Positivisme adalah aliran filsafat yang didirikan oleh Aguste Comte yang hanya menerima pengetahuan yang bersumber dari pengalaman empiris dan menolak spekulasi metafisika. Comte membagi perkembangan pemikiran manusia menjadi tiga tahap yaitu teologis, metafisika, dan positif.
2. Aguste Comte memiliki nama yang panjang yakni
“Isidore Marie Auguste François Xavier Comte”.
Lahir di Montpelier, Prancis pada tanggal 19 Januari
1798, dan meninggal di Paris, pada tanggal 5
September 1857 umur 59 tahun karena mengidap
penyakit kanker perut.
Ia belajar di École Polytechnique Paris (1814), yang
kemudian menghantarkannya menjadi seorang
matematikawan yang brilian.
Comte memulai karir profesionalnya dengan
memberi les dalam bidang matematika.
Biografi
3. Karya_karya
• Cours de Philosophic Positive (1830-1842)
• Discours L’esprit Positive (1844).
4. Positivisme
Secara etimologi berasal dari kata “positive”, yang
dalam bahasa filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa
yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai
suatu realita.
Secara terminologis berarti merupakan suatu paham
yang dalam ‘pencapaian kebenaran’-nya bersumber
dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar
terjadi.
Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang
khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan
empirisme dan rasionalisme.
5. Latar Belakang Pemikiran
Adanya revolusi Prancis dengan segala aliran
pikiran yang berkembang pada masa itu.
Adanya filsafat sosial yang berkembang di
Prancis pada abad ke-18.
Adanya aliran reaksionaer dari para ahli pikir
Theoritic.
Lahirnya aliran yang dikembangkan oleh para
pemikir sosialistik, terutama yang diprakarsai
oleh Saint Simon.
6. Hukum 3 Tahap
1. Tahap Teologis
Manusia percaya bahwa dibelakang gejala-
gejala alam terdapat kuasa-kuasa Adikodrati
yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala
tersebut. Kuasa ini dianggap sebagai makhluk
yang memiliki rasio dan kehendak seperti
manusia, tetapi orang percaya bahwa mereka
berada pada tingkatan yang lebih tinggi dari
makhluk insani biasa.
7. 2. Tahap Metafisik
Tahapan ini merupakan masa dimana ada perubahan dari masa
teologi. Pada masa teologi manusia hanya percaya pada satu doktrin
saja dan tidak mencoba untuk mengkritisinya. Ketika menusia mencapai
tahap metafisika, ia mulai bertanya-tanya dan mulai untuk mencari
bukti-bukti yang nyata terhadap pandangan suatu doktrin.
3. Tahap Positif
Tahap Positif berusaha untuk menemukan hubungan yang
seragam dalam gejala. Pada tahap ini seseorang akan mengetahui
bahwa tidak ada gunanya untuk mempertanyakan pengenalan atau
pengetahuan yang mutlak. Pada tahap ini orang berusaha untuk
menemukan hukum dari berbagai eksperimen yang pada akhirnya akan
menghasilkan fakta-fakta ilmiah.
8. Contoh:
• Umpamanya: sebagai kanak-kanak orang
adalah seorang teolog, sebagai pemuda ia
menjadi seorang metafisikus dan sebagai
orang dewasa ia adalah seorang fisikus.
9. Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta
yang positif, sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan
dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu
pengetahuan. positivisme bukanlah suatu aliran yang khas
berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan
rasionalisme yang bekerjasama. Dengan kata lain, ia
menyempurnakan metode ilmiah (scientific method) dengan
memasukkan perluanya eksperimen dan ukuran-ukuran.
Dengan demikian positivisme sama dengan emperisme plus
rasionalisme
Kesimpulan