Dokumen tersebut merangkum filsafat eksistensialisme yang dicetuskan oleh Soren Kierkegaard. Kierkegaard melihat bahwa manusia harus dipahami sebagai individu yang konkrit dan bereksistensi, bukan sebagai konsep abstrak. Hal ini berlawanan dengan pandangan idealisme yang menganggap manusia sebagai bagian dari proses dialektika universal. Kierkegaard membagi tahapan eksistensi manusia menjadi estetis, etis, dan religius
2. Kata dasar eksistensi adalah exist yang berasal
dari kata latin ex yang berarti keluar dari diri
sendiri.
Filsafat eksistensi berbeda dengan filsafat
eksistensialisme, meskipun sama-sama
menempatkan cara wujud manusia sebagai
tema sentral.
Filsafat Eksistensialisme lebih rumit, karena
manusia dihadapkan pada dirinya secara lebih
radikal.
3. Filsafat Eksistensialisme adalah manusia
berada dan mengalami berada dengan suatu
cara dimana ia mengamati sekelilingnya secara
sadar. Dimana manusia adalah subjek yang
mengamati objeknya.
Filsafat eksistensialisme >< filsafat
materialisme
Filsafat eksistensialisme >< filsafat idealisme
4. Soren Aabye Kierkegaard lahir pada tanggal 5
Mei 1813 dan meninggal ada tanggal 11
November 1855.
Ayahnya bernama Michael Pedersen
Kierkegaard merupakan seorang yang sangat
saleh. Sedangkan ibunda Kierkegaard bernama
Anne Sørensdatter Lund Kierkegaard.
Soren Aabye Kierkegaard merupakan seorang
filsuf dan teolog pada abad ke-19 yang berasal
dari Denmark.
5. Kierkegaard merupakan bapak filsafat
eksistensialisme.
Cetusan eksistensialisme yang digaungkan
oleh Kierkegaard bertitik tolak dari bangunan
filsafat idealisme Jerman. Dimana filsafat
idealisme cenderung mempersoalkan realitas
secara universal dan mengabaikan eksistensi
individu.
6. epistemologi Kirkegaard merupakan suatu
usaha untuk mendobrak “abstraksionisme” .
Kierkegaard melihat bahwa ide
“abstraksionisme” Hegel merupakan suatu
pereduksian terhadap manusia konkrit atau
individu bahkan kesadaran manusia konkrit
hanyalah sebuah dialektika dalam roh.
Oleh karena itu, Kierkegaard melihat
Hegelianisme sebagai ancaman besar terhadap
individu, karena individu dilihat tidak lebih
dari sekadar titik atau percikan dalam sejarah
7. menurut Kierkegaard manusia tidak pernah
hidup sebagai “Aku umum” tetapi sebagai
“aku individual” dan tidak diasalkan kepada
yang lain. Hanya manusia yang bereksistensi.
Bereksistensi berarti bertindak sesuai dengan
pilihan saya sebagai individu yang
bereksistensi
8. eksistensi hanya dapat diterapkan kepada
manusia sebagai individu yang konkrit, karena
hanya aku individu yang konkrit ini yang
bereksistensi, yang sungguh-sungguh ada dan
hadir dalam realitas yang sesungguhnya.
Menurut Kierkegaard, bereksistensi bukan
berarti hidup dalam pola-pola abstrak dan
mekanis, tetapi terus menerus mengadakan
pilihan-pilihan baru secara personal dan
subjektif.
9. Jika aku individu ini dikitkan dengan hal lain,
maka aku individu yang konkrit ini tidak
memiliki kebebasan untuk mengembangkan
dan mewujudkan diriku sebagaimana adanya
karena aku tergantung kepada realitas-realitas
itu. Ketergantunganku kepada realitas-realitas
itu membuat aku tidak bisa untuk
merealisasikan diriku sebagaimana aku
kehendaki. Padahal menurut Kierkegaard,
eksistensi manusia justru terjadi dalam
kebebasannya
10. Dialektika Kierkegaard berasumsi bahwa
tegangan-tegangan kunci dalam eksistensi
manusia tidak dapat didamaikan melalui
pemikiran proses rasionalisasi dan dialektis.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
apabila Hegel memahami Roh Mutlak sebagai
proses dialektis, maka Kierkegaard
memahaminya sebagai suatu perkembangan
kehidupan eksistensial individu.
11. Kierkegaard melukiskan kehidupan
eksistensial manusia dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Estetis
Terminologi estetis berasal dari kata
Yunani, yang berarti mengindrai, mencecap.
2. Tahap Etis
Tahap etis merupakan suatu tahap di mana
individu membuat suatu pilihan bebas atau
sebuah “lompatan eksistensial.”
3. Tahap Religius
Tahap religius merupakan tahap tertinggi
dari eksistensial manusia.
12. Jadi Eksistensialisme yang dicetuskan oleh
Kierkegaard merupakan suatu aliran filsafat
yang hendak memperjuangkan manusia
sebagai individu yang bereksistensi dan
konkrit. Manusia dilihat bukan dari esensinya
melainkan eksistensinya.
13. Dampak
Secara positif, Kierkegaard membangun satu
sistem filsafat yang menempatkan manusia
sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit.
Sebagai dampak negatif, Kierkegaard tidak
memperhatikan realitas bahwa manusia pada
dasarnya adalah makhluk relasional. Sebagai
makhluk relasional, manusia tidak bisa lepas dari
realitas sosial bahwa manusia hidup dalam relasi
dengan orang lain. Manusia tidak pernah hidup
dalam kesendirian. Manusia selalu membutuhkan
dan membangun relasi dengan orang lain.