SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
AL-QUR’AN II
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam 1
Dosen Pengampu : ABDUL HAMID ALY, S.Pd., M.Pd
Disusun oleh Kelas M-01
Kelompok 5 :
Nur Rohmah Dhuhaini (21901081003)
Heriyanto (21901081008)
Abdul Kodir (21901081014)
Mohamad Miftachul Kamal (21901081023)
Fauzan Abd Rahman (21901081024)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
2
PROFIL PENYUSUN
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak,
sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh
manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-
teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga
makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari sekali,
didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-
kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen
serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu
besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini.
MALANG , September 2019
KELOMPOK 5
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..……………… 3
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………. 4
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………….………..……………………… 5
1.2 Rumusan Masalah …………….………………………….... 5
1.3 Tujuan ………………………..…………...………………... 5
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik dan Kandungan Al-Qur’an ………………….. 6
2.1.1. Kandungan Al-Qur’an ……………………………... 6
2.1.2. Karakteristik Al-Qur’an …………………………… 12
2.2 Al-Qur’an sebagai Sumber Ajaran Islam …………..……… 20
2.1.1. Kelebihan Al-Qur’an dari Segala Kitab …………… 20
2.3 Metodologi Penafsiran Al-Quran ……..…………………… 27
2.1.2. Metode Global (Ijmali) …………………………….. 27
2.1.3. Metode Analisis (Tahlili) ,…………………………. 29
2.1.4. Metode Komparatif (Muqorin) ……………………. 32
2.1.5. Metode Tematik (Maudhu’i) ………………………. 34
BAB III : KESIMPULAN ……………………………………………………. 36
Daftar Pustaka ………………………..……..…………………………………………….. 38
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat jibril sebagai pedoman serta
petunjuk seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Al-Qur’an adalah kitab
Allah SWT yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan injil yang diturunkan melalui
para rasul.
Allah SWT menurunkan al-Qur'an dengan perantaraan malaikat jibril sebagai
pengentar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di gua hiro pada
tanggal 17 ramadhan ketika Nabi Muhammad SAW berusia 41 tahun yaitu surat Al-Alaq
ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan terakhir al-Qur'an turun yakni pada tanggal 9 Zulhijjah
tahun 10 hijriah yakni surah almaidah ayat 3.
Al-Qur’an turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa
ayat, langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat
disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan. Selain itu dengan
turun sedikit demi sedikit, Nabi Muhammad SAW akan lebih mudah menghafal serta
meneguhkan hati orang yang menerimanya. Lama al-Qur’an diturunkan ke bumi adalah
kurang lebih sekitar 22 tahun 2 bulan dan 22 hari.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Karakteristik dan Kandungan al-Qur’an?
2. Bagaimana al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam?
3. Bagaimana metodologi penafsiran al-Qur’an?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari karakteristik dan kandungan al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam.
3. Untuk mengetahui metodologi penafsiran al-Qur’an.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KARAKTERISTIK DAN KANDUNGAN AL-QUR’AN
2.1.1. Kandungan Al-Qur’an
Isi kandungan al-Qur’an itu selanjutnya dapat digali dan dikembangkan menjadi
berbagai bidang. Dalam bab ini akan diuraikan isi kandungan al-Qur’an secara
garis besar yaitu meliputi :
1. Akidah
Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk
jamak Akidah (‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah
keimanan. Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (Mukmin).
Akidah secara terminologi didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus
diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan
dalam bentuk amal perbuatan. Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan
ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis. Seorang yang
menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai dan
meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan lisan
dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam
kehidupannya sehari-hari.
Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa
Allah Maha Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang
yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah SWT berarti ia kafir, dan apabila
meyakini adanya Tuhan selain Allah SWT dinamakan musyrik. Dalam akidah
Islam, disamping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, juga
ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan
apabila seseorang yang mengaku berakidah atau beriman apabila dia hanya
mengimani Allah saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman saja. Rukun
iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah SWT, iman
kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah SWT, iman
kepada Rasul-Rasul Allah SWT, iman kepada hari akhir, dan iman kepada
Qadla’ dan Qadar.
7
Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah yang
terkandung di dalamnya, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Katakanlah (Muhammad SAW.), ”Dialah Allah, Yang Maha Esa
2. Allah SWT. tempat meminta segala sesuatu.
3. (Allah SWT.) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
(QS. al-Ikhlas [112]: 1-4)
“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia,
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah [2]: 163)
“Rasul (Muhammad SAW.) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya
(al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-
rasul-Nya. (Mereka berkata), ”Kami tidak membeda-bedakan seorang pun
dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, ”Kami dengar dan kami taat.
8
Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
(QS. al-Baqarah [2]: 285)
2. Ibadah dan Muamalah
Ibadah berasal dari kata artinya mengabdi atau
menyembah. Yang dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi
sepenuhnya kepada Allah SWT dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya.
Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh
perasaan yakin terhadap kebesaran Allah SWT, sebagai satu-satunya Tuhan
yang berhak disembah. Karena keyakinan bahwa Allah SWT mempunyai
kekuasaan mutlak. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin
dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT Firman
Allah SWT :
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat [51] : 56)
Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada karena diciptakan oleh Allah
SWT, oleh sebab itu manusia harus sadar bahwa dia membutuhkan Allah
SWT. Dan kebutuhan terhadap Allah SWT itu diwujudkan dengan bentuk
beribadah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya manusia menyembah dan meminta
pertolongan. Sebagaimana firman Allah SWT :
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah
kami mohon pertolongan.” (QS. al-Fatihah [1]: 5)
Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahiah dan
ghairu mahiah. Ibadah mahiah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah
ditentukan, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan ibadah ghairu
9
mahiah artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak ditentukan
secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT , misalnya:
silaturrahim, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah, belajar untuk
menuntut ilmu, dan sebagainya.
Selain beribadah kepada Allah SWT, karena kesadaran manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah SWT, manusia juga memiliki kecenderungan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya bersama manusia lainnya. Maka al-Qur’an
tidak hanya memberikan ajaran tentang ibadah sebagai wujud kebutuhan
manusia terhadap Allah SWT( ) tetapi juga mengatur bagaimana
memenuhi kebutuhan dalam hubungannya dengan manusia lain ( ).
Misalnya sillaturrahim, jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, dan kegiatan
lain dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan dalam hubungan antar manusia
ini disebut dengan mu’amalah.
Dalam al-Qur’an banyak ditemukan ajaran tentang tata cara
bermu’amalah, antara lain :
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar....” (QS. Al-
Baqarah [2]: 282)
3. Akhlak
Akhlak ditinjau dari segi etimologi merupakan bentuk jama’ dari kata
khuluq yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam
pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari.
Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlak semakna dengan istilah etika atau
moral. Akhlak merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam,
sehingga Rasulullah SAW. menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan
10
diutusnya beliau adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak
mulia.
Nabi Muhammad SAW adalah model dan suri tauladan bagi umat dalam
bertingkah laku dengan akhlak mulia (karimah). Al-Qur’an merupakan sumber
ajaran tentang akhlak mulia itu. Dan beliau merupakan manusia yang dapat
menerapkan ajaran akhlak dari al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian beliau.
Sehingga wajarlah ketika Aisyah RA ditanya oleh seorang sahabat tentang
akhlak beliau, lalu Aisyah RA menjawab dengan menyatakan “Akhlak beliau
adalah al-Qur’an”. Ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran
akhlak Nabi Muhammad SAW antara lain adalah :
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (QS.
al-Qalam [68]: 4)
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah SWT” (QS. al-Ahzab [33]: 21)
4. Hukum
Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-kaidah
dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya
adalah untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya
11
menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia
maupun di akhirat kelak.
Sebagai sumber hukum ajaran Islam, al-Qur’an banyak memberikan
ketentuan-ketentuan hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan
hukum baik secara global (mujmal) maupun terperinci (tafsil). Beberapa ayat-
ayat alQur’an yang berisi ketentuan hukum antara lain adalah :
“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad
SAW) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan
apa yang telah diajarkan Allah SWT. kepadamu, dan janganlah engkau
menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang
yang berkhianat” (QS.an-Nisa’ [4]: 105)
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi,
(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. al-Maidah [5]: 90)
Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an
adalah meliputi :
a. Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 221;
QS. al-Maidah [5]: 5; QS.an-Nisa’ [4]: 22-24; QS.an-Nur [24]: 2; QS.
alMumtahanah [60]:10-11.
12
b. Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ [4]: 7-12 dan 176,
QS. al-Baqarah [2]:180; QS. al-Maidah [5]:106
c. Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 279,
280 dan 282; QS. al-Anfal [8]: 56 dan 58; QS. at-Taubah [4]: 4
d. Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 178; QS.
anNisa’ [4]: 92 dan 93; QS. al-Maidah [5]: 38; QS. Yanus [10]: 27; QS.Al-
Isra’[17]: 33; QS. asy-Syu’ara [26]: 40
e. Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 190-193;
QS. al-Anfal [8]: 39 dan 41; QS. at-Taubah [9]: 5,29 dan 123, QS. al-Hajj
[22]: 39 dan 40
f. Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Hujurat [49]: 13
5. Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu
Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan tentang
sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut
bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk
menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah tersebut kemudian dapat
dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar
senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah SWT.
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang
mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu,
dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.
Yusuf [12]: 111)
13
Al-Qur’an telah banyak menggambarkan umat-umat terdahulu baik yang
iman dan taat kepada Allah SWT maupun yang ingkar dan ma’siat kepada-
Nya. Diharapkan dengan memperhatikan kisah umat terdahulu, umat Islam
bisa mencontoh umat-umat yang taat kepada Allah SWT dan menghindari
perbuatan ma’siat kepada-Nya. Bagi umat yang beriman dan taat kepada Allah
SWT, maka Allah SWT telah memberikan kebaikan dan keberkahan dalam
hidup mereka, sebaliknya bagi yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya, Allah
SWT telah memberikan azab-Nya.
Ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat
terdahulu antara lain :
“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para
rasul. Kami tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu
pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim
azab yang pedih; Dan (telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samód dan
penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu. Dan
masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan dan masing-masing telah
Kami hancurkan sehancur-hancurnya.” (QS. al-Furqan [25]: 37-39)
6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi
Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang memberikan
isyaratisyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial
untuk kemudian dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan
hidup manusia. Allah SWT yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan
kepada umat manusia untuk dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan baik. Al-Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan
14
ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu diisyaratkan pada saat ayat al-Qur’an
untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yaitu QS.
al-‘Alaq: 1-5) :
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-‘Alaq
[96]: 1-5)
Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah untuk
membaca. Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses belajar untuk
menguasai suatu ilmu pengetahuan. Ini mengindikasikan bahwa al-Qur’an
menekankan betapa pentingnya membaca dalam upaya mencari dan
menguasai ilmu pengetahuan. Ayat lain yang berisi dorongan untuk menguasai
ilmu pengetahuan juga dijelaskan dalam QS. al-Mujadalah ayat 11.
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
15
Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Mujadalah
[58]: 11)
Al-Qur’an banyak mendorong umat manusia untuk menggali, meneliti dan
mengembangkan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kepentingan dan kesejahteraan hidupnya. Isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut di antara berkenaan dengan ilmu kedokteran, farmasi,
pertanian, matematika, fisika, kimia, biologi, ilmu anatomi tubuh, teknologi
perkepalan, teknologi pesawat terbang, dan lain sebagainya. Hal penting untuk
diingat bahwa dalam kurun waktu sejarah umat manusia, Islam telah
melahirkan banyak cendekiawan muslim yang telah berhasil menemukan
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berkat ketelitian mereka
dalam menggali isyarat ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an. Di antara
cendekiawan-cendekiawan muslim tersebut ialah: Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Ibnu
Sina, Ibnu Maskawaih, Al-Khawarizmi, dan lain-lain. Bahkan penemuan-
penemuan ilmu pengetahuan yang mereka hasilkan telah banyak mengilhami
bangsa barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
yang berkembang hingga saat ini.
2.1.2. Karakteristik Al-Qur’an
Istilah kunci dalam Al-Qur’an yang tidak boleh diabaikan adalah konsep
tentang surah dan ayat. Kedua istilah ini merupakan istilah teknis yang merujuk
pada bagian-bagian tertentu dalam Al-Qur’an yang dengan sendirinya melekat dan
menjadi hal yang tak terpisahkan dengan Al-Qur’an.
a. Surah
Istilah surah merupakan nama yang dipakai untuk merujuk “bab” dalam
Al-Qur’an. Mengacu pada perhitungan Mushaf Usmani, keseluruhan surah Al-
Qur’an berjumlah 144.
Dalam penelusuran al-Baqi (1981), kata surah dalam bentuk tunggal
muncul sembilan kali dalam Al-Qur’an, sedangkan dalam bentuk jamak,
suwar, muncul satu kali. Berbeda dengan yang dipahami dewasa ini,
penggunaan kata surah dalam Al-Qur’an merujuk pada suatu unit wahyu yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad.
16
Penggunaan kata surah dalam konteks demikian tentu mengandung
kesamaan dalam istilah lain seperti kitab. Karena itulah, segera terlihat bahwa
makna umum kata surah dalam Al-Qur’an lebih pada suatu unit wahyu
terpisah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dari waktu ke waktu.
Al-Qur’an memang tidak memberi indikasi yang nyata mengenai panjang
pendeknya unit wahyu tersebut. Jika kita memperhatikan kronologi turunnya
wahyu, tentu wajar bila muncul bila muncul prasangka bahwa semestinya Al-
Qur’an tersusun berdasarkan kronologi pewahtuan tersebut. Namun jika kita
mencermati susunan surah Al-Qur’an, ternyata jauh sekali susunan surah
sebagaimana kronologi pewahyuan itu.
b. Ayat
Ketika mendengar kata “ayat” disebut, seketika pemahaman kita terfokus
pada surah. Memang, “ayat” oleh sebagian ahli tafsir diartikan dengan
“beberapa jumlah atau susunan perkataan yang mempunyai awal dan akhir
yang dihitung sebagai suatu bagian dari surah”. Di dalam Al-Qur’an, kata
“ayat” muncul sekitar 400 kali, baik dalam bentuk tunggal maupun jamak.
Urutan ayat-ayat Al-Qur’an diyakini oleh seluruh umat Islam dilakukan
berdasar atas tauqifi. Artinya, dilakukan atas petunjuk Nabi Muhammad yang
diterima dari Allah melalui perantara malaikat jibril. (Faizah, 2008 : 112-129)
Dr. Yusuf Qaradhawi memaparkan beberapa karakteristik Al-Quran dalam
kitabnya ” Kaifa Nata’amal ma’al al-Quran“,( Bagaimana berinteraksi dengan Al-
Quran), secara singkatnya sebagai berikut :
1. Al-Quran adalah Kitab Ilahi
Al-Quran berasal dari Allah SWT, baik secara lafal maupun makna.
Diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasul dan Nabi-Nya; Muhammad SAW
melalui ‘wahyu al-jaliy’ wahyu yang jelas. Yaitu dengan turunnya malaikat
utusan Allah, Jibril AS untuk menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW
yang manusia, bukan melalui jalan wahyu yang lain ; seperti ilham, pemberian
inspirasi dalam jiwa, mimpi yang benar atau cara lainnya.
17
“Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi
serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang
Maha Bijaksana lagi Maha tahu” (QS. Huud [11] :1)
2. Al-Quran adalah Kitab Suci yang Terpelihara
Diantara karakteristik Al-Quran yang lainnya adalah ia merupakan kitab
suci yang terpelihara keasliannya. Dan Allah SWT sendiri yang menjamin
pemeliharaannya, serta tidak membebankan hal itu pada seorang pun. Tidak
seperti yang dilakukan pada kitab-kitab suci selainnya, yang hanya dipelihara
oleh umat yang menerimanya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman
Allah SWT :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan
perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah,
oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan
mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi
terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi)
takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan
harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”.(QS.Al
Maidah 5 : 44)
18
Adapun makna dipeliharanya al-Quran adalah Allah SWT memeliharanya
dari pemalsuan dan perubahaan terhadap teks-teksnya, seperti yang terjadi
terhadap Taurat, Injil, dan sebelumnya.
3. Al-Quran adalah Kitab Suci yang Menjadi Mukjizat
Diantara karakteristik Al-Quran adalah kemukjizatannya. Ia adalah
mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga
bangsa arab hanya menyebut-nyebut mukjizat itu saja, tidak yang lainnya,
meskipun dari beliau terjadi mukjizat yang lain yang tidak terhitung
jumlahnya.
4. Al-Quran adalah Kitab Suci yang menjadi Penjelas dan dimudahkan
Pemahamannya
Al-Quran adalah kitab yang memberi penjelasan dan mudah dipahami.
Tidak seperti kitab filsafat, yang cenderung untuk menggunakan simbol-
simbol dan penjelasan yang sulit, tidak pula seperti kitab sastra yang
menggunakan perlambang-perlambang, yang berlebihan dalam
menyembunyikan substansi, sehingga sulit dipahami akal.
Allah SWT menurunkan Al-Quran agar makna-maknanya dapat ditangkap,
hukum-hukumnya dapat dimengerti, rahasia-rahasianya dapat dipahami, serta
ayat-ayatnya dapat ditadabburi. Oleh karena itu Allah SWT menurunkan Al-
Quran dengan jelas dan memberi penjelasan, tidak samar dan sulit dipahami.
Sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka
Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS.Al-Qomar 54: 17)
5. Al-Quran adalah Kitab Suci yang Lengkap
Al-Quran adalah kitab agama yang menyeluruh, pokok agama dan ruh
wujud islam. Darinya disimpulkan konsep akidah Islam, tatacara ibadah,
tuntutan akhlak, juga pokok-pokok legislasi dan hukum. Allah SWT
berfirman:
19
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan
kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.”( QS.An-Nahl 16 : 89)
6. Al-Quran adalah Kitab Suci Seluruh Zaman
Makna Al-Quran sebagai kitab keseluruhan zaman adalah ia merupakan
kitab yang abadi, bukan kitab bagi suatu masa tertentu, yang kemudian habis
masa berlakunya. Maksudnya, hukum-hukum Al-Quran, perintah dan
larangannya, tidak berlaku secara temporer dengan suatu kurun waktu tertentu,
kemudian habis masanya.
7. Al-Quran adalah Kitab Suci Bagi Seluruh Umat Manusia
Al-Quran bukanlah kitab yang hanya ditujukan pada suatu bangsa,
sementara tidak kepada bangsa yang lain, tidak juga untuk hanya satu warna
kulit manusia, atau suatu wilayah tertentu. Tidak juga hanya bagi kalangan
yang rasional, dan tidak menyentuh mereka yang emosional dan berdasarkan
intuisi.Tidak juga hanya bagi rohaniawan, sementara tidak menyentuh mereka
yang materialis. Al-Quran adalah kitab bagi seluruh golongan manusia.
Allah SWT berfirman :
“Al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi alam semesta (QS.At-
Takwir 81: 27)
20
Demikian beberapa karakteristik Al-Quran, untuk penjelasan yang lebih
lengkap dan menyeluruh, rujuk kembali kitab Qardhawi yang disebutkan di atas.
2.2. AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM
Ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an mutlak kebenarannya dan ajaran yang
paling sempurna. Ajaran al-Qur’an di samping membenarkan ajaran-ajaran kitab suci
sebelumnya, juga menyempurnakan ajaran kitab-kitab sebelumnya tersebut. Al-Qur’an
berisi tentang pokok-pokok atau dasar-dasar ajaran Islam yang berkenaan dengan masalah
ketauhidan, ibadah, akhlak, hukum, dan segala hal yang dibutuhkan manusia dalam
kehidupannya.
Dalam sebuah ayat, Allah SWT menegaskan bahwa al-Qur’an diturunkan dengan
membawa kebenaran hakiki yang berfungsi sebagai dasar penetapan hukum yang harus
dipegang teguh oleh Nabi Muhammad SAW, tidak boleh sedikitpun menyimpang dari al-
Qur’an. Dan tentunya hal ini juga harus dipegang teguh oleh umat Islam. Sebagaimana
dijelaskan di atas dalam QS. an-Nisa’ ayat 105.
2.2.1. Kelebihan Al-Qur’an dari Segala Kitab
1. Kelebihan Al Qur’an Dibandingkan dengan Kitab Lain
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang berisi firman-firman Allah SWT.
Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW agar disampaikan
kepada umat nabi Muhammad SAW, yaitu umat islam. Sebagai kitab suci
yang terakhir, sudah barang tentu Al-Qur’an memiliki kelebihan-kelebihan
dibandingkan dengan kitab suci yang diturunkan sebelumnya.
2. Kedudukan Al-Qur’an di antara Kitab Suci Lainnya
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir dan penutup dari kitab suci
sebelumnya. Selain itu, Al-Qur’an juga merupakan hakim atas kitab-kitab
suci sebelumnya. Allah SWT berfirman yang artinya:
21
“Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan muhaiminan (batu ujian) terhadap kitab-kitab
yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu…. ” (QS. Al-
Maidah: 48).
Al-Qur’an merupakan kitab suci paling panjang dan paling luas
cakupannya. Rasulullah SAW bersabda: “Saya diberi ganti dari Taurat
dengan as-sab`ut thiwaal (tujuh surat dalam Al-Qur’an yang panjang-
panjang). Saya diberi ganti dari Zabur dengan al-mi`iin (surat yang jumlah
ayatnya lebih dari seratus). Saya diberi ganti dari Injil dengan al-matsani
(surat yang terulang- ulang pembacaannya dalam setiap rekaat shalat) dan
saya diberi tambahan dengan al-mufashshal (surat yang dimulai dari Qaf
sampai surat an- Naas).” (HR. Thabarani dan selainnya, dishahihkan
sanadnya oleh al-Albani). Di antara perkara lain yang menjadi kekhususan
Al-Qur’an dari kitab suci-kitab suci lainnya adalah penjagaan Allah
terhadapnya. Allah SWT berfirman yang artinya:
22
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya
kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]: 9)
 Sekilas tentang Taurat
Allah SWT memberi tanda pada Taurat, dengan pernyataan -Nya bahwa
Taurat merupakan kitab suci teragung bagi Bani Israil yang diturunkan
pada nabi Musa AS, seperti ditegaskan dalam firman Allah dalam surat
Al-A’raf : 45
"Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lembaran-lembaran (Taurat)
segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu".
(QS al- A'raaf [7]: 145).
Allah SWT juga menyebut tentang kitab Taurat dalam ayat yang lain,
yaitu dalam surat Al-Araf : 154
"Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali)
lembaran-lembaran (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat
petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya".
(QS. Al-Araf [7]: 154)
 Tentang Injil
Injil adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Isa AS. Injil tersebut
sifatnya sebagai pembenar apa yang ada didalam Taurat serta
penyempurna dari kekurangan yang ada didalamnya. Allah SWT
menjelaskan tentang Injil ini melalui firman-Nya dalam surat Al-Maidah
: 46
23
" Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa
putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat.
Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya
(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab
yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa".(QS. Al-Maidah [5]:46)
 Kitab Zabur
Dan berikutnya adalah kitab Zabur, yaitu kitab suci yang Allah turunkan
kepada nabi Daud. Sebagaimana yang Dia sebutkan dalam firman –Nya
dalam surat An-Nisa : 163
"….Dan Kami berikan Zabur kepada Daud". (QS an-Nisaa': 163).
3. Al-Qur’an merupakan Kitab yang Syamil
Dalam hal ini, Al-Qur’an mencakup seluruh ajaran Allah yang ada pada
kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya (Taurat, Injil, dan Zabur).
Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Maidah:48.
24
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu;
Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang”.?(QS.Al-Maidah [5]:8)
Pada ayat di atas disebutkan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada
nabi supaya dalam memutuskan segala persoalan yang timbul di antara
seluruh umat manusia ini dengan menggunakan hukum dari Al-Qur’an, baik
orang-orang yang beragama Islam atau pun golongan ahlul kitab (kaum
Nasrani dan Yahudi) dan jangan sampai mengikuti hawa nafsu mereka
sendiri saja.
Dijelaskan pula bahwa setiap umat oleh Allah SWT diberikan syariat
dan jalan dalam hukum-hukum amaliah yang sesuai dengan persiapan serta
kemampuan mereka. Adapun yang berhubungan dengan persoalan akidah,
ibadah, adab, sopan santun serta halal dan haram, juga yang ada
hubungannya dengan sesuatu yang tidak akan berbeda karena perubahan
masa dan tempat, maka semuanya dijadikan seragam dan hanya satu macam,
sebagaimana yang tertera dalam agama-agama lain yang bersumber dari
wahyu Allah swt. Allah berfirman dalam surat As-Syura:13.
25
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu:
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”.
4. Ajaran yang Termuat dalam Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang Terakhir
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah
SWT. Adapun tentang isi dalam Al-Qur’an, Allah telah menjamin akan
kesuciannya dan kemurniannya. Untuk memberikan petunjuk dan bimbingan
yang benar kepada umat manusia, maka dari itu kita sebagai umat islam,
mari kita jaga kitab al-Quran agar tidak dikotori oleh tangan-tangan yang
hendak mengotori kesuciannya, hendak mengubah kemurniannya, hendak
mengganti isi yang sebenarnya atau pun hendak menyusupkan sesuatu dari
luar atau mengurangi kelengkapannya, seperti kitab-kitab sebelumnya. Oleh
karena itu, Allah telah menyempurnakan kitab suci Al-Qur’an dan
memelihara kitab Al-Qur’an.
Adapun tujuan menjaga dan melindungi Al-Qur’an dari kebatilan,
kepalsuan dan pengubahan tidak lain hanya agar supaya hujah Allah akan
tetap tegak di hadapan seluruh manusia, sehingga Allah SWT dapat
mewarisi bumi ini dan siapa yang ada di atas permukaannya. Al-Qur’an
dikehendaki oleh Allah akan kekekalannya Tidak mungkin pada suatu hari
nanti akan terjadi bahwa suatu ilmu pengetahuan akan mencapai titik hakikat
yang bertentangan dengan hakikat yang tercantum di dalam ayat Al-Qur’an
Sebabnya tidak lain karena Al-Qur’an adalah firman Allah SWT. Sedangkan
keadaan yang terjadi di alam semesta ini semuanya juga merupakan ciptaan
Allah SWT. Dapat dipastikan bahwa firman dan amal perbuatan Allah tidak
26
mungkin bertentangan antara yang satu dengan yang lain. Bahkan yang
dapat terjadi ialah bahwa yang satu akan membenarkan yang lain.
Dari sudut inilah, maka kita menyaksikan sendiri betapa banyaknya
yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern ternyata sesuai dan cocok
dengan apa yang terkandung dalam Al-Qur’an. Jadi apa yang ditemukan
adalah memperkokoh dan merealisir kebenaran dari apa yang sudah
difirmankan oleh Allah SWT sendiri. Firman Allah dalam surat Fushilat: 53
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan). Di
segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al Quran itu adalah benar. Tidakkah cukup bahwa sesungguhnya
Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”. (QS. Al-Fushilat [41]:53)
Tapi, perlu diketahui bahwa kitab-kitab terdahulu yang kita sebutkan
diawal sudah banyak mengalami perubahan, penambahan serta pengurangan.
5. Melalui Al-Qur’an Allah SWT Berkehendak Supaya Kalimat-Nya Disiarkan
dan Disampaikan
Allah SWT telah menciptakan Al-Qur’an dan menurunkannya melalui
malaikat Jibril a.s kepada nabi Muhammad SAW agar disampaikan kepada
semua umat manusia. Dalam Al-Qur’an berisi firman-firman Allah SWT.
Melalui Al- Qur’an, Allah SWT berkehendak agar firman-firman Allah
dapat disiarkan dan disampaikan agar manusia tidak hanya mendengar tetapi
juga dapat berpikir sehingga menjadi suatu kenyataan dan perbuatan.
Kehendak semacam ini tidak mungkin berhasil, kecuali jika kalimat-kalimat
itu sendiri benar-benar mudah diingat, dihafal serta dipahami. Oleh karena
itu Al-Qur’an sengaja diturunkan oleh Allah SWT dengan suatu gaya bahasa
yang istimewa, mudah, tidak sukar bagi siapapun untuk memahaminya dan
tidak sukar pula mengamalkannya, asal disertai dengan keikhlasan hati dan
kemauan yang kuat.
27
2.3. METODOLOGI TAFSIR AL-QUR’AN
Metode tafsir merupakan kerangka atau kaidah yang digunakan dalam menafsirkan
ayat-ayat Alquran, sedangkan metodologi tafsir ialah pembahasan ilmiah tentang metode-
metode penafsiran Alquran. Munculnya berbagai model dan metode penafsiran terhadap
al-Qur’an dalam sepanjang sejarah umat Islam merupakan salah satu bentuk upaya
membuka dan menyingkap pesan-pesan teks secara optimal sesuai dengan kemampuan
dan kondisi sosial sang mufasir. Terdapat empat metode penafsiran (maudlu’i, muqaran
dan tahlili) yang pernah berkembang di kalangan umat Islam dan diterapkan menjadi
beberapa kitab tafsir.
2.3.1. Metode Global (Ijmali)
Metode al-Tafsir al-Ijmali (global) ialah suatu metode tafsir yang menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Pengertian
tersebut menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan
bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca. Sistematika
penulisannya menurut susunan ayat-ayat di dalam mushaf. Di samping itu
penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa Al-Qur’an sehingga pendengar
dan pembacanya seakan-akan masih tetap mendengar Al-Qur’an padahal yang
didengarnya itu tafsirnya.
Contoh: penafsiran ayat 11 surat Ar-Ra`du, dalam Tafsir Jalalain :
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada suatu kaum, tidak
mencabut dari mereka akan nikmatnya [kecuali mereka mengubah apa yang ada
pada diri mereka], dari sifat-sifat yang bagus dan terpuji menjadi perbuatan
maksiat… .” (QS. AR-Ra’du [13]:11)
Contoh lain pengertian suatu ayat atau ketika di dalam Alquran seperti lafad
‫ظلم‬) ) dalam ayat 82 surat al-An’am:
28
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk".
Ayat ini cukup mengganggu pikiran mereka karena mengandung makna
bahwa mereka yang mencampurkan iman dan aniaya tidak akan memperoleh
keamanan dan petunjuk Itu berarti, seakan-akan mereka percuma beriman karena
tidak akan bebas dari azab, sebab mereka percaya tidak ada di antara mereka yang
tidak pernah melakukan aniaya. Tapi, mereka merasa tenang dan puas setelah
Nabi menafsirkan (‫)ظلم‬ di dalam ayat itu dengan (‫)شرك‬ dengan mengutip ayat 13
surat luqman:
"dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". (QS. Al-Luqman [31]:13)
Dengan kata lain, metode tafsir ijmali menempatkan setiap ayat hanya sekedar
ditafsirkan dan tidak diletakkan sebagai obyek yang harus dianalisa secara tajam
dan berwawasan luas, sehingga masih menyisakan sesuatu yang dangkal, karena
penyajian yang dilakukan tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’an, sehingga
membaca tafsir yang dihasilkan dengan memakai metode ijmali, layaknya
membaca ayat al-Qur’an. Uraian yang singkat dan padat membuat tafsir dengan
metode ijmali tidak jauh beda dengan ayat yang ditafsirkan.
Setiap perkara pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan begitupun juga
penafsiran ini. Metode pembelajaran penafsiran ijmali lebih praktis, simple dan
mudah dipahami. Kekurangan metode tafsir Ijmaliy menjadikan petunjuk al-
29
Quran bersifat parsial dan tidak ada ruang untuk mengemukakan analisis yang
memadai.
2.3.2. Metode Analisis (Tahlili)
Kata tahlili adalah bentuk masdar dari kata hallala-yuhallilu-tahliilan, yang
berasal dari kata halla-yahullu-hallan yang berarti membuka sesuatu. Tidak ada
sesuatu pun yang tertutup darinya. Dari sini dapat dipahami bahwa arti kata tahlil
berarti membuka sesuatu yang tertutup atau yang terikat dan mengikat sesuatu
yang berserakan agar tidak terlepas atau tercecer.
Sedang definisi penafsiran tahlili adalah metode penafsiran al-Quran yang
dilakukan dengan cara menjelaskan ayat-ayat al-Quran dalam berbagai aspek,
serta menjelaskan maksud yang terkandung di dalamnya sehingga kegiatan
mufassir hanya menjelaskan ayat demi ayat, surat demi surat, makna lafal tertentu,
susunan kalimat, persesuaian kalimat satu dengan kalimat lain, asbabun nuzul,
nasikh mansukh, yang berkenaan dengan ayat yang ditafsirkan.
Sebenarnya tahlili adalah metode (Tafsir yang berusaha menjelaskan
kandungan makna ayat-ayat al-Quran dari seluruh aspeknya). Seorang penafsir
yang menggunakan metode ini akan menafsirkan ayat-ayat al-Quran secara runtut
dari awal hingga akhirnya, dan surat demi surat sesuai dengan urutan
mushaf ‘Utsmany. Oleh karena itu, ia akan menguraikan kosakata dan lafazh,
menjelaskan arti yang dimaksud, juga unsur-unsur I’jaz dan balaghah, serta
kandungannya dalam berbagai aspek pengetahuan dan hukum. Penafsiran dengan
metode tahlili juga tidak meninggalkan aspek asbab nuzul suatu ayat, munasabah
(hubungan) ayat-ayat al-Quran antara satu sama lain. Dalam pembahasannya,
penafsir biasanya menghadirkan riwayat-riwayat terdahulu baik yang diterima dari
nabi, sahabat, maupun ungkapan-ungkapan Arab pra Islam dan kisah Isra’iliyyat.
Karena pembahasan yang begitu luas itu maka tidak tertutup kemungkinan
penafsirannya diwarnai bias subjektivitas penafsir, baik latar belakang keilmuan
maupun aliran madzhab yang diyakininya. Sehingga menyebabkan adanya
kecenderungan khusus yang teraplikasikan dalam karya mereka.
Contoh tafsir yang menunjukan metode analisis (tahlili). Surat Ibrahim ayat
1,2, dan 3, dalam Tafsir Ibnu Katsir :
30
"Alif lam ra. Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan
izin Tuhan mereka kepada jalan dari Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji. (1)
Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan
kecelakaanlah bagi kaum kafir karena azab yang sangat keras.(2) Orang-orang
yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, menghalang-
halangi dari jalan Allah dan menginginkannya bengkok. Mereka itu berada dalam
kesesatan yang jauh.(3)”(QS. Ibrahim [14]:1-3)
Pembicaraan mengenai huruf yang terputus-putus telah dikemukakan pada
beberapa awal surat. "Kitab yang Kami turunkan kepadamu" yakni kitab ini Kami
menurunkannya kepadamu, hai Muhammad, Kitab itu ialah al-Quran yang agung.
Ia merupakan kitab yang paling mulia di antara kitab yang diturunkan Allah dari
langit; diturunkan kepada Rasul yang paling mulia. Dia diutus Allah di muka
bumi ke seluruh penghuninya baik bangsa Arab maupun asing. "supaya kamu
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya", yakni dari gelapnya
kesesatan dan penyimpangan kepada petunjuk dan kelurusan. Hal ini sebagaimana
Allah berfirman, "Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Pelindung-pelindung kaum
kafir adalah thagut yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan."
Firman Allah SWT, "Dengan izin Tuhan mereka."yakni, Dialah Yang
menunjukkan orang yang telah ditetapkan baginya hidayah melalui RasulNya
31
yang diutus atas perintahNya. Dia menunjukkan mereka "kepada jalan dari Yang
Mahaperkasa lagi Maha Terpuji." Yang Mahaperkasa artinya Zat yang tidak dapat
dibantah dan dikalahkan. Dia Mahaperkasa dalam segala perkara selain-Nya.
Yang Maha Terpuji artinya dalam seluruh perbuatan, perkataan, syariat, perintah,
dan larangan-Nya, Yang Mahabenar berita-Nya.
Firman Allah SWT,"Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. Dan kecelakaanlah bagi kaum kafir karena azab yang sangat keras".
Yakni, kecelakaanlah bagi mereka pada hari kiamat lantaran mereka
menyalahimu, hai Muhammad, dan mendustakanmu. Kemudian Allah menyifati
mereka bahwa mereka lebih menyukai kehidupan dunia atas akhirat. Yakni,
mereka mendahulukan dan memprioritaskan kehidupan dunia atas akhirat,
"mereka menghalang-halangi" para pengikut Rasul "dari jalan Allah dan
menginginkannya bengkok." Yakni, mereka menyukai keberadaan jalan Allah itu
bengkok dan condong. Sesungguhnya jalan itu lurus dengan sendirinya. Jalan itu
tidak ternoda oleh orang yang menyalahi dan menyia-nyiakannya. Keinginan
mereka yang demikian itu menunjukkan bahwa mereka berada dalam kebodohan
dan kesesatan yang jauh dari kebenaran. Tiada harapan akan ada kebaikan dari
mereka.
 Kelebihan Metode Tahlili :
a. Mengetahui dengan mudah tafsir suatu surat atau ayat, karena susunan
tertib ayat atau surat mengikuti susunan sebagaimana terdapat dalam
mushaf.
b. Mudah mengetahui relevansi/munasabah antara suatu surat atau ayat
dengan surat atau ayat lainnya.
c. Memungkinkan untuk dapat memberikan penafsiran pada semua ayat,
meskipun inti penafsiran ayat yang satu merupakan pengulangan dari ayat
yang lain, jika ayat-ayat yang ditafsirkan sama atau hampir sama.
d. Mengandung banyak aspek pengetahuan, meliputi hukum, sejarah, sains,
dan lain-lain.
 Kekurangan Metode Tafsir Tahlili
a. Menghasilkan pandangan-pandangan yang parsial dan kontradiktif dalam
kehidupan umat Islam.
32
b. Faktor subjektivitas tidak mudah dihindari misalnya adanya ayat yang
ditafsirkan dalam rangka membenarkan pendapatnya
Terkesan adanya penafsiran berulang-ulang, terutama terhadap ayat-ayat
yang mempunyai tema yang sama
2.3.3. Metode Komparatif (Muqorin)
Yaitu, metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan menemukan dan
mengkaji perbedaan-perbedaan antara unsur-unsur yang diperbandingkan, baik
dengan menemukan unsur yang benar diantara yang kurang benar, atau untuk
tujuan memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai masalah yang dibahas
dengan jalan penggabungan unsur-unsur yang berbeda.
Para ahli tidak berbeda pendapat mengenai definisi metode ini. Dari berbagai
literartur yang ada, dapat dirangkum bahwa yang dimaksud dengan metode
komparatif ialah:
a. Membandingkan teks (nash) ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kemiripan
atau persamaan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan atau memiliki redaksi
yang berbeda bagi satu kasus yang sama.
b. Membandingkan ayat al-Qur’an dengan hadis yang pada lahirnya terlihat
bertentangan.
c. Membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan al-Qur’an.
Dari definisi itu terlihat jelas bahwa tafsir al-Qur’an dengan menggunakan
metode ini mempunyai cakupan yang amat luas, tidak hanya membandingkan ayat
dengan ayat melainkan juga membandingkan ayat dengan hadis serta
membandingkan pendapat para mufasir dalam menafsirkan suatu ayat.
Jadi dilihat dari pengertian tersebut dapat dikelompokkan 3 objek kajian tafsir,
yaitu membandingkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an yang lain,
membandingkan ayat dengan hadits Nabi SAW (yang terkesan bertentangan),
dan membandingkan pendapat penafsiran ulama tafsir (baik ulama salaf maupun
ulama khalaf).
Contoh tafsir muqaran pada surah al-an’am ayat 151 dan al-isro ayat 31
1. Menghimpun redaksi yang mirip
ۡۖۡ‫م‬ُ‫ه‬‫َّا‬‫ي‬ِّ‫إ‬ َ‫و‬ ۡ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ق‬ُ‫ز‬ ۡ‫َر‬‫ن‬ ُ‫ن‬ ۡ‫ح‬َّ‫ن‬ ٖ‫ق‬ََٰ‫ل‬ ۡ‫م‬ِّ‫إ‬ ۡ‫ن‬ِّ‫م‬ ‫م‬ُ‫ك‬َ‫د‬ََٰ‫ل‬ ۡ‫و‬َ‫أ‬ ْ‫ا‬ ٓ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ۡ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬ َ‫و‬…..١٥١: ‫(اَلنعام‬151)
َّ‫ن‬ ٖۡۖ‫ق‬ََٰ‫ل‬ ۡ‫م‬ِّ‫إ‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ۡ‫َش‬‫خ‬ ۡ‫م‬ُ‫ك‬َ‫د‬ََٰ‫ل‬ ۡ‫و‬َ‫أ‬ ْ‫ا‬ ٓ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ۡ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬ َ‫و‬ۡ‫م‬ُ‫ك‬‫َّا‬‫ي‬ِّ‫إ‬ َ‫و‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ق‬ُ‫ز‬ ۡ‫َر‬‫ن‬ ُ‫ن‬ ۡ‫ح‬…..٣١: ‫(اَلسراء‬31)
33
2. Perbandingan redaksi yang mirip
Jika diperbandingkan kedua redaksi ayat diatas, maka di dalam
kemiripannya, terdapat sedikit perbedaan. Kalau pada ayat pertama termaktub
kalimat ‫امالق‬ ‫من‬ Maka pada ayat kedua lafal ‫من‬ ditiadakan, dan sebagai
gantinya, di tempat itu dicantumkan kata ‫خشية‬ sehingga kalimatnya menjadi
‫امالق‬ ‫خشية‬ perbedaan kedua terlihat pada penempatan kata ganti orang kedua
‫كم‬ dan kata ganti orang ketiga ‫ايا‬‫هم‬ pada ayat pertama ‫كم‬ terletak sebelum ‫ايا‬
‫هم‬ sementara pada ayat kedua kebalikannya, yakni ‫كم‬ ‫ايا‬ terdapat sesudah ‫هم‬.
3. Analisis redaksi yang mirip.
Apabila diperhatikan dengan seksama terjadinya perbedaan letak kedua
kata ganti itu, erat hubungannya dengan kalimat sebelumnya. Di dalam ayat
sebelumnya, misalnya sebelum ‫هم‬ ‫وايا‬ ‫نرزقكم‬ terdapat kalimat ‫امالق‬ ‫من‬ yang
menurut para mufasir memberikan indikasi bahwa kemelaratan telah terjadi
yang membuat orang tua (ayah ibu) cemas atas keselamatan diri dan anak-
anak mereka. Dari itulah Allah mendahulukan kata ganti ‫كم‬ yang ditujukan
kepada orang tua, dari pada kata ganti yang ditujukan kepada anak-anak di
dalam redaksi ‫وايا‬ ‫نرزقكم‬‫هم‬ dengan demikian mereka merasa diperhatikan
lebih dari anak-anak mereka karena di dalam ayat itu Allah menyatakan
dengan tegas : Kamilah yang akan memberi mereka rizki dan jug anak-anak
mereka jadi yang menjadi titik perhatian di sini ialah mereka (orang tua)
bukan anak-anak.
4. Perbandingan pendapat para mufasir
Berkenaan dengan penempatan kedua kata ganti itu, terdapat dua versi
yang berbeda. Pertama menafsirkan langsung maksud yang terkandung di
dalam ayat itu tanpa membicarakan perbedaan letak kedua kata ganti tersebut :
hingga seakan-akan mereka yang menjadi pola ini mengabaikan begitu saja.
Versi kedua mereka membahas perbedaan penempatan kedua kata ganti itu
boleh disebut sepakat mengatakan bahwa penempatan ‫كم‬ sebelum ‫هم‬ ‫ايا‬ di
dalam ayat pertama ialah karena yang menjadi titik perhatian di dalamnya
adalah para orang tua : sebaliknya pada ayat kedua, kasus anak didahulukan.
Itulah sebabnya di dalam ayat kedua itu didahulukan lafal ‫هم‬ dari pada ‫كم‬ ‫ايا‬
sebagaimana telah di jelaskan di dalam analisis redaksi di muka.
34
2.3.4. Metode Tematik (Maudhu’i)
Tafsir dengan metode ini dilakukan dengan cara memilih topik tertentu dengan
penjelasan yang dicari di dalam ayat al-Quran yang berhubungan dengan topik itu,
kemudian dicari keterkaitan antara ayat satu dengan yang lain agar bersifat saling
menjelaskan, hingga yang terakhir adalah bisa ditarik kesimpulan akhir
berdasarkan pemahaman mengenai ayat-ayat yang saling berkaitan itu.
Metode tafsir maudhû’iy juga disebut dengan metode tematik yaitu
menghimpun ayat-ayat Al Qur’an yang mempunyai maksud yang sama, dalam
arti, sama-sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar
kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut.
Penafsiran al-Quran dengan metode tematik dapat dirinci sebagai berikut :
a. Menentukan bahasan al-Quran yang akan diteliti secara tematik.
b. Melacak dan mengoleksi ayat-ayat sesuai dengan topik yang diangkat.
c. Menata ayat-ayat tersebut secara kronologis (sebab turunnya), mendahulukan
ayat Makiyyah dan Madaniyyah, disertai pengetahuan tentang latar belakang
turunnya ayat.
d. Mengetahui korelasi (munasabah) antar ayat-ayat tersebut.
e. Menyusun tema bahasan dalam kerangka yang sistematis.
f. Melengkapi bahasan dengan hadits-hadits yang terkait.
g. Mempelajari ayat-ayat secara tematik dan komprehensif dengan cara
mengoleksi ayat-ayat yang memuat makna yang sama, mengkompromikan
pengertian yang umum dan khusus, muthlaq dan muqayyad.
Definisi tafsir maudhû’i ini memberikan indikasi bahwa mufasir yang
menggunakan metode dan pendekatan tematik dituntut harus mampu memahami
ayat-ayat yang berkaitan dengan topik yang dibahas, maupun menghadirkan
dalam pikiran pengertian kosa kata ayat dan sinonimnya yang berhubungan
dengan tema yang ditetapkan. Mufassir menyusun runtutan ayat sesuai dengan
masa turunnya dalam upaya mengetahui perkembangan petunjuk al-Quran
menyangkut persoalan yang dibahas, menguraikan satu kisah atau kejadian
membutuhkan runtutan kronologis peristiwa. Mengetahui dan memahami latar
belakang turun ayat, karena hal ini sangat besar pengaruhnya dalam memahami
ayat-ayat al-Quran secara benar. Untuk mendapatkan keterangan yang lebih luas,
penjelasan ayat, dapat ditunjang dari hadis, perkataan para sahabat, dan lain-lain
yang ada relevansinya.
35
Contoh metode maudhu’i (tematik) adalah seperti penyelesaian kasus riba
yang dilakukan ole Ali al-Shabuni dalam “Tafsir Ayat Ahkam” yang secara
hierarki menentukan urutan ayat.
Pertama QS. ar-Ruum ayat 39 yang menjelaskan tentang kebencian Allah
kepada riba walaupun belum diharamkan.
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).” (QS. Ar-Ruum [30]:39)
Kedua QS. Al Baqarah ayat 278 yang menjelaskan keharaman riba secara mutlak.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.(QS. Al-
Baqarah [2]:278)
Dengan demikian, Kelebihan metode tafsir maudhu’i yaitu menjawab
tantangan zaman, Praktis dan sistematis, Dinamis, dan membuat pemahaman
menjadi utuh. Kekurangan metode tafsir maudhu’i yaitu Memenggal ayat al-
Qur’an dan Membatasi pemahaman ayat.
36
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai kitab rujukan bagi umat Islam, al-Qur’an mengandung pokok-pokok ajaran
yang lebih luas cakupan materi ajarannya mencakup segala persoalan umat manusia.
Secara garis besar, al-Qur’an mengandung 6 isi pokok ajaran yaitu meliputi : akidah,
ibadah dan mu’amalah, akhlak, hukum, sejarah, dan dasar-dasar ilmu pengetahuan (sains)
dan teknologi.
Karakteristik Al-Qur’an yang tidak boleh diabaikan adalah konsep tentang surah dan
ayat. Menurut Dr. Yusuf Qaradhawi, karakteristik Al-Quran dalam kitabnya ” Kaifa
Nata’amal ma’al al-Quran” dapat diartikan sebagai kitab ilahi, kitab suci yang
terpelihara, kitab suci yang menjadi mukjizat, kitab suci yang menjadi penjelas dan
dimudahkan pemahamannya, kitab suci yang lengkap, sebagai kitab suci seluruh zaman,
kitab suci bagi seluruh umat manusia.
Kita perlu mengetahui bahwa sesungguhnya Al-Qur’an adalah sumber ajaran islam
yang pertama. Beberapa kelebihan Al-Qur’an dari segala kitab yakni merupakan kitab
suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW agar
disampaikan kepada umat nabi Muhammad SAW, yaitu umat islam. Selain itu, Al-Qur’an
juga merupakan hakim atas kitab-kitab suci sebelumnya. Al-Qur’an mencakup seluruh
ajaran Allah yang ada pada kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya (Taurat, Injil, dan
Zabur). Setiap umat oleh Allah SWT diberikan syariat dan jalan dalam hukum-hukum
amaliah yang sesuai dengan persiapan serta kemampuan mereka. Tentang isi dalam Al-
Qur’an, Allah telah menjamin akan kesuciannya dan kemurniannya. Adapun tujuan
menjaga dan melindungi Al-Qur’an dari kebatilan, kepalsuan dan pengubahan tidak lain
hanya agar supaya hujah Allah akan tetap tegak di hadapan seluruh manusia, sehingga
Allah SWT dapat mewarisi bumi ini dan siapa yang ada di atas permukaannya.
Ketika Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad, beliau pun memahami isi dari
Al-quran tersebut. Sehingga beliau memutuskan untuk menafsirkan kandungan ayat yang
telah diterimanya, agar pengikutnya tidak salah pengartian atas turunnya ayat tersebut.
Setelah Nabi Muhammad meninggal dunia, muncul para ahli tafsir. Mereka tidak semata-
mata hanya menafsirkan dengan tangan kosong tetapi, mereka mempunyai metode
tersendiri yang tidak keluar maknanya dari Al-quran. Terdapat empat metode yang
digunakan para ahli, diantaranya:
37
1. Metode Global (Ijmali), yang berarti menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara
ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak
dibaca.
2. Metode Analisis (Tahlili), yang berarti menjelaskan kandungan makna ayat-ayat
al-Quran dari seluruh aspeknya secara runtut dari awal hingga akhirnya.
3. Metode Komparatif (Muqorin), yang berarti mengkaji perbedaan-perbedaan antara
unsur-unsur yang diperbandingkan, dengan menemukan unsur yang benar diantara
yang kurang benar, atau untuk tujuan memperoleh gambaran yang lebih lengkap
mengenai masalah yang dibahas.
4. Metode Tematik (Maudhu’i), yang berarti menghimpun ayat-ayat Al Qur’an yang
mempunyai maksud yang sama, dalam arti, sama-sama membicarakan satu topik
masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat
tersebut.
38
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an Al-Karim dan Terjemahannya
Muhammad Jalal Ad-din dan Abdu Ar-Rahman Jalal Ad-din, Juz Pertama Tafsir Jalalaini,
Singapura
As-Shobuni Ali Muhammad, 2007, Juz Kedua Tafsir Ayatul Ahkam, Mesir
Al-Baqi Muhammad Fuad Abdu, Mu’jam Al-faras, Bandung
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/metode-tafsir-al-quran/
Http://file.upi.edu/direktori/fpips/m_k_d_u/195504281988031-
makhmud_syafe'i/alqur%92an_sebagai_sumber_nilai_islam_(4_halaman).pdf

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Makalah al qur'an
Makalah al qur'anMakalah al qur'an
Makalah al qur'an
 
ppt Ibadah
ppt Ibadah ppt Ibadah
ppt Ibadah
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
 
Makalah fiqih thaharoh
Makalah  fiqih thaharohMakalah  fiqih thaharoh
Makalah fiqih thaharoh
 
ruang lingkup ajaran agama Islam
ruang lingkup ajaran agama Islamruang lingkup ajaran agama Islam
ruang lingkup ajaran agama Islam
 
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahPengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
 
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
 
Hadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan DiroyahHadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan Diroyah
 
Subjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikanSubjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikan
 
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
Asmaul husna (ppt pai sma kelas x 2013)
 
Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
 
Makalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat MadaniMakalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat Madani
 
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
 
Materi Al Qur'an
Materi Al Qur'anMateri Al Qur'an
Materi Al Qur'an
 
Ppt aqidah islam
Ppt aqidah islamPpt aqidah islam
Ppt aqidah islam
 
Makalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam MutasyabihMakalah Muhkam Mutasyabih
Makalah Muhkam Mutasyabih
 
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) pptEtika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
 
Objek Dakwah
Objek DakwahObjek Dakwah
Objek Dakwah
 
Power point shalat
Power point shalatPower point shalat
Power point shalat
 

Similar to AL-QUR'AN II

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAMMAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAMHerry Rachmat Safi'i
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalahMeyLiontin
 
MAKALAH BAB 1- XI IPS 1
MAKALAH BAB 1- XI IPS 1MAKALAH BAB 1- XI IPS 1
MAKALAH BAB 1- XI IPS 1dadang irwanto
 
keimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptx
keimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptxkeimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptx
keimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptxBestFriend35
 
Makalah agama islam 3 syirah nabawiyah
Makalah agama islam 3 syirah nabawiyahMakalah agama islam 3 syirah nabawiyah
Makalah agama islam 3 syirah nabawiyahDindaNova1
 
Makalah Materi 1 kelompok 1
Makalah Materi 1 kelompok 1 Makalah Materi 1 kelompok 1
Makalah Materi 1 kelompok 1 Habibatutthoyibah
 
Makalah Materi 1 kelompok 1
Makalah Materi 1 kelompok 1 Makalah Materi 1 kelompok 1
Makalah Materi 1 kelompok 1 Habibatutthoyibah
 
Paham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.ppt
Paham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.pptPaham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.ppt
Paham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.pptElmanNafidzi3
 
Paham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.ppt
Paham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.pptPaham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.ppt
Paham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.pptHidayatChairuddin1
 
Makalah Etos Kerja dalam Perspektif Al-Qur'an
Makalah Etos Kerja dalam Perspektif Al-Qur'anMakalah Etos Kerja dalam Perspektif Al-Qur'an
Makalah Etos Kerja dalam Perspektif Al-Qur'anRessy Octaviani
 
Materi keimanan dan ketaqwaan kelompok 2
Materi keimanan dan ketaqwaan kelompok 2Materi keimanan dan ketaqwaan kelompok 2
Materi keimanan dan ketaqwaan kelompok 2fitridheasari
 
Hadist sebagai ajaran islam
Hadist sebagai ajaran islamHadist sebagai ajaran islam
Hadist sebagai ajaran islamRemaja Sufi
 
Folio 10 dosa besar jilid 1 revisi
Folio 10 dosa besar   jilid 1 revisiFolio 10 dosa besar   jilid 1 revisi
Folio 10 dosa besar jilid 1 revisiRaisa Sajidah
 
Sunber vajaran agama_islam
Sunber vajaran agama_islamSunber vajaran agama_islam
Sunber vajaran agama_islamLintoe1
 

Similar to AL-QUR'AN II (20)

Makalah materi 2 kelompok 1
Makalah materi 2 kelompok 1Makalah materi 2 kelompok 1
Makalah materi 2 kelompok 1
 
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAMMAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
 
Modul 2 pai xi lb
Modul 2 pai xi lbModul 2 pai xi lb
Modul 2 pai xi lb
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalah
 
Buku Studi Akhlak.pdf
Buku Studi Akhlak.pdfBuku Studi Akhlak.pdf
Buku Studi Akhlak.pdf
 
Studi Islam
Studi IslamStudi Islam
Studi Islam
 
MAKALAH BAB 1- XI IPS 1
MAKALAH BAB 1- XI IPS 1MAKALAH BAB 1- XI IPS 1
MAKALAH BAB 1- XI IPS 1
 
keimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptx
keimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptxkeimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptx
keimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptx
 
Makalah agama islam 3 syirah nabawiyah
Makalah agama islam 3 syirah nabawiyahMakalah agama islam 3 syirah nabawiyah
Makalah agama islam 3 syirah nabawiyah
 
Makalah Materi 1 kelompok 1
Makalah Materi 1 kelompok 1 Makalah Materi 1 kelompok 1
Makalah Materi 1 kelompok 1
 
Makalah materi 1 kelompok 1
Makalah materi 1 kelompok 1Makalah materi 1 kelompok 1
Makalah materi 1 kelompok 1
 
Makalah Materi 1 kelompok 1
Makalah Materi 1 kelompok 1 Makalah Materi 1 kelompok 1
Makalah Materi 1 kelompok 1
 
Paham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.ppt
Paham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.pptPaham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.ppt
Paham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.ppt
 
Paham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.ppt
Paham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.pptPaham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.ppt
Paham Agama dalam Muhammadiyah-Syamsul Anwar.ppt
 
Makalah Etos Kerja dalam Perspektif Al-Qur'an
Makalah Etos Kerja dalam Perspektif Al-Qur'anMakalah Etos Kerja dalam Perspektif Al-Qur'an
Makalah Etos Kerja dalam Perspektif Al-Qur'an
 
Al-Qur'an II
Al-Qur'an IIAl-Qur'an II
Al-Qur'an II
 
Materi keimanan dan ketaqwaan kelompok 2
Materi keimanan dan ketaqwaan kelompok 2Materi keimanan dan ketaqwaan kelompok 2
Materi keimanan dan ketaqwaan kelompok 2
 
Hadist sebagai ajaran islam
Hadist sebagai ajaran islamHadist sebagai ajaran islam
Hadist sebagai ajaran islam
 
Folio 10 dosa besar jilid 1 revisi
Folio 10 dosa besar   jilid 1 revisiFolio 10 dosa besar   jilid 1 revisi
Folio 10 dosa besar jilid 1 revisi
 
Sunber vajaran agama_islam
Sunber vajaran agama_islamSunber vajaran agama_islam
Sunber vajaran agama_islam
 

More from Nur Rohmah

KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT
KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWTKEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT
KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWTNur Rohmah
 
KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT
KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWTKEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT
KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWTNur Rohmah
 
PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)
PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)
PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)Nur Rohmah
 
PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)
PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)
PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)Nur Rohmah
 
Makalah IJTIHAD
Makalah IJTIHADMakalah IJTIHAD
Makalah IJTIHADNur Rohmah
 

More from Nur Rohmah (8)

KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT
KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWTKEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT
KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT
 
KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT
KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWTKEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT
KEIMANAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT
 
PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)
PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)
PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)
 
PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)
PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)
PETUNJUK ALLAH SWT (HIDAYAH)
 
Makalah IJTIHAD
Makalah IJTIHADMakalah IJTIHAD
Makalah IJTIHAD
 
IJTIHAD
IJTIHADIJTIHAD
IJTIHAD
 
Makalah Qiyas
Makalah QiyasMakalah Qiyas
Makalah Qiyas
 
Qiyas
QiyasQiyas
Qiyas
 

Recently uploaded

alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 

Recently uploaded (20)

alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 

AL-QUR'AN II

  • 1. AL-QUR’AN II MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam 1 Dosen Pengampu : ABDUL HAMID ALY, S.Pd., M.Pd Disusun oleh Kelas M-01 Kelompok 5 : Nur Rohmah Dhuhaini (21901081003) Heriyanto (21901081008) Abdul Kodir (21901081014) Mohamad Miftachul Kamal (21901081023) Fauzan Abd Rahman (21901081024) JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2019
  • 3. 3 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman- teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan- kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu. Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini. MALANG , September 2019 KELOMPOK 5
  • 4. 4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………………………..……………… 3 DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………. 4 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………….………..……………………… 5 1.2 Rumusan Masalah …………….………………………….... 5 1.3 Tujuan ………………………..…………...………………... 5 BAB II : PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik dan Kandungan Al-Qur’an ………………….. 6 2.1.1. Kandungan Al-Qur’an ……………………………... 6 2.1.2. Karakteristik Al-Qur’an …………………………… 12 2.2 Al-Qur’an sebagai Sumber Ajaran Islam …………..……… 20 2.1.1. Kelebihan Al-Qur’an dari Segala Kitab …………… 20 2.3 Metodologi Penafsiran Al-Quran ……..…………………… 27 2.1.2. Metode Global (Ijmali) …………………………….. 27 2.1.3. Metode Analisis (Tahlili) ,…………………………. 29 2.1.4. Metode Komparatif (Muqorin) ……………………. 32 2.1.5. Metode Tematik (Maudhu’i) ………………………. 34 BAB III : KESIMPULAN ……………………………………………………. 36 Daftar Pustaka ………………………..……..…………………………………………….. 38
  • 5. 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al-Qur’an adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat jibril sebagai pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Al-Qur’an adalah kitab Allah SWT yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan injil yang diturunkan melalui para rasul. Allah SWT menurunkan al-Qur'an dengan perantaraan malaikat jibril sebagai pengentar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di gua hiro pada tanggal 17 ramadhan ketika Nabi Muhammad SAW berusia 41 tahun yaitu surat Al-Alaq ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan terakhir al-Qur'an turun yakni pada tanggal 9 Zulhijjah tahun 10 hijriah yakni surah almaidah ayat 3. Al-Qur’an turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa ayat, langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan. Selain itu dengan turun sedikit demi sedikit, Nabi Muhammad SAW akan lebih mudah menghafal serta meneguhkan hati orang yang menerimanya. Lama al-Qur’an diturunkan ke bumi adalah kurang lebih sekitar 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Karakteristik dan Kandungan al-Qur’an? 2. Bagaimana al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam? 3. Bagaimana metodologi penafsiran al-Qur’an? 1.3 Tujuan 1. Untuk memahami pengertian dari karakteristik dan kandungan al-Qur’an. 2. Untuk mengetahui al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam. 3. Untuk mengetahui metodologi penafsiran al-Qur’an.
  • 6. 6 BAB II PEMBAHASAN 2.1. KARAKTERISTIK DAN KANDUNGAN AL-QUR’AN 2.1.1. Kandungan Al-Qur’an Isi kandungan al-Qur’an itu selanjutnya dapat digali dan dikembangkan menjadi berbagai bidang. Dalam bab ini akan diuraikan isi kandungan al-Qur’an secara garis besar yaitu meliputi : 1. Akidah Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak Akidah (‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan. Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (Mukmin). Akidah secara terminologi didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan. Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari. Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah SWT berarti ia kafir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain Allah SWT dinamakan musyrik. Dalam akidah Islam, disamping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila seseorang yang mengaku berakidah atau beriman apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman saja. Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah SWT, iman kepada Rasul-Rasul Allah SWT, iman kepada hari akhir, dan iman kepada Qadla’ dan Qadar.
  • 7. 7 Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah yang terkandung di dalamnya, di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Katakanlah (Muhammad SAW.), ”Dialah Allah, Yang Maha Esa 2. Allah SWT. tempat meminta segala sesuatu. 3. (Allah SWT.) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. 4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. al-Ikhlas [112]: 1-4) “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah [2]: 163) “Rasul (Muhammad SAW.) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul- rasul-Nya. (Mereka berkata), ”Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, ”Kami dengar dan kami taat.
  • 8. 8 Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (QS. al-Baqarah [2]: 285) 2. Ibadah dan Muamalah Ibadah berasal dari kata artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah SWT, sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karena keyakinan bahwa Allah SWT mempunyai kekuasaan mutlak. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT Firman Allah SWT : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat [51] : 56) Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada karena diciptakan oleh Allah SWT, oleh sebab itu manusia harus sadar bahwa dia membutuhkan Allah SWT. Dan kebutuhan terhadap Allah SWT itu diwujudkan dengan bentuk beribadah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya manusia menyembah dan meminta pertolongan. Sebagaimana firman Allah SWT : “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. al-Fatihah [1]: 5) Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahiah dan ghairu mahiah. Ibadah mahiah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah ditentukan, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan ibadah ghairu
  • 9. 9 mahiah artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT , misalnya: silaturrahim, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah, belajar untuk menuntut ilmu, dan sebagainya. Selain beribadah kepada Allah SWT, karena kesadaran manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia juga memiliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama manusia lainnya. Maka al-Qur’an tidak hanya memberikan ajaran tentang ibadah sebagai wujud kebutuhan manusia terhadap Allah SWT( ) tetapi juga mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan dalam hubungannya dengan manusia lain ( ). Misalnya sillaturrahim, jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, dan kegiatan lain dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan dalam hubungan antar manusia ini disebut dengan mu’amalah. Dalam al-Qur’an banyak ditemukan ajaran tentang tata cara bermu’amalah, antara lain : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar....” (QS. Al- Baqarah [2]: 282) 3. Akhlak Akhlak ditinjau dari segi etimologi merupakan bentuk jama’ dari kata khuluq yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari. Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlak semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlak merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam, sehingga Rasulullah SAW. menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan
  • 10. 10 diutusnya beliau adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia. Nabi Muhammad SAW adalah model dan suri tauladan bagi umat dalam bertingkah laku dengan akhlak mulia (karimah). Al-Qur’an merupakan sumber ajaran tentang akhlak mulia itu. Dan beliau merupakan manusia yang dapat menerapkan ajaran akhlak dari al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian beliau. Sehingga wajarlah ketika Aisyah RA ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlak beliau, lalu Aisyah RA menjawab dengan menyatakan “Akhlak beliau adalah al-Qur’an”. Ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi Muhammad SAW antara lain adalah : “Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (QS. al-Qalam [68]: 4) “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah SWT” (QS. al-Ahzab [33]: 21) 4. Hukum Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya
  • 11. 11 menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak. Sebagai sumber hukum ajaran Islam, al-Qur’an banyak memberikan ketentuan-ketentuan hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum baik secara global (mujmal) maupun terperinci (tafsil). Beberapa ayat- ayat alQur’an yang berisi ketentuan hukum antara lain adalah : “Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad SAW) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah SWT. kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat” (QS.an-Nisa’ [4]: 105) “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan- perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. al-Maidah [5]: 90) Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an adalah meliputi : a. Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 221; QS. al-Maidah [5]: 5; QS.an-Nisa’ [4]: 22-24; QS.an-Nur [24]: 2; QS. alMumtahanah [60]:10-11.
  • 12. 12 b. Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ [4]: 7-12 dan 176, QS. al-Baqarah [2]:180; QS. al-Maidah [5]:106 c. Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 279, 280 dan 282; QS. al-Anfal [8]: 56 dan 58; QS. at-Taubah [4]: 4 d. Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 178; QS. anNisa’ [4]: 92 dan 93; QS. al-Maidah [5]: 38; QS. Yanus [10]: 27; QS.Al- Isra’[17]: 33; QS. asy-Syu’ara [26]: 40 e. Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 190-193; QS. al-Anfal [8]: 39 dan 41; QS. at-Taubah [9]: 5,29 dan 123, QS. al-Hajj [22]: 39 dan 40 f. Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Hujurat [49]: 13 5. Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah SWT. “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf [12]: 111)
  • 13. 13 Al-Qur’an telah banyak menggambarkan umat-umat terdahulu baik yang iman dan taat kepada Allah SWT maupun yang ingkar dan ma’siat kepada- Nya. Diharapkan dengan memperhatikan kisah umat terdahulu, umat Islam bisa mencontoh umat-umat yang taat kepada Allah SWT dan menghindari perbuatan ma’siat kepada-Nya. Bagi umat yang beriman dan taat kepada Allah SWT, maka Allah SWT telah memberikan kebaikan dan keberkahan dalam hidup mereka, sebaliknya bagi yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya, Allah SWT telah memberikan azab-Nya. Ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat terdahulu antara lain : “Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih; Dan (telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samód dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya.” (QS. al-Furqan [25]: 37-39) 6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang memberikan isyaratisyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. Allah SWT yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. Al-Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan
  • 14. 14 ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu diisyaratkan pada saat ayat al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5) : 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, 4. Yang mengajar (manusia) dengan pena. 5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-‘Alaq [96]: 1-5) Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah untuk membaca. Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses belajar untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan. Ini mengindikasikan bahwa al-Qur’an menekankan betapa pentingnya membaca dalam upaya mencari dan menguasai ilmu pengetahuan. Ayat lain yang berisi dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan juga dijelaskan dalam QS. al-Mujadalah ayat 11. “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang- lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
  • 15. 15 Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Mujadalah [58]: 11) Al-Qur’an banyak mendorong umat manusia untuk menggali, meneliti dan mengembangkan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan dan kesejahteraan hidupnya. Isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut di antara berkenaan dengan ilmu kedokteran, farmasi, pertanian, matematika, fisika, kimia, biologi, ilmu anatomi tubuh, teknologi perkepalan, teknologi pesawat terbang, dan lain sebagainya. Hal penting untuk diingat bahwa dalam kurun waktu sejarah umat manusia, Islam telah melahirkan banyak cendekiawan muslim yang telah berhasil menemukan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berkat ketelitian mereka dalam menggali isyarat ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an. Di antara cendekiawan-cendekiawan muslim tersebut ialah: Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, Al-Khawarizmi, dan lain-lain. Bahkan penemuan- penemuan ilmu pengetahuan yang mereka hasilkan telah banyak mengilhami bangsa barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang berkembang hingga saat ini. 2.1.2. Karakteristik Al-Qur’an Istilah kunci dalam Al-Qur’an yang tidak boleh diabaikan adalah konsep tentang surah dan ayat. Kedua istilah ini merupakan istilah teknis yang merujuk pada bagian-bagian tertentu dalam Al-Qur’an yang dengan sendirinya melekat dan menjadi hal yang tak terpisahkan dengan Al-Qur’an. a. Surah Istilah surah merupakan nama yang dipakai untuk merujuk “bab” dalam Al-Qur’an. Mengacu pada perhitungan Mushaf Usmani, keseluruhan surah Al- Qur’an berjumlah 144. Dalam penelusuran al-Baqi (1981), kata surah dalam bentuk tunggal muncul sembilan kali dalam Al-Qur’an, sedangkan dalam bentuk jamak, suwar, muncul satu kali. Berbeda dengan yang dipahami dewasa ini, penggunaan kata surah dalam Al-Qur’an merujuk pada suatu unit wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad.
  • 16. 16 Penggunaan kata surah dalam konteks demikian tentu mengandung kesamaan dalam istilah lain seperti kitab. Karena itulah, segera terlihat bahwa makna umum kata surah dalam Al-Qur’an lebih pada suatu unit wahyu terpisah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dari waktu ke waktu. Al-Qur’an memang tidak memberi indikasi yang nyata mengenai panjang pendeknya unit wahyu tersebut. Jika kita memperhatikan kronologi turunnya wahyu, tentu wajar bila muncul bila muncul prasangka bahwa semestinya Al- Qur’an tersusun berdasarkan kronologi pewahtuan tersebut. Namun jika kita mencermati susunan surah Al-Qur’an, ternyata jauh sekali susunan surah sebagaimana kronologi pewahyuan itu. b. Ayat Ketika mendengar kata “ayat” disebut, seketika pemahaman kita terfokus pada surah. Memang, “ayat” oleh sebagian ahli tafsir diartikan dengan “beberapa jumlah atau susunan perkataan yang mempunyai awal dan akhir yang dihitung sebagai suatu bagian dari surah”. Di dalam Al-Qur’an, kata “ayat” muncul sekitar 400 kali, baik dalam bentuk tunggal maupun jamak. Urutan ayat-ayat Al-Qur’an diyakini oleh seluruh umat Islam dilakukan berdasar atas tauqifi. Artinya, dilakukan atas petunjuk Nabi Muhammad yang diterima dari Allah melalui perantara malaikat jibril. (Faizah, 2008 : 112-129) Dr. Yusuf Qaradhawi memaparkan beberapa karakteristik Al-Quran dalam kitabnya ” Kaifa Nata’amal ma’al al-Quran“,( Bagaimana berinteraksi dengan Al- Quran), secara singkatnya sebagai berikut : 1. Al-Quran adalah Kitab Ilahi Al-Quran berasal dari Allah SWT, baik secara lafal maupun makna. Diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasul dan Nabi-Nya; Muhammad SAW melalui ‘wahyu al-jaliy’ wahyu yang jelas. Yaitu dengan turunnya malaikat utusan Allah, Jibril AS untuk menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW yang manusia, bukan melalui jalan wahyu yang lain ; seperti ilham, pemberian inspirasi dalam jiwa, mimpi yang benar atau cara lainnya.
  • 17. 17 “Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu” (QS. Huud [11] :1) 2. Al-Quran adalah Kitab Suci yang Terpelihara Diantara karakteristik Al-Quran yang lainnya adalah ia merupakan kitab suci yang terpelihara keasliannya. Dan Allah SWT sendiri yang menjamin pemeliharaannya, serta tidak membebankan hal itu pada seorang pun. Tidak seperti yang dilakukan pada kitab-kitab suci selainnya, yang hanya dipelihara oleh umat yang menerimanya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT : “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”.(QS.Al Maidah 5 : 44)
  • 18. 18 Adapun makna dipeliharanya al-Quran adalah Allah SWT memeliharanya dari pemalsuan dan perubahaan terhadap teks-teksnya, seperti yang terjadi terhadap Taurat, Injil, dan sebelumnya. 3. Al-Quran adalah Kitab Suci yang Menjadi Mukjizat Diantara karakteristik Al-Quran adalah kemukjizatannya. Ia adalah mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga bangsa arab hanya menyebut-nyebut mukjizat itu saja, tidak yang lainnya, meskipun dari beliau terjadi mukjizat yang lain yang tidak terhitung jumlahnya. 4. Al-Quran adalah Kitab Suci yang menjadi Penjelas dan dimudahkan Pemahamannya Al-Quran adalah kitab yang memberi penjelasan dan mudah dipahami. Tidak seperti kitab filsafat, yang cenderung untuk menggunakan simbol- simbol dan penjelasan yang sulit, tidak pula seperti kitab sastra yang menggunakan perlambang-perlambang, yang berlebihan dalam menyembunyikan substansi, sehingga sulit dipahami akal. Allah SWT menurunkan Al-Quran agar makna-maknanya dapat ditangkap, hukum-hukumnya dapat dimengerti, rahasia-rahasianya dapat dipahami, serta ayat-ayatnya dapat ditadabburi. Oleh karena itu Allah SWT menurunkan Al- Quran dengan jelas dan memberi penjelasan, tidak samar dan sulit dipahami. Sebagaimana firman Allah SWT : “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS.Al-Qomar 54: 17) 5. Al-Quran adalah Kitab Suci yang Lengkap Al-Quran adalah kitab agama yang menyeluruh, pokok agama dan ruh wujud islam. Darinya disimpulkan konsep akidah Islam, tatacara ibadah, tuntutan akhlak, juga pokok-pokok legislasi dan hukum. Allah SWT berfirman:
  • 19. 19 “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”( QS.An-Nahl 16 : 89) 6. Al-Quran adalah Kitab Suci Seluruh Zaman Makna Al-Quran sebagai kitab keseluruhan zaman adalah ia merupakan kitab yang abadi, bukan kitab bagi suatu masa tertentu, yang kemudian habis masa berlakunya. Maksudnya, hukum-hukum Al-Quran, perintah dan larangannya, tidak berlaku secara temporer dengan suatu kurun waktu tertentu, kemudian habis masanya. 7. Al-Quran adalah Kitab Suci Bagi Seluruh Umat Manusia Al-Quran bukanlah kitab yang hanya ditujukan pada suatu bangsa, sementara tidak kepada bangsa yang lain, tidak juga untuk hanya satu warna kulit manusia, atau suatu wilayah tertentu. Tidak juga hanya bagi kalangan yang rasional, dan tidak menyentuh mereka yang emosional dan berdasarkan intuisi.Tidak juga hanya bagi rohaniawan, sementara tidak menyentuh mereka yang materialis. Al-Quran adalah kitab bagi seluruh golongan manusia. Allah SWT berfirman : “Al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi alam semesta (QS.At- Takwir 81: 27)
  • 20. 20 Demikian beberapa karakteristik Al-Quran, untuk penjelasan yang lebih lengkap dan menyeluruh, rujuk kembali kitab Qardhawi yang disebutkan di atas. 2.2. AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM Ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an mutlak kebenarannya dan ajaran yang paling sempurna. Ajaran al-Qur’an di samping membenarkan ajaran-ajaran kitab suci sebelumnya, juga menyempurnakan ajaran kitab-kitab sebelumnya tersebut. Al-Qur’an berisi tentang pokok-pokok atau dasar-dasar ajaran Islam yang berkenaan dengan masalah ketauhidan, ibadah, akhlak, hukum, dan segala hal yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya. Dalam sebuah ayat, Allah SWT menegaskan bahwa al-Qur’an diturunkan dengan membawa kebenaran hakiki yang berfungsi sebagai dasar penetapan hukum yang harus dipegang teguh oleh Nabi Muhammad SAW, tidak boleh sedikitpun menyimpang dari al- Qur’an. Dan tentunya hal ini juga harus dipegang teguh oleh umat Islam. Sebagaimana dijelaskan di atas dalam QS. an-Nisa’ ayat 105. 2.2.1. Kelebihan Al-Qur’an dari Segala Kitab 1. Kelebihan Al Qur’an Dibandingkan dengan Kitab Lain Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang berisi firman-firman Allah SWT. Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW agar disampaikan kepada umat nabi Muhammad SAW, yaitu umat islam. Sebagai kitab suci yang terakhir, sudah barang tentu Al-Qur’an memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan kitab suci yang diturunkan sebelumnya. 2. Kedudukan Al-Qur’an di antara Kitab Suci Lainnya Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir dan penutup dari kitab suci sebelumnya. Selain itu, Al-Qur’an juga merupakan hakim atas kitab-kitab suci sebelumnya. Allah SWT berfirman yang artinya:
  • 21. 21 “Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan muhaiminan (batu ujian) terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu…. ” (QS. Al- Maidah: 48). Al-Qur’an merupakan kitab suci paling panjang dan paling luas cakupannya. Rasulullah SAW bersabda: “Saya diberi ganti dari Taurat dengan as-sab`ut thiwaal (tujuh surat dalam Al-Qur’an yang panjang- panjang). Saya diberi ganti dari Zabur dengan al-mi`iin (surat yang jumlah ayatnya lebih dari seratus). Saya diberi ganti dari Injil dengan al-matsani (surat yang terulang- ulang pembacaannya dalam setiap rekaat shalat) dan saya diberi tambahan dengan al-mufashshal (surat yang dimulai dari Qaf sampai surat an- Naas).” (HR. Thabarani dan selainnya, dishahihkan sanadnya oleh al-Albani). Di antara perkara lain yang menjadi kekhususan Al-Qur’an dari kitab suci-kitab suci lainnya adalah penjagaan Allah terhadapnya. Allah SWT berfirman yang artinya:
  • 22. 22 “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]: 9)  Sekilas tentang Taurat Allah SWT memberi tanda pada Taurat, dengan pernyataan -Nya bahwa Taurat merupakan kitab suci teragung bagi Bani Israil yang diturunkan pada nabi Musa AS, seperti ditegaskan dalam firman Allah dalam surat Al-A’raf : 45 "Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lembaran-lembaran (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu". (QS al- A'raaf [7]: 145). Allah SWT juga menyebut tentang kitab Taurat dalam ayat yang lain, yaitu dalam surat Al-Araf : 154 "Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) lembaran-lembaran (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya". (QS. Al-Araf [7]: 154)  Tentang Injil Injil adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Isa AS. Injil tersebut sifatnya sebagai pembenar apa yang ada didalam Taurat serta penyempurna dari kekurangan yang ada didalamnya. Allah SWT menjelaskan tentang Injil ini melalui firman-Nya dalam surat Al-Maidah : 46
  • 23. 23 " Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa".(QS. Al-Maidah [5]:46)  Kitab Zabur Dan berikutnya adalah kitab Zabur, yaitu kitab suci yang Allah turunkan kepada nabi Daud. Sebagaimana yang Dia sebutkan dalam firman –Nya dalam surat An-Nisa : 163 "….Dan Kami berikan Zabur kepada Daud". (QS an-Nisaa': 163). 3. Al-Qur’an merupakan Kitab yang Syamil Dalam hal ini, Al-Qur’an mencakup seluruh ajaran Allah yang ada pada kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya (Taurat, Injil, dan Zabur). Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Maidah:48.
  • 24. 24 “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang”.?(QS.Al-Maidah [5]:8) Pada ayat di atas disebutkan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada nabi supaya dalam memutuskan segala persoalan yang timbul di antara seluruh umat manusia ini dengan menggunakan hukum dari Al-Qur’an, baik orang-orang yang beragama Islam atau pun golongan ahlul kitab (kaum Nasrani dan Yahudi) dan jangan sampai mengikuti hawa nafsu mereka sendiri saja. Dijelaskan pula bahwa setiap umat oleh Allah SWT diberikan syariat dan jalan dalam hukum-hukum amaliah yang sesuai dengan persiapan serta kemampuan mereka. Adapun yang berhubungan dengan persoalan akidah, ibadah, adab, sopan santun serta halal dan haram, juga yang ada hubungannya dengan sesuatu yang tidak akan berbeda karena perubahan masa dan tempat, maka semuanya dijadikan seragam dan hanya satu macam, sebagaimana yang tertera dalam agama-agama lain yang bersumber dari wahyu Allah swt. Allah berfirman dalam surat As-Syura:13.
  • 25. 25 “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”. 4. Ajaran yang Termuat dalam Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang Terakhir Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT. Adapun tentang isi dalam Al-Qur’an, Allah telah menjamin akan kesuciannya dan kemurniannya. Untuk memberikan petunjuk dan bimbingan yang benar kepada umat manusia, maka dari itu kita sebagai umat islam, mari kita jaga kitab al-Quran agar tidak dikotori oleh tangan-tangan yang hendak mengotori kesuciannya, hendak mengubah kemurniannya, hendak mengganti isi yang sebenarnya atau pun hendak menyusupkan sesuatu dari luar atau mengurangi kelengkapannya, seperti kitab-kitab sebelumnya. Oleh karena itu, Allah telah menyempurnakan kitab suci Al-Qur’an dan memelihara kitab Al-Qur’an. Adapun tujuan menjaga dan melindungi Al-Qur’an dari kebatilan, kepalsuan dan pengubahan tidak lain hanya agar supaya hujah Allah akan tetap tegak di hadapan seluruh manusia, sehingga Allah SWT dapat mewarisi bumi ini dan siapa yang ada di atas permukaannya. Al-Qur’an dikehendaki oleh Allah akan kekekalannya Tidak mungkin pada suatu hari nanti akan terjadi bahwa suatu ilmu pengetahuan akan mencapai titik hakikat yang bertentangan dengan hakikat yang tercantum di dalam ayat Al-Qur’an Sebabnya tidak lain karena Al-Qur’an adalah firman Allah SWT. Sedangkan keadaan yang terjadi di alam semesta ini semuanya juga merupakan ciptaan Allah SWT. Dapat dipastikan bahwa firman dan amal perbuatan Allah tidak
  • 26. 26 mungkin bertentangan antara yang satu dengan yang lain. Bahkan yang dapat terjadi ialah bahwa yang satu akan membenarkan yang lain. Dari sudut inilah, maka kita menyaksikan sendiri betapa banyaknya yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern ternyata sesuai dan cocok dengan apa yang terkandung dalam Al-Qur’an. Jadi apa yang ditemukan adalah memperkokoh dan merealisir kebenaran dari apa yang sudah difirmankan oleh Allah SWT sendiri. Firman Allah dalam surat Fushilat: 53 “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan). Di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tidakkah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”. (QS. Al-Fushilat [41]:53) Tapi, perlu diketahui bahwa kitab-kitab terdahulu yang kita sebutkan diawal sudah banyak mengalami perubahan, penambahan serta pengurangan. 5. Melalui Al-Qur’an Allah SWT Berkehendak Supaya Kalimat-Nya Disiarkan dan Disampaikan Allah SWT telah menciptakan Al-Qur’an dan menurunkannya melalui malaikat Jibril a.s kepada nabi Muhammad SAW agar disampaikan kepada semua umat manusia. Dalam Al-Qur’an berisi firman-firman Allah SWT. Melalui Al- Qur’an, Allah SWT berkehendak agar firman-firman Allah dapat disiarkan dan disampaikan agar manusia tidak hanya mendengar tetapi juga dapat berpikir sehingga menjadi suatu kenyataan dan perbuatan. Kehendak semacam ini tidak mungkin berhasil, kecuali jika kalimat-kalimat itu sendiri benar-benar mudah diingat, dihafal serta dipahami. Oleh karena itu Al-Qur’an sengaja diturunkan oleh Allah SWT dengan suatu gaya bahasa yang istimewa, mudah, tidak sukar bagi siapapun untuk memahaminya dan tidak sukar pula mengamalkannya, asal disertai dengan keikhlasan hati dan kemauan yang kuat.
  • 27. 27 2.3. METODOLOGI TAFSIR AL-QUR’AN Metode tafsir merupakan kerangka atau kaidah yang digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran, sedangkan metodologi tafsir ialah pembahasan ilmiah tentang metode- metode penafsiran Alquran. Munculnya berbagai model dan metode penafsiran terhadap al-Qur’an dalam sepanjang sejarah umat Islam merupakan salah satu bentuk upaya membuka dan menyingkap pesan-pesan teks secara optimal sesuai dengan kemampuan dan kondisi sosial sang mufasir. Terdapat empat metode penafsiran (maudlu’i, muqaran dan tahlili) yang pernah berkembang di kalangan umat Islam dan diterapkan menjadi beberapa kitab tafsir. 2.3.1. Metode Global (Ijmali) Metode al-Tafsir al-Ijmali (global) ialah suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Pengertian tersebut menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca. Sistematika penulisannya menurut susunan ayat-ayat di dalam mushaf. Di samping itu penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa Al-Qur’an sehingga pendengar dan pembacanya seakan-akan masih tetap mendengar Al-Qur’an padahal yang didengarnya itu tafsirnya. Contoh: penafsiran ayat 11 surat Ar-Ra`du, dalam Tafsir Jalalain : “Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada suatu kaum, tidak mencabut dari mereka akan nikmatnya [kecuali mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka], dari sifat-sifat yang bagus dan terpuji menjadi perbuatan maksiat… .” (QS. AR-Ra’du [13]:11) Contoh lain pengertian suatu ayat atau ketika di dalam Alquran seperti lafad ‫ظلم‬) ) dalam ayat 82 surat al-An’am:
  • 28. 28 "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk". Ayat ini cukup mengganggu pikiran mereka karena mengandung makna bahwa mereka yang mencampurkan iman dan aniaya tidak akan memperoleh keamanan dan petunjuk Itu berarti, seakan-akan mereka percuma beriman karena tidak akan bebas dari azab, sebab mereka percaya tidak ada di antara mereka yang tidak pernah melakukan aniaya. Tapi, mereka merasa tenang dan puas setelah Nabi menafsirkan (‫)ظلم‬ di dalam ayat itu dengan (‫)شرك‬ dengan mengutip ayat 13 surat luqman: "dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Al-Luqman [31]:13) Dengan kata lain, metode tafsir ijmali menempatkan setiap ayat hanya sekedar ditafsirkan dan tidak diletakkan sebagai obyek yang harus dianalisa secara tajam dan berwawasan luas, sehingga masih menyisakan sesuatu yang dangkal, karena penyajian yang dilakukan tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’an, sehingga membaca tafsir yang dihasilkan dengan memakai metode ijmali, layaknya membaca ayat al-Qur’an. Uraian yang singkat dan padat membuat tafsir dengan metode ijmali tidak jauh beda dengan ayat yang ditafsirkan. Setiap perkara pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan begitupun juga penafsiran ini. Metode pembelajaran penafsiran ijmali lebih praktis, simple dan mudah dipahami. Kekurangan metode tafsir Ijmaliy menjadikan petunjuk al-
  • 29. 29 Quran bersifat parsial dan tidak ada ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai. 2.3.2. Metode Analisis (Tahlili) Kata tahlili adalah bentuk masdar dari kata hallala-yuhallilu-tahliilan, yang berasal dari kata halla-yahullu-hallan yang berarti membuka sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup darinya. Dari sini dapat dipahami bahwa arti kata tahlil berarti membuka sesuatu yang tertutup atau yang terikat dan mengikat sesuatu yang berserakan agar tidak terlepas atau tercecer. Sedang definisi penafsiran tahlili adalah metode penafsiran al-Quran yang dilakukan dengan cara menjelaskan ayat-ayat al-Quran dalam berbagai aspek, serta menjelaskan maksud yang terkandung di dalamnya sehingga kegiatan mufassir hanya menjelaskan ayat demi ayat, surat demi surat, makna lafal tertentu, susunan kalimat, persesuaian kalimat satu dengan kalimat lain, asbabun nuzul, nasikh mansukh, yang berkenaan dengan ayat yang ditafsirkan. Sebenarnya tahlili adalah metode (Tafsir yang berusaha menjelaskan kandungan makna ayat-ayat al-Quran dari seluruh aspeknya). Seorang penafsir yang menggunakan metode ini akan menafsirkan ayat-ayat al-Quran secara runtut dari awal hingga akhirnya, dan surat demi surat sesuai dengan urutan mushaf ‘Utsmany. Oleh karena itu, ia akan menguraikan kosakata dan lafazh, menjelaskan arti yang dimaksud, juga unsur-unsur I’jaz dan balaghah, serta kandungannya dalam berbagai aspek pengetahuan dan hukum. Penafsiran dengan metode tahlili juga tidak meninggalkan aspek asbab nuzul suatu ayat, munasabah (hubungan) ayat-ayat al-Quran antara satu sama lain. Dalam pembahasannya, penafsir biasanya menghadirkan riwayat-riwayat terdahulu baik yang diterima dari nabi, sahabat, maupun ungkapan-ungkapan Arab pra Islam dan kisah Isra’iliyyat. Karena pembahasan yang begitu luas itu maka tidak tertutup kemungkinan penafsirannya diwarnai bias subjektivitas penafsir, baik latar belakang keilmuan maupun aliran madzhab yang diyakininya. Sehingga menyebabkan adanya kecenderungan khusus yang teraplikasikan dalam karya mereka. Contoh tafsir yang menunjukan metode analisis (tahlili). Surat Ibrahim ayat 1,2, dan 3, dalam Tafsir Ibnu Katsir :
  • 30. 30 "Alif lam ra. Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka kepada jalan dari Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji. (1) Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan kecelakaanlah bagi kaum kafir karena azab yang sangat keras.(2) Orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, menghalang- halangi dari jalan Allah dan menginginkannya bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.(3)”(QS. Ibrahim [14]:1-3) Pembicaraan mengenai huruf yang terputus-putus telah dikemukakan pada beberapa awal surat. "Kitab yang Kami turunkan kepadamu" yakni kitab ini Kami menurunkannya kepadamu, hai Muhammad, Kitab itu ialah al-Quran yang agung. Ia merupakan kitab yang paling mulia di antara kitab yang diturunkan Allah dari langit; diturunkan kepada Rasul yang paling mulia. Dia diutus Allah di muka bumi ke seluruh penghuninya baik bangsa Arab maupun asing. "supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya", yakni dari gelapnya kesesatan dan penyimpangan kepada petunjuk dan kelurusan. Hal ini sebagaimana Allah berfirman, "Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Pelindung-pelindung kaum kafir adalah thagut yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan." Firman Allah SWT, "Dengan izin Tuhan mereka."yakni, Dialah Yang menunjukkan orang yang telah ditetapkan baginya hidayah melalui RasulNya
  • 31. 31 yang diutus atas perintahNya. Dia menunjukkan mereka "kepada jalan dari Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji." Yang Mahaperkasa artinya Zat yang tidak dapat dibantah dan dikalahkan. Dia Mahaperkasa dalam segala perkara selain-Nya. Yang Maha Terpuji artinya dalam seluruh perbuatan, perkataan, syariat, perintah, dan larangan-Nya, Yang Mahabenar berita-Nya. Firman Allah SWT,"Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan kecelakaanlah bagi kaum kafir karena azab yang sangat keras". Yakni, kecelakaanlah bagi mereka pada hari kiamat lantaran mereka menyalahimu, hai Muhammad, dan mendustakanmu. Kemudian Allah menyifati mereka bahwa mereka lebih menyukai kehidupan dunia atas akhirat. Yakni, mereka mendahulukan dan memprioritaskan kehidupan dunia atas akhirat, "mereka menghalang-halangi" para pengikut Rasul "dari jalan Allah dan menginginkannya bengkok." Yakni, mereka menyukai keberadaan jalan Allah itu bengkok dan condong. Sesungguhnya jalan itu lurus dengan sendirinya. Jalan itu tidak ternoda oleh orang yang menyalahi dan menyia-nyiakannya. Keinginan mereka yang demikian itu menunjukkan bahwa mereka berada dalam kebodohan dan kesesatan yang jauh dari kebenaran. Tiada harapan akan ada kebaikan dari mereka.  Kelebihan Metode Tahlili : a. Mengetahui dengan mudah tafsir suatu surat atau ayat, karena susunan tertib ayat atau surat mengikuti susunan sebagaimana terdapat dalam mushaf. b. Mudah mengetahui relevansi/munasabah antara suatu surat atau ayat dengan surat atau ayat lainnya. c. Memungkinkan untuk dapat memberikan penafsiran pada semua ayat, meskipun inti penafsiran ayat yang satu merupakan pengulangan dari ayat yang lain, jika ayat-ayat yang ditafsirkan sama atau hampir sama. d. Mengandung banyak aspek pengetahuan, meliputi hukum, sejarah, sains, dan lain-lain.  Kekurangan Metode Tafsir Tahlili a. Menghasilkan pandangan-pandangan yang parsial dan kontradiktif dalam kehidupan umat Islam.
  • 32. 32 b. Faktor subjektivitas tidak mudah dihindari misalnya adanya ayat yang ditafsirkan dalam rangka membenarkan pendapatnya Terkesan adanya penafsiran berulang-ulang, terutama terhadap ayat-ayat yang mempunyai tema yang sama 2.3.3. Metode Komparatif (Muqorin) Yaitu, metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan menemukan dan mengkaji perbedaan-perbedaan antara unsur-unsur yang diperbandingkan, baik dengan menemukan unsur yang benar diantara yang kurang benar, atau untuk tujuan memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai masalah yang dibahas dengan jalan penggabungan unsur-unsur yang berbeda. Para ahli tidak berbeda pendapat mengenai definisi metode ini. Dari berbagai literartur yang ada, dapat dirangkum bahwa yang dimaksud dengan metode komparatif ialah: a. Membandingkan teks (nash) ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kemiripan atau persamaan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan atau memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama. b. Membandingkan ayat al-Qur’an dengan hadis yang pada lahirnya terlihat bertentangan. c. Membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan al-Qur’an. Dari definisi itu terlihat jelas bahwa tafsir al-Qur’an dengan menggunakan metode ini mempunyai cakupan yang amat luas, tidak hanya membandingkan ayat dengan ayat melainkan juga membandingkan ayat dengan hadis serta membandingkan pendapat para mufasir dalam menafsirkan suatu ayat. Jadi dilihat dari pengertian tersebut dapat dikelompokkan 3 objek kajian tafsir, yaitu membandingkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an yang lain, membandingkan ayat dengan hadits Nabi SAW (yang terkesan bertentangan), dan membandingkan pendapat penafsiran ulama tafsir (baik ulama salaf maupun ulama khalaf). Contoh tafsir muqaran pada surah al-an’am ayat 151 dan al-isro ayat 31 1. Menghimpun redaksi yang mirip ۡۖۡ‫م‬ُ‫ه‬‫َّا‬‫ي‬ِّ‫إ‬ َ‫و‬ ۡ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ق‬ُ‫ز‬ ۡ‫َر‬‫ن‬ ُ‫ن‬ ۡ‫ح‬َّ‫ن‬ ٖ‫ق‬ََٰ‫ل‬ ۡ‫م‬ِّ‫إ‬ ۡ‫ن‬ِّ‫م‬ ‫م‬ُ‫ك‬َ‫د‬ََٰ‫ل‬ ۡ‫و‬َ‫أ‬ ْ‫ا‬ ٓ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ۡ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬ َ‫و‬…..١٥١: ‫(اَلنعام‬151) َّ‫ن‬ ٖۡۖ‫ق‬ََٰ‫ل‬ ۡ‫م‬ِّ‫إ‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ۡ‫َش‬‫خ‬ ۡ‫م‬ُ‫ك‬َ‫د‬ََٰ‫ل‬ ۡ‫و‬َ‫أ‬ ْ‫ا‬ ٓ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ۡ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬ َ‫و‬ۡ‫م‬ُ‫ك‬‫َّا‬‫ي‬ِّ‫إ‬ َ‫و‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ق‬ُ‫ز‬ ۡ‫َر‬‫ن‬ ُ‫ن‬ ۡ‫ح‬…..٣١: ‫(اَلسراء‬31)
  • 33. 33 2. Perbandingan redaksi yang mirip Jika diperbandingkan kedua redaksi ayat diatas, maka di dalam kemiripannya, terdapat sedikit perbedaan. Kalau pada ayat pertama termaktub kalimat ‫امالق‬ ‫من‬ Maka pada ayat kedua lafal ‫من‬ ditiadakan, dan sebagai gantinya, di tempat itu dicantumkan kata ‫خشية‬ sehingga kalimatnya menjadi ‫امالق‬ ‫خشية‬ perbedaan kedua terlihat pada penempatan kata ganti orang kedua ‫كم‬ dan kata ganti orang ketiga ‫ايا‬‫هم‬ pada ayat pertama ‫كم‬ terletak sebelum ‫ايا‬ ‫هم‬ sementara pada ayat kedua kebalikannya, yakni ‫كم‬ ‫ايا‬ terdapat sesudah ‫هم‬. 3. Analisis redaksi yang mirip. Apabila diperhatikan dengan seksama terjadinya perbedaan letak kedua kata ganti itu, erat hubungannya dengan kalimat sebelumnya. Di dalam ayat sebelumnya, misalnya sebelum ‫هم‬ ‫وايا‬ ‫نرزقكم‬ terdapat kalimat ‫امالق‬ ‫من‬ yang menurut para mufasir memberikan indikasi bahwa kemelaratan telah terjadi yang membuat orang tua (ayah ibu) cemas atas keselamatan diri dan anak- anak mereka. Dari itulah Allah mendahulukan kata ganti ‫كم‬ yang ditujukan kepada orang tua, dari pada kata ganti yang ditujukan kepada anak-anak di dalam redaksi ‫وايا‬ ‫نرزقكم‬‫هم‬ dengan demikian mereka merasa diperhatikan lebih dari anak-anak mereka karena di dalam ayat itu Allah menyatakan dengan tegas : Kamilah yang akan memberi mereka rizki dan jug anak-anak mereka jadi yang menjadi titik perhatian di sini ialah mereka (orang tua) bukan anak-anak. 4. Perbandingan pendapat para mufasir Berkenaan dengan penempatan kedua kata ganti itu, terdapat dua versi yang berbeda. Pertama menafsirkan langsung maksud yang terkandung di dalam ayat itu tanpa membicarakan perbedaan letak kedua kata ganti tersebut : hingga seakan-akan mereka yang menjadi pola ini mengabaikan begitu saja. Versi kedua mereka membahas perbedaan penempatan kedua kata ganti itu boleh disebut sepakat mengatakan bahwa penempatan ‫كم‬ sebelum ‫هم‬ ‫ايا‬ di dalam ayat pertama ialah karena yang menjadi titik perhatian di dalamnya adalah para orang tua : sebaliknya pada ayat kedua, kasus anak didahulukan. Itulah sebabnya di dalam ayat kedua itu didahulukan lafal ‫هم‬ dari pada ‫كم‬ ‫ايا‬ sebagaimana telah di jelaskan di dalam analisis redaksi di muka.
  • 34. 34 2.3.4. Metode Tematik (Maudhu’i) Tafsir dengan metode ini dilakukan dengan cara memilih topik tertentu dengan penjelasan yang dicari di dalam ayat al-Quran yang berhubungan dengan topik itu, kemudian dicari keterkaitan antara ayat satu dengan yang lain agar bersifat saling menjelaskan, hingga yang terakhir adalah bisa ditarik kesimpulan akhir berdasarkan pemahaman mengenai ayat-ayat yang saling berkaitan itu. Metode tafsir maudhû’iy juga disebut dengan metode tematik yaitu menghimpun ayat-ayat Al Qur’an yang mempunyai maksud yang sama, dalam arti, sama-sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut. Penafsiran al-Quran dengan metode tematik dapat dirinci sebagai berikut : a. Menentukan bahasan al-Quran yang akan diteliti secara tematik. b. Melacak dan mengoleksi ayat-ayat sesuai dengan topik yang diangkat. c. Menata ayat-ayat tersebut secara kronologis (sebab turunnya), mendahulukan ayat Makiyyah dan Madaniyyah, disertai pengetahuan tentang latar belakang turunnya ayat. d. Mengetahui korelasi (munasabah) antar ayat-ayat tersebut. e. Menyusun tema bahasan dalam kerangka yang sistematis. f. Melengkapi bahasan dengan hadits-hadits yang terkait. g. Mempelajari ayat-ayat secara tematik dan komprehensif dengan cara mengoleksi ayat-ayat yang memuat makna yang sama, mengkompromikan pengertian yang umum dan khusus, muthlaq dan muqayyad. Definisi tafsir maudhû’i ini memberikan indikasi bahwa mufasir yang menggunakan metode dan pendekatan tematik dituntut harus mampu memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan topik yang dibahas, maupun menghadirkan dalam pikiran pengertian kosa kata ayat dan sinonimnya yang berhubungan dengan tema yang ditetapkan. Mufassir menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya dalam upaya mengetahui perkembangan petunjuk al-Quran menyangkut persoalan yang dibahas, menguraikan satu kisah atau kejadian membutuhkan runtutan kronologis peristiwa. Mengetahui dan memahami latar belakang turun ayat, karena hal ini sangat besar pengaruhnya dalam memahami ayat-ayat al-Quran secara benar. Untuk mendapatkan keterangan yang lebih luas, penjelasan ayat, dapat ditunjang dari hadis, perkataan para sahabat, dan lain-lain yang ada relevansinya.
  • 35. 35 Contoh metode maudhu’i (tematik) adalah seperti penyelesaian kasus riba yang dilakukan ole Ali al-Shabuni dalam “Tafsir Ayat Ahkam” yang secara hierarki menentukan urutan ayat. Pertama QS. ar-Ruum ayat 39 yang menjelaskan tentang kebencian Allah kepada riba walaupun belum diharamkan. “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Ruum [30]:39) Kedua QS. Al Baqarah ayat 278 yang menjelaskan keharaman riba secara mutlak. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.(QS. Al- Baqarah [2]:278) Dengan demikian, Kelebihan metode tafsir maudhu’i yaitu menjawab tantangan zaman, Praktis dan sistematis, Dinamis, dan membuat pemahaman menjadi utuh. Kekurangan metode tafsir maudhu’i yaitu Memenggal ayat al- Qur’an dan Membatasi pemahaman ayat.
  • 36. 36 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Sebagai kitab rujukan bagi umat Islam, al-Qur’an mengandung pokok-pokok ajaran yang lebih luas cakupan materi ajarannya mencakup segala persoalan umat manusia. Secara garis besar, al-Qur’an mengandung 6 isi pokok ajaran yaitu meliputi : akidah, ibadah dan mu’amalah, akhlak, hukum, sejarah, dan dasar-dasar ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi. Karakteristik Al-Qur’an yang tidak boleh diabaikan adalah konsep tentang surah dan ayat. Menurut Dr. Yusuf Qaradhawi, karakteristik Al-Quran dalam kitabnya ” Kaifa Nata’amal ma’al al-Quran” dapat diartikan sebagai kitab ilahi, kitab suci yang terpelihara, kitab suci yang menjadi mukjizat, kitab suci yang menjadi penjelas dan dimudahkan pemahamannya, kitab suci yang lengkap, sebagai kitab suci seluruh zaman, kitab suci bagi seluruh umat manusia. Kita perlu mengetahui bahwa sesungguhnya Al-Qur’an adalah sumber ajaran islam yang pertama. Beberapa kelebihan Al-Qur’an dari segala kitab yakni merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW agar disampaikan kepada umat nabi Muhammad SAW, yaitu umat islam. Selain itu, Al-Qur’an juga merupakan hakim atas kitab-kitab suci sebelumnya. Al-Qur’an mencakup seluruh ajaran Allah yang ada pada kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya (Taurat, Injil, dan Zabur). Setiap umat oleh Allah SWT diberikan syariat dan jalan dalam hukum-hukum amaliah yang sesuai dengan persiapan serta kemampuan mereka. Tentang isi dalam Al- Qur’an, Allah telah menjamin akan kesuciannya dan kemurniannya. Adapun tujuan menjaga dan melindungi Al-Qur’an dari kebatilan, kepalsuan dan pengubahan tidak lain hanya agar supaya hujah Allah akan tetap tegak di hadapan seluruh manusia, sehingga Allah SWT dapat mewarisi bumi ini dan siapa yang ada di atas permukaannya. Ketika Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad, beliau pun memahami isi dari Al-quran tersebut. Sehingga beliau memutuskan untuk menafsirkan kandungan ayat yang telah diterimanya, agar pengikutnya tidak salah pengartian atas turunnya ayat tersebut. Setelah Nabi Muhammad meninggal dunia, muncul para ahli tafsir. Mereka tidak semata- mata hanya menafsirkan dengan tangan kosong tetapi, mereka mempunyai metode tersendiri yang tidak keluar maknanya dari Al-quran. Terdapat empat metode yang digunakan para ahli, diantaranya:
  • 37. 37 1. Metode Global (Ijmali), yang berarti menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca. 2. Metode Analisis (Tahlili), yang berarti menjelaskan kandungan makna ayat-ayat al-Quran dari seluruh aspeknya secara runtut dari awal hingga akhirnya. 3. Metode Komparatif (Muqorin), yang berarti mengkaji perbedaan-perbedaan antara unsur-unsur yang diperbandingkan, dengan menemukan unsur yang benar diantara yang kurang benar, atau untuk tujuan memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai masalah yang dibahas. 4. Metode Tematik (Maudhu’i), yang berarti menghimpun ayat-ayat Al Qur’an yang mempunyai maksud yang sama, dalam arti, sama-sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut.
  • 38. 38 DAFTAR PUSTAKA Al-Qur'an Al-Karim dan Terjemahannya Muhammad Jalal Ad-din dan Abdu Ar-Rahman Jalal Ad-din, Juz Pertama Tafsir Jalalaini, Singapura As-Shobuni Ali Muhammad, 2007, Juz Kedua Tafsir Ayatul Ahkam, Mesir Al-Baqi Muhammad Fuad Abdu, Mu’jam Al-faras, Bandung http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/metode-tafsir-al-quran/ Http://file.upi.edu/direktori/fpips/m_k_d_u/195504281988031- makhmud_syafe'i/alqur%92an_sebagai_sumber_nilai_islam_(4_halaman).pdf