Hadits mempunyai peranan penting dalam menjelaskan Al-Qur'an dan merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. Fungsi utama hadits adalah sebagai bayan atau penjelas isi Al-Qur'an yang bersifat umum. Hadits dapat berfungsi untuk memperjelas, memperkuat, menjelaskan, dan mengatur hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur'an.
1. MAKALAH
PENGANTAR STUDI AL-HADITS
FUNGSI HADITS DAN HUBUNGANNYA DENGAN AL-QUR’AN
Dosen pengampu: Jimatul Arrobi, S.Pd.I., M.Pd.
Disusun oleh :
Fitria
PROGRAM STUDI PIAUD 1 STAI SUKABUMI
Kp. Lio Balandongan Sirnagalih Jl. Begeg No. 74
Cikondang Kec. Citamiang Kota Sukabumi
Jawa Barat 43161
2019/2020
2. ii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha
penyayang, kami panjatkan puja dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah pengantar studi Al-hadits yang saya beri judul “ Fungsi
Hadits dan Hubungannya Terhadap Al-Qur‟an”.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua,saya menyadari bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat
saya butuhkan.
Akhir kata saya berharap semoga makalah yang telah disusun ini dapat
memberikan manfaat terhadap para pembaca.
Sukabumi, 20 Oktober 2019
Penyusun
Fitria.
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................1
C. Tujuan penulisan .................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. Fungsi Hadits Dalam Ajaran Islam....................................................................3
B. Fungsi Hadits dan Hubungannya Dengan Al-Qur‟an........................................3
1. Bayan At-Taqrir ...........................................................................................4
2. Bayan At-Tafsir............................................................................................6
3. Bayan At-Tasyri‟..........................................................................................8
4. Bayan An-Nasakh ........................................................................................9
BAB III KESIMPULAN........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................12
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-qur‟an dan Hadits mempunyai hubungan yang sangat erat dimana
keduanya tidak dapat di pisahkan meskipun ditinjau dari segi penggunaan
hukum syari‟at, Hadist mempunyai kedudukan sederajat lebih rendah di
bandingkan Al-qur‟an. Hal ini akan terasa sekali ketika seseorang membaca
atau mendapati ayat-ayat Al-qur‟an yang masih sangat global, tidak terperinci,
dan kerap kali terdapat keterangan-keterangan yang bersifat tidak muqoyyad.
Seperti perintah tentang keterangan sholat. Dalam Al-qur‟an, Tidak dijelaskan
bagaimana cara seseorang untuk mendirikan sholat, ada berapa rakaat, apa
yang harus dibaca, dan apa saja syarat rukunnya.
Akan tetapi dari hadits kita dapat mengetahui tata caranya sebagaimana
yang telah di syari‟atkan. Oleh karenanya, keberadaan hadits menjadi hal yang
urgen melihat fungsi umum hadits menjadi bayan. Ayat-ayat Al-qur‟an yang
masih butuh kajian lebih dalam untuk mengetahui makna yang sesungguhnya.
Jika umat islam mempunyai pengetahuan yang sedikit tentang hadits, maka
akan sangat sulit bagi kita untuk menelaah lebih dalam dan memahami ayat-
ayat Al-qur‟an.
Dalam makalah ini, akan di uraikan terkait fungsi hadits dalam ajaran
islam, disertai contoh permasalahannya dan juga perbedaan pendapat para
ulama dalam mengklasifikasikannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa fungsi hadits dalam ajaran islam ?
2. Apa fungsi hadits terhadap Al-qur‟an ?
3. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi fungsi-fungsi hadits sesuai urutan dan
contoh-contoh kasus serta dalil pendukungnya ?
4. Bagaimana pendapat para ulama tentang fungsi hadits dalam islam ?
5. 2
C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat memahami apa yang dimaksud fungsi hadits dalam ajaran
islam.
2. Agar dapat mengerti fungsi hadist dan hubungannya dengan al-qur‟an.
3. Agar dapat mengetahui klasifikasi fungsi-fungsi hadits serta contoh dan
dalil pendukungnya
4. Agar dapat mengetahui berbagai pendapat dari kalangan para ulama.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Hadits Dalam Ajaran Islam
Pada dasarnya, hadits memiliki fungsi utama sebagai menegaskan,
memperjelas dan menguatkan hukum-hukum dan hal lain yang ada dalam al-
qur‟an. Para ulama sepakat setiap umat islam diwajibkan untuk mengikuti
perintah yang ada dalam hadits-hadits shahih. Dengan berpegang teguh
kapada Al-qur‟an dan Al-hadits, niscaya hidup kita dijamin tidak akan
tersesat. Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
:وراب تّٙا ُذّغىر ِا ذضٍٛا ٌٓ ٓ٠اِش ُف١ى ذشودٚعٕح هللا
ٌٗٛسع
“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan tersesat
selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-
Nya.” (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu
Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At-
Ta‟zhim wal minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
Hadits memiliki peranan penting dalam menjelaskan (bayan) firman-
firman Allah SWT di dalam Al-qur‟an.
Iman Ahmad berkata, “Mencari hukum dalam Al-qur‟an haruslah
melalui hadits. Mencari agama demikian pula, Jalan yang telah di bentang
untuk mempelajari fiqh islam dan syariatnya ialah hadits atau sunnah. Mereka
yang mencukupi dengan al-qur‟an saja, tidak memerlukan hadits dalam
memahami ayat al-qur‟an, dalam mengetahui syariatnya, Sesatlah dalam
perjalanannya dan tidak akan sampai pada tujuan yang di kehendaki.”
B. Fungsi Hadits Dan Hubungannya Dengan Al-Qur’an
Allah SWT menurunkan al-qur‟an bagi umat manusia untuk dapat
dipahami dan diamalkan, maka untuk memahaminya diutuslah Muhammad
sebagai Rasul yang menjelaskan Kandungannya dan mencontohkan cara-cara
7. 4
melaksanakan ajarannya kepada mereka melalui hadits-hadits. Al-Qur‟an dan
Al-Hadits sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran islam, tidak bisa
dipisahkan dengan satu yang lainnya. Al-Qur‟an sebagai sumber utama
memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global, sedangkan hadits
sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk menjelaskan (bayan) keumuman isi
Al-Qur‟an tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. Dalam Al-
Qur‟an surat An-Nahl ayat 44:
...ٌٍٕاط ٓ١ٌرث اٌزوش ٚأضٌٕااٌ١ه ...
Artinya: “...dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur‟an agar kamu menerangkan
kepada umat manusia...‟‟ (Q.S. An-Nahl : 44)
Hadist sebagai penjelas atau bayan Al-Qur‟an itu memiliki bermacam-
macam fungsi. Imam Malik bin Anas menyebutkan lima macam fungsi, yaitu
sebagi bayan at-taqrir, bayan at-tafsir, bayan at-tafsil, bayan at-bast, bayan at-
tasyri‟. Sementara itu Imam Syafi‟i menyebutkan lima fungsi yaitu, bayan at-
tafsil, bayan at-takhsis, bayan at-ta‟yin, bayan at-tasyri‟, dan bayn an-nasakh.
Dalam Ar-risalah, ia menambahkan dengan bayan al-isyarah. Imam Ahmad
bin Hanbal menyebutkan empat fungsi, yaitu bayan at-ta‟kid, bayan at-tafsir,
bayan at-tasyri‟ dan bayan at-takhsis.
1. BAYAN AT-TAQRIR (memperjelas isi al-qur’an)
Bayan at-taqrir di sebut juga bayan at-ta‟kid dan bayan al-isbat.
Yang di maksud dengan bayan ialah menetapkan dan memperkuat apa
yang telah diterangkan dalam Al-qur‟an. Fungsi Al-hadits dalam hal ini
hanya memperkokoh isi kandungan Al-Qur‟an. Sebagai contoh adalah
hadist yang di riwayatkan muslim dari Ibnu Umar, sebagai berikut:
فطشٚا فا ّٖٛسا٠ر ٚار فصِٛٛا ّٖٛاراسا٠ر
)ٍُِغ ٖ(سٚا
Artinya: “Apabila kalian melihat (ru‟yah) bulan, maka berpuasalah, juga
apabila melihat (ru‟yah) itu maka berbukalah.” (H.R Muslim).
8. 5
Hadits ini mentaqrir ayat Al-qur‟an surat Al-Baqarah ayat 185:
...ّٗفٍ١ص اٌشٙش ُِٕى شٙذ ّٓف
Artinya: “Maka barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan
hendaklah ia berpuasa....”
Contoh lain, hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah sebagai berikut:
ز احذ ِٓ ج صال ًذمث ال ٍُع ٚ ٗ١ٍع هللا ًص هللا ي ٛسع فاي
ضا ٛ٠ر ٝحر
(٠شج ٘ش اتئ ٓع ٞاٌثخاس ٖسؤا)
Artinya: “Rasulullah SAW. Bersabda, Tidak diterima salat seseorang yang
berhadas sebelum ia berwudhu.”
Hadits ini mentaqrir ayat Al-Qur‟an surat Al-Maidah ayat 6
mengenai keharusan berwudhu ketika hendak mendirikan salat. Ayat
tersebut berbunyi:
ٌز ا ا٠ٙا ٠اٌٝا ُلّر ارا ِٕٛا ا ٓ٠ٌصٍٛج افاغغٍٛاٚ ُٚجٛ٘ى
ٕ١اٌىعث ٌٝا ُٚاسجٍى ُتشءٚعى ِٚغحٛا اٌّشافك ٌٝا ُا٠ذ٠ى...ض
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan salat, maka basuhlah, muka dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua
mata kaki, ....”
Juga hadits tentang dasar-dasar islam yang di riwayatkan oleh
Bukhori dan Ibnu Umar yang berbunyi:
خّظ ٍٝع َاالعال ٟٕت ٍُع ٚ ٗ١ٍع هللا ٍٝص هلل ا ي ٛسع لاي
هلل سعٛي ِحّذا ْٚا هللا ٌٗالا ْا ذشٙذ ْاٝذ ٛٚذ اٌصالج ُ١ذم ٚ
ْاٌشِضا َٛٚذص ٌضواج ا
9. 6
Artinya: “ Rasulullah SAW, Bersabda, „‟Islam di bangun atas lima dasar,
yaitu mengucapkan kalimah syahadat, mendirikan salat, mengeluarkan
zakat,menunaikan ibadah haji, dan berpuasa di bulan Ramadhan.‟‟
Hadits diatas men=taqrir ayat-ayat al-qur‟an dalam surat Al-Hujurat
ayat 15 dibawah ini.
ٚجا ا ٛذث ىش ٌُ ُش ٌٗ ٛٚسع هلل تا ِٕٛا ٓ٠ اٌز ْ ٌِّٕٛٛا أّا
تا ٘ذٚاْٛاٌصادل ُ٘ اٌ١ه هللا ً١عث ٟف ُٙٚأفغ ٌُِٙٛا
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-
ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan
Allah.mereka itulah orang-orang yang benar.”
( Q.S Al-Hujurat : 15 )
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan
perintah salat,zakat, dan puasa diantaranya, qur‟an surat An-Nur, surat Al-
Baqarah ayat 183 dan 185, dan surat Al-Imran ayat 97.
Menurut sebagian ulama, bayan at-taqrir atau bayan at-ta‟kid ini
disebut juga dengan bayan Al-muwafiq li an-nasi Al-Kitab. Hal ini
dikarenakan munculnya hadits-hadits iyu sesuai dengan nash Al-qur‟an.
2. BAYAN AT-TAFSIR (menafsirkan isi al-qur’an)
Yang dimaksud dengan bayan At-tafsir adalah memberikan
perincian dan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an yang masih
mujmal. Memberikan takyid (persyaratan) terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an
yang masih mutlaq, dan memberikan taksis (penentuan khusus) terhadap
ayat-ayat Al-Qur‟an yang masih umum. Contoh, ayat-ayat Al-Qur‟an yang
masih mujmal adalah perintah mengerjakan shalat, puasa, zakat,
disyari‟atkan jual-beli, pernikahan, qiyas, hudud dan sebagainya. Ayat-
ayat Al-Qur‟an tentang masalah tersebut masih bersifat mujmal, baik
mengenai cara mengerjakan, sebab-sebabnya, syarat-syaratnya, ataupun
halangan-halangannya. Oleh karena itulah,Rasulullah SAW. Melalui
10. 7
haditsnya menafsirkan dan menjelaskannya seperti disebutkan dalam
hadits Riwayat Bukhari dan Muslim yang berbunyi:
ٍُِٚغ ٜاٌثخاس ٖسٚا ٍٝاص ّٝٔٛسا٠ر وّا صٍٛا
Artinya : “ Salatlah sebagaimana engkau melihat aku salat.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Hadits ini menerangkan tata cara menjalankan shalat, sebagaimana
firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 43:
...ٓ١وع اٌشا ٚاذٛااٌضوٛجٚاسوعٛاِع ٚال١ّٛااٌصٍٛج
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku‟ lah bersama
orang yang ruku‟.” (QS.Al-Baqarah: 43)
Contoh hadits yang men-taqyid-kan ayat-ayat al-qur‟an yang bersifat
mutlaq, adalah sabda Rasulullah SAW. Berikut ini.
ِٓ ٔىال وغثا تّا جضاء ٠ّٙا لطعٛاا٠ذ فا سلح ٚاٌغا ٚاٌغاسق
...هللا
Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah...” (QS. Al-Maidah: 38)
Contoh lain adalah sabda Rasulullah SAW.
ِْا اٌذ ٚاِا ٚاٌجشد اٌحٛخ ْاٌّ١ررا فاِا ْٚدِا ِْ١ررا ٌٕا احٍد
.ٚاٌطحاي فاٌىثذ
Artinya: „‟Telah di halalkan bagi kami, dua (macam) bangkai, dan dua
macam darah. Adapun dua macam bangkai adalah bangkai ikan dan
belalang, sedangkan dua darah adalah hati dan limpa.‟‟
Hadits ini men-taqyid-kan ayat Al-Qur‟an yang mengharamkan
semua bangkai dan darah, sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam
surat Al-Maidah ayat 3:
11. 8
اٌخ ٌُٚح َٚاٌذ اٌّ١رح ُعٍ١ى حشِد,,,ٕض٠ش
Artinya: “Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, dan daging
babi...” (QS.Al-Maidah :3)
Contoh hadits yang berfungsi men-taqsis keumuman ayat-ayat Al-
Qur‟an. Seperti sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasalam:
Artinya; “Kami para nabi tidak meninggalkan warisan.”
Dan sabda Rasulullah SAW :
ي ٛاٌّمر ِٓ ًذ اٌما ال٠شزش١ا
Artinya: „‟Pembunuh tidak berhak menerima warisan.‟‟
Kedua hadits tersebut men-taqsis keumuman firman Allah SWT. Surat
An-Nisa ayat 11:
...ٓ١حضااالٔث١ى ًٌٍزوشِث ُاٚالدو ٝف هللا ُص١ى ٛ٠
Artinya: “Allah mensyari‟atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian
dua anak perempuan.” (QS.An-Nisa : 11)
3. BAYAN AT-TASYRI’ (memberi kepastian hukum islam yang tidak
ada di al-qur’an)
Yang dimaksud bayan at-tasyri‟ adalah mewujudkan suatu hukum
atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam Al-Qur‟an. Bayan ini di sebut
juga dengan bayan zaid „ala Al-kitab Al-Karim. Hadits Rasulullah SAW.
Dalam segala bentuknya (baik yang qauli, fi‟li maupun taqriri) berusaha
menunjukan suatu kepastian hukum terhadap berbagai persoalan yang
tidak terdapat dalam Al-Qur‟an, Beliau berusa menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh para sahabat atau tidak yang diketahuinya,
dengan memberikan bimbingan dan menjelaskan persoalannya.
Banyak hadits Rasulullah SAW, yang termasuk dal kelompok inin,
diantaranya hadits tentang penetapan haramnya mengumpulkan dua wanita
bersaudara (antara istri dengan bibinya), hukum syuf‟ah, hukum merajam
pezina yang maisih perawan, dan hukum tentang hak waris seorang anak.
12. 9
Suatu contoh hadits tentang zakat fitrah, sebagai berikut:
اٌفطش صواج فشض ٍُٚع ٗ١ٍع هللا ٍٝص هللا ٍٝص هللا سعٛي ْا
اٚصاعا ذّش ِٓصاعا إٌاط ٍٝع ْسِضا ِٓصاعا ٚا ذّش ِٓ
.ٓ١ٍّاٌّغ ِٓ ٝاٚأث روش عثذ ٚا حش ًو ٍٝع شع١ش ِٓ
Artinya: „‟Rasulullah SAW. Telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat
islam pada bulan Ramadhan satu( sha‟) kurma atau gandum untuk setiap
orang, baik merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan.‟‟ (QS. An-
Nisa :11)
Hadits yang termasuk bayan at-tasyri‟ ini, wajib diamalkan
sebagaimana halnya dengan hadits-hadits Rasulullah SAW. Yang berupa
tambahan terhadap Al-Qur‟an, harus ditaati dan tidak boleh menolak atau
mengingkarinya. Ini bukanlah sikap (Rasulullah SAW) mendahului Al-
Quran, melainkan semata-mata karena perintah-Nya.
Ketiga bayan yang telah diuraikan diatas telah di sepakati 0leh para
ulama,namun untuk bayan yang ketiga masih sedikit di persoalkan.
Sementara itu, untuk bayan lainnya, seperti bayan an-nasakh, terjadi
perbedaan pendapat. Ada yang mengakui dan menerima fungsi Al-Qur‟an
sebagai nasakh dan ada yang menolaknya.
4. BAYAN AN-NASAKH (mengganti ketentuan terdahulu)
Kata an-nasakh dari segi bahasa memiliki bermacam-macam arti,
yaitu al-itbal (membatalkan) atau al-ijalah (menghilangkan),atau at-tahwil
(memindahkan), atau at-taqyir (mengubah). Para ulama mengartikan bayan
an-nasakh ini melalui pendekataan bahasa, sehingga diantara mereka
terjadi perbedaan pendapat dalam mentaqrifkannya. Hal ini pun terjadi
pada kalangan ulama mutaakhirin dengan ulama mutaqadimin. Menurut
ulama mutaqadimin, yang di sebut dengan bayan an-nasakh ialah adanya
dalil syara‟ (yang dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada), karena
datangnya kemudian.
13. 10
Dari pengertian diatas jelaslah bahwa ketentuan yang datang
kemudian dapat menghapuskan ketentuan yang terdahulu. Hadits sebagai
ketentuan yang datang terdahulu. Hadits sebagai ketentuaan yang datang
kemudian dari Al-Qur‟an. Dalam hal ini, dapat menghapus ketentuan dan
isi kandungan al-qur‟an. Demikianlah menurut ulama yang menganggap
adanya fungsi bayan an-nasakh. Imam Hanafi membatasi fungsi bayan ini
hanya terhadap hadist-hadits yang mutawatir dan masyur, sedangkan
terhadap hadits ahad ia menolaknya.
Salah satu yang biasa diajukan oleh para ulama ialah hadist.
ٌٛاسز الٚص١ح
Artinya: “Tidak ada wasiat bagi ahli waris.‟‟
Hadits ini menurut mereka me-nasakh isi Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat
180:
خ١شاٌٛص١ح ن ذش ْا اٌّٛخ ٌُا ُاحذو حضش ارا ُعٍ١ى ورة
ٓ١اٌّرم ٍٝع حما ٌّعشٚف ًت ٓ١ٚااللشت ٓ٠ٌٍٛاٌذ
Artinya; “Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu
kedatangan (tanda-taanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak,
berwasiat untuk ibu bapak dan karib kerabat secara ma‟ruf.(ini adalah)
kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.”
(QS. Al-Baqarah ayat : 180 )
14. 11
BAB III
KESIMPULAN
Al-Qur‟an dan Al-Hadits merupakan dua sumber utama ajaran islam yang
memiliki hubungan yang tidak mungkin terpisahkan antara keduanya. Hal ini
ditujukan oleh beberapa fungsi yang di perankan oleh hadits terhadap Al-Qur‟an,
diantaranya: bayan at-taqrir (menjelaskan), bayan at-tafsir (menafsirkan), bayan
(memberi kepastian hukum islam yang tidak ada di al-qur‟an), bayan an-nasakh
(mengganti ketentuan terdahulu).