kukbari.
Beliau membelanjakan sebanyak 300 ribu dinar setiap tahun untuk menyambut
Maulid Nabi s.a.w. Beliau merupakan orang yang pertama mengadakan keraian ini
secara besar-besaran pada tahun 604 Hijrah dengan dihadiri oleh rakyat jelata yang
datang dari segenap tempat.
Manakala Imam Abu Shamah (guru Imam al-Nawawi) menyatakan,”Di antara
perkara baik yang dilakukan pada setiap tahun di zaman kami ialah bersepakat pada
hari maulid Nabi s.a.w memberikan sedekah, melakukan kebajikan, dan melahirkan
kegembiraan dan kesenangan. Dari hal yang demikian, selain dari dapat melakukan
kebaikan kepada fakir miskin di dalam majlis tersebut, ia juga diisi dengan rasa kasih
terhadap Nabi s.a.w, membesarkannya dan bersyukur kepada Allah di atas
kurniaanNya yang telah mengutuskan seorang Rasul yang diutuskan sebagai rahmat
bagi sekelian alam”.
Dari pendapat ulama’ di atas, dapatlah difahami bahawa bid’ah hasanah (baik) dan
bid’ah sayyi’ah (buruk). Mengadakan majlis Maulid Nabi termasuk di dalam kategori
bid’ah hasanah kerana majlis yang sangat baik ini diadakan untuk membangkitkan
kecintaan kepada Nabi s.a.w. dari rasa kasih ini, seseorang akan lebih terangsang
untuk mengikut jejak langkah Rasulullah s.a.w. Justeru, ia merupakan suatu amalan
yang mendatangkan kebaikan dan diberikan pahala apabila mengerjakannya.
Al Hafiz al-Sakhawi menyatakan bahawa amalan maulid ini mula dilakukan selepas
kurun ketiga dan sentiasa diteruskan oleh umat Islam di seluruh pelusuk dunia dan
bandar-bandar besar. Mereka bersedekah pada malamnya dengan pelbagai jenis
sedekah dan membaca maulid. Maka dari keberkatan majlis ini, terpancar ke atas
mereka pelbagai kemuliaan dan kelebihan.
Imam Jalaluddin al-Suyuti menyebut di dalam kitabnya al-Hawi li al-Fatawa bahawa
Imam al-Baihaqi telah meriwayatkan daripada Anas bin Malik bahawa Rasulullah
s.a.w melaukan ‘aqiqah untuk dirinya selepas dilantik menjadi Nabi. Sedangkan,
telah datang hadith menyatakan bahawa datuknya Abdul Muttalib telah melakukan
‘aqiqah untuk Baginda s.a.w pada hari ketujuh keputeraan Rasulullah s.a.w.
Tidak ada di dalam syariat, aqiqah dilakukan dua kali bagi seseorang. Oleh yang
demikian, berkemungkinan apa yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w adalah untuk
melahirkan tanda syukur kerana Allah telah menjadikannya sebagai rahmat bagi
sekelian alam dan pembawa syariat.
Oleh itu, Imam al-Suyuti menyatakan bahawa adalah sunat juga bagi kita melahirkan
tanda kesyukuran di atas kelahirannya dengan mengadakan perkumpulan, jamuan
makanan dan sebagainya yang kesemuanya adalah untuk mendekatkan diri kepada
Allah dan untuk melahirkan tanda kegembiraan di atas kelahirannya.
Ini menunjukkan keraian yang diadakan adalah sebagai melahirkan tanda syukur
kepada Allah di atas nikmatNya yang tidak ternilai. Tanda kesyukuran ini boleh
dilahirkan dengan bermacam-macam cara yang sealiran dengan syariat seperti
mengadakan berbagai-bagai ibadat secara berjemaah.
Manakala Imam Abul Qasim Junaid al-Baghdadi menyatakan bahawa sesiapa yang
hadir di dalam majlis Maulid Nabi s.a.w dengan niat untuk membesarkannya, maka
akan mendapat keamanan.
Oleh kerana itu, hukum mengadakan majlis sambutan Maulid Nabi s.a.w adalah
harus dan disyariatkan di dalam agama. Malah ia menjadi sunat selagi sambutan
tersebut tidak bercampur dengan perkara-perkara yang diharamkan oleh syariat
Islam. Sekiranya berlaku sedemikian, maka hukumnya bertukar menjadi haram.
Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki, sependapat dengan pendapat di atas. Beliau
telah menulis sebuah buku khas mengenai tajuk ini dengan lebih lanjut di dalam
‘Haula Ihtifal bi al-Maulid al-Nabawi al-Syarif’.
Ibnu Taimiyyah sendiri tidak pernah mengharamkan sambutan Maulid Nabi s.a.w.
yang telah sekian lama berlaku di dalam masyarakat umat Islam. Malah beliau turut
memberikan pendapatnya di dalam permasalahan ini bagi menunjukkan
persetujuannya terhadap keharusan majlis Maulid Nabi s.a.w. yang diadakan oleh
umat Islam. Antara lain, beliau menyatakan “Membesarkan maulid Nabi dan
menjadikannya sebagai suatu musim perayaan kadangkala diadakan oleh sebahagian
manusia. Mengingatkan maksudnya yang baikdan tujuannya untuk memuliakan
Rasulullah s.a.w, adalah layak dalam hal ini mereka memperolehi ganjaran pahala
yang besar”.
Al-Muhaddith Syeikh Abdullah al-Harari menyatakan bahawa sambutan maulid yang
diadakan oleh para pemerintah, para masyaikh yang terdiri daripada ahli-ahli hadith,
ahli feqah, ahli zuhud, ahli ibadah dan orang-orang awam menjadi ijma’ fe’li
(persepakatan dari segi perbuatan) yang mengharuskan amalan ini. Malah ia
mempunyai sandaran yang menjadi dasar rujukan di dalam pengeluaran hukum
mengadakan maulid sebagaimana yang telah disebut oleh al-Hafiz Ibnu Hajar
al-’Asqalani dan lain-lainnya.
Justeru, bersama siapakah puak Wahabi mendokong fahamannya ini? Sedangkan
mereka tidak sependapat dengan Ahli Sunnah wa al-Jamaah, malah tidak juga
sependapat
dengan
ketua
mereka
Ibnu
Taimiyyah.
KELEBIHAN MENYAMBUT MAULID NABI S.A.W
Di dalam artikel ini disebut beberapa kisah kelebihan menyambut Maulid Nabi yang
saya sedut dari kitab I’anah al-Tolibin. Sekali pun kisah yang dipaparkan ini tidak
boleh dijadikan dalil yang qot’ei tetapi ia berperanan sebagai merangsang individu
muslim meraikan Maulid Nabi dalam usaha menambah kecintaan umat Islam kepada
baginda s.a.w.
Kisah-kisah tersebut bukanlah rekaan semata-mata yang direka untuk kepentingan
peribadi, tetapi kisah ini diselitkan juga oleh ulama’ yang lain di dalam kitab mereka
sebagai sumber pengajaran yang boleh dimanfaatkan bersama.
Di dalam kitab I’anah al-Tolibin disebut bahawa pada zaman pemerintahan Khalifah
Harun al-Rasyid, terdapat seorang pemuda di Basrah yang tidak elok perangainya.
Oleh kerana perangainya yang buruk, maka penduduk Basrah memandang keji
kepadanya. Tetapi, apabila masuk bulan Rabi’ul Awwal, maka pemuda tersebut
membersihkan pakaiannya, memakai wangi-wangian dan pakaian yang cantik serta
mengadakan kenduri kerana menyambut maulid Nabi.
Pada setiap tahun, apabila tiba bulan Rabi’ul Awwal ia akan melakukan sedemikian
sehinggalah ke akhir hayatnya. Setelah ia meninggal dunia, maka penduduk Basrah
mendengar satu suara yang berkata ” Pergilah wahai penduduk Basrah dan
saksikanlah jenazah seorang wali dari kalangan wali Allah ini kerana ia merupakan
seorang yang mulia di sisi-Ku,”. Maka penduduk Basrah pun pergi menziarahi
jenazahnya dan mengkebumikannya.
Pada malamnya, mereka bermimpi melihat pemuda tersebut dipakaikan dengan
pakaian sutera yang amat bernilai. Lalu beliau ditanya “Dengan apakah kamu
mencapai kemuliaan ini?” Jawabnya ” Dengan membesarkan hari kelahiran
Rasulullah saw.”
Diceritakan juga di dalam kitab I’anah bahawa pada zaman pemerintahan Khalifah
Abdul Malik bin Marwan, terdapat seorang pemuda yang tampan di Syam (Syria)
yang asyik menunggang kudanya.
Pada suatu hari, ketika sedang menunggang kudanya, tiba-tiba kuda tersebut menjadi
liar dan tidak dapat dikawal sehinggalah ia memasuki ke dalam kawasan larangan
menunggang kuda dan sampai di pintu rumah khalifah. Lalu kuda tersebut melanggar
putera khalifah sehingga menyebabkan putera khalifah tersebut meninggal dunia.
Setelah berita kematian putera khalifah sampai kepadanya, maka pemuda tersebut
diperintahkan mengadap. Ketika tentera khalifah pergi menangkapnya, tiba-tiba
terlintas dihati lelaki tersebut untuk bernazar “Sekiranya Allah melepaskan aku
daripada perkara yang buruk ini, nescaya aku akan mengadakan kenduri yang besar
untuk menyambut hari keputeraan Rasulullah saw”.
Ketika pemuda tersebut sedang mengadap khalifah, tiba-tiba kemurkaan khalifah
reda dan hilang, malah baginda tersenyum memandang pemuda tersebut. Maka
khalifah pun berkata “Adakah kamu mempunyai ilmu sihir?”, Jawabnya “Demi
Allah, tidak wahai Amir al-Mukminin. Maka khalifah berkata “Beta telah
mengampunkan kamu, tetapi katakanlah kepada beta apakah yang telah kamu
katakan tadi. Maka katanya “Aku telah berkata sekiranya Allah melepaskan aku dari
peristiwa buruk ini, nescaya aku akan mengadakan kenduri menyambut Maulid Nabi
s.a.w “. Maka khalifah pun berkata “Aku telah mengampunkan kamu dan ini wang
sebanyak seribu dinar untuk kamu mengadakan akan kenduri maulid tersebut, dan
kamu telah aku halalkan dari darah anakku.
Maka pemuda tersebut pun keluar. Ia telah dibebaskan daripada hukumannya dan
diberikan dengan seribu dinar dengan keberkatan Nabi s.a.w.
Kegembiraan ilmuwan Islam meraikan Maulid Nabi s.a.w. juga banyak dipaparkan.
Di antaranya Hasan al-Basri pernah berkata,” Sekiranya aku mempunyai emas
setinggi bukit Uhud, nescaya aku akan membelanjakannya untuk meraikan majlis
membaca Maulidur Rasul s.a.w “.
Imam al-Junaid al-Baghdadi pernah berkata,” Sesiapa yang menghadiri majlis
Maulidur Rasul s.a.w dan membesarkan kedudukan baginda, maka ia telah mencapai
kejayaan iman “.
Ma’ruf al-Kurkhi berkata,” Sesiapa yang menyediakan makanan sempena Maulidur
Rasul s.a.w, lalu mengundang orang ramai, menyalakan lampu-lampu, memakai
pakaian yang baru, memakai wangi-wangian dan berhias-hias kerana membesarkan
kelahiran Rasulullah s.a.w., maka akan dikumpulkannya oleh Allah s.w.t. pada hari
kiamat bersama kumpulan pertama golongan para Nabi ia berada di syurga ‘Illiyyin
(tinggi)”.
Imam al-Yafi’e berkata.” Sesiapa yang mengumpulkan orang ramai kerana
menyambut Maulid Nabi s.a.w., menyediakan makanan, memberikan tempat,
melakukan kebaikan untuk mengadakan majlis membaca kisah Maulidur Rasul s.a.w,
akan dibangkitkan oleh Allah s.w.t. pada hari kiamat bersama ahli siddiqin, syuhada’
dan solihin dan berada di dalam syurga Na’im”.
Sirri al-Siqti berkata,” Sesiapa yang pergi ke suatu tempat untuk membaca kisah
Maulid Nabi s.a.w. maka sesungguhnya ia telah pergi ke sebuah taman dari tamantaman syurga kerana tidaklah ia menuju ke tempat-tempat tersebut melainkan
lantaran kerana kasih kepada Rasulullah s.a.w.,”.
Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah bersabda,” Sesiapa yang mengasihiku maka
ia bersamaku di dalam syurga,”.
Telah berkata Sultan Ahli ‘Arifin Jalaluddin al-Suyuti di dalam kitabnya,” Tidak ada
suatu rumah atau masjid atau tempat yang dibacakan di dalamnya mengenai Maulid
Nabi s.a.w. melainkan malaikat mengelilingi ahli tempat tersebut dan Allah
menebarkan rahmatNya kepada mereka”.
Katanya lagi,” Tidak ada seorang muslim yang dibacakan di dalam rumahnya Maulid
Nabi s.a.w. melainkan Allah mengangkat kemarau, waba’, kebakaran, bala, hasad
dengki dan dijauhkan pencuri dari ahli rumah tersebut. Maka apabila ia mati, Allah
akan mempermudahkan baginya menjawab soalan Munkar dan Nakir,”.
Di dalam kitab al-Kawakib al-Durriyyah diriwayatkan bahawa di Basrah terdapat
seorang lelaki yang mengadakan majlis Maulid Nabi pada setiap tahun. Berdekatan
dengan rumahnya hidup sebuah keluarga Yahudi.
Pada suatu hari, isteri Yahudi tersebut bertanya kepada suaminya “Apakah halnya
dengan jiran muslim kita itu, setiap tahun ia akan membelanjakan wang yang banyak
sepertimana yang dibelanjakannya pada bulan ini?” Maka kata suaminya “Mereka
percaya bahawa pada bulan ini nabi mereka dilahirkan”.
Sedang mereka tidur pada malamnya, isterinya bermimpi melihat seorang lelaki yang
cukup hebat, penuh kebesaran, kehormatan dan cahaya. Ia berada di antara sahabatsahabatnya yang mengelilinginya seolah-olah lelaki tersebut seperti bulan. Maka
perempuan tersebut berkata kepada salah seorang dari sahabat-sahabat tersebut,
“Siapakah orang yang mempunyai cahaya yang memancar-mancar ini?” Mereka
menjawab,”Dia adalah seorang nabi berbangsa Arab yang dipilih oleh Allah”.
Perempuan itu bertanya lagi,”Adakah ia akan bercakap denganku apabila aku
bercakap dengannya?” Mereka berkata,”Dia bukanlah seorang yang sombong atau
meninggikan diri”. Lalu perempuan itu berkata,”Wahai Muhammad s.a.w!” Maka
Rasulullah s.a.w menjawab dengan mulut yang manis,”Labbaika (Ya, aku menyahut
seruanmu)”. Maka perempuan itupun berkata,”Kamu menjawab panggilan orang
sepertiku ini dengan ‘labbaika’ sedangkan aku bukannya berada di atas agama
kamu”. Maka Rasulullah s.a.w pun berkata, “Tidaklah aku berkata kepadamu seperti
sebentar tadi melainkan setelah aku mengetahui bahawa sesungguhnya Allah telah
memberikan
petunjukNya
kepada
kamu.
Maka
perempuan
itu
berkata,”Sesungguhnya kamu adalah nabi yang mulia dan kamu mempunyai akhlak
yang mulia. Hulurkanlah tanganmu, maka aku naik saksi bahawa tiada Tuhan
melainkan Allah dan bahawa engkau Muhammad adalah pesuruh Allah”.
Kemudian perempuan tersebut bernazar, apabila siang menjelang, ia akan
mensedekahkan segala harta yang dimilikinya kerana merasa gembira di atas
keislamannya dan akan dibelanjakannya untuk meraikan Maulid Nabi s.a.w.
Apabila bangun dari tidur, ia mendapati suaminya telah bersedia untuk mengadakan
kenduri dan pada pagi itu suaminya kelihatan begitu berhemah tinggi. Maka ia pun
berkata kepada suaminya,”Aku melihat kamu berada di dalam keazaman yang cukup
baik”. Maka suaminya berkata,”Ini adalah kerana orang yang kamu masuk Islam
ditangannya semalam”. Kata isterinya, “Siapakah yang telah membukakan bagimu
akan rahsia ini dan memberitahumu?” Jawabnya “Orang yang telah mengislamkan
aku dengan tangannya selepas mengislamkan kamu semalam”.
Dari artikel: Kebangkitan Pemuda Islam Suatu Kemajuan Harus Dibimbing Bukan Dilawan
(bagian ke 6/ dari 6)

Oleh: Dr. Yusuf Qardhawi
Penulis berpesan kepada para pemuda agar mereka turun dari langit mimpi dan dunia
idealistik menuju ke bumi realistik. Berdampinganlah dengan rakyat, para pekerja,
petani, buruh mujahid, masyarakat akar rumput (grass root) di kota-kota besar dan
desa-desa terpencil, sehingga kalian akan memperoleh fitrah yang lurus, hati yang
baik, dan raga yang terlatih bekerja.
Penulis berpesan agar mereka terjun melihat realitas, memberikan sumbangsih
pengajaran terhadap orang-orang yang masih buta huruf hingga dapat membaca,
mengobati orang-orang yang sakit hingga sembuh, memompa semangat orang-orang
untuk bangkit, mendorong orang-orang yang malas untuk bekerja, menolong orangorang yang membutuhkan hingga tercukupi kebutuhannya, dan berbagai kebajikan
lainnya.
Pemuda bertanggung jawab membentuk kelompok-kelompok untuk menghapuskan
buta huruf, mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, membangun sarana umum,
memerangi penyakit-penyakit menular, kampanye anti merokok, miras (minuman
keras), dan gambar-gambar porno, melawan tradisi-tradisi yang berbahaya, dan
menyebarkan tradisi-tradisi yang sehat sebagai gantinya. Betapa luasnya lapangan
yang masih membutuhkan kesungguhan, niat, dan semangat para pemuda.
Wahai pemuda Islam, janganlah kalian terpaku pada diri sendiri, meninggalkan
bangsa, padahal mereka adalah nenek moyang, saudara-saudara, dan sanak
kerabatmu. Turunlah ke masyarakat bangsamu! Bergumullah bersama mereka, hidup
dan berserikatlah bersama mereka, bimbinglah orang-orang yang terbebani dalam
hidupnya, usaplah air mata anak-anak yatim, tersenyumlah untuk menghibur wajahwajah yang tertimpa kesusahan, ringankanlah beban yang dipikul oleh orang-orang
yang kepayahan, tolonglah orang yang teraniaya, dan obatilah hati yang bersedih
dengan perbuatan, kata-kata yang baik, dan senyuman yang tulus.
Sesungguhnya melakukan tugas sosial dan memprioritaskan pertolongan kepada
mereka --khususnya terhadap golongan lemah-- merupakan ibadah yang bernilai
tinggi yang belum ditunaikan secara baik oleh mayoritas umat Islam dewasa ini.
Meskipun ajaran Islam jelas-jelas mengajak kepada kebaikan dan
memerintahkannya, bahkan menetapkannya sebagai kewajiban harian bagi seorang
muslim.
Penulis telah menjelaskan dalam karya kami, al-Ibadah fil Islam, bahwa Islam
memperluas lapangan ibadah dan memperlebar wilayahnya yang meliputi amal-amal
yang amat banyak yang tak pernah terbetik di hati bahwa hal itu ditetapkan oleh
agama paripurna ini sebagai suatu cara penghambaan (ibadah) dan pendekatan diri
kepada Allah SWT.
Ketahuilah, setiap amal yang bermanfaat dianggap sebagai ibadah oleh Islam.
Bahkan ibadah yang paling utama, selama dimaksudkan oleh penulisnya sebagai
kebaikan yang ikhlas lillahi ta'ala, bukan untuk mencari pujian dan popularitas semu.
Setiap perbuatan baik yang dilakukan dengan niat dan cara yang baik digolongkan
sebagai ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT (taqarrub illallah). Perbuatan
semacam itu merupakan amal yang dapat menghapus air mata orang yang dirundung
kesedihan, meringankan kegelisahan orang lain, membalut luka orang yang tertimpa
bencana, membangkitkan semangat hidup orang yang kesusahan, mencegah
penderitaan orang yang dizalimi, membantu orang yang dililit hutang, menolong
fakir miskin, dan sebagainya.
Amal yang demikian banyaknya telah ditetapkan oleh Islam sebagai ibadah kepada
Allah SWT, cabang keimanan, dan hal-hal yang mendatangkan pahala dari-Nya.
Penulis telah menyimak hadits-hadits Nabi Muhammad saw. mengenai hal ini dan
berkesimpulan bahwa tidaklah mencukupi hanya dengan amal-amal yang
dicontohkan tersebut, yang dianggap sebagai ibadah sosial (yang objeknya adalah
manusia sebagai manusia). Lebih dari itu, Islam masih menetapkan amal yang terkait
dengan eksistensi manusia sebagai makhluk biologis yang terdiri dari organ-organ.
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan hadits Rasulullah saw.,
Setiap ucapan salam untukku dari orang-orang adalah sedekah baginya setiap hari di
mana matahari terbit di dalamnya. Berbuat adil di antara dua orang adalah sedekah.
Menolong orang dengan mengangkatnya atau mengangkat barang-barangnya ke atas
kendaraannya, adalah sedekah. Kata-kata yang baik adalah sedekah. Setiap langkah
menuju tempat melakukan shalat adalah sedekah dan menyingkirkan gangguan dari
jalan iuga sedekah. (Muttafaq'alaih)
Ibnu Abbas juga meriwayatkan hadits semacam ini dari Rasulullah saw.,
Setiap senyuman seseorang merupakan shalat (baginya) setiap hari! Seorang dari
para sahabat berkata, Ini adalah sesuatu yang paling berat dari apa yang pernah
engkau sampaikan kepada kami! Rasulullah saw. menjawab, Perintahmu ber-amar
ma'ruf dan laranganmu meninggalkan kemungkaran sama dengan shalat. Kamu
membantu dan menolong orang yang lemah adalah shalat. Engkau menyingkirkan
gangguan dari jalan adalah shalat. Dan setiap langkah untuk mengerjakan shalat
adalah shalat juga. (HR Ibnu Huzaiman dalam Sahihnya)
Hadist yang serupa maknanya dengan hadits di atas diriwayatkan oleh Buraidah dari
Rasulullah saw.,
Dalam diri manusia ada 360 sendi, dia harus mengeluarkan sedekah untuk setiap
sendi tersebut. Para sahabat bertanya, Siapa yang kuat untuk melakukannya wahai
Rasulullah saw.? (Mereka mengira sedekah harta). Rasulullah saw. menjawab,
Dahak di dalam masjid yang dipendamnya (dalam tanah) dan sesuatu yang
mengganggu yang disingkirkannya dari jalan... (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu
Huzaimah, dan Ibnu Hibban)
Berbagai hadits menerangkan bahwa tersenyum kepada orang lain, menuntun tuna
netra, menunjukkan jalan bagi orang yang tersesat, turut merasakan penderitaan
orang lain, memikul beban berat kaum dhuafa, dan semua pekerjaan baik di dunia ini
merupakan sedekah.
Dengan menjalankan petunjuk Rasulullah saw. tersebut, seorang muslim hidup di
tengah masyarakat dengan memancarkan kebaikan dan kasih sayang serta penuh
manfaat dan berkah. Ia melakukan kebaikan dan mengajak orang lain kepada
kebaikan pula. Ia menerangkan dan menunjukkan hal-hal yang ma'ruf, sehingga ia
layak disebut sebagai kunci kebajikan dan penutup pintu kejahatan. Sebagaimana
Rasulullah saw. bersabda,
Sungguh beruntung seorang hamba Allah yang (dijadikan-Nya) sebagai kunci
pembuka kebaikan dan sekaligus pengunci bagi kejahatan.
Sebagian muslim yang bersemangat mengatakan, Akan tetapi, amal-amal sosial ini
dapat mengganggu kesibukan berdakwah dan memberi kontribusi dalam bentuk
nyata, padahal aspek ini lebih membutuhkan garapan dan keseriusan. Penulis
menjelaskan kepada mereka bahwa amal sosial merupakan salah satu bentuk dakwah
kepada masyarakat secara real, yakni dakwah yang disertai aksi (perbuatan).
Dakwah bukanlah sekadar pemaparan kata-kata atau tulisan, tetapi juga
memperhatikan dan menyelesaikan persoalan manusia. Imam Hasan al-Banna
--semoga Allah SWT senantiasa merahmatinya-- amat peka terhadap persoalan
semacam ini, yang mendorongnya mendirikan badan sosial bersama kaum muslimin
lainnya.
Umat Islam diperintahkan untuk menebar kebaikan kepada manusia lain seperti
halnya perintah untuk melakukan ruku', sujud, dan beribadah kepada Allah. Seperti
ditegaskan Allah Azza wa Jalla,
Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu
dan berbuatlah kebaikan supaya kamu mendapatkan kemenangan. Dan berjihadlah
kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu...
 (al-Hajj: 77-78)
Maka, penulis membuat tiga kategori muslim berdasarkan aktivitas yang mereka
lakukan. Pertama, muslim yang menekankan hubungan vertikal dengan Allah dalam
bentuk pelaksanaan berbagai ibadah ritual kepada-Nya. Kedua, muslim yang
menekankan hubungannya dengan masyarakat dalam bentuk pelaksanaan programprogram sosial demi kebaikan masyarakat. Ketiga, muslim yang menekankan
perlawanan terhadap kekuatan-kekuatan jahat. Mereka berjihad di jalanAllah dengan
sebenar-benarnya.
Barangsiapa yang menyibukkan diri melakukan kebaikan bagi masyarakat, maka dia
tidak menyibukkan diri kecuali untuk hal-hal yang diwajibkan Allah kepadanya.
Muslim yang melaksanakannya, insya Allah, akan menerima pahala dariNya dan
terpuji di hadapan manusia.
Sebagian aktivis yang menggebu-gebu mengatakan, Sesungguhnya jihad yang
dilakukan oleh para da'i harus difokuskan pada upaya mendirikan negara Islam yang
menerapkan hukum Allah dan menjalankan seluruh aspek kehidupan atas dasar
Islam. Negara tersebut harus benar-benar menerapkan Islam dan menyiarkannya ke
luar negeri.
Bila negara Islam telah berdiri, maka negara akan menguasai seluruh hajat dan
tuntutan masyarakat, menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh penduduk,
memberikan lapangan pekerjaan kepada orang-orang yang menganggur, memelihara
dan menjamin para dhu'afa, mencukupi segala kebutuhan masyarakat, menyuplai
obat-obatan kepada orang-orang yang menderita sakit, menyadarkan orang-orang
yang zalim, dan membangun kekuatan kelompok mustadh'afin. Maka kita harus
mewujudkan berdirinya negara ini. Tidak membuang-buang waktu untuk memulai
langkah perdana, membangun sisi-sisi tertentu, dan menggarap dasar-dasarnya,
tegas mereka.
Menanggapi pernyataan tersebut, penulis ingin menjelaskan bahwa mendirikan
negara Islam yang menerapkan syari'at Allah, mengumpulkan dan mempersatukan
umat di bawah panji Islam itu fardhu hukumnya. Kita wajib mengusahakannya dan
wajib pula bagi para da'i untuk melakukan sesuatu sedapat mungkin dalam rangka
mencapainya dengan menerapkan metode-metode yang paling ideal dan melalui
jalan-jalan yang paling utama. Kita harus menggalang potensi yang masih
berserakan, latihan berpikir yang tertib, menyingkirkan berbagai kendala, merangkak
menelusuri jalan menuju tercapainya maksud tersebut, dan mempersiapkan pendapat
umum dalam skala nasional dan internasional untuk menerima ide pendirian negara
Islam.
Hal ini tentu membutuhkan waktu yang amat panjang, kesabaran yang baik, hingga
tercukupinya syarat-syarat yang diperlukan, lenyapnya tantangan-tantangan, dan
kematangan hasil dari proses perjuangan. Dalam upaya mewujudkan cita-cita mulia
itu, sebaiknya setiap muslim menyibukkan diri pada hal-hal yang dapat dilakukan
dan ditekuni. Misalnya membina keluarga dan membangun masyarakat. Dan
ingatlah, Allah tidak membebani seseorang melebihi batas kemampuannya. Doktrin
ini dapat dijadikan pelajaran dalam berjuang karena banyaknya cobaan dan rintangan
dalam memimpin dan mempengaruhi masyarakat.
Seorang muslim tidak sepatutnya menolak mengobati orang yang sakit padahal dia
mampu melakukan pengobatan dengan alasan menunggu berdirinya negara Islam.
Tidak dibenarkan pula seorang muslim membiarkan orang-orang fakir, janda, dan
lemah padahal dia sanggup membantu mereka dengan memungut zakat dari orang
kaya, dengan alasan santunan itu akan dilaksanakan setelah negara Islam berdiri
melalui solidaritas sosial yang menyeluruh.
Tidak sepantasnya seorang muslim melihat orang-orang di sekelilingnya saling
bermusuhan dan membunuh, sedangkan dia diam saja sambil menunggu berdirinya
negara Islam. Melihat berbagai permasalahan itu, seorang muslim harus mengadakan
perbaikan di antara mereka secara wajar dan adil serta memerangi kelompok yang
enggan diajak berdamai.
Sepatutnya seorang muslim melawan kejahatan sedapat mungkin, demikian juga
dalam hal mengerjakan kebaikan. Ia tidak boleh berpangku tangan. Hendaknya ia
mengerjakan kebajikan dalam kapasitas kemampuannya, meskipun sekecil atom.
Allah SWT berfirman,
Bertakwalah kepada Allah semampu kamu  (at-Taghabun: 16)
Negara Islam yang dicita-citakan ini dapat dimisalkan sebagai pohon zaitun dan
kurma yang hasilnya baru dapat dipetik beberapa tahun yang akan datang. Apakah
pemilik kebun akan berhenti bekerja dan menanti kurma dan zaitunnya berbuah?
Tentu tidak. Ia dapat menanam tanaman-tanaman yang cepat menghasilkan. Apalagi
tanaman-tanaman tersebut dapat menyuburkan tanah, mengisi waktu, dan
memberikan kesibukan yang bermanfaat. Di sisi lain, pohon zaitun dan kurma yang
telah ditanam juga membutuhkan perawatan hingga masa panen tiba.

Sumber: Kebangkitan Islam dalam Perbincangan Para Pakar (As-Shahwatul
Islamiyah Ru'yatu Nuqadiyatu Minal Daakhili). Penerbit Gema Insani Press
http://media.isnet.org/islam/Bangkit/Qardhawi6.html
Tags: copas
Ibn Qayyim mengklafikasikan air mata kepada 10 jenis iaitu:
1. menangis kerana kasih sayang dan kelembutan hati.
2. menangis kerana rasa takut.
3. menangis kerana cinta.
4. menangis kerana gembira.
5. menangis kerana menghadapi penderitaan.
6. menangis kerana terlalu sedih.
7. menangis kerana terasa hina dan lemah.
8. menangis untuk mendapat belas kasihan orang.
9. menangis kerana mengikut-ikut orang menangis.
10. menangis orang munafik.
Bismillahirrahmanirrahim..
Wabarakatuh.

Assalamualaikum

Warahmatullahi

Untuk renungan dan amalan bersama.
Di
dalam
lapar
10 kemudaratan.

ada

10

kebaikan

dan

dalam

LAPAR
:
menjernihkan
hati,
mencerdaskan
menerangi
pengelihatan
hati
KENYANG : menyebabkan kebebalan, membuatkan hati buta

kenyang

ada

otak,

dan

LAPAR
:
merasai
kelazatan
berzikir
kerana
hati
dan
bercahaya.
KENYANG
:
zikirnya
hanya
di
lidah
dan
hati
merasa
apa-apa,
hatinya
tertutup
daripada
Allah.
LAPAR
:
menyebabkan
hilang
rasa
angkuh
dan
saat
ini
rasa
kehambaannya
pada
Tuhan
adalah
hatinya
akan
tenang.
KENYANG
:
tidak
merasa
kebesaran
Allah,
rasa
akan memenuhi hati.
LAPAR
:
tidak
melupai
cerdas
akan
mengingati
bala
di
KENYANG
:
menyebabkan
dan lupa bala Allah.

bala
bala

lembut
tidak
cahaya

ego.
Di
memuncak,
ketuanan

Allah.
Orang
yang
berakal
di
Akhirat
apabila
melihat
dunia.
seseorang
itu
lupakan
kelaparan
LAPAR
:
mematahkan
hawa
nafsu
terhadap
segala
bentuk
maksiat
kerana
lapar
akan
melemahkan
nafsu.
KENYANG
:
mudah
mengikut
nafsu
kerana
kekenyangan
adalah
pintu
kepada
syaitan
untuk
masuk
ke
dalam
hati
manusia.
LAPAR
:
kuranglah
tidurnya
dan
mudah
untuk
bangun
KENYANG
:
akan
merasa
mengantuk
kerana
gas
yang
dihasilkan
oleh
pencernaan
makanan
Meruap
ke
otak.
Otak kekurangan oksigen.
LAPAR:
mudah
kerana
pintu
KENYANG
:
menyebabkan
ia
Allah.

untuk

mendapat
khusyuk
dalam
ibadah
godaan
syaitan
tertutup.
syaitan
makan
mengganggu
ibadahnya
tidak
dapat
menumpukan
hatinya
pada

LAPAR
:
terhindar
daripada
banyak
jenis
kerana
kebanyakan
penyakit
berpunca
daripada
makanan
yang
dimakan.
KENYANG
:
mengundang
pelbagai
jenis
penyakit
diebetis, taun dan lain-lain.

penyakit
kandungan
seperti

LAPAR
:
menjimatkan
perbelanjaan
di
kala
kegawatan
ekonomi
kerana
dapat
mengurangkan
perbelanjaan
terhadap
makanan.
KENYANG
:
sudah
tentunya
memerlukan
perbelanjaan
untuk
mendapatkan
makan
bagi
tujuan
ini
sedang
negara
menghadapi krisis ekonomi yang hebat.
LAPAR
:
menyemai
rasa
kasih
sayang
pada
insan
terutama
fakir
miskin
dan
anak
yatim.
KENYANG
:
tidak
merasai
kesusahan
orang
seterusnya
menyebabkan hilang kasih sayang di hatinya.

lain
lain

Sahabatku
sekalian,
lapar
merupakan
tali
yang
mengikat
nafsu.
Ingatlah
bahawa
syaitan
sentiasa
berada
dalam
diri
anak
Adam
dan
berjalan
melalui
salur
darah
(arteri
dan
vena).
Dan
saluran
itu
akan
disempitkan
untuk
syaitan
dengan
berlapar
dan
haus.
Cubalah
menehan
diri
daripada
terlalu
banyak
makan
dan
minum
dengan
cara
berpuasa.
Bila
berbuka
berbuka
jangan
hentam
habis
pula.
Berusahalah
untuk
membuktikan
kasih
dan
sayang
pada
diri
kita.
Kasihilah
akal,
hati
dan
badan,
agar
anggota
itu
berfungsi
dengan
baik.
InsyaAllah
kita
akan
dapat
memberi
kasih
sayang
pada
orang
lain
dan
semoga
NUR
Allah
akan
menyinari
hari-hati
kita.
Berusaha, berjaya! wallahua’lam..

http://genkeis.multiply.com/journal?page_start=60
Masa muda memang masa yang indah, penuh kenangan, dan memberikan nuansa
yang berbeda dalam diri kita. Kita lebih mudah bernostalgia dengan masa muda kita,
(mungkin) merasa lebih bahagia dan senang dengan masa muda kita, dan (terkadang)
lebih gampang membanggakan diri ketika muda.
Sudah banyak sekali artikel maupun referensi yang menyatakan mengenai keutamaan
masa muda, dan dapat kita temui dengan mudah artikel-artikel maupun tulisan yang
membeberkan mengenai keistimewaan masa muda.
Salah satu argumen yang sering diutarakan dalam berbagai tulisan tersebut adalah
hadits berikut.
Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya
tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskan; tentang masa
mudanya, untuk apa dipergunakan; tentang hartanya, dari mana diperoleh dan
untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya.
 (HR. Tirmidzi)
Jika kita melihat sekilas hadits diatas, kesan yang pertama kali kita dapatkan
mungkin akan sangat membebani diri kita. Peringatan yang keras agar kita berhatihati dalam menghabiskan umur ketika muda.
Namun, kalau kita mau sedikit mengambil sudut pandang yang berbeda, apalagi
kalau kita sekarang merasa masih muda, maka kita bisa melihat bahwasanya, masa
muda seseorang itu memiliki keutamaan dibandingkan dengan masa-masa lain dalam
kehidupan seorang anak manusia.
Kalau dalam bahasa penilaian ilmiah, mungkin pembobotan masa muda
dibandingkan dengan masa lain menjadi lebih berat.
Sebagai sebuah ilustrasi, kita menghadapi ujian, dan soal ujian yang harus kita
kerjakan terdiri dari beberapa bentuk: ada format pilihan ganda;
mencongak/mencocokan; mengisi beberapa “titik-titik yang kosong” dengan pilihan
kata/istilah yang tersedia pada sebuah esai; jawaban singkat; bahkan ada yang
memerlukan jawaban esai yang sedikit panjang. Nah, mungkin saja, jawaban esai
dari soal yang kita kerjakan diberikan bobot yang lebih besar dibandingkan pilihan
ganda, kira-kira begitulah ilustrasi yang bisa kita berikan dalam memandang masa
muda dibandingkan masa-masa lain dalam kehidupan kita.
Sebuah kebaikan yang dibuat oleh seorang pemuda, tentu akan bernilai berbeda dari
pada yang dilakukan oleh orang yang tua maupun anak-anak (dengan memandang
aspek lain dalam kondisi yang sama, -red).
Karena seorang anak-anak mungkin melakukan ibadah karena terdorong oleh faktorfaktor lain yang menarik hatinya, seperti ada hadiah yang ingin diraih, “paksaan” dari
orang tua, maupun ketertarikan yang terkadang tidak berhubungan dengan ibadah,
semisal karena teman-teman semuanya beramal sehingga tidak ingin tertinggal
sendirian, karena ada seseorang yang ingin didekati, ataupun karena bagian dari
peraturan yang harus ia jalankan, seperti ketika disekolah ataupun lain-lainnya.
Dan amalan seorang pemuda juga berbeda dengan orang tua, apalagi kalau orang
tersebut sudah renta. Maklumlah dia mau beribadah, mungkin karena di sisinya
sudah tercium aroma sang malaikat pencabut nyawa.
Sedangkan ketika seorang pemuda beramal, maka ia sungguh sangat luar biasa.
Dimasa-masa mudalah semangat tuk melakukan pemberontakan itu sangat besar,
upaya pencarian jati diri, ingin lepas dari pengaruh orang lain (seperti orang tua), dan
sedang merasa benar sendiri.
Maka dari itu, (bisa jadi) amalan-amalan yang kita lakukan selagi masih muda, bisa
bernilai sangat besar. Dan mungkin dapat kita banggakan ketika Allah
mempertanyakan masa muda kita.
“Wahai fulan/ah, untuk apa engkau habiskan masa mudamu?”, maka jika kita
mempergunakan masa muda kita dengan sebaik-baiknya, kita bisa saja menjawabnya
dengan sedikit berbangga hati, “Ya Allah, seseungguhnya saya menghabiskan masa
mudaku dengan menuntut ilmu (belajar), suatu hal yang diwajibkan olehMu dan
dianjurkan oleh utusanMu; saya mendirikan rukun Islam dengan baik, dan konsisten
dalam mengamalkannya; dan saya pun telah menjaga diri saya sebaik-baiknya dari
fitnah zaman masa mudaku”
Sungguh luar biasa, suatu jawaban yang Insya Allah bisa membuat Tuhan kita
tersenyum dan bangga, serta sangatlah mungkin kan mengantarkan kita melalui
gerbang syurga.
Jadi, kepada para pemuda, saya wasiatkan satu hal ini saja, beramallah sebanyakbanyaknya, selagi kita masih muda.
Ibnu Abbas ‫ رضي ال عنه‬berkata: Aku pernah di belakang Rasulullah ‫صلی ال عليه وسلم‬
pada suatu hari dan beliau bersabda: Wahai anak muda, peliharalah (ajaran) Allah,
niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah (ajaran) Allah, niscaya engkau
akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu, mintalah
kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada
Allah.(Riwayat Tirmidzi. Ia berkata: Hadits ini shahih)
Syamsul Arifin
17 December 2007
*sebuah pesan tuk sang diri yang sedang bertahan dalam masa muda*
Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang mulia, salah satu dari bulan haram (suci) dimana
amal ibadah di bulan ini pahalanya dilipatgandakan. Dan bulan ini juga merupakan
bulan pelaksanaan ibadah haji. Jutaan umat Islam berkumpul di tanah suci untuk
menunaikan panggilan Allah melaksanakan rukun Islam yang kelima. Kemuliaan
bulan Dzulhijjah, khususnya pada sepuluh hari pertama telah diabadikan dalam AlQur’an, Allah SWT berfirman:
“Demi fajar, Dan malam yang sepuluh, Dan yang genap dan yang ganjil, Dan
malam bila berlalu” (QS Al-Fajr 1-4)
Allah SWT. bersumpah dengan lima makhluk-Nya, bersumpah dengan waktu fajar,
malam yang sepuluh, yang genap, yang ganjil dan malam ketika berlalu. Dan para
ulama tafsir seperti, Ibnu Abbas ra, Ibnu Zubair ra, Mujahid ra, As-Sudy ra, AlKalby ra. menafsirkan maksud malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama
bulan Dzulhijjah. Allah bersumpah dengan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah
karena keutamaan beribadah pada hari tersebut, sebagaimana hadits Rasul saw, :
Dari Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Tiada hari dimana amal
shalih lebih dicintai Allah melebihi hari-hari ini –yaitu sepuluh hari pertama
Dzulhijjjah.“ Sahabat bertanya, ”Ya Rasulallah saw, tidak juga jika dibandingkan
dengan jihad di jalan Allah?“ Rasul saw. menjawab, ”Tidak juga dengan jihad,
kecuali seorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya serta tidak kembali (gugur
sebagai syahid).” (HR Bukhari)
AMAL SHALIH DI SEPULUH HARI PERTAMA DZULHIJJAH
1. Takbir, Tahlil dan Tahmid
“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.”
(QS Al-Baqarah)
Jumhur ulama sepakat bahwa beberapa hari berbilang adalah hari Tasyriq, yaitu
tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Imam Al-Bukhari memasukan hari Tasyriq pada hari sepuluh pertama Dzulhijjah,
dan memiliki keutamaan yang sama sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani memberikan komentar dalam kitabnya Fathul Bari:
pertama, bahwa kemuliaan hari Tasyriq mengiringi kemuliaan Ayyamul ‘Asyr;
kedua, keduanya terkait dengan amal ibadah haji; ketiga, bahwa sebagian hari
Tasyriq adalah sebagian hari ‘Ayyamul ‘Asyr yaitu hari raya Idul Adha.
Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Tiada hari-hari dimana amal
shalih paling utama di sisi Allah dan paling dicintai-Nya melebihi sepuluh hari
pertama Dzulhijjah. Perbanyaklah pada hari itu dengan Tahlil, Takbir dan
Tahmid.” (HR Ahmad dan Al-Baihaqi)
Berkata imam al-Bukhari, ”Ibnu Umar ra. dan Abu Hurairah ra pada hari sepuluh
pertama Dzulhijjah pergi ke pasar bertakbir dan manusia mengikuti takbir
keduanya.”
2. Puasa sunnah, khususnya puasa sunnah ‘Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah
Dari Abu Qatadah ra berkata, Rasulullah saw. ditanya tentang puasa hari
‘Arafah.Rasul saw menjawab, ”Menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun
yang akan datang.” (HR Muslim)
3. Memperbanyak amal ibadah, karena pahalanya dilipatgandakan, seperti shalat,
dzikir, takbir, tahlil, tahmid, shalawat, puasa infak dll.
Dari Jabir ra bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Sebaik-baiknya hari dunia adalah
sepuluh hari pertama Dzulhijjah.” Ditanya, “Apakah jihad di jalan Allah tidak
sebaik itu?” Rasul saw. menjawab, ”Tidak akan sama jika dibandingkan dengan
jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang menaburkan wajahnya dengan debu
(gugur sebagai syahid).” (HR Al-Bazzar dengan sanad yang hasan dan Abu Ya’la
dengan sanad yang shahih)
4. Shalat ‘Idul Adha pada Hari Nahr (10 Dzulhijjah)
Allah Ta’ala berfirman:
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (QS al-Kautsar 2)
Di antara makna perintah shalat disini adalah shalat Idul Adha. Berkata Ar-Rabi’,
“Jika engkau selesai shalat di hari Idul Adha, maka berkurbanlah.” Rasulullah
bersabda:
Dari Abu Said berkata, “Rasulullah saw. keluar di hari Idul Fitri dan Idul Adha ke
musholla. Yang pertama dilakukan adalah shalat, kemudian menghadap manusia –
sedang mereka tetap pada shafnya- Rasul saw berkhutbah memberi nasehat dan
menyuruh mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Dari Ummi ‘Athiyah berkata, ”Kami diperintahkan agar wanita yang bersih dan
yang sedang haidh keluar pada dua Hari Raya, hadir menyaksikan kebaikan dan
khutbah umat Islam dan orang yang berhaidh harus menjauhi musholla.” (Muttafaq
‘alaihi)
Dalam menetapkan shalat Idul Adha (Hari Nahar) DSP mengacu pada semangat
kebersamaan dengan seluruh komponen umat Islam di Indonesia dan merujuk pada
Keputusan Fatwa MUI No. 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan,
Syawal dan Dzulhijjah serta ketetapan/sidang itsbat Depag RI bersama ormas Islam.
5. Takbir dan berkurban di hari Tasyriq
“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.”
(QS Al-Baqarah)
Pada hari Tasyriq juga masih disunnahkan untuk berkurban. Rasulullah saw.
bersabda,
“Seluruh hari Tasyriq adalah hari penyembelihan (kurban).” (HR Ahmad)
Demikian Bayan Dewan Syariah Pusat Partai Keadilan Sejahtera sebagai panduan di
sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, semoga Allah memberikan keberkahan
kepada kita semua.
Jakarta, 24 Dzulqa’dah 1428 H / 5 Desember 2007 M
DEWAN SYARIAH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
KH. DR. SURAHMAN HIDAYAT, MA
KETUA
Sumber: www.pk-sejahtera.org
Tags: copas
Salah satu indikasi cengeng adalah tangisan. Yups, dan terkadang menangis bisa
menjadi ajang pelarian dari luapan emosi.
Sebenarnya, menangis merupakan salah satu hal yang bagus lho. Loh, kok bisa
menangis dianggap suatu hal yang bagus? Bukankan kalo menangis itu kita jadi
seperti gampang menyerah terhadap keadaan, tidak tegar, bermental rapuh, dan
cengeng..? Eits, tunggu dulu, liat aja beberapa hadits berikut.
Dari Nabi SAW, beliau bersabda: Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh
Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah
(selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu
melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan
Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak
perempuan berkedudukan dan cantik (untuk bezina), tapi ia mengatakan: Aku takut
kepada Allah, seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya
sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan
seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu
meneteskan air mata dari kedua matanya. (HR Bukhari)
Abu Dzar meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, Sesungguhnya saya melihat
apa-apa yang kalian tidak melihatnya. Saya mendengar apa-apa yang tidak kalian
dengar. Langit telah merintih. Tidak ada padanya tempat untuk empat jari kecuali di
situ ada seorang malaikat yang bersujud. Jika kalian mengetahui apa yang saya
ketahui tentu kalian tidak lagi banyak tertawa sebaliknya akan banyak
menangis. Kalian tidak lagi menghiraukan kelezatan dengan isteri-isteri kalian di
tenpat tidur, sebaliknya kalian ingin keluar untuk berteriak, berdo'a khusyu' kepada
Allah. (HR. Ahmad)
Golongan yang terakhir dari tujuh golongan yang akan dinaungi Allah digambarkan
sebagai orang yang meneteskan air mata setelah mengingat Allah dalam kesendirian.
Wah2x, luar biasa kan keutamaan dari menangis.
Dan di hadits terakhir disebutkan bahwa jika ada seseorang yang telah benar-benar
mengetahui keadaan yang ghaib (hari akhir, siksaan Allah, ketaatan makhluk-makluk
Allah, dll), maka tentu kita akan menjadi orang-orang yang jarang tertawa dan lebih
banyak menangis.
Wah2x.., asyik juga ya jadi orang yang suka menangis. Menangis karena mengingat
Allah, menangis karena takut kepada Allah, dan menangis karena mengharap
kepadaNya.
Tapi itu mah berat amat euy :D
Lalu, boleh ngga kita menangis untuk hal-hal yang bersifat keduniawian, seperti
setelah mendapat musibah, ketika sakit, ketika ada masalah besar yang sulit diatasi,
ketika bersedih, atau ketika diputus sang pacar ^-^
Wah2x.., klo itu mungkin lain lagi ceritanya kali ya… Hmmm…
Sebetulnya sih, sedih sehingga menangis merupakan suatu hal yang manusiawi aja.
Sebagaimana kita bergembira atau berbahagia. Semua itu merupakan bagian dari
suasana hati yang sangat manusiawi.
Bahkan, klo tidak pernah menangis atau bersedih, perlu dipertanyakan juga tuh sifat
kemanusiawiannya… Jangan-jangan bukan manusia lagi… hiiiihhh
Nah, sebagaimana perlakuan dari sifat-sifat manusiawi itu, mereka pun perlu ada
tempat dan kadarnya. Klo ngga punya, berarti salah, tapi klo kebanyakan juga salah
banget.
Lantas gimana dong baiknya..?
Nah, dengerin nih apa kata Imam Ali kw,
“Jangalah kalian terlalu bergembira atas apa yang kalian dapat, dan janganlah kalian
terlalu bersedih atas apa yang kalian luput”
Hmmm, jadi intinya…?
Nanti dulu, buru-buru amat sih :D hihihi
Dulu pernah baca sebuah artikel dari kumpulan artikel “Dari Akhwat untuk
Akhwat”nya mba Atik yang berjudul “Muslimah Manja”. Lho, kok kak Ipin bacaan
artikel akhwat sih..? Nah ya… Hehehe, kan calon istri kak Ipin nanti (Insya Allah)
adalah seorang akhwat, jadi kudu belajar donk tentang keakhwatan, biar bisa
memahami %peace% . Wah, jurus ngeles boleh nih.. hihihi… ok deh, lanjut kak. Ok,
tapi jangan protes lagi ya kalo mau ka Ipin lanjutin. Ok. :)
Di artikel itu diceritakan sedikit gambaran para istri-istri yang suaminya tawan oleh
Israel (la’natullah alaih) di bumi para syuhada Palestina. Coba bayangkan, ada berapa
ratus ribu para mujahid yang ditahan di penjara-penjara Israel (la’natullah alaih), dan
bagaimana perjuangan ketegaran para istri yang harus mengurus anak-anaknya dan
bersikap tegar dalam kondisi yang serba sulit seperti itu, daerah konfik euy, yang
semuanya serba susah. Kalau mereka cengeng, mungkin sudah ada banjir air mata di
sana, namun mereka sungguh sangat luar biasa.
Nah.., malu kan sama ibu-ibu disana. So, jangan terlalu cengeng ya. Nangis sih
boleh-boleh saja, asal tetap proporsional dan pada tempatnya. Sebagaimana
Rasulullah saw pun pernah menangis ketika anak laki-lakinya yang bernama Ibrahim
meninggal dunia.
Ibnu Umar mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, Air mata mengalir, dan hati pun
bersedih. (Diriwayatkan dengan maushul oleh penyusun dalam hadits berikutnya
dengan lafal yang mirip dengannya, dan di-maushul-kan oleh Muslim dari Anas
dengan lafal ini.)
Anas bin Malik ra berkata, Kami masuk bersama Nabi pada Abu Saif al-Qain (si
pandai besi), suami wanita yang menyusui Ibrahim. Lalu, Rasulullah mengambil
Ibrahim dan menciumnya. Sesudah itu kami masuk kepadanya dan Ibrahim
mengembuskan napas yang penghabisan. Maka, air mata Rasulullah mengucur. Lalu
Abdurrahman bin Auf berkata kepada beliau, 'Engkau (menangis) wahai Rasulullah?'
Beliau bersabda, 'Wahai putra Auf, sesungguhnya air mata itu kasih sayang.'
Kemudian air mata beliau terus mengucur. Lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya air
mata mengalir, dan hati pun bersedih. Namun, kami hanya mengucapkan perkataan
yang diridhai oleh Tuhan kami. Sungguh kami bersedih karena berpisah denganmu
wahai Ibrahim.' (HR Bukhari)
So, jadilah akhwat keren yang ngga cengeng, dengan menangis hanya pada tempattempatnya saja, dan jadi akhwat hebat karena menjadi akhwat yang tegar. Percayalah
akan pertolongan Allah, yakinlah atas janji-janjiNya, dan teroboslah ujian-ujianNya.
Sebagaimana dicontohkan oleh seorang wanita yang luar biasa, seorang ibu yang
beriman, Khansa ra di dalam peperangan Qadisiyah. Dialah yang mendorong empat
anaknya dan berpesan kepada mereka untuk berani maju ke depan dan teguh
menghadapi peperangan dalam kata-katanya yang mantap dan menarik. Ketika
peperangan belum selesai, sudah ada pemberitahuan bahwa semua anaknya telah
syahid, maka Khansa tidak gusar ataupun berteriak-teriak, bahkan ia berkata dengan
penuh ridha dan yakin, Segala puji bagi Allah yang telah memberi kemuliaan
kepadaku dengan gugurnya mereka di jalan-Nya.
8 Desember 2007
Syamsul Arifin
“Untuk seseorang yang sedang menahan air mata di ujung sana” :hihi: %peace%
Tags: lesson
12
comments
share

Dec 6, '07 4:52 AM
for everyone
Hakikat yang urgen dalam masalah hukuman, yaitu bahwa sesungguhnya Islam tidak
bergerak di balik pelaksanaan hukuman, dan tidak menunggu pelaksanaan hukuman
itu pada orang yang melakukan sesuatu yang menyebabkan dia berhak dihukum.
Serta tidak memasang peralatan untuk mengintai orang-orang yang berbuat maksiat
atau memasang kamera rahasia yang dapat merekam mereka ketika berbuat
demikian. Tidak juga memerintahkan polisi kriminal atau mata-mata untuk mencaricari aurat (kesalahan) manusia yang melanggar syari'at, sehingga mereka tertangkap
ketika
melaksanakannya.
Islam Menutupi Masalah-Masalah Hukuman (Hudud)

Bahkan kita dapatkan bahwa taujihaat Islam sangat memperhatikan penjagaan
kehormatan manusia secara khusus dan haramnya tajassus atau mencari-cari aurat
mereka. Tidak dari perorangan dan tidak pula dari pemerintah yang berkuasa.
Imam Hakim meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf bahwa pada suatu malam ia
berjaga bersama Umar di Madinah. Ketika mereka sedang berjalan ada yang
menyalakan api di rumah, maka keduanya bergegas menuju ke sana, sehingga ketika
sudah dekat dengan rumah tersebut, ternyata pintunya terkunci. Di dalamnya
terdengar ada suara keras, maka Umar berkata sambil memegang tangan Abdur
Rahman, Tahukah kamu rumah siapakah ini? Abdurrahman menjawab, Tidak
Umar berkata, Ini rumah Rabitah bin Umayah bin Khalaf, mereka sekarang minum
khamr, bagaimana pendapatmu? Abdurrahman berkata, Saya berpendapat bahwa
kita telah mendatangi sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT, Allah telah melarang
kita dengan firman-Nya, Walaa Tajassasuu, sementara kita telah bertajassus,
kemudian
Umar
pergi
meninggalkan
mereka.
(HR.
Hakim)
Dari Zaid bin Wahb, ia berkata, Ada seorang laki-laki datang kepada Ibnu Mas'ud,
kemudian bertanya, Maukah engkau melihat Walid bin 'Uqbah yang jenggotnya
meneteskan khamr ?, maka Ibnu Abbas berkata, Sesungguhnya Rasulullah SAW
melarang kita untuk bertajassus, tetapi jika nampak di hadapan kita maka kita
bertindak

(untuk

menghukumnya)

(HR.

Abu

Dawud

dan

Hakim)

Dari empat sahabat; Jubair bin Nafir, Katsir bin Murrah Miqdam bin Ma'di Karib dan
Abi Umamah Al Baahili ra, dari Nabi SAW beliau bersabda, Sesungguhnya amir
(seorang pemimpin) itu apabila mencari keraguan pada manusia maka akan merusak
mereka.
(HR.
Abu
Dawud)
Bahkan ajaran Rasulullah SAW sangat mendorong agar setiap Muslim menutupi
aurat dirinya dan aurat orang lain. Dalam suatu riwayat disebutkan sebagai berikut:
Dari Ibnu Umar ra, sesungguhnya Rasulullah SAW setelah melaksanakan hukuman
(had) pada Ma'iz bin Malik Al Aslami, beliau berdiri, kemudian bersabda, Jauhilah
kotoran ini yang telah Allah larang, maka barangsiapa yang terjerumus dalam
perbuatan ini maka hendaklah meminta tutup dengan tutup Allah, dan hendaklah
bertaubat kepada Allah, karena barangsiapa membuka kepada kami lembaran
(kesalahan)-nya maka kami berlakukan kepadanya Kitab (hukum) Allah. (HR.
Hakim)
Rasulullah SAW telah melaksanakan had untuk Ma'iz, setelah dia datang kepada
Rasulullah SAW sebanyak empat kali dengan mengakui kesalahannya dan setelah
Nabi SAW berupaya untuk menjauhkan tuduhan darinya dan mengajarinya yang itu
menunjukkan upaya agar tidak memenuhi rukun-rukun dosa (zina), tetapi ia (Ma'iz)
masih tetap bersikeras. Peristiwa itu kemudian disusul dengan kasus serupa oleh
wanita
Ghamidiyah.
Diriwayatkan dari Abi Burdah, dari ayahnya, ia berkata, Kami adalah sahabat Nabi
SAW kami berbincang-bincang bahwa seandainya Ma'iz dan orang wanita itu tidak
datang yang keempat kalinya maka Rasulullah tidak akan menuntut kepadanya.
(HR.
Hakim)
Nabi SAW pernah bersabda kepada Hazal, yaitu orang yang mendorong Ma'iz untuk
mengaku di hadapan Nabi SAWJika seandainya kamu menutupinya dengan bajumu
niscaya
akan
menjadi
kebaikan
untukmu.
(HR.
Hakim)
Dari Abi Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang
menutupi saudaranya Muslim di dunia maka Allah akan menutupinya di dunia dan di
akhirat.
(HR.
Abu
Dawud)
Dari Abi Hurairah ra, dan Nabi SAW; beliau bersabda, Tidaklah seorang hamba
menutupi hamba yang lain di dunia kecuali Allah akan menutupi aib-nya di hari
kiamat.
(HR.
Hakim)
Jika hadits-hadits tersebut menjelaskan pahala orang yang menutupi saudaranya
Muslim,
maka
hadits
berikut
ini
bersifat
umum:
Dari Katsir pembantu 'Uqbah bin 'Amir, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
Barangsiapa melihat aurat, lalu menutupinya, maka ia seperti orang yang
menghidupkan kembali anak perempuan yang dikubur secara hidup-hidup dari
kuburnya.
(HR.
Abu
Dawud
dan
Hakim)
Demikian juga kita dapatkan berbagai taujihat Islami yang jelas dalam menekankan
untuk memaafkan dan berlapang dada dalam kaitannya dengan hukuman-hukuman
yang berkaitan dengan hak-hak manusia sebagai hamba Allah, seperti mencuri,
dengan syarat tidak sampai pada kekuasaan hukum, maka di sana tidak ada
kesempatan
untuk
dimaafkan
atau
ditolong.
Dalam hal ini ada hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar sebagai berikut:
Saling memaafkanlah di antara kamu dalam kaitannya dengan hukuman, karena
apa-apa (keputusan) yang telah sampai kepadaku dari hukuman berarti wajib
(dilaksanakan).
(HR.
Abu
Dawud
dan
Nasa'i)
Ibnu Mas'ud berkata: Sesungguhnya aku akan menyebutkan pertama kali orang
yang dipotong (tangannya) oleh Rasulullalh SAW Adalah didatangkan seorang yang
mencuri maka diperintahkan untuk dipotong, tetapi seakan wajah Rasulullah SAW
nampak menyesal, maka sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, seakan-akan engkau
tidak suka memotongnya,  Nabi bersabda, Tidak ada yang menghalangi aku,
janganlah engkau menolong syetan atas saudara kamu, karena tidak pantas bagi
seorang imam apabila telah sampai padanya hukuman kecuali harus
melaksanakannya, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, cinta untuk mengampuni,
Allah berfirman, Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah
kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi
Maha
Penyayang
(An-Nuur:
22)
(HR.
Hakim).
Ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW kemudian mengaku
bahwa ia telah melakukan sesuatu yang mewajibkan harus dihukum, maka Nabi tidak
bertanya kepadanya tentang hukuman itu, apa hukumannya dan bagaimana ia
melakukan, melainkan beliau menganggap pengakuannya itulah yang menyebabkan
ia dihukum sebagai taubat dari dosanya dan penyesalan atas kelengahannya, ini
menjadi kaffarah (penghapus dosa) baginya, karena tidak akan terjadi hukuman yang
demikian
apabila
ia
shalat
bersama
Rasulullah
SAW.
Abu Dawud telah meriwayatkan dalam bab Seseorang yang mengaku dengan
hukuman dan tidak menyebutkan namanya. Dari Abi Umamah, sesungguhnya ada
seorang laki-laki yang datang kepada Nabi SAW lalu berkata, Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku telah berbuat (sesuatu) yang harus dihukum, maka hukumlah
aku. Nabi bersabda, Apakah kamu berwudhu ketika kamu datang (ke mari), lakilaki itu menjawab, Ya, Nabi bersabda, Apakah kamu shalat bersama kami ketika
kami shalat? Orang itu berkata, Ya, Nabi bersabda, Pergilah, sesungguhnya Allah
SWT telah memaafkan kamu. (HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa'i).
Karena itu ada di antara ulama salaf yang berpendapat bahwa di antara hak imam dan
qadhi adalah menggugurkan had (hukuman) dengan taubat apabila kelihatan tandatandanya. Inilah pendapat yang ditarjih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul
Qayyim. Dan ini pula yang saya pilih ketika kita menerapkan hukum had pada zaman
kita
ini.
MENOLAK

HUDUD

DENGAN

ADANYA

SYUBUHAT

Sesungguhnya di antara sesuatu yang disamakan dengan apa yang telah kami
sebutkan yaitu tentang kecintaan Islam menutupi dan memaafkan dalam masalah
hukuman adalah apa yang populer dalam fiqih Islam -dengan berbagai madzahib
yang diikuti- sebagai Dar'ul Hudud bisy-syubahaat (menolak hukuman dengan
adanya
syubuhat
(kemungkinan-kemungkinan
untuk
membatalkan).
Ada hadits yang menerangkan hal itu, sebagaimana diriwayatkan oleh Hakim dan
dianggap
shahih.Nabi
bersabda:
Tolaklah hudud itu dari kaum Muslimin semampu kamu, jika kamu mendapatkan
jalan keluar untuk seorang Muslim maka lepaskanlah jalannya, sesungguhnya apabila
seorang imam salah dalam memaafkan, itu lebih baik daripada salah dalam
menghukum.
(HR.
Hakim)
Benar bahwa Al Hafidz Adz-Dzahabi telah menolak pentashihan Hakim terhadap
hadits ini, tetapi hadits-hadits yang kami kemukakan memperkuat riwayat ini.
Demikian juga riwayat shahih dari Al Faruq Umar bin Khattab RA, yaitu sabda
Rasulullah
SAW.
Tolaklah hudud itu dengan syubuhat. (Ibnu Hazm menyebutkan di dalam Al
Muhalla)
Adapun sesuatu yang ditetapkan dari perbuatan Umar ra, seperti memberhentikan
hukuman potong tangan pada tahun kelaparan karena adanya syubuhat (alasan)
keperluan, dan persetujuan para sahabat termasuk para fuqaha' dan ahlul ilmi dan
fatwa terhadap Umar tentang masalah tersebut, seperti ini dianggap salah satu bentuk
dari ijma' (konsensus) Karena sesungguhnya mereka tidak diam terhadap kebathilan
dan
mereka
tidak
bersepakat
di
atas
kesesatan.
Ini tidak termasuk menggugurkan hukuman sebagaimana disebutkan oleh sebagian
orang, tetapi pada dasarnya had belum wajib karena belum memenuhi seluruh rukun
dan
syaratnya.
Contoh lain
menghukum
berpendapat
sayyid-nya

yang mirip adalah satu riwayat yang menjelaskan bahwa Umar tidak
dua pembantu yang mengambil harta juragannya, karena Umar
bahwa kedua pembantu itu tidak mencuri kecuali karena kezhaliman
dan karena tidak diberi kecukupan dari keperluan pokoknya.
Tidak heran jika Umar memaafkan keduanya sesuai dengan kondisinya, kemudian
Umar memperingatkan kepada juragannya bahwa tangan juragannya akan dipotong
jika sampai kedua pembantu terpaksa mencuri lagi. Siapa yang membaca kitab-kitab
fiqih akan mendapatkan di dalamnya berbagai persoalan dan jawaban yang
disebutkan oleh para fuqaha', yang dimasukkan syubhat (alasan-alasan) yang
menolak terlaksananya hukuman. Sebagiannya dianggap dibuat-buat atau mengakuaku, tetapi mereka melihat bahwa keraguan yang paling ringan dapat memberi
keterangan
untuk
kemaslahatan
orang
yang
tertuduh.
MASYARAKAT TIDAK DITEGAKKAN DENGAN HUKUM BELAKA
Sesungguhnya Islam bukanlah sekedar hukum dan perundang-undangan belaka,
tetapi Islam adalah aqidah yang menafsirkan kehidupan, ibadah yang mendidik jiwa,
akhlaq yang membersihkan jiwa, pemahaman yang menjernihkan persepsi, nilai-nilai
yang mengangkat martabat manusia dan adab yang memperindah kehidupan.
Ayat-ayat hukum tasyri' tidak sampai sepersepuluh dari Al Qur'an, itu pun
dikumpulkan dengan ayat-ayat tentang aqidah dan hati yang disertai juga dengan
janji dan ancaman berkaitan erat dengan seluruh arahan-arahan Al Qur'an.
Seperti

misalnya

hukum

kerumah-tanggaan

dalam

firman

Allah

SWT:

Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang
ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil
kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau
keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu
khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum
Allah, maka tidak ada dosa atas keduannya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri
untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukam Allah mereka itulah
orang-orang
yang
zhalim.
(Al
Baqarah:
229)
Ini bukan hukum yang kering seperti kandungan hukum yang ada, tetapi ini
merupakan tasyri', dakwah, taujih, tarbiyah, targhib (dorongan) dan tarhib (ancaman).
Bacalah firman Allah SWT dalam menjelaskan ahkamul hudud:
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barang siapa bertaubat (di
antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri,
maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun Lagi Maha Penyayang. Tidakkah kamu tahu, sesungguhnya Allah-lah
yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, disiksa-Nya siapa yang dikehendaki-Nya
dan diampuni-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas
segala

sesuatu.

(Al

Maidah:

38-40)

Di dalam ayat ini kita dapatkan tasyri' yang menakutkan, disertai dengan janji dan
ancaman, memuat menakut-nakuti dan menggetarkan, taujih dan tarbiyah, dorongan
untuk bertaubat dan memperbaiki, mengingatkan nama-nama Allah yang baik, Maha
'Aziz (kuasa) untuk melarang dan memerintah, Yang Bijaksana dalam menentukan
hukum, Maha Pengampun dan Penyayang bagi orang yang bertaubat dan mau
memperbaiki diri, Yang Merajai alam semesta, Yang menciptakan dan Memerintah
dan
Yang
Maha
Kuasa
atas
segala
sesuatu.
Inilah susunan hukum dalam Al Qur'an, sebagaimana juga dalam hadits-hadits
Rasulullah SAW. Dengan demikian maka bukan semata-mata tasyri' (hukum yang
membangun masyarakat Islam), melainkan juga memerlukan dua sarana lain yang
tidak kalah penting, yaitu dakwah dan pemberian pemahaman (taui'yah), kemudian
ta'lim dan tarbiyah di samping perundang-undangan dan hukum, bahkan semua itu
diletakkan
sebelum
perundang-undangan
dan
hukum.
Karena itulah Islam memulai dengan marhalah Makkiyah -yaitu marhalah da'wah
dan tarbiyah- sebelum marhalah madaniyah yang merupakan marhalah tasyri' dan
tanzhim (perundang-undangan dan strukturisasi). Dalam marhalah kedua inilah kita
melihat tasyri' disertai dengan tarbiyah, sebagaimana bergabungnya jasad dengan
ruh.
Sesungguhnya dengan sekedar merubah hukum saja tidak cukup untuk mewujudkan
sebuah masyarakat Islam. Merubah apa-apa yang ada di dalam jiwa seseorang itulah
sebenarnya yang paling asasi. Dan yang paling besar dalam hal ini adalah
terdapatnya keimanan yang mampu membentuk manusia menjadi makhluq yang
sempurna. Keimanan itulah yang akan memberikan motivasi dan menjadi standar
nilai serta hasil dari seluruh amalnya berupa pembalasan di dunia dan di akhirat.
Islam merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah-pisah, maka jika kita ingin
memerangi kriminalitas yang mengharuskan dihukum tidaklah hanya dengan
melaksanakan hukuman saja. tidak pula dengan tasyri' saja. Melainkan bahwa had itu
merupakan langkah terakhir dalam mengupayakan suatu perbaikan.
Sesungguhnya sanksi itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang melanggar.
Orang-orang ini bukanlah mayoritas dan umat ini, bukan pula basis utama
masyarakat, tetapi mereka adalah orang-orang yang tidak termasuk dalam basis,
karena
telah
keluar
dari
basis
tersebut.
Islam datang bukan untuk mengobati orang-orang yang menyimpang, tetapi Islam
datang untuk memberi pengarahan kepada orang-orang yang baik dan memelihara
mereka
untuk
tidak
menyimpang.
Dalam pandangan Islam hukuman bukanlah variabel terbesar dalam memberantas
kriminalitas. Tetapi memelihara dari itu semua dengan mengeliminir sebab-
sebabnya, itulah variabel terbesar. Pencegahan itu lebih baik daripada pengobatan.
Jika kita melihat suatu tindak kriminalitas seperti zina, maka kita akan mendapatkan
bahwa sesungguhnya Al Qur'an telah menyebutkan tentang hukumannya dalam satu
ayat
pada
awal
surat
An-Nur,
yaitu
firman
Allah
SWT:
Perempuan yang berzina dengan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
orang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah rasa belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu dari (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada
Allah,
dan
hari
kiamat...
(An
Nuur:
2)
Tetapi di dalam surat An-Nuur itu sendiri memuat berpuluh-puluh ayat lain yang
mengarahkan
untuk
memelihara
dari
dosa
itu
sebagai
berikut:
Pertama, Ancaman Allah bagi orang-orang yang menyebarkan perbuatan keji itu
dengan
adzab
di
dunia
dan
akhirat,
Allah
SWT
berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu
tersiar di kalangan orang-orang yang beriman bagi mereka adzab yang pedih di dunia
dan
di
akhirat...
(An-Nuur:
19)
Kedua, Aturan berziarah dan adabnya serta memelihara kehormatan rumah tangga,
sebagaimana
firman
Allah
SWT:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu agar kamu (selalu) ingat. (an-Nuur: 27).
Ketiga, Adab meminta izin bagi para pembantu dan anak-anak yang belum mencapai
usia
baligh,
Allah
SWT
berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang
kamu miliki, dan anak-anak yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada
kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu
menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah shalat isya' (itulah) tiga
aurat...
(An-Nuur:
58)
Keempat, Mendidik laki-laki dan perempuan mukmin untuk memelihara dan
menjaga diri dengan selalu menahan pandangan dan memelihara kemaluan. Yaitu
firman
Allah
SWT:
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dan padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkkan kain kerudung (jilbab) ke dadanya... (An Nuur: 30-31)
Kelima, Melarang wanita tampil menarik (tabarruj) di hadapan kaum laki-laki,
membangkitkan keinginan dan khayalan mereka, sebagaimana dijelaskan dalam
firman
Allah
SWT:
Dan Janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan, dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman
supaya
kamu
beruntung.
(An-Nuur:
31)
Arti dari ayat tersebut menunjukkan wajibnya membersihkan masyarakat dari sebabsebab fitnah dan rayuan, serta menutup segala celah yang menuju terjadinya
kerusakan.
Keenam, Yang lebih penting dari itu semua adalah menikahkan orang-orang yang
belum bersuami atau beristeri dari laki-laki atau pun wanita dan menyerukan yang
demikian kepada seluruh masyarakat, karena mereka ikut bertanggung jawab. Allah
SWT
berfirman:
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang
layak (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya)
lagi
Maha
Mengetahui.
(An-Nuur:
32)
Tanggung jawab masyarakat di sini, terutama kalangan pemerintah, adalah
memudahkan segala sarana komunikasi yang halal, selain menutup pintu-pintu
haram. Demikian itu dilaksanakan dengan menghilangkan kendala-kendala materi
atau sosial di hadapan orang-orang yang ingin menikah. Seperti mahalnya maskawin,
berlebihan dalam memberikan hadiah-hadiah, undangan, walimah, serta perabot
rumah dan lain-lain. Dan membantu mereka baik secara materi maupun moril untuk
membentuk
rumah
tangga
yang
Islami.
Maka bukanlah menegakkan hukum (had) itu yang memecahkan problem, karena
kenyataannya had tidak mungkin ditegakkan dengan syarat-syaratnya yang syar'i
kecuali dalam keadaan iqrar di majelis qadha' sebanyak empat kali sebagaimana
pendapat sejumlah imam. Atau dengan persaksian empat saksi yang adil bahwa
mereka melihat perbuatan dosa itu dengan melihat langsung di tengah-tengah
mengerjakan. Bukankah hal itu sangat sulit, maka seakan-akan tujuannya di sini
adalah dilarang berterus terang dalam masalah dosa. Adapun orang yang diuji dengan
perbuatan itu kemudian tidak ketahuan maka tidak termasuk kena hukuman dunia
maka
ini
kembali
kepada
Allah
di
akhirat
nanti.
DR. Yusuf Al-Qardhawi. Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an  Sunnah.
Cetakan Pertama Januari 1997. Citra Islami Press
Tags: copas
0
comments
share

Tuhan Kirimkanlah Aku, Istri yang Menentramkan Hati

Kekasih yang baik hati
Yang mencintai aku
Apa adanya
(Munajat Cinta, The Rock feat Dhani)

Dec 6, '07 4:19 AM
for everyone

Tuhan kirimkanlah aku

Mendengar lagu “Munajat Cinta”nya The Rock feat Dhani jadi pengen ngegubah
liriknya nih ^-^
Apa sih yang dicari oleh seorang suami dari seorang istri…
In my humble opinion (penggunaan kata lain dari sotoy %peace%), yang sejatinya
dicari dari seorang lelaki dari seorang istri adalah ketentraman jiwa.
Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami
sebagai penyenang hati (Kami)…” (QS. Al-Furqaan: 74)
Beberapa orang mungkin terperdaya dan memiliki anggapan bahwa kecantikan dan
kekayaan yang dimiliki seorang wanita bisa memberikan ketentraman hati bagi
dirinya, hmmm.., bisa jadi benar sih, tapi mungkin tidak seratus persen benar.
Terkadang punya istri yang cantik malah mungkin bisa membuat hati jadi smakin
resah, khawatir jika ada apa-apa dengan istri jika ditinggal, jika dijalan di goda
orang, jika di kantor tergoda rekan, dan lain-lain.
Begitupula jika memiliki istri yang kaya atau sekarang mungkin memiliki karir/posisi
kerja yang wah, bisa jadi tidak memberikan ketentraman jiwa, karena sangat
mungkin kelebihan yang ia miliki akan membuatnya”diatas angin” atas sang
qowwam (pemimpin) rumah tangga.
(sekali lagi, tulisan ini hanya tulisan sotoy belaka)
Dari Abi Hurairah, dari Nabi shallallahu'alaihi wa sallam beliau bersabda: Wanita
itu biasa dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena kemuliaan
keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah yang
beragama, karena kalau tidak niscaya engkau akan merugi. Hadits Shahih. Telah
dikeluarkan oleh Bukhari (no. 5090) dan Muslim (no. 1466)
Kenapa sih agama seorang wanita bisa membawa ketentraman..?
*agama disini menurut saya berarti akhlak, karakter, sikap, ilmu, pemahaman
ucapan dan perbuatan
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan memfaqihkannya
(memahamkan) dalam agama.” Hadits yang diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani, AlImam Al-Bukhari dalam beberapa tempat pada kitab Shahih-nya (no.71, 3116,
7312) dan Al-Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya (no. 1038)
Teringat sebuah kisah di buku “Bukan di Negeri Dongeng” yang (kira-kira) berjudul
“Allah Maha Kaya” atau “Allahu Razaqna”, mengenai kisah sepasang suami istri,
yang disitu diceritakan bahwa sang suami meminta maaf kepada istrinya karena
belum bisa memberikan hal yang layak, seperti pakaian, tempat tinggal dll, namun
sang istri malah menenangkan, dan memotivasi, mengingatkan akan hakikat dunia
dengan mengatakan, (kurang lebih), “sesungguhnya Allah maha kaya”
Eiiihhhh.., hati pria mana yang tidak cair dan dingin mendengar jawaban seperti
itu…
Dalam keadaan susah bisa memaklumi dan menyemangati serta paham diri/tidak
menuntut banyak, dan dalam keadaan senang/berlebihan bisa bersyukur dan
berbagi.
Mungkin, salah satu penyebab kecintaan Rasulullah saw yang sedemikian besarnya
kepada ibunda Khadijah ra, (sekali lagi mungkin-menurut saya) adalah karena beliau
mampu menenangkan dan menentramkan, disamping karena keutamaan
akhlaknya. Dalam kisah turunnya permulaan wahyu, kita bisa melihat peran yang
signifikan dari seorang istri yang menentramkan, bagaimana Rasulullah saw yang
gemetaran sekujur tubuhnya setelah menerima wahyu pertama menemui Khadijah
lalu berkata, “selimutilah aku, selimutilah aku..”, kemudian beliau diselimuti hingga
hilang rasa takutnya.
Simak kesaksian Rasulullah saw, ketika berbicara mengenai ibunda Khadijah ra yang
menentramkan dirinya,
Demi Allah SWT tak seorang wanita pun lebih baik darinya, ia beriman saat semua
orang kufur, ia membenarkanku saat manusia mendustaiku, ia melindungiku saat
manusia kejam menganiayaku, Allah SWT menganugerahkan anak kepadaku
darinya.
Ahhh.., alangkah

indahnya jika memiliki istri yang memiliki pemahaman agama yang baik, istri yang
dapat menentramkan…
Tuhan kirimkanlah aku
Istri yang menentramkan hati
Yang shalihah dan dapat membawaku
Meraih ridhoMu
Syamsul Arifin
6 Desember 2007
*sekedar tulisan sotoy… ^-^
Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab: 21)

Sejarah Maulid
Kita sekarang berada di bulan Rabi’ul Awwal, bulan dimana Nabi Muhammad saw.
dilahirkan. Karena itu juga bulan ini sering disebut dengan bulan maulid atau
maulud. Banyak negeri kaum muslimin yang memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad saw., tak terkecuali di Indonesia.
Sejarah perayaan maulid Nabi Muhammad saw. dimulai sejak zaman kekhalifahan
Fatimid (keturunan dari Fatimah Az-Zahrah, putri Nabi Muhammad saw.).
Shalahuddin Al Ayyubi (1137 M - 1193 M), panglima perang waktu itu,
mengusulkan
kepada
khalifah
agar
mengadakan
peringatan maulid Nabi Muhammad saw. Tujuannya untuk mengembalikan semangat
juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid Al-Aqsha di Palestina
dari cengkraman kaum Salibis. Hasilnya? Semangat jihad umat Islam menggelora. Di
tahun 1187 M, Shalahuddin sendiri yang membawa pasukannya masuk kota
Yerusalem dan membebaskan Al-Aqsha dari cengkraman musuh-musuh Allah.
Kita tidak ingin mempertentangkan antara kelompok yang mengatakan peringatan
maulid adalah ritual yang mesti dijalankan, dengan kelompok lain yang menganggap
peringatan maulid sebagai perbuatan yang mengada-ada atau bid’ah, karena tidak
pernah dipraktekkan oleh Rasulullah, sahabat, tabi’in, ataupun tabi’it tabi’in.
Terlepas dari dua pendapat di atas, yang lebih penting untuk kita renungkan adalah
bagaimana umat Islam dewasa ini bisa meneladani Nabinya dalam kehidupan. Atau
pertanyaannya: adakah karakter umat Muhammad sudah dimiliki oleh kita yang
mengaku umatnya? Apakah dengan kondisi yang seperti sekarang ini kita yakin
kelak akan diakui oleh Beliau sebagai umatnya yang berhak mendapat syafa’atnya?
Sudahkah sifat-sifat yang tersurat dalam ayat 29 surat Fath sudah menjadi karakter
diri kita? Baca entri selengkapnya »
Ditulis oleh jaen2006
Disimpan di ARTIKEL ISLAM
Tidak ada komentar »

Perjalanan Hidup Manusia
Maret 29, 2007
Oleh: Imam Santoso, Lc.
Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-liku, dan
melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia,
alam barzakh, sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan
terakhir bagi manusia, surga atau neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan
setiap fase dari perjalanan panjang manusia itu.
Al-Qur’an diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk
memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu
rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang
diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses
panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt.
Saat ini ada dua teori yang menyesatkan orang banyak. Al-Qur’an dengan tegas
membantah teori itu. Pertama, teori yang mengatakan manusia ada dengan
sendirinya. Dibantah Al-Qur’an dengan hujjah yang kuat, bahwa manusia ada karena
diciptakan oleh Allah swt. Kedua, teori yang mengatakan manusia ada dari proses
evolusi panjang, yang bermula dari sebangsa kera kemudian berubah menjadi
manusia. Teori ini pun dibantah dengan sangat pasti bahwa manusia pertama adalah
Adam as. Kemudian selanjutkannya anak cucu Adam as. diciptakan Allah swt. dari
jenis manusia itu sendiri yang berasal dari percampuran antara sperma lelaki dengan
sel telur wanita, maka lahirlah manusia.
Rasulullah saw. semakin mengokohkan tentang kisah rihlatul insan. Disebutkan
dalam beberapa haditsnya. “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang
yang sedang musafir” (HR Bukhari). Dalam hadits lain: ”Untuk apa dunia itu
bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari seorang pengendara yang berteduh di bawah
pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya” (HR At-Tirmidzi). Baca entri
selengkapnya »
Ditulis oleh jaen2006
Disimpan di ARTIKEL ISLAM
4 Komentar »
http://jaen2006.wordpress.com/category/artikel-islam/page/2/
http://genkeis.multiply.com/journal?page_start=60
(cari data d sini na! bxk bodo’ data2 n blog2 ato almt website yang kuerenn..)
Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab: 21)

Sejarah Maulid
Kita sekarang berada di bulan Rabi’ul Awwal, bulan dimana Nabi Muhammad saw.
dilahirkan. Karena itu juga bulan ini sering disebut dengan bulan maulid atau
maulud. Banyak negeri kaum muslimin yang memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad saw., tak terkecuali di Indonesia.
Sejarah perayaan maulid Nabi Muhammad saw. dimulai sejak zaman kekhalifahan
Fatimid (keturunan dari Fatimah Az-Zahrah, putri Nabi Muhammad saw.).
Shalahuddin Al Ayyubi (1137 M - 1193 M), panglima perang waktu itu,
mengusulkan
kepada
khalifah
agar
mengadakan
peringatan maulid Nabi Muhammad saw. Tujuannya untuk mengembalikan semangat
juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid Al-Aqsha di Palestina
dari cengkraman kaum Salibis. Hasilnya? Semangat jihad umat Islam menggelora. Di
tahun 1187 M, Shalahuddin sendiri yang membawa pasukannya masuk kota
Yerusalem dan membebaskan Al-Aqsha dari cengkraman musuh-musuh Allah.
Kita tidak ingin mempertentangkan antara kelompok yang mengatakan peringatan
maulid adalah ritual yang mesti dijalankan, dengan kelompok lain yang menganggap
peringatan maulid sebagai perbuatan yang mengada-ada atau bid’ah, karena tidak
pernah dipraktekkan oleh Rasulullah, sahabat, tabi’in, ataupun tabi’it tabi’in.
Terlepas dari dua pendapat di atas, yang lebih penting untuk kita renungkan adalah
bagaimana umat Islam dewasa ini bisa meneladani Nabinya dalam kehidupan. Atau
pertanyaannya: adakah karakter umat Muhammad sudah dimiliki oleh kita yang
mengaku umatnya? Apakah dengan kondisi yang seperti sekarang ini kita yakin
kelak akan diakui oleh Beliau sebagai umatnya yang berhak mendapat syafa’atnya?
Sudahkah sifat-sifat yang tersurat dalam ayat 29 surat Fath sudah menjadi karakter
diri kita?
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.
Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tandatanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat
mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang
yang
beriman
dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
(Fath: 29)
Karakter

Umat

Muhammad

Pertama, keras dan tegas terhadap orang-orang kafir (asyiddau ‘alal kuffar).
Perlu kita dudukkan dengan jernih tentang klasifikasi orang kafir. Dalam pandangan
Islam orang kafir ada dua macam. Pertama, kafir harbi, yaitu orang kafir yang
memusuhi dan memerangi ummat Islam. Kelompok pertama ini wajib diperangi.
Kedua,
kafir
dzimmi,
yaitu
orang
kafir
yang terikat janji perdamaian dan hidup bersanding dengan umat Islam dengan
damai.
Mereka
ini
harus
dilindungi.
Keras dan tegas di sini ditujukan kepada orang kafir yang memusuhi dan memerangi
Umat Islam. Sikap keras dan tegas juga ditujukan terhadap ajaran, budaya, dan
pemikiran mereka. Maklum, dewasa ini tak sedikit umat Islam bersikap tegas dan
keras
terhadap
orang-orang
kafir,
namun
bermesraan dengan ajarannya.
Dulu kita bangga dengan jumlah umat Islam Indonesia 99%. Namun jumlah itu terus
berkurang dan berkurang. Sekarang tercatat tinggal 87%. Itu pun jumlah secara
kuantitas. Entah berapa persen jumlah umat Islam dari sisi kualitas. Penurunan
jumlah
itu
dikarenakan
umat
tidak
sadar
bahwa mereka digempur ghazful fikri atau perang budaya. Padahal invasi pemikiran
justru akibatnya sangat berbahaya. Sebab, ini perang dimana yang diperangi tidak
merasa diperangi.
Ada contoh lain. Sebagian umat Islam, apakah itu akademisi atau pelaku kebijakan
publik, merasa lebih bangga ketika merujuk pada referensi orang kafir. Padahal, itu
justru menjerumuskan umat Islam ke dalam jurang kehancuran. Fakta kehancuran
ekonomi umat Islam akibat mengadopsi sistem ekonomi ribawi milik kaum kapitalis
sudah terjadi. Kekisruhan sosial akibat penerapan sistem politik sekular
yangmemisahkan agama dan negara juga telah melahirkan pemimpin-pemimpin tak
bermoral yang tak pantas menjadi pemimpin yang diikuti.
Kondisi seperti itulah yang menjadikan umat lain bersorak sorai. Tujuan mereka
tercapai. Umat Islam telah jauh dari ajarannya. Kata Samuel Zwimmer, “Kalian tidak
perlu capek-capek mengeluarkan ummat Islam dari agamanya dan pindah ke agama
kita.
Cukuplah
kalian
jauhkan
umat Islam dari ajaran agamanya sehingga mereka tidak lagi bangga dengan
agamanya.”
Karakter kedua, berkasih sayang terhadap sesama umat Islam (ruhama’u bainal
muslimin).
Setiap yang bersyahadat laa ilaaha illallah wa muhammad rasulullah adalah saudara.
Persaudaraan Islam ini tidak dibatasi oleh perbedaan letak teritorial, bahasa, suku,
kelompok, partai, golongan, atau madzhab. Allah swt. Berfirman, “Sesungguhnya
orang-orang
beriman
itu
bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu
itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10).
Perumpamaan seorang muslim satu dengan yang lainnya ibarat satu tubuh atau satu
bangunan yang saling menguatkan. Oleh karena itu, sesama muslim wajib saling
asah, asih, asuh. Saling menyayangi, mencintai, melindungi, menutupi aib, tidak
menghina, mencemooh, memfitnah, apalagi menumpahkan darah sesamanya.
Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, membenci, memutus
persaudaraan. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Shahih
Bukhari, Bab Haramnya Hasud, Jilid 12, Hal. 415).
Umat Islam di manapun berada berhajat untuk bersatu dan saling mendukung. Syaikh
Yusuf Al Qaradhawi mengingatkan kita, “Jangan sampai berbedaan madzhab atau
kelompok menjadikan umat Islam terpecah belah menjadi umat sunni atau umat syi’i,
misalkan. Bukankah Allah swt. memerintahkan kita untuk berpegang teguh dengan
tali Allah?” Beliau menambahkan, “Kalau kita sekarang sebagai umat Islam terus
membangun komunikasi dengan umat lain, mengapa kita tidak membangun
komunikasi di antara internal umat Islam?” (Majalah Al Mujtama’ edisi Februari
2007).
Saling berkasih sayang dan menjaga persatuan di antara elemen umat Islam tidaklah
menjadi slogan semata. Itu harus diperjuangkan agar menjadi wujud dalam
kehidupan umat Islam.
Karakter ketiga, senantiasa rukuk dan sujud (rukka’an sujjada).
Umat Muhammad senantiasa menjaga shalat dengan baik. Menunaikannya dengan
khusyu’. Menghayati maknanya. Mereka melaksanakannya sesuai rukun dan
syaratnya. Dikerjakan di awal waktu dengan berjama’ah. Seluruh anggota badan
mereka ikut serta shalat: kalbu, pikiran, tangan, kaki, mata dan telinga serta anggota
badan yang lain bersujud dihadapan Allah swt. Dengan demikian ia akan terjaga dari
kemaksiatan dan kemungkaran di luar shalat. Bagaimana mungkin kalbu akan
mendengki terhadap sesama, padahal sebelumnya bersujud. Bagaimana mungkin
pikiran terbersit hal yang kotor, padahal sebelumnya bersujud. Bagaimana mungkin
tangan mengambil hak orang lain atau melakukan korupsi, padahal sebelumnya
bersujud. Kaki, mata, telinga, dan anggota badan yang lain juga demikian.
Itulah rahasia firman Allah swt, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,
yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat)
adalah
lebih
besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Ankabut: 45).
Shalat yang benar juga akan tercermin dari perilaku sosial pelakunya, yaitu terlihat
dari sejauh mana kepedulian terhadap sesama dan memberikan manfaat untuk orang
lain.
Karakter

keempat,

senantiasa

mengharap

ridha

Allah

swt.

Orientasi hidup umat Muhammad adalah untuk Allah swt. semata. Ia paham betul
fungsi ia dihidupkan di muka bumi, adalah untuk pengabdian total kepada Tuhan
semesta alam. Ia siap diperintah dengan aturan Allah swt. Ia rela meninggalkan yang
dilarang karena Allah swt. semata. Bahkan, sikap ia yang keras terhadap orang kafir,
atau berkasih sayang terhadap sesama muslim, atau tunduk patuh sujud, adalah
karena dilandasi mencari keridhaan Allah swt.
Dalam arti kata, kita membenci seseorang karena Allah swt. Kita berkasih sayang
dengan sesama muslim karena dipadukan cinta kepada Allah swt. Sebab, boleh jadi
kendala persaudaraan Islam adalah karena adanya kepentingan dunia: keinginan
jabatan
atau
karena
sekedar
beda
kelompok. Yang bisa menyatukan langkah dan persatuan umat Islam adalah tujuan
untuk menggapai ridho Allah swt. Dalam dzikir al ma’tsurat yang diajarkan
Rasulullah saw. sering kita lantunkan: “Saya ridha Allah sebagai Tuhan-ku, Islam
sebagai agama-ku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-ku.” (HR. Ahmad, Abu
Daud, Tirmidzi. Hadits shahih).
Karakter kelima, disegani teman dan ditakuti lawan.
Karakter umat Muhammad adalah sejuk dipandang, kuat berwibawa, laksana pohon
rindang nan banyak buahnya. Sekaligus ditakuti oleh lawan-lawannya. Oleh karena
itu umat Islam seharusnya kuat dalam segala hal: kuat dalam komitmen terhadap
agamanya, kuat pendukungnya, kuat dalam percaturan kehidupan dalam segala
dimensinya.
“Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman
itu
menyenangkan
hati
penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin).” (Al Fath: 29).
Itulah karakteristik umat Muhammad. Dan peringatan maulid yang dilaksanakan oleh
umat Islam di seluruh penjuru dunia mestinya tidaklah sekadar tradisi tahunan tanpa
ruh dan jiwa. Namun momentum maulid bisa dijadikan sebagai tonggak untuk
meneladani
Rasulullah
saw.
dalam segala sisi kehidupan. Juga semangat peningkatan umat Islam untuk memiliki
dan menjaga karakter umat Muhammad agar kita di yaumil qiyamah kelak diakui
Beliau sebagai umatnya. Hanya dengan begitu kita berhak mendapat syafa’atnya.
Insya Allah!
http://www.dakwatuna.com
Ditulis oleh jaen2006
Disimpan di ARTIKEL ISLAM
Untuk
seseorang
Tlah
ku
bangun
sebuah
Semoga
engkau
Meski ia sempat ternodai…
Kali
ini
kan
Agar
Allah
Agar
engkau
Dan agar ku lulus ujian kali ini…

ku

di

ujung
istana
di
berkenan
jaga
ridha
bersuka

sudut

sekuat

sana
hati
mengisi
hati
padaku
mengisi

Syeikh Prof Dr Yusuf al Qaradhawi dalam laman khas beliau - baru-baru - ini
mengatakan:
Ada beberapa kalangan orang Islam yang menganggap apa sahaja keraian dan
peringatan yang berkaitan dengan apa-apa program hari kebesaran Islam seperti
hijrah Nabi, maulid , Isra' mi'raj dan lain-lain sebagai bid'ah. Ini tidaklah benar
secara
mutlak.
Apa yang kita tolak ialah sambutan keraian yang disertakan dengan acara-acara yang
batil, haram dan maksiat. Tapi kalau ia tidak mengandungi acara acara lagha seperti
itu tetapi sebaliknya mengandungi acara yang berfaedah maka tentulah ia suatu yang
harus
.
Apabila kita bercakap mengenai maulid - umpamanya - kita mengingatkan orang
ramai tentang nikmat Allah kerana menganugerahkan seorang Rasul kepada kita.
Manakala mengingati nikmat ini suatu yang disuruh, Allah berrfirman dalam surah al
Ahzab
ayat
9-10
yang
bermaksud:
Wahai orang-orang yang beriman, kenangilah nikmat Allah yang dilimpahkanNya
kepada kamu. semasa kamu diserang oleh tentera (Al-Ahzaab), lalu Kami hantarkan
kepada mereka angin ribut (yang kencang untuk memporak-perandakan mereka)
serta angkatan tentera (dari malaikat) yang kamu tidak dapat melihatnya. Dan
(ingatlah)
Allah
sentiasa
melihat
apa
yang
kamu
lakukan.
Iaitu ketika tentera musuh datang melanggar kamu dari sebelah hulu dan dari sebelah
hilir (tempat pertahanan) kamu; dan dalam masa yang sama pemandangan mata
kamu tidak keruan (kerana gempar dan bingung) manakala hatikamu pula di puncak
kegelisahan , dan kamu ketika itu menyangka terhadap Allah dengan berbagai
sangkaan (yang bukan-bukan). (Lihat huraian lanjut beliau dalam pautan berikut.
Sebenarnya agama Islam bukan hanya mengandungi acara kera'ian tapi lebih jauh
mengandungi berbagai kegiatan dan lapangan hidup. Kalau kita merujuk al Quran
sahaja pun kita dapati ayat ayat Makki yang kebanyakkannya pendek-pendek –
menurut Dr Wahbah al Zuhaili - mengandungi matlamat untuk :
•
Membetulkan
akidah
dan
akhlak
•
Mengencam
syirik
dan
penyembahan
berrhala
•
Menegaskan
akidah
tauhid
• Menghapuskan saki-baki kesan jahiliah seperti membunuh , bezina dan menanam
anak
perempuan
hidup-hidup.
• Membentuk masyarakat dengan adab dan akhlak Islam seperti adil, menepati janji,
ihsan, tolong menolong dalam kebaikan, tidak membantu melakukan kemungkaran,
melakukan
kebaikan
dan
meninggalkan
kejahatan.
•
Menggunakan
akal
dan
fikiran
•
Menolak
syak-wasangka
dan
taqlid
buta
•
Membebaskan
manusia
• Mengambil iktibar atau pengajaran daripada sejarah para nabi bersama kaum
mereka.
Menakala ayat ayat Madani pula kebanyakkannya panjang-panjang ; diturunkan
untuk:
• Menjelaskan perundangan, hukum hakam, ibadat, mu’amalat hukuman jenayah dan
tuntutan hidup Baru dalam pembentukan sebuah masyarakat Islam di Madinah.
•
Mengatur
hal
ehwal
politik
dan
pemerintahan
• Memantapkan prinsip syura dan keadilan ketika menentukan hukum.
• Menyusun perhubungan antara umat Islam dan bukan Islam, di dalam negara
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi
Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

More Related Content

What's hot

Iman Kepada Rasul Allah
Iman Kepada Rasul AllahIman Kepada Rasul Allah
Iman Kepada Rasul AllahViola Valisa
 
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslimasnin_syafiuddin
 
! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...
! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...
! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...Nano Nani
 
! Jawaban untuk para pendeta
! Jawaban untuk para pendeta! Jawaban untuk para pendeta
! Jawaban untuk para pendetaNano Nani
 
Kosep dan Dalil Maulid Nabi Muhammad SAW
Kosep dan Dalil Maulid Nabi Muhammad SAWKosep dan Dalil Maulid Nabi Muhammad SAW
Kosep dan Dalil Maulid Nabi Muhammad SAWMoh Hari Rusli
 
! Doa & dzikir pilihan
! Doa & dzikir pilihan! Doa & dzikir pilihan
! Doa & dzikir pilihanNano Nani
 
Jesus Did Not Die (Indonesia)
Jesus Did Not Die (Indonesia)Jesus Did Not Die (Indonesia)
Jesus Did Not Die (Indonesia)Haka Wahyudi
 
! 4 tips shalat khusyuk baru 8 juli 2011
! 4 tips shalat khusyuk baru   8 juli 2011! 4 tips shalat khusyuk baru   8 juli 2011
! 4 tips shalat khusyuk baru 8 juli 2011Nano Nani
 
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelPerbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelEdi Awaludin
 
Tafsir Al azhar 108 al kautsar
Tafsir Al azhar 108 al kautsarTafsir Al azhar 108 al kautsar
Tafsir Al azhar 108 al kautsarMuhammad Idris
 
15 petunjuk menguatkan iman
15 petunjuk menguatkan iman15 petunjuk menguatkan iman
15 petunjuk menguatkan imannyongkoh
 
! Makna kata 'kami-' dalam qur-'an
! Makna kata  'kami-' dalam qur-'an! Makna kata  'kami-' dalam qur-'an
! Makna kata 'kami-' dalam qur-'anNano Nani
 
! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!
! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!
! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!Nano Nani
 
Genap xi 2.-meneladani-rasul-allah-dengan-perilaku-santun
Genap xi 2.-meneladani-rasul-allah-dengan-perilaku-santunGenap xi 2.-meneladani-rasul-allah-dengan-perilaku-santun
Genap xi 2.-meneladani-rasul-allah-dengan-perilaku-santunWahyu Mulyana
 
! Dahsyatnya kekuatan basmallah
! Dahsyatnya kekuatan basmallah! Dahsyatnya kekuatan basmallah
! Dahsyatnya kekuatan basmallahNano Nani
 

What's hot (20)

Iman Kepada Rasul Allah
Iman Kepada Rasul AllahIman Kepada Rasul Allah
Iman Kepada Rasul Allah
 
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
 
! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...
! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...
! Serulah dengan bukti seperti para nabi datang selalu membawa tanda tanda &a...
 
! Jawaban untuk para pendeta
! Jawaban untuk para pendeta! Jawaban untuk para pendeta
! Jawaban untuk para pendeta
 
Kosep dan Dalil Maulid Nabi Muhammad SAW
Kosep dan Dalil Maulid Nabi Muhammad SAWKosep dan Dalil Maulid Nabi Muhammad SAW
Kosep dan Dalil Maulid Nabi Muhammad SAW
 
! Doa & dzikir pilihan
! Doa & dzikir pilihan! Doa & dzikir pilihan
! Doa & dzikir pilihan
 
Jesus Did Not Die (Indonesia)
Jesus Did Not Die (Indonesia)Jesus Did Not Die (Indonesia)
Jesus Did Not Die (Indonesia)
 
! 4 tips shalat khusyuk baru 8 juli 2011
! 4 tips shalat khusyuk baru   8 juli 2011! 4 tips shalat khusyuk baru   8 juli 2011
! 4 tips shalat khusyuk baru 8 juli 2011
 
Dalil maulid nabi
Dalil maulid nabiDalil maulid nabi
Dalil maulid nabi
 
Rasulullah peribadi unggul
Rasulullah peribadi unggulRasulullah peribadi unggul
Rasulullah peribadi unggul
 
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelPerbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
 
Maksud bid
Maksud bidMaksud bid
Maksud bid
 
Tafsir Al azhar 108 al kautsar
Tafsir Al azhar 108 al kautsarTafsir Al azhar 108 al kautsar
Tafsir Al azhar 108 al kautsar
 
15 petunjuk menguatkan iman
15 petunjuk menguatkan iman15 petunjuk menguatkan iman
15 petunjuk menguatkan iman
 
Khutbah jum'at
Khutbah jum'atKhutbah jum'at
Khutbah jum'at
 
! Makna kata 'kami-' dalam qur-'an
! Makna kata  'kami-' dalam qur-'an! Makna kata  'kami-' dalam qur-'an
! Makna kata 'kami-' dalam qur-'an
 
! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!
! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!
! Mengapa shalawat, apa nabi belum selamat!
 
Pidato islam
Pidato islamPidato islam
Pidato islam
 
Genap xi 2.-meneladani-rasul-allah-dengan-perilaku-santun
Genap xi 2.-meneladani-rasul-allah-dengan-perilaku-santunGenap xi 2.-meneladani-rasul-allah-dengan-perilaku-santun
Genap xi 2.-meneladani-rasul-allah-dengan-perilaku-santun
 
! Dahsyatnya kekuatan basmallah
! Dahsyatnya kekuatan basmallah! Dahsyatnya kekuatan basmallah
! Dahsyatnya kekuatan basmallah
 

Similar to Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

Perayaan hari-kelahiran-nabi-maulid-nabi
Perayaan hari-kelahiran-nabi-maulid-nabiPerayaan hari-kelahiran-nabi-maulid-nabi
Perayaan hari-kelahiran-nabi-maulid-nabiRa Hardianto
 
Memahami esensi peringatan maulid nabi s.a.w.
Memahami esensi peringatan maulid nabi  s.a.w.Memahami esensi peringatan maulid nabi  s.a.w.
Memahami esensi peringatan maulid nabi s.a.w.Muhsin Hariyanto
 
Hukum perayaan ulang tahun dalam islam
Hukum perayaan ulang tahun dalam islamHukum perayaan ulang tahun dalam islam
Hukum perayaan ulang tahun dalam islamAyu Pitas
 
Sejarah perayaan maulid
Sejarah perayaan maulidSejarah perayaan maulid
Sejarah perayaan maulidDoem Chareo
 
Tahlilan dalam timbangan
Tahlilan dalam timbanganTahlilan dalam timbangan
Tahlilan dalam timbanganChika Aje
 
Aqidah islamiyah
Aqidah islamiyahAqidah islamiyah
Aqidah islamiyahnyongkoh
 
MAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docx
MAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docxMAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docx
MAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docxGilankSantosa
 
Edisi seputar perayaan natal bagimu agamamu, bagiku agamaku
Edisi seputar perayaan natal  bagimu agamamu, bagiku agamakuEdisi seputar perayaan natal  bagimu agamamu, bagiku agamaku
Edisi seputar perayaan natal bagimu agamamu, bagiku agamakuMa'i Suhartono
 
Makalah agama islam kelahiran dan dakwah nabi
Makalah agama islam kelahiran dan dakwah nabiMakalah agama islam kelahiran dan dakwah nabi
Makalah agama islam kelahiran dan dakwah nabitamierlianitami
 
Dialog santai pdf
Dialog santai pdfDialog santai pdf
Dialog santai pdfAbi Syeikha
 
Membumikan alquran
Membumikan alquranMembumikan alquran
Membumikan alquranagustiachmad
 
Makna wuquf di arafah
Makna wuquf di arafahMakna wuquf di arafah
Makna wuquf di arafahMarbotMesjid
 
Metode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk Anak
Metode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk AnakMetode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk Anak
Metode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk AnakGuru Online
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahArdian DP
 

Similar to Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi (20)

Perayaan hari-kelahiran-nabi-maulid-nabi
Perayaan hari-kelahiran-nabi-maulid-nabiPerayaan hari-kelahiran-nabi-maulid-nabi
Perayaan hari-kelahiran-nabi-maulid-nabi
 
Memahami esensi peringatan maulid nabi s.a.w.
Memahami esensi peringatan maulid nabi  s.a.w.Memahami esensi peringatan maulid nabi  s.a.w.
Memahami esensi peringatan maulid nabi s.a.w.
 
Hukum perayaan ulang tahun dalam islam
Hukum perayaan ulang tahun dalam islamHukum perayaan ulang tahun dalam islam
Hukum perayaan ulang tahun dalam islam
 
Sejarah perayaan maulid
Sejarah perayaan maulidSejarah perayaan maulid
Sejarah perayaan maulid
 
Tahlilan dalam timbangan
Tahlilan dalam timbanganTahlilan dalam timbangan
Tahlilan dalam timbangan
 
Aqidah islamiyah
Aqidah islamiyahAqidah islamiyah
Aqidah islamiyah
 
Makalah maulid nabi
Makalah maulid nabiMakalah maulid nabi
Makalah maulid nabi
 
MAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docx
MAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docxMAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docx
MAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docx
 
Edisi seputar perayaan natal bagimu agamamu, bagiku agamaku
Edisi seputar perayaan natal  bagimu agamamu, bagiku agamakuEdisi seputar perayaan natal  bagimu agamamu, bagiku agamaku
Edisi seputar perayaan natal bagimu agamamu, bagiku agamaku
 
Makalah agama islam kelahiran dan dakwah nabi
Makalah agama islam kelahiran dan dakwah nabiMakalah agama islam kelahiran dan dakwah nabi
Makalah agama islam kelahiran dan dakwah nabi
 
Dialog santai pdf
Dialog santai pdfDialog santai pdf
Dialog santai pdf
 
Membumikan alquran
Membumikan alquranMembumikan alquran
Membumikan alquran
 
Makna wuquf di arafah
Makna wuquf di arafahMakna wuquf di arafah
Makna wuquf di arafah
 
Haji.docx
Haji.docxHaji.docx
Haji.docx
 
Haji.pdf
Haji.pdfHaji.pdf
Haji.pdf
 
Tugas pendidikan agama islam
Tugas pendidikan agama islamTugas pendidikan agama islam
Tugas pendidikan agama islam
 
Hukum maulid
Hukum maulidHukum maulid
Hukum maulid
 
Metode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk Anak
Metode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk AnakMetode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk Anak
Metode Pendidikan Rasulullah SAW Untuk Anak
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
 
Bid
BidBid
Bid
 

More from Suardi Al-Bukhari (19)

Berpacaran Secara Islami
Berpacaran Secara IslamiBerpacaran Secara Islami
Berpacaran Secara Islami
 
Kerangka Sains
Kerangka SainsKerangka Sains
Kerangka Sains
 
Hamid Worldview Sebagai Asas Islamisasi
Hamid  Worldview Sebagai  Asas IslamisasiHamid  Worldview Sebagai  Asas Islamisasi
Hamid Worldview Sebagai Asas Islamisasi
 
Worldview Slide Lengkap
Worldview Slide LengkapWorldview Slide Lengkap
Worldview Slide Lengkap
 
Westernisasi
WesternisasiWesternisasi
Westernisasi
 
Sekularisasi Agama
Sekularisasi AgamaSekularisasi Agama
Sekularisasi Agama
 
Sekalirsme, Liberalilsme, Pluralisme
Sekalirsme, Liberalilsme, PluralismeSekalirsme, Liberalilsme, Pluralisme
Sekalirsme, Liberalilsme, Pluralisme
 
Pemikir arab sekular
Pemikir arab sekularPemikir arab sekular
Pemikir arab sekular
 
Pluralisme Agama
Pluralisme AgamaPluralisme Agama
Pluralisme Agama
 
Pemikir Indonesia Sekular
Pemikir Indonesia SekularPemikir Indonesia Sekular
Pemikir Indonesia Sekular
 
Metode Penulisan Karya Ilmiyah
Metode Penulisan Karya IlmiyahMetode Penulisan Karya Ilmiyah
Metode Penulisan Karya Ilmiyah
 
Mengapa Barat Liberal
Mengapa Barat LiberalMengapa Barat Liberal
Mengapa Barat Liberal
 
Konsep ilmu
Konsep ilmuKonsep ilmu
Konsep ilmu
 
Kata katabijak
Kata katabijakKata katabijak
Kata katabijak
 
Biografi nabi muhammad
Biografi nabi muhammadBiografi nabi muhammad
Biografi nabi muhammad
 
Urutan Peristiwa Kiamat Besar
Urutan Peristiwa Kiamat BesarUrutan Peristiwa Kiamat Besar
Urutan Peristiwa Kiamat Besar
 
Tahajjud & Kesehatan
Tahajjud & KesehatanTahajjud & Kesehatan
Tahajjud & Kesehatan
 
Membangun Peradaban Islam
Membangun Peradaban IslamMembangun Peradaban Islam
Membangun Peradaban Islam
 
Tugas usul fiqh
Tugas usul fiqhTugas usul fiqh
Tugas usul fiqh
 

Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi

  • 1. Apa Hukum Merayakan Maulid Nabi? Pertama, malam kelahiran Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam tidak diketahui secara pasti kapan. Bahkan sebagian ulama masa kini menyimpulkan hasil penelitian mereka bahwa sesungguhnya malam kelahiran beliau adalah pada tanggal 9 Robi'ul Awwal dan bukan malam 12 Robi'ul Awwal. Oleh sebab itu maka menjadikan perayaan pada malam 12 Robi'ul Awwal tidak ada dasarnya dari sisi latar belakang historis. Kedua, dari sisi tinjauan syariat maka merayakannya pun tidak ada dasarnya. Karena apabila hal itu memang termasuk bagian syariat Allah maka tentunya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukannya atau beliau sampaikan kepada umatnya. Dan jika beliau pernah melakukannya atau menyampaikannya maka mestinya ajaran itu terus terjaga, sebab Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran dan Kami lah yang menjaganya." (QS. Al-Hijr: 9) Sehingga tatkala ternyata sedikit pun dari kemungkinan tersebut tidak ada yang terbukti maka dapat dimengerti bahwasanya hal itu memang bukan bagian dari ajaran agama Allah. Sebab kita tidaklah diperbolehkan beribadah kepada Allah 'azza wa jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara-cara seperti itu. Apabila Allah ta'ala telah menetapkan jalan untuk menuju kepada-Nya melalui jalan tertentu yaitu ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam maka bagaimana mungkin kita diperbolehkan dalam status kita sebagai hamba yang biasa-biasa saja kemudian kita berani menggariskan suatu jalan sendiri menurut kemauan kita sendiri demi mengantarkan kita menuju Allah? Hal ini termasuk tindakan jahat dan pelecehan terhadap hak Allah 'azza wa jalla tatkala kita berani membuat syariat di dalam agama-Nya dengan sesuatu ajaran yang bukan bagian darinya. Sebagaimana pula tindakan ini tergolong pendustaan terhadap firman Allah 'azza wa jalla yang artinya, ‫اليوم أ أ َكملت لأ َكم دنينكم وأ أ َتممَمْت عليكم نعمتي‬ ِ َ ‫َمْ أ َ َمْ أ َ َمْ أ َ َمْ ل ُ ل ُ َمْ ِ أ َ ل ُ َمْ أ َ َمْ أ َ ل ُ أ َ أ َ َمْ ل ُ َمْ ِ َمْ أ‬ Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kalian. (QS. Al-Maa'idah: 3) Oleh sebab itu kami katakan bahwasanya apabila perayaan ini termasuk dari kesempurnaan agama maka pastilah dia ada dan diajarkan sebelum wafatnya Rasul 'alaihish shalatu wa salam. Dan jika dia bukan bagian dari kesempurnaan agama ini maka tentunya dia bukan termasuk ajaran agama karena Allah ta'ala berfirman yang artinya, Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian. Barang siapa yang mengklaim acara maulid ini termasuk kesempurnaan agama dan ternyata ia terjadi setelah wafatnya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam maka sesungguhnya ucapannya itu mengandung pendustaan terhadap ayat yang mulia ini. Dan tidaklah diragukan lagi kalau orang-orang yang merayakan kelahiran Rasul 'alaihis shalatu was salam hanya bermaksud mengagungkan Rasul 'alaihis shalaatu was salaam.
  • 2. Mereka ingin menampakkan kecintaan kepada beliau serta memompa semangat agar tumbuh perasaan cinta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melalui diadakannya perayaan ini. Dan itu semua termasuk perkara ibadah. Kecintaan kepada Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ibadah. Bahkan tidaklah sempurna keimanan seseorang hingga dia menjadikan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai orang yang lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya dan bahkan seluruh umat manusia. Demikian pula pengagungan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam termasuk perkara ibadah. Begitu pula membangkitkan perasaan cinta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga termasuk bagian dari agama karena di dalamnya terkandung kecenderungan kepada syariatnya. Apabila demikian maka merayakan maulid Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah serta untuk mengagungkan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam adalah suatu bentuk ibadah. Dan apabila hal itu termasuk perkara ibadah maka sesungguhnya tidak diperbolehkan sampai kapan pun menciptakan ajaran baru yang tidak ada sumbernya dari agama Allah. Oleh sebab itu merayakan maulid Nabi adalah bid'ah dan diharamkan. Kemudian kami juga pernah mendengar bahwa di dalam perayaan ini ada kemungkaran-kemungkaran yang parah dan tidak dilegalkan oleh syariat, tidak juga oleh indera maupun akal sehat. Mereka bernyanyi-nyanyi dengan mendendangkan qasidah-qasidah yang di dalamnya terdapat ungkapan yang berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap Rasul 'alaihish sholaatu was salaam sampai-sampai mereka mengangkat beliau lebih agung daripada Allah -wal 'iyaadzu billaah-. Dan kami juga pernah mendengar kebodohan sebagian orang yang ikut serta merayakan maulid ini yang apabila si pembaca kisah Nabi sudah mencapai kata-kata telah lahir Al-Mushthafa maka mereka pun serentak berdiri dan mereka mengatakan bahwa sesungguhnya ruh Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam hadir ketika itu maka kita berdiri demi mengagungkan ruh beliau. Ini adalah tindakan yang bodoh. Dan juga bukanlah termasuk tata krama yang baik berdiri ketika menyambut orang karena beliau tidak senang ada orang yang berdiri demi menyambutnya. Dan para sahabat beliau pun adalah orang-orang yang paling dalam cintanya kepada Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam serta kaum yang lebih hebat dalam mengagungkan beliau daripada kita. Mereka itu tidaklah berdiri tatkala menyambut beliau karena mereka tahu beliau membenci hal itu sementara beliau dalam keadaan benar-benar hidup. Lantas bagaimanakah lagi dengan sesuatu yang hanya sekedar khayalan semacam ini? Bid'ah ini -yaitu bid'ah Maulid- baru terjadi setelah berlalunya tiga kurun utama. Selain itu di dalamnya muncul berbagai kemungkaran ini yang merusak fondasi agama seseorang. Apalagi jika di dalam acara itu juga terjadi campur baur lelaki dan perempuan dan kemungkaran-kemungkaran lainnya. (Diterjemahkan Abu Muslih dari Fatawa Arkanil Islam, hal. 172-174).
  • 3. SAMBUTAN MAULID NABI MUHAMMAD S.A.W. Sambutan Maulid Nabi merupakan amalan yang sering dilakukan oleh umat Islam sejak berkurun lama di seluruh pelusuk dunia Islam. Perbicaraan mengenai keharusannya juga telah lama dibicarakan sehingga ramai ulama’ telah menulis secara lengkap dalam kitab-kitab mereka tentang keharusan dan galakan majlis ini diadakan. Namun sehebat itu pula pihak yang bertopengkan ulama’ mencemuh majlis seperti ini dengan alasan ia merupakan perkara bid’ah kerana tidak terdapat pada zaman Rasulullah s.a.w. Lantaran dari itu, terdapat dikalangan mereka yang mencemuh majlis ini dengan menggunakan kata-kata yang kesat dan biadab, seolah-olah mengadakan majlis maulid Nabi hanya mengundang maksiat dan dosa. Berkemungkinan kerana inilah, seorang pemuka bid’ah pada zaman ini yang bertugas sebagai tenaga pengajar di Masjid Nabawi, iaitu Abu Bakar al-Jazairi mengatakan sembelihan yang dilakukan untuk menyediakan makanan orang ramai pada hari sambutan Maulid adalah lebih haram daripada daging khinzir. Malah lebih dari itu, bekas Mufti Arab Saudi al-Marhum Abdul Aziz bin Baz hampir-hampir mengkafirkan orang-orang yang mengadakan majlis Maulid yang diadakan sebagaimana yang dinyatakan di dalam kitab mereka ‘ al Siyanah al-Insan’ H: 233. Tidak dinafikan, hampir semua umat Islam di seluruh dunia mengadakan sambutan majlis maulid Nabi. Ini bermakna Abdul Aziz bin Baz hampir mengkufurkan seluruh umat Islam melainkan pengikut-pengikut ajaran mereka sahaja. Syeikh Soleh bin Fauzan al-Fauzan seorang anggota Majlis Ulama’ Besar Arab Saudi menyebut dalam kitabnya bahawa banyak khutbah-khutbahnya yang mengandungi amaran dari mengadakan majlis sambutan maulid Nabi s.a.w. Beliau menulis di dalam kitabnya ‘al-Khutub al-‘Asriyyah’ yang dibaca dan sering diulang-ulang oleh sebahagian khatib, “Wahai hamba Allah! sesungguhnya perkaraperkara bid’ah hanyalah merupakan perkara baru di dalam agama yang menukarkan agama Islam kepada agama yang lain. Ia adalah suatu belenggu yang membuang masa, membazirkan harta, meletihkan badan, menjauhkan dari syurga dan mendekatkan kepada neraka, yang pastinya mengundang kemurkaan Allah tetapi orang-orang yang sesat tidak memahaminya, tidaklah amalan mereka tersebut bertambah tetapi sebenarnya mereka menjadi semakin jauh dari Allah dan tidaklah ijtihad mereka dan penat lelah mereka mendapat balasan dan pahala melainkan hanya mengundang kemurkaan Allah.
  • 4. Golongan Wahabi, mengidupkan isu pengharaman majlis ini hanya dengan satu alasan yang lapuk dan rapuh yang sememangnya tidak boleh diterima pakai lagi. Malah telah berkali-kali alasan mereka tersebut dijawab dengan panjang lebar oleh sebilangan besar ulama’ Islam tetapi mereka masih tetap dengan pendapat dan kedegilan mereka. Ini memberi kefahaman yang jelas kepada kita, bahawa mereka sebenarnya bukan mencari kebenaran tetapi mencari perpecahan dan mengajak umat Islam membenci syiar-syiar kebesaran Islam. Sekalipun majlis Maulid Nabi tidak pernah diadakan pada zaman Nabi, tetapi amalan ini dianjurkan oleh Allah dan RasulNya secara umum. Sekali pun tidak ada nas yang nyata menyebut mengenainya tetapi secara tersirat Allah dan RasulNya menyuruh kita merayakan hari-hari peringatan buat kita seperti hari Maulid , Isra’ Mikraj, Nuzul Quran, Hari Asyura dan sebagainya. Melihat dari sudut pengisian yang diadakan di dalam majlis ini, semua ulama’ bersepakat mengharuskan amalan-amalan yang diadakan. Misalnya, mengumpulkan umat Islam untuk mengingati sirah Rasulullah s.a.w., memuji baginda, mengucapkan salawat dan sebagainya. Mengadakan majlis untuk memberikan peringatan dan mengambil pengajaran dari sirah Rasulullah s.a.w. merupakan majlis ilmu yang menjadi salah satu dari method dakwah untuk melahirkan kecintaan umat Islam terhadap Allah dan RasulNya. Ini secara tidak langsung, menjana penghayatan umat Islam terhadap sunnah Rasulullah s.a.w. Begitu juga dengan mengucapkan kata-kata pujian dan salawat ke atas Baginda, sememangnya telah menjadi hak Rasulullah s.a.w. Menyediakan makanan untuk orang ramai pula merupakan suatu sedekah yang disunatkan, malah digalakkan kepada umat Islam. Majlis seperti inilah yang sepatutnya dimanfaatkan sebaiknya, kerana memberi peluang keemasan kepada umat Islam untuk melakukan berbagaibagai kebaikan yang tidak ada pada majlis-majlis yang lain. Justeru, tidak ada sebab majlis seperti ini menimbulkan keraguan bagi mereka yang mempunyai pemikiran yang sihat sehingga dihukum sebagai bid’ah dan sesat. Sekalipun, keharusan perkara ini telah lama meniti di bibir ulama’ dan tinta-tinta pena serta tidak putus-putus diperdengarkan kepada umat Islam saban waktu, saya kira masih ada manfaatnya saya menyelitkan perkara ini di dalam artikel ini, memandangkan minat umat Islam semakin merosot terhadap bahan-bahan bacaan ilmiah ulama’ muktabar. MENURUT PERSPEKTIF ULAMA’ Ramai di kalangan ulama’ yang menulis secara khusus mengenai keharusan maulid dalam kitab-kitab mereka.
  • 5. Di antaranya Imam al-Hafiz al-Suyuti. Ketika beliau ditanya tentang hukum mengadakan majlis Maulid Nabi s.a.w. pada bulan Rabi’ul Awwal sama ada dicela atau tidak dan adakah diberikan pahala bagi orang yang menyambutnya, beliau menjawab,” Amalan pokok yang dilakukan di dalam majlis perkumpulan, bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, kemudian dibaca sirah-sirah nabi dan kisah-kisah yang berlaku ketika kelahirannya. Setelah itu, mereka makan bersama dan bersurai, tidak lebih dari itu. Amalan seperti ini bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diberikan pahala bagi orang yang melakukannya kerana dalam amalan ini terdapat suasana membesarkan Nabi s.a.w. dan melahirkan rasa gembira di atas kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. yang mulia. Beliau menceritakan bahawa corang yang pertama menyambut Maulid Nabi s.a.w. ialah seorang raja yang adil di negeri Irbil (berdekatan dengan Syam) bernama Malik Muzaffar Abu Said al-Kukbari. Beliau membelanjakan sebanyak 300 ribu dinar setiap tahun untuk menyambut Maulid Nabi s.a.w. Beliau merupakan orang yang pertama mengadakan keraian ini secara besar-besaran pada tahun 604 Hijrah dengan dihadiri oleh rakyat jelata yang datang dari segenap tempat. Manakala Imam Abu Shamah (guru Imam al-Nawawi) menyatakan,”Di antara perkara baik yang dilakukan pada setiap tahun di zaman kami ialah bersepakat pada hari maulid Nabi s.a.w memberikan sedekah, melakukan kebajikan, dan melahirkan kegembiraan dan kesenangan. Dari hal yang demikian, selain dari dapat melakukan kebaikan kepada fakir miskin di dalam majlis tersebut, ia juga diisi dengan rasa kasih terhadap Nabi s.a.w, membesarkannya dan bersyukur kepada Allah di atas kurniaanNya yang telah mengutuskan seorang Rasul yang diutuskan sebagai rahmat bagi sekelian alam”. Dari pendapat ulama’ di atas, dapatlah difahami bahawa bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah sayyi’ah (buruk). Mengadakan majlis Maulid Nabi termasuk di dalam kategori bid’ah hasanah kerana majlis yang sangat baik ini diadakan untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi s.a.w. dari rasa kasih ini, seseorang akan lebih terangsang untuk mengikut jejak langkah Rasulullah s.a.w. Justeru, ia merupakan suatu amalan yang mendatangkan kebaikan dan diberikan pahala apabila mengerjakannya. Al Hafiz al-Sakhawi menyatakan bahawa amalan maulid ini mula dilakukan selepas kurun ketiga dan sentiasa diteruskan oleh umat Islam di seluruh pelusuk dunia dan bandar-bandar besar. Mereka bersedekah pada malamnya dengan pelbagai jenis sedekah dan membaca maulid. Maka dari keberkatan majlis ini, terpancar ke atas mereka pelbagai kemuliaan dan kelebihan. Imam Jalaluddin al-Suyuti menyebut di dalam kitabnya al-Hawi li al-Fatawa bahawa Imam al-Baihaqi telah meriwayatkan daripada Anas bin Malik bahawa Rasulullah s.a.w melaukan ‘aqiqah untuk dirinya selepas dilantik menjadi Nabi. Sedangkan,
  • 6. telah datang hadith menyatakan bahawa datuknya Abdul Muttalib telah melakukan ‘aqiqah untuk Baginda s.a.w pada hari ketujuh keputeraan Rasulullah s.a.w. Tidak ada di dalam syariat, aqiqah dilakukan dua kali bagi seseorang. Oleh yang demikian, berkemungkinan apa yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w adalah untuk melahirkan tanda syukur kerana Allah telah menjadikannya sebagai rahmat bagi sekelian alam dan pembawa syariat. Oleh itu, Imam al-Suyuti menyatakan bahawa adalah sunat juga bagi kita melahirkan tanda kesyukuran di atas kelahirannya dengan mengadakan perkumpulan, jamuan makanan dan sebagainya yang kesemuanya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk melahirkan tanda kegembiraan di atas kelahirannya. Ini menunjukkan keraian yang diadakan adalah sebagai melahirkan tanda syukur kepada Allah di atas nikmatNya yang tidak ternilai. Tanda kesyukuran ini boleh dilahirkan dengan bermacam-macam cara yang sealiran dengan syariat seperti mengadakan berbagai-bagai ibadat secara berjemaah. Manakala Imam Abul Qasim Junaid al-Baghdadi menyatakan bahawa sesiapa yang hadir di dalam majlis Maulid Nabi s.a.w dengan niat untuk membesarkannya, maka akan mendapat keamanan. Oleh kerana itu, hukum mengadakan majlis sambutan Maulid Nabi s.a.w adalah harus dan disyariatkan di dalam agama. Malah ia menjadi sunat selagi sambutan tersebut tidak bercampur dengan perkara-perkara yang diharamkan oleh syariat Islam. Sekiranya berlaku sedemikian, maka hukumnya bertukar menjadi haram. Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki, sependapat dengan pendapat di atas. Beliau telah menulis sebuah buku khas mengenai tajuk ini dengan lebih lanjut di dalam ‘Haula Ihtifal bi al-Maulid al-Nabawi al-Syarif’. Ibnu Taimiyyah sendiri tidak pernah mengharamkan sambutan Maulid Nabi s.a.w. yang telah sekian lama berlaku di dalam masyarakat umat Islam. Malah beliau turut memberikan pendapatnya di dalam permasalahan ini bagi menunjukkan persetujuannya terhadap keharusan majlis Maulid Nabi s.a.w. yang diadakan oleh umat Islam. Antara lain, beliau menyatakan “Membesarkan maulid Nabi dan menjadikannya sebagai suatu musim perayaan kadangkala diadakan oleh sebahagian manusia. Mengingatkan maksudnya yang baikdan tujuannya untuk memuliakan Rasulullah s.a.w, adalah layak dalam hal ini mereka memperolehi ganjaran pahala yang besar”. Al-Muhaddith Syeikh Abdullah al-Harari menyatakan bahawa sambutan maulid yang diadakan oleh para pemerintah, para masyaikh yang terdiri daripada ahli-ahli hadith, ahli feqah, ahli zuhud, ahli ibadah dan orang-orang awam menjadi ijma’ fe’li (persepakatan dari segi perbuatan) yang mengharuskan amalan ini. Malah ia mempunyai sandaran yang menjadi dasar rujukan di dalam pengeluaran hukum
  • 7. mengadakan maulid sebagaimana yang telah disebut oleh al-Hafiz Ibnu Hajar al-’Asqalani dan lain-lainnya. Justeru, bersama siapakah puak Wahabi mendokong fahamannya ini? Sedangkan mereka tidak sependapat dengan Ahli Sunnah wa al-Jamaah, malah tidak juga sependapat dengan ketua mereka Ibnu Taimiyyah. KELEBIHAN MENYAMBUT MAULID NABI S.A.W Di dalam artikel ini disebut beberapa kisah kelebihan menyambut Maulid Nabi yang saya sedut dari kitab I’anah al-Tolibin. Sekali pun kisah yang dipaparkan ini tidak boleh dijadikan dalil yang qot’ei tetapi ia berperanan sebagai merangsang individu muslim meraikan Maulid Nabi dalam usaha menambah kecintaan umat Islam kepada baginda s.a.w. Kisah-kisah tersebut bukanlah rekaan semata-mata yang direka untuk kepentingan peribadi, tetapi kisah ini diselitkan juga oleh ulama’ yang lain di dalam kitab mereka sebagai sumber pengajaran yang boleh dimanfaatkan bersama. Di dalam kitab I’anah al-Tolibin disebut bahawa pada zaman pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid, terdapat seorang pemuda di Basrah yang tidak elok perangainya. Oleh kerana perangainya yang buruk, maka penduduk Basrah memandang keji kepadanya. Tetapi, apabila masuk bulan Rabi’ul Awwal, maka pemuda tersebut membersihkan pakaiannya, memakai wangi-wangian dan pakaian yang cantik serta mengadakan kenduri kerana menyambut maulid Nabi. Pada setiap tahun, apabila tiba bulan Rabi’ul Awwal ia akan melakukan sedemikian sehinggalah ke akhir hayatnya. Setelah ia meninggal dunia, maka penduduk Basrah mendengar satu suara yang berkata ” Pergilah wahai penduduk Basrah dan saksikanlah jenazah seorang wali dari kalangan wali Allah ini kerana ia merupakan seorang yang mulia di sisi-Ku,”. Maka penduduk Basrah pun pergi menziarahi jenazahnya dan mengkebumikannya. Pada malamnya, mereka bermimpi melihat pemuda tersebut dipakaikan dengan pakaian sutera yang amat bernilai. Lalu beliau ditanya “Dengan apakah kamu mencapai kemuliaan ini?” Jawabnya ” Dengan membesarkan hari kelahiran Rasulullah saw.” Diceritakan juga di dalam kitab I’anah bahawa pada zaman pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan, terdapat seorang pemuda yang tampan di Syam (Syria) yang asyik menunggang kudanya. Pada suatu hari, ketika sedang menunggang kudanya, tiba-tiba kuda tersebut menjadi liar dan tidak dapat dikawal sehinggalah ia memasuki ke dalam kawasan larangan menunggang kuda dan sampai di pintu rumah khalifah. Lalu kuda tersebut melanggar putera khalifah sehingga menyebabkan putera khalifah tersebut meninggal dunia.
  • 8. Setelah berita kematian putera khalifah sampai kepadanya, maka pemuda tersebut diperintahkan mengadap. Ketika tentera khalifah pergi menangkapnya, tiba-tiba terlintas dihati lelaki tersebut untuk bernazar “Sekiranya Allah melepaskan aku daripada perkara yang buruk ini, nescaya aku akan mengadakan kenduri yang besar untuk menyambut hari keputeraan Rasulullah saw”. Ketika pemuda tersebut sedang mengadap khalifah, tiba-tiba kemurkaan khalifah reda dan hilang, malah baginda tersenyum memandang pemuda tersebut. Maka khalifah pun berkata “Adakah kamu mempunyai ilmu sihir?”, Jawabnya “Demi Allah, tidak wahai Amir al-Mukminin. Maka khalifah berkata “Beta telah mengampunkan kamu, tetapi katakanlah kepada beta apakah yang telah kamu katakan tadi. Maka katanya “Aku telah berkata sekiranya Allah melepaskan aku dari peristiwa buruk ini, nescaya aku akan mengadakan kenduri menyambut Maulid Nabi s.a.w “. Maka khalifah pun berkata “Aku telah mengampunkan kamu dan ini wang sebanyak seribu dinar untuk kamu mengadakan akan kenduri maulid tersebut, dan kamu telah aku halalkan dari darah anakku. Maka pemuda tersebut pun keluar. Ia telah dibebaskan daripada hukumannya dan diberikan dengan seribu dinar dengan keberkatan Nabi s.a.w. Kegembiraan ilmuwan Islam meraikan Maulid Nabi s.a.w. juga banyak dipaparkan. Di antaranya Hasan al-Basri pernah berkata,” Sekiranya aku mempunyai emas setinggi bukit Uhud, nescaya aku akan membelanjakannya untuk meraikan majlis membaca Maulidur Rasul s.a.w “. Imam al-Junaid al-Baghdadi pernah berkata,” Sesiapa yang menghadiri majlis Maulidur Rasul s.a.w dan membesarkan kedudukan baginda, maka ia telah mencapai kejayaan iman “. Ma’ruf al-Kurkhi berkata,” Sesiapa yang menyediakan makanan sempena Maulidur Rasul s.a.w, lalu mengundang orang ramai, menyalakan lampu-lampu, memakai pakaian yang baru, memakai wangi-wangian dan berhias-hias kerana membesarkan kelahiran Rasulullah s.a.w., maka akan dikumpulkannya oleh Allah s.w.t. pada hari kiamat bersama kumpulan pertama golongan para Nabi ia berada di syurga ‘Illiyyin (tinggi)”. Imam al-Yafi’e berkata.” Sesiapa yang mengumpulkan orang ramai kerana menyambut Maulid Nabi s.a.w., menyediakan makanan, memberikan tempat, melakukan kebaikan untuk mengadakan majlis membaca kisah Maulidur Rasul s.a.w, akan dibangkitkan oleh Allah s.w.t. pada hari kiamat bersama ahli siddiqin, syuhada’ dan solihin dan berada di dalam syurga Na’im”. Sirri al-Siqti berkata,” Sesiapa yang pergi ke suatu tempat untuk membaca kisah Maulid Nabi s.a.w. maka sesungguhnya ia telah pergi ke sebuah taman dari tamantaman syurga kerana tidaklah ia menuju ke tempat-tempat tersebut melainkan lantaran kerana kasih kepada Rasulullah s.a.w.,”.
  • 9. Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah bersabda,” Sesiapa yang mengasihiku maka ia bersamaku di dalam syurga,”. Telah berkata Sultan Ahli ‘Arifin Jalaluddin al-Suyuti di dalam kitabnya,” Tidak ada suatu rumah atau masjid atau tempat yang dibacakan di dalamnya mengenai Maulid Nabi s.a.w. melainkan malaikat mengelilingi ahli tempat tersebut dan Allah menebarkan rahmatNya kepada mereka”. Katanya lagi,” Tidak ada seorang muslim yang dibacakan di dalam rumahnya Maulid Nabi s.a.w. melainkan Allah mengangkat kemarau, waba’, kebakaran, bala, hasad dengki dan dijauhkan pencuri dari ahli rumah tersebut. Maka apabila ia mati, Allah akan mempermudahkan baginya menjawab soalan Munkar dan Nakir,”. Di dalam kitab al-Kawakib al-Durriyyah diriwayatkan bahawa di Basrah terdapat seorang lelaki yang mengadakan majlis Maulid Nabi pada setiap tahun. Berdekatan dengan rumahnya hidup sebuah keluarga Yahudi. Pada suatu hari, isteri Yahudi tersebut bertanya kepada suaminya “Apakah halnya dengan jiran muslim kita itu, setiap tahun ia akan membelanjakan wang yang banyak sepertimana yang dibelanjakannya pada bulan ini?” Maka kata suaminya “Mereka percaya bahawa pada bulan ini nabi mereka dilahirkan”. Sedang mereka tidur pada malamnya, isterinya bermimpi melihat seorang lelaki yang cukup hebat, penuh kebesaran, kehormatan dan cahaya. Ia berada di antara sahabatsahabatnya yang mengelilinginya seolah-olah lelaki tersebut seperti bulan. Maka perempuan tersebut berkata kepada salah seorang dari sahabat-sahabat tersebut, “Siapakah orang yang mempunyai cahaya yang memancar-mancar ini?” Mereka menjawab,”Dia adalah seorang nabi berbangsa Arab yang dipilih oleh Allah”. Perempuan itu bertanya lagi,”Adakah ia akan bercakap denganku apabila aku bercakap dengannya?” Mereka berkata,”Dia bukanlah seorang yang sombong atau meninggikan diri”. Lalu perempuan itu berkata,”Wahai Muhammad s.a.w!” Maka Rasulullah s.a.w menjawab dengan mulut yang manis,”Labbaika (Ya, aku menyahut seruanmu)”. Maka perempuan itupun berkata,”Kamu menjawab panggilan orang sepertiku ini dengan ‘labbaika’ sedangkan aku bukannya berada di atas agama kamu”. Maka Rasulullah s.a.w pun berkata, “Tidaklah aku berkata kepadamu seperti sebentar tadi melainkan setelah aku mengetahui bahawa sesungguhnya Allah telah memberikan petunjukNya kepada kamu. Maka perempuan itu berkata,”Sesungguhnya kamu adalah nabi yang mulia dan kamu mempunyai akhlak yang mulia. Hulurkanlah tanganmu, maka aku naik saksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawa engkau Muhammad adalah pesuruh Allah”. Kemudian perempuan tersebut bernazar, apabila siang menjelang, ia akan mensedekahkan segala harta yang dimilikinya kerana merasa gembira di atas keislamannya dan akan dibelanjakannya untuk meraikan Maulid Nabi s.a.w.
  • 10. Apabila bangun dari tidur, ia mendapati suaminya telah bersedia untuk mengadakan kenduri dan pada pagi itu suaminya kelihatan begitu berhemah tinggi. Maka ia pun berkata kepada suaminya,”Aku melihat kamu berada di dalam keazaman yang cukup baik”. Maka suaminya berkata,”Ini adalah kerana orang yang kamu masuk Islam ditangannya semalam”. Kata isterinya, “Siapakah yang telah membukakan bagimu akan rahsia ini dan memberitahumu?” Jawabnya “Orang yang telah mengislamkan aku dengan tangannya selepas mengislamkan kamu semalam”. Dari artikel: Kebangkitan Pemuda Islam Suatu Kemajuan Harus Dibimbing Bukan Dilawan (bagian ke 6/ dari 6) Oleh: Dr. Yusuf Qardhawi Penulis berpesan kepada para pemuda agar mereka turun dari langit mimpi dan dunia idealistik menuju ke bumi realistik. Berdampinganlah dengan rakyat, para pekerja, petani, buruh mujahid, masyarakat akar rumput (grass root) di kota-kota besar dan desa-desa terpencil, sehingga kalian akan memperoleh fitrah yang lurus, hati yang baik, dan raga yang terlatih bekerja. Penulis berpesan agar mereka terjun melihat realitas, memberikan sumbangsih pengajaran terhadap orang-orang yang masih buta huruf hingga dapat membaca, mengobati orang-orang yang sakit hingga sembuh, memompa semangat orang-orang untuk bangkit, mendorong orang-orang yang malas untuk bekerja, menolong orangorang yang membutuhkan hingga tercukupi kebutuhannya, dan berbagai kebajikan lainnya. Pemuda bertanggung jawab membentuk kelompok-kelompok untuk menghapuskan buta huruf, mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, membangun sarana umum, memerangi penyakit-penyakit menular, kampanye anti merokok, miras (minuman keras), dan gambar-gambar porno, melawan tradisi-tradisi yang berbahaya, dan menyebarkan tradisi-tradisi yang sehat sebagai gantinya. Betapa luasnya lapangan yang masih membutuhkan kesungguhan, niat, dan semangat para pemuda. Wahai pemuda Islam, janganlah kalian terpaku pada diri sendiri, meninggalkan bangsa, padahal mereka adalah nenek moyang, saudara-saudara, dan sanak kerabatmu. Turunlah ke masyarakat bangsamu! Bergumullah bersama mereka, hidup dan berserikatlah bersama mereka, bimbinglah orang-orang yang terbebani dalam hidupnya, usaplah air mata anak-anak yatim, tersenyumlah untuk menghibur wajahwajah yang tertimpa kesusahan, ringankanlah beban yang dipikul oleh orang-orang yang kepayahan, tolonglah orang yang teraniaya, dan obatilah hati yang bersedih dengan perbuatan, kata-kata yang baik, dan senyuman yang tulus. Sesungguhnya melakukan tugas sosial dan memprioritaskan pertolongan kepada mereka --khususnya terhadap golongan lemah-- merupakan ibadah yang bernilai tinggi yang belum ditunaikan secara baik oleh mayoritas umat Islam dewasa ini. Meskipun ajaran Islam jelas-jelas mengajak kepada kebaikan dan
  • 11. memerintahkannya, bahkan menetapkannya sebagai kewajiban harian bagi seorang muslim. Penulis telah menjelaskan dalam karya kami, al-Ibadah fil Islam, bahwa Islam memperluas lapangan ibadah dan memperlebar wilayahnya yang meliputi amal-amal yang amat banyak yang tak pernah terbetik di hati bahwa hal itu ditetapkan oleh agama paripurna ini sebagai suatu cara penghambaan (ibadah) dan pendekatan diri kepada Allah SWT. Ketahuilah, setiap amal yang bermanfaat dianggap sebagai ibadah oleh Islam. Bahkan ibadah yang paling utama, selama dimaksudkan oleh penulisnya sebagai kebaikan yang ikhlas lillahi ta'ala, bukan untuk mencari pujian dan popularitas semu. Setiap perbuatan baik yang dilakukan dengan niat dan cara yang baik digolongkan sebagai ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT (taqarrub illallah). Perbuatan semacam itu merupakan amal yang dapat menghapus air mata orang yang dirundung kesedihan, meringankan kegelisahan orang lain, membalut luka orang yang tertimpa bencana, membangkitkan semangat hidup orang yang kesusahan, mencegah penderitaan orang yang dizalimi, membantu orang yang dililit hutang, menolong fakir miskin, dan sebagainya. Amal yang demikian banyaknya telah ditetapkan oleh Islam sebagai ibadah kepada Allah SWT, cabang keimanan, dan hal-hal yang mendatangkan pahala dari-Nya. Penulis telah menyimak hadits-hadits Nabi Muhammad saw. mengenai hal ini dan berkesimpulan bahwa tidaklah mencukupi hanya dengan amal-amal yang dicontohkan tersebut, yang dianggap sebagai ibadah sosial (yang objeknya adalah manusia sebagai manusia). Lebih dari itu, Islam masih menetapkan amal yang terkait dengan eksistensi manusia sebagai makhluk biologis yang terdiri dari organ-organ. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan hadits Rasulullah saw., Setiap ucapan salam untukku dari orang-orang adalah sedekah baginya setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya. Berbuat adil di antara dua orang adalah sedekah. Menolong orang dengan mengangkatnya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya, adalah sedekah. Kata-kata yang baik adalah sedekah. Setiap langkah menuju tempat melakukan shalat adalah sedekah dan menyingkirkan gangguan dari jalan iuga sedekah. (Muttafaq'alaih) Ibnu Abbas juga meriwayatkan hadits semacam ini dari Rasulullah saw., Setiap senyuman seseorang merupakan shalat (baginya) setiap hari! Seorang dari para sahabat berkata, Ini adalah sesuatu yang paling berat dari apa yang pernah engkau sampaikan kepada kami! Rasulullah saw. menjawab, Perintahmu ber-amar ma'ruf dan laranganmu meninggalkan kemungkaran sama dengan shalat. Kamu membantu dan menolong orang yang lemah adalah shalat. Engkau menyingkirkan
  • 12. gangguan dari jalan adalah shalat. Dan setiap langkah untuk mengerjakan shalat adalah shalat juga. (HR Ibnu Huzaiman dalam Sahihnya) Hadist yang serupa maknanya dengan hadits di atas diriwayatkan oleh Buraidah dari Rasulullah saw., Dalam diri manusia ada 360 sendi, dia harus mengeluarkan sedekah untuk setiap sendi tersebut. Para sahabat bertanya, Siapa yang kuat untuk melakukannya wahai Rasulullah saw.? (Mereka mengira sedekah harta). Rasulullah saw. menjawab, Dahak di dalam masjid yang dipendamnya (dalam tanah) dan sesuatu yang mengganggu yang disingkirkannya dari jalan... (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Huzaimah, dan Ibnu Hibban) Berbagai hadits menerangkan bahwa tersenyum kepada orang lain, menuntun tuna netra, menunjukkan jalan bagi orang yang tersesat, turut merasakan penderitaan orang lain, memikul beban berat kaum dhuafa, dan semua pekerjaan baik di dunia ini merupakan sedekah. Dengan menjalankan petunjuk Rasulullah saw. tersebut, seorang muslim hidup di tengah masyarakat dengan memancarkan kebaikan dan kasih sayang serta penuh manfaat dan berkah. Ia melakukan kebaikan dan mengajak orang lain kepada kebaikan pula. Ia menerangkan dan menunjukkan hal-hal yang ma'ruf, sehingga ia layak disebut sebagai kunci kebajikan dan penutup pintu kejahatan. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, Sungguh beruntung seorang hamba Allah yang (dijadikan-Nya) sebagai kunci pembuka kebaikan dan sekaligus pengunci bagi kejahatan. Sebagian muslim yang bersemangat mengatakan, Akan tetapi, amal-amal sosial ini dapat mengganggu kesibukan berdakwah dan memberi kontribusi dalam bentuk nyata, padahal aspek ini lebih membutuhkan garapan dan keseriusan. Penulis menjelaskan kepada mereka bahwa amal sosial merupakan salah satu bentuk dakwah kepada masyarakat secara real, yakni dakwah yang disertai aksi (perbuatan). Dakwah bukanlah sekadar pemaparan kata-kata atau tulisan, tetapi juga memperhatikan dan menyelesaikan persoalan manusia. Imam Hasan al-Banna --semoga Allah SWT senantiasa merahmatinya-- amat peka terhadap persoalan semacam ini, yang mendorongnya mendirikan badan sosial bersama kaum muslimin lainnya. Umat Islam diperintahkan untuk menebar kebaikan kepada manusia lain seperti halnya perintah untuk melakukan ruku', sujud, dan beribadah kepada Allah. Seperti ditegaskan Allah Azza wa Jalla, Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebaikan supaya kamu mendapatkan kemenangan. Dan berjihadlah
  • 13. kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu... (al-Hajj: 77-78) Maka, penulis membuat tiga kategori muslim berdasarkan aktivitas yang mereka lakukan. Pertama, muslim yang menekankan hubungan vertikal dengan Allah dalam bentuk pelaksanaan berbagai ibadah ritual kepada-Nya. Kedua, muslim yang menekankan hubungannya dengan masyarakat dalam bentuk pelaksanaan programprogram sosial demi kebaikan masyarakat. Ketiga, muslim yang menekankan perlawanan terhadap kekuatan-kekuatan jahat. Mereka berjihad di jalanAllah dengan sebenar-benarnya. Barangsiapa yang menyibukkan diri melakukan kebaikan bagi masyarakat, maka dia tidak menyibukkan diri kecuali untuk hal-hal yang diwajibkan Allah kepadanya. Muslim yang melaksanakannya, insya Allah, akan menerima pahala dariNya dan terpuji di hadapan manusia. Sebagian aktivis yang menggebu-gebu mengatakan, Sesungguhnya jihad yang dilakukan oleh para da'i harus difokuskan pada upaya mendirikan negara Islam yang menerapkan hukum Allah dan menjalankan seluruh aspek kehidupan atas dasar Islam. Negara tersebut harus benar-benar menerapkan Islam dan menyiarkannya ke luar negeri. Bila negara Islam telah berdiri, maka negara akan menguasai seluruh hajat dan tuntutan masyarakat, menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh penduduk, memberikan lapangan pekerjaan kepada orang-orang yang menganggur, memelihara dan menjamin para dhu'afa, mencukupi segala kebutuhan masyarakat, menyuplai obat-obatan kepada orang-orang yang menderita sakit, menyadarkan orang-orang yang zalim, dan membangun kekuatan kelompok mustadh'afin. Maka kita harus mewujudkan berdirinya negara ini. Tidak membuang-buang waktu untuk memulai langkah perdana, membangun sisi-sisi tertentu, dan menggarap dasar-dasarnya, tegas mereka. Menanggapi pernyataan tersebut, penulis ingin menjelaskan bahwa mendirikan negara Islam yang menerapkan syari'at Allah, mengumpulkan dan mempersatukan umat di bawah panji Islam itu fardhu hukumnya. Kita wajib mengusahakannya dan wajib pula bagi para da'i untuk melakukan sesuatu sedapat mungkin dalam rangka mencapainya dengan menerapkan metode-metode yang paling ideal dan melalui jalan-jalan yang paling utama. Kita harus menggalang potensi yang masih berserakan, latihan berpikir yang tertib, menyingkirkan berbagai kendala, merangkak menelusuri jalan menuju tercapainya maksud tersebut, dan mempersiapkan pendapat umum dalam skala nasional dan internasional untuk menerima ide pendirian negara Islam. Hal ini tentu membutuhkan waktu yang amat panjang, kesabaran yang baik, hingga tercukupinya syarat-syarat yang diperlukan, lenyapnya tantangan-tantangan, dan kematangan hasil dari proses perjuangan. Dalam upaya mewujudkan cita-cita mulia
  • 14. itu, sebaiknya setiap muslim menyibukkan diri pada hal-hal yang dapat dilakukan dan ditekuni. Misalnya membina keluarga dan membangun masyarakat. Dan ingatlah, Allah tidak membebani seseorang melebihi batas kemampuannya. Doktrin ini dapat dijadikan pelajaran dalam berjuang karena banyaknya cobaan dan rintangan dalam memimpin dan mempengaruhi masyarakat. Seorang muslim tidak sepatutnya menolak mengobati orang yang sakit padahal dia mampu melakukan pengobatan dengan alasan menunggu berdirinya negara Islam. Tidak dibenarkan pula seorang muslim membiarkan orang-orang fakir, janda, dan lemah padahal dia sanggup membantu mereka dengan memungut zakat dari orang kaya, dengan alasan santunan itu akan dilaksanakan setelah negara Islam berdiri melalui solidaritas sosial yang menyeluruh. Tidak sepantasnya seorang muslim melihat orang-orang di sekelilingnya saling bermusuhan dan membunuh, sedangkan dia diam saja sambil menunggu berdirinya negara Islam. Melihat berbagai permasalahan itu, seorang muslim harus mengadakan perbaikan di antara mereka secara wajar dan adil serta memerangi kelompok yang enggan diajak berdamai. Sepatutnya seorang muslim melawan kejahatan sedapat mungkin, demikian juga dalam hal mengerjakan kebaikan. Ia tidak boleh berpangku tangan. Hendaknya ia mengerjakan kebajikan dalam kapasitas kemampuannya, meskipun sekecil atom. Allah SWT berfirman, Bertakwalah kepada Allah semampu kamu (at-Taghabun: 16) Negara Islam yang dicita-citakan ini dapat dimisalkan sebagai pohon zaitun dan kurma yang hasilnya baru dapat dipetik beberapa tahun yang akan datang. Apakah pemilik kebun akan berhenti bekerja dan menanti kurma dan zaitunnya berbuah? Tentu tidak. Ia dapat menanam tanaman-tanaman yang cepat menghasilkan. Apalagi tanaman-tanaman tersebut dapat menyuburkan tanah, mengisi waktu, dan memberikan kesibukan yang bermanfaat. Di sisi lain, pohon zaitun dan kurma yang telah ditanam juga membutuhkan perawatan hingga masa panen tiba. Sumber: Kebangkitan Islam dalam Perbincangan Para Pakar (As-Shahwatul Islamiyah Ru'yatu Nuqadiyatu Minal Daakhili). Penerbit Gema Insani Press http://media.isnet.org/islam/Bangkit/Qardhawi6.html Tags: copas Ibn Qayyim mengklafikasikan air mata kepada 10 jenis iaitu:
  • 15. 1. menangis kerana kasih sayang dan kelembutan hati. 2. menangis kerana rasa takut. 3. menangis kerana cinta. 4. menangis kerana gembira. 5. menangis kerana menghadapi penderitaan. 6. menangis kerana terlalu sedih. 7. menangis kerana terasa hina dan lemah. 8. menangis untuk mendapat belas kasihan orang. 9. menangis kerana mengikut-ikut orang menangis. 10. menangis orang munafik. Bismillahirrahmanirrahim.. Wabarakatuh. Assalamualaikum Warahmatullahi Untuk renungan dan amalan bersama. Di dalam lapar 10 kemudaratan. ada 10 kebaikan dan dalam LAPAR : menjernihkan hati, mencerdaskan menerangi pengelihatan hati KENYANG : menyebabkan kebebalan, membuatkan hati buta kenyang ada otak, dan LAPAR : merasai kelazatan berzikir kerana hati dan bercahaya. KENYANG : zikirnya hanya di lidah dan hati merasa apa-apa, hatinya tertutup daripada Allah. LAPAR : menyebabkan hilang rasa angkuh dan saat ini rasa kehambaannya pada Tuhan adalah hatinya akan tenang. KENYANG : tidak merasa kebesaran Allah, rasa akan memenuhi hati. LAPAR : tidak melupai cerdas akan mengingati bala di KENYANG : menyebabkan dan lupa bala Allah. bala bala lembut tidak cahaya ego. Di memuncak, ketuanan Allah. Orang yang berakal di Akhirat apabila melihat dunia. seseorang itu lupakan kelaparan
  • 16. LAPAR : mematahkan hawa nafsu terhadap segala bentuk maksiat kerana lapar akan melemahkan nafsu. KENYANG : mudah mengikut nafsu kerana kekenyangan adalah pintu kepada syaitan untuk masuk ke dalam hati manusia. LAPAR : kuranglah tidurnya dan mudah untuk bangun KENYANG : akan merasa mengantuk kerana gas yang dihasilkan oleh pencernaan makanan Meruap ke otak. Otak kekurangan oksigen. LAPAR: mudah kerana pintu KENYANG : menyebabkan ia Allah. untuk mendapat khusyuk dalam ibadah godaan syaitan tertutup. syaitan makan mengganggu ibadahnya tidak dapat menumpukan hatinya pada LAPAR : terhindar daripada banyak jenis kerana kebanyakan penyakit berpunca daripada makanan yang dimakan. KENYANG : mengundang pelbagai jenis penyakit diebetis, taun dan lain-lain. penyakit kandungan seperti LAPAR : menjimatkan perbelanjaan di kala kegawatan ekonomi kerana dapat mengurangkan perbelanjaan terhadap makanan. KENYANG : sudah tentunya memerlukan perbelanjaan untuk mendapatkan makan bagi tujuan ini sedang negara menghadapi krisis ekonomi yang hebat. LAPAR : menyemai rasa kasih sayang pada insan terutama fakir miskin dan anak yatim. KENYANG : tidak merasai kesusahan orang seterusnya menyebabkan hilang kasih sayang di hatinya. lain lain Sahabatku sekalian, lapar merupakan tali yang mengikat nafsu. Ingatlah bahawa syaitan sentiasa berada dalam diri anak Adam dan berjalan melalui salur darah (arteri dan vena). Dan saluran itu akan disempitkan untuk syaitan dengan berlapar dan haus. Cubalah menehan diri daripada terlalu banyak makan dan minum dengan cara berpuasa. Bila berbuka berbuka jangan hentam habis pula. Berusahalah untuk membuktikan kasih dan sayang pada diri kita. Kasihilah akal, hati dan badan, agar anggota itu berfungsi dengan baik. InsyaAllah kita akan dapat memberi kasih sayang pada orang lain dan semoga NUR Allah akan menyinari hari-hati kita. Berusaha, berjaya! wallahua’lam.. http://genkeis.multiply.com/journal?page_start=60
  • 17. Masa muda memang masa yang indah, penuh kenangan, dan memberikan nuansa yang berbeda dalam diri kita. Kita lebih mudah bernostalgia dengan masa muda kita, (mungkin) merasa lebih bahagia dan senang dengan masa muda kita, dan (terkadang) lebih gampang membanggakan diri ketika muda. Sudah banyak sekali artikel maupun referensi yang menyatakan mengenai keutamaan masa muda, dan dapat kita temui dengan mudah artikel-artikel maupun tulisan yang membeberkan mengenai keistimewaan masa muda. Salah satu argumen yang sering diutarakan dalam berbagai tulisan tersebut adalah hadits berikut. Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskan; tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan; tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. (HR. Tirmidzi) Jika kita melihat sekilas hadits diatas, kesan yang pertama kali kita dapatkan mungkin akan sangat membebani diri kita. Peringatan yang keras agar kita berhatihati dalam menghabiskan umur ketika muda. Namun, kalau kita mau sedikit mengambil sudut pandang yang berbeda, apalagi kalau kita sekarang merasa masih muda, maka kita bisa melihat bahwasanya, masa muda seseorang itu memiliki keutamaan dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupan seorang anak manusia. Kalau dalam bahasa penilaian ilmiah, mungkin pembobotan masa muda dibandingkan dengan masa lain menjadi lebih berat. Sebagai sebuah ilustrasi, kita menghadapi ujian, dan soal ujian yang harus kita kerjakan terdiri dari beberapa bentuk: ada format pilihan ganda; mencongak/mencocokan; mengisi beberapa “titik-titik yang kosong” dengan pilihan kata/istilah yang tersedia pada sebuah esai; jawaban singkat; bahkan ada yang memerlukan jawaban esai yang sedikit panjang. Nah, mungkin saja, jawaban esai dari soal yang kita kerjakan diberikan bobot yang lebih besar dibandingkan pilihan ganda, kira-kira begitulah ilustrasi yang bisa kita berikan dalam memandang masa muda dibandingkan masa-masa lain dalam kehidupan kita. Sebuah kebaikan yang dibuat oleh seorang pemuda, tentu akan bernilai berbeda dari pada yang dilakukan oleh orang yang tua maupun anak-anak (dengan memandang aspek lain dalam kondisi yang sama, -red). Karena seorang anak-anak mungkin melakukan ibadah karena terdorong oleh faktorfaktor lain yang menarik hatinya, seperti ada hadiah yang ingin diraih, “paksaan” dari orang tua, maupun ketertarikan yang terkadang tidak berhubungan dengan ibadah,
  • 18. semisal karena teman-teman semuanya beramal sehingga tidak ingin tertinggal sendirian, karena ada seseorang yang ingin didekati, ataupun karena bagian dari peraturan yang harus ia jalankan, seperti ketika disekolah ataupun lain-lainnya. Dan amalan seorang pemuda juga berbeda dengan orang tua, apalagi kalau orang tersebut sudah renta. Maklumlah dia mau beribadah, mungkin karena di sisinya sudah tercium aroma sang malaikat pencabut nyawa. Sedangkan ketika seorang pemuda beramal, maka ia sungguh sangat luar biasa. Dimasa-masa mudalah semangat tuk melakukan pemberontakan itu sangat besar, upaya pencarian jati diri, ingin lepas dari pengaruh orang lain (seperti orang tua), dan sedang merasa benar sendiri. Maka dari itu, (bisa jadi) amalan-amalan yang kita lakukan selagi masih muda, bisa bernilai sangat besar. Dan mungkin dapat kita banggakan ketika Allah mempertanyakan masa muda kita. “Wahai fulan/ah, untuk apa engkau habiskan masa mudamu?”, maka jika kita mempergunakan masa muda kita dengan sebaik-baiknya, kita bisa saja menjawabnya dengan sedikit berbangga hati, “Ya Allah, seseungguhnya saya menghabiskan masa mudaku dengan menuntut ilmu (belajar), suatu hal yang diwajibkan olehMu dan dianjurkan oleh utusanMu; saya mendirikan rukun Islam dengan baik, dan konsisten dalam mengamalkannya; dan saya pun telah menjaga diri saya sebaik-baiknya dari fitnah zaman masa mudaku” Sungguh luar biasa, suatu jawaban yang Insya Allah bisa membuat Tuhan kita tersenyum dan bangga, serta sangatlah mungkin kan mengantarkan kita melalui gerbang syurga. Jadi, kepada para pemuda, saya wasiatkan satu hal ini saja, beramallah sebanyakbanyaknya, selagi kita masih muda. Ibnu Abbas ‫ رضي ال عنه‬berkata: Aku pernah di belakang Rasulullah ‫صلی ال عليه وسلم‬ pada suatu hari dan beliau bersabda: Wahai anak muda, peliharalah (ajaran) Allah, niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah (ajaran) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.(Riwayat Tirmidzi. Ia berkata: Hadits ini shahih) Syamsul Arifin 17 December 2007 *sebuah pesan tuk sang diri yang sedang bertahan dalam masa muda* Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang mulia, salah satu dari bulan haram (suci) dimana amal ibadah di bulan ini pahalanya dilipatgandakan. Dan bulan ini juga merupakan
  • 19. bulan pelaksanaan ibadah haji. Jutaan umat Islam berkumpul di tanah suci untuk menunaikan panggilan Allah melaksanakan rukun Islam yang kelima. Kemuliaan bulan Dzulhijjah, khususnya pada sepuluh hari pertama telah diabadikan dalam AlQur’an, Allah SWT berfirman: “Demi fajar, Dan malam yang sepuluh, Dan yang genap dan yang ganjil, Dan malam bila berlalu” (QS Al-Fajr 1-4) Allah SWT. bersumpah dengan lima makhluk-Nya, bersumpah dengan waktu fajar, malam yang sepuluh, yang genap, yang ganjil dan malam ketika berlalu. Dan para ulama tafsir seperti, Ibnu Abbas ra, Ibnu Zubair ra, Mujahid ra, As-Sudy ra, AlKalby ra. menafsirkan maksud malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Allah bersumpah dengan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah karena keutamaan beribadah pada hari tersebut, sebagaimana hadits Rasul saw, : Dari Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Tiada hari dimana amal shalih lebih dicintai Allah melebihi hari-hari ini –yaitu sepuluh hari pertama Dzulhijjjah.“ Sahabat bertanya, ”Ya Rasulallah saw, tidak juga jika dibandingkan dengan jihad di jalan Allah?“ Rasul saw. menjawab, ”Tidak juga dengan jihad, kecuali seorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya serta tidak kembali (gugur sebagai syahid).” (HR Bukhari) AMAL SHALIH DI SEPULUH HARI PERTAMA DZULHIJJAH 1. Takbir, Tahlil dan Tahmid “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (QS Al-Baqarah) Jumhur ulama sepakat bahwa beberapa hari berbilang adalah hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Imam Al-Bukhari memasukan hari Tasyriq pada hari sepuluh pertama Dzulhijjah, dan memiliki keutamaan yang sama sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani memberikan komentar dalam kitabnya Fathul Bari: pertama, bahwa kemuliaan hari Tasyriq mengiringi kemuliaan Ayyamul ‘Asyr; kedua, keduanya terkait dengan amal ibadah haji; ketiga, bahwa sebagian hari Tasyriq adalah sebagian hari ‘Ayyamul ‘Asyr yaitu hari raya Idul Adha. Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Tiada hari-hari dimana amal shalih paling utama di sisi Allah dan paling dicintai-Nya melebihi sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Perbanyaklah pada hari itu dengan Tahlil, Takbir dan Tahmid.” (HR Ahmad dan Al-Baihaqi)
  • 20. Berkata imam al-Bukhari, ”Ibnu Umar ra. dan Abu Hurairah ra pada hari sepuluh pertama Dzulhijjah pergi ke pasar bertakbir dan manusia mengikuti takbir keduanya.” 2. Puasa sunnah, khususnya puasa sunnah ‘Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah Dari Abu Qatadah ra berkata, Rasulullah saw. ditanya tentang puasa hari ‘Arafah.Rasul saw menjawab, ”Menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR Muslim) 3. Memperbanyak amal ibadah, karena pahalanya dilipatgandakan, seperti shalat, dzikir, takbir, tahlil, tahmid, shalawat, puasa infak dll. Dari Jabir ra bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Sebaik-baiknya hari dunia adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah.” Ditanya, “Apakah jihad di jalan Allah tidak sebaik itu?” Rasul saw. menjawab, ”Tidak akan sama jika dibandingkan dengan jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang menaburkan wajahnya dengan debu (gugur sebagai syahid).” (HR Al-Bazzar dengan sanad yang hasan dan Abu Ya’la dengan sanad yang shahih) 4. Shalat ‘Idul Adha pada Hari Nahr (10 Dzulhijjah) Allah Ta’ala berfirman: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (QS al-Kautsar 2) Di antara makna perintah shalat disini adalah shalat Idul Adha. Berkata Ar-Rabi’, “Jika engkau selesai shalat di hari Idul Adha, maka berkurbanlah.” Rasulullah bersabda: Dari Abu Said berkata, “Rasulullah saw. keluar di hari Idul Fitri dan Idul Adha ke musholla. Yang pertama dilakukan adalah shalat, kemudian menghadap manusia – sedang mereka tetap pada shafnya- Rasul saw berkhutbah memberi nasehat dan menyuruh mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi) Dari Ummi ‘Athiyah berkata, ”Kami diperintahkan agar wanita yang bersih dan yang sedang haidh keluar pada dua Hari Raya, hadir menyaksikan kebaikan dan khutbah umat Islam dan orang yang berhaidh harus menjauhi musholla.” (Muttafaq ‘alaihi) Dalam menetapkan shalat Idul Adha (Hari Nahar) DSP mengacu pada semangat kebersamaan dengan seluruh komponen umat Islam di Indonesia dan merujuk pada Keputusan Fatwa MUI No. 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah serta ketetapan/sidang itsbat Depag RI bersama ormas Islam. 5. Takbir dan berkurban di hari Tasyriq
  • 21. “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (QS Al-Baqarah) Pada hari Tasyriq juga masih disunnahkan untuk berkurban. Rasulullah saw. bersabda, “Seluruh hari Tasyriq adalah hari penyembelihan (kurban).” (HR Ahmad) Demikian Bayan Dewan Syariah Pusat Partai Keadilan Sejahtera sebagai panduan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, semoga Allah memberikan keberkahan kepada kita semua. Jakarta, 24 Dzulqa’dah 1428 H / 5 Desember 2007 M DEWAN SYARIAH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA KH. DR. SURAHMAN HIDAYAT, MA KETUA Sumber: www.pk-sejahtera.org Tags: copas Salah satu indikasi cengeng adalah tangisan. Yups, dan terkadang menangis bisa menjadi ajang pelarian dari luapan emosi. Sebenarnya, menangis merupakan salah satu hal yang bagus lho. Loh, kok bisa menangis dianggap suatu hal yang bagus? Bukankan kalo menangis itu kita jadi seperti gampang menyerah terhadap keadaan, tidak tegar, bermental rapuh, dan cengeng..? Eits, tunggu dulu, liat aja beberapa hadits berikut. Dari Nabi SAW, beliau bersabda: Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk bezina), tapi ia mengatakan: Aku takut kepada Allah, seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya. (HR Bukhari) Abu Dzar meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, Sesungguhnya saya melihat apa-apa yang kalian tidak melihatnya. Saya mendengar apa-apa yang tidak kalian
  • 22. dengar. Langit telah merintih. Tidak ada padanya tempat untuk empat jari kecuali di situ ada seorang malaikat yang bersujud. Jika kalian mengetahui apa yang saya ketahui tentu kalian tidak lagi banyak tertawa sebaliknya akan banyak menangis. Kalian tidak lagi menghiraukan kelezatan dengan isteri-isteri kalian di tenpat tidur, sebaliknya kalian ingin keluar untuk berteriak, berdo'a khusyu' kepada Allah. (HR. Ahmad) Golongan yang terakhir dari tujuh golongan yang akan dinaungi Allah digambarkan sebagai orang yang meneteskan air mata setelah mengingat Allah dalam kesendirian. Wah2x, luar biasa kan keutamaan dari menangis. Dan di hadits terakhir disebutkan bahwa jika ada seseorang yang telah benar-benar mengetahui keadaan yang ghaib (hari akhir, siksaan Allah, ketaatan makhluk-makluk Allah, dll), maka tentu kita akan menjadi orang-orang yang jarang tertawa dan lebih banyak menangis. Wah2x.., asyik juga ya jadi orang yang suka menangis. Menangis karena mengingat Allah, menangis karena takut kepada Allah, dan menangis karena mengharap kepadaNya. Tapi itu mah berat amat euy :D Lalu, boleh ngga kita menangis untuk hal-hal yang bersifat keduniawian, seperti setelah mendapat musibah, ketika sakit, ketika ada masalah besar yang sulit diatasi, ketika bersedih, atau ketika diputus sang pacar ^-^ Wah2x.., klo itu mungkin lain lagi ceritanya kali ya… Hmmm… Sebetulnya sih, sedih sehingga menangis merupakan suatu hal yang manusiawi aja. Sebagaimana kita bergembira atau berbahagia. Semua itu merupakan bagian dari suasana hati yang sangat manusiawi. Bahkan, klo tidak pernah menangis atau bersedih, perlu dipertanyakan juga tuh sifat kemanusiawiannya… Jangan-jangan bukan manusia lagi… hiiiihhh Nah, sebagaimana perlakuan dari sifat-sifat manusiawi itu, mereka pun perlu ada tempat dan kadarnya. Klo ngga punya, berarti salah, tapi klo kebanyakan juga salah banget. Lantas gimana dong baiknya..? Nah, dengerin nih apa kata Imam Ali kw, “Jangalah kalian terlalu bergembira atas apa yang kalian dapat, dan janganlah kalian terlalu bersedih atas apa yang kalian luput” Hmmm, jadi intinya…?
  • 23. Nanti dulu, buru-buru amat sih :D hihihi Dulu pernah baca sebuah artikel dari kumpulan artikel “Dari Akhwat untuk Akhwat”nya mba Atik yang berjudul “Muslimah Manja”. Lho, kok kak Ipin bacaan artikel akhwat sih..? Nah ya… Hehehe, kan calon istri kak Ipin nanti (Insya Allah) adalah seorang akhwat, jadi kudu belajar donk tentang keakhwatan, biar bisa memahami %peace% . Wah, jurus ngeles boleh nih.. hihihi… ok deh, lanjut kak. Ok, tapi jangan protes lagi ya kalo mau ka Ipin lanjutin. Ok. :) Di artikel itu diceritakan sedikit gambaran para istri-istri yang suaminya tawan oleh Israel (la’natullah alaih) di bumi para syuhada Palestina. Coba bayangkan, ada berapa ratus ribu para mujahid yang ditahan di penjara-penjara Israel (la’natullah alaih), dan bagaimana perjuangan ketegaran para istri yang harus mengurus anak-anaknya dan bersikap tegar dalam kondisi yang serba sulit seperti itu, daerah konfik euy, yang semuanya serba susah. Kalau mereka cengeng, mungkin sudah ada banjir air mata di sana, namun mereka sungguh sangat luar biasa. Nah.., malu kan sama ibu-ibu disana. So, jangan terlalu cengeng ya. Nangis sih boleh-boleh saja, asal tetap proporsional dan pada tempatnya. Sebagaimana Rasulullah saw pun pernah menangis ketika anak laki-lakinya yang bernama Ibrahim meninggal dunia. Ibnu Umar mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, Air mata mengalir, dan hati pun bersedih. (Diriwayatkan dengan maushul oleh penyusun dalam hadits berikutnya dengan lafal yang mirip dengannya, dan di-maushul-kan oleh Muslim dari Anas dengan lafal ini.) Anas bin Malik ra berkata, Kami masuk bersama Nabi pada Abu Saif al-Qain (si pandai besi), suami wanita yang menyusui Ibrahim. Lalu, Rasulullah mengambil Ibrahim dan menciumnya. Sesudah itu kami masuk kepadanya dan Ibrahim mengembuskan napas yang penghabisan. Maka, air mata Rasulullah mengucur. Lalu Abdurrahman bin Auf berkata kepada beliau, 'Engkau (menangis) wahai Rasulullah?' Beliau bersabda, 'Wahai putra Auf, sesungguhnya air mata itu kasih sayang.' Kemudian air mata beliau terus mengucur. Lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya air mata mengalir, dan hati pun bersedih. Namun, kami hanya mengucapkan perkataan yang diridhai oleh Tuhan kami. Sungguh kami bersedih karena berpisah denganmu wahai Ibrahim.' (HR Bukhari) So, jadilah akhwat keren yang ngga cengeng, dengan menangis hanya pada tempattempatnya saja, dan jadi akhwat hebat karena menjadi akhwat yang tegar. Percayalah akan pertolongan Allah, yakinlah atas janji-janjiNya, dan teroboslah ujian-ujianNya. Sebagaimana dicontohkan oleh seorang wanita yang luar biasa, seorang ibu yang beriman, Khansa ra di dalam peperangan Qadisiyah. Dialah yang mendorong empat anaknya dan berpesan kepada mereka untuk berani maju ke depan dan teguh
  • 24. menghadapi peperangan dalam kata-katanya yang mantap dan menarik. Ketika peperangan belum selesai, sudah ada pemberitahuan bahwa semua anaknya telah syahid, maka Khansa tidak gusar ataupun berteriak-teriak, bahkan ia berkata dengan penuh ridha dan yakin, Segala puji bagi Allah yang telah memberi kemuliaan kepadaku dengan gugurnya mereka di jalan-Nya. 8 Desember 2007 Syamsul Arifin “Untuk seseorang yang sedang menahan air mata di ujung sana” :hihi: %peace% Tags: lesson 12 comments share Dec 6, '07 4:52 AM for everyone Hakikat yang urgen dalam masalah hukuman, yaitu bahwa sesungguhnya Islam tidak bergerak di balik pelaksanaan hukuman, dan tidak menunggu pelaksanaan hukuman itu pada orang yang melakukan sesuatu yang menyebabkan dia berhak dihukum. Serta tidak memasang peralatan untuk mengintai orang-orang yang berbuat maksiat atau memasang kamera rahasia yang dapat merekam mereka ketika berbuat demikian. Tidak juga memerintahkan polisi kriminal atau mata-mata untuk mencaricari aurat (kesalahan) manusia yang melanggar syari'at, sehingga mereka tertangkap ketika melaksanakannya. Islam Menutupi Masalah-Masalah Hukuman (Hudud) Bahkan kita dapatkan bahwa taujihaat Islam sangat memperhatikan penjagaan kehormatan manusia secara khusus dan haramnya tajassus atau mencari-cari aurat mereka. Tidak dari perorangan dan tidak pula dari pemerintah yang berkuasa. Imam Hakim meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf bahwa pada suatu malam ia berjaga bersama Umar di Madinah. Ketika mereka sedang berjalan ada yang menyalakan api di rumah, maka keduanya bergegas menuju ke sana, sehingga ketika sudah dekat dengan rumah tersebut, ternyata pintunya terkunci. Di dalamnya terdengar ada suara keras, maka Umar berkata sambil memegang tangan Abdur Rahman, Tahukah kamu rumah siapakah ini? Abdurrahman menjawab, Tidak Umar berkata, Ini rumah Rabitah bin Umayah bin Khalaf, mereka sekarang minum khamr, bagaimana pendapatmu? Abdurrahman berkata, Saya berpendapat bahwa kita telah mendatangi sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT, Allah telah melarang kita dengan firman-Nya, Walaa Tajassasuu, sementara kita telah bertajassus, kemudian Umar pergi meninggalkan mereka. (HR. Hakim) Dari Zaid bin Wahb, ia berkata, Ada seorang laki-laki datang kepada Ibnu Mas'ud, kemudian bertanya, Maukah engkau melihat Walid bin 'Uqbah yang jenggotnya meneteskan khamr ?, maka Ibnu Abbas berkata, Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang kita untuk bertajassus, tetapi jika nampak di hadapan kita maka kita
  • 25. bertindak (untuk menghukumnya) (HR. Abu Dawud dan Hakim) Dari empat sahabat; Jubair bin Nafir, Katsir bin Murrah Miqdam bin Ma'di Karib dan Abi Umamah Al Baahili ra, dari Nabi SAW beliau bersabda, Sesungguhnya amir (seorang pemimpin) itu apabila mencari keraguan pada manusia maka akan merusak mereka. (HR. Abu Dawud) Bahkan ajaran Rasulullah SAW sangat mendorong agar setiap Muslim menutupi aurat dirinya dan aurat orang lain. Dalam suatu riwayat disebutkan sebagai berikut: Dari Ibnu Umar ra, sesungguhnya Rasulullah SAW setelah melaksanakan hukuman (had) pada Ma'iz bin Malik Al Aslami, beliau berdiri, kemudian bersabda, Jauhilah kotoran ini yang telah Allah larang, maka barangsiapa yang terjerumus dalam perbuatan ini maka hendaklah meminta tutup dengan tutup Allah, dan hendaklah bertaubat kepada Allah, karena barangsiapa membuka kepada kami lembaran (kesalahan)-nya maka kami berlakukan kepadanya Kitab (hukum) Allah. (HR. Hakim) Rasulullah SAW telah melaksanakan had untuk Ma'iz, setelah dia datang kepada Rasulullah SAW sebanyak empat kali dengan mengakui kesalahannya dan setelah Nabi SAW berupaya untuk menjauhkan tuduhan darinya dan mengajarinya yang itu menunjukkan upaya agar tidak memenuhi rukun-rukun dosa (zina), tetapi ia (Ma'iz) masih tetap bersikeras. Peristiwa itu kemudian disusul dengan kasus serupa oleh wanita Ghamidiyah. Diriwayatkan dari Abi Burdah, dari ayahnya, ia berkata, Kami adalah sahabat Nabi SAW kami berbincang-bincang bahwa seandainya Ma'iz dan orang wanita itu tidak datang yang keempat kalinya maka Rasulullah tidak akan menuntut kepadanya. (HR. Hakim) Nabi SAW pernah bersabda kepada Hazal, yaitu orang yang mendorong Ma'iz untuk mengaku di hadapan Nabi SAWJika seandainya kamu menutupinya dengan bajumu niscaya akan menjadi kebaikan untukmu. (HR. Hakim) Dari Abi Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang menutupi saudaranya Muslim di dunia maka Allah akan menutupinya di dunia dan di akhirat. (HR. Abu Dawud) Dari Abi Hurairah ra, dan Nabi SAW; beliau bersabda, Tidaklah seorang hamba menutupi hamba yang lain di dunia kecuali Allah akan menutupi aib-nya di hari kiamat. (HR. Hakim) Jika hadits-hadits tersebut menjelaskan pahala orang yang menutupi saudaranya Muslim, maka hadits berikut ini bersifat umum: Dari Katsir pembantu 'Uqbah bin 'Amir, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
  • 26. Barangsiapa melihat aurat, lalu menutupinya, maka ia seperti orang yang menghidupkan kembali anak perempuan yang dikubur secara hidup-hidup dari kuburnya. (HR. Abu Dawud dan Hakim) Demikian juga kita dapatkan berbagai taujihat Islami yang jelas dalam menekankan untuk memaafkan dan berlapang dada dalam kaitannya dengan hukuman-hukuman yang berkaitan dengan hak-hak manusia sebagai hamba Allah, seperti mencuri, dengan syarat tidak sampai pada kekuasaan hukum, maka di sana tidak ada kesempatan untuk dimaafkan atau ditolong. Dalam hal ini ada hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar sebagai berikut: Saling memaafkanlah di antara kamu dalam kaitannya dengan hukuman, karena apa-apa (keputusan) yang telah sampai kepadaku dari hukuman berarti wajib (dilaksanakan). (HR. Abu Dawud dan Nasa'i) Ibnu Mas'ud berkata: Sesungguhnya aku akan menyebutkan pertama kali orang yang dipotong (tangannya) oleh Rasulullalh SAW Adalah didatangkan seorang yang mencuri maka diperintahkan untuk dipotong, tetapi seakan wajah Rasulullah SAW nampak menyesal, maka sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, seakan-akan engkau tidak suka memotongnya, Nabi bersabda, Tidak ada yang menghalangi aku, janganlah engkau menolong syetan atas saudara kamu, karena tidak pantas bagi seorang imam apabila telah sampai padanya hukuman kecuali harus melaksanakannya, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, cinta untuk mengampuni, Allah berfirman, Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (An-Nuur: 22) (HR. Hakim). Ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW kemudian mengaku bahwa ia telah melakukan sesuatu yang mewajibkan harus dihukum, maka Nabi tidak bertanya kepadanya tentang hukuman itu, apa hukumannya dan bagaimana ia melakukan, melainkan beliau menganggap pengakuannya itulah yang menyebabkan ia dihukum sebagai taubat dari dosanya dan penyesalan atas kelengahannya, ini menjadi kaffarah (penghapus dosa) baginya, karena tidak akan terjadi hukuman yang demikian apabila ia shalat bersama Rasulullah SAW. Abu Dawud telah meriwayatkan dalam bab Seseorang yang mengaku dengan hukuman dan tidak menyebutkan namanya. Dari Abi Umamah, sesungguhnya ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi SAW lalu berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah berbuat (sesuatu) yang harus dihukum, maka hukumlah aku. Nabi bersabda, Apakah kamu berwudhu ketika kamu datang (ke mari), lakilaki itu menjawab, Ya, Nabi bersabda, Apakah kamu shalat bersama kami ketika kami shalat? Orang itu berkata, Ya, Nabi bersabda, Pergilah, sesungguhnya Allah SWT telah memaafkan kamu. (HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa'i). Karena itu ada di antara ulama salaf yang berpendapat bahwa di antara hak imam dan
  • 27. qadhi adalah menggugurkan had (hukuman) dengan taubat apabila kelihatan tandatandanya. Inilah pendapat yang ditarjih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim. Dan ini pula yang saya pilih ketika kita menerapkan hukum had pada zaman kita ini. MENOLAK HUDUD DENGAN ADANYA SYUBUHAT Sesungguhnya di antara sesuatu yang disamakan dengan apa yang telah kami sebutkan yaitu tentang kecintaan Islam menutupi dan memaafkan dalam masalah hukuman adalah apa yang populer dalam fiqih Islam -dengan berbagai madzahib yang diikuti- sebagai Dar'ul Hudud bisy-syubahaat (menolak hukuman dengan adanya syubuhat (kemungkinan-kemungkinan untuk membatalkan). Ada hadits yang menerangkan hal itu, sebagaimana diriwayatkan oleh Hakim dan dianggap shahih.Nabi bersabda: Tolaklah hudud itu dari kaum Muslimin semampu kamu, jika kamu mendapatkan jalan keluar untuk seorang Muslim maka lepaskanlah jalannya, sesungguhnya apabila seorang imam salah dalam memaafkan, itu lebih baik daripada salah dalam menghukum. (HR. Hakim) Benar bahwa Al Hafidz Adz-Dzahabi telah menolak pentashihan Hakim terhadap hadits ini, tetapi hadits-hadits yang kami kemukakan memperkuat riwayat ini. Demikian juga riwayat shahih dari Al Faruq Umar bin Khattab RA, yaitu sabda Rasulullah SAW. Tolaklah hudud itu dengan syubuhat. (Ibnu Hazm menyebutkan di dalam Al Muhalla) Adapun sesuatu yang ditetapkan dari perbuatan Umar ra, seperti memberhentikan hukuman potong tangan pada tahun kelaparan karena adanya syubuhat (alasan) keperluan, dan persetujuan para sahabat termasuk para fuqaha' dan ahlul ilmi dan fatwa terhadap Umar tentang masalah tersebut, seperti ini dianggap salah satu bentuk dari ijma' (konsensus) Karena sesungguhnya mereka tidak diam terhadap kebathilan dan mereka tidak bersepakat di atas kesesatan. Ini tidak termasuk menggugurkan hukuman sebagaimana disebutkan oleh sebagian orang, tetapi pada dasarnya had belum wajib karena belum memenuhi seluruh rukun dan syaratnya. Contoh lain menghukum berpendapat sayyid-nya yang mirip adalah satu riwayat yang menjelaskan bahwa Umar tidak dua pembantu yang mengambil harta juragannya, karena Umar bahwa kedua pembantu itu tidak mencuri kecuali karena kezhaliman dan karena tidak diberi kecukupan dari keperluan pokoknya.
  • 28. Tidak heran jika Umar memaafkan keduanya sesuai dengan kondisinya, kemudian Umar memperingatkan kepada juragannya bahwa tangan juragannya akan dipotong jika sampai kedua pembantu terpaksa mencuri lagi. Siapa yang membaca kitab-kitab fiqih akan mendapatkan di dalamnya berbagai persoalan dan jawaban yang disebutkan oleh para fuqaha', yang dimasukkan syubhat (alasan-alasan) yang menolak terlaksananya hukuman. Sebagiannya dianggap dibuat-buat atau mengakuaku, tetapi mereka melihat bahwa keraguan yang paling ringan dapat memberi keterangan untuk kemaslahatan orang yang tertuduh. MASYARAKAT TIDAK DITEGAKKAN DENGAN HUKUM BELAKA Sesungguhnya Islam bukanlah sekedar hukum dan perundang-undangan belaka, tetapi Islam adalah aqidah yang menafsirkan kehidupan, ibadah yang mendidik jiwa, akhlaq yang membersihkan jiwa, pemahaman yang menjernihkan persepsi, nilai-nilai yang mengangkat martabat manusia dan adab yang memperindah kehidupan. Ayat-ayat hukum tasyri' tidak sampai sepersepuluh dari Al Qur'an, itu pun dikumpulkan dengan ayat-ayat tentang aqidah dan hati yang disertai juga dengan janji dan ancaman berkaitan erat dengan seluruh arahan-arahan Al Qur'an. Seperti misalnya hukum kerumah-tanggaan dalam firman Allah SWT: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduannya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukam Allah mereka itulah orang-orang yang zhalim. (Al Baqarah: 229) Ini bukan hukum yang kering seperti kandungan hukum yang ada, tetapi ini merupakan tasyri', dakwah, taujih, tarbiyah, targhib (dorongan) dan tarhib (ancaman). Bacalah firman Allah SWT dalam menjelaskan ahkamul hudud: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barang siapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. Tidakkah kamu tahu, sesungguhnya Allah-lah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, disiksa-Nya siapa yang dikehendaki-Nya dan diampuni-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas
  • 29. segala sesuatu. (Al Maidah: 38-40) Di dalam ayat ini kita dapatkan tasyri' yang menakutkan, disertai dengan janji dan ancaman, memuat menakut-nakuti dan menggetarkan, taujih dan tarbiyah, dorongan untuk bertaubat dan memperbaiki, mengingatkan nama-nama Allah yang baik, Maha 'Aziz (kuasa) untuk melarang dan memerintah, Yang Bijaksana dalam menentukan hukum, Maha Pengampun dan Penyayang bagi orang yang bertaubat dan mau memperbaiki diri, Yang Merajai alam semesta, Yang menciptakan dan Memerintah dan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Inilah susunan hukum dalam Al Qur'an, sebagaimana juga dalam hadits-hadits Rasulullah SAW. Dengan demikian maka bukan semata-mata tasyri' (hukum yang membangun masyarakat Islam), melainkan juga memerlukan dua sarana lain yang tidak kalah penting, yaitu dakwah dan pemberian pemahaman (taui'yah), kemudian ta'lim dan tarbiyah di samping perundang-undangan dan hukum, bahkan semua itu diletakkan sebelum perundang-undangan dan hukum. Karena itulah Islam memulai dengan marhalah Makkiyah -yaitu marhalah da'wah dan tarbiyah- sebelum marhalah madaniyah yang merupakan marhalah tasyri' dan tanzhim (perundang-undangan dan strukturisasi). Dalam marhalah kedua inilah kita melihat tasyri' disertai dengan tarbiyah, sebagaimana bergabungnya jasad dengan ruh. Sesungguhnya dengan sekedar merubah hukum saja tidak cukup untuk mewujudkan sebuah masyarakat Islam. Merubah apa-apa yang ada di dalam jiwa seseorang itulah sebenarnya yang paling asasi. Dan yang paling besar dalam hal ini adalah terdapatnya keimanan yang mampu membentuk manusia menjadi makhluq yang sempurna. Keimanan itulah yang akan memberikan motivasi dan menjadi standar nilai serta hasil dari seluruh amalnya berupa pembalasan di dunia dan di akhirat. Islam merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah-pisah, maka jika kita ingin memerangi kriminalitas yang mengharuskan dihukum tidaklah hanya dengan melaksanakan hukuman saja. tidak pula dengan tasyri' saja. Melainkan bahwa had itu merupakan langkah terakhir dalam mengupayakan suatu perbaikan. Sesungguhnya sanksi itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang melanggar. Orang-orang ini bukanlah mayoritas dan umat ini, bukan pula basis utama masyarakat, tetapi mereka adalah orang-orang yang tidak termasuk dalam basis, karena telah keluar dari basis tersebut. Islam datang bukan untuk mengobati orang-orang yang menyimpang, tetapi Islam datang untuk memberi pengarahan kepada orang-orang yang baik dan memelihara mereka untuk tidak menyimpang. Dalam pandangan Islam hukuman bukanlah variabel terbesar dalam memberantas kriminalitas. Tetapi memelihara dari itu semua dengan mengeliminir sebab-
  • 30. sebabnya, itulah variabel terbesar. Pencegahan itu lebih baik daripada pengobatan. Jika kita melihat suatu tindak kriminalitas seperti zina, maka kita akan mendapatkan bahwa sesungguhnya Al Qur'an telah menyebutkan tentang hukumannya dalam satu ayat pada awal surat An-Nur, yaitu firman Allah SWT: Perempuan yang berzina dengan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap orang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu dari (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari kiamat... (An Nuur: 2) Tetapi di dalam surat An-Nuur itu sendiri memuat berpuluh-puluh ayat lain yang mengarahkan untuk memelihara dari dosa itu sebagai berikut: Pertama, Ancaman Allah bagi orang-orang yang menyebarkan perbuatan keji itu dengan adzab di dunia dan akhirat, Allah SWT berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat... (An-Nuur: 19) Kedua, Aturan berziarah dan adabnya serta memelihara kehormatan rumah tangga, sebagaimana firman Allah SWT: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu (selalu) ingat. (an-Nuur: 27). Ketiga, Adab meminta izin bagi para pembantu dan anak-anak yang belum mencapai usia baligh, Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan anak-anak yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah shalat isya' (itulah) tiga aurat... (An-Nuur: 58) Keempat, Mendidik laki-laki dan perempuan mukmin untuk memelihara dan menjaga diri dengan selalu menahan pandangan dan memelihara kemaluan. Yaitu firman Allah SWT: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
  • 31. perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dan padanya. Dan hendaklah mereka menutupkkan kain kerudung (jilbab) ke dadanya... (An Nuur: 30-31) Kelima, Melarang wanita tampil menarik (tabarruj) di hadapan kaum laki-laki, membangkitkan keinginan dan khayalan mereka, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT: Dan Janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (An-Nuur: 31) Arti dari ayat tersebut menunjukkan wajibnya membersihkan masyarakat dari sebabsebab fitnah dan rayuan, serta menutup segala celah yang menuju terjadinya kerusakan. Keenam, Yang lebih penting dari itu semua adalah menikahkan orang-orang yang belum bersuami atau beristeri dari laki-laki atau pun wanita dan menyerukan yang demikian kepada seluruh masyarakat, karena mereka ikut bertanggung jawab. Allah SWT berfirman: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (An-Nuur: 32) Tanggung jawab masyarakat di sini, terutama kalangan pemerintah, adalah memudahkan segala sarana komunikasi yang halal, selain menutup pintu-pintu haram. Demikian itu dilaksanakan dengan menghilangkan kendala-kendala materi atau sosial di hadapan orang-orang yang ingin menikah. Seperti mahalnya maskawin, berlebihan dalam memberikan hadiah-hadiah, undangan, walimah, serta perabot rumah dan lain-lain. Dan membantu mereka baik secara materi maupun moril untuk membentuk rumah tangga yang Islami. Maka bukanlah menegakkan hukum (had) itu yang memecahkan problem, karena kenyataannya had tidak mungkin ditegakkan dengan syarat-syaratnya yang syar'i kecuali dalam keadaan iqrar di majelis qadha' sebanyak empat kali sebagaimana pendapat sejumlah imam. Atau dengan persaksian empat saksi yang adil bahwa mereka melihat perbuatan dosa itu dengan melihat langsung di tengah-tengah mengerjakan. Bukankah hal itu sangat sulit, maka seakan-akan tujuannya di sini adalah dilarang berterus terang dalam masalah dosa. Adapun orang yang diuji dengan perbuatan itu kemudian tidak ketahuan maka tidak termasuk kena hukuman dunia maka ini kembali kepada Allah di akhirat nanti.
  • 32. DR. Yusuf Al-Qardhawi. Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an Sunnah. Cetakan Pertama Januari 1997. Citra Islami Press Tags: copas 0 comments share Tuhan Kirimkanlah Aku, Istri yang Menentramkan Hati Kekasih yang baik hati Yang mencintai aku Apa adanya (Munajat Cinta, The Rock feat Dhani) Dec 6, '07 4:19 AM for everyone Tuhan kirimkanlah aku Mendengar lagu “Munajat Cinta”nya The Rock feat Dhani jadi pengen ngegubah liriknya nih ^-^ Apa sih yang dicari oleh seorang suami dari seorang istri… In my humble opinion (penggunaan kata lain dari sotoy %peace%), yang sejatinya dicari dari seorang lelaki dari seorang istri adalah ketentraman jiwa. Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami)…” (QS. Al-Furqaan: 74) Beberapa orang mungkin terperdaya dan memiliki anggapan bahwa kecantikan dan kekayaan yang dimiliki seorang wanita bisa memberikan ketentraman hati bagi dirinya, hmmm.., bisa jadi benar sih, tapi mungkin tidak seratus persen benar. Terkadang punya istri yang cantik malah mungkin bisa membuat hati jadi smakin resah, khawatir jika ada apa-apa dengan istri jika ditinggal, jika dijalan di goda orang, jika di kantor tergoda rekan, dan lain-lain.
  • 33. Begitupula jika memiliki istri yang kaya atau sekarang mungkin memiliki karir/posisi kerja yang wah, bisa jadi tidak memberikan ketentraman jiwa, karena sangat mungkin kelebihan yang ia miliki akan membuatnya”diatas angin” atas sang qowwam (pemimpin) rumah tangga. (sekali lagi, tulisan ini hanya tulisan sotoy belaka) Dari Abi Hurairah, dari Nabi shallallahu'alaihi wa sallam beliau bersabda: Wanita itu biasa dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena kemuliaan keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama, karena kalau tidak niscaya engkau akan merugi. Hadits Shahih. Telah dikeluarkan oleh Bukhari (no. 5090) dan Muslim (no. 1466) Kenapa sih agama seorang wanita bisa membawa ketentraman..? *agama disini menurut saya berarti akhlak, karakter, sikap, ilmu, pemahaman ucapan dan perbuatan “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan memfaqihkannya (memahamkan) dalam agama.” Hadits yang diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani, AlImam Al-Bukhari dalam beberapa tempat pada kitab Shahih-nya (no.71, 3116, 7312) dan Al-Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya (no. 1038) Teringat sebuah kisah di buku “Bukan di Negeri Dongeng” yang (kira-kira) berjudul “Allah Maha Kaya” atau “Allahu Razaqna”, mengenai kisah sepasang suami istri, yang disitu diceritakan bahwa sang suami meminta maaf kepada istrinya karena belum bisa memberikan hal yang layak, seperti pakaian, tempat tinggal dll, namun sang istri malah menenangkan, dan memotivasi, mengingatkan akan hakikat dunia dengan mengatakan, (kurang lebih), “sesungguhnya Allah maha kaya” Eiiihhhh.., hati pria mana yang tidak cair dan dingin mendengar jawaban seperti itu… Dalam keadaan susah bisa memaklumi dan menyemangati serta paham diri/tidak menuntut banyak, dan dalam keadaan senang/berlebihan bisa bersyukur dan berbagi. Mungkin, salah satu penyebab kecintaan Rasulullah saw yang sedemikian besarnya kepada ibunda Khadijah ra, (sekali lagi mungkin-menurut saya) adalah karena beliau mampu menenangkan dan menentramkan, disamping karena keutamaan akhlaknya. Dalam kisah turunnya permulaan wahyu, kita bisa melihat peran yang signifikan dari seorang istri yang menentramkan, bagaimana Rasulullah saw yang gemetaran sekujur tubuhnya setelah menerima wahyu pertama menemui Khadijah
  • 34. lalu berkata, “selimutilah aku, selimutilah aku..”, kemudian beliau diselimuti hingga hilang rasa takutnya. Simak kesaksian Rasulullah saw, ketika berbicara mengenai ibunda Khadijah ra yang menentramkan dirinya, Demi Allah SWT tak seorang wanita pun lebih baik darinya, ia beriman saat semua orang kufur, ia membenarkanku saat manusia mendustaiku, ia melindungiku saat manusia kejam menganiayaku, Allah SWT menganugerahkan anak kepadaku darinya. Ahhh.., alangkah indahnya jika memiliki istri yang memiliki pemahaman agama yang baik, istri yang dapat menentramkan… Tuhan kirimkanlah aku Istri yang menentramkan hati Yang shalihah dan dapat membawaku Meraih ridhoMu Syamsul Arifin 6 Desember 2007 *sekedar tulisan sotoy… ^-^ Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab: 21) Sejarah Maulid Kita sekarang berada di bulan Rabi’ul Awwal, bulan dimana Nabi Muhammad saw. dilahirkan. Karena itu juga bulan ini sering disebut dengan bulan maulid atau maulud. Banyak negeri kaum muslimin yang memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw., tak terkecuali di Indonesia. Sejarah perayaan maulid Nabi Muhammad saw. dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimid (keturunan dari Fatimah Az-Zahrah, putri Nabi Muhammad saw.). Shalahuddin Al Ayyubi (1137 M - 1193 M), panglima perang waktu itu, mengusulkan kepada khalifah agar mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad saw. Tujuannya untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid Al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Hasilnya? Semangat jihad umat Islam menggelora. Di tahun 1187 M, Shalahuddin sendiri yang membawa pasukannya masuk kota Yerusalem dan membebaskan Al-Aqsha dari cengkraman musuh-musuh Allah.
  • 35. Kita tidak ingin mempertentangkan antara kelompok yang mengatakan peringatan maulid adalah ritual yang mesti dijalankan, dengan kelompok lain yang menganggap peringatan maulid sebagai perbuatan yang mengada-ada atau bid’ah, karena tidak pernah dipraktekkan oleh Rasulullah, sahabat, tabi’in, ataupun tabi’it tabi’in. Terlepas dari dua pendapat di atas, yang lebih penting untuk kita renungkan adalah bagaimana umat Islam dewasa ini bisa meneladani Nabinya dalam kehidupan. Atau pertanyaannya: adakah karakter umat Muhammad sudah dimiliki oleh kita yang mengaku umatnya? Apakah dengan kondisi yang seperti sekarang ini kita yakin kelak akan diakui oleh Beliau sebagai umatnya yang berhak mendapat syafa’atnya? Sudahkah sifat-sifat yang tersurat dalam ayat 29 surat Fath sudah menjadi karakter diri kita? Baca entri selengkapnya » Ditulis oleh jaen2006 Disimpan di ARTIKEL ISLAM Tidak ada komentar » Perjalanan Hidup Manusia Maret 29, 2007 Oleh: Imam Santoso, Lc. Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-liku, dan melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia, surga atau neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan setiap fase dari perjalanan panjang manusia itu. Al-Qur’an diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt. Saat ini ada dua teori yang menyesatkan orang banyak. Al-Qur’an dengan tegas membantah teori itu. Pertama, teori yang mengatakan manusia ada dengan sendirinya. Dibantah Al-Qur’an dengan hujjah yang kuat, bahwa manusia ada karena diciptakan oleh Allah swt. Kedua, teori yang mengatakan manusia ada dari proses evolusi panjang, yang bermula dari sebangsa kera kemudian berubah menjadi manusia. Teori ini pun dibantah dengan sangat pasti bahwa manusia pertama adalah Adam as. Kemudian selanjutkannya anak cucu Adam as. diciptakan Allah swt. dari jenis manusia itu sendiri yang berasal dari percampuran antara sperma lelaki dengan sel telur wanita, maka lahirlah manusia.
  • 36. Rasulullah saw. semakin mengokohkan tentang kisah rihlatul insan. Disebutkan dalam beberapa haditsnya. “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang musafir” (HR Bukhari). Dalam hadits lain: ”Untuk apa dunia itu bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya” (HR At-Tirmidzi). Baca entri selengkapnya » Ditulis oleh jaen2006 Disimpan di ARTIKEL ISLAM 4 Komentar » http://jaen2006.wordpress.com/category/artikel-islam/page/2/ http://genkeis.multiply.com/journal?page_start=60 (cari data d sini na! bxk bodo’ data2 n blog2 ato almt website yang kuerenn..) Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab: 21) Sejarah Maulid Kita sekarang berada di bulan Rabi’ul Awwal, bulan dimana Nabi Muhammad saw. dilahirkan. Karena itu juga bulan ini sering disebut dengan bulan maulid atau maulud. Banyak negeri kaum muslimin yang memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw., tak terkecuali di Indonesia. Sejarah perayaan maulid Nabi Muhammad saw. dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimid (keturunan dari Fatimah Az-Zahrah, putri Nabi Muhammad saw.). Shalahuddin Al Ayyubi (1137 M - 1193 M), panglima perang waktu itu, mengusulkan kepada khalifah agar mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad saw. Tujuannya untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid Al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Hasilnya? Semangat jihad umat Islam menggelora. Di tahun 1187 M, Shalahuddin sendiri yang membawa pasukannya masuk kota Yerusalem dan membebaskan Al-Aqsha dari cengkraman musuh-musuh Allah. Kita tidak ingin mempertentangkan antara kelompok yang mengatakan peringatan maulid adalah ritual yang mesti dijalankan, dengan kelompok lain yang menganggap peringatan maulid sebagai perbuatan yang mengada-ada atau bid’ah, karena tidak pernah dipraktekkan oleh Rasulullah, sahabat, tabi’in, ataupun tabi’it tabi’in. Terlepas dari dua pendapat di atas, yang lebih penting untuk kita renungkan adalah bagaimana umat Islam dewasa ini bisa meneladani Nabinya dalam kehidupan. Atau pertanyaannya: adakah karakter umat Muhammad sudah dimiliki oleh kita yang mengaku umatnya? Apakah dengan kondisi yang seperti sekarang ini kita yakin kelak akan diakui oleh Beliau sebagai umatnya yang berhak mendapat syafa’atnya?
  • 37. Sudahkah sifat-sifat yang tersurat dalam ayat 29 surat Fath sudah menjadi karakter diri kita? Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tandatanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Fath: 29) Karakter Umat Muhammad Pertama, keras dan tegas terhadap orang-orang kafir (asyiddau ‘alal kuffar). Perlu kita dudukkan dengan jernih tentang klasifikasi orang kafir. Dalam pandangan Islam orang kafir ada dua macam. Pertama, kafir harbi, yaitu orang kafir yang memusuhi dan memerangi ummat Islam. Kelompok pertama ini wajib diperangi. Kedua, kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang terikat janji perdamaian dan hidup bersanding dengan umat Islam dengan damai. Mereka ini harus dilindungi. Keras dan tegas di sini ditujukan kepada orang kafir yang memusuhi dan memerangi Umat Islam. Sikap keras dan tegas juga ditujukan terhadap ajaran, budaya, dan pemikiran mereka. Maklum, dewasa ini tak sedikit umat Islam bersikap tegas dan keras terhadap orang-orang kafir, namun bermesraan dengan ajarannya. Dulu kita bangga dengan jumlah umat Islam Indonesia 99%. Namun jumlah itu terus berkurang dan berkurang. Sekarang tercatat tinggal 87%. Itu pun jumlah secara kuantitas. Entah berapa persen jumlah umat Islam dari sisi kualitas. Penurunan jumlah itu dikarenakan umat tidak sadar bahwa mereka digempur ghazful fikri atau perang budaya. Padahal invasi pemikiran justru akibatnya sangat berbahaya. Sebab, ini perang dimana yang diperangi tidak merasa diperangi. Ada contoh lain. Sebagian umat Islam, apakah itu akademisi atau pelaku kebijakan publik, merasa lebih bangga ketika merujuk pada referensi orang kafir. Padahal, itu justru menjerumuskan umat Islam ke dalam jurang kehancuran. Fakta kehancuran ekonomi umat Islam akibat mengadopsi sistem ekonomi ribawi milik kaum kapitalis sudah terjadi. Kekisruhan sosial akibat penerapan sistem politik sekular
  • 38. yangmemisahkan agama dan negara juga telah melahirkan pemimpin-pemimpin tak bermoral yang tak pantas menjadi pemimpin yang diikuti. Kondisi seperti itulah yang menjadikan umat lain bersorak sorai. Tujuan mereka tercapai. Umat Islam telah jauh dari ajarannya. Kata Samuel Zwimmer, “Kalian tidak perlu capek-capek mengeluarkan ummat Islam dari agamanya dan pindah ke agama kita. Cukuplah kalian jauhkan umat Islam dari ajaran agamanya sehingga mereka tidak lagi bangga dengan agamanya.” Karakter kedua, berkasih sayang terhadap sesama umat Islam (ruhama’u bainal muslimin). Setiap yang bersyahadat laa ilaaha illallah wa muhammad rasulullah adalah saudara. Persaudaraan Islam ini tidak dibatasi oleh perbedaan letak teritorial, bahasa, suku, kelompok, partai, golongan, atau madzhab. Allah swt. Berfirman, “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10). Perumpamaan seorang muslim satu dengan yang lainnya ibarat satu tubuh atau satu bangunan yang saling menguatkan. Oleh karena itu, sesama muslim wajib saling asah, asih, asuh. Saling menyayangi, mencintai, melindungi, menutupi aib, tidak menghina, mencemooh, memfitnah, apalagi menumpahkan darah sesamanya. Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, membenci, memutus persaudaraan. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Shahih Bukhari, Bab Haramnya Hasud, Jilid 12, Hal. 415). Umat Islam di manapun berada berhajat untuk bersatu dan saling mendukung. Syaikh Yusuf Al Qaradhawi mengingatkan kita, “Jangan sampai berbedaan madzhab atau kelompok menjadikan umat Islam terpecah belah menjadi umat sunni atau umat syi’i, misalkan. Bukankah Allah swt. memerintahkan kita untuk berpegang teguh dengan tali Allah?” Beliau menambahkan, “Kalau kita sekarang sebagai umat Islam terus membangun komunikasi dengan umat lain, mengapa kita tidak membangun komunikasi di antara internal umat Islam?” (Majalah Al Mujtama’ edisi Februari 2007). Saling berkasih sayang dan menjaga persatuan di antara elemen umat Islam tidaklah menjadi slogan semata. Itu harus diperjuangkan agar menjadi wujud dalam kehidupan umat Islam. Karakter ketiga, senantiasa rukuk dan sujud (rukka’an sujjada). Umat Muhammad senantiasa menjaga shalat dengan baik. Menunaikannya dengan khusyu’. Menghayati maknanya. Mereka melaksanakannya sesuai rukun dan syaratnya. Dikerjakan di awal waktu dengan berjama’ah. Seluruh anggota badan
  • 39. mereka ikut serta shalat: kalbu, pikiran, tangan, kaki, mata dan telinga serta anggota badan yang lain bersujud dihadapan Allah swt. Dengan demikian ia akan terjaga dari kemaksiatan dan kemungkaran di luar shalat. Bagaimana mungkin kalbu akan mendengki terhadap sesama, padahal sebelumnya bersujud. Bagaimana mungkin pikiran terbersit hal yang kotor, padahal sebelumnya bersujud. Bagaimana mungkin tangan mengambil hak orang lain atau melakukan korupsi, padahal sebelumnya bersujud. Kaki, mata, telinga, dan anggota badan yang lain juga demikian. Itulah rahasia firman Allah swt, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ankabut: 45). Shalat yang benar juga akan tercermin dari perilaku sosial pelakunya, yaitu terlihat dari sejauh mana kepedulian terhadap sesama dan memberikan manfaat untuk orang lain. Karakter keempat, senantiasa mengharap ridha Allah swt. Orientasi hidup umat Muhammad adalah untuk Allah swt. semata. Ia paham betul fungsi ia dihidupkan di muka bumi, adalah untuk pengabdian total kepada Tuhan semesta alam. Ia siap diperintah dengan aturan Allah swt. Ia rela meninggalkan yang dilarang karena Allah swt. semata. Bahkan, sikap ia yang keras terhadap orang kafir, atau berkasih sayang terhadap sesama muslim, atau tunduk patuh sujud, adalah karena dilandasi mencari keridhaan Allah swt. Dalam arti kata, kita membenci seseorang karena Allah swt. Kita berkasih sayang dengan sesama muslim karena dipadukan cinta kepada Allah swt. Sebab, boleh jadi kendala persaudaraan Islam adalah karena adanya kepentingan dunia: keinginan jabatan atau karena sekedar beda kelompok. Yang bisa menyatukan langkah dan persatuan umat Islam adalah tujuan untuk menggapai ridho Allah swt. Dalam dzikir al ma’tsurat yang diajarkan Rasulullah saw. sering kita lantunkan: “Saya ridha Allah sebagai Tuhan-ku, Islam sebagai agama-ku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-ku.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi. Hadits shahih). Karakter kelima, disegani teman dan ditakuti lawan. Karakter umat Muhammad adalah sejuk dipandang, kuat berwibawa, laksana pohon rindang nan banyak buahnya. Sekaligus ditakuti oleh lawan-lawannya. Oleh karena itu umat Islam seharusnya kuat dalam segala hal: kuat dalam komitmen terhadap agamanya, kuat pendukungnya, kuat dalam percaturan kehidupan dalam segala dimensinya.
  • 40. “Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).” (Al Fath: 29). Itulah karakteristik umat Muhammad. Dan peringatan maulid yang dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia mestinya tidaklah sekadar tradisi tahunan tanpa ruh dan jiwa. Namun momentum maulid bisa dijadikan sebagai tonggak untuk meneladani Rasulullah saw. dalam segala sisi kehidupan. Juga semangat peningkatan umat Islam untuk memiliki dan menjaga karakter umat Muhammad agar kita di yaumil qiyamah kelak diakui Beliau sebagai umatnya. Hanya dengan begitu kita berhak mendapat syafa’atnya. Insya Allah! http://www.dakwatuna.com Ditulis oleh jaen2006 Disimpan di ARTIKEL ISLAM Untuk seseorang Tlah ku bangun sebuah Semoga engkau Meski ia sempat ternodai… Kali ini kan Agar Allah Agar engkau Dan agar ku lulus ujian kali ini… ku di ujung istana di berkenan jaga ridha bersuka sudut sekuat sana hati mengisi hati padaku mengisi Syeikh Prof Dr Yusuf al Qaradhawi dalam laman khas beliau - baru-baru - ini mengatakan: Ada beberapa kalangan orang Islam yang menganggap apa sahaja keraian dan peringatan yang berkaitan dengan apa-apa program hari kebesaran Islam seperti hijrah Nabi, maulid , Isra' mi'raj dan lain-lain sebagai bid'ah. Ini tidaklah benar secara mutlak. Apa yang kita tolak ialah sambutan keraian yang disertakan dengan acara-acara yang batil, haram dan maksiat. Tapi kalau ia tidak mengandungi acara acara lagha seperti itu tetapi sebaliknya mengandungi acara yang berfaedah maka tentulah ia suatu yang harus .
  • 41. Apabila kita bercakap mengenai maulid - umpamanya - kita mengingatkan orang ramai tentang nikmat Allah kerana menganugerahkan seorang Rasul kepada kita. Manakala mengingati nikmat ini suatu yang disuruh, Allah berrfirman dalam surah al Ahzab ayat 9-10 yang bermaksud: Wahai orang-orang yang beriman, kenangilah nikmat Allah yang dilimpahkanNya kepada kamu. semasa kamu diserang oleh tentera (Al-Ahzaab), lalu Kami hantarkan kepada mereka angin ribut (yang kencang untuk memporak-perandakan mereka) serta angkatan tentera (dari malaikat) yang kamu tidak dapat melihatnya. Dan (ingatlah) Allah sentiasa melihat apa yang kamu lakukan. Iaitu ketika tentera musuh datang melanggar kamu dari sebelah hulu dan dari sebelah hilir (tempat pertahanan) kamu; dan dalam masa yang sama pemandangan mata kamu tidak keruan (kerana gempar dan bingung) manakala hatikamu pula di puncak kegelisahan , dan kamu ketika itu menyangka terhadap Allah dengan berbagai sangkaan (yang bukan-bukan). (Lihat huraian lanjut beliau dalam pautan berikut. Sebenarnya agama Islam bukan hanya mengandungi acara kera'ian tapi lebih jauh mengandungi berbagai kegiatan dan lapangan hidup. Kalau kita merujuk al Quran sahaja pun kita dapati ayat ayat Makki yang kebanyakkannya pendek-pendek – menurut Dr Wahbah al Zuhaili - mengandungi matlamat untuk : • Membetulkan akidah dan akhlak • Mengencam syirik dan penyembahan berrhala • Menegaskan akidah tauhid • Menghapuskan saki-baki kesan jahiliah seperti membunuh , bezina dan menanam anak perempuan hidup-hidup. • Membentuk masyarakat dengan adab dan akhlak Islam seperti adil, menepati janji, ihsan, tolong menolong dalam kebaikan, tidak membantu melakukan kemungkaran, melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan. • Menggunakan akal dan fikiran • Menolak syak-wasangka dan taqlid buta • Membebaskan manusia • Mengambil iktibar atau pengajaran daripada sejarah para nabi bersama kaum mereka. Menakala ayat ayat Madani pula kebanyakkannya panjang-panjang ; diturunkan untuk: • Menjelaskan perundangan, hukum hakam, ibadat, mu’amalat hukuman jenayah dan tuntutan hidup Baru dalam pembentukan sebuah masyarakat Islam di Madinah. • Mengatur hal ehwal politik dan pemerintahan • Memantapkan prinsip syura dan keadilan ketika menentukan hukum. • Menyusun perhubungan antara umat Islam dan bukan Islam, di dalam negara