1. 1
ANGKATAN PERANG RATU ADIL
(APRA)
KELOMPOK VIII :
1. PUSPA REGAWATI
2. VILDA VEBIANA
SMK PELITA MADANI PRINGSEWU
TAHUN 2019
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa hal mengenai Pergerakan
Ratu Adil yang sempat mengadakan kudeta militer di Indonesia, Angkatan perang
yang didirikan oleh bekas tentara Belanda yang juga dibantu oleh orang pribumi.
Kudeta berdarah ini memakan banyak korban dari kalangan Tentara Nasional
Indonesia. Tentara ini adalah tentara Pro Belanda yang mengadakan kudeta di
masa Revolusi Indonesia.gerakan ini ini mengadakan pemberontakan karena
mereka tidak suka pada pengaruh Soekarno.
Gerakan ini melakukan pergolakan di daerah Jawa, mereka pernah berhasil
menguasai Kota Bandung, tetapi mereka tidak berhasil menguasai. Kota kota lain
yang berada di daerah daerah lainnya. Dalam pergolakan ini mereka juga sempat
meminta bantuan kepada Tentara Islam Indonesia, tetapi bantuan dari Tentara
Islam Indonesia tidak datang sesuai perjanjian. Gerakan ini adalah gerakan yang
berani memberi ultimatum kepada para petinggi pemerintah Indonesia.
Pemimpin dari gerakan ini adal Raymond Westerling, dia yang
mencetuskan semua konspirasi untuk menggulingkan pengaruh pengaruh
Nasionaalisme yang dicetuskan oleh Soekarno. Westerling tidak sendirian dalam
melakukan aksinya di juga dibantu oleh salah satu sultan yaitu, Sultan Hamid II.
Gerakan ini juga melakukan banyak pembantaian kepada masyarakat yang ada
didaerah Sulawesi.
Nama dari gerakan ini diambil dari ramalan Buku Jawa Kuno (Kitab
Jayabaya),didalam kitab tersebut di ramalkan bahwa pada suatu saat nanti akan
muncul seseorang yang akan menegakan hukum dan juga akan membebaskan
rakyat Indonesia dari segala bentuk penjajahan dan juga belenggunya.gerakan ini
merencanakan pembunuhan terhadap banyak anggota pemerintahan diantaranya
Sultan Hamengkubuwono dan Ali Budiarjo namun upaya yang sudah
direncanakan ini tidak berhasil di realisasikan, malahan otak dari konspirasi itu
dapat diketahui.
3. 3
Otak dari gerakan tersebut salah satunya berhasil ditangkap oleh Tentara
Nasional Indonesia yaitu Sultan Hamid I yang juga salah satu dari anggota RIS,
namun Raymond Westerling berhasil melarikan diri ke luar Negeri dengan
menumpang pesawat Catalina Milik Belanda.
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
Angkatan Perang Ratu Adil
Apakah Gerakan Ratu Adil itu? Peristiwa Kudeta Angkatan Perang
Ratu Adil atau Kudeta 23 Januari adalah peristiwa yang terjadi pada 23 Januari
1950 dimana kelompok milisi Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang ada di
bawah pimpinan mantan Kapten KNIL Raymond Westerling yang juga mantan
komandan Depot Speciale Troepen (Pasukan Khusus) KNIL, masuk ke kota
Bandung dan membunuh semua orang berseragam TNI yang mereka temui. Aksi
gerombolan ini telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya oleh Westerling
dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer Belanda.
Pada bulan November 1949, dinas rahasia militer Belanda menerima
laporan, bahwa Westerling telah mendirikan organisasi rahasia yang mempunyai
pengikut sekitar 500.000 orang. Laporan yang diterima Inspektur Polisi Belanda
J.M. Verburgh pada8 Desember1949menyebutkan bahwa nama organisasi
bentukan Westerling adalah “Ratu Adil Persatuan Indonesia” (RAPI) dan
memiliki satuan bersenjata yang dinamakan Angkatan Perang Ratu Adil(APRA).
Pengikutnya kebanyakan adalah mantan anggota KNIL dan yang melakukan
desersi dari pasukan khusus KST/RST. Dia juga mendapat bantuan dari temannya
orang Tionghoa, Chia Piet Kay, yang dikenalnya sejak berada di kota Medan.
Pada 5 Desember malam, Westerling menghubungi Letnan Jenderal
Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda, pengganti Letnan
Jenderal Spoor. Westerling menanyakan bagaimana pendapat van Vreeden,
apabila setelah penyerahan kedaulatan Westerling berencana melakukan kudeta
terhadap Sukarno dan kliknya Jenderal van Vreeden, sebagai yang harus
bertanggung-jawab atas kelancaran “penyerahan kedaulatan” pada 27 Desember
1949, memperingatkan Westerling agar tidak melakukan tindakan tersebut, tapi
van Vreeden tidak segera memerintahkan penangkapan Westerling.
5. 5
Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1950, Westerling mengirim surat
kepada pemerintah RIS yang isinya adalah suatu ultimatum. Ia menuntut agar
Pemerintah RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Negara Pasundan
serta Pemerintah RIS harus mengakui APRA sebagai tentara Pasundan.
Pemerintah RIS harus memberikan jawaban positif dalm waktu 7 hari dan apabila
ditolak, maka akan timbul perang besar. Ultimatum Westerling ini tentu
menimbulkan kegelisahan tidak saja di kalangan RIS, namun juga di pihak
Belanda dan dr. H.M. Hirschfeld (kelahiran Jerman), Nederlandse Hoge
Commissaris (Komisaris Tinggi Belanda) yang baru tiba di Indonesia.
Kabinet RIS menghujani Hirschfeld dengan berbagai pertanyaan yang
membuatnya menjadi sangat tidak nyaman. Menteri Dalam Negeri Belanda,
Stikker menginstruksikan kepada Hirschfeld untuk menindak semua pejabat sipil
dan militer Belanda yang bekerjasama dengan Westerling. Pada 10 Januari 1950,
Hatta menyampaikan kepada Hirschfeld, bahwa pihak Indonesia telah
mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Westerling. Sebelum itu, ketika
A.H.J. Lovink masih menjabat sebagai Wakil Tinggi Mahkota Kerajaan Belanda,
dia telah menyarankan Hatta untuk mengenakan pasal exorbitante rechten
terhadap Westerling.
Saat itu Westerling mengunjungi Sultan Hamid II di Hotel Des
Indes,Jakarta. Sebelumnya, mereka pernah bertemu bulan Desember 1949.
Westerling menerangkan tujuannya, dan meminta Hamid menjadi pemimpin
gerakan mereka. Hamid ingin mengetahui secara rinci mengenai organisasi
Westerling tersebut. Namun dia tidak memperoleh jawaban yang memuaskan dari
Westerling. Dalam otobiografinya, Mémoires, yang terbit tahun 1952, Westerling
menulis, bahwa telah dibentuk Kabinet Bayangan di bawah pimpinan Sultan
Hamid II dari Pontianak, oleh karena itu dia harus merahasiakannya.
Pertengahan Januari 1950, Menteri UNI dan Urusan Provinsi Seberang
Lautan, Mr. J.H. van Maarseven berkunjung ke Indonesia untuk mempersiapkan
pertemuan Uni Indonesia-Belanda yang akan diselenggarakan pada bulan Maret
1950. Hatta menyampaikan kepada Maarseven, bahwa dia telah memerintahkan
kepolisian untuk menangkap Westerling. Ketika berkunjung ke Belanda, Menteri
6. 6
Perekonomian RIS Juanda pada 20 Januari 1950 menyampaikan kepada Menteri
Gotzen, agar pasukan elit RST yang dipandang sebagai faktor risiko, secepatnya
dievakuasi dari Indonesia. Sebelum itu, satu unit pasukan RST telah dievakuasi ke
Ambon dan tiba di Ambon tanggal17 Januari 1950.
Pada 21 Januari Hirschfeld menyampaikan kepada Gotzen bahwa Jenderal
Buurman van Vreeden dan Menteri Pertahanan Belanda Schokking telah
menggodok rencana untuk evakuasi pasukan RST. Pada 22 Januari pukul 21.00
dia telah menerima laporan, bahwa sejumlah anggota pasukan RST dengan
persenjataan berat telah melakukan desersi dan meninggalkan tangsi militer di
Batujajar. Mayor KNIL G.H. Christian dan Kapten KNIL J.H.W. Nix
melaporkan, bahwa kompi “Erik” yang berada di Kampemenstraat malam itu juga
akan melakukan desersi dan bergabung dengan APRA untuk ikut dalam kudeta,
namun dapat digagalkan oleh komandannya sendiri, Kapten G.H.O. de Witt.
Engles segera membunyikan alarm besar.
Dia mengontak Letnan Kolonel TNI Sadikin, Panglima Divisi Siliwangi.
Engles juga melaporkan kejadian ini kepada Jenderal Buurman van Vreeden di
Jakarta. Antara pukul 8.00 dan 9.00 dia menerima kedatangan komandan RST
Letkol Borghouts, yang sangat terpukul akibat desersi anggota pasukannya. Pukul
9.00 Engles menerima kunjungan Letkol. Sadikin. Ketika dilakukan apel pasukan
RST di Batujajar pada siang hari, ternyata 140 orang yang tidak hadir. Dari kamp
diPurabaya dilaporkan, bahwa 190 tentara telah desersi, dan dari SOP di Cimahi
dilaporkan, bahwa 12 tentara asal Ambon telah desersi. Namun upaya
mengevakuasi Regiment Speciale Troepen (RST), gabungan baret merah dan
baret hijau telah terlambat untuk dilakukan.
Dari beberapa bekas anak buahnya, Westerling mendengar mengenai
rencana tersebut, dan sebelum deportasi pasukan RST ke Belanda dimulai, pada
23 Januari 1950, Westerling melancarkan kudetanya. Subuh pukul 4.30, Letnan
Kolonel KNILT. Cassa menelepon Jenderal Engles dan melaporkan: “Satu
pasukan kuat APRA bergerak melalui Jalan Pos Besar menuju Bandung.”
Westerling dan anak buahnya menembak mati setiap anggota TNI yang mereka
temukan di jalan. 94 anggota TNI tewas dalam pembantaian tersebut,
7. 7
termasukLetnan Kolonel Lembong, sedangkan di pihak APRA, tak ada korban
seorang pun. Sementara Westerling memimpin penyerangan di Bandung,
sejumlah anggota pasukan RST dipimpin oleh Sersan Meijer menuju Jakarta
dengan maksud untuk menangkap Presiden Soekarno dan menduduki gedung-
gedung pemerintahan.
Namun dukungan dari pasukan KNIL lain dan Tentara Islam Indonesia
(TII) yang diharapkan Westerling tidak muncul, sehingga serangan ke Jakarta
gagal dilakukan. Setelah puas melakukan pembantaian di Bandung, seluruh
pasukan RST dan satuan-satuan yang mendukungnya kembali ke tangsi masing-
masing. Westerling sendiri berangkat ke Jakarta, dan pada 24 Januari 1950
bertemu lagi dengan Sultan Hamid II di Hotel Des Indes. Hamid yang didampingi
oleh sekretarisnya,dr. J. Kiers, melancarkan kritik pedas terhadap Westerling atas
kegagalannya dan menyalahkan Westerling telah membuat kesalahan besar di
Bandung. Tak ada perdebatan, dan sesaat kemudian Westerling pergi
meninggalkan hotel. Setelah itu terdengar berita bahwa Westerling merencanakan
untuk mengulang tindakannya.
Pada 25 Januari, Hatta menyampaikan kepada Hirschfeld, bahwa
Westerling, didukung oleh RST danDarul Islam, akan menyerbu Jakarta. Engles
juga menerima laporan, bahwa Westerling melakukan konsolidasi para
pengikutnya di Garut, salah satu basis Darul Islam waktu itu. Akhir dari
pemberontakan ini terjadi ketika TNI berhasil menangkap dalang dari
Pemberontakan Ratu Adil yaitu Sultan Hamid II, namun westerling berhasil
melarikan diri ke Luar negeri.
8. 8
BAB IV
PENUTUP
Seperti yang telah di kemukakan tadi, bahwa Pergerakan Ratu Adil yang
di pimpin oleh Raymond Westerling dan di dalangi oleh Sultan Hamid II,gerakan
ini ingin melakukan pembunuhan kepada tokoh-tokoh penting, diantaranya Sultan
Hamengkubuwono. Munculnya gerakan gerakan seperti ini adalah wujud dari
ketidakpuasan terhadap pemerintah. Gerakan ratu adil sendiri muncul karena
kepercayaan masyarakat Jawa pada saat itu tentang akan munculnya seseorang
yang akan menciptakan kedaimaian dan ketentraman di Jawa, kepercayaan
tersebut menyebabkan rakyat ingin bergabung dengan sang Ratu Adil agar
keinginan mereka dapat terpenuhi, Namun itu semua adalah tipu daya yang
dilakukan oleh para petinggi negara yang ingin melakukan kudeta terhadap
negara.
Ratu Adil yang didalangi oleh salah satu petinggi RIS tersebut telah
membuat banyak anggota TNI yang berada di Bandung tewas dan gerakan
tersebut sempat menguasai Kota Bandung. Dan akhirnya gerakan gerakan yang
dilakukan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab dapat ditumpas dengan
persatuan seluruh elemen masyarakat Indonesia, maka dari itu kita sebagai
penerus generassi bangsa agar tidak mementingkan diri sendiri. Dan sebagai
warga negara yang baik kita harus mempunyai jiwa Nasionalisme dan persatuan
yang baik agar negara kita tidak gampang untuk dirasuki oleh faham faham yang
bertentangan dengan Pancasila.