SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Kebijakan Publik Sebagai
Keputusan – Keputusan Yang
Mengandung Konsekuensi Moral
 Kebijakan Publik merupakan sejumlah manusia
yg memiliki kebersamaan berpikir, perasaan ,
harapan, sikap dan suatu tindakan yg benar dan
bersih berdasarkan nilai norma yg mereka miliki.
 Memahami pola perilaku Aparat Negara dlm
menerjemahkan kepentingan2 rakyatnya.
Kebijakan Publik ( Public Policy )
Kebijakan Publik Sebagai Keputusan –
Keputusan Yang Mengandung
Konsekuensi Moral
 Membahas secara rinci tentang ukuran – ukuran
normativ dlm interaksi antara pengusaha,
penyelenggara atau Administrator Negara dgn rakyat
atau masyarakat umum serta bagaimana seharusnya
kebijakan2 publik itu dilaksanakan.
Contoh kasus Wawasan dan
Analisas
 A. Keadilan Sosial
 B. Partisipasi dan Aspirasi WA
 C. Masalah Lingkungan
 D. Pelayanan Umum
 E. Moral Individu atau Moral Kelompok
 F. Pertanggung jawaban Administrasi
 G. Analisis Etis
1. Keadilan Sosial
 Tolak ukur keberhasilan pranata publik yang harus
diperhatikan ialah terwujudnya kemakmuran
ekonomis dlm wujud keadilan sosial.
1. Setiap warga Negara berhak atas kesejahteraan
dasar atau taraf minimum hidup.
2. Negara mempunyai persatuan orang yang
bertanggung jawab atasa taraf hidup minimum
semua warganya
3. Penempatan kerja secara penuh merupakan
puncak tujuan sosial yang harus didukung oleh
Masyarakat yg seimbang dan teratur sehingga seluruh WN
memperoleh kesempatan guna membangun suatu merujuk kpd
masyarakat ( society ) atau negara yg dapat berfungsi sbg
subjek maupun objek.
 UUD 1945 pasal 27 ayat 1,2 (mengenai
kedudukan dan hak WN),
 Pasal 31 ayat 1,2 (mengenai pertahanan negara)
 Pasal 33 ayat 1,2,3 ( mengenai pendidikan)
 Pasal 33 ayat 1,2,3 ( mengenai kesejahtraan
sosial)
 Pasal 34 ( mengenai fakir miskin dan anak2
terlantar)
 GBHN dan Ketetapan MPR pd Pemilihan Umum
Mewujudkan keadilan sosial bg seluruh rakyat
Indonesia
Penyelenggraan adm. Pemerintahan yg menuju
cita2 kesejahtraan atau keadilan sosial merupakan
kewajiban bagi seluruh aparat negara disetiap
jenjang.
 Prinsip keadilan sosial distributif adalah
mengandaikan adanya distribusi barang dan
sumber-sumber daya secara adil.
 Kebijakan -kebijakan Publik yg harus menjamin
pemerataan sumber2 daya yg terdapat di suatu
negara . Yang paling penting dalam prinsip ini
adalah meguntungkan kaum fakir dan miskin.
 Maka para pengambil keputusan perlu menyadari
masih banyak kelompok-kelompok yang sangat
tertinggal. Dan pengambilan keputusan harus
bersifat objektif dalam mengatasi kemiskinan
Negara, bukan berdasarkan kepentingan pribadi.
 Delapan Jalur Pemerataan bagi proyek-proyek
pembangunan di Indonesia.
 (1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok
rakyat banyak,
 (2) Pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan dan pelayanan kesehatan,
 (3) Pemerataan distribusi pendapatan,
 (4) Pemerataan kesempatan kerja,
 (5) Pemerataan pembangunan,
 (6) Pemerataan partisipasi dalam pembangunan,
 (7) Pemerataan penyebaran pembangunan
diseluruh tanah air, dan
 (8) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan
hukum.
 Tersisihnya tenaga kerja berpendidikan rendah
dari sistem produksi kemudian menyebabkan
banyaknya pengangguran dgn berbagai bentuk
akibat buruk yg ditimbulkanya.
 Kemiskinan telah mengakibatkan kurangnya
pendidikan dan keterampilan. Rendahnya
pendidikan dan keterampilan mengakibatkan
daya tawar, daya kerja, dan produktivitas yang
rendah. Karena produktivitas yg rendah maka
penghasilan yg diperoleh juga rendah yg berarti
meluasnya kemiskinan.
TIDAK TEPAT SASARAN
1. Partisipasi dan Aspirasi Warga
Negara
 Secara umum corak partisipasi warga negara dapat
dibedakan menjadi 4 macam :
1. Partisipasi dalam pemilihan.
2. Partisipasi kelompok warga negara.
3. Kontak antara warga negara dan pemerintah.
4. Partisipasi warga negara secara langsung
dilingkungan pemerintahan.
Partisipasi masyarakat merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari pembangunan sehingga nantinya
seluruh lapisan masyarakat akan memperoleh hak
dan kekuatan yang sama untuk menuntut atau
mendapatkan bagian yang adil dari mamfaat
pembangunan
3. Masalah Lingkungan Hidup
 5 Aspak yg perlu mendapatkan perhatian :
 1. Masalah pertumbuhan kependudukan.
( wilayah pemukiman yg sehat, tanpa menganggu potensi alami
SDA)
 2. Pembangunan sektoral.
(pengembangan sektor pariwisata sambil menjaga lingkungan
hidup)
 3. Media Lingkungan
(spt;tanah,air,tata ruang, memiliki master plan)
4. Lingkungan sbg unsur-unsur penunjang
(misalnya pendidikan, pengembangan ilmu dan teknologi,
pengaturan aparatur, atau pembebanan biaya terhadap
konservasi lingkungan)
5. Legitimasi menerapkan peraturan PerUU formal mengenai
lingkungan secara tegas No. 4 thn 1982 “ketentuan pengelolaan
lingkungan hidup, PP no.29 thn 1986.
4. Pelayanan Umum
 Menyangkut Bidang Kesehatan, pendidikan,
transportasi, perumahan, kesejahtraan sosial,
gisi, listrik, kebutuhan pokok dll.
 Kepentingan pribadi dijadikan komoditas yg
diperdagangkan untuk kepentingan pribadi dan
kelompok.
 Bentuk organisasi birokrasi yg diharapkan
memiliki daya tanggap yg baik terhadap
kepentingan2 umum adalah bentuk organisasi
adaptif.
 Bentuk organisasi birokrasi yg diharapkan memiliki daya
tanggap yg baik terhadap kepentingan2 umum adalah
bentuk organisasi adaptif.
 1. Berorentasi pada kebutuhan para pemakai jasa
 2. Bersifat kreatif dan inovatif
 3. Menganggap SDM sbg modal tetap jangka panjang
 4. Kepemimpinan yg memiliki kemampuan pemersatu
berbagai kepentingan dlm organisasi,sehingga
menumbuhkan sinergisme.
 Para Aparat secara individu hrs lebih peka terhadap
kebutuhan2 masyarakat dan tidak membeda-bedakan
pelayanan antara warga negara yg satu dengan warga
negara lainya.
5. Moral Individu/Moral Kelompok
 Ada dua sisi normatif yang melekat dalam tindakan dan
keputusan para pejabat negara :

1. Aspek lazim yaitu cara-cara dimana kebijakan dan
praktek pelaksanaan tugas pegawai negeri mendukung
sikap-sikap dan titik tinjauan yang memungkinkan
tanggung jawab atas kinerja , memperhitungkan
kepentingan banyak pihak, pejabat-pejabat atasan,
mandat legislatif, dan akhirnya kesejahteraan publik
yang akan menjadi kewajiban pegawai-pegawai negeri
serta mempengaruhi prilaku mereka.
 2. Aspek terbatas yaitu cara-cara dimana
pertanggungjawaban moral untuk kebijakan-kebijakan
yang masuk akal itu sendiri dilaksanakan.
Moral individu mensyaratkan bahwa dalam
hubungannya dengan orang lain seseorang harus
mengikuti norma-norma etis dan melaksanakan
kewajiban-kewajiban sebagai pertanggungjawaban
antar manusia.
 Sedangkan moral kolektif terbentuk karena
tergabungnya pertanggungjawaban didalam suatu
kelompok sehingga proses tindakan-tindakan etis yang
terwujud itu terbentuk karena persetujuan diantara
individu-individu yang terdapat didalamnya.
6. Pertanggungjawaban Administrasi
 Pertanggungjawaban biasanya diartikan sebagai proses antar pribadi
yang menyangkut tindakan, perbuatan, atau keputusan seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain sehingga ia dapat menerima hak dan
wewenang tertentu berikut sanksi yang menjadi konsekuensinya. Akan
tetapi dalam administrasi publik pertanggungjawaban mengandung tiga
konotasi.
1. Pertanggungjawaban sebagai akuntabilitas.
Terdapat dua bentuk akuntabilitas, yaitu : akuntabilitas eksplisit dan
akuntabilitas implisit.
A. Akuntabilitas eksplisit merupakan pertanggung jawaban seorang
pejabat negara manakala ia diharuskan untuk menjawab atau memikul
konsekuensi atas cara-caranya dalam melaksanakan tugas-tugas
kedinasan.
B. Akuntabilitas implisit berarti bahwa segenap aparatur negara secara
implisit bertanggungjawab atas setiap pengaruh yang tak terduga dari
akibat-akibat keputusan yang dibuat.
2. Pertanggungjawaban sebagai sebab-akibat.
Pertangunggjawaban ini muncul bila orang mengatakan bahwa suatu
 3. Pertanggungjawaban sebagai kewajiban.
Apabila seseorang bertanggung jawab dalam artian
kewajiban untuk melakukan sesuatu.
Tipe-tipe sistem pertanggungjawaban :
1. Pertanggungjawaban birokratis adalah mekanisme yang
secara luas dipakai untuk mengelola kehendak-kehendak
lembaga negara.
2. Pertanggungjawaban legal adalah mirip dengan bentuk
birokrasi karena ia juga melibatkan penerapan kontrol yang
terus menerus atas aktivitas administrasi negara.
3. Pertanggungjawaban profesional, dicirikan oleh
penempatan kontrol atas aktivitas-aktivitas organisasional
ditangan para pejabat yang punya kepakaran atau
keterampilan khusus dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
4. Pertanggungjawaban politis merupakan sistem
pertanggungjawaban yang sangat dibutuhkan bagi
administrator di negara-negara demokratis.
Analisis Etis
Tidak Mudah untuk menilai tindakan-tindakan seseorang, apakah sudah sesuai
dengan norma etika atau belum. Apalagi kalau tindakan tersebut berproses
melalui serangkaian keputusan yang panjang.
Konsep moralisme legal dapat dirumuskan dari dua sisi tuntutan yang
menyangkut tindakan manusia yaitu :
1. Sisi ”moralis”, bahwa tindakan-tindakan tertentu memang secara intrinsik dapat
disebut salah.
2. Sisi ”legal”, bahwa tindakan-tindakan yang salah adalah tindakan-tindakan
yang ilegal atau melawan hukum.
Tipe-tipe pelanggaran atau permasalahan :
1. Ketidakjujuran
Para pejabat negara selalu punya peluang untuk melakukan tindakan-tindakan
yang tidak jujur dalam tugas-tugasnya. Berbagai pungutan liar atau penggelapan
merupakan contoh yang paling nyata.
2. Perilaku yang buruk
Tindakan penyuapan, pemberian uang sogok, suap, atau uang semir merupakan
contoh perilaku yang buruk.
3. Konflik kepentingan
Pembayaran uang jasa oleh para kontraktor kepada
pejabat pemerintah mungkin dianggap wajar kalau itu
dilakukan secara sukarela. Tetapi jelas ada perbedaan
normatif jika pemberian itu dimaksudkan untuk
mempengaruhi keputusan yang hendak diambil pejabat
tersebut.
4. Melanggar peraturan perundangan
Bertindak tanpa wewenang yang sah dan melanggar
peraturan-peraturan yang berlaku.
5. Perlakuan yang tidak adil terhadap bawahan
Seorang pegawai kerapkali diberhentikan oleh
atasannya dengan alasan yang tidak berhubungan
dengan tindakan yang tidak efisien atau kesalahan
lainnya.
 6. Pelanggaran terhadap prosedur
Prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah kadang-
kadang tidak tertulis dalam perundangan, tetapi
sesungguhnya prosedur itu punya kekuatan seperti
peraturan perundangan dan karena itu setiap instansi
akan lebih baik jika melaksanakannya secara konsisten.

7. Tidak menghormati kehendak pembuat peraturan
perundangan
Pejabat-pejabat negara dalam tindakannya telah sesuai
dengan peraturan perundangan dan prosedur yang
berlaku. Meskipun demikian bukan tidak mungkin
bahwa mereka sebenarnya gagal dalam mengikuti
kehendak pembuat peraturan.

 8. Inefisiensi dan pemborosan
Pemborosan dana, waktu, barang, atau sumber-sumber
daya milik organisasi tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawaban adalah tindakan yang tidak dapat
dibenarkan.

9. Menutup-nutupi kesalahan
Pejabat publik seringkali menolak untuk memberikan
keterangan yang sesungguhnya kepada badan-badan
legislatif karena merasa bahwa penyimpangan-
penyimpangan dalam organisasinya adalah
tanggungjawabnya sendiri, sehingga badan legislatif
kemudian diabaikan.

10. Kegagalan mengambil prakarsa.
Tidak adanya prakarsa dapat disebabkan oleh :
- Ketakutan terhadap kritik yang mungkin terlontar meskipun
organisasi sangat memerlukan perbaikan.
- Perasaan tidak aman untuk berbuat karena enggan
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
ARY SETIADI
 
Tugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasTugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uas
netieli
 
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaMakalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
ARY SETIADI
 
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsiBab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
natal kristiono
 
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaAkar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Ery Arifullah
 
PKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannya
PKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannyaPKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannya
PKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannya
Idris Miaus
 
Bab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesia
Bab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesiaBab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesia
Bab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesia
natal kristiono
 

What's hot (19)

Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Tugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasTugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uas
 
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaMakalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsiBab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
 
Makalah korupsi
Makalah korupsiMakalah korupsi
Makalah korupsi
 
Makalah korupsiiiiii
Makalah korupsiiiiiiMakalah korupsiiiiii
Makalah korupsiiiiii
 
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaAkar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
 
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
 
Materi penunjang 3 anti korupsi
Materi penunjang 3   anti korupsiMateri penunjang 3   anti korupsi
Materi penunjang 3 anti korupsi
 
PKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannya
PKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannyaPKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannya
PKN kasus korupsi dan upaya pemberantasannya
 
Bab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsiBab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsi
 
Bab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesia
Bab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesiaBab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesia
Bab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesia
 
makalah Korupsi
makalah Korupsimakalah Korupsi
makalah Korupsi
 
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
 
Makalah pkn
Makalah pknMakalah pkn
Makalah pkn
 
Makalah korupsi STIP WUNA
Makalah korupsi STIP WUNA Makalah korupsi STIP WUNA
Makalah korupsi STIP WUNA
 
Investigasi kasus korupsi
Investigasi kasus korupsi Investigasi kasus korupsi
Investigasi kasus korupsi
 

Similar to Materi 7

KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORALKEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL
Siti Sahati
 
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipaPemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Mahardhika WiJaya
 
Materi kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara, tentang Good Governance 1.ppt
Materi kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara, tentang Good Governance 1.pptMateri kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara, tentang Good Governance 1.ppt
Materi kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara, tentang Good Governance 1.ppt
DedenSuhendar5
 
Peran Sistem Pengaturan, Good Governance
Peran Sistem Pengaturan, Good GovernancePeran Sistem Pengaturan, Good Governance
Peran Sistem Pengaturan, Good Governance
celinatavi
 
Resume MODUL ORIENTASI P3K.docx
Resume MODUL ORIENTASI P3K.docxResume MODUL ORIENTASI P3K.docx
Resume MODUL ORIENTASI P3K.docx
malbertscool
 

Similar to Materi 7 (20)

KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORALKEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG KONSEKUENSI MORAL
 
Etika Administrasi Negara
Etika Administrasi NegaraEtika Administrasi Negara
Etika Administrasi Negara
 
Softskill 11
Softskill 11Softskill 11
Softskill 11
 
Government dan Manajemen
Government dan Manajemen Government dan Manajemen
Government dan Manajemen
 
Good Governance.pptx
Good Governance.pptxGood Governance.pptx
Good Governance.pptx
 
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipaPemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
 
Good governance han
Good governance hanGood governance han
Good governance han
 
Materi kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara, tentang Good Governance 1.ppt
Materi kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara, tentang Good Governance 1.pptMateri kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara, tentang Good Governance 1.ppt
Materi kuliah Pengantar Ilmu Administrasi Negara, tentang Good Governance 1.ppt
 
Makalah administrasi negara
Makalah administrasi negaraMakalah administrasi negara
Makalah administrasi negara
 
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
 
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
7.-Etika-Administrasi-Dalam-Praktik.pptx
 
Penerapan prinsip GOOD GOVERNANCE dalam sektor publik
Penerapan prinsip GOOD GOVERNANCE dalam sektor publikPenerapan prinsip GOOD GOVERNANCE dalam sektor publik
Penerapan prinsip GOOD GOVERNANCE dalam sektor publik
 
Materi Politik
Materi PolitikMateri Politik
Materi Politik
 
Pkn kebijakan publik
Pkn kebijakan publikPkn kebijakan publik
Pkn kebijakan publik
 
Be & gg, Asep Muhamad Perdiana, Hapzi Ali, Board of Director,Board Committes,...
Be & gg, Asep Muhamad Perdiana, Hapzi Ali, Board of Director,Board Committes,...Be & gg, Asep Muhamad Perdiana, Hapzi Ali, Board of Director,Board Committes,...
Be & gg, Asep Muhamad Perdiana, Hapzi Ali, Board of Director,Board Committes,...
 
Pkn presentation
Pkn presentationPkn presentation
Pkn presentation
 
Peran Sistem Pengaturan, Good Governance
Peran Sistem Pengaturan, Good GovernancePeran Sistem Pengaturan, Good Governance
Peran Sistem Pengaturan, Good Governance
 
Resume MODUL ORIENTASI P3K.docx
Resume MODUL ORIENTASI P3K.docxResume MODUL ORIENTASI P3K.docx
Resume MODUL ORIENTASI P3K.docx
 
Hukum dan Administrasi Perncanaan, Konsep dan Kritik Good Governance
Hukum dan Administrasi Perncanaan, Konsep dan Kritik Good GovernanceHukum dan Administrasi Perncanaan, Konsep dan Kritik Good Governance
Hukum dan Administrasi Perncanaan, Konsep dan Kritik Good Governance
 
BE & GG, Poltak Bobby, Hapzi Ali, Good Corporate Governance, Universitas Merc...
BE & GG, Poltak Bobby, Hapzi Ali, Good Corporate Governance, Universitas Merc...BE & GG, Poltak Bobby, Hapzi Ali, Good Corporate Governance, Universitas Merc...
BE & GG, Poltak Bobby, Hapzi Ali, Good Corporate Governance, Universitas Merc...
 

More from monalisaibrahim

More from monalisaibrahim (20)

Materi 4 dosen 1
Materi 4 dosen 1Materi 4 dosen 1
Materi 4 dosen 1
 
Materi 2 dosen 1
Materi 2 dosen 1Materi 2 dosen 1
Materi 2 dosen 1
 
Materi 1 dosen 1
Materi 1 dosen 1Materi 1 dosen 1
Materi 1 dosen 1
 
Materi 3 dosen 1 perkembangan pemikiran manajemen
Materi 3 dosen 1 perkembangan pemikiran manajemenMateri 3 dosen 1 perkembangan pemikiran manajemen
Materi 3 dosen 1 perkembangan pemikiran manajemen
 
Materi 2 dosen 1 manajer dan manajemen
Materi 2 dosen 1 manajer dan manajemenMateri 2 dosen 1 manajer dan manajemen
Materi 2 dosen 1 manajer dan manajemen
 
Materi 1 dosen 1
Materi 1 dosen 1Materi 1 dosen 1
Materi 1 dosen 1
 
Materi 1 konsep sei.pptx1
Materi 1 konsep sei.pptx1Materi 1 konsep sei.pptx1
Materi 1 konsep sei.pptx1
 
Materi 5 dosen 1.pdf1
Materi 5 dosen 1.pdf1Materi 5 dosen 1.pdf1
Materi 5 dosen 1.pdf1
 
Materi 4 dosen 1.pdf1
Materi 4 dosen 1.pdf1Materi 4 dosen 1.pdf1
Materi 4 dosen 1.pdf1
 
Materi Perkuliahan Ilmu Alamiah Dasar
Materi Perkuliahan Ilmu Alamiah DasarMateri Perkuliahan Ilmu Alamiah Dasar
Materi Perkuliahan Ilmu Alamiah Dasar
 
Power ponit Ilmu Alamiah Dasar
Power ponit  Ilmu Alamiah DasarPower ponit  Ilmu Alamiah Dasar
Power ponit Ilmu Alamiah Dasar
 
Pengantar dasar2 filsafat
Pengantar dasar2 filsafatPengantar dasar2 filsafat
Pengantar dasar2 filsafat
 
Materi 14 globalisasi ekonomi
Materi 14  globalisasi ekonomiMateri 14  globalisasi ekonomi
Materi 14 globalisasi ekonomi
 
Materi 10 indikator ekonomi indonesia
Materi 10  indikator ekonomi indonesiaMateri 10  indikator ekonomi indonesia
Materi 10 indikator ekonomi indonesia
 
Materi 8 sistem perekonomian indonesia
Materi 8 sistem perekonomian indonesiaMateri 8 sistem perekonomian indonesia
Materi 8 sistem perekonomian indonesia
 
Materi 1
Materi 1 Materi 1
Materi 1
 
Materi 1 studi kasus dua perusahaan BUMN
Materi  1  studi kasus dua perusahaan BUMN Materi  1  studi kasus dua perusahaan BUMN
Materi 1 studi kasus dua perusahaan BUMN
 
Materi Hakikat Ilmu Administrasi
Materi Hakikat Ilmu AdministrasiMateri Hakikat Ilmu Administrasi
Materi Hakikat Ilmu Administrasi
 
Materi 10 Pengertian Administrasi Negara/Publik
Materi  10  Pengertian Administrasi Negara/PublikMateri  10  Pengertian Administrasi Negara/Publik
Materi 10 Pengertian Administrasi Negara/Publik
 
Materi 4. manusia dan peradaban
Materi 4. manusia dan peradabanMateri 4. manusia dan peradaban
Materi 4. manusia dan peradaban
 

Recently uploaded

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 

Recently uploaded (20)

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 

Materi 7

  • 1. Kebijakan Publik Sebagai Keputusan – Keputusan Yang Mengandung Konsekuensi Moral
  • 2.  Kebijakan Publik merupakan sejumlah manusia yg memiliki kebersamaan berpikir, perasaan , harapan, sikap dan suatu tindakan yg benar dan bersih berdasarkan nilai norma yg mereka miliki.  Memahami pola perilaku Aparat Negara dlm menerjemahkan kepentingan2 rakyatnya. Kebijakan Publik ( Public Policy )
  • 3. Kebijakan Publik Sebagai Keputusan – Keputusan Yang Mengandung Konsekuensi Moral  Membahas secara rinci tentang ukuran – ukuran normativ dlm interaksi antara pengusaha, penyelenggara atau Administrator Negara dgn rakyat atau masyarakat umum serta bagaimana seharusnya kebijakan2 publik itu dilaksanakan.
  • 4. Contoh kasus Wawasan dan Analisas  A. Keadilan Sosial  B. Partisipasi dan Aspirasi WA  C. Masalah Lingkungan  D. Pelayanan Umum  E. Moral Individu atau Moral Kelompok  F. Pertanggung jawaban Administrasi  G. Analisis Etis
  • 5. 1. Keadilan Sosial  Tolak ukur keberhasilan pranata publik yang harus diperhatikan ialah terwujudnya kemakmuran ekonomis dlm wujud keadilan sosial. 1. Setiap warga Negara berhak atas kesejahteraan dasar atau taraf minimum hidup. 2. Negara mempunyai persatuan orang yang bertanggung jawab atasa taraf hidup minimum semua warganya 3. Penempatan kerja secara penuh merupakan puncak tujuan sosial yang harus didukung oleh Masyarakat yg seimbang dan teratur sehingga seluruh WN memperoleh kesempatan guna membangun suatu merujuk kpd masyarakat ( society ) atau negara yg dapat berfungsi sbg subjek maupun objek.
  • 6.  UUD 1945 pasal 27 ayat 1,2 (mengenai kedudukan dan hak WN),  Pasal 31 ayat 1,2 (mengenai pertahanan negara)  Pasal 33 ayat 1,2,3 ( mengenai pendidikan)  Pasal 33 ayat 1,2,3 ( mengenai kesejahtraan sosial)  Pasal 34 ( mengenai fakir miskin dan anak2 terlantar)  GBHN dan Ketetapan MPR pd Pemilihan Umum Mewujudkan keadilan sosial bg seluruh rakyat Indonesia Penyelenggraan adm. Pemerintahan yg menuju cita2 kesejahtraan atau keadilan sosial merupakan kewajiban bagi seluruh aparat negara disetiap jenjang.
  • 7.  Prinsip keadilan sosial distributif adalah mengandaikan adanya distribusi barang dan sumber-sumber daya secara adil.  Kebijakan -kebijakan Publik yg harus menjamin pemerataan sumber2 daya yg terdapat di suatu negara . Yang paling penting dalam prinsip ini adalah meguntungkan kaum fakir dan miskin.  Maka para pengambil keputusan perlu menyadari masih banyak kelompok-kelompok yang sangat tertinggal. Dan pengambilan keputusan harus bersifat objektif dalam mengatasi kemiskinan Negara, bukan berdasarkan kepentingan pribadi.
  • 8.  Delapan Jalur Pemerataan bagi proyek-proyek pembangunan di Indonesia.  (1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak,  (2) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan,  (3) Pemerataan distribusi pendapatan,  (4) Pemerataan kesempatan kerja,  (5) Pemerataan pembangunan,  (6) Pemerataan partisipasi dalam pembangunan,  (7) Pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh tanah air, dan  (8) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan hukum.
  • 9.  Tersisihnya tenaga kerja berpendidikan rendah dari sistem produksi kemudian menyebabkan banyaknya pengangguran dgn berbagai bentuk akibat buruk yg ditimbulkanya.  Kemiskinan telah mengakibatkan kurangnya pendidikan dan keterampilan. Rendahnya pendidikan dan keterampilan mengakibatkan daya tawar, daya kerja, dan produktivitas yang rendah. Karena produktivitas yg rendah maka penghasilan yg diperoleh juga rendah yg berarti meluasnya kemiskinan. TIDAK TEPAT SASARAN
  • 10.
  • 11. 1. Partisipasi dan Aspirasi Warga Negara  Secara umum corak partisipasi warga negara dapat dibedakan menjadi 4 macam : 1. Partisipasi dalam pemilihan. 2. Partisipasi kelompok warga negara. 3. Kontak antara warga negara dan pemerintah. 4. Partisipasi warga negara secara langsung dilingkungan pemerintahan. Partisipasi masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan sehingga nantinya seluruh lapisan masyarakat akan memperoleh hak dan kekuatan yang sama untuk menuntut atau mendapatkan bagian yang adil dari mamfaat pembangunan
  • 12. 3. Masalah Lingkungan Hidup  5 Aspak yg perlu mendapatkan perhatian :  1. Masalah pertumbuhan kependudukan. ( wilayah pemukiman yg sehat, tanpa menganggu potensi alami SDA)  2. Pembangunan sektoral. (pengembangan sektor pariwisata sambil menjaga lingkungan hidup)  3. Media Lingkungan (spt;tanah,air,tata ruang, memiliki master plan) 4. Lingkungan sbg unsur-unsur penunjang (misalnya pendidikan, pengembangan ilmu dan teknologi, pengaturan aparatur, atau pembebanan biaya terhadap konservasi lingkungan) 5. Legitimasi menerapkan peraturan PerUU formal mengenai lingkungan secara tegas No. 4 thn 1982 “ketentuan pengelolaan lingkungan hidup, PP no.29 thn 1986.
  • 13. 4. Pelayanan Umum  Menyangkut Bidang Kesehatan, pendidikan, transportasi, perumahan, kesejahtraan sosial, gisi, listrik, kebutuhan pokok dll.  Kepentingan pribadi dijadikan komoditas yg diperdagangkan untuk kepentingan pribadi dan kelompok.  Bentuk organisasi birokrasi yg diharapkan memiliki daya tanggap yg baik terhadap kepentingan2 umum adalah bentuk organisasi adaptif.
  • 14.  Bentuk organisasi birokrasi yg diharapkan memiliki daya tanggap yg baik terhadap kepentingan2 umum adalah bentuk organisasi adaptif.  1. Berorentasi pada kebutuhan para pemakai jasa  2. Bersifat kreatif dan inovatif  3. Menganggap SDM sbg modal tetap jangka panjang  4. Kepemimpinan yg memiliki kemampuan pemersatu berbagai kepentingan dlm organisasi,sehingga menumbuhkan sinergisme.  Para Aparat secara individu hrs lebih peka terhadap kebutuhan2 masyarakat dan tidak membeda-bedakan pelayanan antara warga negara yg satu dengan warga negara lainya.
  • 15. 5. Moral Individu/Moral Kelompok  Ada dua sisi normatif yang melekat dalam tindakan dan keputusan para pejabat negara :  1. Aspek lazim yaitu cara-cara dimana kebijakan dan praktek pelaksanaan tugas pegawai negeri mendukung sikap-sikap dan titik tinjauan yang memungkinkan tanggung jawab atas kinerja , memperhitungkan kepentingan banyak pihak, pejabat-pejabat atasan, mandat legislatif, dan akhirnya kesejahteraan publik yang akan menjadi kewajiban pegawai-pegawai negeri serta mempengaruhi prilaku mereka.
  • 16.  2. Aspek terbatas yaitu cara-cara dimana pertanggungjawaban moral untuk kebijakan-kebijakan yang masuk akal itu sendiri dilaksanakan. Moral individu mensyaratkan bahwa dalam hubungannya dengan orang lain seseorang harus mengikuti norma-norma etis dan melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai pertanggungjawaban antar manusia.  Sedangkan moral kolektif terbentuk karena tergabungnya pertanggungjawaban didalam suatu kelompok sehingga proses tindakan-tindakan etis yang terwujud itu terbentuk karena persetujuan diantara individu-individu yang terdapat didalamnya.
  • 17. 6. Pertanggungjawaban Administrasi  Pertanggungjawaban biasanya diartikan sebagai proses antar pribadi yang menyangkut tindakan, perbuatan, atau keputusan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain sehingga ia dapat menerima hak dan wewenang tertentu berikut sanksi yang menjadi konsekuensinya. Akan tetapi dalam administrasi publik pertanggungjawaban mengandung tiga konotasi. 1. Pertanggungjawaban sebagai akuntabilitas. Terdapat dua bentuk akuntabilitas, yaitu : akuntabilitas eksplisit dan akuntabilitas implisit. A. Akuntabilitas eksplisit merupakan pertanggung jawaban seorang pejabat negara manakala ia diharuskan untuk menjawab atau memikul konsekuensi atas cara-caranya dalam melaksanakan tugas-tugas kedinasan. B. Akuntabilitas implisit berarti bahwa segenap aparatur negara secara implisit bertanggungjawab atas setiap pengaruh yang tak terduga dari akibat-akibat keputusan yang dibuat. 2. Pertanggungjawaban sebagai sebab-akibat. Pertangunggjawaban ini muncul bila orang mengatakan bahwa suatu
  • 18.  3. Pertanggungjawaban sebagai kewajiban. Apabila seseorang bertanggung jawab dalam artian kewajiban untuk melakukan sesuatu. Tipe-tipe sistem pertanggungjawaban : 1. Pertanggungjawaban birokratis adalah mekanisme yang secara luas dipakai untuk mengelola kehendak-kehendak lembaga negara. 2. Pertanggungjawaban legal adalah mirip dengan bentuk birokrasi karena ia juga melibatkan penerapan kontrol yang terus menerus atas aktivitas administrasi negara. 3. Pertanggungjawaban profesional, dicirikan oleh penempatan kontrol atas aktivitas-aktivitas organisasional ditangan para pejabat yang punya kepakaran atau keterampilan khusus dalam melaksanakan suatu pekerjaan. 4. Pertanggungjawaban politis merupakan sistem pertanggungjawaban yang sangat dibutuhkan bagi administrator di negara-negara demokratis.
  • 19. Analisis Etis Tidak Mudah untuk menilai tindakan-tindakan seseorang, apakah sudah sesuai dengan norma etika atau belum. Apalagi kalau tindakan tersebut berproses melalui serangkaian keputusan yang panjang. Konsep moralisme legal dapat dirumuskan dari dua sisi tuntutan yang menyangkut tindakan manusia yaitu : 1. Sisi ”moralis”, bahwa tindakan-tindakan tertentu memang secara intrinsik dapat disebut salah. 2. Sisi ”legal”, bahwa tindakan-tindakan yang salah adalah tindakan-tindakan yang ilegal atau melawan hukum. Tipe-tipe pelanggaran atau permasalahan : 1. Ketidakjujuran Para pejabat negara selalu punya peluang untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak jujur dalam tugas-tugasnya. Berbagai pungutan liar atau penggelapan merupakan contoh yang paling nyata. 2. Perilaku yang buruk Tindakan penyuapan, pemberian uang sogok, suap, atau uang semir merupakan contoh perilaku yang buruk.
  • 20. 3. Konflik kepentingan Pembayaran uang jasa oleh para kontraktor kepada pejabat pemerintah mungkin dianggap wajar kalau itu dilakukan secara sukarela. Tetapi jelas ada perbedaan normatif jika pemberian itu dimaksudkan untuk mempengaruhi keputusan yang hendak diambil pejabat tersebut. 4. Melanggar peraturan perundangan Bertindak tanpa wewenang yang sah dan melanggar peraturan-peraturan yang berlaku. 5. Perlakuan yang tidak adil terhadap bawahan Seorang pegawai kerapkali diberhentikan oleh atasannya dengan alasan yang tidak berhubungan dengan tindakan yang tidak efisien atau kesalahan lainnya.
  • 21.  6. Pelanggaran terhadap prosedur Prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah kadang- kadang tidak tertulis dalam perundangan, tetapi sesungguhnya prosedur itu punya kekuatan seperti peraturan perundangan dan karena itu setiap instansi akan lebih baik jika melaksanakannya secara konsisten.  7. Tidak menghormati kehendak pembuat peraturan perundangan Pejabat-pejabat negara dalam tindakannya telah sesuai dengan peraturan perundangan dan prosedur yang berlaku. Meskipun demikian bukan tidak mungkin bahwa mereka sebenarnya gagal dalam mengikuti kehendak pembuat peraturan. 
  • 22.  8. Inefisiensi dan pemborosan Pemborosan dana, waktu, barang, atau sumber-sumber daya milik organisasi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawaban adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan.  9. Menutup-nutupi kesalahan Pejabat publik seringkali menolak untuk memberikan keterangan yang sesungguhnya kepada badan-badan legislatif karena merasa bahwa penyimpangan- penyimpangan dalam organisasinya adalah tanggungjawabnya sendiri, sehingga badan legislatif kemudian diabaikan.  10. Kegagalan mengambil prakarsa. Tidak adanya prakarsa dapat disebabkan oleh : - Ketakutan terhadap kritik yang mungkin terlontar meskipun organisasi sangat memerlukan perbaikan. - Perasaan tidak aman untuk berbuat karena enggan