SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
Tinjauan Pustaka
Ektropion Sikatrik
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik
Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin/RSUDZA Banda Aceh
Disusun oleh :
Prastika Tiara Santi
Pembimbing :
dr.Rahmi Adriman, M.Kes, Sp.M
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2020
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dengan akal, budi, serta berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tinjauan pustaka yang berjudul “Ektropion
Sikatrik”. Shalawat beriring salam kami sampaikan kepada nabi besar Muhammad
SAW, atas semangat perjuangan dan panutan bagi umatnya.
Adapun tinjauan pustaka ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam
menjalankan kepaniteraan klinik senior pada bagian/SMF Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala, RSUDZA Banda Aceh. Kami mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr. Rahmi
Adriman, M.Kes, Sp.M yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa tinjauan pustaka ini masih jauh dari kesempurnaan.
Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan kami terima dengan
tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa
mendatang.
Banda Aceh, September 2020
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 4
Anatomi ............................................................................................................ 4
Definisi ............................................................................................................ 5
Epidemiologi ................................................................................................... 6
Klasifikasi ........................................................................................................ 6
Faktor resiko .................................................................................................... 7
Patofisiologi ..................................................................................................... 7
Manifestasi klinis ............................................................................................. 8
Diagnosis banding ........................................................................................... 8
Diagnosis ......................................................................................................... 9
Penanganan ...................................................................................................... 10
Prognosis ......................................................................................................... 13
Komplikasi ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14
4
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Kelopak mata atau palpebra berperan dalam melindungi bagian depan bola
mata dari kerusakan lokal. Selain itu, palpebra juga meregulasi cahaya yang masuk
ke mata, menyebarkan air mata ke seluruh kornea saat berkedip, juga dalam proses
pengaliran air mata, yaitu dalam pemompaan conjunctival sac dan lacrimal sac.1
Palpebra superior berbatas hingga ke alis, yang memisahkannya dengan
dahi. Palpebra inferior berbatas hingga ke bawah cekungan orbita tepat sebelum
pipi, membentuk lipatan dimana jaringan ikat longgar palpebra bertemu dengan
jaringan padat dari pipi. 1
Struktur yang menyusun palpebra antara lain adalah kulit; jaringan
subkutan; otot orbikularis okuli; jaringan areolar submuskular; lapisan fibrosa yang
terdiri dari tarsal dan septum orbita; pengangkat kelopak mata atas dan bawah;
lapisan lemak retroseptal dan konjungtiva 1
Kulit kelopak mata adalah bagian tubuh yang paling tipis dan unik karena
tidak memiliki lapisan lemak subkutan. Karena kulit tipis pada kelopak mata
mengalami pergerakan yang konstan dengan setiap kedipan, kelemahan sering
terjadi seiring bertambahnya usia. Baik di kelopak mata atas dan bawah, jaringan
pretarsal biasanya melekat kuat ke jaringan di bawahnya, sedangkan jaringan
preseptal lebih longgar, menciptakan ruang potensial untuk akumulasi cairan.
Kontur kulit kelopak mata ditentukan oleh lipatan kelopak mata dan lipatan kelopak
5
mata. Lipatan kelopak mata atas mendekati perlekatan levator aponeurosis ke
bundel dan kulit pretarsal orbicularis. Variasi rasial dapat terlihat pada letak lipatan
kelopak mata dan lipatan kelopak mata. Kelopak mata Asia biasanya memiliki
lipatan kelopak mata atas yang relatif rendah karena, berbeda dengan fusi
supratarsal, septum orbital di Kelopak mata Asia menyatu dengan aponeurosis
levator antara batas kelopak mata dan batas superior tarsus. Hal ini juga
memungkinkan lemak preaponeurotik menempati posisi yang lebih inferior dan
anterior di kelopak mata. Meskipun lipatan kelopak mata bawah kurang jelas
dibandingkan lipatan kelopak mata atas, perbedaan ras ini juga terlihat di kelopak
mata bawah. 1
Definisi
Ektropion berasal dari bahasa Yunani “Ektrope” yang berarti membalik.
Ektropion adalah eversi atau pembalikan keluar dari batas kelopak mata yang
menyebabkan hilangnya aposisi normal kelopak mata terhadap bola mata.
Ektropion sikatrik merupakan salah satu jenis dari ektropion. Ektropion sikatrik
merupakan kondisi dari pembalikan kelopak mata akibat skar atau jaringan parut
pada kulit dan jaringan subkutan yang memperpendek lamella anterior dan
akibatnya membalikkan kelopak mata. 2,3,4
6
Epidemiologi
Malposisi kelopak mata bawah adalah komplikasi yang paling sering dan
parah setelah blefaroplasti. Malposisi dapat bervariasi dari retraksi kelopak mata
bawah yang terpisah dengan skleral hinggamenyebabkan ektropion. Ektropion
terjadi pada 1% pasien setelah operasi Blepharoplasty lowereyelid dimana terjadi
perpisahan atau jarak antara sklera dan palpebra, tetapi beberapa penulis
melaporkan angka kejadian hingga 15-20%. 5
Ektropion dapat terjadi pada semua umr tapi yang paling sering terjadi pada
orang dewasa tua. Ektropion biasanya terjadi pada palpebra inferior dan sering
terjadi kelemahan pada palpebra dan sekitarnya. 6
Prevalensi yang paling sering adalah ektropion involusional yaitu pada
orang tua, frekuensinya lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan karena
pada laki-laki mempunyai tarsal plate lebih besar dari pada perempuan dan berjalan
sesuai umur. Di negara maju, ektropion involusional terkait usia lebih sering terjadi,
sedangkan di sub-Sahara Afrika, ektropion sikatrik akibat trauma lebih sering
terjadi. 5,6
Klasifikasi
Ektropion sikatrik merupakan salah satu klasifikasi dari ektropion.
Ektropion diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu kongenital, involusional,
paralitik, sikatrik, atau mekanis. Ektropion involusional disebabkan oleh kelemahan
kelopak mata horizontal pada tendon canthal medial atau lateral. Ektropion sikatrik
dapat disebabkan oleh pemendekan lamella anterior atau lamela tengah yang terdiri
dari kulit dan otot orbicularis. Ektropion paralitik dapat disebabkan oleh paralisis
atau kelumpuhan CN VII yang mengakibatkan hilangnya tonus otot orbicularis
oculi. Ektropion kongenital umumnya jarang terjadi, namun apabila terjadi
berhubungan dengan defek kongenital lain seperti sindrom blepharophimosis atau
euryblepharon. Terakhir, ektropion mekanis dapat disebabkan oleh gravitasi, efek
massa tumor, akumulasi cairan, lemak orbital hernia, atau pemasangan kacamata
yang tidak baik. 3,7
7
Faktor Resiko
Ektropion sikatrik terjadi ketika ada faktor yang memperpendek lamella
anterior kelopak mata. Terjadinya pemendekan pada lamellar anterior bila ada
faktor-faktor penyebab defisiensi kulit seperti luka bakar termal atau kimiawi,
trauma mekanis, trauma bedah atau kerusakan kulit aktinik kronis, tumor kulit,
alergi, obat-obatan, operasi seperti blepharoplasty, malformasi kongenital.
Ektropion sikatrik juga bisa disebabkan oleh peradangan kronis pada kelopak mata
akibat kondisi dermatologis seperti rosacea, dermatitis atopik, atau dermatitis
ekzematoid atau oleh jaringan parut akibat infeksi herpes zoster, atau perubahan
involusional yang mengakibatkan hilangnya elastisitas kulit. Ada beberapa kasus
dalam literatur yang melaporkan kondisi dermatologis seperti arthritis psoriatis
yang mengarah ke patologi kelopak mata. Pada arthritis psoriatis ini dapat
menyebabkan ektropion sikatrikial yang sangat bergejala. 8,9
Patofisiologi
Kelopak mata bawah dibagi menjadi lamella anterior (kulit dan otot
orbicularis oculi), lamella tengah (septum orbita dan lemak orbital), dan lamella
posterior (tarsus, retraktor kelopak mata bawah, dan konjungtiva). Tarsus atas dan
tarsus bawah adalah pita padat jaringan, penghubung di kelopak mata atas dan
bawah. Tendon canthal menghubungkan tarsi ke periorbital rim, memberikan
dukungan struktural yang kuat. Tendon canthal lateral menyisip di dalam tepi lateral
orbital di tuberkulum Whitnall. Tendon canthal medial menyisip di puncak lacrimal
anterior dan posterior, mengelilingi kantung lakrimal. Otot traktor kelopak mata
termasuk levator palpebrae superioris, Mullers, dan otot frontalis di kelopak mata
atas dan otot capsulo palpebral dan inferior tarsal / palpebral di kelopak mata
bawah. 4
Pada ektropion sikatrikial, jaringan parut pada kulit dan jaringan subkutan
memperpendek lamella anterior dan akibatnya membalikkan kelopak mata.
8
Struktur kulit kelopak mata merupakan jaringan tipis < 1mm, dan
transparan. Kulit tersebut menempel kuat pada muskulus orbicularis dan sedikit
melonggar pada canthus medial. Saat terdapat skar atau kontraktur pada kulit dan
jaringan dibawahnya, kulit akan tertarik begitu pula pada otot orbicularis juga ikut
tertarik dan menyebabkan pemendekan pada lamellar anteriornya.
Manifestasi Klinis
Kelopak mata atas atau bawah akan terlihat eversi kearah luar, pada
beberapa pasien yang sudah terjadi keadaan ektropion lama, dapat merasakan
sensasi benda asing, hiperemia, air mata yg keluar, gejala epifora, konjungtivitis,
gejala keratitis eksposur, dan gejala ulserasi kornea. 3
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari ektropion terdapat beberapa berdasarkan
manifestasi klinis yang ditimbulkan. Berikut diagnosis bandingnya: 7,10
• Ektropion
• Basal Cell Carcinoma
• Bell Palsy
9
• Floppy Eyelid Syndrome
• Ichthyosis
• Neuro-ophthalmic Examination
• Neuro-ophthalmic History
• Squamous Cell Carcinoma, Eyelid
• Retraksi kelopak mata akibat proptosis (misalnya penyakit mata tiroid),
pengangkatan jaringan yang berlebihan dengan blepharoplasty bawah, atau
resesi rektus inferior tanpa disinsersi retraktor kelopak mata bawah.
Diagnosis
Dalam penegakan diagnosis dilakukan anamnesis, dan pemeriksaan fisik.
dalam anamnesis dapat ditanyakan riwayat trauma pada mata, kelumpuhan saraf
wajah atau pernah ada riwayat operasi kelopak mata, atau penyakit yang pernah
terjadi pada mata atau disekitar mata. 11
Terdapat beberapa pemeriksaan mata spesifik yang dapat dilakukan pada
kasus ektropion antara lain pemeriksaan kelopak mata secara horizontal dan
vertikal, kekuatan tendon canthus pada kelopak mata, tonus otot orbikularis serta
adanya perubahan kulit sekitar kelopak mata. 12
a. Pemeriksaan kelopak mata
Kelopak mata bawah ditarik menjauhi tempatnya. Apabila jaraknya 10 mm
antar kelopak mata bawah dengan tempat semula berarti ada kelainan dan
dipastikan sebagai kelemahan horizontal. Atau, apabila kelopak mata ditarik
ke bawah secara perlahan menjauhi tempat semula, perhatikan kembalinya
kelopak mata ke psosisi semula apakah kelopak mata kembali cepat atau
lambat. Apabila ada kelemahan pada kelopak mata, maka kembalinya
kelopak mata akan lambat bahkan harus dibantu dengan kedipan.
Normalnya pabila kelopak mata ditarik makan kelopak mata segera kembali
ket tempat semula. Jika sudah yakin adanya kelemahan kelopak mata mka
harus dipikirkan penyebabnya apakah ada kelainan struktur anatomi atau
lainnya. 12
b. Pemeriksaan Tendon Canthus
Untuk pemeriksaan tendon canthus lateral, sudut tendon canthus harus
10
dievaluasi pada saat kelopak mata istirahat. Normalnya harus ada akut
angular contour dan berada 1-2 mm medial ke lateral rima orbita. Apabila
tendon canthus tampak bulat, maka dapat dipastikan ada kelemahan tendon.
Bagian lateral dari kelopak mata di tarik secara medial dan pergerakan dari
sudut lateral canthus dinilai. Normalnya sudut canthus tidak lebih dari 1 -2
mm. 12
c. Pemeriksaan Otot Orbikularis
Kelemahan otot orbikularis disebabkan oleh adanya kelumpuhan saraf
wajah lenkap atau sebagian. Otot orbikularis ini dinilai saat kelopak mata
ditutup secara paksa, maka akan didapati lagopthalmus dan kekuatan otot
berkurang. Kelemahan otot orbikularis ini dapat terjadi secara bilateral. 12
d. Perubahan kulit
Perubahan kulit disekitar mata terjadi akibat trauma, sehingga menyebabkan
pemendekan kulit di sekitar mata sehingga kelopak mata terbalik ke arah
luar. 12
Penanganan
Sebagai manajemen primer pengobatan penyebab yang mendasari
terjadinya ektropion harus ditangani terlebih dahulu,
bersama dengan pengobatan medis konservatif sebagai perlindungan pada kornea.
Pemberian steroid sistemik dan agen antiinflamasi harus digunakan untuk
mengobati kondisi peradangan pada kelopak mata. 9,14
Ektropion sikatrik pada kelopak mata bawah biasanya dirawat dengan
prosedur 3 langkah yaitu: 9, 13
1. Traksi sikatrik vertikal dilepaskan melalui pembedahan.
2. Kelopak mata dikencangkan secara horizontal dengan prosedur strip tarsal
lateral dan medial spindle (MS) adalah teknik yang dapat dilakukan secara
individu atau bersamaan untuk mengobati ektropion pada bagian medial dan
lateral kelopak mata bawah.
3. Lamella anterior diperpanjang secara vertikal melalui pengangkatan bagian
tengah atau Skin Graft full Thickness. Jika skin graft full Thickness, kelopak
mata dapat ditempatkan pada traksi superior dengan jahitan Frost. Sumber
11
kulit yang dapat dilakukan Graft pada kelopak mata atas, aurikuler posterior,
area preauricular dan supraclavicular.
Gambar. Ektropion Sikatrik. B, Pelepasan traksi sikatrik vertikal dan penempatan
Skin Graft full Thickness. C, Imobilisasi Skin Graft dengan jahitan Frost. D,
Penampilan akhir setelah penempatan Skin Graft dan strip tarsal lateral. 9
Beberapa Teknik lainnya yang dapat dilakukan yaitu: 12,14
1. V-Y operation. Operasi dilakukan untuk ektropion derajat ringan. Pada insisi a
V-shapeddi kulit dan dijahit dengan bentuk Y
12
2. Z-plasty (Elschnig’s operation). Operasi ini ditujukan untuk ektropion derajat
ringan sampai sedang. Teknik ini sangat sering digunakan. Z-plasty melibatkan
transposisi 2 flap segitiga, yang memperpanjang jangkauan “Z”. Z-plasty dapat
dikombinasikan dengan teknik perbaikan ektropion lainnya. 4
3. LateraL Canthal Anhoring
4. FasciaL Sling
5. Transposition Flaps From the Upper Lid
6. Split-LeveL Graft
Sebelum melakukan Tindakan Operasi dapat dilakukan pemeriksaan berikut:
1. Pemeriksaan Slit lamp : evaluasi kondisi korne sebelum melakukan operasi
agar tidak terjadi abrasi ataupun tanda-tanda kekeringan, juga cek tanda-
tanda lagofthalmos.
2. Bell phenomenon : Instruksikan kepada pasien agar berusah menutup mata
Ketika pemeriksa membuka palpebra, jika mata bergerak berarti positif
terdapat bell phenomenom.
3. Nervus fasialis : pada bell palsy nervus fasialis dan lower motor neuron
mengalami kelumpuhan, bagian ipsilateral dari alis dan otot-otot bagian
bawah wajah akan mengalami kelemahan. Jika adanya kelumpuhan pada
nervus fasialis dengan upper motor neuron, akan terjadi elevasi alis karena
inervasi bilateral pada wajah bagian atas. Pada pasien dengan kelumpuhan
nervus fasialis disarankan test disfungsi orbicularis oris dengan cara
menyuruh pasien untuk perlihatkan giginya dari pada senyum. Bandingkan
elevasi dari sudut bibir, jika ptosis terdapat afek pada sisi bibir bagian
ipsilateral.
13
Prognosis
Pada ektropion yang cepat tertangani dengan baik umumnya memiliki
prognosis yang baik dan tidak menimbulkan komplikasi pada pasien.
Kekambuhan dapat terjadi setelah beberapa tahun dilakukan terapi. 7
Komplikasi
Seperti operasi kelopak mata lainnya, selalu ada kemungkinan perdarahan
atau infeksi pasca operasi lokal tetapi umumnya kecil terjadi. Kemungkinan
komplikasi lainnya seperti cedera pada kornea tetapi dengan teknik yang baik
jarang terjadi. 7
Ektropion dapat menyebabkan konjungtivitis kronis, keratitis, ulserasi
kornea, dan lagophthalmos, dengan gejala robek, fotofobia, nyeri, dan sensasi
benda asing. 8
14
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Opthalmology. Facial and Eyelid Anatomy. Dalam:
Basic and Clinical Science Course. Bagian ke-7: Orbit, Eyelids and
Lacrimal System. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology;
2018-2019. Hal. 95-100.
2. Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Ed. 29. Jakarta
: EGC.
3. Bergstrom R, Czyz CN. 2020. Ectropion Lower Eyelid Reconstruction. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470449/
4. Kooistra, L. J., Scott, J. F., & Bordeaux, J. S. 2019. Cicatricial Ectropion
Repair for Dermatologic Surgeons. Dermatologic Surgery, 1.
doi:10.1097/dss.0000000000002150
5. Nicoli, F., Orfaniotis, G., Ciudad, P., Maruccia, M., Lazzeri, D., Costabile,
L., Balzani, et All. 2018. Correction of cicatricial ectropion using non-
ablative fractional laser resurfacing. Lasers in Medical Science.
doi:10.1007/s10103-018-2601-y
6. Edsel B Ing. 2018. Ectropion. Medscape. Tersedia pada
https://emedicine.medscape.com/article/1212398-overview#a6
7. Michel J. Belliveau. 2020. Ectropion. EyeWiki American Academy of
Ophtalmology, Tersedia pada https://eyewiki.aao.org/Ectropion
8. Carolina P. B. Gracitelli, Tammy Hentona Osaki, Natalia Yumi Valdrighi,
Giovanni André Pires Viana, Midori Hentona Osaki. 2015. "Cicatricial
Ectropion Secondary to Psoriatic Arthritis", Case Reports in
Ophthalmological Medicine, vol. 2015, Article ID 315465, 3 pages.
https://doi.org/10.1155/2015/315465
9. American Academy of Opthalmology. Periocular Malpositions And
Involutional Changes. Dalam: Basic and Clinical Science Course. Bagian
ke-7: Orbit, Eyelids and Lacrimal System. San Fransisco: American
Academy of Ophthalmology; 2018-2019. Hal. 140-141.
15
10. Edsel B Ing. 2018. Ectropion. Medscape, tersedia pada
https://emedicine.medscape.com/article/1212398-overview
11. Riordan-Eva, Paul et al. 2007. Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology
17th
edition. London : McGraw Hill Company
12. Miletic, Daliborka. 2010. Our Approach to Operative Treatment of Lower
Lid Ectropion, in Operative Treatment of Eyelid Ectropion. Vol; 49, No. 3.
13. Bowling B. 2016. Cicatricial ectropion. Dalam: Kanski’s Clinical
Opthalmology. Edisi ke-8. Australia: Elsevier Inc.
14. Codner M.A, McCord C. 2016. eyelid and Periorbital Surgery. Edisi ke-2.
New York; Thieme Medical Publishers, Inc.

More Related Content

What's hot

Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptxPenggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptxMuhammadReza735642
 
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptxPemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptxZevPanka1
 
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdfModul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdfErita12
 
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Iva Maria
 
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptkas mulyadi
 
lo 3 (B) FISIOLOGI EREKSI EJAKULASI.pptx
lo 3 (B) FISIOLOGI EREKSI EJAKULASI.pptxlo 3 (B) FISIOLOGI EREKSI EJAKULASI.pptx
lo 3 (B) FISIOLOGI EREKSI EJAKULASI.pptx221097AhmadAsyariFas
 
Askep gangguan sistem pengelihatan glaukoma
Askep gangguan sistem pengelihatan glaukomaAskep gangguan sistem pengelihatan glaukoma
Askep gangguan sistem pengelihatan glaukomaDiah Gembul
 
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)Syscha Lumempouw
 

What's hot (20)

Kuliah mata 2013
Kuliah mata 2013Kuliah mata 2013
Kuliah mata 2013
 
ORBIT Anatomy
ORBIT AnatomyORBIT Anatomy
ORBIT Anatomy
 
Trauma maksilofasial
Trauma maksilofasialTrauma maksilofasial
Trauma maksilofasial
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
refka gea.pptx
refka gea.pptxrefka gea.pptx
refka gea.pptx
 
Orbita3 4
Orbita3 4Orbita3 4
Orbita3 4
 
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptxPenggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
Penggunaan Refraksi Siklopegik pada kelainan refraksi anak (astigmatisme).pptx
 
Kista ovarium
Kista ovariumKista ovarium
Kista ovarium
 
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptxPemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
 
Gangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by GabriellaGangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by Gabriella
 
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdfModul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
Modul-Benda-Asing-di-Konjunctiva.pdf
 
391082079 cts-ppt
391082079 cts-ppt391082079 cts-ppt
391082079 cts-ppt
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
 
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis ppt
 
lo 3 (B) FISIOLOGI EREKSI EJAKULASI.pptx
lo 3 (B) FISIOLOGI EREKSI EJAKULASI.pptxlo 3 (B) FISIOLOGI EREKSI EJAKULASI.pptx
lo 3 (B) FISIOLOGI EREKSI EJAKULASI.pptx
 
Askep gangguan sistem pengelihatan glaukoma
Askep gangguan sistem pengelihatan glaukomaAskep gangguan sistem pengelihatan glaukoma
Askep gangguan sistem pengelihatan glaukoma
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
 

Similar to Tinjauan pustaka ektropion sikatrik

Preskas ablasio
Preskas ablasio Preskas ablasio
Preskas ablasio nikeeenlrs
 
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatanMakalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatanOperator Warnet Vast Raha
 
294805506 referat-glaukoma
294805506 referat-glaukoma294805506 referat-glaukoma
294805506 referat-glaukomaIqbal Abdillah
 
Tugas epidemologi ablasio retina
Tugas epidemologi   ablasio retinaTugas epidemologi   ablasio retina
Tugas epidemologi ablasio retinaAmirullah Latarissa
 
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptxREFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptxninikindriyani0
 
asuhan keperawatan ablasio retina
asuhan keperawatan ablasio retinaasuhan keperawatan ablasio retina
asuhan keperawatan ablasio retinanora ariski
 
trauma pada mata
trauma pada matatrauma pada mata
trauma pada matarizky12
 
Tinjauan pustaka macular hole 1
Tinjauan pustaka macular hole 1Tinjauan pustaka macular hole 1
Tinjauan pustaka macular hole 1prastika1
 
Watery eyes atau tearing
Watery eyes atau tearingWatery eyes atau tearing
Watery eyes atau tearingDesfri Angraini
 
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptxUltrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptxAditya70651
 
Tumor Palpebra.docx
Tumor Palpebra.docxTumor Palpebra.docx
Tumor Palpebra.docxMonitaTonapa
 
histologi mata (modul organ sensoris)
histologi mata (modul organ sensoris)histologi mata (modul organ sensoris)
histologi mata (modul organ sensoris)fikri asyura
 

Similar to Tinjauan pustaka ektropion sikatrik (20)

Preskas ablasio
Preskas ablasio Preskas ablasio
Preskas ablasio
 
ablasio retina
ablasio retinaablasio retina
ablasio retina
 
Patologi pada-katarak1
Patologi pada-katarak1Patologi pada-katarak1
Patologi pada-katarak1
 
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatanMakalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
 
294805506 referat-glaukoma
294805506 referat-glaukoma294805506 referat-glaukoma
294805506 referat-glaukoma
 
Tugas epidemologi ablasio retina
Tugas epidemologi   ablasio retinaTugas epidemologi   ablasio retina
Tugas epidemologi ablasio retina
 
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptxREFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
 
asuhan keperawatan ablasio retina
asuhan keperawatan ablasio retinaasuhan keperawatan ablasio retina
asuhan keperawatan ablasio retina
 
trauma pada mata
trauma pada matatrauma pada mata
trauma pada mata
 
Tinjauan pustaka macular hole 1
Tinjauan pustaka macular hole 1Tinjauan pustaka macular hole 1
Tinjauan pustaka macular hole 1
 
Watery eyes atau tearing
Watery eyes atau tearingWatery eyes atau tearing
Watery eyes atau tearing
 
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptxUltrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
Ultrasonografi Okular yang Difokuskan pada Segmen Posterior Mata.pptx
 
Sap katarak
Sap katarakSap katarak
Sap katarak
 
Opthalmologi
OpthalmologiOpthalmologi
Opthalmologi
 
Opthalmologi
OpthalmologiOpthalmologi
Opthalmologi
 
Tumor Palpebra.docx
Tumor Palpebra.docxTumor Palpebra.docx
Tumor Palpebra.docx
 
histologi mata (modul organ sensoris)
histologi mata (modul organ sensoris)histologi mata (modul organ sensoris)
histologi mata (modul organ sensoris)
 
Eyes injury
Eyes injuryEyes injury
Eyes injury
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
Danu
DanuDanu
Danu
 

Recently uploaded

LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 

Recently uploaded (20)

LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 

Tinjauan pustaka ektropion sikatrik

  • 1. Tinjauan Pustaka Ektropion Sikatrik Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin/RSUDZA Banda Aceh Disusun oleh : Prastika Tiara Santi Pembimbing : dr.Rahmi Adriman, M.Kes, Sp.M BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH 2020
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan akal, budi, serta berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tinjauan pustaka yang berjudul “Ektropion Sikatrik”. Shalawat beriring salam kami sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW, atas semangat perjuangan dan panutan bagi umatnya. Adapun tinjauan pustaka ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalankan kepaniteraan klinik senior pada bagian/SMF Mata Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, RSUDZA Banda Aceh. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr. Rahmi Adriman, M.Kes, Sp.M yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari bahwa tinjauan pustaka ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan kami terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa mendatang. Banda Aceh, September 2020 Penulis
  • 3. 3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2 DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 4 Anatomi ............................................................................................................ 4 Definisi ............................................................................................................ 5 Epidemiologi ................................................................................................... 6 Klasifikasi ........................................................................................................ 6 Faktor resiko .................................................................................................... 7 Patofisiologi ..................................................................................................... 7 Manifestasi klinis ............................................................................................. 8 Diagnosis banding ........................................................................................... 8 Diagnosis ......................................................................................................... 9 Penanganan ...................................................................................................... 10 Prognosis ......................................................................................................... 13 Komplikasi ....................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14
  • 4. 4 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Kelopak mata atau palpebra berperan dalam melindungi bagian depan bola mata dari kerusakan lokal. Selain itu, palpebra juga meregulasi cahaya yang masuk ke mata, menyebarkan air mata ke seluruh kornea saat berkedip, juga dalam proses pengaliran air mata, yaitu dalam pemompaan conjunctival sac dan lacrimal sac.1 Palpebra superior berbatas hingga ke alis, yang memisahkannya dengan dahi. Palpebra inferior berbatas hingga ke bawah cekungan orbita tepat sebelum pipi, membentuk lipatan dimana jaringan ikat longgar palpebra bertemu dengan jaringan padat dari pipi. 1 Struktur yang menyusun palpebra antara lain adalah kulit; jaringan subkutan; otot orbikularis okuli; jaringan areolar submuskular; lapisan fibrosa yang terdiri dari tarsal dan septum orbita; pengangkat kelopak mata atas dan bawah; lapisan lemak retroseptal dan konjungtiva 1 Kulit kelopak mata adalah bagian tubuh yang paling tipis dan unik karena tidak memiliki lapisan lemak subkutan. Karena kulit tipis pada kelopak mata mengalami pergerakan yang konstan dengan setiap kedipan, kelemahan sering terjadi seiring bertambahnya usia. Baik di kelopak mata atas dan bawah, jaringan pretarsal biasanya melekat kuat ke jaringan di bawahnya, sedangkan jaringan preseptal lebih longgar, menciptakan ruang potensial untuk akumulasi cairan. Kontur kulit kelopak mata ditentukan oleh lipatan kelopak mata dan lipatan kelopak
  • 5. 5 mata. Lipatan kelopak mata atas mendekati perlekatan levator aponeurosis ke bundel dan kulit pretarsal orbicularis. Variasi rasial dapat terlihat pada letak lipatan kelopak mata dan lipatan kelopak mata. Kelopak mata Asia biasanya memiliki lipatan kelopak mata atas yang relatif rendah karena, berbeda dengan fusi supratarsal, septum orbital di Kelopak mata Asia menyatu dengan aponeurosis levator antara batas kelopak mata dan batas superior tarsus. Hal ini juga memungkinkan lemak preaponeurotik menempati posisi yang lebih inferior dan anterior di kelopak mata. Meskipun lipatan kelopak mata bawah kurang jelas dibandingkan lipatan kelopak mata atas, perbedaan ras ini juga terlihat di kelopak mata bawah. 1 Definisi Ektropion berasal dari bahasa Yunani “Ektrope” yang berarti membalik. Ektropion adalah eversi atau pembalikan keluar dari batas kelopak mata yang menyebabkan hilangnya aposisi normal kelopak mata terhadap bola mata. Ektropion sikatrik merupakan salah satu jenis dari ektropion. Ektropion sikatrik merupakan kondisi dari pembalikan kelopak mata akibat skar atau jaringan parut pada kulit dan jaringan subkutan yang memperpendek lamella anterior dan akibatnya membalikkan kelopak mata. 2,3,4
  • 6. 6 Epidemiologi Malposisi kelopak mata bawah adalah komplikasi yang paling sering dan parah setelah blefaroplasti. Malposisi dapat bervariasi dari retraksi kelopak mata bawah yang terpisah dengan skleral hinggamenyebabkan ektropion. Ektropion terjadi pada 1% pasien setelah operasi Blepharoplasty lowereyelid dimana terjadi perpisahan atau jarak antara sklera dan palpebra, tetapi beberapa penulis melaporkan angka kejadian hingga 15-20%. 5 Ektropion dapat terjadi pada semua umr tapi yang paling sering terjadi pada orang dewasa tua. Ektropion biasanya terjadi pada palpebra inferior dan sering terjadi kelemahan pada palpebra dan sekitarnya. 6 Prevalensi yang paling sering adalah ektropion involusional yaitu pada orang tua, frekuensinya lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan karena pada laki-laki mempunyai tarsal plate lebih besar dari pada perempuan dan berjalan sesuai umur. Di negara maju, ektropion involusional terkait usia lebih sering terjadi, sedangkan di sub-Sahara Afrika, ektropion sikatrik akibat trauma lebih sering terjadi. 5,6 Klasifikasi Ektropion sikatrik merupakan salah satu klasifikasi dari ektropion. Ektropion diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu kongenital, involusional, paralitik, sikatrik, atau mekanis. Ektropion involusional disebabkan oleh kelemahan kelopak mata horizontal pada tendon canthal medial atau lateral. Ektropion sikatrik dapat disebabkan oleh pemendekan lamella anterior atau lamela tengah yang terdiri dari kulit dan otot orbicularis. Ektropion paralitik dapat disebabkan oleh paralisis atau kelumpuhan CN VII yang mengakibatkan hilangnya tonus otot orbicularis oculi. Ektropion kongenital umumnya jarang terjadi, namun apabila terjadi berhubungan dengan defek kongenital lain seperti sindrom blepharophimosis atau euryblepharon. Terakhir, ektropion mekanis dapat disebabkan oleh gravitasi, efek massa tumor, akumulasi cairan, lemak orbital hernia, atau pemasangan kacamata yang tidak baik. 3,7
  • 7. 7 Faktor Resiko Ektropion sikatrik terjadi ketika ada faktor yang memperpendek lamella anterior kelopak mata. Terjadinya pemendekan pada lamellar anterior bila ada faktor-faktor penyebab defisiensi kulit seperti luka bakar termal atau kimiawi, trauma mekanis, trauma bedah atau kerusakan kulit aktinik kronis, tumor kulit, alergi, obat-obatan, operasi seperti blepharoplasty, malformasi kongenital. Ektropion sikatrik juga bisa disebabkan oleh peradangan kronis pada kelopak mata akibat kondisi dermatologis seperti rosacea, dermatitis atopik, atau dermatitis ekzematoid atau oleh jaringan parut akibat infeksi herpes zoster, atau perubahan involusional yang mengakibatkan hilangnya elastisitas kulit. Ada beberapa kasus dalam literatur yang melaporkan kondisi dermatologis seperti arthritis psoriatis yang mengarah ke patologi kelopak mata. Pada arthritis psoriatis ini dapat menyebabkan ektropion sikatrikial yang sangat bergejala. 8,9 Patofisiologi Kelopak mata bawah dibagi menjadi lamella anterior (kulit dan otot orbicularis oculi), lamella tengah (septum orbita dan lemak orbital), dan lamella posterior (tarsus, retraktor kelopak mata bawah, dan konjungtiva). Tarsus atas dan tarsus bawah adalah pita padat jaringan, penghubung di kelopak mata atas dan bawah. Tendon canthal menghubungkan tarsi ke periorbital rim, memberikan dukungan struktural yang kuat. Tendon canthal lateral menyisip di dalam tepi lateral orbital di tuberkulum Whitnall. Tendon canthal medial menyisip di puncak lacrimal anterior dan posterior, mengelilingi kantung lakrimal. Otot traktor kelopak mata termasuk levator palpebrae superioris, Mullers, dan otot frontalis di kelopak mata atas dan otot capsulo palpebral dan inferior tarsal / palpebral di kelopak mata bawah. 4 Pada ektropion sikatrikial, jaringan parut pada kulit dan jaringan subkutan memperpendek lamella anterior dan akibatnya membalikkan kelopak mata.
  • 8. 8 Struktur kulit kelopak mata merupakan jaringan tipis < 1mm, dan transparan. Kulit tersebut menempel kuat pada muskulus orbicularis dan sedikit melonggar pada canthus medial. Saat terdapat skar atau kontraktur pada kulit dan jaringan dibawahnya, kulit akan tertarik begitu pula pada otot orbicularis juga ikut tertarik dan menyebabkan pemendekan pada lamellar anteriornya. Manifestasi Klinis Kelopak mata atas atau bawah akan terlihat eversi kearah luar, pada beberapa pasien yang sudah terjadi keadaan ektropion lama, dapat merasakan sensasi benda asing, hiperemia, air mata yg keluar, gejala epifora, konjungtivitis, gejala keratitis eksposur, dan gejala ulserasi kornea. 3 Diagnosis Banding Diagnosis banding dari ektropion terdapat beberapa berdasarkan manifestasi klinis yang ditimbulkan. Berikut diagnosis bandingnya: 7,10 • Ektropion • Basal Cell Carcinoma • Bell Palsy
  • 9. 9 • Floppy Eyelid Syndrome • Ichthyosis • Neuro-ophthalmic Examination • Neuro-ophthalmic History • Squamous Cell Carcinoma, Eyelid • Retraksi kelopak mata akibat proptosis (misalnya penyakit mata tiroid), pengangkatan jaringan yang berlebihan dengan blepharoplasty bawah, atau resesi rektus inferior tanpa disinsersi retraktor kelopak mata bawah. Diagnosis Dalam penegakan diagnosis dilakukan anamnesis, dan pemeriksaan fisik. dalam anamnesis dapat ditanyakan riwayat trauma pada mata, kelumpuhan saraf wajah atau pernah ada riwayat operasi kelopak mata, atau penyakit yang pernah terjadi pada mata atau disekitar mata. 11 Terdapat beberapa pemeriksaan mata spesifik yang dapat dilakukan pada kasus ektropion antara lain pemeriksaan kelopak mata secara horizontal dan vertikal, kekuatan tendon canthus pada kelopak mata, tonus otot orbikularis serta adanya perubahan kulit sekitar kelopak mata. 12 a. Pemeriksaan kelopak mata Kelopak mata bawah ditarik menjauhi tempatnya. Apabila jaraknya 10 mm antar kelopak mata bawah dengan tempat semula berarti ada kelainan dan dipastikan sebagai kelemahan horizontal. Atau, apabila kelopak mata ditarik ke bawah secara perlahan menjauhi tempat semula, perhatikan kembalinya kelopak mata ke psosisi semula apakah kelopak mata kembali cepat atau lambat. Apabila ada kelemahan pada kelopak mata, maka kembalinya kelopak mata akan lambat bahkan harus dibantu dengan kedipan. Normalnya pabila kelopak mata ditarik makan kelopak mata segera kembali ket tempat semula. Jika sudah yakin adanya kelemahan kelopak mata mka harus dipikirkan penyebabnya apakah ada kelainan struktur anatomi atau lainnya. 12 b. Pemeriksaan Tendon Canthus Untuk pemeriksaan tendon canthus lateral, sudut tendon canthus harus
  • 10. 10 dievaluasi pada saat kelopak mata istirahat. Normalnya harus ada akut angular contour dan berada 1-2 mm medial ke lateral rima orbita. Apabila tendon canthus tampak bulat, maka dapat dipastikan ada kelemahan tendon. Bagian lateral dari kelopak mata di tarik secara medial dan pergerakan dari sudut lateral canthus dinilai. Normalnya sudut canthus tidak lebih dari 1 -2 mm. 12 c. Pemeriksaan Otot Orbikularis Kelemahan otot orbikularis disebabkan oleh adanya kelumpuhan saraf wajah lenkap atau sebagian. Otot orbikularis ini dinilai saat kelopak mata ditutup secara paksa, maka akan didapati lagopthalmus dan kekuatan otot berkurang. Kelemahan otot orbikularis ini dapat terjadi secara bilateral. 12 d. Perubahan kulit Perubahan kulit disekitar mata terjadi akibat trauma, sehingga menyebabkan pemendekan kulit di sekitar mata sehingga kelopak mata terbalik ke arah luar. 12 Penanganan Sebagai manajemen primer pengobatan penyebab yang mendasari terjadinya ektropion harus ditangani terlebih dahulu, bersama dengan pengobatan medis konservatif sebagai perlindungan pada kornea. Pemberian steroid sistemik dan agen antiinflamasi harus digunakan untuk mengobati kondisi peradangan pada kelopak mata. 9,14 Ektropion sikatrik pada kelopak mata bawah biasanya dirawat dengan prosedur 3 langkah yaitu: 9, 13 1. Traksi sikatrik vertikal dilepaskan melalui pembedahan. 2. Kelopak mata dikencangkan secara horizontal dengan prosedur strip tarsal lateral dan medial spindle (MS) adalah teknik yang dapat dilakukan secara individu atau bersamaan untuk mengobati ektropion pada bagian medial dan lateral kelopak mata bawah. 3. Lamella anterior diperpanjang secara vertikal melalui pengangkatan bagian tengah atau Skin Graft full Thickness. Jika skin graft full Thickness, kelopak mata dapat ditempatkan pada traksi superior dengan jahitan Frost. Sumber
  • 11. 11 kulit yang dapat dilakukan Graft pada kelopak mata atas, aurikuler posterior, area preauricular dan supraclavicular. Gambar. Ektropion Sikatrik. B, Pelepasan traksi sikatrik vertikal dan penempatan Skin Graft full Thickness. C, Imobilisasi Skin Graft dengan jahitan Frost. D, Penampilan akhir setelah penempatan Skin Graft dan strip tarsal lateral. 9 Beberapa Teknik lainnya yang dapat dilakukan yaitu: 12,14 1. V-Y operation. Operasi dilakukan untuk ektropion derajat ringan. Pada insisi a V-shapeddi kulit dan dijahit dengan bentuk Y
  • 12. 12 2. Z-plasty (Elschnig’s operation). Operasi ini ditujukan untuk ektropion derajat ringan sampai sedang. Teknik ini sangat sering digunakan. Z-plasty melibatkan transposisi 2 flap segitiga, yang memperpanjang jangkauan “Z”. Z-plasty dapat dikombinasikan dengan teknik perbaikan ektropion lainnya. 4 3. LateraL Canthal Anhoring 4. FasciaL Sling 5. Transposition Flaps From the Upper Lid 6. Split-LeveL Graft Sebelum melakukan Tindakan Operasi dapat dilakukan pemeriksaan berikut: 1. Pemeriksaan Slit lamp : evaluasi kondisi korne sebelum melakukan operasi agar tidak terjadi abrasi ataupun tanda-tanda kekeringan, juga cek tanda- tanda lagofthalmos. 2. Bell phenomenon : Instruksikan kepada pasien agar berusah menutup mata Ketika pemeriksa membuka palpebra, jika mata bergerak berarti positif terdapat bell phenomenom. 3. Nervus fasialis : pada bell palsy nervus fasialis dan lower motor neuron mengalami kelumpuhan, bagian ipsilateral dari alis dan otot-otot bagian bawah wajah akan mengalami kelemahan. Jika adanya kelumpuhan pada nervus fasialis dengan upper motor neuron, akan terjadi elevasi alis karena inervasi bilateral pada wajah bagian atas. Pada pasien dengan kelumpuhan nervus fasialis disarankan test disfungsi orbicularis oris dengan cara menyuruh pasien untuk perlihatkan giginya dari pada senyum. Bandingkan elevasi dari sudut bibir, jika ptosis terdapat afek pada sisi bibir bagian ipsilateral.
  • 13. 13 Prognosis Pada ektropion yang cepat tertangani dengan baik umumnya memiliki prognosis yang baik dan tidak menimbulkan komplikasi pada pasien. Kekambuhan dapat terjadi setelah beberapa tahun dilakukan terapi. 7 Komplikasi Seperti operasi kelopak mata lainnya, selalu ada kemungkinan perdarahan atau infeksi pasca operasi lokal tetapi umumnya kecil terjadi. Kemungkinan komplikasi lainnya seperti cedera pada kornea tetapi dengan teknik yang baik jarang terjadi. 7 Ektropion dapat menyebabkan konjungtivitis kronis, keratitis, ulserasi kornea, dan lagophthalmos, dengan gejala robek, fotofobia, nyeri, dan sensasi benda asing. 8
  • 14. 14 DAFTAR PUSTAKA 1. American Academy of Opthalmology. Facial and Eyelid Anatomy. Dalam: Basic and Clinical Science Course. Bagian ke-7: Orbit, Eyelids and Lacrimal System. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2018-2019. Hal. 95-100. 2. Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Ed. 29. Jakarta : EGC. 3. Bergstrom R, Czyz CN. 2020. Ectropion Lower Eyelid Reconstruction. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470449/ 4. Kooistra, L. J., Scott, J. F., & Bordeaux, J. S. 2019. Cicatricial Ectropion Repair for Dermatologic Surgeons. Dermatologic Surgery, 1. doi:10.1097/dss.0000000000002150 5. Nicoli, F., Orfaniotis, G., Ciudad, P., Maruccia, M., Lazzeri, D., Costabile, L., Balzani, et All. 2018. Correction of cicatricial ectropion using non- ablative fractional laser resurfacing. Lasers in Medical Science. doi:10.1007/s10103-018-2601-y 6. Edsel B Ing. 2018. Ectropion. Medscape. Tersedia pada https://emedicine.medscape.com/article/1212398-overview#a6 7. Michel J. Belliveau. 2020. Ectropion. EyeWiki American Academy of Ophtalmology, Tersedia pada https://eyewiki.aao.org/Ectropion 8. Carolina P. B. Gracitelli, Tammy Hentona Osaki, Natalia Yumi Valdrighi, Giovanni André Pires Viana, Midori Hentona Osaki. 2015. "Cicatricial Ectropion Secondary to Psoriatic Arthritis", Case Reports in Ophthalmological Medicine, vol. 2015, Article ID 315465, 3 pages. https://doi.org/10.1155/2015/315465 9. American Academy of Opthalmology. Periocular Malpositions And Involutional Changes. Dalam: Basic and Clinical Science Course. Bagian ke-7: Orbit, Eyelids and Lacrimal System. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2018-2019. Hal. 140-141.
  • 15. 15 10. Edsel B Ing. 2018. Ectropion. Medscape, tersedia pada https://emedicine.medscape.com/article/1212398-overview 11. Riordan-Eva, Paul et al. 2007. Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology 17th edition. London : McGraw Hill Company 12. Miletic, Daliborka. 2010. Our Approach to Operative Treatment of Lower Lid Ectropion, in Operative Treatment of Eyelid Ectropion. Vol; 49, No. 3. 13. Bowling B. 2016. Cicatricial ectropion. Dalam: Kanski’s Clinical Opthalmology. Edisi ke-8. Australia: Elsevier Inc. 14. Codner M.A, McCord C. 2016. eyelid and Periorbital Surgery. Edisi ke-2. New York; Thieme Medical Publishers, Inc.