Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus neoplasma. Secara ringkas, dibahas tentang definisi neoplasma sebagai penyakit genetik yang disebabkan perubahan gen, tipe-tipe neoplasma seperti karsinoma, sarkoma, dan leukemia, serta asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien neoplasma meliputi penilaian, diagnosis, perawatan, dan evaluasi."
2. 2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2
PENDAHULUAN ...................................................................................................3
A. Deskripsi Materi ...............................................................................................3
B. Petunjuk Belajar ...............................................................................................3
C. Relevansi ..........................................................................................................4
INTI MATERI: KEPERAWATAN BEDAH..........................................................5
1. CAPAIAN PEMBELAJARAN........................................................................5
2. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN...............................................................5
3. URAIAN MATERI ..........................................................................................5
A. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Neoplasma ....................6
B. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Apendisitis..................17
C. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Hernia .........................23
D. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Benign Prostatic
Hiperplasia (BPH) ..........................................................................................29
4. TUGAS..........................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
RANGKUMAN....................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
TES FORMATIF ..................................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA...........................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
3. 3
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Materi
Keperawatan bedah merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan Ilmu dan Teknik Keperawatan Bedah yang meliputi pelayanan bio-
psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan pada orang dewasa dengan atau
yang cenderung mengalami gangguan fisiologi dengan atau tanpa gangguan
struktur akibat trauma. Keperawatan bedah merupakan bagian dari keperawatan,
dimana keperawatan itu sendiri adalah: bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan pada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.
Modul ini dikemas dalam empat topik dimana pada masing-masing modul
mencerminkan adanya uraian atau penjelasan materi sebagai representasi tatap
muka, tugas terstruktur, tugas mandiri dan tes formatif. Topik yang disusun dalam
modul ini meliputi Neoplasma, Apendisitis akut, Hernia, dan Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH)
B. Petunjuk Belajar
1) Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini
berikut beberapa petunjuk yang dapat Anda ikuti :
2) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda
memahami secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya.
3) Pahami garis besar materi-materi yang akan dipelajari atau dibahas secara
seksama apa yang akan dicapai.
4) Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk
menambahkan wawasan Anda menjadikan perbandingan jika pembahasan
dalam modul ini masih dianggap kurang.
5) Mantapkan pemahaman Anda dengan latihan dalam modul dan melalui
kegiatan diskusi dengan peserta PPG atau dosen.
4. 4
INTI MATERI: KEPERAWATAN BEDAH
Assalamu’alaikum Wr. Wb, Selamat datang Bapak Ibu peserta PPG, senang
sekali dapat berjumpa kembali dengan Anda pada Modul Keperawatan Bedah.
Saya yakin saat ini Anda sangat bersemangat sekali untuk belajar tentang
Keperawatan Bedah. Perhatikan capaian pembelajaran yang menjadi target belajar
kita. Bacalah terlebih dahulu petunjuk pelajar pada bagian pendahuluan agar
kegiatan belajar kita terlaksana dengan baik. Baiklah, mari kita mulai kegiatan
belajar kita kali ini.
C. Relevansi
Kompetensi yang ingin dicapai setelah Anda mempelajari modul ini adalah
Anda dapat memahami tentang neoplasma, apendisitis akut, hernia, dan Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH). Kasus kasus penyakit yang masuk kedalam ranah
Keperawatan Bedah ini lebih ditonjolkan pada penyakit yang salah satu terapi
intervensinya adalah pembedahan. Dalam hal ini, perawat mempunyai peran
penting pada tahap persiapan operasi pasien, data operasi dan yang tidak kalah
pentingnya adalah pada masa pemulihan pasca operasi.
5. 5
INTI MATERI: KEPERAWATAN BEDAH
1. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai teori dan aplikasi materi keahlian keperawatan, kompetensi
keahlian asisten keperawatan yang mencakup: (1) Komunikasi Keperawatan, (2)
Konsep Dasar Keperawatan (anatomi fisiologi, promosi kesehatan, pelayanan
prima), (3) Kebutuhan Dasar Manusia, (4) Keperawatan Medikal Bedah (ilmu
penyakit, penunjang diagnostic, kegawatdaruratan), (5), Ilmu Kesehatan
Masyarakat (Keperawatan Jiwa dan Keluarga, Keperawatan Geriatrik dan
Komunitas, Keperawatan Maternitas, (6) Keterampilan Dasar Tindakan
Keperawatan termasuk advance materials yang dapat menjelaskan aspek “apa”
(konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan
sehari-hari.
2. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menganalisis prinsip Keperawatan Medikal Bedah (ilmu penyakit, penunjang,
diagnostik, kegawatdaruratan) dan aplikasinya dalam pembelajaran asisten
keperawatan.
3. URAIAN MATERI
Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh. Selamat pagi para peserta
sekalian. Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat dan dimudahkan
segala urusannya. Aamiin.
Bapak Ibu Peserta PPG yang berbahagia, sebelum memulai pembelajaran,
marilah kita bersama-sama berdoa terlebih dahulu, semoga kita diberikan
kemudahan dan kelancaran serta diberikan ilmu yang barokah. Aamiin. Berdoa
mulai sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Selesai.
Setelah mempelajari kasus mengenai medikal bedah yang sering terjadi di
masyarakat, peserta PPG akan mampu membuat Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah pada pasien dengan: neoplasma, apendisitis, hernia, dan benign prostatic
hyperplasia (BPH).
Nah, Bapak/Ibu peserta PPG, sudah siapkah mengikuti materi pertama kita?
Baiklah, mari kita mulai dengan materi pertama.
6. 6
A. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Neoplasma
Kanker dapat terjadi hampir di mana saja pada tubuh manusia, yang terdiri
dari triliunan sel. Biasanya, sel manusia tumbuh dan membelah untuk membentuk
sel baru sesuai kebutuhan tubuh. Ketika sel-sel menjadi tua atau menjadi rusak,
mereka mati, dan sel-sel baru terjadi. Namun, ketika kanker berkembang, proses
teratur ini rusak. Ketika sel-sel menjadi semakin abnormal, sel-sel tua atau rusak
bertahan hidup ketika mereka harus mati, dan sel-sel baru terbentuk ketika mereka
tidak diperlukan. Sel-sel ekstra ini dapat membelah tanpa henti dan dapat
membentuk pertumbuhan yang disebut tumor (American Cancer Society, 2017;
Shang, Friese, Wu, & Aiken, 2013).
Banyak kanker membentuk tumor padat, yang merupakan massa jaringan.
Kanker darah, seperti leukemia, umumnya tidak membentuk tumor padat. Tumor
kanker ganas, yang berarti mereka dapat menyebar atau menyerang jaringan
terdekat. Selain itu, ketika tumor ini tumbuh, beberapa sel kanker dapat pecah dan
melakukan perjalanan ke tempat yang jauh di dalam tubuh melalui darah atau
sistem getah bening dan membentuk tumor baru yang jauh dari tumor aslinya.
Tidak seperti tumor ganas, tumor jinak tidak menyebar atau menyerang jaringan
terdekat. Tumor jinak kadang-kadang bisa sangat besar. Ketika diangkat, mereka
biasanya tidak tumbuh kembali, sedangkan tumor ganas kadang-kadang terjadi.
Tidak seperti kebanyakan tumor jinak di tempat lain di tubuh, tumor otak jinak
bisa mengancam jiwa (American Cancer Society, 2017; Shang et al., 2013).
1. Definisi Neoplasma
Kanker adalah penyakit genetik — yaitu, itu disebabkan oleh perubahan gen
yang mengendalikan cara sel kita berfungsi, terutama bagaimana mereka tumbuh
dan membelah. Perubahan genetik yang menyebabkan kanker dapat diwarisi dari
orang tua kita. Mereka juga dapat muncul selama masa hidup seseorang sebagai
akibat dari kesalahan yang terjadi ketika sel membelah atau karena kerusakan
DNA yang disebabkan oleh paparan lingkungan tertentu. Paparan lingkungan
yang menyebabkan kanker termasuk zat-zat, seperti bahan kimia dalam asap
tembakau, dan radiasi, seperti sinar ultraviolet dari matahari (Shang et al., 2013).
7. 7
Kanker setiap orang memiliki kombinasi unik dari perubahan genetik. Ketika
kanker terus tumbuh, perubahan tambahan akan terjadi. Bahkan di dalam tumor
yang sama, sel yang berbeda mungkin memiliki perubahan genetik yang berbeda.
Secara umum, sel kanker memiliki lebih banyak perubahan genetik, seperti mutasi
pada DNA, daripada sel normal. Beberapa perubahan ini mungkin tidak ada
hubungannya dengan kanker; mereka mungkin merupakan hasil dari kanker,
bukan penyebabnya (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2015).
2. Tipe neoplasma
Ada lebih dari 100 jenis kanker, dimana jenis kanker biasanya dinamai organ
atau jaringan tempat kanker terbentuk. Sebagai contoh, kanker paru-paru dimulai
pada sel-sel paru-paru, dan kanker otak dimulai pada sel-sel otak. Kanker juga
dapat digambarkan oleh jenis sel yang membentuknya, seperti sel epitel atau sel
skuamosa (American Cancer Society, 2016; Basavanthappa & Basavanthappa,
2011; Smeltzer et al., 2015). Berikut adalah beberapa kategori kanker yang
dimulai pada jenis sel tertentu:
a. Karsinoma
Karsinoma adalah jenis kanker yang paling umum. Mereka dibentuk oleh sel-
sel epitel, yang merupakan sel-sel yang menutupi permukaan dalam dan luar
tubuh. Ada banyak sekali jenis sel epitel, yang sering memiliki bentuk seperti
kolom bila dilihat di bawah mikroskop.
Karsinoma yang dimulai pada berbagai jenis sel epitel memiliki nama yang
spesifik:
1) Adenokarsinoma adalah kanker yang terbentuk di sel epitel yang
menghasilkan cairan atau lendir. Jaringan dengan jenis sel epitel ini
kadang-kadang disebut jaringan kelenjar. Sebagian besar kanker payudara,
usus besar, dan prostat adalah adenokarsinoma.
2) Karsinoma sel basal adalah kanker yang dimulai pada lapisan epidermis
bawah atau basal, yang merupakan lapisan luar kulit seseorang.
3) Karsinoma sel skuamosa adalah kanker yang terbentuk dalam sel
skuamosa, yang merupakan sel epitel yang terletak tepat di bawah
permukaan luar kulit. Sel skuamosa juga melapisi banyak organ lain,
termasuk lambung, usus, paru-paru, kandung kemih, dan ginjal. Sel
8. 8
skuamosa tampak datar, seperti sisik ikan, bila dilihat di bawah
mikroskop. Karsinoma sel skuamosa kadang-kadang disebut karsinoma
epidermoid.
4) Karsinoma sel transisional adalah kanker yang terbentuk dalam jenis
jaringan epitel yang disebut epitel transisional, atau urothelium. Jaringan
ini, yang terdiri dari banyak lapisan sel epitel yang bisa menjadi lebih
besar dan lebih kecil, ditemukan di lapisan kandung kemih, ureter, dan
bagian dari ginjal (pelvis ginjal), dan beberapa organ lainnya. Beberapa
kanker kandung kemih, ureter, dan ginjal adalah karsinoma sel transisional
(Basavanthappa & Basavanthappa, 2011; Smeltzer et al., 2015).
b. Sarkoma adalah kanker yang terbentuk di tulang dan jaringan lunak, termasuk
otot, lemak, pembuluh darah, pembuluh getah bening, dan jaringan fibrosa
(seperti tendon dan ligamen). Osteosarkoma adalah kanker tulang yang paling
umum. Jenis sarkoma jaringan lunak yang paling umum adalah
leiomyosarcoma, sarkoma Kaposi, histiocytoma fibrosa ganas, liposarcoma,
dan protuberans dermatofibrosarcoma. Sarkoma jaringan lunak adalah istilah
luas untuk kanker yang dimulai pada jaringan lunak (otot, tendon, lemak,
getah bening dan pembuluh darah, dan saraf). Kanker-kanker ini dapat
berkembang di mana saja di dalam tubuh tetapi kebanyakan ditemukan di
lengan, kaki, dada, dan perut (The Global Cancer Observatory, 2019)
c. Leukemia
Kanker yang bermula di jaringan pembentuk darah sumsum tulang disebut
leukemia. Kanker ini tidak membentuk tumor padat. Sebaliknya, sejumlah
besar sel darah putih abnormal (sel leukemia dan sel leukemia) menumpuk di
dalam darah dan sumsum tulang, memadatkan sel-sel darah normal.
Rendahnya tingkat sel darah normal dapat mempersulit tubuh untuk
mendapatkan oksigen ke jaringannya, mengendalikan perdarahan, atau
melawan infeksi. Ada empat jenis leukemia yang umum, yang dikelompokkan
berdasarkan seberapa cepat penyakitnya memburuk (akut atau kronis) dan
pada jenis sel darah kanker mulai (limfoblastik atau myeloid) (Basavanthappa
& Basavanthappa, 2011; Smeltzer et al., 2015).
9. 9
d. Limfoma
Limfoma adalah kanker yang dimulai pada limfosit (sel T atau sel B). Ini
adalah sel darah putih yang melawan penyakit yang merupakan bagian dari
sistem kekebalan tubuh. Pada limfoma, limfosit abnormal menumpuk di
kelenjar getah bening dan pembuluh getah bening, serta di organ tubuh
lainnya.
Ada dua jenis utama limfoma:
a. Limfoma Hodgkin - Orang dengan penyakit ini memiliki limfosit
abnormal yang disebut sel Reed-Sternberg. Sel-sel ini biasanya terbentuk
dari sel B.
b. Limfoma non-Hodgkin - Ini adalah sekelompok besar kanker yang dimulai
pada limfosit. Kanker dapat tumbuh dengan cepat atau lambat dan dapat
terbentuk dari sel B atau sel T.
(American Cancer Society, 2017; Smeltzer et al., 2015)
3. Faktor resiko
Faktor risiko kanker termasuk paparan bahan kimia atau zat lain, serta
perilaku tertentu. Mereka juga memasukkan hal-hal yang tidak dapat dikontrol
orang, seperti usia dan sejarah keluarga. Riwayat keluarga dengan kanker tertentu
dapat menjadi tanda kemungkinan sindrom kanker yang diturunkan. Sebagian
besar faktor risiko kanker (dan protektif) pada awalnya diidentifikasi dalam studi
epidemiologi. Dalam studi ini, para ilmuwan melihat kelompok besar orang dan
membandingkan mereka yang beresiko mengalami kanker dengan mereka yang
tidak. Studi-studi penelitian ini mungkin menunjukkan bahwa orang-orang yang
beresiko mengalami kanker lebih atau kurang cenderung berperilaku dengan cara-
cara tertentu atau terpapar zat-zat tertentu daripada mereka yang tidak beresiko
mengalami kanker (Basavanthappa & Basavanthappa, 2011; Smeltzer et al.,
2015).
Faktor-faktor risiko kanker yang paling banyak diketahui atau dicurigai
diteliti. Meskipun beberapa faktor risiko ini dapat dihindari, yang lain — seperti
bertambah tua — tidak bisa. Membatasi paparan seseorang terhadap faktor risiko
yang dapat dihindari dapat menurunkan risiko terkena kanker tertentu.
10. 10
4. Tanda dan Gejala
Kanker dapat menyebabkan banyak gejala, tetapi gejala-gejala ini paling
sering disebabkan oleh penyakit, cedera, tumor jinak, atau masalah lainnya. Jika
Anda memiliki gejala yang tidak membaik setelah beberapa minggu, kunjungi
dokter Anda sehingga masalah dapat didiagnosis dan diobati sedini mungkin.
Seringkali, kanker tidak menyebabkan rasa sakit, jadi jangan menunggu untuk
merasakan sakit sebelum pergi ke dokter (Basavanthappa & Basavanthappa, 2011;
Smeltzer et al., 2015).
Beberapa gejala yang dapat ditimbulkan kanker meliputi:
a. Perubahan payudara
Rasa benjolan atau kencang di payudara atau di bawah lengan Anda,
perubahan atau pelepasan putting, kulit yang gatal, merah, bersisik, berlesung
pipit, atau mengerut.
b. Perubahan kandung kemih
Kesulitan buang air kecil, nyeri saat buang air kecil, ada darah dalam urin
c. Pendarahan atau memar, tanpa alasan yang diketahui
d. Perubahan usus
Darah pada feses, perubahan kebiasaan buang air besar
e. Batuk atau suara serak yang tidak kunjung hilang
f. Masalah nutrisi
Nyeri setelah makan (mulas atau gangguan pencernaan yang tidak hilang),
kesulitan menelan, sakit perut, mual dan muntah, perubahan nafsu makan.
g. Kelelahan yang parah dan berlangsung lama
h. Demam atau malam berkeringat tanpa alasan yang diketahui
i. Perubahan pada mulut
Bercak putih atau merah di lidah atau di mulut Anda, pendarahan, nyeri, atau
mati rasa di bibir atau mulut
j. Masalah neurologis
Sakit kepala, kejang, perubahan fungsi penglihatan, perubahan fungsi
pendengaran
k. Perubahan kulit
11. 11
Terdapat benjolan berwarna daging yang berdarah atau berubah bersisik,
munculnya tahi lalat baru atau perubahan tahi lalat yang ada, sakit yang tidak
sembuh, penyakit kuning (kulit menguning dan bagian putih mata)
l. Pembengkakan atau benjolan di mana saja seperti di leher, ketiak, perut, dan
selangkangan
m. Pertambahan berat atau penurunan berat badan tanpa alasan yang diketahui
5. Stadium
Stadium mengacu pada sejauh mana kanker menyebar dan seberapa besar
tumor itu. Stadium kanker selalu dirujuk pada tahap yang diberikan pada saat
diagnosis, bahkan jika kanker memburuk atau menyebar. Informasi baru tentang
bagaimana kanker telah berubah dari waktu ke waktu ditambahkan ke tahap awal
(American Cancer Society, 2017; The Global Cancer Observatory, 2019).
Ada banyak sekali cara untuk menentukan stadium kanker, namun yang paling
banyak digunakan adalah dengan sistem TNM. Sebagian besar sistem pementasan
mencakup informasi tentang:
a. Di mana tumor berada di dalam tubuh
b. Jenis sel (seperti, adenokarsinoma atau karsinoma sel skuamosa)
c. Ukuran tumor
d. Apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya
e. Apakah kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang berbeda
f. Stadium kanker yang mengacu pada seberapa tidak normal sel-sel kanker
terlihat dan seberapa besar kemungkinan tumor tumbuh dan menyebar
Pada system TNM dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. T mengacu pada ukuran dan luas tumor utama. Tumor utama biasanya
disebut tumor primer.
b. N mengacu pada jumlah kelenjar getah bening di sekitarnya yang memiliki
kanker.
c. M mengacu pada apakah kanker telah menyebar. Ini berarti bahwa kanker
telah menyebar dari tumor primer ke bagian lain dari tubuh.
12. 12
Ketika kanker dijelaskan oleh sistem TNM, akan ada angka setelah setiap
huruf yang memberikan rincian lebih lanjut tentang kanker — misalnya,
T1N0MX atau T3N1M0. Berikut ini menjelaskan apa arti huruf dan angka:
a. Tumor primer (T)
TX : Tumor utama tidak dapat diukur.
T0 : Tumor utama tidak dapat ditemukan.
T1, T2, T3, T4: Mengacu pada ukuran dan / atau luas tumor utama.
Semakin tinggi angkanya setelah T, semakin besar tumor atau semakin
banyak yang tumbuh di jaringan terdekat. T's dapat dibagi lebih lanjut
untuk memberikan lebih banyak detail, seperti T3a dan T3b.
b. Kelenjar getah bening regional (N)
NX: Kanker di kelenjar getah bening di dekatnya tidak dapat diukur.
N0: Tidak ada kanker di kelenjar getah bening di dekatnya.
N1, N2, N3: Mengacu pada jumlah dan lokasi kelenjar getah bening yang
mengandung kanker. Semakin tinggi angkanya setelah N, semakin banyak
kelenjar getah bening yang mengandung kanker.
c. Metastasis jauh (M)
MX: Metastasis tidak dapat diukur.
M0: Kanker belum menyebar ke bagian lain dari tubuh.
M1: Kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Sistem TNM membantu menggambarkan kanker dengan sangat rinci. Tetapi,
untuk banyak kanker, kombinasi TNM dikelompokkan menjadi lima tahap yang
kurang terperinci. Ketika berbicara tentang kanker Anda, dokter atau perawat
Anda dapat menggambarkannya sebagai salah satu dari tahapan ini:
13. 13
Tabel 1 Deskripsi stadium kanker
Stadium Deskripsi
0 Sel-sel abnormal ada, tetapi belum menyebar ke jaringan
terdekat. Kondisi ini disebut juga karsinoma in situ, dimana ini
bukan kanker, tetapi bisa menjadi kanker.
I, II, III Kanker positif. Semakin tinggi angkanya, semakin besar tumor
kanker dan semakin menyebar ke jaringan terdekat.
IV Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang jauh.
6. Pengobatan
Ada banyak jenis perawatan kanker. Jenis-jenis perawatan akan tergantung
pada jenis kanker yang Anda miliki dan seberapa lanjutnya. Beberapa orang
dengan kanker mungkin hanya akan membutuhkan satu jenis pengobatan. Tetapi
kebanyakan orang memiliki kombinasi perawatan, seperti operasi dengan
kemoterapi dan / atau terapi radiasi (American Cancer Society, 2016; Shang et al.,
2013).
a. Pembedahan
Pembedahan dapat menjadi penyembuhan jika memungkinkan menghapus
seluruh tumor. Kanker kulit dan terdefinisi dengan baik tumor tanpa metastasis
dapat diangkat tanpa ada intervensi tambahan. Tumor lain dapat diangkat sebagai
sebanyak mungkin, dengan kemoterapi atau radiasi tindak lanjut untuk mengobati
sel-sel tumor yang tersisa. Operasi profilaksis digunakan untuk menghilangkan
tahi lalat atau lesi yang berpotensi menjadi ganas. Polip usus besar sering diangkat
untuk mencegah berkembangnya keganasan, terutama jika polip dianggap
premaligna. Sebuah contoh ekstrim dari operasi profilaksis adalah seorang wanita
yang memilih untuk memiliki mastektomi (operasi pengangkatan payudara)
karena tingginya insiden kanker payudara di keluarganya.
Pembedahan juga dapat dilakukan untuk paliasi (kontrol gejala). Bedah
penghapusan jaringan untuk mengurangi ukuran itu massa tumor sangat
membantu, terutama jika tumor itu mengompresi saraf atau menghalangi jalannya
cairan tubuh. Tujuan dari paliatif operasi adalah untuk meningkatkan kenyamanan
dan kualitas kehidupan.
14. 14
b. Radiasi
Radiasi digunakan secara umum dalam perawatan kanker untuk kontrol atau
paliatif, atau dapat menyembuhkan jika penyakit terlokalisir. Keputusan untuk
menggunakan radiasi adalah umumnya didasarkan pada situs dan ukuran kanker.
Radiasi menghancurkan sel kanker dengan mempengaruhi struktur sel dan sel
lingkungan Hidup. Ini digunakan dalam dosis fraksionasi (dibagi) untuk
mencegah efek samping yang merusak; Namun, efek sampingnya bisa terjadi di
daerah yang dirawat karena kerusakan normal sel.
Ukuran tumor besar bisa dikurangi dengan radiasi sebelumnya operasi,
intervensi bedah lebih efektif dan kurang berbahaya. Radiasi paliatif digunakan
untuk mengurangi ukuran lesi kanker yang besar dan karena itu mengurangi
tekanan dan rasa sakit. Radioisotop dimasukkan ke dalam jaringan kanker selama
bantuan operasi menghancurkan sel kanker tanpa merusak organ (World Cancer
Research Fund/American Institute for Cancer Research, 2018).
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi kimia yang menggunakan obat sitotoksik untuk
mengobati kanker. Obat sitotoksik dapat digunakan untuk penyembuhan, kontrol,
atau paliasi kanker tumor dan dijelaskan sesuai dengan bagaimana mereka
mempengaruhi sel aktivitas. Misalnya, zat alkilasi mengikat dengan DNA
menghentikan produksi RNA; pengganti antimetabolit untuk nutrisi atau enzim
dalam siklus hidup sel; inhibitor mitosis mengganggu pembelahan sel; antibiotik
menghambat DNA dan sintesis RNA; dan agen hormon mengubah hormon
struktur tubuh.
Kemoterapi biasanya lebih efektif ketika banyak obat diberikan dalam
berbagai dosis. Contoh obat spesifik dan efek sampingnya disediakan pada
Efek kemoterapi bersifat sistemik kecuali digunakan topikal untuk lesi kulit.
Kemoterapi diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor dan pasca
operasi untuk menghilangkan sisa tumor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas kemoterapi adalah tipe tumor, obat kemoterapi yang tersedia,
dan genetika.
15. 15
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas, (lihat faktor-faktor predisposisi)
2) Keluhan utama ada benjolan pada payudara, serta sejak kapan riwayat
penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah di berikan), faktor
etiologi/resiko.
3) Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar pasien dengan
kanker payudara.
4) Pemeriksaan klinis Mencari benjolan organ payudara di pengaruhi oleh
faktor hormon antara lain estrogen dan progesteron, maka sebaliknya
pemeriksaan ini di lakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal
mungkin /setelah menstruasi ± 1 minggu dari hari akhir menstruasi. Pasien
duduk dengan tangan jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri di depan
dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi.
5) Inspeksi
Kesimetrisan payudra kanan dan kiri, kelainan papila, letak dan bentuk,
adakah puting susu, kelainan kulit, tanda radang, peaue d’orange,
dimpling, ulserasi dan lain-lain. Inspeksi ini juga dilakukan dalam keadaan
kedua tangan di angkat ke atas untuk melihat apakah ada bayangan tumor
di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal.
6) Palpasi
Pasien berbaring dan di usahakan agar payudara tersebar rata atas
lapangan dada, jika perlu punggung di ganjal bantal kecil; Konsistensi,
banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan operbilitas; Pembesaran kelenjar
getah bening (kelenjar aksila)
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1) Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
2) Resiko ketidakefektifan koping berhubungan dengan diagnosis dan
perawatan kanker
16. 16
3) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status imunitas akibat
efek samping radiasi dan kemoterapi
c. Kriteria hasil dan Intervensi
Diagnosa dan kriteria hasil Intervensi
Nyeri berhubungan dengan adanya
penekanan massa tumor
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan masalah nyeri pada
pasien dapat teratasi, dengan kriteria
hasil:
Pasien menunjukkan tanda-tanda
penurunan nyeri
1. Kaji karakteristik nyeri pasien meliputi
onset, lokasi, durasi, karakter dan
faktor pencetus dan pemberat
2. Minta pasien untuk menilai skala
nyerinya
3. Monitor penggunaan obat penghilang
nyeri tiap 2-4 jam
4. Berikan obat-obatan analgesik sesuai
resep dokter
5. Monitor status respirasi
6. Jelaskan dan motivasi penggunaan
tehnik relaksasi
7. Gunakan tehnik non farmakologi
setelah nyeri terkontrol dengan
pemberian obat-obatan
Resiko ketidakefektifan koping
berhubungan dengan diagnosis dan
perawatan kanker
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan masalah resiko
ketidakefektifan koping pada pasien
dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
Pasien akan mampu menunjukkan
koping yang efektif dengan
1. Kaji mekanisme koping yang
digunakan di masa lalu dan saat in
pada pasien
2. Gunakan kemampuan mendengar aktif
untuk memotivasi pasien untuk
mengutarakan perasaannya
3. Kaji arti kualitas hidup pada pasien
4. Kaji adanya kemungkinan resiko
bunuh diri
17. 17
Diagnosa dan kriteria hasil Intervensi
menunjukkan mampu
mengidentifikasi stressor yang
berhubungan dengan kebutuhan
akan komunikasi, perhatian dan
ketakutan
Resiko infeksi berhubungan dengan
menurunnya status imunitas akibat
efek samping radiasi dan kemoterapi
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan masalah resiko infeksi
pada pasien dapat teratasi, dengan
kriteria hasil:
1. Pasien bebas dari infeksi dengan
ditunjukkan dengan kondisi
afebrile
2. Tanda dan gejala awal infeksi
diidentifikasi dan diobati lebih
awal
3. Monitor suhu tubuh setiap 4 jam sekali
4. Monitor sel darah putih tiap hari
5. Kaji tanda-tanda inflamasi atau
drainase pada area yang diduga
mengalami infeksi
6. Monitor tanda-tanda infeksi
pernapasan, seperti nyeri tenggorokan,
batuk, sesak napas, produksi sputum
7. Monitor tanda-tanda infeksi urinarius
seperti rasa terbakar, nyeri, urgensi dan
adanya darah di urine
8. Selalu gunakan tehnik mencuci tangan
sebelum interaksi dengan pasien
9. Batasi jumlah pengunjung
B. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Apendisitis
1. Definisi Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi di apendiks. Karena
ukuran apendiks yang kecil, obstruksi mungkin terjadi terjadi, membuatnya rentan
terhadap infeksi. Itu mengakibatkan proses inflamasi menyebabkan peningkatan
tekanan intraluminal (Dabadie & Petit, 2017; Wray, Kao, Millas, Tsao, & Ko,
2013).
18. 18
2. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala apendisitis termasuk demam, meningkat sel darah putih, dan
nyeri menyeluruh di bagian atas perut. Dalam beberapa jam setelah onset, nyeri
biasanya menjadi terlokalisir pada kuadran kanan bawah pada titik McBurney,
bagian tengah antara umbilikus dan krista iliaka kanan (Gambar 1). Nyeri ini
merupakan gejala klasik dari apendisitis. Kadangkala muncul juga mual, muntah
dan anoreksia (Dabadie & Petit, 2017; Livingston & Vons, 2015).
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan kekakuan otot abdomen/rigiditas yang
ringan, peristaltik usus terdengar normal, dan nyeri tekan local (rasa nyeri muncul
saat tekanan palpasi dilepaskan) pada kuadran kanan bawah abdomen.
Kadangkala nyeri muncul pada bagian kuadran kanan bawah abdomen ketika
kuadran kiri bawah abdomen dipalpasi (tanda Rovsing’s). Pasien cenderung lebih
suka memfleksikan tungkai kanannya untuk kenyamanan dan akan merasa nyeri
saat meluruskan tungkai kanannya (Smeltzer et al., 2015; Wray et al., 2013).
Gambar 1 Titik McBurney (Williams & Hopper, 2015)
3. Penanganan Apendisitis
Pasien akan dipuasakan dan pembedahan harus dilakukan secepatnya kecuali
ada tanda-tanda perforasi atau peritonitis. Kompres dingin pada area yang nyeri
dan mempertahankan posisi semi-Fowler mungkin dapat mengurangi nyeri
sementara menunggu diagnosis ditegakkan. Bila apendiks pecah, maka pemberian
terapi cairan intravena dan antibiotik dimulai dan prosedur pembedahan mungkin
akan ditunda sementara waktu paling tidak 8 jam atau lebih. Pemberian agen
19. 19
laksatif dan enema tidak disarankan karena akan memicu atau memperparah
rupturnya. Penggunaan kompres hangat pada bagian abdomen tidak disarankan
karena suhu yang hangat mungkin akan meningkatkan proses inflamasi dan resiko
rupture atau pecah (Petroianu, 2012; Smeltzer et al., 2015; Wray et al., 2013).
Setelah pembedahan/prosedur operasi, pasien biasanya dipuasakan sampai
fungsi gastrointestinalnya kembali, dan apabila apendiks pecah/rupture, maka
pasien mungkin akan dipasang selang orogastric atau nasogastric untuk
mendekompresi gaster. Pada saat fungsi bowel kembali normal, diet pasien
diawali dengan memberikan cairan dan untuk selanjutnya akan ditingkatkan
sesuai dengan toleransi dari pasien (Petroianu, 2012; Smeltzer et al., 2015).
4. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang terjadi pada pasien apendisitis diantaranya adalah
perforasi, abses apendiks dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi, nyeri yang
timbul biasanya nyeri hebat dan ada peningkatan suhu sampai 37,7 ℃. Abses
merupakan kumpulan nanah yang terpisah dari cavum peritoneum oleh omentum
atau usus halus. Apabila ini terjadi, maka pemberian antibiotic secara intravena
dan pembedahan biasanya dilakukan. Apendiktomi biasanya dilakukan enam
minggu kemudian (Smeltzer et al., 2015).
5. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Jalan Napas dan Pernapasan
Agen anestesi tertentu menyebabkan depresi pernafasan. Waspadai
pernapasan dangkal, lambat, dan batuk lemah. Kaji patensi jalan napas, laju
napas, irama, kedalaman ventilasi, simetri gerakan dinding dada, suara napas,
dan warna mukosa. Nilai normal oksimeter pulsa berkisar antara 92% dan
100% saturasi. Kebingungan pasca operasi merupakan efek sekunder dari
hipoksia terutama pada lansia.
2) Sirkulasi
Penderita berisiko mengalami komplikasi kardiovaskular yang disebabkan
oleh hilangnya darah aktual atau potensial dari tempat pembedahan, efek
20. 20
samping dari anestesi, ketidakseimbangan elektrolit, dan depresi mekanisme
yang mengatur sirkulasi normal. Pengkajian yang telah diteliti terhadap denyut
dan irama jantung, bersama dengan tekanan darah, mengungkapkan status
kardiovaskular penderita. Kaji sirkulasi kapiler dengan mencatat pengisian
kembali kapiler, denyut, serta warna kuku dan temperatu kulit.Masalah umum
awal sirkulasi adalah perdarahan. Kehilangan darah dapat terjadi secara
eksternal melalui saluran atau sayatan internal. Kedua tipe ini menghasilkan
perdarahan dan penurunan tekanan darah, jantung, dan laju pernapasan
meningkat, nadi terdengar lemah, kulit dingin, lembab, pucat, dan gelisah.
3) Kontrol Suhu
4) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Kaji status hidrasi dan pantau fungsi jatung dan saraf untuk tanda-tanda
perubahan elektrolit. Monitor dan bandingkan nilai-nilai laboratorium dengan
nilai-nilai dasar dari penderita. Catatan yang akurat dari asupan dan keluaran
dapat menilai fungsi ginjal dan peredaran darah. Ukur semua sumber keluaran,
termasuk urine, keluaran dari pembedahan, drainase luka dan perhatikan setiap
keluaran yang tidak terlihat dari diaforesis.
5) Fungsi Neurologi
Kaji refleks pupil dan muntah, cengkeraman tangan, dan gerakan kaki. Jika
penderita telah menjalani operasi melibatkan sebagian sistem saraf, lakukan
pengkajian neurologi secara lebih menyeluruh.
6) Integritas Kulit dan Kondisi Luka
Perhatikan jumlah, warna, bau dan konsistensi drainase diperban. Pada
penggantian perban pertama kalinya perlu dikaji area insisi, jika tepi luka
berdekatan dan untuk perdarahan atau drainase.
7) Fungsi Perkemihan
Anestesi epidural atau spinal sering mencegah penderita dari sensasi kandung
kemih yang penuh. Raba perut bagian bawah tapat di atas simfisis pubis untuk
mengkaji distensi kandung kemih. Jika penderita terpasang kateter urine, harus
ada aliran urine terus-menerus sebanyak 30-50 ml/jam pada orang dewasa.
Amati warna dan bau urine, pembedahan yang melibatkan saluran kemih
21. 21
biasanya akan menyebabkan urine berdarah paling sedikit selama 12 sampai
24 jam, tergantung pada jenis operasi.
8) Fungsi Gastrointestinal
Inspeksi abdomen untuk memeriksa perut kembung akibat akumulasi gas.
Perawat perlu memantau asupan oral awal penderita yang berisiko
menyebabkan aspirasi atau adanya mual dan muntah. Kaji juga kembalinya
peristaltik setiap 4 sampai 8 jam. Auskultasi perut secara rutin untuk
mendeteksi suara usus kembali normal, 5-30 bunyi keras per menit pada
masing-masing kuadran menunjukkan gerak peristaltik yang telah kembali.
Suara denting tinggi disertai oleh distensi perut menunjukkan bahwa usus
tidak berfungsi dengan baik. Tanyakan apakah penderita membuang gas
(flatus), ini merupakan tanda penting yang menunjukkan fungsi usus normal.
9) Kenyamanan
Penderita merasakan nyeri sebelum mendapatkan kembali kesadaran penuh.
Nyeri insisi akut menyebabkan penderita menjadi gelisah dan mungkin
bertanggungjawab atas perubahan sementara pada tanda vital. Kaji nyeri
penderita dengan skala nyeri, evaluasi respons terhadap analgesik.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
2) Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis, penekanan sistem
imun, pertahanan primer tidak adekuat
c. Kriteria hasil dan Intervensi
Diagnose dan kriteria hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan
proses inflamasi
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam,
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
22. 22
Diagnose dan kriteria hasil Intervensi
diharapkan masalah nyeri akut pada
pasien dapat teratasi, dengan kriteria
hasil yaitu pasien:
• Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik non
farmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
• Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
• Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
• Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
• Tanda vital dalam rentang normal
3. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
4. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dalam, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin
8. Tingkatkan istirahat
9. Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
10. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali
Resiko infeksi berhubungan dengan
penyakit kronis, penekanan sistem
imun, pertahanan primer tidak adekuat
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan masalah resiko infeksi
pada pasien dapat teratasi, dengan
kriteria hasil:
• Pasien bebas dari tanda dan gejala
1. Pertahankan teknik aseptif
2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
5. Ganti letak IV perifer dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
6. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
7. Tingkatkan intake nutrisi
23. 23
Diagnose dan kriteria hasil Intervensi
infeksi
• Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
• Jumlah leukosit dalam batas
normal
• Menunjukkan perilaku hidup
sehat
• Status imun, gastrointestinal,
genitourinaria dalam batas normal
8. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
9. Pertahankan teknik isolasi
10. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
11. Monitor adanya luka
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
C. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Hernia
1. Definisi dan patofisiologi
Hernia merupakan tonjolan organ atau struktur yang abnormal melalui
kelemahan atau robekan pada dinding rongga abdomen. Hernia dapat disebabkan
oleh kelemahan pada dinding perut yang terjadi seiring dengan peningkatan
tekanan intra abdomen, seperti tekanan akibat dari batuk, mengejan, dan
mengangkat benda berat. Obesitas, kehamilan, dan penyembuhan luka yang buruk
juga merupakan faktor resiko yang bisa menyebabkan hernia. Kantung hernial
dibentuk oleh peritoneum yang menonjol melalui dinding otot yang melemah. Isi
dari itu hernia dapat berupa usus kecil atau besar, atau omentum. Hernia tidak
langsung (indirect inguinal hernia) disebabkan oleh cacat penutupan struktural.
Hernia langsung (direct hernias) diperoleh dan timbul dari kelemahan di dinding
perut, biasanya di area insisional lama.
Nah, Saudara sudah tahukah ada berapa jenis hernia itu? Sebenarnya ada
banyak jenis hernia. Inguinal hernia terletak di selangkangan dimana tempat korda
spermatika pada laki laki atau ligamentum pada wanita muncul dari dinding perut.
Hernia ini adalah contoh dari hernia tidak langsung dan biasanya terlihat pada
pria. Hernia umbilikalis paling sering terlihat pada wanita gemuk dan pada anak-
anak. Hernia umbilikalis ini disebabkan oleh kegagalan orificium umbilical untuk
menutup. Hernia ventral (insisional) biasanya terjadi karena adanya kelemahan di
24. 24
dinding perut setelah pembedahan, terutama pada pasien obesitas, pasien dengan
penyembuhan luka yang buruk, atau pasien dengan nutrisi yang tidak adekuat
(Gambar 2) (Smeltzer et al., 2015).
Gambar 2 Jenis hernia (Smeltzer et al., 2015)
2. Gejala
Bila komplikasi belum muncul, kemungkinan hanya ada sedikit gejala yang
muncul terkait dengan hernia. Adanya tonjolan yang abnormal dapat dilihat di
daerah perut yang terkena, terutama saat mengejan atau batuk. Tonjolan ini
mungkin hilang ketika pasien berbaring (Smeltzer et al., 2015).
3. Intervensi terapeutik
Hernia dapat didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan fisik. Pengobatan
yang bisa dilakukan meliputi: observasi hernia, dan menggunakan alat pendukung
jangka pendek atau pembedahan untuk menyembuhkan hernia. Sebuah penyangga
atau celana dalam khusus yang berfungsi untuk memberikan tekanan dapat
dikenakan oleh pasien untuk menjaga supaya hernia tetap di tempatnya. Operasi
disarankan untuk pasien hernia inguinalis dan apabila diindikasikan adanya
trangulasi atau ancaman sumbatan usus. Untuk hernia simptomatis, prosedur
bedah termasuk pembedahan hernia (herniorrhaphy) atau hernioplasty (bedah
terbuka atau laparoskopi). Pada herniorrhaphy, biasanya dilakukan dengan
membuat sayatan di perut dinding, mengganti isi kantung hernia, menjahit
jaringan melemah, dan menutup lubangnya. Sementara itu pada hernioplasti,
dilakukan dengan mengembalikan hernia ke perut dan memperkuat dinding otot
25. 25
yang melemah dengan menggunakan kawat, fasia, atau mesh (Simons et al.,
2018).
4. Manajemen keperawatan
Pasien diinstruksikan untuk menghindari aktivitas yang meningkatkan tekanan
intra-abdominal, seperti mengangkat benda berat. Oleh karena itu, pasien dapat
diajarkan untuk mengenali tanda - tanda strangulasi/ dan pentingnya memberi
tahu dokter segera. Jika rangka dukungan atau brief telah dipesan, itu pasien
diajarkan untuk menerapkannya sebelum bangun dari tempat tidur setiap pagi hari
sementara hernia tidak menonjol. Khusus perhatian harus dibayar untuk
perawatan kulit integritas di bawah itu tiang penopang (Russell, 2017; Simons et
al., 2018).
5. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas (Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll)
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan
b) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada benjolan di daerah selangkangan, sering
kembung dan muntah, tidak nafsu makan apabila BAB atau mengejan
timbul benjolan
c) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia 2 tahun yang
lalu .apabila digunakan untuk mengangkat benda berat sering sakit di
selangkangannya.
d) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa dahulu bapaknya pernah menderita hernia.
3) Pengkajian fisik ROS
a) Keadaan umum: kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai
kesakitan, konjungtiva anemis.
26. 26
b) Sistem respirasi: frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris,
ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung,
tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
c) Sistem kardiovaskuler: TD 110/70 mmHg, tidak ada oedema, tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
d) Sistem urogenital: ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pada skortum.tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar, adanya
disuria.
e) Sistem muskuloskeletal: ada kesulitan dalam pergerakkan karena
adanya benjolan diselangkangan.
f) Abdomen :
Inspeksi: abdomen keras
Auskultasi: Bising usus (+) pada benjolan
Palpasi: ada benjolan
Perkusi: hypertimpani
4) Pengkajian fungsional Gordon
a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada
keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat.
b) Pola nutrisi dan metabolik
Makan: Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan Mual
muntah.
Minum: minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c) Pola eliminasi
BAK: adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB: adanya konstipasi
d) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah
satu ekstermitas yang mengalami gangguan untuk berjalan.
e) Pola istirahat tidur
27. 27
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di
selangkangan
f) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera
berobat
g) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat
kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h) Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki –laki dan scortumnya mengalami
pembesaran sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan
seksualitas
i) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti
ini lagi
j) Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya
dan meringis kesakitan
b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan spasme bladder, obstruksi atau proses
pembedahan.
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan
c. Kriteria hasil dan intervensi
Diagnose dan kriteria hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan
spasme bladder, obstruksi atau
proses pembedahan
Kriteria Hasil:
1. Monitor nyeri tiap 2 sampai 4 jam pada
48 jam pertama dan selama 30 menit
stelah pemberian intervensi
2. Monitor tanda-tanda nyeri yang
berhubungan dengan spasme bladder,
28. 28
Diagnose dan kriteria hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan masalah nyeri akut
pada pasien dapat teratasi, dengan
kriteria hasil:
1. Pasien menyampaikan
nyerinya bisa diatasi
2. Pasien mampu
mengidentifikasi minimal dua
cara untuk menngurangi nyeri
obstruksi, atau proses pembedahan seperti
wajah meringis, cairan irigasi yang tidak
mengalir ke dalam bladder, munculnya
bekuan darah
3. Berikan medikasi (analgesik,
antispasmodik) dan monitor respon pasien
4. Irigasi kateter sesuai dengan perintah
5. Edukasi pasien dan dukung penggunaan
metode non-farmakologi untuk
mengkontrol nyeri seperti tehnik relaksasi
dan tehnik nafas dalam.
Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan masalah kerusakan
mobilitas fisik pada pasien dapat
teratasi, dengan kriteria hasil:
1. Mengungkapkan pemahaman
tentang situasi/faktor risiko
dan aturan pengobatan
individual.
2. Mendemonstrasikan
teknik/prilaku yang mungkin.
3. Mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan dan
fungsi bagian tubuh yang
sakit dan/atau kompensasi.
1. Berikan tindakan pengaman sesuai
indikasi dengan situasi yang spesifik.
2. Catat respons-respons emosi/perilaku
paada imobilisasi. Berikan aktivitas
yangdisesuaikan dengan pasien.
3. Ikuti aktivtass/prosedur dengan periode
istirahat. Anjurkan pasien untuk tetap ikut
berperan serta dalam aktivitas sehari-hari
dalam keterbatasan individu.
4. Berikan/bantu pasien untuk melakukan
latihan rentang gerak pasif/aktif.
5. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
ambulasi progresif.
6. Demonstrasikan penggunaan alat
penolong, seperti alat bantu jalan,
tongkat.
7. Berikan obat untuk menghilangkan nyeri
kira-kira 30 menit sebelum
memindahkan/melakukan ambulasi
pasien.
29. 29
D. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Benign Prostatic
Hiperplasia (BPH)
Pada pertemuan kali ini, kita akan membahas tentang salah satu gangguan
yang hanya diderita oleh laki-laki. Pernahkah Saudara mendengar tentang
pembesaran prostat? Betul sekali, secara medis disebut dengan Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH). Sudah siapkah Saudara untuk membahas tentang BPH? Baik,
kita mulai.
1. Definisi
Pembesaran kelenjar prostat merupakan proses yang normal terjadi pada pria
lanjut usia. Pembesaran kelenjar prostat ini dimulai pada sekitar usia 50 dan
terjadi pada 75% dari pria diatas 70 tahun. Benign prostatic hyperplasia (BPH)
dapat dikatakan sebagai pertumbuhan prostat yang tidak ganas yang secara
bertahap menyebabkan obstruksi kemih. Menurut penelitian, BPH tidak
meningkatkan resiko seseorang mengalami kanker prostat (Vuichoud & Loughlin,
2015).
2. Patofisiologi
Terjadi peningkatan yang lambat dalam jumlah sel di kelenjar prostat, dimana
ini umumnya merupakan hasil penuaan. Ketika ukuran kelenjar prostat meningkat,
maka akan mulai menekan atau mendesak lubang uretra. Penyempitan uretra ini
berarti kandung kemih harus bekerja lebih keras untuk mengeluarkan urin.
Sehingga lebih banyak usaha dan waktu yang lebih lama diperlukan untuk
mengosongkan kandung kemih. Akhirnya penyempitan ini menyebabkan
obstruksi dan dapat menyebabkan retensi urine atau pada akhirnya akan
menyebabkan distensi pada ginjal (hidronefrosis). Sebenarnya yang menjadi
masalah adalah pada lokasi pembesaran, bukan jumlahnya, yang menyebabkan
masalah. Pertumbuhan pada kelenjar prostat yang paling dekat dengan uretra
dapat menyebabkan lebih banyak masalah pada kemampuan buang air kecil
dianding bila pertumbuhannya berada di luar bagian dari kelenjar prostat (Langan,
2019; Smeltzer et al., 2015).
30. 30
3. Tanda dan gejala
Gejala BPH biasanya dapat diketahui melalui dua cara yaitu diantaranya;
masalah yang berkaitan dengan obstruksi atau masalah yang berkaitan dengan
iritasi. Gejala yang terkait dengan obstruksi meliputi penurunan ukuran atau aliran
urine, kesulitan memulai BAK, menetes setelah urinasi, retensi urine dan adanya
perasaan bahwa kandung kemih masih terisi. Gejala yang berkaitan dengan iritasi
meliputi nokturia, dysuria, dan urgensi (Basavanthappa & Basavanthappa, 2011;
Langan, 2019; Smeltzer et al., 2015).
Gambar 3 Transurethral resection of the prostate (TURP) (Williams &
Hopper, 2015)
4. Komplikasi
Ketika BPH tidak diobati dan terjadi obstruksi berkepanjangan, komplikasi
serius dapat terjadi. Urine yang ada di dalam kandung kemih yang terlalu lama
bisa kembali ke ginjal dan menyebabkan hidronefrosis, kerusakan ginjal, atau
urosepsis; ini juga bisa merusak dinding kandung kemih, menyebabkan disfungsi
kandung kemih, ISK berulang, dan pembentukan batu (Vuichoud & Loughlin,
2015).
31. 31
5. Penatalaksanaan
Reseksi transurethral dari prostat (Transurethral Resection of the Prostate/
TURP) telah menjadi pilihan perawatan bedah yang paling banyak digunakan dan
sering dipilih untuk meringankan obstruksi yang disebabkan oleh pembesaran
prostat. Untuk TURP, pasien awalnya akan dianestesi dan dioperasi dilakukan
dengan menggunakan instrumen yang disebut resectoscope. Resectoscope
dimasukkan ke dalam uretra dan kelenjar prostat “terkikis” sedikit demi sedikit.
Ketika jaringan prostate diambil selama proses TURP, maka perdarahan akan
terjadi (Gambar 3). Kateter Foley akan tetap dipasang dengan posisi balon dikunci
menggunakan sekitar 30 hingga 60 mL. Balon pengunci ini diikat erat pada bagian
paha untuk mengkompresi area prostat dan menghentikan perdarahan. Cairan
irigasi secara umum akan mengalir terus menerus; irigasi manual bisa dilakukan
pada 24 jam pertama untuk menjaga patensi kateter dengan tujuan untuk
menghilangkan bekuan darah. Perawat dapat melepas kateter setelah perdarahan
sudah nerkurang/berhenti (Gambar 4) (Smeltzer et al., 2015).
Gambar 4 Irigasi kandung kemih (Smeltzer, et al, 2015)
32. 32
6. Asuhan Keperawatan
Saudara-saudara, kali ini kita akan membahas mengenai masalah keperawatan
yang mungkin muncul pada pasien yang menjalani post TURP.
a. Pengkajian
1) Sirkulasi: Peningkatan tekanan darah (efek lebih lanjut pada ginjal )
2) Eliminasi :
• Penurunan kekuatan / kateter berkemih.
• Ketidakmampuan pengosongan kandung kemih.
• Nokturia, disuria, hematuria.
• Duduk dalam mengosongkan kandung kemih.
• Kekambuhan UTI, riwayat batu (urinary stasis).
• Konstipasi (penonjolan prostat ke rektum)
• Masa abdomen bagian bawah, hernia inguinal, hemoroid (akibat
peningkatan tekanan abdomen pada saat pengosongan kandung kemih)
3) Makanan / cairan:
• Anoreksia, nausea, vomiting.
• Kehilangan BB mendadak.
4) Nyeri / nyaman :
• Suprapubis, panggul, nyeri belakang, nyeri pinggang belakang, intens
(pada prostatitis akut).
5) Rasa nyaman : demam
6) Seksualitas :
• Perhatikan pada efek dari kondisinya/tetapi kemampuan seksual.
• Takut beser kencing selama kegiatan intim.
• Penurunan kontraksi ejakulasi.
• Pembesaran prostat.
7) Pengetahuan / pendidikan :
• Riwayat adanya kanker dalam keluarga, hipertensi, penyakit gula.
• Penggunaan obat antihipertensi atau antidepresan, antibiotika /
antibakterial untuk saluran kencing, obat alergi.
33. 33
b. Diagnosa keperawatan
1) Resiko injuri (perdarahan) berhubungan dengan intervensi pembedahan
2) Nyeri akut berhubungan dengan spasme bladder, obstruksi atau proses
pembedahan
c. Kriteria hasil dan intervensi
Diagnose dan kriteria hasil Intervensi
Resiko injuri (perdarahan)
berhubungan dengan intervensi
pembedahan
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan masalah resiko injuri
(perdarahan) pada pasien dapat
teratasi, dengan kriteria hasil:
Tidak terdapat darah dalam
urine.
1. Pantau haluaran urin mengenai jumlah,
warna, dan adanya bekuan darah
setidaknya setiap jam untuk 24 hingga 48
pertama jam pasca operasi.
2. Jelaskan kepada pasien bahwa urine yang
ada darahnya adalah normal setelah
prosedur TURP
3. Dorong pasien untuk minum hingga 2500
mL per hari (kecuali dikontraindikasikan
oleh kondisi medis yang lain), minuman
non-kafein, minuman non-alkohol.
4. Ajari pasien untuk mencegah terjadinya
konstipasi dan mengangkat benda berat
5. Anjurkan pasien untuk berbaring apabila
urine menjadi berwarna merah terang atau
terdapat bekuan darah yang besar
6. Ajari pasien untuk tidak mengkonsumsi
aspirin atau NSAID
Nyeri akut berhubungan dengan
spasme bladder, obstruksi atau
proses pembedahan
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam,
1. Monitor nyeri tiap 2 sampai 4 jam pada 48
jam pertama dan selama 30 menit stelah
pemberian intervensi
2. Monitor tanda-tanda nyeri yang
berhubungan dengan spasme bladder,
obstruksi, atau proses pembedahan seperti
wajah meringis, cairan irigasi yang tidak
34. 34
Diagnose dan kriteria hasil Intervensi
diharapkan masalah nyeri akut
pada pasien dapat teratasi,
dengan kriteria hasil:
1. Pasien menyampaikan
nyerinya bisa diatasi
2. Pasien mampu
mengidentifikasi minimal
dua cara untuk
menguranginya
mengalir ke dalam bladder, munculnya
bekuan darah
3. Berikan medikasi (analgesik,
antispasmodik) dan monitor respon pasien
4. Irigasi kateter sesuai dengan perintah
5. Edukasi pasien dan dukung penggunaan
metode non-farmakologi untuk
mengkontrol nyeri seperti tehnik relaksasi
dan tehnik nafas dalam.
b