1. Mukti Ali adalah tokoh intelektual muslim Indonesia yang berperan besar dalam mereformasi pendidikan Islam dan dialog antaragama. Ia memperkenalkan pendekatan hermeneutika dan kontekstualisasi al-Qur'an serta sunnah Nabi.
2. Mukti Ali mendorong program keagamaan di berbagai lembaga dan pembentukan MUI. Ia juga berupaya memajukan dialog antaragama meski menyadari tantangannya.
3. Reformasi pendidikan Islam
2. Nama kecil Mukti Ali adalah Boedjono. Beliau lahir di di Desa
Balun Sudagaran, Cepu pada 23 Agustus 1923. Boedjono kecil
sudah akrab dengan pendidikan agama. Ia banyak mengaji pada
paman, kakek, dan sanak saudara yang juga dikenal sebagai
tokoh agama atau kyai di daerahnya. Kegiatan mengaji ini ia
lakukan pada sore hari karena pada pagi hari ia harus mengikuti
pelajaran di HIS, sekolah Belanda untuk penduduk pribumi.
Sejak kecil, Boedjono sudah dikenal sebagai anak yang memiliki
semangat belajar yang tinggi. Maka kemudian ayahnya H. Abu
Ali memasukkan Boedjono di pesantren yang diasuh oleh Kyai
Usman Cepu, anak dari Kyai Hasyim Jalakan atau guru dari Kyai
Hasyim Asy’ari (pendiri NU). Setelah Boedjono lulus dari HIS, H.
Abu Ali memindahkan Boedjono ke Pondok Pesantren yang
dianggap lebih maju karena telah menerapkan sistem madrasi
sejak tahun 1932, yaitu PP. Termas di Pacitan. Di Pesantren yang
juga tempat nyantri K.H. Ali Ma’shum (pengasuh PP. Krapyak dan
Rois Aam PB NU). disinilah Boedjono mulai bersentuhan dengan
karya-karya yang menggugah nalarnya. Dia banyak membaca
buku-buku yang diimpor dari Mesir, dia juga berkenalan dengan
ilmu mantiq (logika), serta membaca beberapa buku tentang
3.
4. 1) Ijtihad, peran ijtihad untuk melakukan upaya
pembacaan secara cermat terhadap teks-teks agama
dan mengaitkannya dengan konteksnya. Dalam upaya
memahami “teks” dan “konteks” al-Qur’an dan sunnah
Nabi beliau menawarkan pendekatan hermeneutika.
Hermeneutika adalah sebuah disiplin filsafat yang
memusatkan kajiannya pada persoalan interpretasi;
understanding of understanding terhadap
teks, terutama teks kitab suci, yang datang dalam
kurun waktu, tempat, serta situasi tertentu. Secara
garis besar dibagi pada tiga pokok kajian, yaitu : the
world the Author (dunia pengarang), the world of
theTex (dunia teks) dan the world of the Reader
(dunia pembaca). Tergambar pemahaman beliau bahwa
hal yang pertama harus mendapatkan perhatian serius
dalam upaya kontekstualisasi adalah membedakan
secara jelas antara aspek ajaran Islam yang pokok dan
berlaku universal serta abadi. Ketika ajaran Islam
dikontekstualisasikan; apakah yang bersifat qath’i
ataupun dzanniy maka nilai-nilai keislaman tidak boleh
kemudian terkaburkan ataupun terileminasikan oleh
dominasi aspek konteks. Karena ketika itu
terjadi, maka hilanglah nilai Islamnya. Pemahaman yang
harus dimunculkan adalah disamping ia kontekstual ia
juga qur’anis.
5. 2). Sosio-Politik Keagamaan: Relasi Agama dan Negara, Mukti Ali
mencanangkan berbagai program kegiatan keagamaan, seperti
disekolah, penjara, rumah sakit, kantor-kantor pemerintah, dan
sebagainya. Begitu pula kebijakan untuk mengembangkan seni baca
al-Qur’an (MTQ Tingkat Nasional) dan LPTQ di tingkat
propinsi, kodya, kabupaten dan kecamatan. Pembentukan MUI
sebagai lembaga aspirasi umat Islam. Penyusunan UUD Perkawianan
1974, walaupun dalam proses dialog yang cukup panjang dan
menegangkan adalah sederet usaha yang tidak sedikit.
3). Dialog Antar Umat Beragama, secara maksimal Mukti Ali
melakukan upaya-upaya yang memungkingkan terjadinya pertemuan
dan dialog antara pemeluk umat beragama. Walaupun beliau juga
yakin bahwa kebijakan dialog antar-umat beragama semacam itu
belum tentu akan membuahkan hasil perdamaian yang total antara
komunitas-agama di negara seperti Indonesia. Tetapi, ia percaya
bahwa pasti ada sekelompok sosial-keagamaan tertentu yang bisa
diharapkan memberi sumbangan terhadap berjalannya dialog antar-
umat beragama. Maka beliau menghidupkan kembali forum
musyawarah umat-beragama yang ada pada masa K. H. Muhammad
Dachlan, yang mandeg karena tidak adanya kesepakatan. Disamping
melakukan usaha-usaha dialog melalui forum-forum umat-beragama
beliau juga memperkenalkan ilmu Perbandingan Agama -sesuatu yang
belum populer- dikalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa
IAIN, yang dewasa ini telah menjadi salah satu mata kuliah yang
banyak diminati oleh mahasiswa.
6. 4). Pendidikan, Ketika menjabat sebagai Menteri Agama (1971-1978),
beliau merencanakan pembenahan lembaga pendidikan Islam dengan
berinisiatif berembuk dengan Departemen P dan K. Setelah melalui
proses yang panjang dan hati-hati, maka lahirlah Surat Keputusan Tiga
Menteri, yaitu : Menteri Agama, Menteri P & K dan Menteri Dalam
Negeri pada tahun 1975, yang menetapkan tiga keputusan, yaitu : (1)
Agar semua madrasah -dalam semua jenjang- dapat mempunyai nilai yang
sama dengan ijazah sekolah umum yang setingkat, (2) agar lulusan
madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat dan lebih atas,
dan (3) agar siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang
setingkat, maka kurikulum yang diselenggarakan madrasah harus terdiri
dari 70 % pelajaran umum dan 30% pelajaran agama. Melihat garis besar
keputusan ini, setidaknya ada dua sasaran politik masa depan pendidikan
Islam yang diinginkan Mukti Ali, yaitu : (1) integrasi sistem pendidikan
nasional, (2) masuknya kurikulum umum akan memberikan pembenahan
yang transformatif kepada lembaga yang beriorientasi pada
pengembangan sumber daya manusia. Reformasi pendidikan yang dilakukan
oleh Mukti Ali tidak hanya terbatas pada pendidikan dasar hingga atas,
tetapi beliau juga melakukan restrukturalisasi pada pendidikan tinggi.
Termasuk pemberdayaan tenaga pengajar melalui pengiriman mereka ke
luar negeri untuk pendidikan, seperti : Timur Tengah, Kanada, Belanda
hingga ke Amerika Serikat. Selain itu Mukti Ali juga berupaya
memodernisasi IAIN sebagai lembaga akademis yang dilakukan secara
sistematis. Disiplin ilmu baru diperkenalkan, misalnya Perbandingan
Agama (diperkenalkan pada tahun 1960 dan pada tahun 1971 menjadi
salah satu kajian utama Post Graduate Program).
7. Mukti Ali menyoroti
kurangnya bahan
bacaan, kurangnya
kegiatan penelitian
ilmiah, kurangnya
diskusi akademis, dan
masih rendahnya
penguasaan bahasa
asing. Empat hal
inilah yang
menurutnya menjadi
kendala anak negeri
untuk berkembang.
Diakui atau tidak,
empat permasalahan
itu pula yang
sebenarnya masih
8. Namun, kesal ahan f at al yang di l akukan Mukt i Al i adal ah
dengan menyamakan ant ara I sl amdengan agama-agama l ai n. Dari
perbandi ngan i t u, Mukt i Al i menari k kesi mpul an, bahwa I sl am
merupakan agama sej arah (hi st ori cal rel i gi on), sama sepert i
agama l ai n. Kesi mpul an yang di perol eh Mukt i Al i t ersebut
t i dak t erl epas dari met ode t i pol ogi yang di gunakan Mukt i
Al i unt uk memahami I sl am. Met ode i ni ol eh banyak ahl i
sosi ol ogi di anggap obj ekt i f beri si kl asi f i kasi t opi k dan
t ema sesuai dengan t i penya, l al u di bandi ngkan dengan t opi k
dan t ema yang mempunyai t i pe yang sama. I roni snya, pendekat an
i ni di gunakan sarj ana Barat unt uk memahami i l mu-i l mu
manusi a, namun ol eh Mukt i Al i di gunakan unt uk memahami I sl am.
Konsekuensi nya, t ent u saj a, I sl am di sej aj arkan dengan agama
l ai n; I sl amt i dak l ebi h sebagai agama yang berevol usi karena
di bandi ngkan dengan agama l ai n yang t i dak berdasarkan wahyu.
Mukt i Al i bahkan menul i s bahwa Nabi Musa adal ah pembawa
agama Yahudi dan Nabi I sa at au Yesus adal ah pembawa agama
Nasrani . Pendapat nya i ni j el as kel uar dari nash Al -Qur’an
yang dengan t egas menyat akan bahwa yang di bawa ol eh Nabi
9. Ter l epas dar i semua i t u, banyak hal
posi t i f dapat di ambi l dar i di r i Mukt i
Al i , si kap t awadu’
di si pl i n, t ol er an, kegi gi hannya dapat
di t el adani . Langkah-l angkah yang t el ah
di mul ai nya adal ah bat u pi j akan yang
har us di t er uskan kar ena memang sedang
sangat di but uhkan bangsa i ni , buah
pi ki r annya j uga mer upakan kont r i busi
pent i ng yang sel al u bi sa di r uj uk ol eh
gener asi saat i ni . I bar at di padang
10. Nama : Sri Rahmawati
NIM : E81211045
Jurusan : Akidah Filsafat