SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
REKAYASA IDE
PENTINGYA PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN
MENANAMKAN NILAI-NILAI MORAL PADA SISWA
Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
DISUSUN
OLEH:
NAMA : LINDA ROSITA
NIM : 4173131020
JURUSAN : KIMIA
KELAS : KIMIA DIK B 2017
PROGRAM : S-1 PENDIDIDKAN KIMIA
DOSEN PENGAMPU : SRINAHYANTI,S.Pd.,M.Pd
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini masyarakat Indonesia sudah banyak yang sikapnya menyimpang dari nilai
nilai, moral, budaya dan agama. Bahkan mayoritas pelakunya adalah anak remaja yang masih
duduk di bangku sekolah yang seharusnya mereka bisa menempatkan pendidikan kepribadian
yang mereka peroleh untuk hal-hal yang baik dan menerapkan sebagaimana mestinya. Pendidikan
di Indonesia masih dapat dikatakan tertinggal dibandingkan pendidikan di negara-negara maju.
Oleh karena itu sikap, tanggung jawab, ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang
dimiliki juga masih tertinggal jauh. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat
Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu
pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Anak-
anak merupakan generasi penerus bangsa yang apabila dididik dengan cara yang bijaksana akan
menghasilkan produk anak bangsa yang berkarakter dan berjiwa besar.
Untuk membentuk karakter anak yang baik, di sekolah telah diajarkan pendidikan
kepribadian yang tujuannya untuk mewujudkan perilaku yang mengedepankan keimanan dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan Kepribadian juga dapat diartikan
sebagai Pendidikan Karakter yang akan membentuk karakter baik pada diri anak. Landasan untuk
membentuk karakter baik tersebut tentu datang dari keyakinan yang dimiliki anak didik itu sendiri.
Pendidikan Agama yang diajarkan oleh orang tua dan guru di sekolah merupakan pedoman anak
untuk membentuk karakter pribadinya. Sedangkan yang menjadi masalah saat ini adalah
pemerintah Indonesia sedang kesulitan untuk menerapkan sistem pendidikan karakter guna
mendidik anak dan para generasi penerus bangsa menjadi manusia yang berkarakter dan
bermartabat.
1.2. Rumusan Masalah
 Bagaimana karakter peserta didik saat ini ?
 Apa penyebab menurunnya moral dan etika peserta didik ?
 Bagaimana solusi atas permalahan yang dihadapi?
 Faktor-faktor apa saja yang mendukung keberhasilan pendidikan karakter ?
1.3. Tujuan Penelitian
 Mengetahui karakter peserta didik saat ini.
 Mengetahui penyebab menurunnya moral dan etika peserta didik.
 Memahami solusi atas permalahan yang dihadapi.
 Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung keberhasilan pendidikan karakter.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Al-Bayhaqi
dalam al-Sunan al-Kubrâ’ (no. 20782)
Dewasa ini, apabila kita melihat tayangan-tayangan televisi, berita di internet banyak kejadian
adanya pelanggaran dari berbagai segi mulai dari korupsi, nepotisme, perampokan bahkan pembunuhan.
Bahkan nilai-nilai karakter yang dimiliki oleh sebagian anak sekolah mulai menurun. Hal ini bisa dilihat
dari terlihatnya anak sekolah keluyuran dengan memakai seragam di saat jam sekolah, berkata seenaknya
kepada orang yang lebih tua, apalagi sesama teman sekolah, lebih parah lagi tawuran antar sesama pelajar
dengan sekolah lain.
Hal ini tentunya menjadi pertanyaan dalam benak pikiran kita, apakah itu adalah sebagai indikasi
kegagalan dunia pendidikan untuk membentuk karakter peserta didik? Apakah ini sebagai kelalaian
orang dewasa untuk memberi suri tauladan yang baik kepada anak? Atau apakah ini pertanda kealpaan
orang tua dalam mengontrol perilaku anak?
Apabila memang kita sadari demikian, maka seharusnyalah pendidikan karakter perlu
mendapatkan perhatian dari semua pihak. Di sekolah siswa perlu mendapatkan pembinaan karakter yang
baik. Orang tua dan orang yang dewasa perlu memberikan keteladanan yang pantas untuk ditiru oleh
anak.
Media masa tentunya tidaklah semua jelek, banyak tayangan yang menunjang kepada
pembentukan karakter yang baik. Sebagai yang lebih dewasa, orang tua, atau pun guru tinggal
memberikan arahan dalam tontonan. Karena kita sudah maklum, salah satu ciri khas anak adalah suka
meniru perilaku yang lagi ngetrend. Mode rambut, pakaian dan hal lain yang ditampilkan idola nya.
Tanpa adanya bimbingan maka anak akan kebamblasan dalam meniru. Dengan demikian perlu
diingatkan lagi bahwa pembentukan karakter harus dilakukan oleh semua pihak, terutama di sekolah
sebagai lembaga pendidikan.
Pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan
kemampuan kognitif. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah
penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan yaitu memberikan pendidikan karakter pada anak didik.
Pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang
sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah
tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak
jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya
keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.
Ada sebuah kata bijak mengatakan “ Ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah
lumpuh”. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya,
karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan
menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa
pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang
lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik.
Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi
basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai
sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan
sebagainya.Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan
kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Berdasarkan penelitian di
Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan
sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui
pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik. Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter ,
kita bisa menerapkannya dalam pola pendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalanya, memberikan
pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan
peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas
potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam mengambil keputusan
terhadap dirinya, menanamkan pada anak didik akan arti bertanggungjawab dan berkomitmen atas
pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan
memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara
berkomitmen pada pilihan tersebut.
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan,
dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga
sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul
akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.
Anak-anak yang tidak mampu masuk ke TK umumnya akan mendaftar ke SD dalam usia sangat
muda, yaitu 5 tahun. Hal ini akan membahayakan, karena mereka belum siap secara mental dan
psikologis, sehingga dapat membuat mereka merasa tidak mampu, rendah diri, dan dapat membunuh
kecintaan mereka untuk belajar. Dengan demikian sebuah program penanganan masalah ini dibutuhkan
untuk mempersiapkan anak dengan berbagai pengalaman penting dalam pendidikan prasekolah. Adalah
hal yang sangat penting untuk menggerakkan masyarakat di daerah miskin untuk mulai memasukkan
anaknya ke prasekolah dan mengembangkan lingkungan bersahabat dengan TK lainnya untuk bersama-
sama melakukan pendidikan karakter.
Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya. Lengkapnya
adalah :
1. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
2. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
3. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
4. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri
5. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
6. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
7. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
8. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
9. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
10. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam
kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hasil Rekayasa Ide
A. Permasalahan
Menurunnya etika dan moral dalam diri peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Longgarnya pegangan terhadap agama. Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana
segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan
beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-
larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya
pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada
didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral
yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya
pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karena
pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada
orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan
berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam
masyarakat itu banyak ornag yang melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya
orang yang kurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran-
pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan
serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya
pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak
mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan
semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang
dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak
pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.
2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah
maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak
berjalan menurut semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga
misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan
umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengertyi man auang benar dan mana yang
salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam
lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk
manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu.
Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak
menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan. Zakiah
Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan
mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu
tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah
tangga, sekolahpun dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral
anak didik. Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi
pertumuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Di samping tempat
pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain,
supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan
mantal, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk
menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di
sekolah, maka didikan agama yang diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan
mungkin terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam
pembinaan moral. Masyarakat yanglebih rusak moralnya perelu segera diperbaiki dan
dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena
kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-
anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana
disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam
pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak
belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.
3. Budaya yang materialistis, hedonistis dan sekularistis. Sekarang ini sering kita dengar
dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang
ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul,
alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut
biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Namun gajala
penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar
kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama.
Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis,
hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan,bacaan-bacaan,
lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya. Penyaluran
arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-
mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja,
tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang
demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan
moral para remaja dan generasi muda umumnya.
4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Pemerintah yang
diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia dan
sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk
melakukan pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semaikin diperparah lagi
oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan,
peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi,
kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang.
Mereka asik memperebutkan kekuasaan, mareri dan sebagainya dengan cara-cara
tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral
bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang disarankan
dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehiangan daya
efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin memperparah
moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan
sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan
konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan
berkesinambungan.
5. Ingin mengikuti trend, bisa saja awalmya para remaja merokok adalah ingin terlihat
keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalau sudah mencoba merokok
dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas.
6. Kurangnya pendidikan Agama dan moral
7. Dengan berkembang pesatnya teknologi pada zaman sekarang ini, arus informasi
menjadi lebih transparan. Kemampuan masyarakat yang tidak dapat menyaring
informasi ini dapat mengganggu etika dan moral remaja. Pesatnya perkembangan
teknologi dapat membuat masyarakat melupakan tujuan utama manusia diciptakan,
yaitu untuk beribadah
B. Solusi
Untuk mengatasi masalah ini, penulis memberikan beberapa solusi :
1. Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman
dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak.
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama
dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat
penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat
menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring
pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Orang-orang
menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan.
Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak
penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya
akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
4. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pembentukan karakter , diantaranya :
1. Keluarga
keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama, karena dalam
keluarga rumah tangga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan atau
bimbingan, juga dikatakan lingkungan yang utama karena sebagian besar dari
kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak
diterima olah anak adalah dalam rumah tangga.
Zakiah Daradjat (1970: 58), mengemukakan bahwa perkembangan agama pada
seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya,
terutama pada masa–masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12
tahun.
Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan karakter dan tabiat anak adalah sebagai
peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan keagamaan. Amir Daien
Indrakusuma (1972: 109), menjelaskan bahwa sifat dan tabiat anak sebagian besar
diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarganya yang lain.
Dalam hal inilah dituntut adanya kesadaran orang tua untuk menanamkan nilai-
nilai karakter positif ke dalam jiwa anak mereka. Peranan orang tua dalam pendidikan
karakter terhadap anak memberikan pengaruh yang besar sekali dalam membentuk
kepribadiannya. Keluarga atau orang tua harus selalu memberikan nasihat-nasihat
positif serta menunjukkan kesuritauladanan yang baik di hadapan anak mereka.
Sikap orang tua dalam keluarga secara tidak langsung mempengaruhi
perkembangan karakter dan kepribadian anak. Melalui proses peniruan (imitasi)
mereka, mereka merekam sikap ayah pada ibu dan sebaliknya, sikap orang tua pada
tetangga-tetangga sekitarnya akan dengan mudah ditiru oleh anak. Sikap yang otoriter
orang tua akan membuahkan sikap yang sama pada anak. Sebaliknya sikap kasih
saying, keterbukaan, musyawarah, dan konsisten, juga akan membuahkan sikap yang
sama pada anak.
2. Sekolah dan Pendidik
Sekolah, pada hakikatnya bukanlah sekedar tempat “transfer of knowledge”
belaka, yang semata-mata tempat di mana guru menyampaikan pengetahuan melalui
berbagai mata pelajaran. Pembentukan watak dan pendidikan karakter mestinya
melalui sekolah. Sekolah bertanggungjawab bukan hanya dalam mencetak peserta
didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga
dalam pembangunan jati diri, karakter dan kepribadian bangsa (moral and chaakter
building).
Semua proses pendidikan di sekolah begitu juga pendidikan karakter pada
dasarnya sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya kualitas kompetensi dan
SDM para pendidik. H.A. R. Tilaar (2000: 4), mengemukakan bahwa kunci utama di
dalam peningkatan kualitas pendidikan ialah mutu/ kualifikasi para gurunya.
Kualifikasi guru merupakan hal yang terpenting. Bila kualifikasi kompetensi tidak ada
pada seseorang, berarti ia tidak berkompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai
guru di lembaga pendidikan formal. Oleh karenanya setiap guru harus dapat
memenuhi kompetensi yang diharapkan oleh masyarakat dan anak didik berupa
keterampilan atau keahlian dalam hal mengajar.
Moral dan spiritual yang dimiliki seorang guru memegang peranan yang sangat
penting dalam keberhasilan guru mengajar, terlebih dalam rangka membentuk
karakter siswa. Hal itu karena pendidikan karakter tidak hanya meminta guru untuk
mengajar hal-hal yang berhubungan dengan karakter bangsa Indonesia yang luhur dan
agung, akan tetapi menuntut pendidik memiliki kompetensi yang unggul dengan
memberikan uswah hasanah kepada siswa.
Perilaku guru adalah tuntunan yang paling efektif. Perilaku guru bisa dilihat
langsung dan cenderung mudah dicontoh. Terkadang para siswa cenderung lebih
mencerna apa yang terlihat dari apa yang dijelaskan. Para guru harusnya memeriksa
dirinya, siapkah sudah ia dengan membentuk karakter siswa? Yang tentu saja hal itu
dibuktikan dengan kepribadian dan karakter yang mulia dari guru tersebut.
1. Jadikan diri sebagai contoh
Guru dipandang murid sebagai orang tua yang lebih dewasa, itu berarti murid
menilai guru mereka merupakan contoh dalam bertindak dan berperilaku. Baik
sikap baik maupun buruk, itu dapat mempengaruhi murid bagaimana cara bersikap
dengan sesama. Hal ini tentu, membuat guru harus pandai dalam menjaga sikap
untuk memberikan contoh yang terbaik.
Dengan mengingat diri sendiri sebagai contoh, maka guru akan lebih berhati-hati
dalam bersikap sehingga lebih bijak dari setiap tindakan yang akan diambil. Dari
memberikan contoh, diharapkan murid bisa mengikuti sisi positif yang dimiliki
guru.
2. Jadilah guru yang tidak hanya sekedarmementingkan nilai akademis, tetapi
juga mengapresiasi usaha murid
Sebagai pengajar, fokus untuk menilai murid dari segi akademis memang penting.
Tetapi perlu diingat juga untuk menghargai kebaikan yang dilakukan murid.
Caranya dengan mengapresiasi usaha murid tanpa selalu membandingkan dengan
nilai yang didapatkan. Misalnya dengan memberikan pujian bagi murid yang tepat
waktu, rajin mengerjakan tugas, atau bersikap baik selama di sekolah.
Dengan membiasakan ini, murid pun juga dapat mengapresiasi diri atas usaha yang
telah dilakukan sehingga akan terbangun karakter yang terus mau belajar dan
memperbaiki diri untuk lebih baik.
3. Lebih dari sekedar mengajar, ajarkan juga nilai moral pada pelajaran
Kalau sekadar materi pelajaran, mungkin semua bisa saja tahu karena tertulis
dalam buku pelajaran. Tetapi bagaimana dengan nilai moral? Ada baiknya dalam
pelajaran yang diajarkan juga menanamkan nilai moral yang bisa dijadikan bahan
pelajaran hidup.
Misalnya, saat mengajarkan pelajaran Matematika guru tidak hanya sekadar
memberikan rumus dan cara pengerjaan kepada murid. Tetapi juga bisa
mengajarkan nilai kehidupan seperti dengan mengerjakan soal Matematika kita
bisa belajar untuk bersabar dan berusaha untuk memecahkan suatu masalah dengan
mengasah logika berpikir. Dengan begitu, nantinya ketika murid sedang
menghadapi suatu masalah kedepannya, bisa berpikir optimis bahwa setiap
masalah ada jalan keluarnya selama berusaha. :)
4. Mengajarkan sopan santun
Hal yang sering luput diajarkan di sekolah adalah bagaimana cara bersikap.
Mungkin terdengar sederhana, tetapi ini merupakan hal penting yang layak
diajarkan kepada murid untuk menjaga sikap dan mengetahui mana yang benar
dan salah. Tidak jarang , murid bersikap tidak sopan hanya karena mereka tidak
tahu bagaimana cara bersikap yang baik dan benar. Atau malah selama ini
mencontoh sikap negatif orang disekitarnya, jadi melihat itu sebagai hal yang
lumrah.
Ada baiknya, ketika ada sikap yang kurang baik yang dilakukan oleh murid, guru
berperan untuk mengoreksi sikap tersebut. Jangan memarahi, tetapi mengingatkan
juga bahwa sikapnya itu kurang baik dan berikan alternatif tindakan lain yang lebih
positif.
5. Beri kesempatan murid untuk belajar memimpin
ini, mempunyai karakter memimpin merupakan hal yang krusial untuk dimiliki.
Menyadari hal ini, ada baiknya guru juga bisa membantu anak didik untuk berlatih
jiwa kepemimpinan mereka. Cara sederhananya, bisa dengan membuat tugas
kelompok dan memastikan setiap anggota mempunyai kesempatan sebagai ketua
kelompok. Jadi, tidak hanya murid itu-itu saja yang jadi ketua kelompok, tetapi
semua bisa belajar jadi pemimpin.
Setelah melakukan aktivitas ini, guru bisa mengevaluasi hal positif yang bisa jadi
pembelajaran murid untuk memimpin lebih baik lagi. Berilah masukan yang
memotivasi, jadi bagi murid yang merasa kurang percaya diri bisa semangat untuk
terus belajar lebih baik lagi.
6. Berbagi pengalaman sebagai cerita inspiratif
Tidak ada salahnya, sesekali menceritakan pengalaman personal yang dimiliki
guru untuk dibagikan dengan murid. Tidak perlu cerita yang hebat untuk
menginspirasi, sekecil apapun itu tetap bisa menjadi pembelajaran yang berguna
untuk murid.
Masa depan bangsa Indonesia sangat bergantung di pundak generasi muda. Jika
generasi mudanya kuat, Indonesia akan menjadi bangsa yang hebat. Jika generasi
mudanya tangguh, Indonesia akan menjadi bangsa yang ampuh. Namun
sebaliknya apabila genersi mudanya rapuh, maka tinggal menunggu waktu bahwa
bangsa lambat laun akan runtuh.
3. Lingkungan Masyarakat
M. Hasbi Anshari (1983: 41), mengungkapkan bahwa lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar anak didik, baik berupa benda-benda, peristiwa yang
terjadi, maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat memberikan pengaruh lunak
anak didik, yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan
dimana anak-anak bergaul sehari-hari”.
Lingkungan sosial masyarakat sangat berpengaruh terhadap berhasil-tidaknya
proses character building pada seorang anak. Untuk itu sekali lagi perlu adanya
penyadaran kepada masyarakat bahwa pendidikan karakter merupakan
tanggungjawab kita bersama.
Lingkungan masyarakat luas jelas memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan
penanaman dan pembentukan karakter. Dari perspektif Islam, menurut Quraish
Shihab (1996:321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya,
mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem
nilai dan pandangan mereka terbatas pada “kini dan di sini”, maka upaya dan
ambisinya terbatas pada kini dan di sini pula.
Masih dari perspektif Islam, menurut Nur Uhbiyati (1997: 235), ada tiga macam
pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagamaan, watak, karakter dan akhlak
seseorang yaitu:
a. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini
adakalanya berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agar
sedikit tahu tentang hal itu.
b. Lingkungan yang berpegang pada tradisi agama, tetapi tanpa keinsafan batin.
Biasanya lingkungan demikian menghasilkan seseorang beragama yang secara
tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
c. Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam
kehidupan yang beragama.
b. Lingkungan ini memberikan motivasi atau dorongan yang kuat kepada seseorang
untuk memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang ada, apabila lingkungan ini
ditunjang oleh anggota-anggota masyarakat yang baik dan kesepakatan memadai,
maka kemungkinan besar hasilnya pun paling baik untuk mewujudkan watak dan
karakter yang baik pada diri orang yang ada di sekitarnya.
Di sinilah letak peran semua anggota masyarakat untuk berbenah diri agar lingkungan
kita kembali ke watak dan karakter bangsa kita yang luhur dan beradab. Masyarakat
yang damai, tenteram dan berkarakter akan memberikan dampak yang positif bagi
kepribadian dan karakter anak, sebaliknya keadaan lingkungan yang tidak tenteram
dan tidak berkarakter, secara tidak langsung akan membuat anak terpengaruh oleh hal-
hal negatif dari lingkungan tersebut.
Akhirnya, sangatlah pantas jika kita semua berbenah diri agar kita kembali ke watak
dan karakter bangsa kita yang sesungguhnya yang berkepribadian luhur dan beradab
berlandaskan nilai-nilai Pancasila, sehingga kita bisa menyelamatkan watak dan
karakter generasi penerus kita dalam menghadapi arus globalisasi yang sangat “edan”
di abad 21 ini dengan memberikan uswah hasanah, keteladanan yang baik bagi
mereka, keteladanan dari pendidik, keteladanan dari orang tua dan keteladanan dari
masyarakat. Karena, bagaimanapun bagusnya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah,
hasilnya tidak akan maksimal tanpa dukungan dan sokongan dari berbagai pihak.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan karakter diartikan sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan,
maupun kebangsaan sehingga menjadi generasi penerus yang berkarakter
Pendidikan karakter sangat penting keberadaannya karena dapat meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter
dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Bila pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, maka akan terwujud generasi penerus bangsa yang
berkarakter dan tidak diragukan lagi masa depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan
menuju kejayaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/triani3/peranan-penting-pendidikan-karakter-bagisiswa
http://belajarpsikologi.com/mengapa-perlu-adanya-pendidikan-karakter/
http://nurhidayah.blogchem.com/2017/01/03/hal-hal-yang-harus-diperbaiki-dalam-sistem-pendidikan-
di-indonesia/
http://sistempendidikannegarakita.blogspot.co.id/
https://dinamikaguru.wordpress.com/2013/05/06/pentingnya-pendidikan-karakter-bagi-siswa/

More Related Content

What's hot

Classroom Discourse to Foster Religious Harmony
Classroom Discourse to Foster Religious HarmonyClassroom Discourse to Foster Religious Harmony
Classroom Discourse to Foster Religious HarmonyDevi Risnawati
 
Pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anak
Pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anakPengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anak
Pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anakDiana Tandjung
 
Makalah kekerasan sekolah presentasi yogo
Makalah kekerasan sekolah presentasi yogoMakalah kekerasan sekolah presentasi yogo
Makalah kekerasan sekolah presentasi yogoyogo arif prakoso
 
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...Muhammad Najamuddin Jeneponto
 
pendidikan karakter pada anak usia dini
pendidikan karakter pada anak usia dinipendidikan karakter pada anak usia dini
pendidikan karakter pada anak usia diniOca Nur Oktavia
 
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Nurdin M Top
 
Peranan profesionalisme guru membendung gejala sosial remaja
Peranan profesionalisme guru membendung gejala sosial remajaPeranan profesionalisme guru membendung gejala sosial remaja
Peranan profesionalisme guru membendung gejala sosial remajaYAGHAVI
 
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakatPendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakattuti Oktaviani
 
Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi
Bab 4 Pemuda dan SosialisasiBab 4 Pemuda dan Sosialisasi
Bab 4 Pemuda dan SosialisasiMondo Icon
 
Makna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaMakna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaSugeng Riadi
 
Tugas ina diskusi
Tugas ina diskusiTugas ina diskusi
Tugas ina diskusirhysari
 
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAYosi Larasati
 
Makalah Pendidikan Karakter
Makalah Pendidikan KarakterMakalah Pendidikan Karakter
Makalah Pendidikan KarakterMutiaraJelita1
 
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kitaPendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kitadevi harisandi
 

What's hot (20)

Classroom Discourse to Foster Religious Harmony
Classroom Discourse to Foster Religious HarmonyClassroom Discourse to Foster Religious Harmony
Classroom Discourse to Foster Religious Harmony
 
Makalah pendidikan karakter
Makalah pendidikan karakterMakalah pendidikan karakter
Makalah pendidikan karakter
 
Pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anak
Pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anakPengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anak
Pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anak
 
Makalah kekerasan sekolah presentasi yogo
Makalah kekerasan sekolah presentasi yogoMakalah kekerasan sekolah presentasi yogo
Makalah kekerasan sekolah presentasi yogo
 
Integritas moral siswa
Integritas moral siswaIntegritas moral siswa
Integritas moral siswa
 
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
Presentation1KARYA TULIS ILMIAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN PRIBADI ANAK ...
 
pendidikan karakter pada anak usia dini
pendidikan karakter pada anak usia dinipendidikan karakter pada anak usia dini
pendidikan karakter pada anak usia dini
 
Ilmu sosial dasar 1
Ilmu sosial dasar 1Ilmu sosial dasar 1
Ilmu sosial dasar 1
 
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
 
Tugas Karya Ilmiah
Tugas Karya IlmiahTugas Karya Ilmiah
Tugas Karya Ilmiah
 
Peranan profesionalisme guru membendung gejala sosial remaja
Peranan profesionalisme guru membendung gejala sosial remajaPeranan profesionalisme guru membendung gejala sosial remaja
Peranan profesionalisme guru membendung gejala sosial remaja
 
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakatPendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat
 
Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi
Bab 4 Pemuda dan SosialisasiBab 4 Pemuda dan Sosialisasi
Bab 4 Pemuda dan Sosialisasi
 
Makna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaMakna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusia
 
Karangan esai
Karangan esaiKarangan esai
Karangan esai
 
Tugas ina diskusi
Tugas ina diskusiTugas ina diskusi
Tugas ina diskusi
 
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
 
Makalah Pendidikan Karakter
Makalah Pendidikan KarakterMakalah Pendidikan Karakter
Makalah Pendidikan Karakter
 
Asg2
Asg2Asg2
Asg2
 
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kitaPendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita
 

Similar to Pendidikan Karakter

Pendidikan modal utama membangun karakter bangsa
Pendidikan modal utama membangun karakter bangsaPendidikan modal utama membangun karakter bangsa
Pendidikan modal utama membangun karakter bangsaHilman Latief
 
Tugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan KarakterTugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan KarakterBoy Hilman
 
Ahmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docx
Ahmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docxAhmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docx
Ahmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docxhairulanwar55
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadisofhi12
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadisofhi12
 
PELAKSANAAN MPLS DENGAN Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdf
PELAKSANAAN MPLS DENGAN Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdfPELAKSANAAN MPLS DENGAN Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdf
PELAKSANAAN MPLS DENGAN Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdfbambangheroesoerjant
 
Pendidikan Berkarakter
Pendidikan BerkarakterPendidikan Berkarakter
Pendidikan Berkarakterpuspa anggia
 
Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1hepi gustia
 
MAKALAH PENDIDIKAN BERKARAKTER
MAKALAH PENDIDIKAN BERKARAKTERMAKALAH PENDIDIKAN BERKARAKTER
MAKALAH PENDIDIKAN BERKARAKTERamanatsubhan911
 
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptxModul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptxMTsbaiturrohim1
 
Pendidikan karakter melalui eq
Pendidikan karakter melalui eqPendidikan karakter melalui eq
Pendidikan karakter melalui eqFajar Najiha
 
Materi MPLS Pendidikan karakter.pptx
Materi MPLS Pendidikan karakter.pptxMateri MPLS Pendidikan karakter.pptx
Materi MPLS Pendidikan karakter.pptxZAENULSTIYAWAN1
 
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdfARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdfYolandadwiSetyorini
 
Pendidikan Karakter (New Style)
Pendidikan Karakter (New Style)Pendidikan Karakter (New Style)
Pendidikan Karakter (New Style)Christian Lokas
 
Pendidikan nasional yang bermoral
Pendidikan nasional yang bermoralPendidikan nasional yang bermoral
Pendidikan nasional yang bermoralahargun
 

Similar to Pendidikan Karakter (20)

Pendidikan modal utama membangun karakter bangsa
Pendidikan modal utama membangun karakter bangsaPendidikan modal utama membangun karakter bangsa
Pendidikan modal utama membangun karakter bangsa
 
Tugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan KarakterTugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan Karakter
 
Ahmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docx
Ahmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docxAhmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docx
Ahmad Fadlan Putra HAirul_5G_Pentingnya Pendidikan Karakter.docx
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
PELAKSANAAN MPLS DENGAN Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdf
PELAKSANAAN MPLS DENGAN Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdfPELAKSANAAN MPLS DENGAN Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdf
PELAKSANAAN MPLS DENGAN Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdf
 
Pendidikan Berkarakter
Pendidikan BerkarakterPendidikan Berkarakter
Pendidikan Berkarakter
 
Tugas 5
Tugas 5Tugas 5
Tugas 5
 
Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1
 
Tik anggit (1)
Tik anggit (1)Tik anggit (1)
Tik anggit (1)
 
MAKALAH PENDIDIKAN BERKARAKTER
MAKALAH PENDIDIKAN BERKARAKTERMAKALAH PENDIDIKAN BERKARAKTER
MAKALAH PENDIDIKAN BERKARAKTER
 
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptxModul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
 
Makalah pendidikan karakter
Makalah pendidikan karakterMakalah pendidikan karakter
Makalah pendidikan karakter
 
Pendidikan karakter melalui eq
Pendidikan karakter melalui eqPendidikan karakter melalui eq
Pendidikan karakter melalui eq
 
Materi MPLS Pendidikan karakter.pptx
Materi MPLS Pendidikan karakter.pptxMateri MPLS Pendidikan karakter.pptx
Materi MPLS Pendidikan karakter.pptx
 
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdfARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
 
Isd pert 4
Isd pert 4Isd pert 4
Isd pert 4
 
4. Pendidikan Karakter
4. Pendidikan Karakter4. Pendidikan Karakter
4. Pendidikan Karakter
 
Pendidikan Karakter (New Style)
Pendidikan Karakter (New Style)Pendidikan Karakter (New Style)
Pendidikan Karakter (New Style)
 
Pendidikan nasional yang bermoral
Pendidikan nasional yang bermoralPendidikan nasional yang bermoral
Pendidikan nasional yang bermoral
 

More from Linda Rosita

CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTWCJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTWLinda Rosita
 
ANALISIS INSTRUMEN TES
ANALISIS INSTRUMEN TESANALISIS INSTRUMEN TES
ANALISIS INSTRUMEN TESLinda Rosita
 
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...Linda Rosita
 
PPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PPT POWER POINT UNSUR NITROGENPPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PPT POWER POINT UNSUR NITROGENLinda Rosita
 
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYAMAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYALinda Rosita
 
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYACBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYALinda Rosita
 
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUMPROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUMLinda Rosita
 
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIANPENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIANLinda Rosita
 
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASIKONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASILinda Rosita
 
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASALinda Rosita
 
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIAANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIALinda Rosita
 
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASALinda Rosita
 
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASALinda Rosita
 
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROPREKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROPLinda Rosita
 
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERALTERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERALLinda Rosita
 
Kromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cairKromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cairLinda Rosita
 
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPISPEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPISLinda Rosita
 
PEMISAHAN ZONE MELTING
PEMISAHAN ZONE MELTINGPEMISAHAN ZONE MELTING
PEMISAHAN ZONE MELTINGLinda Rosita
 

More from Linda Rosita (20)

CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTWCJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
 
ANALISIS INSTRUMEN TES
ANALISIS INSTRUMEN TESANALISIS INSTRUMEN TES
ANALISIS INSTRUMEN TES
 
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
 
PPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PPT POWER POINT UNSUR NITROGENPPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
 
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYAMAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
 
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYACBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
 
CBR BORON
CBR BORONCBR BORON
CBR BORON
 
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUMPROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
 
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIANPENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
 
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASIKONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
 
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
 
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIAANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
 
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
 
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
 
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROPREKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
 
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERALTERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
 
Kromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cairKromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cair
 
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPISPEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
 
PEMISAHAN ZONE MELTING
PEMISAHAN ZONE MELTINGPEMISAHAN ZONE MELTING
PEMISAHAN ZONE MELTING
 
CBR ZONE MELTING
CBR ZONE MELTINGCBR ZONE MELTING
CBR ZONE MELTING
 

Recently uploaded

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 

Pendidikan Karakter

  • 1. REKAYASA IDE PENTINGYA PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN MENANAMKAN NILAI-NILAI MORAL PADA SISWA Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan DISUSUN OLEH: NAMA : LINDA ROSITA NIM : 4173131020 JURUSAN : KIMIA KELAS : KIMIA DIK B 2017 PROGRAM : S-1 PENDIDIDKAN KIMIA DOSEN PENGAMPU : SRINAHYANTI,S.Pd.,M.Pd FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2017
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masyarakat Indonesia sudah banyak yang sikapnya menyimpang dari nilai nilai, moral, budaya dan agama. Bahkan mayoritas pelakunya adalah anak remaja yang masih duduk di bangku sekolah yang seharusnya mereka bisa menempatkan pendidikan kepribadian yang mereka peroleh untuk hal-hal yang baik dan menerapkan sebagaimana mestinya. Pendidikan di Indonesia masih dapat dikatakan tertinggal dibandingkan pendidikan di negara-negara maju. Oleh karena itu sikap, tanggung jawab, ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang dimiliki juga masih tertinggal jauh. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Anak- anak merupakan generasi penerus bangsa yang apabila dididik dengan cara yang bijaksana akan menghasilkan produk anak bangsa yang berkarakter dan berjiwa besar. Untuk membentuk karakter anak yang baik, di sekolah telah diajarkan pendidikan kepribadian yang tujuannya untuk mewujudkan perilaku yang mengedepankan keimanan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan Kepribadian juga dapat diartikan sebagai Pendidikan Karakter yang akan membentuk karakter baik pada diri anak. Landasan untuk membentuk karakter baik tersebut tentu datang dari keyakinan yang dimiliki anak didik itu sendiri. Pendidikan Agama yang diajarkan oleh orang tua dan guru di sekolah merupakan pedoman anak untuk membentuk karakter pribadinya. Sedangkan yang menjadi masalah saat ini adalah pemerintah Indonesia sedang kesulitan untuk menerapkan sistem pendidikan karakter guna mendidik anak dan para generasi penerus bangsa menjadi manusia yang berkarakter dan bermartabat. 1.2. Rumusan Masalah  Bagaimana karakter peserta didik saat ini ?  Apa penyebab menurunnya moral dan etika peserta didik ?  Bagaimana solusi atas permalahan yang dihadapi?  Faktor-faktor apa saja yang mendukung keberhasilan pendidikan karakter ? 1.3. Tujuan Penelitian  Mengetahui karakter peserta didik saat ini.  Mengetahui penyebab menurunnya moral dan etika peserta didik.  Memahami solusi atas permalahan yang dihadapi.  Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung keberhasilan pendidikan karakter.
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Al-Bayhaqi dalam al-Sunan al-Kubrâ’ (no. 20782) Dewasa ini, apabila kita melihat tayangan-tayangan televisi, berita di internet banyak kejadian adanya pelanggaran dari berbagai segi mulai dari korupsi, nepotisme, perampokan bahkan pembunuhan. Bahkan nilai-nilai karakter yang dimiliki oleh sebagian anak sekolah mulai menurun. Hal ini bisa dilihat dari terlihatnya anak sekolah keluyuran dengan memakai seragam di saat jam sekolah, berkata seenaknya kepada orang yang lebih tua, apalagi sesama teman sekolah, lebih parah lagi tawuran antar sesama pelajar dengan sekolah lain. Hal ini tentunya menjadi pertanyaan dalam benak pikiran kita, apakah itu adalah sebagai indikasi kegagalan dunia pendidikan untuk membentuk karakter peserta didik? Apakah ini sebagai kelalaian orang dewasa untuk memberi suri tauladan yang baik kepada anak? Atau apakah ini pertanda kealpaan orang tua dalam mengontrol perilaku anak? Apabila memang kita sadari demikian, maka seharusnyalah pendidikan karakter perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Di sekolah siswa perlu mendapatkan pembinaan karakter yang baik. Orang tua dan orang yang dewasa perlu memberikan keteladanan yang pantas untuk ditiru oleh anak. Media masa tentunya tidaklah semua jelek, banyak tayangan yang menunjang kepada pembentukan karakter yang baik. Sebagai yang lebih dewasa, orang tua, atau pun guru tinggal memberikan arahan dalam tontonan. Karena kita sudah maklum, salah satu ciri khas anak adalah suka meniru perilaku yang lagi ngetrend. Mode rambut, pakaian dan hal lain yang ditampilkan idola nya. Tanpa adanya bimbingan maka anak akan kebamblasan dalam meniru. Dengan demikian perlu diingatkan lagi bahwa pembentukan karakter harus dilakukan oleh semua pihak, terutama di sekolah sebagai lembaga pendidikan. Pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognitif. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan yaitu memberikan pendidikan karakter pada anak didik. Pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter. Ada sebuah kata bijak mengatakan “ Ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik. Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya.Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan
  • 4. kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik. Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter , kita bisa menerapkannya dalam pola pendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalanya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anak didik akan arti bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara berkomitmen pada pilihan tersebut. Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter. Anak-anak yang tidak mampu masuk ke TK umumnya akan mendaftar ke SD dalam usia sangat muda, yaitu 5 tahun. Hal ini akan membahayakan, karena mereka belum siap secara mental dan psikologis, sehingga dapat membuat mereka merasa tidak mampu, rendah diri, dan dapat membunuh kecintaan mereka untuk belajar. Dengan demikian sebuah program penanganan masalah ini dibutuhkan untuk mempersiapkan anak dengan berbagai pengalaman penting dalam pendidikan prasekolah. Adalah hal yang sangat penting untuk menggerakkan masyarakat di daerah miskin untuk mulai memasukkan anaknya ke prasekolah dan mengembangkan lingkungan bersahabat dengan TK lainnya untuk bersama- sama melakukan pendidikan karakter. Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya. Lengkapnya adalah : 1. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki 2. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi 3. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri 4. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri 5. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri 6. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai 7. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan 8. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan 9. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri 10. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Hasil Rekayasa Ide A. Permasalahan Menurunnya etika dan moral dalam diri peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor : 1. Longgarnya pegangan terhadap agama. Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan- larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karena pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag yang melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yang kurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran- pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral. 2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengertyi man auang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yanglebih rusak moralnya perelu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-
  • 6. anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral. 3. Budaya yang materialistis, hedonistis dan sekularistis. Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Namun gajala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan,bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata- mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya. 4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakukan pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, mareri dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehiangan daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan. 5. Ingin mengikuti trend, bisa saja awalmya para remaja merokok adalah ingin terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalau sudah mencoba merokok dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas. 6. Kurangnya pendidikan Agama dan moral 7. Dengan berkembang pesatnya teknologi pada zaman sekarang ini, arus informasi menjadi lebih transparan. Kemampuan masyarakat yang tidak dapat menyaring informasi ini dapat mengganggu etika dan moral remaja. Pesatnya perkembangan teknologi dapat membuat masyarakat melupakan tujuan utama manusia diciptakan, yaitu untuk beribadah B. Solusi Untuk mengatasi masalah ini, penulis memberikan beberapa solusi : 1. Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak.
  • 7. 2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak. 3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya. 4. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pembentukan karakter , diantaranya : 1. Keluarga keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama, karena dalam keluarga rumah tangga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan atau bimbingan, juga dikatakan lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima olah anak adalah dalam rumah tangga. Zakiah Daradjat (1970: 58), mengemukakan bahwa perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa–masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun. Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan karakter dan tabiat anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan keagamaan. Amir Daien Indrakusuma (1972: 109), menjelaskan bahwa sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarganya yang lain. Dalam hal inilah dituntut adanya kesadaran orang tua untuk menanamkan nilai- nilai karakter positif ke dalam jiwa anak mereka. Peranan orang tua dalam pendidikan karakter terhadap anak memberikan pengaruh yang besar sekali dalam membentuk kepribadiannya. Keluarga atau orang tua harus selalu memberikan nasihat-nasihat positif serta menunjukkan kesuritauladanan yang baik di hadapan anak mereka. Sikap orang tua dalam keluarga secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan karakter dan kepribadian anak. Melalui proses peniruan (imitasi) mereka, mereka merekam sikap ayah pada ibu dan sebaliknya, sikap orang tua pada tetangga-tetangga sekitarnya akan dengan mudah ditiru oleh anak. Sikap yang otoriter orang tua akan membuahkan sikap yang sama pada anak. Sebaliknya sikap kasih saying, keterbukaan, musyawarah, dan konsisten, juga akan membuahkan sikap yang sama pada anak. 2. Sekolah dan Pendidik Sekolah, pada hakikatnya bukanlah sekedar tempat “transfer of knowledge” belaka, yang semata-mata tempat di mana guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Pembentukan watak dan pendidikan karakter mestinya melalui sekolah. Sekolah bertanggungjawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam pembangunan jati diri, karakter dan kepribadian bangsa (moral and chaakter building). Semua proses pendidikan di sekolah begitu juga pendidikan karakter pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya kualitas kompetensi dan SDM para pendidik. H.A. R. Tilaar (2000: 4), mengemukakan bahwa kunci utama di dalam peningkatan kualitas pendidikan ialah mutu/ kualifikasi para gurunya. Kualifikasi guru merupakan hal yang terpenting. Bila kualifikasi kompetensi tidak ada pada seseorang, berarti ia tidak berkompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru di lembaga pendidikan formal. Oleh karenanya setiap guru harus dapat
  • 8. memenuhi kompetensi yang diharapkan oleh masyarakat dan anak didik berupa keterampilan atau keahlian dalam hal mengajar. Moral dan spiritual yang dimiliki seorang guru memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan guru mengajar, terlebih dalam rangka membentuk karakter siswa. Hal itu karena pendidikan karakter tidak hanya meminta guru untuk mengajar hal-hal yang berhubungan dengan karakter bangsa Indonesia yang luhur dan agung, akan tetapi menuntut pendidik memiliki kompetensi yang unggul dengan memberikan uswah hasanah kepada siswa. Perilaku guru adalah tuntunan yang paling efektif. Perilaku guru bisa dilihat langsung dan cenderung mudah dicontoh. Terkadang para siswa cenderung lebih mencerna apa yang terlihat dari apa yang dijelaskan. Para guru harusnya memeriksa dirinya, siapkah sudah ia dengan membentuk karakter siswa? Yang tentu saja hal itu dibuktikan dengan kepribadian dan karakter yang mulia dari guru tersebut. 1. Jadikan diri sebagai contoh Guru dipandang murid sebagai orang tua yang lebih dewasa, itu berarti murid menilai guru mereka merupakan contoh dalam bertindak dan berperilaku. Baik sikap baik maupun buruk, itu dapat mempengaruhi murid bagaimana cara bersikap dengan sesama. Hal ini tentu, membuat guru harus pandai dalam menjaga sikap untuk memberikan contoh yang terbaik. Dengan mengingat diri sendiri sebagai contoh, maka guru akan lebih berhati-hati dalam bersikap sehingga lebih bijak dari setiap tindakan yang akan diambil. Dari memberikan contoh, diharapkan murid bisa mengikuti sisi positif yang dimiliki guru. 2. Jadilah guru yang tidak hanya sekedarmementingkan nilai akademis, tetapi juga mengapresiasi usaha murid Sebagai pengajar, fokus untuk menilai murid dari segi akademis memang penting. Tetapi perlu diingat juga untuk menghargai kebaikan yang dilakukan murid. Caranya dengan mengapresiasi usaha murid tanpa selalu membandingkan dengan nilai yang didapatkan. Misalnya dengan memberikan pujian bagi murid yang tepat waktu, rajin mengerjakan tugas, atau bersikap baik selama di sekolah. Dengan membiasakan ini, murid pun juga dapat mengapresiasi diri atas usaha yang telah dilakukan sehingga akan terbangun karakter yang terus mau belajar dan memperbaiki diri untuk lebih baik. 3. Lebih dari sekedar mengajar, ajarkan juga nilai moral pada pelajaran Kalau sekadar materi pelajaran, mungkin semua bisa saja tahu karena tertulis dalam buku pelajaran. Tetapi bagaimana dengan nilai moral? Ada baiknya dalam pelajaran yang diajarkan juga menanamkan nilai moral yang bisa dijadikan bahan pelajaran hidup. Misalnya, saat mengajarkan pelajaran Matematika guru tidak hanya sekadar memberikan rumus dan cara pengerjaan kepada murid. Tetapi juga bisa mengajarkan nilai kehidupan seperti dengan mengerjakan soal Matematika kita bisa belajar untuk bersabar dan berusaha untuk memecahkan suatu masalah dengan mengasah logika berpikir. Dengan begitu, nantinya ketika murid sedang menghadapi suatu masalah kedepannya, bisa berpikir optimis bahwa setiap masalah ada jalan keluarnya selama berusaha. :) 4. Mengajarkan sopan santun Hal yang sering luput diajarkan di sekolah adalah bagaimana cara bersikap. Mungkin terdengar sederhana, tetapi ini merupakan hal penting yang layak diajarkan kepada murid untuk menjaga sikap dan mengetahui mana yang benar dan salah. Tidak jarang , murid bersikap tidak sopan hanya karena mereka tidak tahu bagaimana cara bersikap yang baik dan benar. Atau malah selama ini
  • 9. mencontoh sikap negatif orang disekitarnya, jadi melihat itu sebagai hal yang lumrah. Ada baiknya, ketika ada sikap yang kurang baik yang dilakukan oleh murid, guru berperan untuk mengoreksi sikap tersebut. Jangan memarahi, tetapi mengingatkan juga bahwa sikapnya itu kurang baik dan berikan alternatif tindakan lain yang lebih positif. 5. Beri kesempatan murid untuk belajar memimpin ini, mempunyai karakter memimpin merupakan hal yang krusial untuk dimiliki. Menyadari hal ini, ada baiknya guru juga bisa membantu anak didik untuk berlatih jiwa kepemimpinan mereka. Cara sederhananya, bisa dengan membuat tugas kelompok dan memastikan setiap anggota mempunyai kesempatan sebagai ketua kelompok. Jadi, tidak hanya murid itu-itu saja yang jadi ketua kelompok, tetapi semua bisa belajar jadi pemimpin. Setelah melakukan aktivitas ini, guru bisa mengevaluasi hal positif yang bisa jadi pembelajaran murid untuk memimpin lebih baik lagi. Berilah masukan yang memotivasi, jadi bagi murid yang merasa kurang percaya diri bisa semangat untuk terus belajar lebih baik lagi. 6. Berbagi pengalaman sebagai cerita inspiratif Tidak ada salahnya, sesekali menceritakan pengalaman personal yang dimiliki guru untuk dibagikan dengan murid. Tidak perlu cerita yang hebat untuk menginspirasi, sekecil apapun itu tetap bisa menjadi pembelajaran yang berguna untuk murid. Masa depan bangsa Indonesia sangat bergantung di pundak generasi muda. Jika generasi mudanya kuat, Indonesia akan menjadi bangsa yang hebat. Jika generasi mudanya tangguh, Indonesia akan menjadi bangsa yang ampuh. Namun sebaliknya apabila genersi mudanya rapuh, maka tinggal menunggu waktu bahwa bangsa lambat laun akan runtuh. 3. Lingkungan Masyarakat M. Hasbi Anshari (1983: 41), mengungkapkan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak didik, baik berupa benda-benda, peristiwa yang terjadi, maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat memberikan pengaruh lunak anak didik, yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan dimana anak-anak bergaul sehari-hari”. Lingkungan sosial masyarakat sangat berpengaruh terhadap berhasil-tidaknya proses character building pada seorang anak. Untuk itu sekali lagi perlu adanya penyadaran kepada masyarakat bahwa pendidikan karakter merupakan tanggungjawab kita bersama. Lingkungan masyarakat luas jelas memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan penanaman dan pembentukan karakter. Dari perspektif Islam, menurut Quraish Shihab (1996:321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada “kini dan di sini”, maka upaya dan ambisinya terbatas pada kini dan di sini pula. Masih dari perspektif Islam, menurut Nur Uhbiyati (1997: 235), ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagamaan, watak, karakter dan akhlak seseorang yaitu: a. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agar sedikit tahu tentang hal itu.
  • 10. b. Lingkungan yang berpegang pada tradisi agama, tetapi tanpa keinsafan batin. Biasanya lingkungan demikian menghasilkan seseorang beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan. c. Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan yang beragama. b. Lingkungan ini memberikan motivasi atau dorongan yang kuat kepada seseorang untuk memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang ada, apabila lingkungan ini ditunjang oleh anggota-anggota masyarakat yang baik dan kesepakatan memadai, maka kemungkinan besar hasilnya pun paling baik untuk mewujudkan watak dan karakter yang baik pada diri orang yang ada di sekitarnya. Di sinilah letak peran semua anggota masyarakat untuk berbenah diri agar lingkungan kita kembali ke watak dan karakter bangsa kita yang luhur dan beradab. Masyarakat yang damai, tenteram dan berkarakter akan memberikan dampak yang positif bagi kepribadian dan karakter anak, sebaliknya keadaan lingkungan yang tidak tenteram dan tidak berkarakter, secara tidak langsung akan membuat anak terpengaruh oleh hal- hal negatif dari lingkungan tersebut. Akhirnya, sangatlah pantas jika kita semua berbenah diri agar kita kembali ke watak dan karakter bangsa kita yang sesungguhnya yang berkepribadian luhur dan beradab berlandaskan nilai-nilai Pancasila, sehingga kita bisa menyelamatkan watak dan karakter generasi penerus kita dalam menghadapi arus globalisasi yang sangat “edan” di abad 21 ini dengan memberikan uswah hasanah, keteladanan yang baik bagi mereka, keteladanan dari pendidik, keteladanan dari orang tua dan keteladanan dari masyarakat. Karena, bagaimanapun bagusnya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, hasilnya tidak akan maksimal tanpa dukungan dan sokongan dari berbagai pihak.
  • 11. BAB III PENUTUP Kesimpulan Pendidikan karakter diartikan sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi generasi penerus yang berkarakter Pendidikan karakter sangat penting keberadaannya karena dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Bila pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, maka akan terwujud generasi penerus bangsa yang berkarakter dan tidak diragukan lagi masa depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan.