Teks tersebut membahas tentang bilingualisme dan diglosia. Bilingualisme didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan dua bahasa, sedangkan diglosia adalah adanya perbedaan fungsi bahasa dalam masyarakat berdasarkan konteks sosial. Teks ini juga membedakan empat hubungan antara bilingualisme dan diglosia, yaitu bilingualisme dan diglosia bersamaan, bilingualisme tanpa diglosia, diglosia tan
2. • Bilingualime dalam kajian bahasa Indonesia disebut dengan
kedwibahasaan
1. Bloomfeild mengatakan bahwa bilingualisme adalah kemampuan
seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama
baiknya. Artinya B1 dan B2 dengan derajat yang sama baiknya.
2. Robert Lado: “kemampuan menggunakan bahasa oleh seorang
dengan sama baik atau hampir sama baiknya, yang secara teknis
mengacu pada pengetahuan dua bahasa bagaimanapun tingkatnya”.
Jadi, menurut Lado penguasaan terhadap kedua bahasa bahasa itu
tidak perlu sama baiknya, kurang pun boleh.
3. Haugen “tahu akan dua bahasa atau lebih berarti bilingual”.
3. 4. Halliday menyebut ambilingual,
5. Oksaar menyebut ekuilingual,
6. Diebold menyebut Koordinator bilingual.
7. Bloomfield mengatakan bahwa bahasa adalah kode, maka berarti
bahasa bukan langue, melainkan parole (kode), yang berupa
berbagai dialek dan ragam.
8. Mackey bahasa adalah langue. Wienrich bahasa adalah penguasaan
dua bahasa dapat berarti menguasai dua sistem kode, dua dialek
atau ragam dari bahasa yang sama.
9. Hangen memasukkan penguasaan dua dialek dari satu bahasa yang
sama ke dalam bilingualisme.
4. 10. Mackey berpendapat bahwa bilingualisme bukan merupakan
gejala bahasa, melainkan sifat penggunaan bahasa yang
dilakukan penutur bilingual secara berganti-gantian,
bilingual juga bukan ciri kode, melainkan ekspresi atau
ungkapan seorang penutur, bukan juga langue, melainkan
bagian dari parole.
5. • Bahasa di dalam bilingulisme itu sangat luas, dari bahasa dalam
pengertian langue, seperti bahasa sunda dan bahasa madura,
sampai berupa dialek atau ragam dari sebuah bahasa, seperti
bahasa Jawa dialek Banyumas dan bahasa Jawa dialek Surabaya.
• Kalau yang dimaksud dengan bahasa dengan bahasa adalah dialek,
maka hampir semua anggota masyarakat Indonesia adalah bilingual,
kecuali anggota masyarakat tutur yang jumlah anggotanya sedikit,
letaknya terpencil, dan di dalamnya hanya terdapat satu dialek dari
bahasa itu.
6. • Bilingualisme yang murni seperti yang terjadi di Monreal
kanada, disana b.inggris dan b. prancis digunakan secara
berdampingan dan sejajar, dan hampir semua masyarakat di
daerah itu menguasai kedua bahasa itu dengan baik.
• Di Indonesia penutur bilingual bahasa Sunda (B1) dan bahasa
Indonesia (B2), hanya bisa menggunakan bahasa Sunda nya
untuk percakapan yang bersifat kekeluargaan, bukan untuk
bahasa secara formal.
• Keadaan di dalam masyarakat ketika perbedaan penggunaan
bahasa berdasarkan fungsi atau perannya masing-masing
menurut konteks sosialnya, di dalam sosiolinguistik dikenal
dengan sebutan Diglosia.
7. DIGLOSIA
Diglosia diartikan sebagai adanya pembeda
fungsi atas penggunaan bahasa.
Ferguson, menggunakan istilah diglosia untuk
menyatakan keadaan suatu masyarkat di mana
terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup
berdampingan dan masing-masing mempunyai
peranan tertentu.
8. Diglosia ini dijelaskan oleh Ferguson dengan mengetengahkan
sembilan topik yaitu;
fungsi
prestise
warisan sastra
pemerolehan
standarisasi
stabilitas
gramatika
leksikon
kronologi
9. Perbedaan tingkatan fungsi kebahasaan,
munculah apa yang di sebut Fasold diglosia
ganda, dalam bentuk yang di sebut
• double overlapping diglosia
• double nested diglosia
• linear polyglosia
10. Hubungan Diglosia dan Bilingualisme
Diglosia
+
--
+
1. Bilingualisme
dan Diglosia
2. Bilingualisme
tanpa Diglosia
_
3. Diglosia dan
Bilingualisme
4. Tidak diglosia
tidak
Bilingualisme
Bilingualsme