Gambar kerangka dasar vertikal metode sipat datar givar
NATAL KHILAFAH
1. 24/12/13
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Perayaan Natal Dalam Negara Khilafah
Perayaan Natal Dalam Negara Khilafah
December 24th, 2013 by kafi
Oleh: Hafidz Abdurrahman
Negara Khilafah, meski dibangun berdasarkan akidah Islam, dan menerapkan syariat Islam
dalam seluruh aspek kehidupan, tetapi Negara Khilafah tetap memberikan toleransi dan
kebebasan kepada umat non-Islam untuk memeluk, dan menjalankan agamanya. Mereka
dibiarkan memeluk keyakinannya, dan tidak akan dipaksa untuk memeluk Islam.
Jaminan ini ditegaskan dalam Alquran, “La ikraha fi ad-din” (Tidak ada paksaan dalam
memeluk [agama] Islam) (Q. al-Baqarah [02]: 256). NabiSAW juga bersabda, “Man kana ‘ala
Yahudiyyatihi au Nashraniyyatihi fainnahu la yuftannu” (Siapa saja yang tetap dengan
keyahudiannya, atau kenasraniannya, maka tidak akan dihasut [untuk meninggalkan
agamanya]). Begitulah Islam menjaga dan melindungi penganut agama non-Islam yang hidup
dalam naungan Negara Khilafah. Mereka mendapatkan perlindungan itu,
karena dzimmah yang diberikan oleh negara kepada mereka.
Hak Beragama
Perlu dicatat, Ahli Dzimmah adalah orang non-Muslim yang tunduk di bawah sistem Islam,
dengan tetap memeluk agamanya. Mereka berkewajiban untuk membayar jizyah, dan tunduk
kepada sistem Islam. Sebagai imbalannya, mereka diberi hak untuk hidup di dalam naungan
khilafah, dengan tetap memeluk agama mereka, serta bebas menjalankan ibadah, makan,
minum, berpakaian, nikah dan talak menurut agama mereka.
Hanya saja, karena mereka hidup di bawah naungan khilafah, yaitu negara yang berdasarkan
akidah Islam, serta menjalankan syariat Islam, maka tentu tidak mungkin agama lain selain
Islam lebih menonjol, atau setidaknya sama dengan Islam. Baik dalam hal syiar, simbol maupun
atribut yang tampak di permukaan. Karena Nabi SAW menegaskan, “al-Islamu ya’lu wa la
yu’la ‘alaihi” (Islam itu tinggi, dan tidak ada yang bisa menandingi ketinggian Islam).
Karena itu, di zaman Khilafah Islam, orang-orang non-Muslim yang hidup di dalam wilayah
Negara Khilafah menyadari betul posisi dan kedudukan mereka. Ketika mereka hendak
mengajukan dzimmah kepada khilafah, mereka membuat proposal yang membuat khalifah
berkenan menerimadzimmah mereka.
Maka wajar, jika kemudian dalam proposal mereka, misalnya menyatakan tidak akan
mengajak atau memengaruhi orang Islam untuk mengikuti agama mereka. Termasuk tidak
akan mendirikan gereja, atau kalau ada yang rusak, tidak akan direnovasi. Mereka tidak akan
m.hizbut-tahrir.or.id/2013/12/24/perayaan-natal-dalam-negara-khilafah/
1/3
2. 24/12/13
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Perayaan Natal Dalam Negara Khilafah
membunyikan lonceng gereja, memakai atribut agama mereka di depan kaum Muslim, dan
banyak lagi yang lain. Begitulah di antara klausul proposal yang mereka ajukan kepada
khalifah, agar bisa mendapatkan dzimmah dari Negara Khilafah.
Karena kesadaran itulah, maka orang-orang non-Muslim yang mendapatkan dzimmah dari
Negara Khilafah itu tidak neko-neko. Karena, kalau mereka neko-neko, jaminan dzimmah itu
bisa dicabut, dan mereka diusir dari wilayah khilafah, atau diperangi hingga habis. Karena itu,
mereka tidak pernah menuntut lebih dari hak yang mereka ajukan kepada negara. Mereka juga
tidak akan minta ditoleransi oleh umat Islam dan negara dalam menjalankan agama mereka,
lebih dari apa yang telah menjadi haknya.
Merayakan Perayaan Agama
Perayaan agama adalah bagian dari ritual agama, karena itu mereka pun dibiarkan untuk
merayakan perayaan agama mereka. Bagi orang Kristen, yang hendak merayakan Hari Raya
Paskah atau Natal, misalnya, diberi kebebasan. Hari Paskah diyakini oleh umat Kristiani
sebagai hari bangkitnya Isa al-Masih. Biasanya dirayakan pada akhir Maret atau April. Bagi
umat Kristiani Timur dirayakan pada awal April hingga Mei.
Peristiwa bangkitnya Isa al-Masih, atau yang biasa dikenal dengan turunnya Isa al-Masih itu
diyakini oleh penganut Kristiani terjadi pada tahun 27-33 M. Di Geraja Katolik, perayaan ini
dilakukan selama 8 hari, juga disebut Hari ke-8 setelah perayaan gereja Octave of Easter. Hari
Raya Paskah ini diawali dengan Minggu Berkabung, yang jatuh pada minggu terakhir dari 40
hari puasa. Minggu ini dimulai hari Ahad, dan berakhir pada hari Sabtu, malam Sabtu Cahaya.
Hari yang dianggap paling suci dalam seminggu berkabung ini adalah hari Jum’at Berkabung,
atau Jum’at Agung, yaitu Jum’at sebelum Hari Paskah.
Pada hari ini dilakukan ritual sembayang tertentu, dan membaca Injil, terutama ayat-ayat
tentang peristiwa penyaliban. Itu merupakan hari suci bagi umat Kristiani. Mayoritas gereja
Kristen mempercayai, bahwa Isa al-Masih disalib, meninggal dunia, kemudian bangkit pada
hari ketiga. Selain ritual ini, mereka juga menjalankan puasa, yang terdiri dari: Puasa Besar,
yang dilakukan sebelum Hari Paskah. Puasa Kecil, yang dilakukan sebelum Natal. Selain itu,
juga ada praktik puasa-puasa lain, menurut ritual dan sekte masing-masing.
Puasa Besar dalam tradisi Kristen Barat dan Timur dilakukan selama 40 hari. Waktunya bisa
berbeda-beda, sesuai dengan jatuhnya Hari Pasca Agung, yang ditetapkan berdasarkan
perhitungan astronomi (hisab).
Adapun Hari Natal, atau Christmas, yang diyakini sebagai Hari Kelahiran Isa al-Masih,
merupakan sentral perayaan agama Kristen. Syiar perayaan Natal ini tampak pada pohon
Natal, Malam Kelahiran, Pertemuan Keluarga, Sinterklas, dan pemberian hadiah. Mereka
merayakan Tahun Baru Masehi, yaitu malam tanggal 31 Desember, yang dirayakan tiap tahun,
di penghujung tahun, mengawali pergantian tahun baru.
m.hizbut-tahrir.or.id/2013/12/24/perayaan-natal-dalam-negara-khilafah/
2/3
3. 24/12/13
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Perayaan Natal Dalam Negara Khilafah
Selain perayaan-perayaan tersebut, mereka juga memperingati Kelahiran Bunda Maria, Hari
Diangkatnya Salib (Isa al-Masih), sebagaimana umat Katolik meyakini Penebusan Dosa Santo
dan Hari Raya Santo. Ada juga perayaan yang identik dengan Kristen, seperti Hollowen dan
Valentine Day. Inilah bentuk-bentuk ritual dan perayaan dalam agama Kristen. Selama ini
merupakan bagian dari agama mereka, maka semuanya ini boleh saja mereka rayakan.
Ruang Perayaan
Meski tidak dilarang, tetapi perayaan ini tetap diatur oleh Negara Khilafah. Selain berdasarkan
klausul dzimmah mereka, juga filosofi “al-Islamu ya’lu wa la yu’la ‘alaihi” (Islam itu tinggi, dan
tidak ada yang bisa menandingi ketinggian Islam) tetap harus dipegang teguh. Karena itu,
perayaan ini dibatasi dalam gereja, asrama dan komunitas mereka. Di ruang publik, seperti
televisi, radio, internet atau jejaring sosial yang bisa diakses dengan bebas oleh masyarakat
tidak boleh ditampilkan.
Alasannya, karena ini bertentangan dengan akad dzimmah mereka. Selain itu, ini juga
menyalahi filosofi “al-Islamu ya’lu wa la yu’la ‘alaihi” (Islam itu tinggi, dan tidak ada yang bisa
menandingi ketinggian Islam). Para ulama juga telah membahas larangan mengucapkan
selamat kepada mereka, baik secara pribadi apalagi sebagai pejabat publik.
Begitulah Islam memberikan toleransi kepada mereka. Begitulah Islam menjaga dan
melindungi agama dan keyakinan mereka. Mereka tidak diusik, dan diprovokasi untuk
meninggalkan agamanya. Namun, mereka juga tidak dibenarkan untuk mendemonstrasikan
dan memprovokasi orang Islam agar memeluk keyakinan mereka. Begitulah cara Negara
Khilafah memberi ruang kepada mereka. Wallahu a’lam.[]
Baca juga :
1.
2.
3.
4.
5.
Hukum Melibatkan Diri dalam Perayaan Natal dan Perayaan Agama Lainnya
Inilah Penyebab Perayaan Natal Marak di Indonesia
Kebijakan Khilafah Terhadap Perayaan Keagamaan Orang-orang Kafir
Perayaan Natal Sarat Misi, Perusak Aqidah
Meski SBY Kepala Negara tetap Haram Rayakan Natal
m.hizbut-tahrir.or.id/2013/12/24/perayaan-natal-dalam-negara-khilafah/
3/3