SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
GINEKOLOGI
MODUL
Berkenalan dengan Tumor Alat Reproduksi
dan Penyakit Payudara
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
DEBBIYANTINA
JULI OKTALIA
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 4
KEGIATAN BELAJAR I
Tumor Jinak Alat Reproduksi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
Kata
Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang
Mahaesa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan MODUL EMPAT dari EMPAT MODUL dalam Mata
Kuliah Ginekologi yang berjudul : “Berkenalan dengan Tumor Alat
Reproduksi dan Penyakit Payudara ”.
Modul Ginekologi ini disusun dalam rangka membantu proses
pembelajaran program Diploma III kebidanan dengan system
pembelajaran jarak jauh yang disusun bagi mahasiswa dengan
latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit untuk
ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan.
Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada segenap
pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya modul ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
a.	 Menteri Kesehatan Republik Indonesia
b.	Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
c.	 Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
d.	 Australian Government Overseas Aid Program (AusAID)
e.	 Tim editor modul
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan.
Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat kami harapkan.
Demikian,semogamodulinidapatbermanfaatmeningkatkankualitas
pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang menggunakan
system jarak jauh.
								Jakarta, Juli 2013
								PENULIS
Gambar : Laparoskopi
ii
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Daftar Isi
Kata pengantar										i
Daftar Isi											ii
Pendahuluan										1	
						
Kegiatan Belajar 1 : TUMOR JINAK ALAT REPRODUKSI				 3
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Pendahuluan
	 SELAMAT BERJUMPA KEMBALI dengan Andapeserta didik D-3 Kebidanan dalam
modul keempat dari mata kuliah ginekologi. Modul ini adalah modul terakhir dalam
mata kuliah ginekologi dasar untuk bidan. Pada modul ini akan dibahas tentang topik-
topik penting yang terkait dengan tumor alat reproduksi dan penyakit payudara.
	 Penyakit payudara dan tumor genitalia adalah dua masalah penting yang ter-
kait dengan sistem reproduksi perempuan. Dua masalah ini menjadi penting karena
frekuensi kejadian penyakit payudara dan tumor genitalia semakin banyak dijumpai di-
alami oleh perempuan. Aspek penting lain dari Penyakit payudara dan tumor genitalia
adalah ketidaktahuan perempuan untuk mendeteksinya secara cepat karena kadangka-
la keluhan dirasakan pada fase lanjut.
	 Sebelum mempelajari modul ini diharapkan Andasudah selesai mempelajari satu,
dua dan tiga dari modul ginekolgi. Setelah mempelajari modul ke empat dari Mata
Kuliah Ginekologi ini Andadiharapkan dapat menjelaskan gangguan dan penyakit yang
mempengaruhi system reproduksi. Lama waktu untuk mempelajari modul empat ini
adalah 6 JAM.
	 Modul Keempat ini dikemas dalam tiga kegiatan belajar. Masing-masing kegiatan
belajar diberikan alokasi waktu sekitar dua jam. Tiga kegiatan belajar tersebut disusun
dengan urutan sebagai berikut :
Kegiatan Belajar 1	 : 	 Tumor jinak alat reproduksi
Kegiatan Belajar 2	 : 	 Tumor ganas alat reproduksi
kegiatan Belajar 3	 :	 Penyakit Payudara
PETUNJUK BELAJAR :
	 Proses pembelajaran untuk modul ini dapat berjalan lancar apabila Andamengi-
kuti langkah belajar sebagai berikut :
1)	 Pahami dulu berbagai kegiatan penting dalam modul mulai tahap awal sampai
tahap akhir
2)	 Bacalah kegiatan belajar secara seksama dan kerjakan soal – soal tes formatif
yang ada tanpa melihat kunci jawaban untuk mengetahui kemampuan Andame-
mahami isi setiap kegiatan belajar dalam modul ini.
3)	 Lakukan kajian refleksi kasus – kasus yang ada dalam modul ini dengan kasus-ka-
sus yang mungkin Andatemui saat Andananti bertemu dengan pasien langsung di
lahan praktik.
4)	 Keberhasilan proses pembelajaran Andadalam modul sangat tergantung kepada
kesungguhan Andadalam membaca materi dan mengerjakan latihan. Untuk itu
berdiskusilah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat
5)	 Akhirnya, tes akhir modul yang disediakan pada bagian akhir modul harus An-
dakerjakan dengan jujur sehingga hasilnya dapat dipakai untuk mengetahui ke-
mampuan Andamemahami isi modul ini. Cocokkan jawaban Andadengan kunci
jawaban tes akhir modul yang terdapat pada bagian akhir modul ini.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2
	 Baiklah Anda, selamat belajar, semoga Andasukses memahami pengetahuan
yang diuraikan dalam modul ini sehingga dapat menjadi bekal bermanfaat untuk men-
jadi bidan yang handal.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
3
Kegiatan
Belajar 1
Tujuan Pembelajaran Umum
Waktu 120 menit
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar satu pada modul empat mata kuliah ginekologi,
kami mengharapkan Andadapat mencapai kemampuan untuk menjelaskan tentang tu-
mor jinak pada alat reproduksi.
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar dua Andaakan mencapai kemampuan untuk :
1.	 Menjelaskan konsep dasar onkologi
2.	 Menjelaskan tentang macam – macam tumor jinak pada vulva, vagina, serviks
uteri, rahim dan ovarium
1.	 Konsep dasar onkologi
2.	 Macam – macam tumor jinak pada vulva, vagina, serviks uteri, rahim dan ovarium
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok - Pokok Materi
TUMOR JINAK PADA ALAT REPRODUKSI
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
4
Uraian
Materi
	 Bidan perlu mengetahui tentang konsep dasar onkologi dan beberapa penyakit
dan gangguan dalam lingkup onkologi yang sering dialami perempuan. Sehingga dapat
dilakukan deteksi lebih dini dan rujukan yang tepat pada fasilitas yang tepat .
1. KONSEP DASAR ONKOLOGI
Onkologi istilah secara harfiah berarti cabang ilmu yang berhubungan dengan kank-
er dan tumor. Saat ini ilmu onkologi sangat berkembang dan ditunjang oleh berbagai
penemuan tekhnologi untuk membantu penyembuhan dari penderita yang men-
galami tumor dan kanker (Prawirohardjo, 2011).
Dokter spesialis pada bidang onkologi memiliki peran tertentu untuk membantu da-
lam diagnosis kanker dan tumor dan penatalaksanaannya. Dokter spesialis Onkologi
juga berperan menindaklanjuti pasien untuk mendeteksi kekambuhan dan meman-
tau setelah terbebas dari kanker.
Dalam kasus – kasus yang terkait dengan onkologi untuk menegakkan diagnosisn-
ya memerlukan alat-alat diagnostik misalnya pemeriksaan laboratorium darah pen-
Andatumor atau kanker ataupun alat canggih seperti alat sinar-X, CT scanning, MRI
pemindaian, USG, pemeriksaan mikroskopis. Fasilitas untuk menegakkan diagnosis
kanker sampai saat ini baru terdapat di rumah sakit dengan fasilitas lengkap.
Untuk lebih memperjelas apa yang ditangani onkologi, selanjutnya kita akan mempe-
lajari apa yang dimaksud dengan TUMOR dan KANKER.
Dari beberapa literature dan kumpulan materi kuliah dr spesialis kebidanan dan
ginekologi dapat disimpulkan bahwa TUMOR adalah setiap benjolan abnormal da-
lam tubuh. Tumor terdapat dua jenis yaitu tumor jenis non neoplasma dan tumor
jenis neoplasma (Prawirohardjo, 2011).
	 Dalam Prawirohardjo (2011), disebutkan tumor non-neoplasma terdiri dari be-
berapa jenis, yaitu :
•	 KISTA : Tumor yang berupa kantongan dan berisi cairan encer atau setengah pa-
dat. Sebagian besar kiste adalah suatu non neoplasmic lesion, hanya kiste ter-
tentu yang dindingnya merupakan neoplasma misal kista
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
5
•	 RADANG : 	 Pembesaran/tumor akibat proses radang yang disebabkan oleh : in-
filtrasi / sebukan sel-sel radang oedema – vasodilatasi
•	 HIPERTROFIA : Pembesaran suatu organ akibat bertambah besarnya sel-sel jar-
ingan penyusunnya
•	 HIPERPLASIA : Pembesaran suatu organ akibat bertambah banyaknya sel-sel jar-
ingan penyusunnya
•	 DISPLASIA : Pembesaran suatu organ akibat bertambah banyaknya dan bertam-
bah besarnya sel-sel jaringan penyusunnya disertai dengan susunan sel jaringan
yang berbeda
Selanjutnya ANDA akan mempelajari tentang TUMOR NEOPLASMA :
•	 Neoplasma adalah Massa/jaringan baru – abnormal yang terbentuk dalam tubuh
mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dari sel/ jaringan asalnya/sesungguhn-
ya. Keadaan yang disebabkan adanya pertumbuhan dan differensiasi abnormal
akibat kerusakan gen pengaturnya (Prawirohardjo, 2011).
•	 Sel neoplasma adalah sel tubuh itu sendiri yang mengalami mutasi dan trans-
formasi sehingga bentuk dan sifatnya, yang berakibat pertumbuhannya menjadi
autonom dan tak terkendali. Mutasi dan transformasi ini terjadi karena kerusakan
gen yang mengatur pertumbuhan dan differensiasi, dimana kerusakan yang terja-
di ini dapat ringan sampai berat dan luas (Prawirohardjo, 2011).
•	 Bila kerusakannya ringan akan terbentuk sel/jaringan neoplasma jinak dan bila
berat dan luas akan terbentuk sel/jaringan neoplasma ganas yang lebih akrab
dikenal sebagai KANKER (Prawirohardjo, 2011).
Dalam kegiatan belajar satu ini Andahanya belajar tentang tumor jinak yang paling
sering terjadi pada alat reproduksi perempuan. Selanjutnya pada kegiatan belajar
dua Andaakan mempelajari tentang tumor yang bersifat ganas.
2. MACAM-MACAM TUMOR JINAK
A.	 TUMOR JINAK VULVA
Tumor jinak pada vulva yang paling sering ditemui adalah kista kelenjar bartolin
dan fibroma vulva.
Sel NEOPLASMA dapat dikategorikan menjadi dua :
JINAK DAN GANAS
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
6
•	 KISTA KELENJAR BARTOLINI
	 Kista kelenjar bartolin merupakan bentuk radang menahun kelenjar bar-
tholin. Abses kelenjar bartholin mengandung cairan yang disebut kista bar-
tholin (Manuaba, 2010).
	 Kista Bartholini berukuran relative besar. Kelenjar Bartholini paling sering
dijumpai terletak pada 1/3 posterior dari setiap labium mayus dan muara dari
duktus sekretorius. Lokasi kelenjar bartolin biasanya terdapat tepat didepan
hymen (selaput dara) pada posisi jam 4 dan 8 (Parwirohardjo, 2011).
Pembesaran kista bartolini terjadi akibat luka parut yang terjadi karena in-
feksi (terutama yang disebabkan oleh infeksi yang disebabkan oleh nisereria
gonorea, streptokokkus dan stafilokokkus).  Pembesaran kista bartolin juga
dapat terjadi pada riwayat trauma yang kemudian menyebabkan sumbatan
pada saluran ekskresi kelenjar Bartholini (Prawirohardjo, 2011).
Peradangan pada kista yang terbentuk akibat sumbatan ekskresi dari kelen-
jar Bartholini dapat terjadi secara kronis dan berlangsung hingga bertahun
tahun. Untuk jenis ini biasanya indurasi kista, tidak mencapai ukuran yang be-
sar sehingga penderita juga tidak menyadari adanya kelainan ini. Namun jika
masalah Kista bartholin terjadi karena infeksi, maka sudah Andasudah dapat
melihat dari cara berjalannya. Biasanya pasien akan sulit berjalan karena rasa
nyeri akibat pembengkakan yang mengandung nanah (Prawirohardjo, 2011).
Bila pembesaran kelenjar Bartholini terjadi pada usia pascamenopause, se-
baiknya dilakukan secara seksama terkait dengan resiko tinggi risiko tinggi
terhadap keganasan.
Bidan yang mendeteksi kista bartholin perlu merujuk penderita segera ke ru-
mah sakit untuk mendapat penanganan yang tepat. Penanganan kista bar-
tholin adalah melakukan pengangkatan keseluruhan pada kista dan mar-
sivialisasi yang tindakannya hanya dapat dilakukan di fasilitas rumah sakit.
Tekhnis marsupialisasi adalag membuat lubang pada kistanya yang cukup
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
7
lebar sehingga isinya keluar lalu dibersihkan. Selanjutnya lubang akan menu-
tup dengan sendirinya (Manuaba, 2010).
•	 FIBROMA VULVA
Fibroma merupakan tumor padat vulva yang paling banyak ditemukan. Tu-
mor ini merupakan proliferasi dari jaringan fibroblast labia mayora Fibroma
vulva merupakan tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat vulva. Fibroma
vulva tampak bertangkai dan lokasinya seringkali ada pada labia mayora. Di-
ameter fibroma vulva dapat mencapai beberapa sentimeter bahkan berat fi-
broma vulva bisa mencapai beberapa kilogram (Manuaba, 2010).
Dalam Prawirohardjo (2011), disebutkan bahwa gangguan atau gejala yang
ditimbulkan sangat tergantung dari diameter tumor pertumbuhan lanjut dan
pembesaran ukuran fibroma. Seringkali penderita fibroma vulva datang saat
diameter tumor sudah menimbulkan gangguan aktivitas seksual atau mem-
batasi mobilitas penderita. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan penderita
fibroma vulva adalah  gejala mekanis seperti nyeri, dorongan pada saluran
kemih, gangguan pada saat senggama. Rasa nyeri ini terkait dengan diameter
tumor sehingga organ sekitar fibroma menjadai terdesak atau terdorong.
Bidan yang mendeteksi fibroma vulva perlu melakukan konsultasi dan perlu
merujuk penderita segera ke rumah sakit untuk mendapat penanganan yang
tepat. Terapi Eksisi fibroma melalui prosedur operatif merupakan cara terbaik
untuk mengangkat tumor padat vulva. Seperti halnya dengan berat ringann-
ya gejala maka mudah susahnya eksisi fibroma sangat tergantung dari lokasi
dan diameter tumor (Prawirohardjo, 2011).
B. TUMOR JINAK VAGINA
Tumor jinak vagina tidak terlalu banyak ditemui. Kejadian yang sering ditemui
adalah bentuk infeksi terkait dengan penyakit hubungan seksual. Pada pemerik-
saan akan dijumpai kista dengan cairan jernih pada 1/3 vagina bagian atas. Bila
ukurannya kecil, kadang tidak memberikan gangguan penderitanya namun bila
ukurannya besar, dokter spesialis biasanya akan melakukan marsupialisasi atau
kadang ekstirpasi (Manuaba, 2010)
Marsupialisasi adalah suatu tindakan operasi lubang pada pada
kista yang paling sedikit vaskularisasinya (pembuluh darahnya).
Ekstirpasi adalah tindakan pengangkatan seluruh massa tumor
beserta kapsulnya. (Prawirohardjo, 2011)
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
8
Dalam Prawirohardjo (2011) ada dua jenis tumor di vagina yaitu tumor kistik dan
tumor solid (padat).
Tumor kistik dapat dibagi menjadi beberapa jenis :
1.	 Kista Inklusi
	 Kista inklusi paling sering ditemukan di lokasi 1/3 bawah vagina dan posterior
atau lateral. Tumor ini tumbuh dari jaringan epidermal yang berada di bawah
lapisan mukosa vagina. Jaringan tersebut terperangkap dan tumbuh dibagian
tersebut akibat penjahitan robekan atau laserasi perineum yang kurang sem-
purna. Komponen kelenjar pada jaringan epidermal yang terperangkap terse-
but membentuk cairan dan membentuk kista. Terapi untuk kista ini adalah
dengan melakukan esksisi.
2.	 Kista Gartner
	 Kista Gartner, berasal dari saluran Wolfii (disebut juga duktus gartner) yang
berada di bagian anterior dan bagian atas vagina. Ukurannya bermacam- ma-
cam, dari yang kecil sampai yang besar hingga menonjol dari vagina. Lokasi
utama kista gartner ada di bagian anterolateral puncak vagina. Terapi untuk
kista ini adalah insisi dan eksisi.
Dalam Prawirohardjo (2011), selain tumor kistik, kadang juga terdapat tumor
padat pada vagina yang seringkali tak memberikan gejala dan diketahui se-
cara tidak sengaja oleh penderita.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
9
Dalam Prawirohardjo (2011), tumor solid pada vagina terbagi lagi menjadi
beberapa jenis :
1.	 Tumor Epitel misalnya kondiloma akuminata dan granuloma
2.	 Tumor Jaringan Mesoderm misalnya fibroma, lipoma, dan hemangioma.
Fibroma adalah tumor jinak yang berisi jaringan berserat yang biasanya
keras seperti tulang; Lipoma adalah tumor jinak di bawah kulit yang ter-
diri dari lemak; dan Hemangioma adalah proliferasi dari pembuluh darah
yang normal (http://kamuskesehatan.com).
3.	 Adenosis vagina. Adenosis vagina di duga karena adanya efek dari hor-
mone serupa estrogen tambahan. Gambaran kliniknya berupa penebalan
dinding vagina dengan permukaan yang kasar serta ditutupi oleh eksudar
lendir yang melapisi permukaan tumor.
C.	 TUMOR JINAK SERVIKS UTERI
	Bagian serviks (mulut rahim) adalah bagian yang paling sering terkena penya-
kit jinak atau keganasan. Penyebab serviks (mulult rahim) menjadi lebih rentan,
karena bagian serviks adalah bagian yang paling sering terkena rangsangan yang
dapat menyebabkan perlukaan pada serviks (Manuaba, 2010).
	Permukaan serviks yang normal dilapisi jaringan epitel skuamosa berbatasan
dengan epitel kolumnar (skuamokolumnar junction). Epitel kelenjar endoserviks
tersusun dari jenis kolumner tinggi yang sangat rentan terhadap infeksi. Ganggu-
an lanjut infeksi atau proses restrukturisasi endoserviks menyebabkan metapla-
sia skuamosa yang menyebabkan muara kelenjar endoserviks akan tertutup. Pe-
nutupan muara duktus kelenjar menyebabkan lendir tertahan dan berkembang
menjadi kantong kista. Kista yang berukuran mikro hingga makro dapat dilihat
secara langsung oleh pemeriksa). Daerah perbatasan ini pada wanita yang makin
tua usianya maka semakin masuk ke daerah kanalis servikalis. Keganasan serviks
paling sering terjadi pada daerah serviks bagian tersebut.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
10
		 Benjolan / fibrosis pada daerah porsio di sekitar lubang rahim, dapat dise-
babkan laserasi akibat komplikasi persalinan. Robekan porsio pada saat persali-
nan sering terjadi pada daerah jam 3 dan jam 9, karena daerah tersebut merupa-
kan lokus minoris.
Dibawah ini adalah tumor jinak yang sering menimpa pada daerah serviks :
•	 POLIP SERVIKS
		 Polip merupakan lesi atau tumor padat pada serviks yang paling ser-
ing dijumpai. Tumor ini berada pada bagian endoserviks atau intramukosal
serviks dengan variasi eksternalatau region vaginal serviks (prawirohardjo,
2011).
Gambaran Klinik : Polip serviks bervariasi dari tunggal hingga multiple, ber-
warna merah terang, rapuh dan strukturnya menyerupai spons. Kebanyakan
polip ditemukan berupa penjuluran berwarna merah terang yang terjepit
atau keluar dari ostium serviks. Walaupun sebagian besar polip berdiameter
kecil tetapi pertumbuhannya mungkin saja mencapai ukuran beberapa senti-
meter. Panjang tangkai polip juga bervariasi dari ukuran dibawah 1 cm (pro-
trusi melalui ostium serviks) hingga mencapai beberapa sentimeter sehingga
memungkinkan ujung distal polip mencapai atau keluar dari introitus vagina
(Prawirohardjo, 2011).
Bila polip serviks berasal dari ektoserviks maka warna polip menjadi lebih
pucat dan strukturnya menjadi lebih kenyal dari polip endoserviks. Ukuran
polip ektoserviks dapat mencapai ukuran yang sama dari jari kelingking. Um-
umnya permukaan polip tersusun dari selapis epitel kolumner yang tinggi
(seperti halnya endoserviks), epitel kelenjar serviks, dan jaringan stroma ja-
ringan ikat longgar yang diinfiltrasi oleh sel bulat dan edema. Tidak jarang,
ujung polip mengalami nekrotik atau ulserasi sehingga dapat menimbulkan
perdaraha terutama sekali pasca senggama. Epitel endoserviks pada polip
seringkali mengalami metaplasia skuamosa dan serbukan sel radang sehing-
ga menyerupai degenerasi panas. (Prawirohardjo, 2011)
Manuaba (2010) menyebutkan bahwa polip serviks dapat dideteksi oleh bidan
dengan melakukan pemeriksaan dibawah ini :
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
11
a.	 Pemeriksaan dalam : bidan akan mendapatkan jaringan bertangkai yang
keluar dari kanalis servikalis, dan sarung tangan dapat disertai darah
b.	 Pemeriksaan inspekulum : tampak perlukaan serviks yang mudah berdar-
ah, ditemukan jaringan bertangkai yang keluar dari kanalis servikalis, dan
akibat sentuhan speculum dapat menimbulkan perdarahan,
	 Ketika mendeteksi adanya kelainan pada serviks bidan perlu segera
melakukan rujukan agar dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan dan pen-
anganan yang tepat.
Umumnya dokter akan melakukan terapi pada polip serviks dengan metode
ekstirpasi yang dilanjutkan dengan kuretase. Namun bila tangkainya besar
dan menyulitkan untuk ekstirpasi pada kadang dokter spesialis akan melaku-
kan histerektomi (Manuaba, 2010).
•	 PAPILOMA SERVIKS
Papiloma serviks tergolong sebagai neoplasma jinak serviks yang terutama
tumbuh pada pars vaginalis serviks (Prawirohardjo, 2011).
Papiloma serviks dapat terbagi menjadi 2 jenis:
1.	 Projeksi Papilaris ekso serviks dimana bagian tengah tersusun dari jarin-
gan ikat fibrosa dari bagian tengah yang dilapisi oleh lapisan epitel skua-
mosa. Jenis pertama ini merupakan pertumbuhan neoplasma jinak mur-
ni.
2.	 Kondilomata serviks yang bermanifestasi sebagai tumor dalam kisaran
beragam, mulai dari tonjolan minor yang rata hingga gambaran papilo-
matosa seperti kondiloma akuminata. Penonjolan ini disebabkan adanya
iritasi atau rangsangan kronis human papilloma virus. Kejadian kondilo-
ma akuminata adalah 1-2% dan proporsinya meningkat di lokalisasi Prak-
tisi Seks Komersial (PSK) atau klinik Penyakit Menular Seksual (PMS).
	 (Prawirohardjo, 2011)
Tidak dijumpai gejala khusus pada penderita papiloma serviks. Pada hampir
semua kasus, papiloma ditemukan saat melakukan pemeriksaan rutin atau
program penapisan massal, dengan pemeriksaan apus Papinicolaou atau kol-
poskopi. Pencegahan penularan kondiloma akuminata (hPV) dilakukan den-
gan melakukan seks aman atau menggunakan kondom.
Papiloma soliter dapat ditanggulangi dengan eksisi dengan tindakan tindakan
bedah konvensional atau kauterisasi unipolar/bipolar. Kondiloma akuminata
dapat dihilangkan dengan menggunakan jepit biopsy (bila berukuran kecil),
tetapi bila mencakup permukaan yang luas dilakukan penanganan dengan
tekhnik yang lain (Prawirohardjo, 2011).
D.	TUMOR JINAK RAHIM (UTERUS)
Tumor jinak uterus yang terdiri dari otot polos dan jaringan ikat dari uterus. Sering
disebut sebagai mioma, fibroid, fibromioma. Kejadian tumor jinak rahim terjadi
sekitar 20-25% pada wanita berusia di atas usia reproduktif. Pada sebagian besar
kasus, pada jaringan mioma, terdapat jumlah reseptor estrogen yang lebih tinggi
dibandingkan jaringan miometrium sekitarnya Mioma uteri membesar pada usia
reproduksi dan regresi pada pascamenopause (Prawirohardjo, 2011).
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
12
Dalam Prawirohardjo, 2011, berdasarkan letaknya, mioma uteri dibagi menjadi :
a.	 Mioma intramural : tumbuh di dalam dinding uterus (lapis miometrium)
b.	 Mioma sub-serosum : di bawah lapisan serosa uterus / peritoneum, tumbuh
ke arah rongga peritoneum.
c.	 Mioma sub-mukosum : di bawah lapisan mukosa uterus / endometrium, tum-
buh ke arah kavum uteri. (dapat bertangkai dan keluar ke vagina melalui ka-
nalis servikalis, disebut myoma geburt).
d.	 Mioma parasitik : mioma yang terlepas dari jaringan induknya, kemudian
melekat pada jaringan lain (misalnya omentum / ligamentum) kemudian
mendapat vaskularisasi dan tumbuh parasitik.
e.	 Mioma peduncularis : mioma yang tumbuh menjadi massa sendiri di dalam
rongga perut.
	Dalam Prawirohardjo, 2011, disebutkan Penyebab Mioma Uteri tidak diketa-
hui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan sebelum usia pubertas, sangat
dipengaruhi oleh hormone reproduksi, dan hanya bermanifestasi selama usia re-
produktif.
	Pada umumnya mioma terjadi dibeberapa tempat. Pertumbuhan mikroskopik
menjadi masalah utama dalam penanganan mioma karena hanya tumor soliter
dan tampak secara makroskopik yang memungkinkan untuk ditangani dengan
cara enukleasi. Ukuran rata rata mioma uteri adalah 15 cm, tetapi cukup banyak
yang melaporkan kasus mioma uteri dengan berat mencapai 45 kg.
Dalam Prawirohardjo, 2011, disebutkan gejala klinik mioma adalah :
•	 Perdarahan / menorhagia, karena permukaan kavum uteri yang lebih luas
dan adanya gangguan kontraksi uterus akibat massa tumor.
•	 Penekanan pada kandung kemih, ureter, rektum atau organ rongga panggul
lainnya
•	 Nyeri : akibat degenerasi mioma atau kontraksi uterus berlebihan pada mio-
ma submukosum.
•	 Infertilitas : dapat disebabkan distorsi tuba, gangguan implantasi pada   endo-
metrium, oklusi kanalis endoserviks, dan sebagainya.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
13
	Dalam Manuaba (2010) disebutkan bahwa secara sederhana bidan dapat men-
curigai kemungkinan mioma uteri dengan memperhatikan gejala klinis seperti
perdarahan menstruasi tidak normal, terdapat gangguan berkemih dan buang air
besar, dan nyeri saat menstruasi. Pada pemeriksaan dalam bidan kemungkinan
dapat menjumpai tumor pada pada abdomen bawah dan pergerakan tumor ter-
batas.
	JIka mioma terjadi bersamaan dengan kejadian kehamilan, maka kehamilan dapat
mengalami gangguan, baik pada masa kehamilan ataupun pada masa persalinan.
	Penanganan mioma uteri membutuhkan penanganan spesialistik. Bidan perlu
melakukan rujukan terhadap penderita yang dicurigai untuk melakukan pemerik-
saan lanjutan. Pilihan terapi yang ada saat ini adalah Pembedahan (histerektomi,
miomektomi), Pengecilan tumor sementara dengan obat-obatan.
E.	 TUMOR JINAK OVARIUM
Dalam Manuaba (2010), tumor jinak ovarium memiliki dua macam bentuk :
a.	 Tumor kistik : kistoma ovary simpleks, kistoma ovary serosum, kista ovary
musinosum dan kistoma dermoid
b.	 Tumor solid (padat) : Fibroma ovary, tumor brener dan tumor sisa adrenal
	
Dibawah ini adalah kista ovarium yang paling sering terjadi :
•	 Kista Folikel
	 Kista yang paling banyak ditemukan dan ukurannya sekitar 3-8 cm. Kista ini
terjadi karena kegagalan proses ovulasi dan cairan intrafolikel tidak diabsorb-
si kembali. Kista ini tidak memiliki gejala spesifik. Penderita baru merasakan
jika ukurannya besar dan menyebabkan nyeri pangggul, nyeri saat berhubun-
gan kadang perdarahan abnormal uterus (Prawirohardjo, 2011).
•	 Kista Korpus Luteum
	 Kista luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum atau perdara-
han yang mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi. Jika kista korpus luteum
berasal dari resorb darah oleh dinding granulose yang mengalami luteinisasi
membentu kista korpus luteum yang disebut kista granulose.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
14
	Tumor ovarium yang ukuran kecil seringkali tidak menimbulkan keluhan klinis
yang berarti. Jika pertumbuhannya membesar si penderita akan merasakan rasa
berat pada bagian abdomen bawah, menganggu miksi atau defekasi. Gangguan
menstruasi juga sering dikeluhkan penderita karena ovarium terkait dengan pro-
duksi hormone estrogen dan progesterone. Keluhan yang dirasakan penderita
jika terjadi komplikasi adalah nyeri abdomen mendadak (karena perdarahan intra
tumor atau perputaran tangkaai), demam (jika sudah mengalami infeksi). Dengan
alat USG (ultrasonografi), dapat dibedakan dengan jelas kejadian tumor ovarium
(Manuaba, 2010).
	Jika bidan menemukan kecurigaan adanya tumor di bagian bawah abdomen
bidan perlu segera melakukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap karena tu-
mor ovarium memerlukan penanganan spesialistik. Bidan dapat memberikan
support komunikasi, informasi, edukasi tentang pentingnya melakukan pemerik-
saan lanjutan dan penanganan tuntas di fasilitas yang lebih lengkap.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
15
Rangkuman
1.	 Onkologi istilah secara harfiah berarti cabang ilmu yang berhubungan dengan
kanker dan tumor.
2.	 Tumor adalah setiap benjolan abnormal dalam tubuh. tumor dapat berupa
suatu tumor neoplasma dan tumor non neoplasma.
3.	 Tumor non neoplasma terdiri dari :
a.	 Kista adalah tumor yang berupa kantongan dan berisi cairan encer atau
setengah padat. sebagian besar kiste adalah suatu non neoplasmic lesion,
hanya kiste tertentu yang dindingnya merupakan neoplasma misal kista
b.	 Radang adalah pembesaran/tumor akibat proses radang yang disebab-
kan oleh : infiltrasi / sebukan sel-sel radang oedema – vasodilatasi
c.	 Hipertrofia adalah pembesaran suatu organ akibat bertambah besarnya
sel-sel jaringan penyusunnya
d.	 Hiperplasia adalah pembesaran suatu organ akibat bertambah banyakn-
ya sel-sel jaringan penyusunnya
e.	Displasia adalah pembesaran suatu organ akibat bertambah banyaknya
dan bertambah besarnya sel-sel jaringan penyusunnya disertai dengan
susunan sel jaringan yang berbeda
4.	 Sel neoplasma adalah sel tubuh itu sendiri yang mengalami mutasi dan trans-
formasi sehingga bentuk dan sifatnya, yang berakibat pertumbuhannya men-
jadi autonom dan tak terkendali. Bila kerusakannya ringan akan terbentuk sel/
jaringan neoplasma jinak dan bila berat dan luas akan terbentuk sel/jaringan
neoplasma ganas yang lebih akrap dikenal sebagai kanker.
5.	 Tumor jinak vulva bermacam-macam. tumor jinak vulva yang paling sering ter-
jadi adalah  kista kelenjar bartolini fibroma vulva.
6.	 Tumor jinak vagina tumor jinak vagina yang paling sering terjadi adalah kista
inklusi , kista gartner, fibroma vagina dan adenosis vaginan.
7.	 Tumor jinak serviks uteri tumor jinak serviks yang paling sering terjadi adalah
polip serviks dan papiloma serviks.
8.	 Tumor jinak rahim : tumor jinak rahim yang paling sering terjadi adalah mioma
uteri.
9.	 Tumor jinak ovarium memiliki dua bentuk tumor kistik dan tumor padat. Kista
ovarium yang paling sering adalah kista folikel dan kista korpus luteum.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
16
Evaluasi
Formatif
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih jawaban yang paling tepat !
1.	 Onkologi istilah secara harfiah berarti cabang ilmu yang berhubungan dengan …
a.	Infeksi
b.	Tumor
c.	Kehamilan
d.	Kelahiran
2.	 Setiap benjolan abnormal dalam tubuh disebut …
a.	Tumor
b.	Kanker
c.	Edema
d.	Kista
3.	 Yang termasuk kedalam tumor neoplasma adalah …
a.	Kista
b.	 Displasia organ
c.	 Hipertrofia organ
d.	Kanker
4.	 Kista bartolini adalah tumor jinak pada daerah ……
a.	Vulva
b.	Vagina
c.	Serviks
d.	Uterus
5.	 Mioma adalah adalah tumor jinak pada daerah ……
a.	Vulva
b.	Vagina
c.	Serviks
d.	Uterus
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
17
1. B
2. A
3. D
4. A
5. D
Kunci Jawaban Evaluasi Formatif
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
18
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, dr., dkk. 2010. Buku Ajar Ginekologi untuk mahasiswa bidan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, S., dkk. 2011. Ilmu Kandungan edisi ketiga. Jakarta: 	
	 Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015

More Related Content

What's hot

Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAndra Dewi Hapsari
 
KB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan Organogenesis
KB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan OrganogenesisKB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan Organogenesis
KB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan Organogenesispjj_kemenkes
 
Kegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa NifasKegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa Nifaspjj_kemenkes
 
PATOFISIOLOGI PADA KASUS KOMPLEKS-compressed.pptx
PATOFISIOLOGI PADA KASUS KOMPLEKS-compressed.pptxPATOFISIOLOGI PADA KASUS KOMPLEKS-compressed.pptx
PATOFISIOLOGI PADA KASUS KOMPLEKS-compressed.pptxMNabighnaufalshafiq
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikAl-Ikhlas14
 
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiAsuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiRetnoWulan32
 
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksipjj_kemenkes
 
Konsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasKonsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasSumiaty Syifah
 
PPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBLPPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBLChiyapuri
 
Diagnosa Kehamilan
Diagnosa KehamilanDiagnosa Kehamilan
Diagnosa KehamilanMelly anti
 
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamilHetty Astri
 
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannyarismaaap
 
Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannya
Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannyaKomplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannya
Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannyaChiyapuri
 
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifasFaktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifasRahayu Pratiwi
 
KB 2 Konsep Dasar Infertilitas
KB 2 Konsep Dasar InfertilitasKB 2 Konsep Dasar Infertilitas
KB 2 Konsep Dasar Infertilitaspjj_kemenkes
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Operator Warnet Vast Raha
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Asuhan kebidanan pada ibu bersalin patologis
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin patologisAsuhan kebidanan pada ibu bersalin patologis
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin patologis
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
 
KB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan Organogenesis
KB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan OrganogenesisKB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan Organogenesis
KB 1 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Gangguan Organogenesis
 
Kegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa NifasKegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa Nifas
 
PATOFISIOLOGI PADA KASUS KOMPLEKS-compressed.pptx
PATOFISIOLOGI PADA KASUS KOMPLEKS-compressed.pptxPATOFISIOLOGI PADA KASUS KOMPLEKS-compressed.pptx
PATOFISIOLOGI PADA KASUS KOMPLEKS-compressed.pptx
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
Kelainan his
Kelainan hisKelainan his
Kelainan his
 
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiAsuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
 
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
 
Konsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasKonsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifas
 
PPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBLPPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBL
 
Diagnosa Kehamilan
Diagnosa KehamilanDiagnosa Kehamilan
Diagnosa Kehamilan
 
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
 
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
 
Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannya
Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannyaKomplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannya
Komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta penanganannya
 
Isu etik dan dilemma
Isu etik dan dilemmaIsu etik dan dilemma
Isu etik dan dilemma
 
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifasFaktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
Faktor faktor yang mempengaruhi masa nifas
 
KB 2 Konsep Dasar Infertilitas
KB 2 Konsep Dasar InfertilitasKB 2 Konsep Dasar Infertilitas
KB 2 Konsep Dasar Infertilitas
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”j”g2 p1a0 umur kehamil...
 

Similar to TUMOR VULVA DAN VAGINA

KB 3 Penyakit Payudara
KB 3 Penyakit PayudaraKB 3 Penyakit Payudara
KB 3 Penyakit Payudarapjj_kemenkes
 
KB 3 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Pengaruh Hormonal
KB 3 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Pengaruh HormonalKB 3 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Pengaruh Hormonal
KB 3 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Pengaruh Hormonalpjj_kemenkes
 
KB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
KB 1 Kenali Gangguan MenstruasiKB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
KB 1 Kenali Gangguan Menstruasipjj_kemenkes
 
KB 2 Radang Genitalia Interna
KB 2 Radang Genitalia InternaKB 2 Radang Genitalia Interna
KB 2 Radang Genitalia Internapjj_kemenkes
 
KB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup KebidananKB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup Kebidananpjj_kemenkes
 
KB 3 Asuhan Kebidanan KB Non Hormonal
KB 3 Asuhan Kebidanan KB Non HormonalKB 3 Asuhan Kebidanan KB Non Hormonal
KB 3 Asuhan Kebidanan KB Non Hormonalpjj_kemenkes
 
M4 kb2 keperawatan bedah
M4 kb2 keperawatan bedahM4 kb2 keperawatan bedah
M4 kb2 keperawatan bedahppghybrid4
 
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)pjj_kemenkes
 
Kb 4 proses penuaan (aging)
Kb 4 proses penuaan (aging)Kb 4 proses penuaan (aging)
Kb 4 proses penuaan (aging)pjj_kemenkes
 
Interaksi genetika dan lingkungan
Interaksi genetika dan lingkunganInteraksi genetika dan lingkungan
Interaksi genetika dan lingkunganpjj_kemenkes
 
Kb 3 interaksi genetika dan lingkungan
Kb 3 interaksi genetika dan lingkunganKb 3 interaksi genetika dan lingkungan
Kb 3 interaksi genetika dan lingkunganpjj_kemenkes
 
Patogenesis dan patofisiologi kelainan struktur dan fungsi
Patogenesis dan patofisiologi kelainan struktur dan fungsiPatogenesis dan patofisiologi kelainan struktur dan fungsi
Patogenesis dan patofisiologi kelainan struktur dan fungsipjj_kemenkes
 
Kb 1 patogenesis&patofisiologikelainanstruktur&fungsi
Kb 1 patogenesis&patofisiologikelainanstruktur&fungsiKb 1 patogenesis&patofisiologikelainanstruktur&fungsi
Kb 1 patogenesis&patofisiologikelainanstruktur&fungsipjj_kemenkes
 

Similar to TUMOR VULVA DAN VAGINA (20)

KB 3 Penyakit Payudara
KB 3 Penyakit PayudaraKB 3 Penyakit Payudara
KB 3 Penyakit Payudara
 
KB 3 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Pengaruh Hormonal
KB 3 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Pengaruh HormonalKB 3 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Pengaruh Hormonal
KB 3 Kelainan Bawaan Alat Genitalia karena Pengaruh Hormonal
 
KB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
KB 1 Kenali Gangguan MenstruasiKB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
KB 1 Kenali Gangguan Menstruasi
 
KB 3 Menopause
KB 3 MenopauseKB 3 Menopause
KB 3 Menopause
 
KB 2 Radang Genitalia Interna
KB 2 Radang Genitalia InternaKB 2 Radang Genitalia Interna
KB 2 Radang Genitalia Interna
 
KB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup KebidananKB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup Kebidanan
 
Makalah kanker genitalia
Makalah kanker genitaliaMakalah kanker genitalia
Makalah kanker genitalia
 
KB 3 Asuhan Kebidanan KB Non Hormonal
KB 3 Asuhan Kebidanan KB Non HormonalKB 3 Asuhan Kebidanan KB Non Hormonal
KB 3 Asuhan Kebidanan KB Non Hormonal
 
Kb 3 neoplasma
Kb 3 neoplasmaKb 3 neoplasma
Kb 3 neoplasma
 
Neoplasma
NeoplasmaNeoplasma
Neoplasma
 
Tumor ganas genitalia
Tumor ganas genitaliaTumor ganas genitalia
Tumor ganas genitalia
 
Ppt kelompok iii
Ppt kelompok iiiPpt kelompok iii
Ppt kelompok iii
 
M4 kb2 keperawatan bedah
M4 kb2 keperawatan bedahM4 kb2 keperawatan bedah
M4 kb2 keperawatan bedah
 
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
Hadi purwanto (panduan 6 pengkajian dasar)
 
Proses Penuaan
Proses PenuaanProses Penuaan
Proses Penuaan
 
Kb 4 proses penuaan (aging)
Kb 4 proses penuaan (aging)Kb 4 proses penuaan (aging)
Kb 4 proses penuaan (aging)
 
Interaksi genetika dan lingkungan
Interaksi genetika dan lingkunganInteraksi genetika dan lingkungan
Interaksi genetika dan lingkungan
 
Kb 3 interaksi genetika dan lingkungan
Kb 3 interaksi genetika dan lingkunganKb 3 interaksi genetika dan lingkungan
Kb 3 interaksi genetika dan lingkungan
 
Patogenesis dan patofisiologi kelainan struktur dan fungsi
Patogenesis dan patofisiologi kelainan struktur dan fungsiPatogenesis dan patofisiologi kelainan struktur dan fungsi
Patogenesis dan patofisiologi kelainan struktur dan fungsi
 
Kb 1 patogenesis&patofisiologikelainanstruktur&fungsi
Kb 1 patogenesis&patofisiologikelainanstruktur&fungsiKb 1 patogenesis&patofisiologikelainanstruktur&fungsi
Kb 1 patogenesis&patofisiologikelainanstruktur&fungsi
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 

Recently uploaded (20)

FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 

TUMOR VULVA DAN VAGINA

  • 1. GINEKOLOGI MODUL Berkenalan dengan Tumor Alat Reproduksi dan Penyakit Payudara Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 DEBBIYANTINA JULI OKTALIA Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) SEMESTER 4 KEGIATAN BELAJAR I Tumor Jinak Alat Reproduksi
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan i Kata Pengantar Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Mahaesa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan MODUL EMPAT dari EMPAT MODUL dalam Mata Kuliah Ginekologi yang berjudul : “Berkenalan dengan Tumor Alat Reproduksi dan Penyakit Payudara ”. Modul Ginekologi ini disusun dalam rangka membantu proses pembelajaran program Diploma III kebidanan dengan system pembelajaran jarak jauh yang disusun bagi mahasiswa dengan latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit untuk ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan. Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya modul ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat : a. Menteri Kesehatan Republik Indonesia b. Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia c. Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia d. Australian Government Overseas Aid Program (AusAID) e. Tim editor modul Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat kami harapkan. Demikian,semogamodulinidapatbermanfaatmeningkatkankualitas pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang menggunakan system jarak jauh. Jakarta, Juli 2013 PENULIS Gambar : Laparoskopi
  • 3. ii Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Daftar Isi Kata pengantar i Daftar Isi ii Pendahuluan 1 Kegiatan Belajar 1 : TUMOR JINAK ALAT REPRODUKSI 3
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 1 Pendahuluan SELAMAT BERJUMPA KEMBALI dengan Andapeserta didik D-3 Kebidanan dalam modul keempat dari mata kuliah ginekologi. Modul ini adalah modul terakhir dalam mata kuliah ginekologi dasar untuk bidan. Pada modul ini akan dibahas tentang topik- topik penting yang terkait dengan tumor alat reproduksi dan penyakit payudara. Penyakit payudara dan tumor genitalia adalah dua masalah penting yang ter- kait dengan sistem reproduksi perempuan. Dua masalah ini menjadi penting karena frekuensi kejadian penyakit payudara dan tumor genitalia semakin banyak dijumpai di- alami oleh perempuan. Aspek penting lain dari Penyakit payudara dan tumor genitalia adalah ketidaktahuan perempuan untuk mendeteksinya secara cepat karena kadangka- la keluhan dirasakan pada fase lanjut. Sebelum mempelajari modul ini diharapkan Andasudah selesai mempelajari satu, dua dan tiga dari modul ginekolgi. Setelah mempelajari modul ke empat dari Mata Kuliah Ginekologi ini Andadiharapkan dapat menjelaskan gangguan dan penyakit yang mempengaruhi system reproduksi. Lama waktu untuk mempelajari modul empat ini adalah 6 JAM. Modul Keempat ini dikemas dalam tiga kegiatan belajar. Masing-masing kegiatan belajar diberikan alokasi waktu sekitar dua jam. Tiga kegiatan belajar tersebut disusun dengan urutan sebagai berikut : Kegiatan Belajar 1 : Tumor jinak alat reproduksi Kegiatan Belajar 2 : Tumor ganas alat reproduksi kegiatan Belajar 3 : Penyakit Payudara PETUNJUK BELAJAR : Proses pembelajaran untuk modul ini dapat berjalan lancar apabila Andamengi- kuti langkah belajar sebagai berikut : 1) Pahami dulu berbagai kegiatan penting dalam modul mulai tahap awal sampai tahap akhir 2) Bacalah kegiatan belajar secara seksama dan kerjakan soal – soal tes formatif yang ada tanpa melihat kunci jawaban untuk mengetahui kemampuan Andame- mahami isi setiap kegiatan belajar dalam modul ini. 3) Lakukan kajian refleksi kasus – kasus yang ada dalam modul ini dengan kasus-ka- sus yang mungkin Andatemui saat Andananti bertemu dengan pasien langsung di lahan praktik. 4) Keberhasilan proses pembelajaran Andadalam modul sangat tergantung kepada kesungguhan Andadalam membaca materi dan mengerjakan latihan. Untuk itu berdiskusilah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat 5) Akhirnya, tes akhir modul yang disediakan pada bagian akhir modul harus An- dakerjakan dengan jujur sehingga hasilnya dapat dipakai untuk mengetahui ke- mampuan Andamemahami isi modul ini. Cocokkan jawaban Andadengan kunci jawaban tes akhir modul yang terdapat pada bagian akhir modul ini.
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2 Baiklah Anda, selamat belajar, semoga Andasukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sehingga dapat menjadi bekal bermanfaat untuk men- jadi bidan yang handal.
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 3 Kegiatan Belajar 1 Tujuan Pembelajaran Umum Waktu 120 menit Setelah menyelesaikan kegiatan belajar satu pada modul empat mata kuliah ginekologi, kami mengharapkan Andadapat mencapai kemampuan untuk menjelaskan tentang tu- mor jinak pada alat reproduksi. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar dua Andaakan mencapai kemampuan untuk : 1. Menjelaskan konsep dasar onkologi 2. Menjelaskan tentang macam – macam tumor jinak pada vulva, vagina, serviks uteri, rahim dan ovarium 1. Konsep dasar onkologi 2. Macam – macam tumor jinak pada vulva, vagina, serviks uteri, rahim dan ovarium Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok - Pokok Materi TUMOR JINAK PADA ALAT REPRODUKSI
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 4 Uraian Materi Bidan perlu mengetahui tentang konsep dasar onkologi dan beberapa penyakit dan gangguan dalam lingkup onkologi yang sering dialami perempuan. Sehingga dapat dilakukan deteksi lebih dini dan rujukan yang tepat pada fasilitas yang tepat . 1. KONSEP DASAR ONKOLOGI Onkologi istilah secara harfiah berarti cabang ilmu yang berhubungan dengan kank- er dan tumor. Saat ini ilmu onkologi sangat berkembang dan ditunjang oleh berbagai penemuan tekhnologi untuk membantu penyembuhan dari penderita yang men- galami tumor dan kanker (Prawirohardjo, 2011). Dokter spesialis pada bidang onkologi memiliki peran tertentu untuk membantu da- lam diagnosis kanker dan tumor dan penatalaksanaannya. Dokter spesialis Onkologi juga berperan menindaklanjuti pasien untuk mendeteksi kekambuhan dan meman- tau setelah terbebas dari kanker. Dalam kasus – kasus yang terkait dengan onkologi untuk menegakkan diagnosisn- ya memerlukan alat-alat diagnostik misalnya pemeriksaan laboratorium darah pen- Andatumor atau kanker ataupun alat canggih seperti alat sinar-X, CT scanning, MRI pemindaian, USG, pemeriksaan mikroskopis. Fasilitas untuk menegakkan diagnosis kanker sampai saat ini baru terdapat di rumah sakit dengan fasilitas lengkap. Untuk lebih memperjelas apa yang ditangani onkologi, selanjutnya kita akan mempe- lajari apa yang dimaksud dengan TUMOR dan KANKER. Dari beberapa literature dan kumpulan materi kuliah dr spesialis kebidanan dan ginekologi dapat disimpulkan bahwa TUMOR adalah setiap benjolan abnormal da- lam tubuh. Tumor terdapat dua jenis yaitu tumor jenis non neoplasma dan tumor jenis neoplasma (Prawirohardjo, 2011). Dalam Prawirohardjo (2011), disebutkan tumor non-neoplasma terdiri dari be- berapa jenis, yaitu : • KISTA : Tumor yang berupa kantongan dan berisi cairan encer atau setengah pa- dat. Sebagian besar kiste adalah suatu non neoplasmic lesion, hanya kiste ter- tentu yang dindingnya merupakan neoplasma misal kista
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 5 • RADANG : Pembesaran/tumor akibat proses radang yang disebabkan oleh : in- filtrasi / sebukan sel-sel radang oedema – vasodilatasi • HIPERTROFIA : Pembesaran suatu organ akibat bertambah besarnya sel-sel jar- ingan penyusunnya • HIPERPLASIA : Pembesaran suatu organ akibat bertambah banyaknya sel-sel jar- ingan penyusunnya • DISPLASIA : Pembesaran suatu organ akibat bertambah banyaknya dan bertam- bah besarnya sel-sel jaringan penyusunnya disertai dengan susunan sel jaringan yang berbeda Selanjutnya ANDA akan mempelajari tentang TUMOR NEOPLASMA : • Neoplasma adalah Massa/jaringan baru – abnormal yang terbentuk dalam tubuh mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dari sel/ jaringan asalnya/sesungguhn- ya. Keadaan yang disebabkan adanya pertumbuhan dan differensiasi abnormal akibat kerusakan gen pengaturnya (Prawirohardjo, 2011). • Sel neoplasma adalah sel tubuh itu sendiri yang mengalami mutasi dan trans- formasi sehingga bentuk dan sifatnya, yang berakibat pertumbuhannya menjadi autonom dan tak terkendali. Mutasi dan transformasi ini terjadi karena kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan differensiasi, dimana kerusakan yang terja- di ini dapat ringan sampai berat dan luas (Prawirohardjo, 2011). • Bila kerusakannya ringan akan terbentuk sel/jaringan neoplasma jinak dan bila berat dan luas akan terbentuk sel/jaringan neoplasma ganas yang lebih akrab dikenal sebagai KANKER (Prawirohardjo, 2011). Dalam kegiatan belajar satu ini Andahanya belajar tentang tumor jinak yang paling sering terjadi pada alat reproduksi perempuan. Selanjutnya pada kegiatan belajar dua Andaakan mempelajari tentang tumor yang bersifat ganas. 2. MACAM-MACAM TUMOR JINAK A. TUMOR JINAK VULVA Tumor jinak pada vulva yang paling sering ditemui adalah kista kelenjar bartolin dan fibroma vulva. Sel NEOPLASMA dapat dikategorikan menjadi dua : JINAK DAN GANAS
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 6 • KISTA KELENJAR BARTOLINI Kista kelenjar bartolin merupakan bentuk radang menahun kelenjar bar- tholin. Abses kelenjar bartholin mengandung cairan yang disebut kista bar- tholin (Manuaba, 2010). Kista Bartholini berukuran relative besar. Kelenjar Bartholini paling sering dijumpai terletak pada 1/3 posterior dari setiap labium mayus dan muara dari duktus sekretorius. Lokasi kelenjar bartolin biasanya terdapat tepat didepan hymen (selaput dara) pada posisi jam 4 dan 8 (Parwirohardjo, 2011). Pembesaran kista bartolini terjadi akibat luka parut yang terjadi karena in- feksi (terutama yang disebabkan oleh infeksi yang disebabkan oleh nisereria gonorea, streptokokkus dan stafilokokkus). Pembesaran kista bartolin juga dapat terjadi pada riwayat trauma yang kemudian menyebabkan sumbatan pada saluran ekskresi kelenjar Bartholini (Prawirohardjo, 2011). Peradangan pada kista yang terbentuk akibat sumbatan ekskresi dari kelen- jar Bartholini dapat terjadi secara kronis dan berlangsung hingga bertahun tahun. Untuk jenis ini biasanya indurasi kista, tidak mencapai ukuran yang be- sar sehingga penderita juga tidak menyadari adanya kelainan ini. Namun jika masalah Kista bartholin terjadi karena infeksi, maka sudah Andasudah dapat melihat dari cara berjalannya. Biasanya pasien akan sulit berjalan karena rasa nyeri akibat pembengkakan yang mengandung nanah (Prawirohardjo, 2011). Bila pembesaran kelenjar Bartholini terjadi pada usia pascamenopause, se- baiknya dilakukan secara seksama terkait dengan resiko tinggi risiko tinggi terhadap keganasan. Bidan yang mendeteksi kista bartholin perlu merujuk penderita segera ke ru- mah sakit untuk mendapat penanganan yang tepat. Penanganan kista bar- tholin adalah melakukan pengangkatan keseluruhan pada kista dan mar- sivialisasi yang tindakannya hanya dapat dilakukan di fasilitas rumah sakit. Tekhnis marsupialisasi adalag membuat lubang pada kistanya yang cukup
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 7 lebar sehingga isinya keluar lalu dibersihkan. Selanjutnya lubang akan menu- tup dengan sendirinya (Manuaba, 2010). • FIBROMA VULVA Fibroma merupakan tumor padat vulva yang paling banyak ditemukan. Tu- mor ini merupakan proliferasi dari jaringan fibroblast labia mayora Fibroma vulva merupakan tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat vulva. Fibroma vulva tampak bertangkai dan lokasinya seringkali ada pada labia mayora. Di- ameter fibroma vulva dapat mencapai beberapa sentimeter bahkan berat fi- broma vulva bisa mencapai beberapa kilogram (Manuaba, 2010). Dalam Prawirohardjo (2011), disebutkan bahwa gangguan atau gejala yang ditimbulkan sangat tergantung dari diameter tumor pertumbuhan lanjut dan pembesaran ukuran fibroma. Seringkali penderita fibroma vulva datang saat diameter tumor sudah menimbulkan gangguan aktivitas seksual atau mem- batasi mobilitas penderita. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan penderita fibroma vulva adalah gejala mekanis seperti nyeri, dorongan pada saluran kemih, gangguan pada saat senggama. Rasa nyeri ini terkait dengan diameter tumor sehingga organ sekitar fibroma menjadai terdesak atau terdorong. Bidan yang mendeteksi fibroma vulva perlu melakukan konsultasi dan perlu merujuk penderita segera ke rumah sakit untuk mendapat penanganan yang tepat. Terapi Eksisi fibroma melalui prosedur operatif merupakan cara terbaik untuk mengangkat tumor padat vulva. Seperti halnya dengan berat ringann- ya gejala maka mudah susahnya eksisi fibroma sangat tergantung dari lokasi dan diameter tumor (Prawirohardjo, 2011). B. TUMOR JINAK VAGINA Tumor jinak vagina tidak terlalu banyak ditemui. Kejadian yang sering ditemui adalah bentuk infeksi terkait dengan penyakit hubungan seksual. Pada pemerik- saan akan dijumpai kista dengan cairan jernih pada 1/3 vagina bagian atas. Bila ukurannya kecil, kadang tidak memberikan gangguan penderitanya namun bila ukurannya besar, dokter spesialis biasanya akan melakukan marsupialisasi atau kadang ekstirpasi (Manuaba, 2010) Marsupialisasi adalah suatu tindakan operasi lubang pada pada kista yang paling sedikit vaskularisasinya (pembuluh darahnya). Ekstirpasi adalah tindakan pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya. (Prawirohardjo, 2011)
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 8 Dalam Prawirohardjo (2011) ada dua jenis tumor di vagina yaitu tumor kistik dan tumor solid (padat). Tumor kistik dapat dibagi menjadi beberapa jenis : 1. Kista Inklusi Kista inklusi paling sering ditemukan di lokasi 1/3 bawah vagina dan posterior atau lateral. Tumor ini tumbuh dari jaringan epidermal yang berada di bawah lapisan mukosa vagina. Jaringan tersebut terperangkap dan tumbuh dibagian tersebut akibat penjahitan robekan atau laserasi perineum yang kurang sem- purna. Komponen kelenjar pada jaringan epidermal yang terperangkap terse- but membentuk cairan dan membentuk kista. Terapi untuk kista ini adalah dengan melakukan esksisi. 2. Kista Gartner Kista Gartner, berasal dari saluran Wolfii (disebut juga duktus gartner) yang berada di bagian anterior dan bagian atas vagina. Ukurannya bermacam- ma- cam, dari yang kecil sampai yang besar hingga menonjol dari vagina. Lokasi utama kista gartner ada di bagian anterolateral puncak vagina. Terapi untuk kista ini adalah insisi dan eksisi. Dalam Prawirohardjo (2011), selain tumor kistik, kadang juga terdapat tumor padat pada vagina yang seringkali tak memberikan gejala dan diketahui se- cara tidak sengaja oleh penderita.
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 9 Dalam Prawirohardjo (2011), tumor solid pada vagina terbagi lagi menjadi beberapa jenis : 1. Tumor Epitel misalnya kondiloma akuminata dan granuloma 2. Tumor Jaringan Mesoderm misalnya fibroma, lipoma, dan hemangioma. Fibroma adalah tumor jinak yang berisi jaringan berserat yang biasanya keras seperti tulang; Lipoma adalah tumor jinak di bawah kulit yang ter- diri dari lemak; dan Hemangioma adalah proliferasi dari pembuluh darah yang normal (http://kamuskesehatan.com). 3. Adenosis vagina. Adenosis vagina di duga karena adanya efek dari hor- mone serupa estrogen tambahan. Gambaran kliniknya berupa penebalan dinding vagina dengan permukaan yang kasar serta ditutupi oleh eksudar lendir yang melapisi permukaan tumor. C. TUMOR JINAK SERVIKS UTERI Bagian serviks (mulut rahim) adalah bagian yang paling sering terkena penya- kit jinak atau keganasan. Penyebab serviks (mulult rahim) menjadi lebih rentan, karena bagian serviks adalah bagian yang paling sering terkena rangsangan yang dapat menyebabkan perlukaan pada serviks (Manuaba, 2010). Permukaan serviks yang normal dilapisi jaringan epitel skuamosa berbatasan dengan epitel kolumnar (skuamokolumnar junction). Epitel kelenjar endoserviks tersusun dari jenis kolumner tinggi yang sangat rentan terhadap infeksi. Ganggu- an lanjut infeksi atau proses restrukturisasi endoserviks menyebabkan metapla- sia skuamosa yang menyebabkan muara kelenjar endoserviks akan tertutup. Pe- nutupan muara duktus kelenjar menyebabkan lendir tertahan dan berkembang menjadi kantong kista. Kista yang berukuran mikro hingga makro dapat dilihat secara langsung oleh pemeriksa). Daerah perbatasan ini pada wanita yang makin tua usianya maka semakin masuk ke daerah kanalis servikalis. Keganasan serviks paling sering terjadi pada daerah serviks bagian tersebut.
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 10 Benjolan / fibrosis pada daerah porsio di sekitar lubang rahim, dapat dise- babkan laserasi akibat komplikasi persalinan. Robekan porsio pada saat persali- nan sering terjadi pada daerah jam 3 dan jam 9, karena daerah tersebut merupa- kan lokus minoris. Dibawah ini adalah tumor jinak yang sering menimpa pada daerah serviks : • POLIP SERVIKS Polip merupakan lesi atau tumor padat pada serviks yang paling ser- ing dijumpai. Tumor ini berada pada bagian endoserviks atau intramukosal serviks dengan variasi eksternalatau region vaginal serviks (prawirohardjo, 2011). Gambaran Klinik : Polip serviks bervariasi dari tunggal hingga multiple, ber- warna merah terang, rapuh dan strukturnya menyerupai spons. Kebanyakan polip ditemukan berupa penjuluran berwarna merah terang yang terjepit atau keluar dari ostium serviks. Walaupun sebagian besar polip berdiameter kecil tetapi pertumbuhannya mungkin saja mencapai ukuran beberapa senti- meter. Panjang tangkai polip juga bervariasi dari ukuran dibawah 1 cm (pro- trusi melalui ostium serviks) hingga mencapai beberapa sentimeter sehingga memungkinkan ujung distal polip mencapai atau keluar dari introitus vagina (Prawirohardjo, 2011). Bila polip serviks berasal dari ektoserviks maka warna polip menjadi lebih pucat dan strukturnya menjadi lebih kenyal dari polip endoserviks. Ukuran polip ektoserviks dapat mencapai ukuran yang sama dari jari kelingking. Um- umnya permukaan polip tersusun dari selapis epitel kolumner yang tinggi (seperti halnya endoserviks), epitel kelenjar serviks, dan jaringan stroma ja- ringan ikat longgar yang diinfiltrasi oleh sel bulat dan edema. Tidak jarang, ujung polip mengalami nekrotik atau ulserasi sehingga dapat menimbulkan perdaraha terutama sekali pasca senggama. Epitel endoserviks pada polip seringkali mengalami metaplasia skuamosa dan serbukan sel radang sehing- ga menyerupai degenerasi panas. (Prawirohardjo, 2011) Manuaba (2010) menyebutkan bahwa polip serviks dapat dideteksi oleh bidan dengan melakukan pemeriksaan dibawah ini :
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 11 a. Pemeriksaan dalam : bidan akan mendapatkan jaringan bertangkai yang keluar dari kanalis servikalis, dan sarung tangan dapat disertai darah b. Pemeriksaan inspekulum : tampak perlukaan serviks yang mudah berdar- ah, ditemukan jaringan bertangkai yang keluar dari kanalis servikalis, dan akibat sentuhan speculum dapat menimbulkan perdarahan, Ketika mendeteksi adanya kelainan pada serviks bidan perlu segera melakukan rujukan agar dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan dan pen- anganan yang tepat. Umumnya dokter akan melakukan terapi pada polip serviks dengan metode ekstirpasi yang dilanjutkan dengan kuretase. Namun bila tangkainya besar dan menyulitkan untuk ekstirpasi pada kadang dokter spesialis akan melaku- kan histerektomi (Manuaba, 2010). • PAPILOMA SERVIKS Papiloma serviks tergolong sebagai neoplasma jinak serviks yang terutama tumbuh pada pars vaginalis serviks (Prawirohardjo, 2011). Papiloma serviks dapat terbagi menjadi 2 jenis: 1. Projeksi Papilaris ekso serviks dimana bagian tengah tersusun dari jarin- gan ikat fibrosa dari bagian tengah yang dilapisi oleh lapisan epitel skua- mosa. Jenis pertama ini merupakan pertumbuhan neoplasma jinak mur- ni. 2. Kondilomata serviks yang bermanifestasi sebagai tumor dalam kisaran beragam, mulai dari tonjolan minor yang rata hingga gambaran papilo- matosa seperti kondiloma akuminata. Penonjolan ini disebabkan adanya iritasi atau rangsangan kronis human papilloma virus. Kejadian kondilo- ma akuminata adalah 1-2% dan proporsinya meningkat di lokalisasi Prak- tisi Seks Komersial (PSK) atau klinik Penyakit Menular Seksual (PMS). (Prawirohardjo, 2011) Tidak dijumpai gejala khusus pada penderita papiloma serviks. Pada hampir semua kasus, papiloma ditemukan saat melakukan pemeriksaan rutin atau program penapisan massal, dengan pemeriksaan apus Papinicolaou atau kol- poskopi. Pencegahan penularan kondiloma akuminata (hPV) dilakukan den- gan melakukan seks aman atau menggunakan kondom. Papiloma soliter dapat ditanggulangi dengan eksisi dengan tindakan tindakan bedah konvensional atau kauterisasi unipolar/bipolar. Kondiloma akuminata dapat dihilangkan dengan menggunakan jepit biopsy (bila berukuran kecil), tetapi bila mencakup permukaan yang luas dilakukan penanganan dengan tekhnik yang lain (Prawirohardjo, 2011). D. TUMOR JINAK RAHIM (UTERUS) Tumor jinak uterus yang terdiri dari otot polos dan jaringan ikat dari uterus. Sering disebut sebagai mioma, fibroid, fibromioma. Kejadian tumor jinak rahim terjadi sekitar 20-25% pada wanita berusia di atas usia reproduktif. Pada sebagian besar kasus, pada jaringan mioma, terdapat jumlah reseptor estrogen yang lebih tinggi dibandingkan jaringan miometrium sekitarnya Mioma uteri membesar pada usia reproduksi dan regresi pada pascamenopause (Prawirohardjo, 2011).
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 12 Dalam Prawirohardjo, 2011, berdasarkan letaknya, mioma uteri dibagi menjadi : a. Mioma intramural : tumbuh di dalam dinding uterus (lapis miometrium) b. Mioma sub-serosum : di bawah lapisan serosa uterus / peritoneum, tumbuh ke arah rongga peritoneum. c. Mioma sub-mukosum : di bawah lapisan mukosa uterus / endometrium, tum- buh ke arah kavum uteri. (dapat bertangkai dan keluar ke vagina melalui ka- nalis servikalis, disebut myoma geburt). d. Mioma parasitik : mioma yang terlepas dari jaringan induknya, kemudian melekat pada jaringan lain (misalnya omentum / ligamentum) kemudian mendapat vaskularisasi dan tumbuh parasitik. e. Mioma peduncularis : mioma yang tumbuh menjadi massa sendiri di dalam rongga perut. Dalam Prawirohardjo, 2011, disebutkan Penyebab Mioma Uteri tidak diketa- hui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormone reproduksi, dan hanya bermanifestasi selama usia re- produktif. Pada umumnya mioma terjadi dibeberapa tempat. Pertumbuhan mikroskopik menjadi masalah utama dalam penanganan mioma karena hanya tumor soliter dan tampak secara makroskopik yang memungkinkan untuk ditangani dengan cara enukleasi. Ukuran rata rata mioma uteri adalah 15 cm, tetapi cukup banyak yang melaporkan kasus mioma uteri dengan berat mencapai 45 kg. Dalam Prawirohardjo, 2011, disebutkan gejala klinik mioma adalah : • Perdarahan / menorhagia, karena permukaan kavum uteri yang lebih luas dan adanya gangguan kontraksi uterus akibat massa tumor. • Penekanan pada kandung kemih, ureter, rektum atau organ rongga panggul lainnya • Nyeri : akibat degenerasi mioma atau kontraksi uterus berlebihan pada mio- ma submukosum. • Infertilitas : dapat disebabkan distorsi tuba, gangguan implantasi pada endo- metrium, oklusi kanalis endoserviks, dan sebagainya.
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 13 Dalam Manuaba (2010) disebutkan bahwa secara sederhana bidan dapat men- curigai kemungkinan mioma uteri dengan memperhatikan gejala klinis seperti perdarahan menstruasi tidak normal, terdapat gangguan berkemih dan buang air besar, dan nyeri saat menstruasi. Pada pemeriksaan dalam bidan kemungkinan dapat menjumpai tumor pada pada abdomen bawah dan pergerakan tumor ter- batas. JIka mioma terjadi bersamaan dengan kejadian kehamilan, maka kehamilan dapat mengalami gangguan, baik pada masa kehamilan ataupun pada masa persalinan. Penanganan mioma uteri membutuhkan penanganan spesialistik. Bidan perlu melakukan rujukan terhadap penderita yang dicurigai untuk melakukan pemerik- saan lanjutan. Pilihan terapi yang ada saat ini adalah Pembedahan (histerektomi, miomektomi), Pengecilan tumor sementara dengan obat-obatan. E. TUMOR JINAK OVARIUM Dalam Manuaba (2010), tumor jinak ovarium memiliki dua macam bentuk : a. Tumor kistik : kistoma ovary simpleks, kistoma ovary serosum, kista ovary musinosum dan kistoma dermoid b. Tumor solid (padat) : Fibroma ovary, tumor brener dan tumor sisa adrenal Dibawah ini adalah kista ovarium yang paling sering terjadi : • Kista Folikel Kista yang paling banyak ditemukan dan ukurannya sekitar 3-8 cm. Kista ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi dan cairan intrafolikel tidak diabsorb- si kembali. Kista ini tidak memiliki gejala spesifik. Penderita baru merasakan jika ukurannya besar dan menyebabkan nyeri pangggul, nyeri saat berhubun- gan kadang perdarahan abnormal uterus (Prawirohardjo, 2011). • Kista Korpus Luteum Kista luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum atau perdara- han yang mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi. Jika kista korpus luteum berasal dari resorb darah oleh dinding granulose yang mengalami luteinisasi membentu kista korpus luteum yang disebut kista granulose.
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 14 Tumor ovarium yang ukuran kecil seringkali tidak menimbulkan keluhan klinis yang berarti. Jika pertumbuhannya membesar si penderita akan merasakan rasa berat pada bagian abdomen bawah, menganggu miksi atau defekasi. Gangguan menstruasi juga sering dikeluhkan penderita karena ovarium terkait dengan pro- duksi hormone estrogen dan progesterone. Keluhan yang dirasakan penderita jika terjadi komplikasi adalah nyeri abdomen mendadak (karena perdarahan intra tumor atau perputaran tangkaai), demam (jika sudah mengalami infeksi). Dengan alat USG (ultrasonografi), dapat dibedakan dengan jelas kejadian tumor ovarium (Manuaba, 2010). Jika bidan menemukan kecurigaan adanya tumor di bagian bawah abdomen bidan perlu segera melakukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap karena tu- mor ovarium memerlukan penanganan spesialistik. Bidan dapat memberikan support komunikasi, informasi, edukasi tentang pentingnya melakukan pemerik- saan lanjutan dan penanganan tuntas di fasilitas yang lebih lengkap.
  • 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 15 Rangkuman 1. Onkologi istilah secara harfiah berarti cabang ilmu yang berhubungan dengan kanker dan tumor. 2. Tumor adalah setiap benjolan abnormal dalam tubuh. tumor dapat berupa suatu tumor neoplasma dan tumor non neoplasma. 3. Tumor non neoplasma terdiri dari : a. Kista adalah tumor yang berupa kantongan dan berisi cairan encer atau setengah padat. sebagian besar kiste adalah suatu non neoplasmic lesion, hanya kiste tertentu yang dindingnya merupakan neoplasma misal kista b. Radang adalah pembesaran/tumor akibat proses radang yang disebab- kan oleh : infiltrasi / sebukan sel-sel radang oedema – vasodilatasi c. Hipertrofia adalah pembesaran suatu organ akibat bertambah besarnya sel-sel jaringan penyusunnya d. Hiperplasia adalah pembesaran suatu organ akibat bertambah banyakn- ya sel-sel jaringan penyusunnya e. Displasia adalah pembesaran suatu organ akibat bertambah banyaknya dan bertambah besarnya sel-sel jaringan penyusunnya disertai dengan susunan sel jaringan yang berbeda 4. Sel neoplasma adalah sel tubuh itu sendiri yang mengalami mutasi dan trans- formasi sehingga bentuk dan sifatnya, yang berakibat pertumbuhannya men- jadi autonom dan tak terkendali. Bila kerusakannya ringan akan terbentuk sel/ jaringan neoplasma jinak dan bila berat dan luas akan terbentuk sel/jaringan neoplasma ganas yang lebih akrap dikenal sebagai kanker. 5. Tumor jinak vulva bermacam-macam. tumor jinak vulva yang paling sering ter- jadi adalah kista kelenjar bartolini fibroma vulva. 6. Tumor jinak vagina tumor jinak vagina yang paling sering terjadi adalah kista inklusi , kista gartner, fibroma vagina dan adenosis vaginan. 7. Tumor jinak serviks uteri tumor jinak serviks yang paling sering terjadi adalah polip serviks dan papiloma serviks. 8. Tumor jinak rahim : tumor jinak rahim yang paling sering terjadi adalah mioma uteri. 9. Tumor jinak ovarium memiliki dua bentuk tumor kistik dan tumor padat. Kista ovarium yang paling sering adalah kista folikel dan kista korpus luteum.
  • 19. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 16 Evaluasi Formatif Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih jawaban yang paling tepat ! 1. Onkologi istilah secara harfiah berarti cabang ilmu yang berhubungan dengan … a. Infeksi b. Tumor c. Kehamilan d. Kelahiran 2. Setiap benjolan abnormal dalam tubuh disebut … a. Tumor b. Kanker c. Edema d. Kista 3. Yang termasuk kedalam tumor neoplasma adalah … a. Kista b. Displasia organ c. Hipertrofia organ d. Kanker 4. Kista bartolini adalah tumor jinak pada daerah …… a. Vulva b. Vagina c. Serviks d. Uterus 5. Mioma adalah adalah tumor jinak pada daerah …… a. Vulva b. Vagina c. Serviks d. Uterus
  • 20. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 17 1. B 2. A 3. D 4. A 5. D Kunci Jawaban Evaluasi Formatif
  • 21. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 18 DAFTAR PUSTAKA Manuaba, dr., dkk. 2010. Buku Ajar Ginekologi untuk mahasiswa bidan. Jakarta : EGC Prawirohardjo, S., dkk. 2011. Ilmu Kandungan edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
  • 22. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS) 2015