SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Download to read offline
WABAH DAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
dr. Tischa Rahayu Fonna, MKM / 199307292022032013
Blok Kesehatan Masyarakat / Kedokteran Komunitas & Pencegahan
WABAH : Kecil, tapi luar biasa
Adanya peningkatan jumlah kasus yang jelas terlihat, meski kecil, jika dibandingkan dengan jumlah
“normal” yang diantisipasi.
Ketika sebuah penyakit baru muncul, wabah memang jadi lebih jelas terlihat karena jumlah kasus yang
diantisipasi akibat penyakit itu masih kosong.
Bayangkan apabila tiba-tiba jumlah anak kecil yang terkena diare
meningkat di sebuah tempat penitipan anak. Satu atau dua anak sakit
mungkin saja normal di hari—hari biasa, tapi jika 15 anak sekaligus
menderita diare; wabah
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010)
Tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan
Wabah adalah Keadaan dimana suatu kejadian penyakit pada
wilayah tertentu, menetap dalam waktu lama, berkenaan
dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul dalam
suatu wilayah tertentu.
Begitu otoritas kesehatan setempat mendeteksi adanya wabah, mereka
langsung meluncurkan investigasi guna menentukan secara tepat siapa saja
yang terdampak dan berapa banyak orang yang terkena penyakit.
Informasi itu kemudian digunakan untuk mencari tahu cara terbaik mengurung wabah dan mencegah
bertambahnya penderita baru yang lebih besar dan menyebar
Satu contoh: Klaster kasus pneumonia yang mencuat tak terduga di
kalangan konsumen pasar di Wuhan, Cina. Pejabat kesehatan publik
mengetahui bahwa peningkatan jumlah kasus pneumonia di sana
merupakan wabah coronavirus tipe baru, yang kini diberi nama
SARS-CoV-2 dengan penyakit Covid-19.
Prevalensi !!!
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB, Outbreaks)
Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang
dapat menjurus pada terjadinya wabah
7 KRITERIA KLB
PERMENKES RI NO. 1501/MENKES/PER/X/2010
Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada
suatu daerah
Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya
Peningkatan kejadian kesakitan 2x atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu
jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya
Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan 2x atau lebih dibandingkan
dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya
Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau
lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya
Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan 2x atau
lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
1 Kriteria = KLB (+)
Satu contoh: Klaster kasus pneumonia yang mencuat tak terduga di
kalangan konsumen pasar di Wuhan, Cina. Pejabat kesehatan publik
sekarang mengetahui bahwa peningkatan jumlah kasus pneumonia di
sana merupakan wabah coronavirus tipe baru, yang kini diberi nama
SARS-CoV-2 dengan penyakit Covid-19.
Wabah yang menyebar di area geografis yang lebih luas. Ketika orang –
orang di luar Wuhan mulai terdeteksi mengidap SARS-CoV-2 (COVID-19),
para ahli epidemiologi pun tahu bahwa ini telah menyebar luas, yang
menandakan bahwa upaya pengurungan tidaklah cukup atau sudah
terlambat (Epidemi).
Pengobatan dan vaksin yang
belum tersedia
Keadaan dimana kejadian penyakit meningkat dalam waktu
singkat dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas
COVID-19 pertama muncul di Wuhan, Cina pada akhir 2019 tapi dengan
cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia. Peta ini memperlihatkan semua
negara yang terjangkit pada 5 Maret 2020 (Pandemi).
Bersifat: Internasional dan di luar kendali.
Ketika sebuah epidemik menyebar ke beberapa negara atau wilayah di
dunia maka Covid-19 sudah dianggap pandemi
Profilaksis !!!
1 Wilayah
Menetap
Banyak wilayah / Nasional
Internasional
SPORADIK
Suatu keadaan dimana suatu penyakit disuatu wilayah
tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan
waktu (musiman).
Contoh:
Demam berdarah saat musim hujan di DKI Jakarta
GAMBARAN UMUM PENYAKIT MENULAR TERTENTU YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH
LANGKAH PENANGGULANGAN KLB/WABAH
Isi laporan kewaspadaan antara lain :
1. Nama penderita atau yang meninggal;
2. Golongan umur;
3. Tempat dan alamat kejadian;
4. Waktu kejadian;
5. Jumlah yang sakit dan meninggal
PENYELIDIKAN
EPIDEMIOLOGI DAN SURVEILANS
01
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan perkembangan penyakit
dan kebutuhan upaya penanggulangan wabah.
Tujuan dilaksanakan penyelidikan epidemiologi setidaknya-tidaknya untuk :
Mengetahui gambaran epidemiologi wabah;
Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam penyakit wabah;
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit wabah termasuk
sumber dan cara penularan penyakitnya; dan
Menentukan cara penanggulan wabah
Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan tatacara penyelidikan epidemiologi
untuk mendukung upaya penanggulangan wabah, termasuk tata cara bagi petugas
penyelidikan epidemiologi agar terhindar dari penularan penyakit wabah.
SURVEILANS
Surveilans di daerah wabah dan daerah-daerah yang berisiko terjadi wabah
dilaksanakan lebih intensif untuk mengetahui perkembangan penyakit menurut
waktu dan tempat dan dimanfaatkan untuk mendukung upaya penanggulangan
yang sedang dilaksanakan, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di pos-pos kesehatan dan
unit-unit kesehatan lainnya, membuat tabel, grafik dan pemetaan dan melakukan
analisis kecenderungan wabah dari waktu ke waktu dan analisis data menurut
tempat, RT, RW, desa dan kelompok-kelompok masyarakat tertentu lainnya.
Mengadakan pertemuan berkala petugas lapangan dengan kepala desa, kader dan
masyarakat untuk membahas perkembangan penyakit dan hasil upaya
penanggulangan wabah yang telah dilaksanakan.
Memanfaatkan hasil surveilans tersebut dalam upaya penanggulangan wabah.
Hasil penyelidikan epidemiologi dan surveilans secara teratur disampaikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala
dinas kesehatan provinsi dan Menteri. Direktur Jenderal sebagai laporan perkembangan penanggulangan wabah.
PENATALAKSANAAN PENDERITA
02
(Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, Isolasi
Penderita, dan Tindakan Karantina).
a. Mendekatkan sarana pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan tempat tinggal penduduk di
daerah wabah, sehingga penderita dapat berobat setiap saat.
b. Melengkapi sarana kesehatan tersebut dengan tenaga dan peralatan untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan, pengambilan spesimen dan sarana pencatatan penderita berobat
serta rujukan penderita.
c. Mengatur tata ruang dan mekanisme kegiatan di sarana kesehatan agar tidak terjadi penularan
penyakit, baik penularan langsung maupun penularan tidak langsung. Penularan tidak langsung
dapat terjadi karena adanya pencemaran lingkungan oleh bibit/kuman penyakit atau penularan
melalui hewan penular penyakit.
d. Penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan berperan aktif dalam
penemuan dan penatalaksanaan penderita di masyarakat.
e. Menggalang kerja sama pimpinan daerah dan tokoh masyarakat serta lembaga swadaya
masyarakat untuk melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat.
Apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan isolasi, evakuasi dan karantina.
Isolasi penderita atau tersangka penderita dengan cara
memisahkan seorang penderita agar tidak menjadi sumber
penyebaran penyakit selama penderita atau tersangka penderita
tersebut dapat menyebarkan penyakit kepada orang lain.
Isolasi dilaksanakan di rumah sakit, puskesmas, rumah atau
tempat lain yang sesuai dengan kebutuhan.
Apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan isolasi, evakuasi dan karantina.
Evakuasi dengan memindahkan seseorang atau sekelompok orang
dari suatu lokasi di daerah wabah agar terhindar dari penularan
penyakit.
Evakuasi ditetapkan oleh bupati/walikota atas usulan tim
penanggulangan wabah berdasarkan indikasi medis dan
epidemiologi
Apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan isolasi, evakuasi dan karantina.
Tindakan karantina dengan melarang keluar atau masuk orang
dari dan ke daerah rawan wabah untuk menghindari terjadinya
penyebaran penyakit.
Karantina ditetapkan oleh bupati/walikota atas usulan tim
penanggulangan wabah berdasarkan indikasi medis dan
epidemiologi.
PENCEGAHAN DAN PENGEBALAN
03
Tindakan pencegahan dan pengebalan dilakukan terhadap orang, masyarakat dan
lingkungannya yang mempunyai risiko terkena penyakit wabah agar jangan sampai terjangkit
penyakit. Orang, masyarakat, dan lingkungannya yang mempunyai risiko terkena penyakit
wabah ditentukan berdasarkan penyelidikan epidemiologi.
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010)
Tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010)
Tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan
Tindakan pencegahan dan pengebalan dilaksanakan sesuai dengan jenis penyakit wabah
serta hasil penyelidikan epidemiologi, antara lain:
a. Pengobatan penderita sedini mungkin agar tidak menjadi sumber penularan
penyakit, termasuk tindakan isolasi dan karantina.
b. Peningkatan daya tahan tubuh dengan perbaikan gizi dan imunisasi.
c. Perlindungan diri dari penularan penyakit, termasuk menghindari kontak dengan
penderita, sarana dan lingkungan tercemar, penggunaan alat proteksi diri, perilaku
hidup bersih dan sehat, penggunaan obat profilaksis.
d. Pengendalian sarana, lingkungan dan hewan pembawa penyakit untuk
menghilangkan sumber penularan dan memutus mata rantai penularan.
PEMUSNAHAN PENYEBAB
PENYAKIT
04
Tindakan pemusnahan penyakit wabah dilakukan terhadap bibit
penyakit/kuman penyebab penyakit, hewan, tumbuhan dan atau benda
yang mengandung penyebab penyakit tersebut.
Pemusnahan bibit penyakit/kuman penyebab penyakit dilakukan pada
permukaan tubuh manusia atau hewan atau pada benda mati lainnya.
Pemusnahan hewan dan tumbuhan yang mengandung bibit penyakit/kuman penyebab
penyakit dilakukan dengan cara yang tidak menyebabkan tersebarnya penyakit, yaitu
dengan dibakar atau dikubur sesuai jenis hewan/tumbuhan. Pemusnahan hewan dan
tumbuan merupakan upaya terakhir dan dikoordinasikan dengan sector terkait di bidang
peternakan dan tanaman.
PENANGANAN JENAZAH
05
Penanganan secara khusus menurut jenis penyakitnya untuk
menghindarkan penularan penyakit pada orang lain.
a. Penanganan jenazah secara umum mengikuti ketentuan sebagai berikut:
- Harus memperhatikan norma agama, kepercayaan, tradisi, dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
- Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.
- Penghapushamaan bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam penanganan
jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan
Penanganan jenazah:
b. Penanganan jenazah secara khusus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
- Di tempat pemulasaraan jenazah :
• Seluruh petugas yang menangani jenazah telah mempersiapkan
kewaspadaan standar.
• Mencuci tangan dengan sabun sebelum memakai dan setelah melepas
sarung tangan.
• Perlakuan terhadap jenazah: luruskan tubuh; tutup mata, telinga, dan mulut
dengan kapas/plester kedap air; lepaskan alat kesehatan yang terpasang;
setiap luka harus diplester dengan rapat
• Jika diperlukan memandikan jenazah atau perlakuan khusus berdasarkan
pertimbangan norma agama, kepercayaan, dan tradisi, dilakukan oleh
petugas khusus dengan tetap memperhatikan kewaspadaan universal
(universal precaution). Air untuk memandikan jenazah harus dibubuhi
disinfektan.
• Jika diperlukan otopsi, otopsi hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus
setelah mendapatkan izin dari pihak keluarga dan direktur rumah sakit.
• Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
• Jenazah dibungkus dengan kain kafan dan/atau bahan kedap air.
• Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
• Jenazah disemayamkan tidak lebih dari 4 jam di tempat pemulasaraan
jenazah.
• Jenazah dapat dikeluarkan dari tempat pemulasaraan jenazah untuk
dimakamkan setelah mendapat ijin dari direktur rumah sakit.
• Jenazah sebaiknya diantar/diangkut oleh mobil jenazah ke tempat
pemakaman.
…Di tempat pemulasaraan jenazah :
- Di tempat pemakaman :
• Setelah semua ketentuan penanganan jenazah di tempat pemulasaraan
jenazah dilaksanakan, keluarga dapat turut dalam pemakaman jenazah.
• Pemakaman dapat dilakukan di tempat pemakaman umum
PENYULUHAN KEPADA
MASYARAKAT
06
Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan oleh petugas kesehatan dengan mengikutsertakan instansi
terkait lain, pemuka agama, pemuka masyarakat, lembaga swadaya masyarakat menggunakan
berbagai media komunikasi massa agar terjadi peningkatan kewaspadaan dan peran aktif masyarakat
dalam upaya penanggulangan wabah.
Terimakasih

More Related Content

Similar to KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf

Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiliapurnm
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiFitriasryngsh26
 
Data KLB Wabah Prov SumSel 2015
Data KLB Wabah Prov SumSel 2015Data KLB Wabah Prov SumSel 2015
Data KLB Wabah Prov SumSel 2015Ajrinaaputri
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiliapurnm
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversirarafiah
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiresna adtya
 
data klb provinsi sumatera selatan 2015
data klb provinsi sumatera selatan 2015data klb provinsi sumatera selatan 2015
data klb provinsi sumatera selatan 2015resna adtya
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversinandang1404
 
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]Ajrinaaputri
 
TUGAS PENYAJIAN DATA
TUGAS PENYAJIAN DATATUGAS PENYAJIAN DATA
TUGAS PENYAJIAN DATAresna adtya
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiFitriasryngsh26
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiliapurnm
 
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...Resna Adtya
 
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...Resna Adtya
 
Pemberantasan Penyakit Menular
Pemberantasan Penyakit MenularPemberantasan Penyakit Menular
Pemberantasan Penyakit MenularAkfar ikifa
 

Similar to KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf (20)

Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data KLB Wabah Prov SumSel 2015
Data KLB Wabah Prov SumSel 2015Data KLB Wabah Prov SumSel 2015
Data KLB Wabah Prov SumSel 2015
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
data klb provinsi sumatera selatan 2015
data klb provinsi sumatera selatan 2015data klb provinsi sumatera selatan 2015
data klb provinsi sumatera selatan 2015
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]
 
TUGAS PENYAJIAN DATA
TUGAS PENYAJIAN DATATUGAS PENYAJIAN DATA
TUGAS PENYAJIAN DATA
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Makalah nandang
Makalah nandangMakalah nandang
Makalah nandang
 
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...
 
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...
 
Wabah
WabahWabah
Wabah
 
Pemberantasan Penyakit Menular
Pemberantasan Penyakit MenularPemberantasan Penyakit Menular
Pemberantasan Penyakit Menular
 
Investigasi outbreak ppi
Investigasi outbreak ppiInvestigasi outbreak ppi
Investigasi outbreak ppi
 
KLB 1.pptx
KLB 1.pptxKLB 1.pptx
KLB 1.pptx
 
KLB 1.pptx
KLB 1.pptxKLB 1.pptx
KLB 1.pptx
 

More from andrekesuma1

Prinsip Pencegahan KK dan PAK.ppt
Prinsip Pencegahan KK dan PAK.pptPrinsip Pencegahan KK dan PAK.ppt
Prinsip Pencegahan KK dan PAK.pptandrekesuma1
 
Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah Peruntukan.pptx
Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah Peruntukan.pptxManajemen Penyakit Berbasis Wilayah Peruntukan.pptx
Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah Peruntukan.pptxandrekesuma1
 
1 BUS FISOLOGI MENSTRUASI.ppt
1 BUS FISOLOGI MENSTRUASI.ppt1 BUS FISOLOGI MENSTRUASI.ppt
1 BUS FISOLOGI MENSTRUASI.pptandrekesuma1
 
1.2 Hemostasis.pptx
1.2 Hemostasis.pptx1.2 Hemostasis.pptx
1.2 Hemostasis.pptxandrekesuma1
 
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptx
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptxANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptx
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptxandrekesuma1
 
Obat Hematolimfopoetik.pptx
Obat Hematolimfopoetik.pptxObat Hematolimfopoetik.pptx
Obat Hematolimfopoetik.pptxandrekesuma1
 

More from andrekesuma1 (6)

Prinsip Pencegahan KK dan PAK.ppt
Prinsip Pencegahan KK dan PAK.pptPrinsip Pencegahan KK dan PAK.ppt
Prinsip Pencegahan KK dan PAK.ppt
 
Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah Peruntukan.pptx
Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah Peruntukan.pptxManajemen Penyakit Berbasis Wilayah Peruntukan.pptx
Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah Peruntukan.pptx
 
1 BUS FISOLOGI MENSTRUASI.ppt
1 BUS FISOLOGI MENSTRUASI.ppt1 BUS FISOLOGI MENSTRUASI.ppt
1 BUS FISOLOGI MENSTRUASI.ppt
 
1.2 Hemostasis.pptx
1.2 Hemostasis.pptx1.2 Hemostasis.pptx
1.2 Hemostasis.pptx
 
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptx
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptxANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptx
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_JANTUNG.pptx
 
Obat Hematolimfopoetik.pptx
Obat Hematolimfopoetik.pptxObat Hematolimfopoetik.pptx
Obat Hematolimfopoetik.pptx
 

Recently uploaded

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (20)

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 

KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf

  • 1. WABAH DAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) dr. Tischa Rahayu Fonna, MKM / 199307292022032013 Blok Kesehatan Masyarakat / Kedokteran Komunitas & Pencegahan
  • 2. WABAH : Kecil, tapi luar biasa Adanya peningkatan jumlah kasus yang jelas terlihat, meski kecil, jika dibandingkan dengan jumlah “normal” yang diantisipasi. Ketika sebuah penyakit baru muncul, wabah memang jadi lebih jelas terlihat karena jumlah kasus yang diantisipasi akibat penyakit itu masih kosong. Bayangkan apabila tiba-tiba jumlah anak kecil yang terkena diare meningkat di sebuah tempat penitipan anak. Satu atau dua anak sakit mungkin saja normal di hari—hari biasa, tapi jika 15 anak sekaligus menderita diare; wabah (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010) Tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan Wabah adalah Keadaan dimana suatu kejadian penyakit pada wilayah tertentu, menetap dalam waktu lama, berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.
  • 3. Begitu otoritas kesehatan setempat mendeteksi adanya wabah, mereka langsung meluncurkan investigasi guna menentukan secara tepat siapa saja yang terdampak dan berapa banyak orang yang terkena penyakit. Informasi itu kemudian digunakan untuk mencari tahu cara terbaik mengurung wabah dan mencegah bertambahnya penderita baru yang lebih besar dan menyebar Satu contoh: Klaster kasus pneumonia yang mencuat tak terduga di kalangan konsumen pasar di Wuhan, Cina. Pejabat kesehatan publik mengetahui bahwa peningkatan jumlah kasus pneumonia di sana merupakan wabah coronavirus tipe baru, yang kini diberi nama SARS-CoV-2 dengan penyakit Covid-19. Prevalensi !!!
  • 4. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB, Outbreaks) Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah
  • 5. 7 KRITERIA KLB PERMENKES RI NO. 1501/MENKES/PER/X/2010 Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya Peningkatan kejadian kesakitan 2x atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan 2x atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan 2x atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama 1 Kriteria = KLB (+)
  • 6. Satu contoh: Klaster kasus pneumonia yang mencuat tak terduga di kalangan konsumen pasar di Wuhan, Cina. Pejabat kesehatan publik sekarang mengetahui bahwa peningkatan jumlah kasus pneumonia di sana merupakan wabah coronavirus tipe baru, yang kini diberi nama SARS-CoV-2 dengan penyakit Covid-19. Wabah yang menyebar di area geografis yang lebih luas. Ketika orang – orang di luar Wuhan mulai terdeteksi mengidap SARS-CoV-2 (COVID-19), para ahli epidemiologi pun tahu bahwa ini telah menyebar luas, yang menandakan bahwa upaya pengurungan tidaklah cukup atau sudah terlambat (Epidemi). Pengobatan dan vaksin yang belum tersedia Keadaan dimana kejadian penyakit meningkat dalam waktu singkat dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas COVID-19 pertama muncul di Wuhan, Cina pada akhir 2019 tapi dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia. Peta ini memperlihatkan semua negara yang terjangkit pada 5 Maret 2020 (Pandemi). Bersifat: Internasional dan di luar kendali. Ketika sebuah epidemik menyebar ke beberapa negara atau wilayah di dunia maka Covid-19 sudah dianggap pandemi
  • 8. 1 Wilayah Menetap Banyak wilayah / Nasional Internasional
  • 9.
  • 10. SPORADIK Suatu keadaan dimana suatu penyakit disuatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan waktu (musiman). Contoh: Demam berdarah saat musim hujan di DKI Jakarta
  • 11. GAMBARAN UMUM PENYAKIT MENULAR TERTENTU YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH
  • 12.
  • 13.
  • 14.
  • 15.
  • 16.
  • 18. Isi laporan kewaspadaan antara lain : 1. Nama penderita atau yang meninggal; 2. Golongan umur; 3. Tempat dan alamat kejadian; 4. Waktu kejadian; 5. Jumlah yang sakit dan meninggal
  • 20. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan perkembangan penyakit dan kebutuhan upaya penanggulangan wabah. Tujuan dilaksanakan penyelidikan epidemiologi setidaknya-tidaknya untuk : Mengetahui gambaran epidemiologi wabah; Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam penyakit wabah; Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit wabah termasuk sumber dan cara penularan penyakitnya; dan Menentukan cara penanggulan wabah Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan tatacara penyelidikan epidemiologi untuk mendukung upaya penanggulangan wabah, termasuk tata cara bagi petugas penyelidikan epidemiologi agar terhindar dari penularan penyakit wabah.
  • 21. SURVEILANS Surveilans di daerah wabah dan daerah-daerah yang berisiko terjadi wabah dilaksanakan lebih intensif untuk mengetahui perkembangan penyakit menurut waktu dan tempat dan dimanfaatkan untuk mendukung upaya penanggulangan yang sedang dilaksanakan, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di pos-pos kesehatan dan unit-unit kesehatan lainnya, membuat tabel, grafik dan pemetaan dan melakukan analisis kecenderungan wabah dari waktu ke waktu dan analisis data menurut tempat, RT, RW, desa dan kelompok-kelompok masyarakat tertentu lainnya. Mengadakan pertemuan berkala petugas lapangan dengan kepala desa, kader dan masyarakat untuk membahas perkembangan penyakit dan hasil upaya penanggulangan wabah yang telah dilaksanakan. Memanfaatkan hasil surveilans tersebut dalam upaya penanggulangan wabah. Hasil penyelidikan epidemiologi dan surveilans secara teratur disampaikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi dan Menteri. Direktur Jenderal sebagai laporan perkembangan penanggulangan wabah.
  • 22. PENATALAKSANAAN PENDERITA 02 (Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, Isolasi Penderita, dan Tindakan Karantina).
  • 23. a. Mendekatkan sarana pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan tempat tinggal penduduk di daerah wabah, sehingga penderita dapat berobat setiap saat. b. Melengkapi sarana kesehatan tersebut dengan tenaga dan peralatan untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan, pengambilan spesimen dan sarana pencatatan penderita berobat serta rujukan penderita. c. Mengatur tata ruang dan mekanisme kegiatan di sarana kesehatan agar tidak terjadi penularan penyakit, baik penularan langsung maupun penularan tidak langsung. Penularan tidak langsung dapat terjadi karena adanya pencemaran lingkungan oleh bibit/kuman penyakit atau penularan melalui hewan penular penyakit. d. Penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan berperan aktif dalam penemuan dan penatalaksanaan penderita di masyarakat. e. Menggalang kerja sama pimpinan daerah dan tokoh masyarakat serta lembaga swadaya masyarakat untuk melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat.
  • 24. Apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan isolasi, evakuasi dan karantina. Isolasi penderita atau tersangka penderita dengan cara memisahkan seorang penderita agar tidak menjadi sumber penyebaran penyakit selama penderita atau tersangka penderita tersebut dapat menyebarkan penyakit kepada orang lain. Isolasi dilaksanakan di rumah sakit, puskesmas, rumah atau tempat lain yang sesuai dengan kebutuhan.
  • 25. Apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan isolasi, evakuasi dan karantina. Evakuasi dengan memindahkan seseorang atau sekelompok orang dari suatu lokasi di daerah wabah agar terhindar dari penularan penyakit. Evakuasi ditetapkan oleh bupati/walikota atas usulan tim penanggulangan wabah berdasarkan indikasi medis dan epidemiologi
  • 26. Apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan isolasi, evakuasi dan karantina. Tindakan karantina dengan melarang keluar atau masuk orang dari dan ke daerah rawan wabah untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit. Karantina ditetapkan oleh bupati/walikota atas usulan tim penanggulangan wabah berdasarkan indikasi medis dan epidemiologi.
  • 28. Tindakan pencegahan dan pengebalan dilakukan terhadap orang, masyarakat dan lingkungannya yang mempunyai risiko terkena penyakit wabah agar jangan sampai terjangkit penyakit. Orang, masyarakat, dan lingkungannya yang mempunyai risiko terkena penyakit wabah ditentukan berdasarkan penyelidikan epidemiologi. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010) Tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan
  • 29. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010) Tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan Tindakan pencegahan dan pengebalan dilaksanakan sesuai dengan jenis penyakit wabah serta hasil penyelidikan epidemiologi, antara lain: a. Pengobatan penderita sedini mungkin agar tidak menjadi sumber penularan penyakit, termasuk tindakan isolasi dan karantina. b. Peningkatan daya tahan tubuh dengan perbaikan gizi dan imunisasi. c. Perlindungan diri dari penularan penyakit, termasuk menghindari kontak dengan penderita, sarana dan lingkungan tercemar, penggunaan alat proteksi diri, perilaku hidup bersih dan sehat, penggunaan obat profilaksis. d. Pengendalian sarana, lingkungan dan hewan pembawa penyakit untuk menghilangkan sumber penularan dan memutus mata rantai penularan.
  • 31. Tindakan pemusnahan penyakit wabah dilakukan terhadap bibit penyakit/kuman penyebab penyakit, hewan, tumbuhan dan atau benda yang mengandung penyebab penyakit tersebut. Pemusnahan bibit penyakit/kuman penyebab penyakit dilakukan pada permukaan tubuh manusia atau hewan atau pada benda mati lainnya. Pemusnahan hewan dan tumbuhan yang mengandung bibit penyakit/kuman penyebab penyakit dilakukan dengan cara yang tidak menyebabkan tersebarnya penyakit, yaitu dengan dibakar atau dikubur sesuai jenis hewan/tumbuhan. Pemusnahan hewan dan tumbuan merupakan upaya terakhir dan dikoordinasikan dengan sector terkait di bidang peternakan dan tanaman.
  • 32. PENANGANAN JENAZAH 05 Penanganan secara khusus menurut jenis penyakitnya untuk menghindarkan penularan penyakit pada orang lain.
  • 33. a. Penanganan jenazah secara umum mengikuti ketentuan sebagai berikut: - Harus memperhatikan norma agama, kepercayaan, tradisi, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. - Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan. - Penghapushamaan bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam penanganan jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan Penanganan jenazah: b. Penanganan jenazah secara khusus mengikuti ketentuan sebagai berikut : - Di tempat pemulasaraan jenazah : • Seluruh petugas yang menangani jenazah telah mempersiapkan kewaspadaan standar. • Mencuci tangan dengan sabun sebelum memakai dan setelah melepas sarung tangan. • Perlakuan terhadap jenazah: luruskan tubuh; tutup mata, telinga, dan mulut dengan kapas/plester kedap air; lepaskan alat kesehatan yang terpasang; setiap luka harus diplester dengan rapat
  • 34. • Jika diperlukan memandikan jenazah atau perlakuan khusus berdasarkan pertimbangan norma agama, kepercayaan, dan tradisi, dilakukan oleh petugas khusus dengan tetap memperhatikan kewaspadaan universal (universal precaution). Air untuk memandikan jenazah harus dibubuhi disinfektan. • Jika diperlukan otopsi, otopsi hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus setelah mendapatkan izin dari pihak keluarga dan direktur rumah sakit. • Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet. • Jenazah dibungkus dengan kain kafan dan/atau bahan kedap air. • Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi. • Jenazah disemayamkan tidak lebih dari 4 jam di tempat pemulasaraan jenazah. • Jenazah dapat dikeluarkan dari tempat pemulasaraan jenazah untuk dimakamkan setelah mendapat ijin dari direktur rumah sakit. • Jenazah sebaiknya diantar/diangkut oleh mobil jenazah ke tempat pemakaman. …Di tempat pemulasaraan jenazah :
  • 35. - Di tempat pemakaman : • Setelah semua ketentuan penanganan jenazah di tempat pemulasaraan jenazah dilaksanakan, keluarga dapat turut dalam pemakaman jenazah. • Pemakaman dapat dilakukan di tempat pemakaman umum
  • 36. PENYULUHAN KEPADA MASYARAKAT 06 Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan oleh petugas kesehatan dengan mengikutsertakan instansi terkait lain, pemuka agama, pemuka masyarakat, lembaga swadaya masyarakat menggunakan berbagai media komunikasi massa agar terjadi peningkatan kewaspadaan dan peran aktif masyarakat dalam upaya penanggulangan wabah.