3. A. Pengertian hadits
Kata hadits berasal dari bahasa arab. Menurut Ibn
Manzhur, kata ini berasal dari kata al-hadits
jamaknya al-hadits, al-haditsan dan al hudatsan.
Secara etimologis artinya al-jadid (yang baru) ,
lawan dari al-qadim (yang lama) dan al-Khabar
yang berarti kabar berita.
Ulama Hadis mendefinisikan hadis ialah : segala
sesuatu yang diberitakan dari Nabi Saw baik
berupa sabda, perbuatan, takrir, sifat-sifat dan
ihwal nabi.
4. B. Muradif Hadits
Hadits dan
sinonimnya
sandaran Aspek dan
spesifikasinya
Sifatnya
Hadits nabi Perkataan (qauli),
perbuatan (fi’li),
penetapan
Lebih khusus dan
sekalipun dilakukan
sekali
Sunnah Nabi dan para sahabat Perbuatan (fi’li) Menjadi tradisi
Khabar Nabi dan selainnya Perkataan (qauli),
perbuatan
(fi’li)
Lebih umum
Atsar Sahabat dan tabi’in Perkataan (qauli),
perbuatan (fi’li)
umum
5. C. Posisi hadits sebagai sumber ajaran
islam
Al-quran dan hadits merupakan dua sumber
hukum syariat islam yang tetap, yang orang islam
tidak mungkin memahami syariat islam secara
mendalam dan lengkap dengan tanpa kembali
kepada kedua sumber hukum islam tersebut.
Seorang mujtahid dan seorang alim pun tidak
diperbolehkan hanya mencukupkan diri dengan
salah satu dari keduanya. Dapat disimpulkan
bahwa hadis adalah sumber hukum ajaran islam
yang ke dua setelah al-quran.
6. Kedudukan Hadits sebagai argument dasar dalam hukum Islam setelah Al
Qur'an dengan melihat beberapa dalil, baik naqli maupun aqli.
1. Dalil Al Qur'an
Banyak ayat Al Qur'an yang menjelaskan tentang kewajiban memepercayai dan
menerima segala yang disampaikan Rasulullah Muhammad SAW baik berupa
perintah maupun larangan, khabar nikmat surga dan tentang siksa neraka. Contohnya
Q.S. An-Nur (24):54 Artinya: Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada
rasul; dan jika kamu berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa
yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa
yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat
petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat
Allah) dengan terang".
Dari ayat diatas tergambar bahwa setiap ada perintah taat kepada Allah SWT dalam
Al Qur'an selalu diiringi dengan perintah taat kepada Rasul-Nya. Demikian pula
peringatan (ancaman) karena durhaka kepada Allah SWT, sering disejajarkan dengan
ancaman karena durhaka kepada Rasul SAW
7. 2. Dalil Hadits
ْكَّسَمَت اَم ا ْوُّل ِضَت ْنَل ِْني َرْمَأ ْمُكْيِف ُتْك َرَتِيََِِّ ََََُّّس َو ِهلل ََاَتِك اَمِِِِ ْمُتِِ هـ(مالك رواه)
Artinya: Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan
tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitab Allah SWT (Al
Qur'an) dan Sunnah Rasul-Nya (Hadits). (HR. Malik)
3. Kesepakatan Ulama (Ijma')
a) Ketika Abu Bakar di bai'at menjadi khalifah, ia pernah berkata: “saya tidak
meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan/dilaksanakan oleh Rasulullah,
sesunggunya saya takut tersesat bila meninggalkan perintahnya”.
b) Saat Umar bin Khattab berada didepan hajar aswad ia berkata: “saya tahu
bahwa engkau adalah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah
menciummu, maka saya tidak akan menciummu” .
c) Pernah ditanya kepada Abdullah bin Umar tenteng ketentuan shalat safar
dalam Al-Qur'an. Ibnu Umar menjawab: “Allah SWT telah mengutus Nabi
Muhammad SAW kepada kita dan kita tidak mengetahui sesuatu. Maka
sesungguhnya kami berbuat sebagaimana duduknya Rasulullah SAW, saya
makan sebagaimana makannya Rasulullah dan saya shalat sebagaimana
shalatnya Rasul”
8. D. Penghimpunan Hadits
Penghimpunan hadis secara resmi yakni atas dasar
kebijaksanaan pemerintah, barulah terjadi pada zaman
khalifah Umar bin Abdul Aziz. Khalifah melihat,
penghimpunan hadits perlu segera dilakukan, karena ulama
ahli hadits telah banyak meninggal dunia. Apabila
penghimpunan hadits tidak segera dilakukan, niscaya umat
islam pada masa mendatang akan banyak menjumpai
kesulitan untuk mengenal dan mempelajari hadits nabi.
9. E. Fungsi Hadis terhadap al-quran
•Bayan Tafsir
•Bayan Taqrir
•Bayan Naskhi
• Bayan Tasyri’
10. F. Aplikasi Hadits sebagai Sumber
Ajaran Agama
1. Hadits sebagai penjelas atau penegas
Hadits sebagai penjelas atau penegas ialah menetapkan hukum-
hukum atau aturan-aturan yang sudah terdapat di dalam al-
quran,aturan-aturan itu di pertegas kembali dengan hadits
2. Hadits sebagai penafsir
Hadits memberian perincian dan penafsiran ayat-ayat al-quran yang
masih mujmal,memberikan taqyied (persyaratan).ayat-ayat al-quran
yang masih mutlak memberikan penentuan khusus ayat-ayat al-
quran yang masih umum. Misaknya,di dalam al-quran menjelaskan
tentang membayar zakat,tetapi hal itu tidak di tentkan nisab-nisab
zakat.kemudian hadits menafsirkan semua yang terkandung di
dalam al-quran mudatsir:80
11. 3. Hadits sebagai sumber hukum yang berdiri
sendiri
Hukum islam ada syariat yang berhubungan
dengan perbuatan orang mukallaf yang
mengandung tuntutan,membolehkan sesuatu
atau menjadikan sesuatu sebagai syarat adanya
yang lain.syariat juga adalah hukum yang di
tetapkan allah swt untuk para hambanya dengan
perantara rasulullah saw suaya hambanya
melaksanakan dengan dasar iman baik hukum itu
mengenaai amaliah lahiriah, maupun mengenai
akhlak dan akidah yang bersifat batiniah.
12. G. Golongan yang menolak hadis
Golongan yang menolak hadis secara keseluruhan menggunakan alasan-alasan sebagai
berikut:
1. Al-quran itu adalah kitab suci yang berbahasa arab yang sudah tentu menggunakan
gaya bahasa yang biasa dipergunakan oleh bangsa arab. Kalau seseorang telah
mengenal bahasa arab maka akan mampu memahami al-quran tanpa memerlukan
penjelasan hadis atau sunnah dan penjelasan lainnya.
2. Al-quran sendiri telah menyatakan bahawa ia telah mencakup segala hal yang
dibutuhkan oleh manusia mengenai segala aspek kehidupannya. Sebagaimana
firman Allah : “…dan kami turunkan kepadamu al-kitab (al-quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri”. (QS. An-Nahl 16;89)
• Menurut imam Syafi’I, golongan yang menolak hadis itu dapat menimbulkan
konsekuensi yang berat sekali karena kalau kita mengikuti pendapat mereka, maka
kita tidak akan mengerti cara-cara sholat, puasa, zakat dan haji dsb di dalam al-
quran disebutkan secara global saja. Sedangkan kita dapat mengamalkan ibadah
tersebut berdasarkan penjelasan dari nabi atau hadis ( imam Syafi’I, t.t, VII:250-
367)
13. • ين امر فيكم كت تر,هلل َ كتا ِِما تمسكتم ما تضلوا لن
ِ رسول ََّوس( .لك ما رواه)
• “aku tinggalkan untukmu dua hal. Kalian tidak
akan sesat selama berpegang teguh dengan
keduanya : kitab Allah (al-quran) dan sunnah
Rasul nya”. (H.R. maliki)1 imam jalal al-din Abdurrahman
ibn abu bakar al-suyuthi, al-jami al-shagir I, ope.cit; hal 505
14. Kesimpulan
• Suatu saat Nabi Muhammad saw bertanya kepada Mu’az “jika tidak
terdapat petunjuk khusus (mengenai suatu masalah) dalam al-
quran bagaimana?” Mu’az menjawab : “ saya akan mencarinya
dalam sunnah nabi” Nabi bertanya lagi : “kalau engkau tidak
menemukan petunjuk pemecahannya dalam sunnah nabi
bagaimana?” Mu’az menjawab “jika demikian, saya akan berusaha
sensiri mencari sumber pemecahannya dengan mempergunakan
ra’yu atau akal saya dan akan mengikuti pendapat saya itu”. Nabi
sangat senang atas jawaban Mu’az tersebut dan berkata : “aku
bersyukur kepada Allah yang telah menuntun urusan Rasul-nya
(H.M. Rasjidik, 1980:456)
• Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa (a) sumber hukum
islam ada 3 yaitu 1. Al-quran 2. Al-Hadits 3. Akal fikiran manusia
yang memenuhi syarat untuk berjihad.
15.
16.
17. Disusun Oleh:
1152020108 Kristin Wiranata
1152020111 Lalita Nur Alifia
1152020117 Lulu Septiana Putri
1152020126 Ma’la Yu’laby
PAI C / semester I
Tahun Ajaran
2015/2016
UIN Sunan Gunung Djati
Bandung