REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
PENDIDIKAN BERKARAKTER
1. MAKALAH PENDIDIKAN
TUGAS AKHIR MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
Pendidikan Yang Berkarakter Akan Menciptakan
Intelektual Terpelajar Bukan Intelektual Kurang ajar
Disusun Oleh
Nama Mahasiswa : Anis Maghfirotul Habibah
Nomor Induk Mahasiswa : 1610501035
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2017
2. BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan yang diharapkan sebagai “kawah candradimuka”
bagi penyebaran tata nilai yang humanis, produktif kreatif serta ketahanan
mental bangsa ternyata banyak mendapat kritikan karena tidak berdaya
mengemban pencerahan bangsa. Ironisnya lagi, dunia pendidikan malah
justru mengidap kesimpangsiuran informasi sehingga berdampak pada
kerapnya terjadi penyalahgunaan. Untuk itu, apa yang bisa dijalankan adalah
dengan menguatkan kembali dunia pendidikan. Institusi-institusi
pendidikan yang dibangun secara mandiri yang mengedepankan dan
menitikberatkan pada pendidikan yang dapat membangun keperadaban.
Pendidikan yang peduli pada pembentukan sikap-sikap mental yang
tahan banting, berorientasi kreatifitas dan bermoral tinggi. Melalui
pendidikan karakter maka diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Dalam konteks keindonesiaan, penerapan pendidikan karakter
merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Para putra dan
putri bangsa telah banyak memborong medali dalam setiap kompetisi
olimpiade sains internasional. Telah banyak yang mengenyam pendidikan ke
luar negeri. Mereka-merekalah yang membutuhkan penghormatan serta
penghargaan sebagai bagian implementasi pendidikan karakter.
Namun di sisi lain, kasus siswa-siswi cacat moral seperti siswi married by
accident, aksi pornografi, kasus narkoba, plagiatisme dalam ujian, dan
sejenisnya, senantiasa marak menghiasi sejumlah media. Bukan hanya
terbatas pada peserta didik, lembaga-lembaga pendidikan maupun instansi
pemerintahan yang rata-rata diduduki oleh orang-orang penyandang gelar
akademis, pun tak luput terjangkiti virus dekadensi moral.
Realitas mencengangkan tersebut dapat dianalogikan sebagai sebuah
tamparan keras bagi bangsa. Para stakeholders dan pendidik yang tadinya
diharapkan menjadi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut
wuri handayani, malah lebih menyuburkan slogan sarkastik: guru kencing
berdiri, murid kencing berlari.
3. Pada dasarnya semua persoalan tersebut bermuara pada pendidikan.
Sementara itu, apakah persoalan pendidikan tersebut muncul karena
gagalnya pendidikan karakter yang di bangun?
B. Rumusan Masalah
1. Krisis karakter
2. Apakah ada pengaruh dari pendidikan karakter terhadap keberhasilan
belajar?
3. Pentingnya Pendidikan Karakter
C. Tujuan
1. Pengertian krisis karakter
2. Pengaruh pendidikan karakter terhadap keberhasilan belajar
3. Pendidkan berkarakter menciptakan intelektual terpelajar
D. Manfaat
1. Sebagai kontribusi ilmiah dalam kajian pendidikan untuk
meningkatkan peserta didik yang berkarakter.
2. Sebagai tolak ukur untuk lebih mengembangkan pendidikan karakter
demi keberhasilan belajar yang lebih baik.
3. Sebagai informasi bagi pelajar, pengajar dan para orang tua, agar
mengajarkan dan menanamkan pendidikan karakter sebagai energi
positif dalam kehidupan.
4. BAB II. ISI
A. Krisis Karakter
Saat ini banyak sekali orang pintar namun minim akan moral. Saat ini
jarang sekali seseorang yang memiliki moral baik. Menggadaikan kejujuran
demi mendapatkan segala sesuatu, menggadaikan kehormatan demi
mendapatkan apa yang diinginkan, tergelincir dalam arus modernitas yang
semakin jauh dengan budaya-budaya lokal sendiri.
Hal tersebut justru berdapampak buruk sehingga menjadi semakin jauh
dan enggan mengakui budaya sendiri.
Krisis karakter merupakan krisis kemanusiaan, setiap orang melakukan
sesuatu dengan sesukanya tanpa memikirkan akibatnya. Di dalam masa
krisis yang kita alami saat ini tampaklah manusia-manusia tanpa disiplin,
manusia yang menerapkan hukumnya sendiri, manusia rakus dan kehilangan
pertimbangan akal sehat. Padahal manusia yang pandai adalah manusia yang
memikirkan seagala sesuatu dengan pertimbangan terlebih dahulu dilihat
dari berbagai sudut pandang dalam mengambil suatu keputusan.Menurut
H.A.R.Tilaar dalam nuku (Paradigma Baru Pendidikan Nasional, 2002 : 51)
mengatakan bahwa, apabila ada teorema mengatakan bahwa manusia
menyimpan sifat kebinatangan dan bahaya apabila tidak diarahkan, maka
dikhawatirkan pendidikan nasional di Indonesia telah melahirkan “manusia –
manusia buaya” tanpa budaya.
Hanya manusia-manusia yang berkarakter dan berbudaya yang dapat
mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan. Menanamkan nilai-nilai karakter
seperti kejujuran merupakan tanggung jawab moral bagi seorang guru atau
pendidik agar peserta didik tidak keluar dari jalurnya atau melakukan
penyimpangan-penyimpangan. Hal tersebut tentunya tidak serta merta
menjadi tanggung jawab seorang guru saja, empat pilar utama pendidikan
pun turut berkontribusi dalam menggalakan pendidikan karakter ini yaitu di
mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat dan temapat ibadah. Tentunya demi
tercapainya suatu pendidikan yang masif membutuhkan waktu dan
komitmen yang kuat dari semua pelaku pendidikan untuk membangun
keberadaban bangsa melalui pendidikan karakter.
5. B. Pengaruh pendidikan karakter terhadap keberhasilan belajar
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Tanpa ketiga aspek tersebut, pendidikan karakter tidak akan
berjalan efektif selain harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seseorang akan memiliki
kecerdasan emosi. Dengan memiliki kecerdasan emosi seorang anak akan
dapat menyongsong masa depan, dengan pendidikan karakter seseorang akan
mampu menghadapi segala macam tantangan yang dihadapinya. Termasuk
juga dalam hal mencapai keberhasilan akademis yang akan berdampak bagi
kelanjutan kehidupannya demi mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
Kecerdasan emosional di dalamnya mempunyai keterkaitan yang sangat erat
dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan belajar. Berikut ini
ada beberapa faktor yang mendorong keberhasilan pendidikan karakter agar
mencapai keberhasilan dalam belajar, dalam buku (Wiyani, Novan Ardy;
2012).
1. Rasa percaya diri
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, sebaiknya seorang
remaja di bangun agar mempunyai rasa percaya diri yang baik dan kuat.
Rasa percaya diri ini dapat membuat anak dapat mengembangkan
potensi/bakat yang dimilikinya secara optimal.seperti kita ketahui, setiap
orang di dunia ini diberikan anugrah oleh Tuhan memiliki kelebihan
masing-masing. Kelebihan tersebut hendaknya kita kembangkan agar
nantinya kelebihan yang dimiliki oleh remaja dapat bermanfaat bagi
orang lain. Disinilah seharusnya seorang guru jeli untuk membuat
peserta didik memiliki rasa percaya diri agar dapat memunculkan potensi
dan bakat yang ada dalam diri peserta didik tersebut.
2. Kemampuan bekerja sama
Salah satu jalan untuk membangun karakter pada remaja adalah
dengan cara memunculkan kemampuan kerja sama diantara mereka.
Dengan mempunyai sikap kerja sama seseorang dapat mencapai
keberhasilan dalam belajar, baik di sekolah ataupun nantinya setelah
6. lulus. Menjalin kemampuan kerja sama antara remaja dan orang lain ini
dapat di terapkan oleh guru melalui proses pembelajaran yang di
dalamnya membentuk sebuah kelompok diskusi, kelompok belajar dan
lain sebagainya.
3. Kemampuan bergaul
Seorang remaja harus di bangun karakternya agar mempunyai
kemampuan dalam bergaul yang baik di dalam lingkungannya.
Kemampuan bergaul adalah kepandaian seseorang dalam menjalin
hubungan sosial dengan siapa saja. Kemampuan bergaul ini berhubungan
dengan sikap ramah terhadap orang lain dan memperlakukan orang lain
sebaik mungkin.
4. Kemampuan berempati
Kemampuan berempati sangat perlu dimiki oleh seorang pelajar atau
remaja agar memiliki kedekatan terhadap orang lain. Kedekatan tersebut
terjalin karena adanya sikap tenggang rasa, ringan dalam mempberikan
bantuan terhadap orang lain dan saling membantu antar sesama.
Kemampuan berepati dapat di bangun atas dasar memahami
kesedihan orang lain yang terkena musibah. Misalnya saja seorang
pelajar atau remaja diajak untuk menjenguk orang yang sakit, orang yang
terkkena bencana dan diajak untuk memberikan bantuan yang dapat
berupa tenaga, bantuan dan uang.
5. Kemampuan berkomunikasi
Manusia termasuk makhluk sosial, sebagai makhluk sosial kita harus
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi. Kemampuan
berkomunikasi digunakan untuk menjalin kedekatan dengan orang lain
dan untuk berinteraksi secara baik dengan orang lain. Namun, pada
kenyataannya masih banyak orang yang belum mampu berkkomunikasi
dengan baik, sehingga banyak terjadi konflik dalam berhubungan dengan
orang lain. Konflik tersebut berupa terjadinya percekcokkan antar
individu, bahkan perkelahian antar warga masyarakat hanya gara-gara
tidak memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang baik. Bahkan
dalam dunia remaja, banyak terjadi tawuran antar pelajar akibat
7. omongan-omongan yang sifatnya menyinggung perasaan di antara
mereka.Satu hal dasar yang harus dipahami dalam melatih kemampuan
berkomunikasi adalah bisa mendengar dengan baik. Inilah kemampuan
dasar yang harus terlebih dahulu di kuasai sebelum kita melatih
kemampuan peserta didik daalam menyampaikan sesuatu, baik melalui
bahasa isyarat, suara atau mulut, maupun lewat tulisan. Sebab, sepandai
apapun seseorang berkomunikasi jika tanpa di dasari memiliki
kemampuan mendengar yang baik terhadap lawan jenisnya,
sesungguhnya orang tersebut telah gagal dalam memahami orang lain.
Pendidikan karakter ini dapat membentuk remaja menjadi
berprestasi. Di dalam pendidikan, mereka diajarkan nilai religius yang
menguraikan kebaikan agar remaja tumbuh sebagai manusia yang peka
terhadap lingkungan sosial. Di samping itu, mereka diajarkan juga nilai
toleransi dan nilai cinta damai atau nilai-nilai kemanusiaan yang
membentuk remaja mempunyai sifat pengasih, berbudi pekerti, dan cinta
damai. Dalam pendidikan karakter itu mereka diajarkan juga nilai suka
bekerja keras, kreatif, mandiri, dan mempunyai rasa ingin tahu yang
tinggi yang dapat menjadikan remaja sebagai orang yang berprestasi.
Nilai positif dalam pendidikan karakter dapat membentuk remaja yang
unggul. Remaja yang memiliki karakter kuat akan tumbuh sebagai
remaja yang unggul dan dibanggakan karena sehat secara fisik, stabil
dalam emosi, dan intelektualnya yang berkembang baik.
C. Pendidkan berkarakter menciptakan intelektual terpelajar
Berbagai fenomena sosial yang muncul di negeri ini melalui media masa
semakin mengkhawatirkan. Fenomena penyelesaian masalah melalui
kekerasan seakan sudah umum terjadi. Pemaksaan dan penekanan kehendak
dari satu kelompok terhadap kelompok yang lain sudah dianggap biasa.
Hukum begitu jeli pada kesalahan tapi buta akan keadilan.
Apalagi fenomena pendidikan yang semakin hari tampaknya semakin
tidak jelas, jika kita lihat dari survei yang dilakukan oleh OECD
(Organisation for Economic Co-operation and Development) tahun 2015.
8. OECD merupakan organisasi internasional yang menganut ekonomi pasar
bebas. Hasil survei yang OECD lakukan ini berdasarkan pada hasil tes di 76
negara yang menunjukan hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan
ekonomi Indonesia menempati peringkat 69 dari 76 negara (sikerok.com).
Sedangkan berdasarkan survei United Nations Educational, Scientific, and
Cultural Organization (UNESCO) tahun 2013 terhadap kualitas pendidikan
di negara-negara berkembang tepatnya di Asia Pasifik, Indonesia menempati
peringkat 10 dari 14 negara, sementara untuk kualitas guru berada pada
urutan ke 14 dari 14 negara (Kompas.com).
Anomali-anomali pendidikan di Indonesia tidak hanya sampai di situ
saja. Pendidikan yang sejatinya memanusiakan manusia justru menjadi dunia
mengerikan yang siap membinasakan moral manusia. Kita lihat contoh kasus
pemukulan siswa oleh temannya hingga tewas, kasus bullying yang tak
terhitung lagi jumlahnya, hingga kasus pelecehan seksual yang dilakukan
oleh oknum guru dan karyawan kepada siswanya (KataSumbar.com).
Sekolah yang merupakan salah satu pilar pendidikan yang semestinya
memberikan kontribusi bagi pengembangan budi pekerti siswa, justru
berbalik menjadi sarang dekadensi moral anak.
Kemerosotan karakter bangsa Indonesia pada sektor tersebut menjadi
momok yang paling menakutkan bagi maju tidaknya sebuah peradaban,
berkualitas tidaknya suatu bangsa dan tinggi rendahnya suatu kebudayaan.
Esensi pendidikan yang selama ini tercantum dalam pembukaan UUD 1945
alinea ke-4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, yang seharusnya
diartikan secara menyeluruh dan mendalam bahwa pendidikan seharusnya
tidak hanya dijadikan sebuah alat untuk menaikan derajat ekonomi saja,
tetapi juga harus dapat memanusiakan manusia nyatanya tidak
terinternalisasi dengan baik, bahkan terkesan hanya sekedar pemanis dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Kalau kita ingat, konsep pendidikan yang apik sebenarnya telah
digaungkan oleh Ki Hajar Dewantara seorang tokoh Pendidikan Nasional
Indonesia, peletak dasar yang kuat pendidikan nasional progresif untuk
generasi sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian
9. pendidikan. Dalam sebuah buku yang berjudul Pendidikan Ala Indonesia, Ki
Hajar Dewantara mengatakan; “Pendidikan umumnya berarti daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intelektual dan tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh
dipisahkan bagian itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup,
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan
dunianya”. Ki Hajar Dewantara juga menyebutkan bahwa sekolah sebagai
taman. Artinya ketika peserta didik datang ke sekolah dia akan merasa
senang hati, antusias untuk belajar dan enggan pulang. Bukan, malah
menjadikan peserta didik semakin takut ke sekolah dan memilih game online
sebagai tempat menghabiskan waktu-waktu emasnya.
Jikalau demikian, esensi dari tujuan pendidikan yang semula membentuk
karakter peserta didik menjadi bergeser bahkan hilang dan sia-sia.
Senada dengan apa yang dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara dalam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Bisa dikatakan, UU.
No. 20 tahun 2003 terilhami dari konsep pendidikan ala Ki Hajar
Dewantoro.
Berbagai tujuan telah digaungkan sebagai bentuk kepedulian para pemikir
pendidikan terhadap bangsa ini. Tentunya berdasarkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus
diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan terciptanya
intelektual terpelajar bukan intelektual kurang ajar. Hal tersebut berkaitan
dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
10. BAB III. PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan karakter merupakan suatau proses dan usaha dalam
pembentukan kepribadian untuk mencetak manusia seutuhnya untuk
mewujudkan masyarakat madani sebagai landasan kehidupan berbangsa,
bernegara dan beragama.
Pendidikan karakter sangat penting diberikan kepada remaja karena masa
remaja adalah masa-masa dimana seorang anak mudah sekali menerima
pengaruh dari luar baik itu pengaruh baik maupun pengaruh buruk. Jika
pengaruh baik itu tidak ada masalah tetapi bagaimana dengan pengaruh
buruk? Untuk itulah dengan adanya pendidikan karakter dapat menekan
pengaruh yang tidak baik terhadap remaja yang datang dari luar lingkungan.
Kunci pendidikan karakter ada pada pendidiknya, bukan di kurikulum
ataupun buku. Oleh karena itu muliakanlah guru seorang pendidik, agar
mereka dapat tenang dan fokus dalam membentuk generasi penerus bangsa
yang memiliki karakter yang tangguh dan kuat dalam membangun peradaban
dan masa depan bangsa.
B. Saran
1. Untuk pihak sekolah harus lebih berani mengembangan pendidikan
karakter dengan cara mengadakan seminar, pelatihan, penataran, dan
workshop untuk membantu pendidik (guru) dalam melaksanakan
pengembangan pendidikan karakter. Diharapkan lebih baik lagi dalam
membina karakter pesera didik di sekolah sesuai dengan karakter
bangsa Indonesia. Pihak sekolah juga harus selalu mengadakan
evaluasi demi ketercapaian pengembangan pendidikan karakter yang
lebih baik.
2. Bagi pendidik (guru), pendidik lebih mendalam mengikuti seminar,
pelatihan, penataran, dan workshop. Guna meningkatkan pengalaman
dan pengetahuan yang terjadi di lapangan. Pendidik lebih
memperhatikan, membimbing, membina dan memberikan contoh yang
positif kepada peserta didik. Pendidik melengkapi administrasi
11. pembelajaran dengan kualitas yang lebih baik dan pendidik juga harus
memberikan teladan yang baik pada peserta didik.
3. Bagi peserta didik (siswa-siswi), peserta didik diharapkan mampu
untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek kehidupan, peserta
didik yang telah di berikan pemahaman nilai dan karakter dapat
melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, dan peserta didik
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dengan nilai-nilai
yang telah tertanam pada aspek pendidikan karakter. Dengan
pendidikan karakter diharapkan peserta didik dapat menyeimbangkan
antara karakter dan prestasi belajar.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.pilardemokrasi.com/keilmuan/krisis-karakter-merupakan-refleksi-
krisis-pendidikan/ diakses pada tanggal 05 Juli 2017 pukul 22.21
2. http://yudew18.wordpress.com/pendidikan/ diakses pada tanggal 08 Juli 2017
pukul 21.46
3. http://edhakidam.blogspot.co.id/2015/01/makalah-pentingnya-pendidikan-
karakter.html?m=1/ diakses pada tanggal 09 Juli 2017 pukul 23.09