3. Apa itu ancaman disintegrasi?
Ancaman disintegrasi bangsa adalah sebuah keadaan dimana tidak bersatu padu dan
menghilangnya keutuhan atau persatuan suatu bangsa yang akan menyebabkan perpecahan.
Bentuk disintegrasi bangsa berupa aksi demonstrasi, pergolakan daerah bagi mereka yang
merasakan adanya diskriminasi, aksi kriminalitas yang tak terkendali, serta konflik yang melibatkan
isu suku, agama, ras dan antar golongan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mendefinisikan disintegrasi sebagai
keadaan tidak bersatu padu; keadaan
terpecah belah; hilangnya keutuhan atau
persatuan; perpecahan.
5. Asal-usul/ PengertianApra
APRA merupakan singkatan untuk Angkatan Perang Ratu Adil.Westerling
mengambil nama tersebut dari salah satu ramalan Jayabaya. Jayabaya pernah
meramalkan bahwa akan datang seorang pemimpin dengan garis keturunan
Turki yang membawa keadilan dan kedamaian di Indonesia. Sosok pemimpin
ini disebut Ratu Adil oleh masyarakat Jawa. Mereka percaya bahwa Ratu Adil
kelak akan datang dan menyejahterakan ibu pertiwi.
Westerling menganggap bahwa yang disebut Ratu Adil ini adalah
dirinya. Sebab, kebetulan sekali, ia juga memiliki sedikit darah
Turki.Maka dari itu, ia pun mengambil nama Ratu Adil untuk angkatan
perangnya. Karena ia beranggapan bahwa dirinya memang akan
membawa keadilan dan kesejahteraan di tanah Jawa.
6. LatarBelekangAPRA
Latar belakang timbulnya pemberontakan APRA ialah tidak menyetujui adanya rencana
pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS) melalui hasil Konferensi Meja Bundar di Den
Haag tahun 1949. Hasil dari Konferensi Meja Bundar termasuk di antaranya memutuskan
bahwa kerajaan Belanda akan menarik pasukan KL (Koninklijk Leger) dari Indonesia,
sementara tentara KNIL (koninklijik Nederlandsch Indische Leger) akan dibubarkan dan akan
dimasukkan ke dalam kesatuan-kesatuan TNI. Dari hasil tersebut, pasukan KL dan KNIL
merasa dirugikan, mereka takut akan adanya ancaman saat menyatu dengan TNI kelak.
Akhirnya, seorang Komandan dari kesatuan khusus Depot Speciale (DST) Raymond
Westerling memanfaatkan keadaan. Ia berhasil mengumpulkan pasukan, kemudian
menamai pemberontakan tersebut dengan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dan mencoba
melakukan kudeta pada 23 Januari 1950.
7. APRA didirikan pada tanggal 15 Januari 1949.
Sebagian besar anggotanya adalah KNIL.
hampir setahun kemudian, tepatnya pada 5
Januari 1950, sebuah ultimatum pun dikirimkan
kepada pemerintah pusat dari Westerling.
Isinya adalah permintaan pengakuan Negara
Pasundan beserta angkatan perangnya. Jika
tidak, maka APRA akan menyerang. Ultimatum
ini tentu diabaikan oleh pemerintah pusat
karena tidak sesuai dengan kesepakatan pada
saat KMB yang lalu. Di saat yang bersamaan,
Westerling juga berusaha untuk membunuh
petinggi pemerintah pusat di Bandung. Tapi hal
itu gagal.
Pemberontakan Apra
Drs. Moh. Hatta sebagai Perdana Menteri akhirnya pada tanggal
10 Januari 1950 memberi perintah untuk menangkap
Westerling. Sayangnya hal itu tidak berhasil. Pada 23 Januari
1950, Westerling justru berusaha mengkudeta Bandung dan
Jakarta dengan cara menembak mati siapa pun yang
mengenakan seragam TNI. Puluhan TNI gugur karena tidak
menyangka akan diserang secara tiba-tiba oleh Westerling dan
APRA. Bahkan, Letnan Kolonel Lembong yang sedang
berkunjung ke Markas Besar Divisi Siliwangi pun turut terbunuh.
APRA kemudian menguasai Markas Besar Divisi Siliwangi,
namun mereka kehabisan peluru. Sementara itu, percobaan
kudeta di Jakarta tidak berhasil karena bantuan yang diharapkan
tidak kunjung datang.
8. AkhirPemberontakanAPRA 1950
Melihat aksi teror APRA di Jakarta dan Bandung, tentu saja pemerintah pusat
Indonesia tidak hanya berpangku tangan. Pada tanggal 24 Januari 1950,
pemerintah pusat segera mengerahkan seluruh kekuatan militer untuk menahan
gejolak yang diciptakan APRA sambil berdiskusi dengan pihak Belanda untuk
menekan Westerling.Baru pada tanggal 5 April 1950 pasukan khusus Indonesia
berhasil menangkap Sultan Hamid II—salah satu petinggi Indonesia yang pro
dengan keputusan Westerling.Ia kemudian diadili dan dijebloskan ke
penjara.Sayangnya, Westerling berhasil kabur dan bersembunyi di Singapura.
Secara otomatis, hilangnya sosok Westerling menjadi akhir dari APRA.
9. penumpasan yang dilakukan oleh Raymond Westerling dalam gerakan APRA dapat dilakukan
dengan:
● melancarkan opeasi militer tanggal 24 Januari 1950, dengan mengirimkan bala bantuan
pasukan APRIS yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur ke Bandung. Pasukan APRA
pun berhasil didesak dan ditumpas oleh APRIS.
● mengadakan perundingan antara Perdana Menteri RIS Mohammad Hatta dengan
Komisaris Tinggi Belanda HM Hirschfeld yang menghasilkan Komandan Tinggi Belanda
di Bandung, Myor Jenderal Engels, mendesak pasukan Westerling untuk meninggalkan
kota Bandung.
● memerintahkan penangkapan terhadap Westerling dan Sultan Hamid II, di mana
Westerling melarikan diri ke Singapura dan kembali ke Belanda, sedangkan Sultan
Hamid II berhasil ditangkap tanggal 5 April 1960.
Upaya Penumpasan/Penyelesaian dari Apra:
10. Nilai-nilai yang terkandung dalam APRA
Nilai kerja sama yang tinggi
hal itu dapat dibuktikan dengan dapat
ditangkapnya sang pengkhianat bangsa yaitu
Sultan Hamid II
Nilai persatuan dan kesatuan
dapat dibuktikan dengan bersatunya rakyat yang
juga turut membantu dalam pemberontakan APRA
yang dapat memperkokoh kesatuan bangsa
Nilai kebersamaan
karena kepentingan bersama lebih penting
diatas segalanya dan perbuatan narsis/egois
harus dihapuskan
12. Pengertian& latarbelakangPermesta
Perjuangan Semesta atau Perjuangan Rakyat
Semesta (Permesta) adalah sebuah gerakan yang
bersifat militer yang terjadi pada 1957 hingga 1960
di kawasan Sumatra dan Sulawesi. Gerakan
Permesta mula-mula berasal dari Kota Makassar,
sebagai ibu kota Sulawesi Selatan. Setelah
dukungan yang tampak memudar, gerakan ini pula
berpindah ke Manado, Sulawesi Utara.
Kelompok yang tergabung dalam gerakan
Permesta, pada dasarnya menginginkan otonomi
yang seluas-luasnya dari pemerintahan pusat agar
dalam mengatur pemerintahan agar dapat
mengembangkan daerahnya lebih lagi.
Selain itu, mereka juga menuntut perhatian yang
lebih lagi dari pemerintah pusat kepada daerah
selain daerah Jawa, yang dianggap sebagai pusat
pembangunan di Indonesia. Latar belakang dari
pemberontakan Permesta tercipta oleh
ketidakpuasan rakyat Indonesia bagian Timur yang
menganggap pembangunan hanya terpusat pada
daerah Jawa. Oleh karena itu, pada 1957, Gubernur
Sulawesi Andi Pangerang Pettarani bertemu dengan
Perdana Menteri Indonesia Ali Sastroadmijojo untuk
menuntut otonomi daerah yang sebesar besarnya
kepada pemerintah pusat untuk Indonesia bagian
Timur, dan juga pembangunan yang lebih merata.
13. Dampakdan akhirpemberontakan PRRI Permesta
Aksi PRRI/Permesta dianggap sebagai bentuk pemberontakan oleh pemerintah pusat
yang kemudian segera membentuk operasi penumpasan. Pemerintah membentuk
operasi gabungan dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan
Perang RI (APRI) untuk menyelesaikan pemberontakan PRRI/Permesta. Operasi
penyelesaiaan diantaranya yaitu, Operasi Tegas yang dipimpin Letkol Kaharudin
Nasution. Lalu Operasi 17 Agustus yang dipimpin Kolonel Ahmad Yani, Operasi
Saptamarga yang dipimpin Jatikusumo dan Operasi Sadar yang dipimpin oleh Letkol
Ibnu Sutowo. Tentara APRI melakukan berbagai macam tindak kekerasan untuk
menumpas gerakan PRRI. Ribuan orang ditangkap paksa akibat keterlibatan atau
dicurigai sebagai simpatisan PRRI/Permesta.
14. Gerakan ini menimbulkan berbagai dampak
negatif diantaranya yaitu:
- Memakan korban jiwa hingga 22.174 jiwa,
4.360 luka, dan 8.072 orang tawanan
- Kondisi ekonomi terganggu
- Terjadi perpecahan antara hubungan
persaudaraan di daerah
- Kurangnya bahan makanan
- Saat terjadi kerusuhan, sejumlah SMP, SMA,
hingga universitas terpaksa ditutup
sementara karena hampir semua dosen dan
mahasiswa terlibat PRRI
meningkatnya kesadaran pemerintah
bahwa semboyan Bhineka Tunggal Ika
bukan hanya konsep belaka namun harus
diterapkan dengan memberikan
pembangunan yang merata bagi seluruh
daerah Indonesia.
Adapun dampak positif yakni:
15. Nilai saling menghargai
Kita harus mendengarkan
aspirasi orang lain sebagai
bentuk ikut serta berpendapat,
jangan menunjukkan arogansi
Nilai Kepatuhan
Jangan berusaha
menyelaraskan keinginan
pribadi tanpa memandang
kondisi dan situasi
Nilai-nilaiperistiwaPermesta