SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
makalah
Hakikat Puisi Dan Struktur Di Dalam Puisi
Dalam memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan
Nama : Priyanka Eka Widyasari
Kelas : 5 B
NPM : 10420045
Program Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
IKIP PGRI SEMARANG
2012
ABSTRAK
Karya sastra itu merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan
medium bahasa. Karya sastra terutama puisi merupakan benda yang tidak mudah dipahami
tanpa diberi makna oleh pembacanya. Seorang penyair dalam mengekspresikan idenya
menggunakan bahasa. Dalam pemahaman sebuah puisi diperlukan pengetahuan mendasar
seperti ciri dan struktur yang terkandung di dalamnya. Puisi memiliki ciri-ciri khusus yang
mencerminkan kekhasan dan keindahan sebuah puisi. Puisi juga memiliki struktur fisik dan
batin yang membangun di dalamnya.
Kata kunci : puisi, struktur puisi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling menarik tetapi sulit.
Sebagai salah satu jenis sastra, puisi merupakan pernyataan sastra yang paling utama. Segala
unsur seni sastra mengental dalam puisi.
Puisi mengandung estetika yang bermakna, mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan, merangsang panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi
merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang diubah dalam wujud yang
paling berkesan. Puisi dapat membuat kita tertawa, menangis, tersenyum, berfikir, merenung,
terharu bahkan emosi dan marah.
Sampai sekarang, puisi selalu mengikat hati dan digemari oleh semua lapisan
masyarakat karena keindahan dan keunikannya. Oleh karena kemajuan masyarakat dari masa
kemasa selalu meningkat, maka corak, sifat, dan bentuk puisi pun selalu berubah, mengikuti
perkembangan selera, konsep estetika yang selalu berubah dan kemajuan intelektual yang
selalu meningkat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa hakikat sebuah puisi?
2. Apa ciri-ciri yang terdapat dalam puisi?
3. Apa saja struktur yang terdapat dalam puisi?
1.3 Tujuan
Setelah membaca makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami dengan baik bagaimana
cara mengapresiasikan puisi beserta unsurnya. Selain itu mahasiswa sebagai calon guru yang
nantinya akan menjadi guru, diharapkan akan terbantu dengan pengetahuan yang mereka
dapat, dari makalah ini tentang bagaimana membantu peserta didik dalam mengekspresikan
karya sastra mereka. Sehingga nantinya tidak ada lagi kesalahan dalam bentuk
pengapresiasian karya sastra khususnya puisi. Di samping itu makalah ini juga bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puisi
Puisi adalah suatu sistem penulisan yang marjin kanan dan penggantian barisnya
ditentukan secara internal oleh suatu mekanisme yang terdapat dalam baris itu sendiri. Dalam
hal ini, penyair yang menentukan panjang baris atau ukuran. Semua puisi, termauk puisi
bebas, memiliki jenis ukuran, yaitu sistem yang mengatur kapan baris-baris itu berakhir.
Pilihan ukuran tersebut bersifat intuitif, tetapi hakikat dari puisi itu menuntut bahwa penyair
memiliki persepsi yang jelas tentang identitas setiap baris, meskipun ia tak tahu alasannya.
Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani ”poeima” atau ”Poesis” yang
berarti pembuatan. Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut ”Poem” atau ”Poetry” yang
berarti membuat atau pembuatan, karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah
menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana
tertentu, baik fisik maupun batiniah.
Pengertian puisi sebenarnya telah diungkapkan oleh Tarigan yang kemudian dikutip
oleh Kinayati Djojosuroto (2005:10). Dia mengatakan bahwa kata puisi berasal dari bahasa
Yunani “poeisis” yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris puisi disebut poetry yang
berarti puisi, poet berati penyair, poem berarti syair, sajak. Arti yang semacam ini lama
kelamaan dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra yang kata-katanya disusun
menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kata-kata kiasan.”
Dapat dikatakan bahwa puisi adalah pengucapan dengan perasaan, sedangkan prosa
pengucapan dengan pikiran.
Berdasarkan asal-usul istilah puisi dari atas dan berbagai pendapat para ahli,
pengertian puisi dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang sastra yang menggunakan
kata-kata, rima, dan irama sebagai media penyampaian untuk membuatkan ekspresi, ilusi dan
imajinasi.
Bila dibandingkan dengan karya sastra fiksi atau drama, pilihan kata dalam puisi
cenderung padat, singkat, imajinatif sehingga dikatakan mempunyai bentuk tersendiri.
Penggunaan rima dan irama agar puisi lebih indah juga merupakan pembeda yang sangat
signitifikan bila dibandingkan fiksi dan drama.
Pada dasarnya seseorang telah menciptakan dunia tersendiri yang mungkin berisi
besar atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batin. Dalam puisi, pikiran dan
perasaan seolah-olah bersayap, sehingga boleh dikatakan, puisi merupakan pelahiran manusia
seutuhnya.
Berdasarkan beberapa uraian dan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
puisi adalah pernyataan yang imajinatif, emosional, dan pengetahuan penyair yang diperoleh
dari kehidupan individu dan sosialnya, sehingga mampu membangkitkan pengalaman tertentu
dalam diri pembaca atau penikmatnya.
B. Ciri-Ciri Puisi
Sebagai salah satu karya sastra yang mengandung nilai estetika di dalamnya, puisi
memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh jenis karya sastra lainnya. Dalam penciptaan
puisi diperlukan pengetahuan akan ciri-ciri sebuah puisi. Puisi terutama puisi baru memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
 Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.
 Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, dipertegas, dan diatur sebaik-
baiknya dengan memerhatikan irama dan bunyi.
 Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan pengalaman dan
bersifat imajinatif.
 Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif.
 Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tifografi, diksi, majas, rima, dan irama) serta struktur batin
(tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana puisi).
C. Struktur Puisi
Puisi terdiri atas dua bagian besar yaitu struktur fisik dan struktur batin puisi. Berikut
ini merupakan paparan singkat mengenai struktur fisik dan struktur batin puisi beserta unsur
yang membangun kedua struktur tersebut. Struktur fisik secara tradisional disebut elemen
bahasa, sedangkan struktur batin disebut makna puisi.
1. Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi dibangun oleh pemilihan kata, bahasa kias, tipografi, dan rima.
a. Pemilihan Kata (Diksi)
Barfield mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang
sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan
imaginasi estetik, maka hasilnyaitu disebut diksi puitis (1952:41). Jadi, diksi itu untuk
mendapatkan kepuitisan, untuk mendapatkan nilai estetika.
Penyair ingin mengeskspresikan pengalaman jiwanya secara padat dan intens. Untuk
hal ini ia memilih kata yang setepat-tepatnya yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya.
Untuk mendapatkan kepadatan dan intensitas serta supaya selaras dengan sarana komunikasi
puitis yang lain, maka penyair memilih kata-kata dengan secermat-cermatnya (Altrenbernd,
1970:9). Penyair mempertimbangkan perbedaan arti yang sekecil-kecilnya dengan sangat
cermat.
Di dalam menentukan kata, penyair juga mempertimbangkan aspek makna primer dan
sekunder, atau biasa disebut dengan makna denotasi dan makna konotasi yang menimbulkan
asosiasi (Abrams, 1981:32). Dalam bahasa puisi, konotasi kata sangat penting. Hal ini
disebabkan pembaca memperoleh rangsangan emotif untuk memberi makna lebih banyak lagi
daripada makna utamanya.
Untuk ketepatan pemilihan kata seringkali penyair menggantikan kata yang
dipergunakan berkali-kali, yang dirasa belum tepat, bahkan meskipun sajaknya telah
disiarkan (dimuat dalam majalah), sering masih juga diubah kata-katanya untuk ketepatan
dan kepadatannya. Bahkan ada baris atau kalimat yang diubah susunannya atau dihilangkan.
b. Bahasa Kias (Figurative Language)
Unsur kepuitisan yang lain, untuk mendapatkan kepuitisan ialah bahasa kiasan
(figurative language). Adanya bahasa kiasan ini menyebabkan sajak menjadi menarik
perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran
angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain
supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup.
Bahasa kiasan ada bermacam-macam, namun meskipun bermacam-macam,
mempunyai sesuatu hal (sifat) yang umum, yaitu bahasa-bahasa kiasan tersebut
mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain
(Altenbernd, 1970:15).
Jenis-jenis bahasa kiasan tersebut adalah:
1) Perbandingan (Simile)
Perbandingan atau perumpamaan atau simile, ialah bahasa kiasan yang menyamakan
satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai,
sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan kata-kata
pembanding yang lain.
Perumpamaan atau perbandingan ini dapat dikatakan bahasa kiasan yang paling
sederhana dan paling banyak dipergunakan dalam sajak. Namun sesungguhnya perumpamaan
ini ada bermacam-macam corak pula.
2) Metafora
Metafora ini bahasa kiasan seperti pembanding, hanya tidak mempergunakan kata-
kata pembanding, seperti bagai, laksana, seperti, dan sebagainya. Metafora ini melihat
sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker, 1978:317).
Metafora ini menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain,
yang sesungguhnya tidak sama (Altenbernd, 1970:15).
Metafora terdiri dari dua term atau dua bagian, yaitu term pokok (principal term) dan
term kedua (secondary term). Term pokok disebut juga tenor, term kedua disebut juga
vehicle. Term pokok atau tenor menyebutkan hal yang dibandingkan, sedangkan term kedua
atau vehicle adalah hal yang untuk membandingkan. Misalnya ‘Bumi’ adalah ‘perempuan
jalang’: ‘Bumi’ adalah term pokok, sedangkan ‘perempuan jalang’ term kedua atau vehicle.
Seringkali penyair langsung menyebutkan term kedua tanpa menyebutkan term pokok
atau tenor. Metafora semacam ini disebut metafora implisit (implied metaphor).
Di samping itu ada metafora yang disebut metafora mati (dead metaphor), yaitu
metafora yang sudah klise sehingga orang sudah lupa bahwa itu metafora, misalnya kaki
gunung, lengan kursi, dan sebagainya
3) Personifikasi
Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat
berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Personifikasi ini banyak dipergunakan
para penyair dari dahulu hingga sekarang.
Personifikasi ini membuat hidup lukisan, di samping itu memberi kejelasan beberan,
memberikan bayangan angan yang konkret.
4) Allegori
Allegori adalah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan
ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain. Allegori ini banyak terdapat dalam sajak-sajak
Punjangga Baru. Namun pada waktu sekarang banyak juga terdapat dalam sajak-sajak
Indonesia modern yang kemudian. Allegori ini sesungguhnya metafora yang dilanjutkan
misalnya “Menuju Ke Laut”, saja Sultan Takdir Alisjahbana. Sajak itu melambangkan
angkatan baru yang berjuang ke arah kemajuan. Angkatan baru ini dikiaskan sebagai air
danau yang menuju ke laut dengan melalui rintangan-rintangan. Laut penuh gelombang,
mengiaskan hidup yang penuh dinamika perjuangan, penuh pergolakan. Jadi, sajak tersebut
mnegiaskan angkatan muda yang penuh semangat menuju kehidupan baru yang dinamis,
meninggalkan adat yang statis, kehidupan lama yang beku, tidak mengalir.
5) Perumpamaan Epos
Perumpamaan atau perbandingan epos (epic simile) ialah perbandingan yang
dilanjutkan, atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat
pembandingnya lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut.
Kadang-kadang lanjutan ini sangat panjang. Perbandingan epos ini ada bermacam-macam
variasi juga. Guna perbandingan epos ini seperti perbandingan juga, yaitu untuk memberi
gambaran yang jelas, hanya saja perbandingan epos dimaksudkan untuk lebih memperdalam
dan menandaskan sifat-sifat pembandingnya, bukan sekedar memberikan persamaannya saja.
6) Metonimia
Bahasa kiasan yang lebih jarang dijumpai pemakaiannya dibanding metafora,
perbandingan, dan personifikasi adalah metonimia dan sinekdoks.
Metonimia ini dalam bahasa Indonesia sering disebut kiasan penganti nama. Bahasa
ini berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat
dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut (Altenbernd,1970:21).
Penggunaan metonimia ini efeknya ialah pertama untuk membuat lebih hidup dengan
menunjukkan hal yang konkret itu. Penggunaan hal tersebut lebih dapat menghasilkan imaji-
imaji yang nyata. Kedua, pertentangan benda-benda tersebut menekankan pemisahan status
sosial antara bangsawan dan orang kebanyakan. Benda-benda tersebut merupakan tanda
pangkat atau tingkatan (Altenbernd, 1970:21).
7) Sinekdods
Sinekdoks adalah bahasa kias yang menggunakan sebagian suatu hal atau benda untuk
memnyatakan keseluruhan, hal ini disebut part pro toto, atau menggunakann keseluruhan
untuk sebagian, hal ini disebut to tem pro parte (Abrams,1981:65;Pradopo,1987:78).
Misalnya dalam puisi “Asmaradana” (Gunawan Mohammad) terdapat sinekdoks part pro toto
di mana tapak yang menjauh ke utara tersebut adalah Damarwulan yang akan berperang
dengan Raja Blambangan, Minakjungga yang sakti. Sedangkan pada puisi “Dewa Telah
Mati” (Subagio Sastrowardoyo) terdapat sinekdoks totem pro parte, di mana bumi hanya
mewakili segelinir wanita jalang, yang dalam puisi tersebut berkonotasi dengan kemaksiatan.
c. Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait. Dalam puisi
komtemporer seperti karya Sutardji Calzoum Bachri, tipografi itu dipandang begitu penting
d. Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Rima berfungsi untuk membentuk
musikalitas atau orkestrasi. Dengan adanya rima itulah, efek bunyi makna yang dikehendaki
penyair semakin indah dan makna yang ditimbulkannya pun lebih kuat. Dan angin
mendesah/mengeluh mendesah. Konsonan /h/ pada baris di atas memberikan efek makna
gelisahan. Sementara itu, perpindahan antara bunyi desis /s/ dan /h/ dengan menggunakan
konsonan /n/ dalam dan angin mendesah menjadikan lagu puisi itu semakin merdu.
2. Struktur Batin Puisi
Unsur batin puisi merupakan wujud kesatuan makna puisi yang terdiri atas tema,
persaan, nada, dan amanat. Untuk memahami unsur batin, pembaca harus berusaha
melibatkan diri dengan nuansa puisi, sehingga persaan dan nada penyair ynag diungkapkan
melalui bahasanya dapat diberi makna oleh pembaca. Sebelum membaca puisi, pembaca
harus menyadari bahwa makna puisi harus ditafsirkan dan bukan makna secara langsung
yang dapat diketahui.
Untuk memahami unsur-unsur struktur batin puisi, akan dipaparkan sebagai berikut.
a. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukaan penyair lewat puisinya. Tema puisi
biasanya mengungkapkan persoalan manusia yang bersifat hakiki, seperti: cinta kasih,
ketakutan, kebahagiaan, kedukaan, kesengsaraan hidup, keadilan dan kebenaran, ketuhanan,
kritik sosial, dan protes. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca sebuah
tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut.
Tema dapat dijabarkan menjadi subtema atau bisa dikatakan pokok pikiran. Puisi
sering kali tidak mengungkapkan tema yang umum, tetapi tema yang khusus yang dapat
diklasifikasikan kedalam subtema atau poko pikiran (Budidaram,1984:68). Misalnya tema
puisi ini bukan cinta, tetapi temanya lebih spesifik, misalnya kegagalan cinta yang
mengakibatkan bencana.
Puisi adalah salah satu cabang humaniora. Melalui tema yang dikemukakan lewat
puisi, penyair dapat turut membantu memanusiakan manusia. Artinya, manusia lebih
memiliki keselarasan pengalaman antara baik-buruk (etika), benar-salah (logika), dan indah-
jelek (estetika) (Hartoko,1985:68). Puisi juga banyak mengungkapkan tema yang
berhunbungan dengan falsafah hidup, cara pandang penyair menyikapi kehidupan yang
berlaku dalam suatu masyarakat.
Tema puisi kebanyakan megungkapkan jeritan nurani manusia yang haus akan
keadilan, kebenaran, kemakmuran, kesejahteraan, persamaan perlakuan, penghapusan
kesewenang-wenangan, kemiskinan, cinta dan sebagainya. Tema-tema tentang kehidupan
manusia dan alam semesta dapat menyadarkan pembaca akan keterbatasan diri manusia
dihadapan sang pencipta.
b. Rasa
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial,
kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi
saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c. Nada
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan
dengan tema dan rasa. Nada sering dikaitkan dengan suasana. Jika nada berarti sikap penyair
terhadap pokok persoalan (feeling) dan sikap penyair terhadap pembaca (tone), maka suasana
berarti keadaan perasaan yang ditimbulkan oleh pengungkapan nada dan lingkungan yang
dapat ditangkap oleh panca indera (Effendi,1982:134). Nada berhubungan dengan tema dan
pembaca. Nada yang berhubungan dengan tema menunjukkan sikap penyair terhadap obyek
yang digarapnya. Misalnya, jika penyair menggarap objek seorang perampok, penyair dapat
bersikap simpati, benci, antipati, terharu dan sebagainya. Nada yang berhubungan dengan
pembaca, misalnya: nada menggurui, nada sinis, nada menghasut, nada santai, nada filosofis
dan lain-lainnya.
Penghayatan pembaca akan nada yang dikemukakan penyair harus tepat. Hanya
dengan cara demikian tafsiran atas makna sebuah puisi dapat mendekati ketepatan seperti
yang dikehendaki penyair. Cara menafsirkan puisi diantaranya ialah dengan meninjau bahasa
yang dugunakan oleh penyair, yaitu menetukan konteks puisi berdasarkan hubungan kohesi
dan koherensi. Makna puisi tidak hanya ditentukan oleh kata dan kalimat secara lepas, akan
tetapi detentukan oleh hubungan antara kalimat yang satu dengan yang lain baik kalimat
sebelumnya atau sesudahnya.
d. Amanat
Amanat/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada
pembaca. Dapat dikatakan juga bahwa amanat merupakan pesan moral yang ingin
disampaikan oleh penyair. Amanat yang hendak disampaikan tergantung pada cita-cita,
pandangan hidup dan keyakinan.
Penyair, sebagai pemikir dalam menciptakan karyanya, memiliki ketajaman perasaan
dan intuisi yang kuat untuk menghayati rahasia kehidupan dan misteri yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, puisi mempunyai makna yang tersembunyi yang harus
diterjemahkan oleh pembaca (Richard,1976:180).
Dalam membaca puisi, siswa dapat mendiskusikan amanat yang hendak dikemukakan
penyair. Setiap siswa dapat mengemukakan amanat yang berbeda, argumentasi siswa
merupakan faktor penting untuk menentulka amanat yang dikemukakan siswa itu tepat atau
tidak.
BAB III
SIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Puisi memiliki definisi sebagai pernyataan yang imajinatif, emosional, dan
pengetahuan penyair yang diperoleh dari kehidupan individu dan sosialnya, sehingga mampu
membangkitkan pengalaman tertentu dalam diri pembaca atau penikmatnya. Puisi
memerlukan pemahaman yang lebih serius daripada pemahaman genre karya satra lain
seperti cerita pendek dan novel. Diperlukan pengetahuan ekstra para pembaca untuk
memahami puisi dengan karakternya yang khas dan merebut makna yang diinginkan. Sebagai
karya yang khas, puisi memiliki ciri-ciri penanda estetika dan struktur-struktur yang
membangun di dalamnya. Puisi dapat membawa pengaruh positif di dunia pendidikan dan
akan membawa pengaruh pula pada suatu kesadaran bagi masyarakat dalam berbangsa dan
bernegara. Terciptanya kesadaran berbangsa dan bernegara ini akan membawa pula pada
suatu kesadaran untuk menghargai hasil kebudayaan itu sendiri, khususnya terhadap karya
sastra terutama puisi.
3.2 SARAN
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh penulis,
maka untuk mendapat pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan kepada pembaca
untuk membaca literatur yang telah dilampirkan pada daftar pustaka.
Dengan demikian pula diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca, agar makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang kata yang
berhubungan dengan struktur kata-kata atau kalimat puisi.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku
Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi, Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa.
Rusmiyanto, dkk. 2006. Bahasa Indonesia SMA Kelas XII Program IA/IS. Semarang:
Pemerintah Kota Semarang.
1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sumber Internet
<http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia>
Fahrin Ilham. Makalah Pengkajian Puisi.
<http://fahrinclimber.blogspot.com/2012/03/makalah-pengkajian-puisi.html>
Fajriyahmy . Makalah Puisi. <http://fajriyahmy.blogspot.com/2011/12/makalah-puisi.html>

More Related Content

What's hot

PPT teks editorial 2022 sprvsi.pptx
PPT teks editorial 2022 sprvsi.pptxPPT teks editorial 2022 sprvsi.pptx
PPT teks editorial 2022 sprvsi.pptxPanjiPrakoso4
 
ppt novel basa sunda (kelompok 4)
ppt novel basa sunda (kelompok 4)ppt novel basa sunda (kelompok 4)
ppt novel basa sunda (kelompok 4)Puput Ym
 
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaMakalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaDian Kirtley Kristi
 
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaPowerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaWaQhyoe Arryee
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaAhyaniyani
 
Cara mentransfer objek dengan linking dan embedding
Cara mentransfer objek dengan linking dan embeddingCara mentransfer objek dengan linking dan embedding
Cara mentransfer objek dengan linking dan embeddingFitri Ana
 
Materi Pelajaran Bahasa Indonesia: Proposal
Materi Pelajaran Bahasa Indonesia: ProposalMateri Pelajaran Bahasa Indonesia: Proposal
Materi Pelajaran Bahasa Indonesia: ProposalAmin Eko Wulandari
 
Kelompok 2 Balai pustaka
Kelompok 2 Balai pustakaKelompok 2 Balai pustaka
Kelompok 2 Balai pustakaMitha Ye Es
 
Power point materi pembelajaran bahasa indonesia
Power point materi pembelajaran bahasa indonesiaPower point materi pembelajaran bahasa indonesia
Power point materi pembelajaran bahasa indonesiaPKBMARRIZKY
 
Ejaan bahasa indonesia
Ejaan bahasa indonesia Ejaan bahasa indonesia
Ejaan bahasa indonesia Lia Aldiana
 
Makalah bahasa indonesia paragraf
Makalah bahasa indonesia paragrafMakalah bahasa indonesia paragraf
Makalah bahasa indonesia paragrafPutri Sanuria
 
Bahan ajar menulis puisi dengan power point
Bahan ajar menulis puisi dengan power pointBahan ajar menulis puisi dengan power point
Bahan ajar menulis puisi dengan power pointsyukur SALMAN
 
PPT kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
PPT kedudukan dan Fungsi Bahasa IndonesiaPPT kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
PPT kedudukan dan Fungsi Bahasa IndonesiaChusnul Khotimah
 
TEKS EDITORIAL Kelas XII.pptx
TEKS EDITORIAL Kelas XII.pptxTEKS EDITORIAL Kelas XII.pptx
TEKS EDITORIAL Kelas XII.pptxssuserfaea91
 
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaianRagam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaianRipan Nugraha Harahap
 

What's hot (20)

PPT teks editorial 2022 sprvsi.pptx
PPT teks editorial 2022 sprvsi.pptxPPT teks editorial 2022 sprvsi.pptx
PPT teks editorial 2022 sprvsi.pptx
 
Rima dalam puisi
Rima dalam puisiRima dalam puisi
Rima dalam puisi
 
ppt novel basa sunda (kelompok 4)
ppt novel basa sunda (kelompok 4)ppt novel basa sunda (kelompok 4)
ppt novel basa sunda (kelompok 4)
 
Kritik sastra ppt (2)
Kritik sastra ppt (2)Kritik sastra ppt (2)
Kritik sastra ppt (2)
 
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaMakalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
 
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaPowerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesia
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacana
 
Cara mentransfer objek dengan linking dan embedding
Cara mentransfer objek dengan linking dan embeddingCara mentransfer objek dengan linking dan embedding
Cara mentransfer objek dengan linking dan embedding
 
PARAGRAF (ppt)
PARAGRAF (ppt)PARAGRAF (ppt)
PARAGRAF (ppt)
 
Materi Pelajaran Bahasa Indonesia: Proposal
Materi Pelajaran Bahasa Indonesia: ProposalMateri Pelajaran Bahasa Indonesia: Proposal
Materi Pelajaran Bahasa Indonesia: Proposal
 
Kelompok 2 Balai pustaka
Kelompok 2 Balai pustakaKelompok 2 Balai pustaka
Kelompok 2 Balai pustaka
 
Karangan narasi & deskripsi
Karangan narasi & deskripsiKarangan narasi & deskripsi
Karangan narasi & deskripsi
 
Power point materi pembelajaran bahasa indonesia
Power point materi pembelajaran bahasa indonesiaPower point materi pembelajaran bahasa indonesia
Power point materi pembelajaran bahasa indonesia
 
Ejaan bahasa indonesia
Ejaan bahasa indonesia Ejaan bahasa indonesia
Ejaan bahasa indonesia
 
Makalah bahasa indonesia paragraf
Makalah bahasa indonesia paragrafMakalah bahasa indonesia paragraf
Makalah bahasa indonesia paragraf
 
Bahan ajar menulis puisi dengan power point
Bahan ajar menulis puisi dengan power pointBahan ajar menulis puisi dengan power point
Bahan ajar menulis puisi dengan power point
 
Soal latihan imbuhan
Soal latihan imbuhanSoal latihan imbuhan
Soal latihan imbuhan
 
PPT kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
PPT kedudukan dan Fungsi Bahasa IndonesiaPPT kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
PPT kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
TEKS EDITORIAL Kelas XII.pptx
TEKS EDITORIAL Kelas XII.pptxTEKS EDITORIAL Kelas XII.pptx
TEKS EDITORIAL Kelas XII.pptx
 
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaianRagam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaian
 

Similar to Hak Puisi dan Struktur

Pgjrn Puisi Mly Moden
Pgjrn Puisi Mly ModenPgjrn Puisi Mly Moden
Pgjrn Puisi Mly ModenAwang Kelabu
 
HAKIKAT-PUISI.ppt
HAKIKAT-PUISI.pptHAKIKAT-PUISI.ppt
HAKIKAT-PUISI.pptMeiy5
 
Kelompok_4_bahasa_dan_satra[1].pptx
Kelompok_4_bahasa_dan_satra[1].pptxKelompok_4_bahasa_dan_satra[1].pptx
Kelompok_4_bahasa_dan_satra[1].pptxRashaHuwaHasanun
 
Makalah struktur batin puisi
Makalah struktur batin puisiMakalah struktur batin puisi
Makalah struktur batin puisirenimeilani
 
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)Inunks Peihhcc
 
PP_Indo_Materi_puisi.pptx
PP_Indo_Materi_puisi.pptxPP_Indo_Materi_puisi.pptx
PP_Indo_Materi_puisi.pptxRianViki
 
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayu
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayuKesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayu
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayuJessyca Ungat
 
Tugas komputer fanny octivsari pg paud
Tugas komputer fanny octivsari pg paudTugas komputer fanny octivsari pg paud
Tugas komputer fanny octivsari pg paudfannyoctivasari1
 
Tugas komputer fanny octivsari pg paud
Tugas komputer fanny octivsari pg paudTugas komputer fanny octivsari pg paud
Tugas komputer fanny octivsari pg paudfannyoctivasari1
 
Tugas komputer fanny octivsari pg paud
Tugas komputer fanny octivsari pg paudTugas komputer fanny octivsari pg paud
Tugas komputer fanny octivsari pg paudfannyoctivasari1
 
Multimedia interaktif
Multimedia interaktif Multimedia interaktif
Multimedia interaktif Aktariaeka
 
Multimedia interaktif sudah revisi riri
Multimedia interaktif sudah revisi ririMultimedia interaktif sudah revisi riri
Multimedia interaktif sudah revisi ririAktariaeka
 
Multimedia interaktif suda
Multimedia interaktif sudaMultimedia interaktif suda
Multimedia interaktif sudaAktariaeka
 

Similar to Hak Puisi dan Struktur (20)

Analisis PUISI
Analisis PUISIAnalisis PUISI
Analisis PUISI
 
Puisi.pptx
Puisi.pptxPuisi.pptx
Puisi.pptx
 
Pgjrn Puisi Mly Moden
Pgjrn Puisi Mly ModenPgjrn Puisi Mly Moden
Pgjrn Puisi Mly Moden
 
Bmm3116
Bmm3116Bmm3116
Bmm3116
 
HAKIKAT-PUISI.ppt
HAKIKAT-PUISI.pptHAKIKAT-PUISI.ppt
HAKIKAT-PUISI.ppt
 
Bahas indonesia
Bahas indonesiaBahas indonesia
Bahas indonesia
 
Kelompok_4_bahasa_dan_satra[1].pptx
Kelompok_4_bahasa_dan_satra[1].pptxKelompok_4_bahasa_dan_satra[1].pptx
Kelompok_4_bahasa_dan_satra[1].pptx
 
Hbml4203
Hbml4203Hbml4203
Hbml4203
 
Makalah struktur batin puisi
Makalah struktur batin puisiMakalah struktur batin puisi
Makalah struktur batin puisi
 
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
 
Pengertian Puisi.docx
Pengertian Puisi.docxPengertian Puisi.docx
Pengertian Puisi.docx
 
PP_Indo_Materi_puisi.pptx
PP_Indo_Materi_puisi.pptxPP_Indo_Materi_puisi.pptx
PP_Indo_Materi_puisi.pptx
 
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayu
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayuKesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayu
Kesusasteraan,kebudayaan dan kesenian melayu
 
Tugas komputer fanny octivsari pg paud
Tugas komputer fanny octivsari pg paudTugas komputer fanny octivsari pg paud
Tugas komputer fanny octivsari pg paud
 
Tugas komputer fanny octivsari pg paud
Tugas komputer fanny octivsari pg paudTugas komputer fanny octivsari pg paud
Tugas komputer fanny octivsari pg paud
 
Tugas komputer fanny octivsari pg paud
Tugas komputer fanny octivsari pg paudTugas komputer fanny octivsari pg paud
Tugas komputer fanny octivsari pg paud
 
Multimedia interaktif
Multimedia interaktif Multimedia interaktif
Multimedia interaktif
 
Multimedia interaktif sudah revisi riri
Multimedia interaktif sudah revisi ririMultimedia interaktif sudah revisi riri
Multimedia interaktif sudah revisi riri
 
Multimedia interaktif suda
Multimedia interaktif sudaMultimedia interaktif suda
Multimedia interaktif suda
 
Puisi
PuisiPuisi
Puisi
 

More from Priyanka Eka

English lesson plan kd 1.1.1
English lesson plan kd 1.1.1English lesson plan kd 1.1.1
English lesson plan kd 1.1.1Priyanka Eka
 
analysis story "By Air"
analysis story "By Air"analysis story "By Air"
analysis story "By Air"Priyanka Eka
 
identify the test specification
identify the test specificationidentify the test specification
identify the test specificationPriyanka Eka
 
descriptive action
descriptive actiondescriptive action
descriptive actionPriyanka Eka
 
Styles in business letter
Styles in business letterStyles in business letter
Styles in business letterPriyanka Eka
 
Ujian tengah semester genap
Ujian tengah semester genapUjian tengah semester genap
Ujian tengah semester genapPriyanka Eka
 
Rpp procedure text
Rpp procedure textRpp procedure text
Rpp procedure textPriyanka Eka
 
Students worksheet Procedure Text
Students worksheet Procedure TextStudents worksheet Procedure Text
Students worksheet Procedure TextPriyanka Eka
 

More from Priyanka Eka (13)

English lesson plan kd 1.1.1
English lesson plan kd 1.1.1English lesson plan kd 1.1.1
English lesson plan kd 1.1.1
 
analysis story "By Air"
analysis story "By Air"analysis story "By Air"
analysis story "By Air"
 
Refl
ReflRefl
Refl
 
identify the test specification
identify the test specificationidentify the test specification
identify the test specification
 
tools of research
tools of researchtools of research
tools of research
 
descriptive action
descriptive actiondescriptive action
descriptive action
 
what is research
what is researchwhat is research
what is research
 
Soal refl 2
Soal refl 2Soal refl 2
Soal refl 2
 
Styles in business letter
Styles in business letterStyles in business letter
Styles in business letter
 
Ujian tengah semester genap
Ujian tengah semester genapUjian tengah semester genap
Ujian tengah semester genap
 
Rpp procedure text
Rpp procedure textRpp procedure text
Rpp procedure text
 
Students worksheet Procedure Text
Students worksheet Procedure TextStudents worksheet Procedure Text
Students worksheet Procedure Text
 
Procedure Text
Procedure TextProcedure Text
Procedure Text
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 

Hak Puisi dan Struktur

  • 1. makalah Hakikat Puisi Dan Struktur Di Dalam Puisi Dalam memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan Nama : Priyanka Eka Widyasari Kelas : 5 B NPM : 10420045 Program Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP PGRI SEMARANG 2012
  • 2. ABSTRAK Karya sastra itu merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan medium bahasa. Karya sastra terutama puisi merupakan benda yang tidak mudah dipahami tanpa diberi makna oleh pembacanya. Seorang penyair dalam mengekspresikan idenya menggunakan bahasa. Dalam pemahaman sebuah puisi diperlukan pengetahuan mendasar seperti ciri dan struktur yang terkandung di dalamnya. Puisi memiliki ciri-ciri khusus yang mencerminkan kekhasan dan keindahan sebuah puisi. Puisi juga memiliki struktur fisik dan batin yang membangun di dalamnya. Kata kunci : puisi, struktur puisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling menarik tetapi sulit. Sebagai salah satu jenis sastra, puisi merupakan pernyataan sastra yang paling utama. Segala unsur seni sastra mengental dalam puisi. Puisi mengandung estetika yang bermakna, mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang diubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat membuat kita tertawa, menangis, tersenyum, berfikir, merenung, terharu bahkan emosi dan marah. Sampai sekarang, puisi selalu mengikat hati dan digemari oleh semua lapisan masyarakat karena keindahan dan keunikannya. Oleh karena kemajuan masyarakat dari masa kemasa selalu meningkat, maka corak, sifat, dan bentuk puisi pun selalu berubah, mengikuti perkembangan selera, konsep estetika yang selalu berubah dan kemajuan intelektual yang selalu meningkat. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa hakikat sebuah puisi? 2. Apa ciri-ciri yang terdapat dalam puisi? 3. Apa saja struktur yang terdapat dalam puisi? 1.3 Tujuan Setelah membaca makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami dengan baik bagaimana cara mengapresiasikan puisi beserta unsurnya. Selain itu mahasiswa sebagai calon guru yang nantinya akan menjadi guru, diharapkan akan terbantu dengan pengetahuan yang mereka dapat, dari makalah ini tentang bagaimana membantu peserta didik dalam mengekspresikan
  • 3. karya sastra mereka. Sehingga nantinya tidak ada lagi kesalahan dalam bentuk pengapresiasian karya sastra khususnya puisi. Di samping itu makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Puisi Puisi adalah suatu sistem penulisan yang marjin kanan dan penggantian barisnya ditentukan secara internal oleh suatu mekanisme yang terdapat dalam baris itu sendiri. Dalam hal ini, penyair yang menentukan panjang baris atau ukuran. Semua puisi, termauk puisi bebas, memiliki jenis ukuran, yaitu sistem yang mengatur kapan baris-baris itu berakhir. Pilihan ukuran tersebut bersifat intuitif, tetapi hakikat dari puisi itu menuntut bahwa penyair memiliki persepsi yang jelas tentang identitas setiap baris, meskipun ia tak tahu alasannya. Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani ”poeima” atau ”Poesis” yang berarti pembuatan. Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut ”Poem” atau ”Poetry” yang berarti membuat atau pembuatan, karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. Pengertian puisi sebenarnya telah diungkapkan oleh Tarigan yang kemudian dikutip oleh Kinayati Djojosuroto (2005:10). Dia mengatakan bahwa kata puisi berasal dari bahasa Yunani “poeisis” yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris puisi disebut poetry yang berarti puisi, poet berati penyair, poem berarti syair, sajak. Arti yang semacam ini lama kelamaan dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kata-kata kiasan.” Dapat dikatakan bahwa puisi adalah pengucapan dengan perasaan, sedangkan prosa pengucapan dengan pikiran. Berdasarkan asal-usul istilah puisi dari atas dan berbagai pendapat para ahli, pengertian puisi dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata, rima, dan irama sebagai media penyampaian untuk membuatkan ekspresi, ilusi dan imajinasi.
  • 4. Bila dibandingkan dengan karya sastra fiksi atau drama, pilihan kata dalam puisi cenderung padat, singkat, imajinatif sehingga dikatakan mempunyai bentuk tersendiri. Penggunaan rima dan irama agar puisi lebih indah juga merupakan pembeda yang sangat signitifikan bila dibandingkan fiksi dan drama. Pada dasarnya seseorang telah menciptakan dunia tersendiri yang mungkin berisi besar atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batin. Dalam puisi, pikiran dan perasaan seolah-olah bersayap, sehingga boleh dikatakan, puisi merupakan pelahiran manusia seutuhnya. Berdasarkan beberapa uraian dan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa puisi adalah pernyataan yang imajinatif, emosional, dan pengetahuan penyair yang diperoleh dari kehidupan individu dan sosialnya, sehingga mampu membangkitkan pengalaman tertentu dalam diri pembaca atau penikmatnya. B. Ciri-Ciri Puisi Sebagai salah satu karya sastra yang mengandung nilai estetika di dalamnya, puisi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh jenis karya sastra lainnya. Dalam penciptaan puisi diperlukan pengetahuan akan ciri-ciri sebuah puisi. Puisi terutama puisi baru memiliki ciri-ciri sebagai berikut:  Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.  Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, dipertegas, dan diatur sebaik- baiknya dengan memerhatikan irama dan bunyi.  Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif.  Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif.  Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tifografi, diksi, majas, rima, dan irama) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana puisi). C. Struktur Puisi Puisi terdiri atas dua bagian besar yaitu struktur fisik dan struktur batin puisi. Berikut ini merupakan paparan singkat mengenai struktur fisik dan struktur batin puisi beserta unsur yang membangun kedua struktur tersebut. Struktur fisik secara tradisional disebut elemen bahasa, sedangkan struktur batin disebut makna puisi.
  • 5. 1. Struktur Fisik Puisi Struktur fisik puisi dibangun oleh pemilihan kata, bahasa kias, tipografi, dan rima. a. Pemilihan Kata (Diksi) Barfield mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan imaginasi estetik, maka hasilnyaitu disebut diksi puitis (1952:41). Jadi, diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan, untuk mendapatkan nilai estetika. Penyair ingin mengeskspresikan pengalaman jiwanya secara padat dan intens. Untuk hal ini ia memilih kata yang setepat-tepatnya yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya. Untuk mendapatkan kepadatan dan intensitas serta supaya selaras dengan sarana komunikasi puitis yang lain, maka penyair memilih kata-kata dengan secermat-cermatnya (Altrenbernd, 1970:9). Penyair mempertimbangkan perbedaan arti yang sekecil-kecilnya dengan sangat cermat. Di dalam menentukan kata, penyair juga mempertimbangkan aspek makna primer dan sekunder, atau biasa disebut dengan makna denotasi dan makna konotasi yang menimbulkan asosiasi (Abrams, 1981:32). Dalam bahasa puisi, konotasi kata sangat penting. Hal ini disebabkan pembaca memperoleh rangsangan emotif untuk memberi makna lebih banyak lagi daripada makna utamanya. Untuk ketepatan pemilihan kata seringkali penyair menggantikan kata yang dipergunakan berkali-kali, yang dirasa belum tepat, bahkan meskipun sajaknya telah disiarkan (dimuat dalam majalah), sering masih juga diubah kata-katanya untuk ketepatan dan kepadatannya. Bahkan ada baris atau kalimat yang diubah susunannya atau dihilangkan. b. Bahasa Kias (Figurative Language) Unsur kepuitisan yang lain, untuk mendapatkan kepuitisan ialah bahasa kiasan (figurative language). Adanya bahasa kiasan ini menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup. Bahasa kiasan ada bermacam-macam, namun meskipun bermacam-macam, mempunyai sesuatu hal (sifat) yang umum, yaitu bahasa-bahasa kiasan tersebut
  • 6. mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain (Altenbernd, 1970:15). Jenis-jenis bahasa kiasan tersebut adalah: 1) Perbandingan (Simile) Perbandingan atau perumpamaan atau simile, ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding yang lain. Perumpamaan atau perbandingan ini dapat dikatakan bahasa kiasan yang paling sederhana dan paling banyak dipergunakan dalam sajak. Namun sesungguhnya perumpamaan ini ada bermacam-macam corak pula. 2) Metafora Metafora ini bahasa kiasan seperti pembanding, hanya tidak mempergunakan kata- kata pembanding, seperti bagai, laksana, seperti, dan sebagainya. Metafora ini melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker, 1978:317). Metafora ini menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama (Altenbernd, 1970:15). Metafora terdiri dari dua term atau dua bagian, yaitu term pokok (principal term) dan term kedua (secondary term). Term pokok disebut juga tenor, term kedua disebut juga vehicle. Term pokok atau tenor menyebutkan hal yang dibandingkan, sedangkan term kedua atau vehicle adalah hal yang untuk membandingkan. Misalnya ‘Bumi’ adalah ‘perempuan jalang’: ‘Bumi’ adalah term pokok, sedangkan ‘perempuan jalang’ term kedua atau vehicle. Seringkali penyair langsung menyebutkan term kedua tanpa menyebutkan term pokok atau tenor. Metafora semacam ini disebut metafora implisit (implied metaphor). Di samping itu ada metafora yang disebut metafora mati (dead metaphor), yaitu metafora yang sudah klise sehingga orang sudah lupa bahwa itu metafora, misalnya kaki gunung, lengan kursi, dan sebagainya 3) Personifikasi Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Personifikasi ini banyak dipergunakan para penyair dari dahulu hingga sekarang. Personifikasi ini membuat hidup lukisan, di samping itu memberi kejelasan beberan, memberikan bayangan angan yang konkret. 4) Allegori
  • 7. Allegori adalah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain. Allegori ini banyak terdapat dalam sajak-sajak Punjangga Baru. Namun pada waktu sekarang banyak juga terdapat dalam sajak-sajak Indonesia modern yang kemudian. Allegori ini sesungguhnya metafora yang dilanjutkan misalnya “Menuju Ke Laut”, saja Sultan Takdir Alisjahbana. Sajak itu melambangkan angkatan baru yang berjuang ke arah kemajuan. Angkatan baru ini dikiaskan sebagai air danau yang menuju ke laut dengan melalui rintangan-rintangan. Laut penuh gelombang, mengiaskan hidup yang penuh dinamika perjuangan, penuh pergolakan. Jadi, sajak tersebut mnegiaskan angkatan muda yang penuh semangat menuju kehidupan baru yang dinamis, meninggalkan adat yang statis, kehidupan lama yang beku, tidak mengalir. 5) Perumpamaan Epos Perumpamaan atau perbandingan epos (epic simile) ialah perbandingan yang dilanjutkan, atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut. Kadang-kadang lanjutan ini sangat panjang. Perbandingan epos ini ada bermacam-macam variasi juga. Guna perbandingan epos ini seperti perbandingan juga, yaitu untuk memberi gambaran yang jelas, hanya saja perbandingan epos dimaksudkan untuk lebih memperdalam dan menandaskan sifat-sifat pembandingnya, bukan sekedar memberikan persamaannya saja. 6) Metonimia Bahasa kiasan yang lebih jarang dijumpai pemakaiannya dibanding metafora, perbandingan, dan personifikasi adalah metonimia dan sinekdoks. Metonimia ini dalam bahasa Indonesia sering disebut kiasan penganti nama. Bahasa ini berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut (Altenbernd,1970:21). Penggunaan metonimia ini efeknya ialah pertama untuk membuat lebih hidup dengan menunjukkan hal yang konkret itu. Penggunaan hal tersebut lebih dapat menghasilkan imaji- imaji yang nyata. Kedua, pertentangan benda-benda tersebut menekankan pemisahan status sosial antara bangsawan dan orang kebanyakan. Benda-benda tersebut merupakan tanda pangkat atau tingkatan (Altenbernd, 1970:21). 7) Sinekdods Sinekdoks adalah bahasa kias yang menggunakan sebagian suatu hal atau benda untuk memnyatakan keseluruhan, hal ini disebut part pro toto, atau menggunakann keseluruhan untuk sebagian, hal ini disebut to tem pro parte (Abrams,1981:65;Pradopo,1987:78). Misalnya dalam puisi “Asmaradana” (Gunawan Mohammad) terdapat sinekdoks part pro toto
  • 8. di mana tapak yang menjauh ke utara tersebut adalah Damarwulan yang akan berperang dengan Raja Blambangan, Minakjungga yang sakti. Sedangkan pada puisi “Dewa Telah Mati” (Subagio Sastrowardoyo) terdapat sinekdoks totem pro parte, di mana bumi hanya mewakili segelinir wanita jalang, yang dalam puisi tersebut berkonotasi dengan kemaksiatan. c. Tipografi Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait. Dalam puisi komtemporer seperti karya Sutardji Calzoum Bachri, tipografi itu dipandang begitu penting d. Rima Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Rima berfungsi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan adanya rima itulah, efek bunyi makna yang dikehendaki penyair semakin indah dan makna yang ditimbulkannya pun lebih kuat. Dan angin mendesah/mengeluh mendesah. Konsonan /h/ pada baris di atas memberikan efek makna gelisahan. Sementara itu, perpindahan antara bunyi desis /s/ dan /h/ dengan menggunakan konsonan /n/ dalam dan angin mendesah menjadikan lagu puisi itu semakin merdu. 2. Struktur Batin Puisi Unsur batin puisi merupakan wujud kesatuan makna puisi yang terdiri atas tema, persaan, nada, dan amanat. Untuk memahami unsur batin, pembaca harus berusaha melibatkan diri dengan nuansa puisi, sehingga persaan dan nada penyair ynag diungkapkan melalui bahasanya dapat diberi makna oleh pembaca. Sebelum membaca puisi, pembaca harus menyadari bahwa makna puisi harus ditafsirkan dan bukan makna secara langsung yang dapat diketahui. Untuk memahami unsur-unsur struktur batin puisi, akan dipaparkan sebagai berikut. a. Tema Tema adalah gagasan pokok yang dikemukaan penyair lewat puisinya. Tema puisi biasanya mengungkapkan persoalan manusia yang bersifat hakiki, seperti: cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kedukaan, kesengsaraan hidup, keadilan dan kebenaran, ketuhanan, kritik sosial, dan protes. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut. Tema dapat dijabarkan menjadi subtema atau bisa dikatakan pokok pikiran. Puisi sering kali tidak mengungkapkan tema yang umum, tetapi tema yang khusus yang dapat diklasifikasikan kedalam subtema atau poko pikiran (Budidaram,1984:68). Misalnya tema
  • 9. puisi ini bukan cinta, tetapi temanya lebih spesifik, misalnya kegagalan cinta yang mengakibatkan bencana. Puisi adalah salah satu cabang humaniora. Melalui tema yang dikemukakan lewat puisi, penyair dapat turut membantu memanusiakan manusia. Artinya, manusia lebih memiliki keselarasan pengalaman antara baik-buruk (etika), benar-salah (logika), dan indah- jelek (estetika) (Hartoko,1985:68). Puisi juga banyak mengungkapkan tema yang berhunbungan dengan falsafah hidup, cara pandang penyair menyikapi kehidupan yang berlaku dalam suatu masyarakat. Tema puisi kebanyakan megungkapkan jeritan nurani manusia yang haus akan keadilan, kebenaran, kemakmuran, kesejahteraan, persamaan perlakuan, penghapusan kesewenang-wenangan, kemiskinan, cinta dan sebagainya. Tema-tema tentang kehidupan manusia dan alam semesta dapat menyadarkan pembaca akan keterbatasan diri manusia dihadapan sang pencipta. b. Rasa Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. c. Nada Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Nada sering dikaitkan dengan suasana. Jika nada berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan (feeling) dan sikap penyair terhadap pembaca (tone), maka suasana berarti keadaan perasaan yang ditimbulkan oleh pengungkapan nada dan lingkungan yang dapat ditangkap oleh panca indera (Effendi,1982:134). Nada berhubungan dengan tema dan pembaca. Nada yang berhubungan dengan tema menunjukkan sikap penyair terhadap obyek yang digarapnya. Misalnya, jika penyair menggarap objek seorang perampok, penyair dapat bersikap simpati, benci, antipati, terharu dan sebagainya. Nada yang berhubungan dengan pembaca, misalnya: nada menggurui, nada sinis, nada menghasut, nada santai, nada filosofis dan lain-lainnya.
  • 10. Penghayatan pembaca akan nada yang dikemukakan penyair harus tepat. Hanya dengan cara demikian tafsiran atas makna sebuah puisi dapat mendekati ketepatan seperti yang dikehendaki penyair. Cara menafsirkan puisi diantaranya ialah dengan meninjau bahasa yang dugunakan oleh penyair, yaitu menetukan konteks puisi berdasarkan hubungan kohesi dan koherensi. Makna puisi tidak hanya ditentukan oleh kata dan kalimat secara lepas, akan tetapi detentukan oleh hubungan antara kalimat yang satu dengan yang lain baik kalimat sebelumnya atau sesudahnya. d. Amanat Amanat/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Dapat dikatakan juga bahwa amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan oleh penyair. Amanat yang hendak disampaikan tergantung pada cita-cita, pandangan hidup dan keyakinan. Penyair, sebagai pemikir dalam menciptakan karyanya, memiliki ketajaman perasaan dan intuisi yang kuat untuk menghayati rahasia kehidupan dan misteri yang ada dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, puisi mempunyai makna yang tersembunyi yang harus diterjemahkan oleh pembaca (Richard,1976:180). Dalam membaca puisi, siswa dapat mendiskusikan amanat yang hendak dikemukakan penyair. Setiap siswa dapat mengemukakan amanat yang berbeda, argumentasi siswa merupakan faktor penting untuk menentulka amanat yang dikemukakan siswa itu tepat atau tidak. BAB III SIMPULAN 3.1 KESIMPULAN Puisi memiliki definisi sebagai pernyataan yang imajinatif, emosional, dan pengetahuan penyair yang diperoleh dari kehidupan individu dan sosialnya, sehingga mampu membangkitkan pengalaman tertentu dalam diri pembaca atau penikmatnya. Puisi memerlukan pemahaman yang lebih serius daripada pemahaman genre karya satra lain seperti cerita pendek dan novel. Diperlukan pengetahuan ekstra para pembaca untuk memahami puisi dengan karakternya yang khas dan merebut makna yang diinginkan. Sebagai karya yang khas, puisi memiliki ciri-ciri penanda estetika dan struktur-struktur yang membangun di dalamnya. Puisi dapat membawa pengaruh positif di dunia pendidikan dan akan membawa pengaruh pula pada suatu kesadaran bagi masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Terciptanya kesadaran berbangsa dan bernegara ini akan membawa pula pada
  • 11. suatu kesadaran untuk menghargai hasil kebudayaan itu sendiri, khususnya terhadap karya sastra terutama puisi. 3.2 SARAN Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh penulis, maka untuk mendapat pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan kepada pembaca untuk membaca literatur yang telah dilampirkan pada daftar pustaka. Dengan demikian pula diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, agar makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang kata yang berhubungan dengan struktur kata-kata atau kalimat puisi. DAFTAR PUSTAKA Sumber buku Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi, Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa. Rusmiyanto, dkk. 2006. Bahasa Indonesia SMA Kelas XII Program IA/IS. Semarang: Pemerintah Kota Semarang. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sumber Internet <http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia> Fahrin Ilham. Makalah Pengkajian Puisi. <http://fahrinclimber.blogspot.com/2012/03/makalah-pengkajian-puisi.html> Fajriyahmy . Makalah Puisi. <http://fajriyahmy.blogspot.com/2011/12/makalah-puisi.html>