Dokumen tersebut merangkum biografi singkat Kapten Andi Aziz dan latar belakang pemberontakannya melawan pemerintah Indonesia pada 1950. Pemberontakan ini terjadi karena Andi Aziz berusaha mempertahankan keberadaan Negara Indonesia Timur sebagai bagian dari Republik Indonesia Serikat, sementara pemerintah ingin meleburkannya ke dalam Republik Indonesia. Pemberontakan berakhir setelah pasukan pemerintah berhasil mengalahkan pasukan Andi
3. BIOGRAFI DARI ANDI AZIZ
Kapten Andi Aziz Nama lengkapnya adalah Andi Abdoel Aziz, ia terlahir dari pasangan Andi
Djuanna Daeng Maliungan dan Becce Pesse. Anak tertua dari 11 bersaudara. Ia menyandang gelar
pemberontak akibat perjuangannya untuk mempertahankan existensi Negara Indonesia Timur. Ia
mengambil alih kekuasaan militer di Makassar pada 5 April 1950 ketika umurnya baru 24 tahun. Ia adalah
korban politik Belanda divide et impera, di pengadilan militer ia mengakui menyesal bahwa ia buta politik.
Sejak umur 10 tahun, Andi Aziz sudah dikirim oleh orang tuanya ke negeri Belanda untuk sekolah dan
menyelesaikan sekolah lanjutannya disana.
Pada akhir tahun 1950 ia di undang kembali oleh Presiden Soekarno untuk datang menghadap di
Jakarta. Ia ditemani oleh seorang pamannya yaitu Almarhum Andi Patoppoi, lalu seorang Menteri Dalam
Negeri Negara Indonesia Timur yaitu Anak Agung Gde Agung serta seorang wakil dari Komisi Tiga
Negara. Ternyata undangan tersebut hanyalah jebakan Presiden Soekarno, sesampainya ia di pelabuhan
udara kemayoran ia langsung ditangkap oleh Polisi Militer untuk di bawa ke pengadilan.
Kapten Andi Aziz adalah seorang pemberontak yang tidak pernah membunuh dan menyakiti orang.
Ia adalah korban kambing hitamnya Belanda karena kebutaannya mengenai dunia politik. Ia adalah
seorang militer sejati yang mencoba untuk mempertahankan Negara Indonesia Timur yang menurutnya
adalah telah melalui kesepakatan dengan Republik Indonesia Serikat. Dalam kesehariannya Andi Aziz
cukup dipandang oleh masyarakat suku Bugis Makassar yang bermukim di Tanjung Priok, Jakarta dimana
ia dulu menetap. Disana ia diakui sebagai salah satu sesepuh suku Bugis Makassar yang mana selalui
dimintai nasehat nasehat, dan pikiran pikirannya untuk kelangsungan kerukunan suku Bugis Makassar. Ia
juga seorang yang murah hati dan suka meonolong, pernah suatu waktu pada tahun 1983, ia
menampung 71 warga Palang Merah Indonesia yang kesasar ke Jakarta dari Cibubur. Ia selalu berpesan
kepada anak anak angkatnya bahwa siapapun boleh dibawa masuk ke rumahnya terkecuali 3 jenis
manusia yaitu pemabuk, penjudi dan pemain perempuan.
4. LATAR BELAKANG
Latar belakang timbulnya pemberontakan Andi Aziz adalah sebagai berikut :
1. Timbulnya pertentangan pendapat mengenai peleburan Negara bagian Indonesia Timur (NIT) ke
dalam negara RI. Ada pihak yang tetap menginginkan NIT tetap dipertahankan dan tetap
merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia Serikat (RIS), sedangkan di satu pihak lagi
menginginkan NIT melebur ke negara Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta.
2. Ada perasaan curiga di kalangan bekas anggota – anggota KNIL yang disalurkan ke dalam
Angkatan Perang Republik Indonesia Setikat (APRIS)/TNI. Anggota – anggota KNIL
beranggapan bahwa pemerintah akan menganaktirikannya, sedangkan pada pihak TNI sendiri
ada semacam kecanggungan untuk bekerja sama dengan bekas lawan mereka selama perang
kemerdekaan.
Kedua hal tersebut mendorong lahirnya pemberontakan bersenjata yang dipimpin oleh bekas
tentara KNIL. Padahal sebelumnya, pemerintah telah mengangkat Andi Aziz menjadi Kapten
dalam suatu acara pelantikan penerimaan bekas anggota KNIL ke dalam tubuh APRIS pada
tanggal 30 Maret 1950. Namun, karena Kapten Andi Aziz termakan hasutan Mr. Dr. Soumokil
yang menginginkan tetap dipertahankannya Negara Indonesia Timur (NIT), akhirnya ia
mengerahkan anak buahnya untuk menyerag Markas Panglima Territorium. Ia bersama anak
buahnya melucuti senjata TNI yang menjaga daerah tersebut. Di samping itu, Kapten Andi Abdul
Aziz berusaha menghalang – halangi pendaratan pasukan TNI ke Makassar karena dianggapnya
bahwa tanggung jawab Makassar harus berada di tangan bekas tentara KNIL.
Adapun faktor yang menyebabkan pemberontakan adalah :
Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara
Indonesia Timur.
Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur.
5. PENYEBAB
Pemberontakan dibawah pimpinan Andi Aziz ini terjadi di
Makassar diawali dengan adanya kekacauan di Sulawesi Selatan
pada bulan April 1950. Kekacauan tersebut terjadi karena adanya
demonstrasi dari kelompok masyarakat yang anti-federal, mereka
mendesak NIT segera menggabungkan diri dengan RI. Sementara
itu terjadi demonstrasi dari golongan yang mendukung
terbentuknya Negara federal. Keadaan ini menyebabkan muncul
kekacauan dan ketegangan di masyarakat.
Untuk menjaga keamanan maka pada tanggal 5 April 1950,
pemerintah mengirimkan 1 batalion TNI dari Jawa. Kedatangan
pasukan tersebut dipandang mengancam kedudukan kelompok
masyarakat pro-federal. Selanjutnya kelompok pro-federal ini
bergabung dan membentuk “Pasukan Bebas” di bawah pimpinan
Kapten Andi Aziz. Ia menganggap masalah keamanan di Sulawesi
Selatan menjadi tanggung jawabnya.
Tanggal 21 April 1950, Wali Negara NIT, Sukawati
mengumumkan bahwa NIT bersedia bergabung dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
6. PENYELESAINNYA
Untuk mengatasi pemberontakan tersebut pemerintah pada tanggal 8 April
1950 mengeluarkan perintah bahwa dalam waktu 4 x 24 Jam Andi Aziz harus
melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Kepada pasukan yang terlibat pemberontakan diperintahkan untuk
menyerahkan diri dan semua tawanan dilepaskan. Pada saat yang sama dikirim
pasukan untuk melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh
A.E. Kawilarang.
Pada tanggal 15 April 1950 Andi Aziz berangkat ke Jakarta setelah didesak
oleh Presiden NIT, Sukawati. Tetapi Andi Aziz terlambat melapor sehingga ia
ditangkap dan diadili sedangkan pasukan yang dipimpin oleh Mayor H. V
Worang terus melakukan pendaratan di Sulawesi Selatan. Pada 21 April 1950
pasukan ini berhasil menduduki Makassar tanpa perlawanan dari pasukan
pemberontak.
Tanggal 26 April 1950, pasukan ekspedisi yang dipimpin A.E. Kawilarang
mendarat di Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi Selatan
tidak berlangsung lama karena keberadaan pasukan KL-KNIL yang sedang
menunggu peralihan pasukan APRIS keluar dari Makassar. Mereka melakukan
provokasi dan memancing bentrokan dengan pasukan APRIS.
7. Pertempuran antara APRIS dengan KL-KNIL terjadi pada
5 Agustus 1950. Kota Makassar pada waktu itu berada
dalam suasana peperangan. APRIS berhasil memukul
mundur pasukan lawan. Pasukan APRIS melakukan
pengepungan terhadap tangsi-tangsi KNIL.
8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk
berunding ketika menyadari bahwa kedudukannya sudah
sangat kritis.Perundingan dilakukan oleh Kolonel A.E
Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jendral Scheffelaar dari
KL-KNIL. Hasilnya kedua belah pihak setuju untuk
dihentikannya tembak menembak dan dalam waktu dua hari
pasukan KL-KNIL harus meninggalkan Makassar.