SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Teori positivisme 
Disusun Oleh: 
Kartika Sari Berlian 
Sebagai Tugas Kelompok 
Teori Sosial Budaya 
Drs.Budiaman 
PENDIDIKAN IPS REG 2012 
FAKULTAS ILMU SOSIAL 
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Kata Pengantar 
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan 
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Teori Sosial Budaya ini. 
Melalui makalah ini, kami menyampaikan hasil diskusi, menganalisa serta pencarian 
dari berbagai sumber informasi yang telah kami susun sebaik dan sesistematis mungkin. 
Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada 
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu 
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan 
makalah ini. 
Jakarta, September 2013
Bab I 
Pendahuluan 
A. Latar Belakang 
Abad ke-19 merupakan abad yang sangat di pengaruhi oleh filsafat 
positivisme, hal ini terbukti dengan pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan pada 
saat itu. Oleh karena itu dalam sejarah filsafat barat, abad ke-19 merupaka “abad 
positivisme”, suatu abad yang ditandai dengan peranan yang sangat menentukan 
pikiran-pikiran ilmiah, atau yang disebut ilmu pengetahuan modern. Kebenaran dan 
kenyataan filsavat diukur menurut nilai positivistiknya,sedang perhatian orang kepada 
filsafatnya lebih ditekankan kepada segi-segi praktisnya bagi tingkah laku dan 
perbuatan manusia. 
Auguste Comte, atau nama lengkapnya ISIDORE AUGUSTE MARIE 
FRANCOIS XAVIER COMTE (1798-1857), pendiri aliran positivisme, telah 
menampilkan ajaranya yang paling terkenal yaitu hukum tiga tahap (law of three 
stages). Melalui hukum inilah ia menyatakan bahwa sejarah umat manusia, baik 
secara individual maupun secara keseluruhan, telah berkembang menjadi tiga tahap 
yaitu, tahap teologi atau fiktif, tahap metafisik atau abstrak, dan tahap poisitf atau 
ilmiah atau riel. Secara eksplisit August Comte menegaskan bahwa istilah positif 
adalah aliran filsafat yang dibentuk sebagai sesuatu yang nyata,pasti, jelas, 
bermanfaat, dan segala sesuatu yang berlawanan dengan negatif. 
B. Rumusan Masalah 
1) Hukum tiga tahap (law of three stages) 
2) Penggolongan (klasifikasi) ilmu pengetahuan 
3) Pengertian filsafati tentang istilah positif 
4) Ajaran Statistika dan dinamika sosial dan ruang lingkup filsafat positivisme Auguste 
Comte 
5) Penilain (evaluasi) terhadap filsafat positivisme Auguste Comte 
6) Pengaruh filsafat Positivisme Auguste Comte terhadap keadaan saat ini 
7) Pandangan Positivisme dan Pembangunan di Indonesia
C. Tujuan Penulisan 
- Untuk memahami apa itu teori positiviseme. 
- Untuk memahami pemikiran Auguste Comte.
Bab II 
Pembahasan 
A. Hukum Tiga Tahap 
Hukum tiga tahap merupakan unsur pokok dalam filsafat positivisme Auguste 
Comte,karena dalam hukum ini tercermin makna, serta filsafat seluruh pandanganya. 
Dalam karyanya yang berjudul Discours sur I’esprit positif, hukum tiga tahap yang 
telah dikemukakan dalam karya utamanya Course de Philosophie Postive secara lebih 
rinci diterangkan, antara lain sebagai berikut: 
Bahwa sejarah umat manusia, juga jiwa manusia, baik secara individual 
maupun secara keseluruhan, berkembang menurut tiga tahap, yaitu tahap teologi atau 
fiktif, tahap metafisik atau abstrak, dan tahap positiv atau riel. Adapaun masing-masing 
tahap tersebut, ia gambarkan sebagai berikut: 
 Tahap Teologi atau Fiktif 
Tahap ini merupaka tahap pertama dari awal setiap perkembangan jiwa atau 
masyarakat. Dalam tahap ini manusia selalu ingin menemukan sebab pertama dan 
tujuan akhir segala sesuatu yang ada. Karena itu, dalam tahap ini, manusia selalu 
mempertanyakan hal yang paling sukar, sejalan dengan tingkah laku dan perbuatanya, 
yang karena pada intuisinya hal yang paling sukar tadi harus dapat diketahui dan 
dikenalnya. 
Menurut Auguste Comte, tahap teologi ini tidak akan muncul begitu saja, 
melainkan didahului pula oleh suatu perkembangan secara bertahap,yaitu tahap: 
- Fetiyisme, suatu bentuk kehidupan masyarakat yang didasari oleh pemikiran-pemikiran 
yang mempunyai anggapan, bahwa segala sesuatu yang dikelilingi 
manusia mempunyai suasana kehidupan seperti manusia itu sendiri. Adapun yang 
dimaksud dengan segala sesuatu itu adalah benda-benda alam seperti gunung, 
laut,pohon,batu, dan lain-lain. 
- Politiesme, suatu bentuk kehidupan masyarakat yang didasari oleh pemikiran-pemikiran 
yang mempunyai anggapan atau daya pengaruh atau kekuatan tidak lagi
berasal dari benda-benda yang berada disekeliling manusia, melainkan berasal 
dari sekeliling manusia yang tidak kelihatan yang berada disekitar manusia. 
- Monoteisme, suatu bentuk kehidupan masyarakat yang didasari oleh pemikiran-pemikiran 
yang mempunyai anggapan bahwa kekuatan penentu tidak lagi berasal 
dari dewa-dewa yang menguasai dan mengatur benda-benda dan gejala alam, 
melainkan berasal dari kekuatan mutlak,absolut, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. 
Baik fetisyisme dan politeisme akan berkembang dalam suatu masyarakat 
yang masih terisolir dan masih percaya pada kekuatan-kekuatan gaib yang 
menguasai suatu kehidupan masyarakat. Fetisyisme dan Politeisme dapat 
berkembang dalam manusia primitif, suatu masyarakat yang menempatkan subyek 
(manusia) menjadi satu dengan obyeknya (segala sesuatu ada yang lain), sehingga 
subyek tidak memiliki identitas sendiri. Dalam bentuk monoteisme mite-mite 
tersebut berubah menjadi dogma-dogma agama, dan bersamaan dengan itu , dan 
saat itu masyarakat berkembang menjadi masyarakat yang diperintah oleh raja, 
yang menyatakan sebagai wakil dari tuhan yang ada di dunia ini, selain lahirnya 
para rokhaniawan yang berfungsi sebagai penterjemah dan perantara dengan 
tuhan, sebagai yang ditentukan dengan dogma-dogma agama. 
Pada bentuk monoteisme ini, tahap teologi atau fiktif akan datang pada saat 
keakhiranya,suatu tahap yang menurut Auguste Comte digambarkan sebagai tahap 
klasik,atau tahap kuno, yang ditandai dengan adanya para raja dan para rokhaniawan, 
diatas susunan masyarakat yang bersifar militer. 
 Tahap Metafisik atau Abstrak 
Dengan berakhirnya tahap monoteisme, maka berakhirlah tahap teologi atau 
fiktif, ini disebabkan karena manusia merubah cara berfikirnya, dalam usaha dalam 
mencari jawaban yang berkaitan dengan gejala-gejala alam. 
Dogma-dogma agama sudah mulai ditinggalkan, kemampuan akal budi mulai 
dikembangkan. Tahap metafisik menurut Auguste Comte adalah tahap peralihan. 
Sebagaimana yang pernah dialami oleh manusia yaitu proses perkembangan dari 
anak-anak hingga dewasa,harus melalui massa remaja, sehingga tahap metafisik
dalam perkembangan jiwa manusia mengantarkan jiwa manusia itu sendiri menuju 
perkembangan yang paling akhir. 
Auguste Comte menyatakan bahwa di dalam penelitian sejarah perkembangan 
ilmu pengetahuan, biasanya kita hanya berhenti pada politiesme saja, sehingga kita 
berfikir bahwa tahap metafisik ini adalah sama tujuanya dengan teologi. Menurut 
Auguste Comte, sejarah perkembangan umat manusia, apa yang dimaksud dengan 
tahap metafisik, adalah tahap ketika manusia datang pada zaman pertengahan dan 
Renaissance. Apabila pada tahap teologi, kesatuan keluarga merupakan unsur dasar 
kehidupan bermasyarakat, maka dalam tahap metafisik, negaralah yang merupakan 
dasarnya. Dalam tahap ini, pemikiran manusia sebagai subyek, tidak lagi diarahkan 
kepada “bahwa” barang sesuatu itu ada, melainkan diarahkan kepada “apanya” barang 
sesuatu. Bukan lagi kekuatan magic yang menentukan, melainkan analisis fikir yang 
menemukan hakikat sehingga “ditemukan” adanya tingkatan atau urutan yang “ada”. 
Dibedakan antara “ada” natural dan “ada” supranatural, dunia fisik dan metafisik. 
 Tahap Positif atau Riel 
Auguste Comte menerangkan lebih lanjut, bahwa perkembangan dalam jiwa 
manusia, pada suatu batas manusia tidak lagi puas pada hal-hal yang bersifat abstrak. 
Orang tidak lagi berkepentingan dengan hal yang pertama dan tujuan akhir, dan 
manusia lebih dekat dengan gejala-gejala yang dapat diterangkan secara hukum-hukum 
umum yang bersifat deskriptif, seperti misalnya hukum gravitasi atau ilmu 
bumi lainya. Pada saat perkembangan jiwa manusia sudah mencapai akhir, yaitu tahap 
positif atau riel. Di atas pandangan ilmiah yang matang. Dan inilah tahap pembebasan 
yang sebenarnya, yang tidak perlu lagi bergantung pada tahap kodrati atau metafisik, 
yang kesemua itu tidak bisa dibuktikan secara nyata, sebagaimana dituntut secara 
indrawi. Dengan menjadi matangnya jiwa manusia, maka manusia tidak lagi merasa 
“tertolong”, oleh pengetahuan yang abstrak, dan sesuatu yang bersifat mutlak dan 
universal. 
Tahap positif merupakan tahap, dimana jiwa manusia sampai pengetahuan 
tyang tidak lagi menjadi abstrak, tetapi pasti,jelas, dan bermanfaat. Apabila tahap 
metafisik tumbuh dan berkembang dalam suatu susunan masyarakat feodal, maka 
tahap positif ini menurut Auguste Comte merupakan tahap yang ia sendiri harus 
berusaha untuk ikut membantu mewujudkanya, yaitu suatu tahap dalam kehidupan
bermasyarakatnya akan diatur oleh kaum elit dan cendikiawanya dan industrialis, 
dengan rasa perikemanusiaan sebagai dasar untuk mengatur kehidupan itu. 
B. Penggolongan Ilmu Pengetahuan 
Dengan demikian kita akan melihat selain hukum tiga tahap, juga 
penggolongan ilmu pengetahuan yang diadakan oleh Auguste Comte ini, merupan 
unsur yang paling penting juga untuk diketahui, dalam kerangka apa arti 
“perkembangan” menurut Auguste Comte. Auguste comte berpendapat bahwa 
penggolongan yang iya kemukakan itu adalah hal yang tepat, dan tidak ada kesalahan 
sebagaiman penggolongan yang pernah ada sebelumnya. 
Untuk menggolongkan secara tepat, Auguste Comte membenarkan apa yang 
telah dilakukan oleh para ahli biologi dan zoologi, yang tanpa bersikap atau 
mempertimbangkan secara apriori, hal-hal yang dikenakan penggolongan dipelajari 
terlebih dahulu. Diakui, bahwa untuk mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan 
ini, tidak semudah yang dikirakan, sebab bagaimanapun cara logika kita, kita 
pergunakan sebaik-baiknya, namun berbagai hal akan ikut tersangkut, sehingga 
dengan cara apapun kita tidak dapat menghindari lingkaran visius dalam menciptakan 
penggolongan ilmu sebagaimana yang seharusnya. Hal ini disebabkan karena setiap 
cabang ilmu dapat diterangkan secara historik dan dogmatik. 
Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste 
Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukan bahwa 
gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. 
Kemudian disusul dengan gejala-gejala ilmu pengetahuan yang semakin lama 
semakin rumit dan kompleks dan semakin kongkret. Karena itu, dalam penggolongan 
ilmu pengetahuan, Auguste Comte memulai dengan pengamatan-pengamatan yang 
paling sederhana, yaitu gejala-gejala yang letaknya paling jauh dari kehidupan sehari-hari. 
Inilah cara yang paling tepat, karena urutan atau tingkat dalam sifat 
keserdehanaanya dan keumumanya, menentukan kemudahan yang diperlukan untuk 
memahami gejala-gejala tersebut. 
Dengan mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan paling umum 
secara lebih tenang dan rasional, kita akan memperoleh landasan bagi ilmu-ilmu 
pengetahuan yang saling berkaitan untuk berkembang secara lebih cepat, dan
mengakhiri pengamatan gejala-gejala yang langsung berkaitan dengan manusia, maka 
urutan penggolongan yang dilakukan oleh Auguste Comte itu, pertama-tama ilmu 
pasti (matematika) yang dikatakan sebagai dasar ilmu pengetahuan. Setelah itu 
disusul dengan ilmu perbintangan (astronomi), kemudian ilmu alam (fisika), kimia 
(chemi), ilmu hayat (biologi), ilmu fisika sosial (sosiologi). 
Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan 
I. Ilmu pasti (Matematika) 
Perlu disebutkan bahwa ilmu pasti yang dimaksud oleh Auguste Comte 
bukanlah matematisme, sebagaimana Rene Descartes dan Imanuel Kant menjadikan 
matematika itu sebagai bentuk, ke arah mana semua ilmu pengetahaun itu harus 
dijabarkan. Dengan menggambarkanya pengertian-pengertian ilmiah ke dalam rumus, 
maka batas-batas antar ilmu pengetahuan akan ditiadakan, sehingga terjadilah 
semacam ilmu pasti. 
Dengan menyatakan bahwa ilmu pasti merupakan ilmu yang mempunyai 
objek, Auguste Comte menyatakan bahwa ilmu pasti itu selalu beranggapan bahwa 
semua kuantitas yang dapat ditujukan oleh gejala apapun. Atas dasar inilah, ilmu pasti 
dijadikan dasar bagi semua ilmu pengetahuan oleh Auguste Comte, karena sifatnya 
tetap,abstrak dan pasti, melalui apa yang disebut penjianya “calculusnya”. 
II. Ilmu perbintangan (astrnomi) 
Auguste Comte mendefinisikan ilmu perbintangan ini “as the science by swich 
we discover the laws of the geometrical and mechanical phenomena presented by the 
heavenly bodies. Sesuai dengan definisi tersebut, dibaginya ilmu perbintangan ini ke 
dalam “celestial geometry” dan “celestial mechanics” yang kesemuanya itu 
menerangkan bagaimana bentuk ukuran, kedudukan, serta gerak-gerak benda langit 
seperti bintang,bumi,bulan, atau planet-planet lain. 
Dengan menguraikan doktrin ini, Auguste Comte telah merasa berhasil 
menunjukan sifat umum ilmu pengetahuan yang sebenarnya merupakan dasar bagi 
filsafat alam.
III. Ilmu alam (fisika) 
Sesuai dengan asas yang telah disebutkan tadi, dalam ilmu alam sesuai yang 
lebih tinggi daripada ilmu perbintangan, maka pengetahuan mengenai benda-benda 
langit merupakan dasar bagi pemahaman gejala-gejala dunia anorganik. Disini kita 
berhadapan dengan gejala-gejala yang lebih kompleks, yang kesemuanya itu tidak 
dapat dipahami, tanpa terlebih dahulu memahami hukum-hukum astronomi. 
Melalui “observation by experiment” ilmu alam yang meliputi berat benda 
(barologi), panas benda (termologi), akustik, optik, dan listrik, oleh Auguste Comte 
ilmu alam digunakan bukti untuk menunjukan adanya hukum-hukum yang mengatur 
sifat-sifat umum benda-benda yang dikaitkan dengan massa, yang berada dalam 
keadaan molekul yang tidak berubah sebagai satu himpunan. 
IV. Ilmu Kimia 
Untuk membuktikan bahwa gejala-gejala yang dihadapi lebih kompleks 
daripada ilmu alam, Auguste Comte menerangkan bahwa ilmu kimia ada kaitanya 
dengan ilmu hayat (biologi), bahkan juga dengan sosiologi. Untuk itu pendekatan 
dengan ilmu ini tidak hanya saja melalui pengamatan (observasi) dan percobaan 
(eskperimen), melainkan juga dengan perbandingan (komparasi). 
Dikatakan bahwa ilmu kimia ini masih dalam proses berkembang, namun 
demikian iya tidak membenarkan untuk membagi ilmu kimia ini kedalam kimia 
organik atau kimia anorganik, sebab apa yang terdapat dalam kimia organik 
menunjukan kenyataan adanya setengah kimia dan setengah fisiologi, sehingga 
hakikatnya kimia mempunyai sifat “bastard”. 
V. Ilmu hayat (fisiologi atau biologi) 
Pada tingkat penggolongan ilmu ini, apa yang disebut ilmu hayat sudah 
berhadapan dengan gejala-gejala kehidupan. Unsur-unsurnya lebih kompleks, disertai 
adanya perubahan –perubahan yang sedemikian rupa, menyebabkan Auguste Comte 
berpendapat bahwa ilmu hayat ini, jelas dalam perkembanganya belum sampai dalam 
tahap positif.
Ini berbeda dengan ilmu-ilmu sebelumnya seperti ilmu pasti,ilmu 
perbintangan, ilmu alam, dan ilmu kimia. Sifatnya yang lebih kompleks mentiadakan 
harapan bahwa ilmu hayat akan pernah dapat mencapai kesempurnaan yang 
sebanding dengan bagian-bagian filsafat alam, yang mempunyai sifat lebih sederhana 
dan lebih umum itu. 
VI. Fisika Sosial 
Dalam urutan yang tertinggi dalam penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste 
Comte menempatkan fisika sosial sebagai ilmu yang harus berhadapan dengan gejala-gejala 
yang lebih kompleks, paling kongkrit dan khusus, yaitu gejala-gejala yang 
bersentuhan dengan kehidupan manusia dalam ikatanya dengan suatu kelompok, 
fisika sosial bukanlah lanjutan dari perkembangan ilmu hayat, karena gejala-gejala 
yang dihadapi sosiologi itu timbul dari antara individu yang satu dengan individu 
yang lainya dalama wadah suatu kelompok yang disebut masyarakat. 
Bagi Auguste Comte, fisika sosial merupaka suatu bidang yang meliputi tata-pemerintahan 
negara,etik, dan filsafat sejarah, sedang hukum-hukum yang berlaku 
dibedakan antara hukum yang statis dan dinamis. Yang statis berkaitan dengan usaha 
untuk memahami hal-hal yang bersifat umum mengenai keberadaan setiap 
masyarakat, seperti rasa solidaritas sosial, sedang yang dinamis mengenai yang 
berkaitan dengan perkembangan atau perubahan dalam masyarakat.

More Related Content

What's hot

Sejarah Filsafat Barat Modern
Sejarah Filsafat Barat ModernSejarah Filsafat Barat Modern
Sejarah Filsafat Barat ModernErni Setyaningsih
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanUniversity of Jember
 
Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiHosyatul Aliyah
 
Pendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islamPendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islamsemangatbaru85
 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Model penelitian keagamaan
Model penelitian keagamaanModel penelitian keagamaan
Model penelitian keagamaansilvim04
 
Presentasi ontologi
Presentasi ontologiPresentasi ontologi
Presentasi ontologiIbnu Fajar
 
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptari susanto
 
cabang cabang filsafat (struktur filsafat)
cabang cabang filsafat (struktur filsafat)cabang cabang filsafat (struktur filsafat)
cabang cabang filsafat (struktur filsafat)Cecep Kustandi
 
makalah netralitas sains
makalah netralitas sainsmakalah netralitas sains
makalah netralitas sainsSanti Susanti
 
Pancasila sebagai paradigma reformasi
Pancasila sebagai paradigma reformasiPancasila sebagai paradigma reformasi
Pancasila sebagai paradigma reformasibaguscahyopambudi
 
Makalah model penelitian keagamaan
Makalah model penelitian keagamaanMakalah model penelitian keagamaan
Makalah model penelitian keagamaansilvim04
 
Pengantar Studi Islam
Pengantar Studi Islam Pengantar Studi Islam
Pengantar Studi Islam LBB. Mr. Q
 
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHMakalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHSoga Biliyan Jaya
 

What's hot (20)

Sejarah Filsafat Barat Modern
Sejarah Filsafat Barat ModernSejarah Filsafat Barat Modern
Sejarah Filsafat Barat Modern
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
 
FILSAFAT PRA-SOCRATES
FILSAFAT PRA-SOCRATESFILSAFAT PRA-SOCRATES
FILSAFAT PRA-SOCRATES
 
Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : Ontologi
 
Pendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islamPendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islam
 
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat IlmuMakalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
Makalah Metafisik, Asumsi dan Peluang dalam Filsafat Ilmu
 
Filsafat etika
Filsafat etikaFilsafat etika
Filsafat etika
 
Model penelitian keagamaan
Model penelitian keagamaanModel penelitian keagamaan
Model penelitian keagamaan
 
Presentasi ontologi
Presentasi ontologiPresentasi ontologi
Presentasi ontologi
 
Filsafat Barat Klasik
Filsafat Barat Klasik Filsafat Barat Klasik
Filsafat Barat Klasik
 
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
 
Power point filsafat tp
Power point filsafat tpPower point filsafat tp
Power point filsafat tp
 
cabang cabang filsafat (struktur filsafat)
cabang cabang filsafat (struktur filsafat)cabang cabang filsafat (struktur filsafat)
cabang cabang filsafat (struktur filsafat)
 
makalah netralitas sains
makalah netralitas sainsmakalah netralitas sains
makalah netralitas sains
 
Pancasila sebagai paradigma reformasi
Pancasila sebagai paradigma reformasiPancasila sebagai paradigma reformasi
Pancasila sebagai paradigma reformasi
 
Makalah model penelitian keagamaan
Makalah model penelitian keagamaanMakalah model penelitian keagamaan
Makalah model penelitian keagamaan
 
Hermeneutika
HermeneutikaHermeneutika
Hermeneutika
 
Pengantar Studi Islam
Pengantar Studi Islam Pengantar Studi Islam
Pengantar Studi Islam
 
Filsafat zaman modern
Filsafat zaman modernFilsafat zaman modern
Filsafat zaman modern
 
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHMakalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
 

Similar to teori positivisme

Pertikaian positivisme dan falsifikasi dalam ilmu pengetahuan
Pertikaian positivisme dan falsifikasi dalam ilmu pengetahuanPertikaian positivisme dan falsifikasi dalam ilmu pengetahuan
Pertikaian positivisme dan falsifikasi dalam ilmu pengetahuanAbdus Salam
 
Aguste comte
Aguste comteAguste comte
Aguste comteCoco Bho
 
bahanklasikal soio.docx
bahanklasikal soio.docxbahanklasikal soio.docx
bahanklasikal soio.docxChorong Park
 
Auguste Comte. Teori Sosiologi (PPT New).pptx
Auguste Comte. Teori Sosiologi (PPT New).pptxAuguste Comte. Teori Sosiologi (PPT New).pptx
Auguste Comte. Teori Sosiologi (PPT New).pptxalfariqiwildan
 
2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat
2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat
2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakatssuser9df8d0
 
Revolusi kisah baru
Revolusi kisah baruRevolusi kisah baru
Revolusi kisah baruSabiq Hafidz
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratHaristian Sahroni Putra
 
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Daniel Arie
 
22B_137_FuadatulMukhoyimah.pptx
22B_137_FuadatulMukhoyimah.pptx22B_137_FuadatulMukhoyimah.pptx
22B_137_FuadatulMukhoyimah.pptxFuadatulMukhoyimah
 
Sosiology sebagai ilmu pengetahuan AKPER PEMKAB MUNA
Sosiology  sebagai ilmu pengetahuan AKPER PEMKAB MUNA Sosiology  sebagai ilmu pengetahuan AKPER PEMKAB MUNA
Sosiology sebagai ilmu pengetahuan AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik DemokratisPemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik DemokratisSatrio Arismunandar
 
AQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptx
AQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptxAQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptx
AQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptxfiafifahNur
 
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuanSosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuanVJ Asenk
 
1B_YUNANI KUNO.pdf
1B_YUNANI KUNO.pdf1B_YUNANI KUNO.pdf
1B_YUNANI KUNO.pdfAkuSiapa71
 
Sosiologyy sosiology sebagai ilmu pengetahuan AKPER MUNA
Sosiologyy sosiology sebagai ilmu pengetahuan AKPER MUNA Sosiologyy sosiology sebagai ilmu pengetahuan AKPER MUNA
Sosiologyy sosiology sebagai ilmu pengetahuan AKPER MUNA Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to teori positivisme (20)

Pertikaian positivisme dan falsifikasi dalam ilmu pengetahuan
Pertikaian positivisme dan falsifikasi dalam ilmu pengetahuanPertikaian positivisme dan falsifikasi dalam ilmu pengetahuan
Pertikaian positivisme dan falsifikasi dalam ilmu pengetahuan
 
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuanSosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
 
Aguste comte
Aguste comteAguste comte
Aguste comte
 
bahanklasikal soio.docx
bahanklasikal soio.docxbahanklasikal soio.docx
bahanklasikal soio.docx
 
Modul kelas xii
Modul kelas xiiModul kelas xii
Modul kelas xii
 
Auguste Comte. Teori Sosiologi (PPT New).pptx
Auguste Comte. Teori Sosiologi (PPT New).pptxAuguste Comte. Teori Sosiologi (PPT New).pptx
Auguste Comte. Teori Sosiologi (PPT New).pptx
 
2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat
2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat
2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat
 
Revolusi kisah baru
Revolusi kisah baruRevolusi kisah baru
Revolusi kisah baru
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
 
Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6Bahan perkuliahan ke 6
Bahan perkuliahan ke 6
 
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
 
22B_137_FuadatulMukhoyimah.pptx
22B_137_FuadatulMukhoyimah.pptx22B_137_FuadatulMukhoyimah.pptx
22B_137_FuadatulMukhoyimah.pptx
 
Berfilsafat hilda p
Berfilsafat  hilda pBerfilsafat  hilda p
Berfilsafat hilda p
 
Sosiology sebagai ilmu pengetahuan AKPER PEMKAB MUNA
Sosiology  sebagai ilmu pengetahuan AKPER PEMKAB MUNA Sosiology  sebagai ilmu pengetahuan AKPER PEMKAB MUNA
Sosiology sebagai ilmu pengetahuan AKPER PEMKAB MUNA
 
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik DemokratisPemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
Pemikiran Politik Plato Ditinjau dari Filsafat Politik Demokratis
 
AQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptx
AQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptxAQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptx
AQILAH NUR _ PROFESI PPT FILSAFAT TUGAS 7.pptx
 
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuanSosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
 
1B_YUNANI KUNO.pdf
1B_YUNANI KUNO.pdf1B_YUNANI KUNO.pdf
1B_YUNANI KUNO.pdf
 
Sosiologyy sosiology sebagai ilmu pengetahuan AKPER MUNA
Sosiologyy sosiology sebagai ilmu pengetahuan AKPER MUNA Sosiologyy sosiology sebagai ilmu pengetahuan AKPER MUNA
Sosiologyy sosiology sebagai ilmu pengetahuan AKPER MUNA
 
Pak ujang
Pak ujangPak ujang
Pak ujang
 

More from kartika_panjaitan

More from kartika_panjaitan (7)

Makalah Teori difusionisme
Makalah Teori difusionismeMakalah Teori difusionisme
Makalah Teori difusionisme
 
Makalah Teori evolusi
 Makalah Teori evolusi Makalah Teori evolusi
Makalah Teori evolusi
 
Manajemen konflik
Manajemen konflikManajemen konflik
Manajemen konflik
 
Kelompok 1 ; teori evolusi
Kelompok 1 ; teori evolusiKelompok 1 ; teori evolusi
Kelompok 1 ; teori evolusi
 
Filsafat multikulturalisme
Filsafat multikulturalismeFilsafat multikulturalisme
Filsafat multikulturalisme
 
Kehidupan masyarakat multikultur
Kehidupan masyarakat multikulturKehidupan masyarakat multikultur
Kehidupan masyarakat multikultur
 
Jenis jenis belajar
Jenis jenis belajarJenis jenis belajar
Jenis jenis belajar
 

Recently uploaded

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 

Recently uploaded (20)

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 

teori positivisme

  • 1. Teori positivisme Disusun Oleh: Kartika Sari Berlian Sebagai Tugas Kelompok Teori Sosial Budaya Drs.Budiaman PENDIDIKAN IPS REG 2012 FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
  • 2. Kata Pengantar Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Teori Sosial Budaya ini. Melalui makalah ini, kami menyampaikan hasil diskusi, menganalisa serta pencarian dari berbagai sumber informasi yang telah kami susun sebaik dan sesistematis mungkin. Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Jakarta, September 2013
  • 3. Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Abad ke-19 merupakan abad yang sangat di pengaruhi oleh filsafat positivisme, hal ini terbukti dengan pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan pada saat itu. Oleh karena itu dalam sejarah filsafat barat, abad ke-19 merupaka “abad positivisme”, suatu abad yang ditandai dengan peranan yang sangat menentukan pikiran-pikiran ilmiah, atau yang disebut ilmu pengetahuan modern. Kebenaran dan kenyataan filsavat diukur menurut nilai positivistiknya,sedang perhatian orang kepada filsafatnya lebih ditekankan kepada segi-segi praktisnya bagi tingkah laku dan perbuatan manusia. Auguste Comte, atau nama lengkapnya ISIDORE AUGUSTE MARIE FRANCOIS XAVIER COMTE (1798-1857), pendiri aliran positivisme, telah menampilkan ajaranya yang paling terkenal yaitu hukum tiga tahap (law of three stages). Melalui hukum inilah ia menyatakan bahwa sejarah umat manusia, baik secara individual maupun secara keseluruhan, telah berkembang menjadi tiga tahap yaitu, tahap teologi atau fiktif, tahap metafisik atau abstrak, dan tahap poisitf atau ilmiah atau riel. Secara eksplisit August Comte menegaskan bahwa istilah positif adalah aliran filsafat yang dibentuk sebagai sesuatu yang nyata,pasti, jelas, bermanfaat, dan segala sesuatu yang berlawanan dengan negatif. B. Rumusan Masalah 1) Hukum tiga tahap (law of three stages) 2) Penggolongan (klasifikasi) ilmu pengetahuan 3) Pengertian filsafati tentang istilah positif 4) Ajaran Statistika dan dinamika sosial dan ruang lingkup filsafat positivisme Auguste Comte 5) Penilain (evaluasi) terhadap filsafat positivisme Auguste Comte 6) Pengaruh filsafat Positivisme Auguste Comte terhadap keadaan saat ini 7) Pandangan Positivisme dan Pembangunan di Indonesia
  • 4. C. Tujuan Penulisan - Untuk memahami apa itu teori positiviseme. - Untuk memahami pemikiran Auguste Comte.
  • 5. Bab II Pembahasan A. Hukum Tiga Tahap Hukum tiga tahap merupakan unsur pokok dalam filsafat positivisme Auguste Comte,karena dalam hukum ini tercermin makna, serta filsafat seluruh pandanganya. Dalam karyanya yang berjudul Discours sur I’esprit positif, hukum tiga tahap yang telah dikemukakan dalam karya utamanya Course de Philosophie Postive secara lebih rinci diterangkan, antara lain sebagai berikut: Bahwa sejarah umat manusia, juga jiwa manusia, baik secara individual maupun secara keseluruhan, berkembang menurut tiga tahap, yaitu tahap teologi atau fiktif, tahap metafisik atau abstrak, dan tahap positiv atau riel. Adapaun masing-masing tahap tersebut, ia gambarkan sebagai berikut:  Tahap Teologi atau Fiktif Tahap ini merupaka tahap pertama dari awal setiap perkembangan jiwa atau masyarakat. Dalam tahap ini manusia selalu ingin menemukan sebab pertama dan tujuan akhir segala sesuatu yang ada. Karena itu, dalam tahap ini, manusia selalu mempertanyakan hal yang paling sukar, sejalan dengan tingkah laku dan perbuatanya, yang karena pada intuisinya hal yang paling sukar tadi harus dapat diketahui dan dikenalnya. Menurut Auguste Comte, tahap teologi ini tidak akan muncul begitu saja, melainkan didahului pula oleh suatu perkembangan secara bertahap,yaitu tahap: - Fetiyisme, suatu bentuk kehidupan masyarakat yang didasari oleh pemikiran-pemikiran yang mempunyai anggapan, bahwa segala sesuatu yang dikelilingi manusia mempunyai suasana kehidupan seperti manusia itu sendiri. Adapun yang dimaksud dengan segala sesuatu itu adalah benda-benda alam seperti gunung, laut,pohon,batu, dan lain-lain. - Politiesme, suatu bentuk kehidupan masyarakat yang didasari oleh pemikiran-pemikiran yang mempunyai anggapan atau daya pengaruh atau kekuatan tidak lagi
  • 6. berasal dari benda-benda yang berada disekeliling manusia, melainkan berasal dari sekeliling manusia yang tidak kelihatan yang berada disekitar manusia. - Monoteisme, suatu bentuk kehidupan masyarakat yang didasari oleh pemikiran-pemikiran yang mempunyai anggapan bahwa kekuatan penentu tidak lagi berasal dari dewa-dewa yang menguasai dan mengatur benda-benda dan gejala alam, melainkan berasal dari kekuatan mutlak,absolut, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Baik fetisyisme dan politeisme akan berkembang dalam suatu masyarakat yang masih terisolir dan masih percaya pada kekuatan-kekuatan gaib yang menguasai suatu kehidupan masyarakat. Fetisyisme dan Politeisme dapat berkembang dalam manusia primitif, suatu masyarakat yang menempatkan subyek (manusia) menjadi satu dengan obyeknya (segala sesuatu ada yang lain), sehingga subyek tidak memiliki identitas sendiri. Dalam bentuk monoteisme mite-mite tersebut berubah menjadi dogma-dogma agama, dan bersamaan dengan itu , dan saat itu masyarakat berkembang menjadi masyarakat yang diperintah oleh raja, yang menyatakan sebagai wakil dari tuhan yang ada di dunia ini, selain lahirnya para rokhaniawan yang berfungsi sebagai penterjemah dan perantara dengan tuhan, sebagai yang ditentukan dengan dogma-dogma agama. Pada bentuk monoteisme ini, tahap teologi atau fiktif akan datang pada saat keakhiranya,suatu tahap yang menurut Auguste Comte digambarkan sebagai tahap klasik,atau tahap kuno, yang ditandai dengan adanya para raja dan para rokhaniawan, diatas susunan masyarakat yang bersifar militer.  Tahap Metafisik atau Abstrak Dengan berakhirnya tahap monoteisme, maka berakhirlah tahap teologi atau fiktif, ini disebabkan karena manusia merubah cara berfikirnya, dalam usaha dalam mencari jawaban yang berkaitan dengan gejala-gejala alam. Dogma-dogma agama sudah mulai ditinggalkan, kemampuan akal budi mulai dikembangkan. Tahap metafisik menurut Auguste Comte adalah tahap peralihan. Sebagaimana yang pernah dialami oleh manusia yaitu proses perkembangan dari anak-anak hingga dewasa,harus melalui massa remaja, sehingga tahap metafisik
  • 7. dalam perkembangan jiwa manusia mengantarkan jiwa manusia itu sendiri menuju perkembangan yang paling akhir. Auguste Comte menyatakan bahwa di dalam penelitian sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, biasanya kita hanya berhenti pada politiesme saja, sehingga kita berfikir bahwa tahap metafisik ini adalah sama tujuanya dengan teologi. Menurut Auguste Comte, sejarah perkembangan umat manusia, apa yang dimaksud dengan tahap metafisik, adalah tahap ketika manusia datang pada zaman pertengahan dan Renaissance. Apabila pada tahap teologi, kesatuan keluarga merupakan unsur dasar kehidupan bermasyarakat, maka dalam tahap metafisik, negaralah yang merupakan dasarnya. Dalam tahap ini, pemikiran manusia sebagai subyek, tidak lagi diarahkan kepada “bahwa” barang sesuatu itu ada, melainkan diarahkan kepada “apanya” barang sesuatu. Bukan lagi kekuatan magic yang menentukan, melainkan analisis fikir yang menemukan hakikat sehingga “ditemukan” adanya tingkatan atau urutan yang “ada”. Dibedakan antara “ada” natural dan “ada” supranatural, dunia fisik dan metafisik.  Tahap Positif atau Riel Auguste Comte menerangkan lebih lanjut, bahwa perkembangan dalam jiwa manusia, pada suatu batas manusia tidak lagi puas pada hal-hal yang bersifat abstrak. Orang tidak lagi berkepentingan dengan hal yang pertama dan tujuan akhir, dan manusia lebih dekat dengan gejala-gejala yang dapat diterangkan secara hukum-hukum umum yang bersifat deskriptif, seperti misalnya hukum gravitasi atau ilmu bumi lainya. Pada saat perkembangan jiwa manusia sudah mencapai akhir, yaitu tahap positif atau riel. Di atas pandangan ilmiah yang matang. Dan inilah tahap pembebasan yang sebenarnya, yang tidak perlu lagi bergantung pada tahap kodrati atau metafisik, yang kesemua itu tidak bisa dibuktikan secara nyata, sebagaimana dituntut secara indrawi. Dengan menjadi matangnya jiwa manusia, maka manusia tidak lagi merasa “tertolong”, oleh pengetahuan yang abstrak, dan sesuatu yang bersifat mutlak dan universal. Tahap positif merupakan tahap, dimana jiwa manusia sampai pengetahuan tyang tidak lagi menjadi abstrak, tetapi pasti,jelas, dan bermanfaat. Apabila tahap metafisik tumbuh dan berkembang dalam suatu susunan masyarakat feodal, maka tahap positif ini menurut Auguste Comte merupakan tahap yang ia sendiri harus berusaha untuk ikut membantu mewujudkanya, yaitu suatu tahap dalam kehidupan
  • 8. bermasyarakatnya akan diatur oleh kaum elit dan cendikiawanya dan industrialis, dengan rasa perikemanusiaan sebagai dasar untuk mengatur kehidupan itu. B. Penggolongan Ilmu Pengetahuan Dengan demikian kita akan melihat selain hukum tiga tahap, juga penggolongan ilmu pengetahuan yang diadakan oleh Auguste Comte ini, merupan unsur yang paling penting juga untuk diketahui, dalam kerangka apa arti “perkembangan” menurut Auguste Comte. Auguste comte berpendapat bahwa penggolongan yang iya kemukakan itu adalah hal yang tepat, dan tidak ada kesalahan sebagaiman penggolongan yang pernah ada sebelumnya. Untuk menggolongkan secara tepat, Auguste Comte membenarkan apa yang telah dilakukan oleh para ahli biologi dan zoologi, yang tanpa bersikap atau mempertimbangkan secara apriori, hal-hal yang dikenakan penggolongan dipelajari terlebih dahulu. Diakui, bahwa untuk mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan ini, tidak semudah yang dikirakan, sebab bagaimanapun cara logika kita, kita pergunakan sebaik-baiknya, namun berbagai hal akan ikut tersangkut, sehingga dengan cara apapun kita tidak dapat menghindari lingkaran visius dalam menciptakan penggolongan ilmu sebagaimana yang seharusnya. Hal ini disebabkan karena setiap cabang ilmu dapat diterangkan secara historik dan dogmatik. Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan gejala-gejala ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin rumit dan kompleks dan semakin kongkret. Karena itu, dalam penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte memulai dengan pengamatan-pengamatan yang paling sederhana, yaitu gejala-gejala yang letaknya paling jauh dari kehidupan sehari-hari. Inilah cara yang paling tepat, karena urutan atau tingkat dalam sifat keserdehanaanya dan keumumanya, menentukan kemudahan yang diperlukan untuk memahami gejala-gejala tersebut. Dengan mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan paling umum secara lebih tenang dan rasional, kita akan memperoleh landasan bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan untuk berkembang secara lebih cepat, dan
  • 9. mengakhiri pengamatan gejala-gejala yang langsung berkaitan dengan manusia, maka urutan penggolongan yang dilakukan oleh Auguste Comte itu, pertama-tama ilmu pasti (matematika) yang dikatakan sebagai dasar ilmu pengetahuan. Setelah itu disusul dengan ilmu perbintangan (astronomi), kemudian ilmu alam (fisika), kimia (chemi), ilmu hayat (biologi), ilmu fisika sosial (sosiologi). Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan I. Ilmu pasti (Matematika) Perlu disebutkan bahwa ilmu pasti yang dimaksud oleh Auguste Comte bukanlah matematisme, sebagaimana Rene Descartes dan Imanuel Kant menjadikan matematika itu sebagai bentuk, ke arah mana semua ilmu pengetahaun itu harus dijabarkan. Dengan menggambarkanya pengertian-pengertian ilmiah ke dalam rumus, maka batas-batas antar ilmu pengetahuan akan ditiadakan, sehingga terjadilah semacam ilmu pasti. Dengan menyatakan bahwa ilmu pasti merupakan ilmu yang mempunyai objek, Auguste Comte menyatakan bahwa ilmu pasti itu selalu beranggapan bahwa semua kuantitas yang dapat ditujukan oleh gejala apapun. Atas dasar inilah, ilmu pasti dijadikan dasar bagi semua ilmu pengetahuan oleh Auguste Comte, karena sifatnya tetap,abstrak dan pasti, melalui apa yang disebut penjianya “calculusnya”. II. Ilmu perbintangan (astrnomi) Auguste Comte mendefinisikan ilmu perbintangan ini “as the science by swich we discover the laws of the geometrical and mechanical phenomena presented by the heavenly bodies. Sesuai dengan definisi tersebut, dibaginya ilmu perbintangan ini ke dalam “celestial geometry” dan “celestial mechanics” yang kesemuanya itu menerangkan bagaimana bentuk ukuran, kedudukan, serta gerak-gerak benda langit seperti bintang,bumi,bulan, atau planet-planet lain. Dengan menguraikan doktrin ini, Auguste Comte telah merasa berhasil menunjukan sifat umum ilmu pengetahuan yang sebenarnya merupakan dasar bagi filsafat alam.
  • 10. III. Ilmu alam (fisika) Sesuai dengan asas yang telah disebutkan tadi, dalam ilmu alam sesuai yang lebih tinggi daripada ilmu perbintangan, maka pengetahuan mengenai benda-benda langit merupakan dasar bagi pemahaman gejala-gejala dunia anorganik. Disini kita berhadapan dengan gejala-gejala yang lebih kompleks, yang kesemuanya itu tidak dapat dipahami, tanpa terlebih dahulu memahami hukum-hukum astronomi. Melalui “observation by experiment” ilmu alam yang meliputi berat benda (barologi), panas benda (termologi), akustik, optik, dan listrik, oleh Auguste Comte ilmu alam digunakan bukti untuk menunjukan adanya hukum-hukum yang mengatur sifat-sifat umum benda-benda yang dikaitkan dengan massa, yang berada dalam keadaan molekul yang tidak berubah sebagai satu himpunan. IV. Ilmu Kimia Untuk membuktikan bahwa gejala-gejala yang dihadapi lebih kompleks daripada ilmu alam, Auguste Comte menerangkan bahwa ilmu kimia ada kaitanya dengan ilmu hayat (biologi), bahkan juga dengan sosiologi. Untuk itu pendekatan dengan ilmu ini tidak hanya saja melalui pengamatan (observasi) dan percobaan (eskperimen), melainkan juga dengan perbandingan (komparasi). Dikatakan bahwa ilmu kimia ini masih dalam proses berkembang, namun demikian iya tidak membenarkan untuk membagi ilmu kimia ini kedalam kimia organik atau kimia anorganik, sebab apa yang terdapat dalam kimia organik menunjukan kenyataan adanya setengah kimia dan setengah fisiologi, sehingga hakikatnya kimia mempunyai sifat “bastard”. V. Ilmu hayat (fisiologi atau biologi) Pada tingkat penggolongan ilmu ini, apa yang disebut ilmu hayat sudah berhadapan dengan gejala-gejala kehidupan. Unsur-unsurnya lebih kompleks, disertai adanya perubahan –perubahan yang sedemikian rupa, menyebabkan Auguste Comte berpendapat bahwa ilmu hayat ini, jelas dalam perkembanganya belum sampai dalam tahap positif.
  • 11. Ini berbeda dengan ilmu-ilmu sebelumnya seperti ilmu pasti,ilmu perbintangan, ilmu alam, dan ilmu kimia. Sifatnya yang lebih kompleks mentiadakan harapan bahwa ilmu hayat akan pernah dapat mencapai kesempurnaan yang sebanding dengan bagian-bagian filsafat alam, yang mempunyai sifat lebih sederhana dan lebih umum itu. VI. Fisika Sosial Dalam urutan yang tertinggi dalam penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte menempatkan fisika sosial sebagai ilmu yang harus berhadapan dengan gejala-gejala yang lebih kompleks, paling kongkrit dan khusus, yaitu gejala-gejala yang bersentuhan dengan kehidupan manusia dalam ikatanya dengan suatu kelompok, fisika sosial bukanlah lanjutan dari perkembangan ilmu hayat, karena gejala-gejala yang dihadapi sosiologi itu timbul dari antara individu yang satu dengan individu yang lainya dalama wadah suatu kelompok yang disebut masyarakat. Bagi Auguste Comte, fisika sosial merupaka suatu bidang yang meliputi tata-pemerintahan negara,etik, dan filsafat sejarah, sedang hukum-hukum yang berlaku dibedakan antara hukum yang statis dan dinamis. Yang statis berkaitan dengan usaha untuk memahami hal-hal yang bersifat umum mengenai keberadaan setiap masyarakat, seperti rasa solidaritas sosial, sedang yang dinamis mengenai yang berkaitan dengan perkembangan atau perubahan dalam masyarakat.