SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
Download to read offline
PERUMUSAN
KEBIJAKAN
PUBLIK
PEMBENTUKAN KEBIJAKAN VS
PERUMUSAN KEBIJAKAN
 PEMBENTUKAN KEBIJAKAN (POLICY FORMATION)
melibatkan aktivitas pembuatan keputusan yang
cenderung mempunyai percabangan yang luas,
mempunyai perspektif jangka panjang dan
penggunaan sumber daya yang kritis untuk
meraih kesempatan yang diterima dalam kondisi
lingkungan yang berubah. Pembentukan
kebijakan merupakan proses sosial yang dinamis
dengan proses intelektual yang lekat di
dalamnya.
PERUMUSAN KEBIJAKAN
ANDERSON :
 Perumusan kebijakan menyangkut upaya menjawab
pertanyaan bagaimana berbagai alternatif disepakati
untuk masalah-masalah yang dikembangkan dan siapa
yang berpartisipasi.
 Sedangkan pembentukan kebijakan merupakan
keseluruhan tahap dalam kebijakan publik yang berupa
rangkaian keputusan (misal: aspek-aspek bagaimana
masalah-masalah publik menjadi perhatian para
pembentuk kebijakan, bagaimaan proposal kebijakan
dirumuskan untuk masalah-masalah khusus, dan
bagaimana proposal tersebut dipilih diantara berbagai
alternatif yang saling berkompetisi.
PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK
DUA FAKTOR YANG MENENTUKAN KEBERHASILAN SUATU
KEBIJAKAN:
 Pertama, mutu dari kebijakan dilihat dari substansi
kebijakan yang dirumuskan. (Kebijakan yang masuk
akal/ benar dan kebijakan yang dapat ditangani/
actionable)
 Kedua, dukungan terhadap strategi kebijakan yang
dirumuskan. (Parlemen, masyarakat)
 Pertimbangan strategis juga menyertai pada
bagaimana memperoleh dukungan dan legitimasi
terhadap kebijakan. Dalam birokrasi pemerintahan,
dukungan sering melekat dengan formalitas jabatan.
Legitimasi kebijakan biasanya berimpit dengan
legitimasi jabatan.
TEKNIK PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK
1. Perumusan kebijakan yang bersifat rutin, perumusan
kebijakan yang selalu berulang setiap priodenya. Ex: UU
tentang APBN,
2. Perumusan kebijakan yang bersifat analogi. Perumusan
kebijakan lain yang dipandang ada persamaannya (ex:
persamaan lokasi, persamaan aspeknya, persamaan
kondisi lingkungan sosial budayanya, dll)
3. Perumusan kebijakan yang bersifat kreatif.
- Pendekatan dengan intuisi
- Pendekatan dengan imajinasi
- Pendekatan dengan derajat keseriusan (level of
attention)
- Pendekatan dengan penggabungan (synthesis)
- Pendekatan dengan integrasi dan keselarasan
TAHAP-TAHAP DALAM PERUMUSAN
KEBIJAKAN PUBLIK
Perumusan
Masalah
(defining
Problem)
Agenda
Kebijakan
Pemilihan
Alternatif
Kebijakan
Penetapan
Kebijakan
1. PERUMUSAN MASALAH
 Untuk dapat merumuskan kebijakan
dengan baik, maka masalah-masalah
publik harus dikenali dan didefinisikan
dengan baik pula.
 Bagaimana masalah publik didefinisikan
akan sangat bergantung pada siapa yang
merumuskan kebijakan (aktor-aktor yang
terlibat dalam perumusan kebijakan)
2. AGENDA KEBIJAKAN
 Masalah publik yang telah masuk ke dalam agenda
kebijakan akan dibahas oleh para perumus kebijakan
(Legislatif, Executive, Yudikatif)
 Agenda pemerintah adalah menunjuk keadaan
bahwa masalah publik tersebut telah direspon oleh
organ-organ pemerintah untuk kemudian dilanjutkan
dalam perancangan kebijakan publik yang diyakini
dapat menyelesaikan masalah tersebut.
 Agenda pemerintah menggambarkan rencana
aktivitas pemerintah dalam satu masa tertentu, oleh
badan tertentu dari institusi pemerintah.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKAN
 Huntington, et.al., 1990:4) membatasi pengertian
partisipasi sebagai “kegiatan warga negara
biasa (private citizen) yang bertujuan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh
pemerintah”.
 Jadi partisipasi hanya bersifat memberi
pengaruh pada proses perumusan kebijakan
yang dibuat pemerintah.
 Bentuknya bisa bersifat spontan, sporadis, secara
damai atau kekerasan, legal atau ilegal, efektif
atau tidak efektif.
Sejauh mana sebuah kelompok berhasil
memasukkan kepentingannya dalam agenda
kebijakan?
 Ditentukan oleh salah satu dari keempat
kemungkinan kombinasi berikut ini:
1. Organisasi yang rapi dengan kemampuan
mengakses kepentingan.
2. Organisasi yang rapi tanpa kemampuan
mengakses kepentingan.
3. Organisasi yang tidak rapi dengan
kemampuan mengakses kepentingan
4. Organisasi yang tidak rapi tanpa ada
kemampuan mengakses kepentingan.
 Sikap pemerintah dalam proses penyusunan
agenda kebijakan dapat berbeda-beda,
tergantung pada kondisi masyarakat, sifat
masalah, sikap masyarakat dalam menerima
perbedaan, dan informasi yang tersedia.
 Proses penyusunan agenda kebijakan
dipengaruhi oleh sistem demokrasi yang hidup
dalam suatu masyarakat dan tingkat
partisipasi rakyat dalam proses kebijakan.
3. PEMILIHAN ALTERNATIF KEBIJAKAN
 Merupakan Bagian yang penting dalam
tahapan untuk menemukan pemecahan
masalah. Biasanya pilihan–pilihan
kebijakan akan didasarkan pada
kompromi dan negosiasi yang terjadi
antar aktor yang berkepentingan dalam
pembuatan kebijakan tersebut.
4. PENETAPAN KEBIJAKAN
(LEGITIMASI KEBIJAKAN)
 Tahapan yang paling akhir dalam pembentukan
kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilih
tersebut sehingga mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat.
 Penetapan kebijakan dapat berbentuk UU,
Yurisprudensi, Keppres, dll.
 Penetapan kebijakan disahkan (dilegislasika) oleh
pejabat yang berwenang. Untuk kebijkan undang-
undang dibawa ke proses legislasi, yang secara
yuridis telah diatur dalam UU No. 10 tahun 2004 pasal
17 dan seterusnya.
AKTOR-AKTOR DALAM
PERUMUSAN KEBIJAKAN
Negara
Berkembang
Struktur pembuatan
kebijakan lebih
sederhana
Aktor perumus
kebijakan
cenderung
dikendalikan oleh
elite politik.
Negara
Maju
Struktur pembuatan
kebijakan lebih
kompleks
Setiap warga
negara memiliki
kepentingan
terhadap kebijakan
publik negaranya.
 Dalam memahami proses perumusan kebijakan
kita perlu memahami aktor-aktor yang terlibat
atau para pemeran serta (partisipant) dalam
proses pembentukan kebijakan, bagian atau
peran apa yang mereka lakukan dan bagaimana
mereka saling berhubungan serta saling
mengawasi
 Menurut CHARLES LINDBLOM aktor-aktornya bisa:
warga negara biasa, pemimpin organisasi,
anggota DPR, pemimpin lembaga legislatif, aktivis
partai, pemimpin partai, hakim, pegawai sipil, ahli
teknik, dan manajer dunia usaha.
AKTOR-AKTOR PERUMUSAN
KEBIJAKAN
Pemeransertaresmi
•Agen-agen
pemerintah
(birokrasi)/ Badan-
badan Administrasi
•Eksekutif
•Legislatif
•Yudikatif
Pemeransertatidak
resmi
•Kelompok
kepentingan
•Parpol
•Warga Negara
Individu
BADAN-BADAN ADMINISTRASI
(AGEN-AGEN PEMERINTAH)
 Walaupun ada doktrin yang mengatakan bahwa
badan-badan administrasi dianggap sebagai badan
pelaksana, namun politik dan administrasi telah
bercampur aduk menjadi satu juga sehingga badan-
badan administrasi juga sering terlibat dalam
pengembangan kebijakan publik.
 Badan-badan tersebut secara khas tidak hanya
menyarankan undang-undang, tetapi juga secara
aktif melakukan lobi dan menggunakan tekanan-
tekanan dalam penetapan undang-undang.
PRESIDEN (EKSEKUTIF)
 Keterlibatan presiden dalam perumusan
kebijakan dapat dilihat dalam kmisi-komisi
presidensial, maupun dalam rapat-rapat
kabinet, bahkan ada yang terlibat secara
personal dalam perumusan kebijakan.
 Terkadang presiden juga membentuk
kelompok-kelompok atau komisi-komisi
penasihat yang terdiri dari warga negara
swasta maupun pejabat-pejabat yang
ditujukan untuk menyelidiki kebijakan tertentu
dan mengembangkan usul-usul kebijakan.
LEMBAGA LEGISLATIF
 Lembaga ini bersama-sama dengan pihak eksekutif,
memegang peranan yang cukup krusial di dalam
perumusan kebijaksanaan.
 Setiap undang-undang menyangkut persoalan-
persoalan publik harus mendapat persetujuan dari
lembaga legislatif.
 Keterlibatan legislatif dalam perumusan kebijakan juga
dapat dilihat dari mekanisme dengar pendapat,
penyelidikan-penyelidikan dan kontak-kontak yang
mereka lakukan dengan pejabat-pejabat administrasi,
kelompok-kelompok kepentingan, dll.
LEMBAGA YUDIKATIF
 Lembaga ini mempunyai kekuasaan yang cuKup
besar untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui
pengujian kembali suatu undang-undang atau
peraturan. Misalnya melalui peninjauan yudisial dan
penafsiran undang-undang.
 Pada dasarnya, tinjauan yudisial merupakan
kekuasaan pengadilan untuk menentukan apakah
tindakan-tindakan yang diambil oleh cabang-
cabang eksekutif maupun legislatif sesuai dengan
konstitusi ataukah tidak. Bahkan berhak
membatalkan atau menyatakan tidak sah terhadap
peraturan perundang-undangan yang telah
ditetapkan.
KELOMPOK-KELOMPOK KEPENTINGAN
 Perbedaan peran yang menyangkut keabsahan serta
hubungan antara pemerintah dengan kelompok-
kelompok kepentingan di setiap negara bergantung
pada apakah negara tersebut demokratik ataukah
otoriter, modern ataukah berkembang.
 Pada semua sistem tersebut, kelompok kepentingan
menjalankan fungsi artikulasi kepentingan, yaitu mereka
berfungsi menyatakan tuntutan-tuntutan dan
memberikan alternatif-alternatif tindakan kebijakan,
memberikan informasi mengenai sifat serta konsekuensi-
konsekuensi yang mungkin timbul dari usul-usul
kebijakan yang diajukan kepada pejabat-pejabat
publik. Hal ini memberikan sumbangan yang berarti bagi
rasionalitas pembentukan kebijakan.
 Oleh karena kelompok kepentingan memiliki
keberagaman kepentingan yang terkadang
bertentangan dengan isu kebijakan, maka pejabat
pemerintah dituntut untuk mampu menyelaraskan
kepentingan-kepentingan tersebut.
 Pengaruh kelompok kepentingan terhadap
keputusan kebijakan ditentukan oleh banyak faktor
(pandangan kelompok, ukuran anggota, keuangan,
keterpaduan, kecakapan pemimpin kelompok, ada
tidaknya persaingan oraganisasi, etc). Oleh
karenanya, suatu kelompok kepentingan dapat saja
efektif mempengaruhi keputusan kebijakan tertentu,
namun tidak efektif mempengaruhi kebijakan yang
lain.
PARTAI-PARTAI POLITIK
 Dalam masyarakat modern, parpol sering
melakukan “agregasi kepentingan”. Partai-
partai tersebut berusaha mengubah tuntutan-
tuntutan tertentu dari kelompok-kelompok
kepentingan menjadi alternatif-alternatif
kebijakan.
 Meskipun parpol memiliki jangkauan yang luas
dibandingkan dengan kelompok-kelompok
kepentingan, namun mereka cenderung
bertindak sebagai perantara daripada sebagai
pendukung kepentingan-kepentingan tertentu.
WARGA NEGARA INDIVIDU
 Walaupun tugas pembentukan kebijakan pada
dasarnya diserahkan kepada para pejabat publik,
namun dalam beberapa hal para individu warga
negara masih dapat berperan serta secara aktif
dalam pengambilan keputusan.
 Di negara-negara dengan sistem otoriter,
pemerintahnya tetap akan menaruh perhatian
terhadap apa yang menjadi keinginan rakyat agar
kekacauan sedapat mungkin diminimalkan, untuk
menjaga keutuhan negara. Meskipun para warga
negara tidak diizinkan terlibat secara langsung
dalam pembentukan kebijakan.
 CHARLES LINDBLOM menyatakan bahwa
perbedaan yang paling menonjol antara
rezim otoriter dengan rezim demokratik
adalah bahwa dalam rezim demokratik
para warga negara memilih para
pembentuk kebijakan puncak dalam
pemilihan-pemilihan yang murni.
Keterlibatan Masyarakat di
Indonesia
 Pada UU NO. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan tidak disebutkan pelibatan publik
sebagai pihak yang berkepentingan, baik
sebagai user atau beneficiries.
 Pada pasal 53 menyebutkan: “Masyarakat
berhak memberikan masukan secara lisan
atau tertulis dalam rangka penetapan
ataupun pembahasan rancangan undang-
undang dan rancangan peraturan daerah.”
NILAI-NILAI YANG BERPENGARUH
DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
 Apakah proses pembuatan keputusan yang
dipilih oleh para pembuat keputusan
(decision–makers) menganut model-model
rasional komprehensive, inkremental, mix
scanning, sistem, dsb, harus mempunyai
landasan untuk melakukan pilihan-pilihan itu.
Artinya, para decision-maker harus
mempunyai kriteria-kriteria tertentu untuk
menetapkan pendekatan yang
dipergunakan.
Kriteria atau nilai-nilai atau ukuran-ukuran
seperti apa yang mempengaruhi para pembuat
keputusan?
 JAMES ANDERSON meringkas nilai-nilai yang
dapat membantu dalam mengarahkan
perilaku para pembuat keputusan ke dalam
kategori:
1. NILAI-NILAI POLITIK
2. NILAI-NILAI ORGANISASI
3. NILAI-NILAI PRIBADI
4. NILAI-NILAI KEBIJAKAN
5. NILAI-NILAI IDEOLOGI
NILAI-NILAI POLITIK
 Pembuat keputusan menilai alternatif-
alternatif kebijakan berdasarkan pada
kepentingan parpolnya beserta kelompoknya
(clientele group).
 Keputusan yang dibuat didasarkan kepada
keuntungan politik dengan dipandang
sebagai sarana untuk mencapai tujuan-
tujuan partai atau tujuan kelompok
kepentingan.
NILAI-NILAI ORGANISASI
 Organisasi-organisasi seperti badan-badan
administratif menggunakan banyak imbalan
(reward) dan sanksi dalam usahanya untuk
mempengaruhi anggota agar menerima dan
bertindak atas dasar nilai-nilai organisasi yang
telah ditentukan (pertimbangannya adalah
keingingan melihat organisasi bisa terus
hidup, memperbesar dan memperluas
program-program dan kegiatan-kegiatan
dan mempertahankan kekuasaannya dan
hak-hak istimewanya.
NILAI-NILAI PRIBADI
 Usaha untuk melindungi dan
mengembangkan kepentingan
ekonomi, reputasi atau kedudukan
sejarah seseorang merupakan kriteria
keputusan.
NILAI-NILAI KEBIJAKAN
 Para pembuat keputusan politik tidak hanya
dipengaruhi oleh perhitungan-perhitungan
keuntungan, organisasi-organisasi atau
pribadi, namun para pembuat keputusan
mungkin bertindak dengan baik atas dasar
persepsi mereka tentang kepentingan
masyarakat atau kepercayaan-
kepercayaan mengenai apa yang
merupakan kebijakan publik secara moral
benar atau pantas.
NILAI-NILAI IDEOLOGI
 IDEOLOGI merupakan seperangkat nilai-nilai
dan kepercayaan-kepercayaan yang
berhubungan secara logis yang memberikan
gambaran dunia yang disederhanakan dan
merupakan pedoman bagi rakyat untuk
melakukan tindakan.
 Ideologi terkadang masih merupakan sarana
untuk merasionalkan dan melegitimasikan
tindakan-tindakan kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah.
THANK’S for your Attention,,,
See U next Chapter...

More Related Content

What's hot

Model Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanModel Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanZakiah dr
 
Proses pengambilan keputusan dalam kebijakan publik
Proses pengambilan keputusan dalam kebijakan publikProses pengambilan keputusan dalam kebijakan publik
Proses pengambilan keputusan dalam kebijakan publikSiti Sahati
 
Kewenangan dan legitimasi
Kewenangan dan legitimasiKewenangan dan legitimasi
Kewenangan dan legitimasiListy Yoohoo
 
Sumber hukum
Sumber hukumSumber hukum
Sumber hukumroellys
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalVallen Hoven
 
Keputusan Politik dan Kebijakan Publik
Keputusan Politik dan Kebijakan PublikKeputusan Politik dan Kebijakan Publik
Keputusan Politik dan Kebijakan PublikIWAN SUKMA NURICHT
 
Bab 10-kekuasaan-dan-politik
Bab 10-kekuasaan-dan-politikBab 10-kekuasaan-dan-politik
Bab 10-kekuasaan-dan-politikSyahral Ahmad
 
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIKSUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIKBayu Rizky Aditya
 
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...Idik Saeful Bahri
 
Pendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Dalam Ilmu PolitikPendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Dalam Ilmu PolitikMuhamad Yogi
 
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Raja Matridi Aeksalo
 
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatikSri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatikSri Suwanti
 
Manajemen kepemimpinan
Manajemen kepemimpinanManajemen kepemimpinan
Manajemen kepemimpinanconesti08com
 
pengorganisasian organisasi publik
pengorganisasian organisasi publikpengorganisasian organisasi publik
pengorganisasian organisasi publikFrans Dione
 

What's hot (20)

Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakanPertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
 
Model Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanModel Formulasi Kebijakan
Model Formulasi Kebijakan
 
Teori Hukum Pembangunan
Teori Hukum PembangunanTeori Hukum Pembangunan
Teori Hukum Pembangunan
 
Politik dan kebijakan publik
Politik dan kebijakan publikPolitik dan kebijakan publik
Politik dan kebijakan publik
 
Proses pengambilan keputusan dalam kebijakan publik
Proses pengambilan keputusan dalam kebijakan publikProses pengambilan keputusan dalam kebijakan publik
Proses pengambilan keputusan dalam kebijakan publik
 
Konsep Kekuasaan
Konsep KekuasaanKonsep Kekuasaan
Konsep Kekuasaan
 
Kewenangan dan legitimasi
Kewenangan dan legitimasiKewenangan dan legitimasi
Kewenangan dan legitimasi
 
Masalah Otonomi Daerah
Masalah Otonomi DaerahMasalah Otonomi Daerah
Masalah Otonomi Daerah
 
Evaluasi kebijakan publik
Evaluasi kebijakan publikEvaluasi kebijakan publik
Evaluasi kebijakan publik
 
Sumber hukum
Sumber hukumSumber hukum
Sumber hukum
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Keputusan Politik dan Kebijakan Publik
Keputusan Politik dan Kebijakan PublikKeputusan Politik dan Kebijakan Publik
Keputusan Politik dan Kebijakan Publik
 
Bab 10-kekuasaan-dan-politik
Bab 10-kekuasaan-dan-politikBab 10-kekuasaan-dan-politik
Bab 10-kekuasaan-dan-politik
 
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIKSUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
 
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
Pendidikan anti korupsi - Proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dal...
 
Pendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Dalam Ilmu PolitikPendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Dalam Ilmu Politik
 
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
 
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatikSri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
 
Manajemen kepemimpinan
Manajemen kepemimpinanManajemen kepemimpinan
Manajemen kepemimpinan
 
pengorganisasian organisasi publik
pengorganisasian organisasi publikpengorganisasian organisasi publik
pengorganisasian organisasi publik
 

Similar to Perumusan Kebijakan Publik

Pertemuan VI Aktor Kewirausahaan Sektor Publik.pptx
Pertemuan VI Aktor Kewirausahaan Sektor Publik.pptxPertemuan VI Aktor Kewirausahaan Sektor Publik.pptx
Pertemuan VI Aktor Kewirausahaan Sektor Publik.pptxCandraAdikurnia1
 
Tgas prof atmadja
Tgas prof atmadjaTgas prof atmadja
Tgas prof atmadjaputulina
 
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docxAktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docxdian980016
 
KEBIJAKAN_PUBLIK-Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan.ppt
KEBIJAKAN_PUBLIK-Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan.pptKEBIJAKAN_PUBLIK-Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan.ppt
KEBIJAKAN_PUBLIK-Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan.pptRastikaLiaran1
 
KEBIJAKAN_PUBLIK.ppt
KEBIJAKAN_PUBLIK.pptKEBIJAKAN_PUBLIK.ppt
KEBIJAKAN_PUBLIK.ppteghadewi398
 
Nasrun public policy-revised
Nasrun public policy-revisedNasrun public policy-revised
Nasrun public policy-revisedNasrun Annahar
 
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publikanalisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publikAfif Alfianto
 
Sistem Politik Indonesia
Sistem Politik IndonesiaSistem Politik Indonesia
Sistem Politik IndonesiaMuhamad Yogi
 
Good governance han
Good governance hanGood governance han
Good governance hanDian Oktavia
 
Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!jesslynJC
 
Model model dalam public policy
Model model dalam public policyModel model dalam public policy
Model model dalam public policynurul khaiva
 
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moralKebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moralmonalisaibrahim
 
Sistem politik 50
Sistem politik 50Sistem politik 50
Sistem politik 50Arin Sfaaez
 
Kebijakan publik2
Kebijakan publik2Kebijakan publik2
Kebijakan publik2hoyin rizmu
 

Similar to Perumusan Kebijakan Publik (20)

Pertemuan VI Aktor Kewirausahaan Sektor Publik.pptx
Pertemuan VI Aktor Kewirausahaan Sektor Publik.pptxPertemuan VI Aktor Kewirausahaan Sektor Publik.pptx
Pertemuan VI Aktor Kewirausahaan Sektor Publik.pptx
 
Aktor_Kebijakan.ppt
Aktor_Kebijakan.pptAktor_Kebijakan.ppt
Aktor_Kebijakan.ppt
 
Tgas prof atmadja
Tgas prof atmadjaTgas prof atmadja
Tgas prof atmadja
 
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docxAktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
Aktor-Aktor-Kebijakan-Publik.docx
 
Kmo
KmoKmo
Kmo
 
KEBIJAKAN_PUBLIK-Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan.ppt
KEBIJAKAN_PUBLIK-Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan.pptKEBIJAKAN_PUBLIK-Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan.ppt
KEBIJAKAN_PUBLIK-Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan.ppt
 
KEBIJAKAN_PUBLIK.ppt
KEBIJAKAN_PUBLIK.pptKEBIJAKAN_PUBLIK.ppt
KEBIJAKAN_PUBLIK.ppt
 
Nasrun public policy-revised
Nasrun public policy-revisedNasrun public policy-revised
Nasrun public policy-revised
 
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publikanalisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
 
Sistem Politik Indonesia
Sistem Politik IndonesiaSistem Politik Indonesia
Sistem Politik Indonesia
 
Good governance han
Good governance hanGood governance han
Good governance han
 
Keputusan politik
Keputusan politikKeputusan politik
Keputusan politik
 
Public Policy
Public PolicyPublic Policy
Public Policy
 
Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!Pkn bu evi presentasi!!
Pkn bu evi presentasi!!
 
Model model dalam public policy
Model model dalam public policyModel model dalam public policy
Model model dalam public policy
 
MATERI MICRO TEACHING.pptx
MATERI MICRO TEACHING.pptxMATERI MICRO TEACHING.pptx
MATERI MICRO TEACHING.pptx
 
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moralKebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
Kebijakan publik sbg keputusan mengandung konsekuensi moral
 
Materi 7
Materi  7Materi  7
Materi 7
 
Sistem politik 50
Sistem politik 50Sistem politik 50
Sistem politik 50
 
Kebijakan publik2
Kebijakan publik2Kebijakan publik2
Kebijakan publik2
 

More from nurul khaiva

Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)
Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)
Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)nurul khaiva
 
Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)
Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)
Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)nurul khaiva
 
Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)
Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)
Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)nurul khaiva
 
Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)
Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)
Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)nurul khaiva
 
Part 3 (paradigma sistem ekonomi)
Part 3 (paradigma sistem ekonomi)Part 3 (paradigma sistem ekonomi)
Part 3 (paradigma sistem ekonomi)nurul khaiva
 
Part 2 (hubungan antara eknonomi dan politik
Part 2 (hubungan antara eknonomi dan politikPart 2 (hubungan antara eknonomi dan politik
Part 2 (hubungan antara eknonomi dan politiknurul khaiva
 
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)nurul khaiva
 
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesiaSistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesianurul khaiva
 
Contoh analisis kebijakan penataan copy
Contoh analisis kebijakan penataan copyContoh analisis kebijakan penataan copy
Contoh analisis kebijakan penataan copynurul khaiva
 
Sikap dan nilai nilai yang ada dalam analisa
Sikap dan nilai nilai yang ada dalam analisaSikap dan nilai nilai yang ada dalam analisa
Sikap dan nilai nilai yang ada dalam analisanurul khaiva
 
8. lembaga lembaga negara
8. lembaga lembaga negara8. lembaga lembaga negara
8. lembaga lembaga negaranurul khaiva
 
7. lembaga lembaga negara
7. lembaga lembaga negara7. lembaga lembaga negara
7. lembaga lembaga negaranurul khaiva
 

More from nurul khaiva (20)

M 10
M 10M 10
M 10
 
M 9
M 9M 9
M 9
 
M 5, m-6, dan m-7
M 5, m-6, dan m-7M 5, m-6, dan m-7
M 5, m-6, dan m-7
 
M 4
M 4M 4
M 4
 
M 3
M 3M 3
M 3
 
M 2
M 2M 2
M 2
 
Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)
Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)
Part 7 (teori pembangunan dunia ketiga ok)
 
Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)
Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)
Part 6 (lnjtn evolusi paradigma pembangunan)
 
Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)
Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)
Part 5 (p embangunan dan paradigmanya)
 
Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)
Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)
Part 4 (pembangunan ekonomi dunia)
 
Part 3 (paradigma sistem ekonomi)
Part 3 (paradigma sistem ekonomi)Part 3 (paradigma sistem ekonomi)
Part 3 (paradigma sistem ekonomi)
 
Part 2 (hubungan antara eknonomi dan politik
Part 2 (hubungan antara eknonomi dan politikPart 2 (hubungan antara eknonomi dan politik
Part 2 (hubungan antara eknonomi dan politik
 
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
Part 1 (gambaran umum ekopol kebijakan)
 
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesiaSistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
Sistem ketatanegaraan republik indonesiastruktur pemerintahan indonesia
 
Contoh analisis kebijakan penataan copy
Contoh analisis kebijakan penataan copyContoh analisis kebijakan penataan copy
Contoh analisis kebijakan penataan copy
 
Sikap dan nilai nilai yang ada dalam analisa
Sikap dan nilai nilai yang ada dalam analisaSikap dan nilai nilai yang ada dalam analisa
Sikap dan nilai nilai yang ada dalam analisa
 
Uu no 32
Uu no 32Uu no 32
Uu no 32
 
9. sarana tun
9. sarana tun9. sarana tun
9. sarana tun
 
8. lembaga lembaga negara
8. lembaga lembaga negara8. lembaga lembaga negara
8. lembaga lembaga negara
 
7. lembaga lembaga negara
7. lembaga lembaga negara7. lembaga lembaga negara
7. lembaga lembaga negara
 

Recently uploaded

Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 

Perumusan Kebijakan Publik

  • 2. PEMBENTUKAN KEBIJAKAN VS PERUMUSAN KEBIJAKAN  PEMBENTUKAN KEBIJAKAN (POLICY FORMATION) melibatkan aktivitas pembuatan keputusan yang cenderung mempunyai percabangan yang luas, mempunyai perspektif jangka panjang dan penggunaan sumber daya yang kritis untuk meraih kesempatan yang diterima dalam kondisi lingkungan yang berubah. Pembentukan kebijakan merupakan proses sosial yang dinamis dengan proses intelektual yang lekat di dalamnya.
  • 3. PERUMUSAN KEBIJAKAN ANDERSON :  Perumusan kebijakan menyangkut upaya menjawab pertanyaan bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk masalah-masalah yang dikembangkan dan siapa yang berpartisipasi.  Sedangkan pembentukan kebijakan merupakan keseluruhan tahap dalam kebijakan publik yang berupa rangkaian keputusan (misal: aspek-aspek bagaimana masalah-masalah publik menjadi perhatian para pembentuk kebijakan, bagaimaan proposal kebijakan dirumuskan untuk masalah-masalah khusus, dan bagaimana proposal tersebut dipilih diantara berbagai alternatif yang saling berkompetisi.
  • 4. PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK DUA FAKTOR YANG MENENTUKAN KEBERHASILAN SUATU KEBIJAKAN:  Pertama, mutu dari kebijakan dilihat dari substansi kebijakan yang dirumuskan. (Kebijakan yang masuk akal/ benar dan kebijakan yang dapat ditangani/ actionable)  Kedua, dukungan terhadap strategi kebijakan yang dirumuskan. (Parlemen, masyarakat)  Pertimbangan strategis juga menyertai pada bagaimana memperoleh dukungan dan legitimasi terhadap kebijakan. Dalam birokrasi pemerintahan, dukungan sering melekat dengan formalitas jabatan. Legitimasi kebijakan biasanya berimpit dengan legitimasi jabatan.
  • 5. TEKNIK PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK 1. Perumusan kebijakan yang bersifat rutin, perumusan kebijakan yang selalu berulang setiap priodenya. Ex: UU tentang APBN, 2. Perumusan kebijakan yang bersifat analogi. Perumusan kebijakan lain yang dipandang ada persamaannya (ex: persamaan lokasi, persamaan aspeknya, persamaan kondisi lingkungan sosial budayanya, dll) 3. Perumusan kebijakan yang bersifat kreatif. - Pendekatan dengan intuisi - Pendekatan dengan imajinasi - Pendekatan dengan derajat keseriusan (level of attention) - Pendekatan dengan penggabungan (synthesis) - Pendekatan dengan integrasi dan keselarasan
  • 6. TAHAP-TAHAP DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK Perumusan Masalah (defining Problem) Agenda Kebijakan Pemilihan Alternatif Kebijakan Penetapan Kebijakan
  • 7. 1. PERUMUSAN MASALAH  Untuk dapat merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah-masalah publik harus dikenali dan didefinisikan dengan baik pula.  Bagaimana masalah publik didefinisikan akan sangat bergantung pada siapa yang merumuskan kebijakan (aktor-aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan)
  • 8. 2. AGENDA KEBIJAKAN  Masalah publik yang telah masuk ke dalam agenda kebijakan akan dibahas oleh para perumus kebijakan (Legislatif, Executive, Yudikatif)  Agenda pemerintah adalah menunjuk keadaan bahwa masalah publik tersebut telah direspon oleh organ-organ pemerintah untuk kemudian dilanjutkan dalam perancangan kebijakan publik yang diyakini dapat menyelesaikan masalah tersebut.  Agenda pemerintah menggambarkan rencana aktivitas pemerintah dalam satu masa tertentu, oleh badan tertentu dari institusi pemerintah.
  • 9. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKAN  Huntington, et.al., 1990:4) membatasi pengertian partisipasi sebagai “kegiatan warga negara biasa (private citizen) yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah”.  Jadi partisipasi hanya bersifat memberi pengaruh pada proses perumusan kebijakan yang dibuat pemerintah.  Bentuknya bisa bersifat spontan, sporadis, secara damai atau kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.
  • 10. Sejauh mana sebuah kelompok berhasil memasukkan kepentingannya dalam agenda kebijakan?  Ditentukan oleh salah satu dari keempat kemungkinan kombinasi berikut ini: 1. Organisasi yang rapi dengan kemampuan mengakses kepentingan. 2. Organisasi yang rapi tanpa kemampuan mengakses kepentingan. 3. Organisasi yang tidak rapi dengan kemampuan mengakses kepentingan 4. Organisasi yang tidak rapi tanpa ada kemampuan mengakses kepentingan.
  • 11.  Sikap pemerintah dalam proses penyusunan agenda kebijakan dapat berbeda-beda, tergantung pada kondisi masyarakat, sifat masalah, sikap masyarakat dalam menerima perbedaan, dan informasi yang tersedia.  Proses penyusunan agenda kebijakan dipengaruhi oleh sistem demokrasi yang hidup dalam suatu masyarakat dan tingkat partisipasi rakyat dalam proses kebijakan.
  • 12. 3. PEMILIHAN ALTERNATIF KEBIJAKAN  Merupakan Bagian yang penting dalam tahapan untuk menemukan pemecahan masalah. Biasanya pilihan–pilihan kebijakan akan didasarkan pada kompromi dan negosiasi yang terjadi antar aktor yang berkepentingan dalam pembuatan kebijakan tersebut.
  • 13. 4. PENETAPAN KEBIJAKAN (LEGITIMASI KEBIJAKAN)  Tahapan yang paling akhir dalam pembentukan kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.  Penetapan kebijakan dapat berbentuk UU, Yurisprudensi, Keppres, dll.  Penetapan kebijakan disahkan (dilegislasika) oleh pejabat yang berwenang. Untuk kebijkan undang- undang dibawa ke proses legislasi, yang secara yuridis telah diatur dalam UU No. 10 tahun 2004 pasal 17 dan seterusnya.
  • 14. AKTOR-AKTOR DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN Negara Berkembang Struktur pembuatan kebijakan lebih sederhana Aktor perumus kebijakan cenderung dikendalikan oleh elite politik. Negara Maju Struktur pembuatan kebijakan lebih kompleks Setiap warga negara memiliki kepentingan terhadap kebijakan publik negaranya.
  • 15.  Dalam memahami proses perumusan kebijakan kita perlu memahami aktor-aktor yang terlibat atau para pemeran serta (partisipant) dalam proses pembentukan kebijakan, bagian atau peran apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka saling berhubungan serta saling mengawasi  Menurut CHARLES LINDBLOM aktor-aktornya bisa: warga negara biasa, pemimpin organisasi, anggota DPR, pemimpin lembaga legislatif, aktivis partai, pemimpin partai, hakim, pegawai sipil, ahli teknik, dan manajer dunia usaha.
  • 16. AKTOR-AKTOR PERUMUSAN KEBIJAKAN Pemeransertaresmi •Agen-agen pemerintah (birokrasi)/ Badan- badan Administrasi •Eksekutif •Legislatif •Yudikatif Pemeransertatidak resmi •Kelompok kepentingan •Parpol •Warga Negara Individu
  • 17. BADAN-BADAN ADMINISTRASI (AGEN-AGEN PEMERINTAH)  Walaupun ada doktrin yang mengatakan bahwa badan-badan administrasi dianggap sebagai badan pelaksana, namun politik dan administrasi telah bercampur aduk menjadi satu juga sehingga badan- badan administrasi juga sering terlibat dalam pengembangan kebijakan publik.  Badan-badan tersebut secara khas tidak hanya menyarankan undang-undang, tetapi juga secara aktif melakukan lobi dan menggunakan tekanan- tekanan dalam penetapan undang-undang.
  • 18. PRESIDEN (EKSEKUTIF)  Keterlibatan presiden dalam perumusan kebijakan dapat dilihat dalam kmisi-komisi presidensial, maupun dalam rapat-rapat kabinet, bahkan ada yang terlibat secara personal dalam perumusan kebijakan.  Terkadang presiden juga membentuk kelompok-kelompok atau komisi-komisi penasihat yang terdiri dari warga negara swasta maupun pejabat-pejabat yang ditujukan untuk menyelidiki kebijakan tertentu dan mengembangkan usul-usul kebijakan.
  • 19. LEMBAGA LEGISLATIF  Lembaga ini bersama-sama dengan pihak eksekutif, memegang peranan yang cukup krusial di dalam perumusan kebijaksanaan.  Setiap undang-undang menyangkut persoalan- persoalan publik harus mendapat persetujuan dari lembaga legislatif.  Keterlibatan legislatif dalam perumusan kebijakan juga dapat dilihat dari mekanisme dengar pendapat, penyelidikan-penyelidikan dan kontak-kontak yang mereka lakukan dengan pejabat-pejabat administrasi, kelompok-kelompok kepentingan, dll.
  • 20. LEMBAGA YUDIKATIF  Lembaga ini mempunyai kekuasaan yang cuKup besar untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui pengujian kembali suatu undang-undang atau peraturan. Misalnya melalui peninjauan yudisial dan penafsiran undang-undang.  Pada dasarnya, tinjauan yudisial merupakan kekuasaan pengadilan untuk menentukan apakah tindakan-tindakan yang diambil oleh cabang- cabang eksekutif maupun legislatif sesuai dengan konstitusi ataukah tidak. Bahkan berhak membatalkan atau menyatakan tidak sah terhadap peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.
  • 21. KELOMPOK-KELOMPOK KEPENTINGAN  Perbedaan peran yang menyangkut keabsahan serta hubungan antara pemerintah dengan kelompok- kelompok kepentingan di setiap negara bergantung pada apakah negara tersebut demokratik ataukah otoriter, modern ataukah berkembang.  Pada semua sistem tersebut, kelompok kepentingan menjalankan fungsi artikulasi kepentingan, yaitu mereka berfungsi menyatakan tuntutan-tuntutan dan memberikan alternatif-alternatif tindakan kebijakan, memberikan informasi mengenai sifat serta konsekuensi- konsekuensi yang mungkin timbul dari usul-usul kebijakan yang diajukan kepada pejabat-pejabat publik. Hal ini memberikan sumbangan yang berarti bagi rasionalitas pembentukan kebijakan.
  • 22.  Oleh karena kelompok kepentingan memiliki keberagaman kepentingan yang terkadang bertentangan dengan isu kebijakan, maka pejabat pemerintah dituntut untuk mampu menyelaraskan kepentingan-kepentingan tersebut.  Pengaruh kelompok kepentingan terhadap keputusan kebijakan ditentukan oleh banyak faktor (pandangan kelompok, ukuran anggota, keuangan, keterpaduan, kecakapan pemimpin kelompok, ada tidaknya persaingan oraganisasi, etc). Oleh karenanya, suatu kelompok kepentingan dapat saja efektif mempengaruhi keputusan kebijakan tertentu, namun tidak efektif mempengaruhi kebijakan yang lain.
  • 23. PARTAI-PARTAI POLITIK  Dalam masyarakat modern, parpol sering melakukan “agregasi kepentingan”. Partai- partai tersebut berusaha mengubah tuntutan- tuntutan tertentu dari kelompok-kelompok kepentingan menjadi alternatif-alternatif kebijakan.  Meskipun parpol memiliki jangkauan yang luas dibandingkan dengan kelompok-kelompok kepentingan, namun mereka cenderung bertindak sebagai perantara daripada sebagai pendukung kepentingan-kepentingan tertentu.
  • 24. WARGA NEGARA INDIVIDU  Walaupun tugas pembentukan kebijakan pada dasarnya diserahkan kepada para pejabat publik, namun dalam beberapa hal para individu warga negara masih dapat berperan serta secara aktif dalam pengambilan keputusan.  Di negara-negara dengan sistem otoriter, pemerintahnya tetap akan menaruh perhatian terhadap apa yang menjadi keinginan rakyat agar kekacauan sedapat mungkin diminimalkan, untuk menjaga keutuhan negara. Meskipun para warga negara tidak diizinkan terlibat secara langsung dalam pembentukan kebijakan.
  • 25.  CHARLES LINDBLOM menyatakan bahwa perbedaan yang paling menonjol antara rezim otoriter dengan rezim demokratik adalah bahwa dalam rezim demokratik para warga negara memilih para pembentuk kebijakan puncak dalam pemilihan-pemilihan yang murni.
  • 26. Keterlibatan Masyarakat di Indonesia  Pada UU NO. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan tidak disebutkan pelibatan publik sebagai pihak yang berkepentingan, baik sebagai user atau beneficiries.  Pada pasal 53 menyebutkan: “Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penetapan ataupun pembahasan rancangan undang- undang dan rancangan peraturan daerah.”
  • 27. NILAI-NILAI YANG BERPENGARUH DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN  Apakah proses pembuatan keputusan yang dipilih oleh para pembuat keputusan (decision–makers) menganut model-model rasional komprehensive, inkremental, mix scanning, sistem, dsb, harus mempunyai landasan untuk melakukan pilihan-pilihan itu. Artinya, para decision-maker harus mempunyai kriteria-kriteria tertentu untuk menetapkan pendekatan yang dipergunakan.
  • 28. Kriteria atau nilai-nilai atau ukuran-ukuran seperti apa yang mempengaruhi para pembuat keputusan?  JAMES ANDERSON meringkas nilai-nilai yang dapat membantu dalam mengarahkan perilaku para pembuat keputusan ke dalam kategori: 1. NILAI-NILAI POLITIK 2. NILAI-NILAI ORGANISASI 3. NILAI-NILAI PRIBADI 4. NILAI-NILAI KEBIJAKAN 5. NILAI-NILAI IDEOLOGI
  • 29. NILAI-NILAI POLITIK  Pembuat keputusan menilai alternatif- alternatif kebijakan berdasarkan pada kepentingan parpolnya beserta kelompoknya (clientele group).  Keputusan yang dibuat didasarkan kepada keuntungan politik dengan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan- tujuan partai atau tujuan kelompok kepentingan.
  • 30. NILAI-NILAI ORGANISASI  Organisasi-organisasi seperti badan-badan administratif menggunakan banyak imbalan (reward) dan sanksi dalam usahanya untuk mempengaruhi anggota agar menerima dan bertindak atas dasar nilai-nilai organisasi yang telah ditentukan (pertimbangannya adalah keingingan melihat organisasi bisa terus hidup, memperbesar dan memperluas program-program dan kegiatan-kegiatan dan mempertahankan kekuasaannya dan hak-hak istimewanya.
  • 31. NILAI-NILAI PRIBADI  Usaha untuk melindungi dan mengembangkan kepentingan ekonomi, reputasi atau kedudukan sejarah seseorang merupakan kriteria keputusan.
  • 32. NILAI-NILAI KEBIJAKAN  Para pembuat keputusan politik tidak hanya dipengaruhi oleh perhitungan-perhitungan keuntungan, organisasi-organisasi atau pribadi, namun para pembuat keputusan mungkin bertindak dengan baik atas dasar persepsi mereka tentang kepentingan masyarakat atau kepercayaan- kepercayaan mengenai apa yang merupakan kebijakan publik secara moral benar atau pantas.
  • 33. NILAI-NILAI IDEOLOGI  IDEOLOGI merupakan seperangkat nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang berhubungan secara logis yang memberikan gambaran dunia yang disederhanakan dan merupakan pedoman bagi rakyat untuk melakukan tindakan.  Ideologi terkadang masih merupakan sarana untuk merasionalkan dan melegitimasikan tindakan-tindakan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.
  • 34. THANK’S for your Attention,,, See U next Chapter...