Teks tersebut membahas tentang pembagian antropologi menjadi antropologi fisik dan budaya, serta cabang-cabang ilmu antropologi seperti antropologi ekonomi, kesehatan, politik dan linguistik. Teks tersebut juga menjelaskan perkembangan studi antropologi di Indonesia.
3. Antropologi fisik ditandai oleh tulisan Darwin
”The origin of spicies”.
Antropologi fisik berkembang pesat dengan
melakukan penelitian-penelitian terhadap
asal mula dan perkembangan manusia.
Manusia asalnya monyet, karena makhluk
hidup mengalami evolusi. Antropologi ingin
membuktikan dengan melakukan berbagai
penelitian terhadap kera dan monyet di
seluruh dunia.
4. Penelitian tersebut ingin mengetahui:
apakah monyet itu poligami atau monogami?
berkelompok atau sendiri?
Apakah dapat berkomunikasi?
Bagaimana mereka memecahkan masalahnya?
5. Pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan
sebagai dasar melakukan penelitian untuk
membuktikan apakah asal-usul manusia.
Walaupun sampai belum ada jawaban, namun
usaha mempelajari asal mula manusia tidak
pernah dihentikan.
6. Antropologi Fisik mempelajari manusia dari segi
biologi misalnya, bentuk tubuh, warna rambut,
warna kulit, dan lainnya.
Antropologi Fisik, obyek penelitiannya mengenai
fenotipik manusia yakni ciri-ciri tubuh manusia
yang ada diluar, juga mengenai genotipik yaitu
ciri-ciri manusia yang ada didalam.
Tujuan penelitian Antropologi Fisik adalah untuk
memahami sejarah terjadinya berbagai macam
bentuk cotak manusia di dunia, agar dapat
dikelompokkan dalam berbagai golongan ras.
7. Paleo-Antropologi dan Somatologi sebagai
bagian dari Antropologi Fisik.
Paleo-Antropologi diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari asal usul manusia dan
evolusi manusia dengan meneliti fosil-fosil.
Somatologi adalah ilmu yang mempelajari
keberagamanras manusia dengan mengamati
ciri-ciri fisik.
8. Menurut orang awam membicarakan
Antropologi hanyalah berfikir tentang fosil-
fosil.
Memang pemikiran yang demikian tidak
selamanya salah karena mempelajari fosil
merupakan suatu cabang penelitian
Antropologi.
Arkheologi pada dasarnya berbeda dengan
Antropologi, di mana sesungguhnya
arkheologi merupakan salah satu cabang
Antropologi.
9. Antropologi budaya melihat atau mempelajari
manusia yang berkaitan dengan materi-
materi kebudayaan seperti misalnya: alat-alat
hidup, perumahan, kesenian-kesenian,
norma, perilaku dan lain sebagainya yang ada
dalam masyarakat.
10. Antropologi Budaya dibagi atas empat cabang ilmu yakni
Prehistori, Etnolinguistik, Etnologi dan Etnopsikologi.
Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah
penyebaran dan perkembangan budaya manusia mengenal
tulisan.
Etnolinguistik adalah ilmu yang mempelajari suku-suku
bangsa yang ada didunia/bumi.
Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan
manusia didalam kehidupan masyarakat suku bangsa
diseluruh dunia.
Etnopsikologi sebagai ilmu yang mempelahari kepribadian
bangsa serta peranan idividu pada bangsa dalam proses
perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan
berpegang pada konsep psikologi.
11. Antropologi ekonomi : Ilmu ini mempelajari
dan memahami masyarakat dengan
melakukan penelitian terhadap masalah-
masalah yang berhubungan dengan; modal,
tenaga kerja, sistim produksi, pemasaran
hasil, dan kegiatan lainnya pada masyarakat
daerah tertentu. Yang kesemuanya itu
mendorong perkembangan dan terbentuknya
sub- ilmu antropologi ekonomi.
12. Antropologi Pembangunan: Ilmu ini
mempelajari dan memahami masyarakat
dengan melakukan penelitian terhadap
masalah-masalah yang berkaitan dengan
pembangunan. Antropologi pembangunan
mengkhususkan diri pada penggunaan
metode-metode, konsep-konsep serta teori-
teori antopologi. Hasil penelitian tsb dapat
dipergunakan oleh pihak yang berwenang
untuk membuat kebijaksanaan pembangunan
di suatu daerah tertentu.
13. Antropologi Kesehatan : Ilmu ini mempelajari
dan memahami masyarakat dengan
melakukan penelitian mengenai masalah
kesehatan masyarakat. Penelitiannya untuk
mengetahui konsepsi dan sikap penduduk
tentang kesehatan, tentang sakit, dukun,
obat-obatan tradisional, kebiasaan dan
pantangan untuk memakan sesuatu. Hasil
penelitian yang demikian untuk membantu
para dokter atau para ahli gizi untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
14. Antropologi Politik : Ilmu ini mempelajari dan
memahami kejadian dan gejala politik,
persaingan, kerjasama, di antara partai-partai
politik yang ada. Antropologi politik juga
mempelajari atau memperhatikan latar
belakang kebudayaan, sistim nilai dan norma
dari manusia-manusia yang menjalankan
politik atau pelaku politik itu.
15. Antropologi Lingustik : Ilmu ini mempelajari
cara memahami penggunaan bahasa dalam
sebuah konteks yang bisa menjelaskan
hubungan sosial atau politik diantara orang-
orang yang diselidiki. Misalnya dalam Bahasa
Jawa dikenal memiliki tingkatan. Ada
tingkatan paling rendah: Ngoko, terus
tingkatan yang lebih tinggi adalah Krama,
sedang yang paling tertinggi tingkatannya
adalah Krama Inggil.
16. Koentjaraningrat: Antropologi di Indonesia
hampir tidak terikat oleh tradisi antropologi
manapun dan belum mempunyai tradisi yang
kuat. Oleh karena itu seleksi dan kombinasi
dari beberapa unsur atau aliran dapat dipilih
sesuai dengan kebutuhan masalah-masalah
kemasyarakatan yang dihadapi.
17. Pada Abad ke XIX, Ilmu Antropologi tentang
Indonesia merupakan suatu ilmu Belanda
dengan tujuan untuk menyelidiki masyarakat
dan kebudayaan penduduk Indonesia.
Pada masa awal berdirinya Negara Indonesia,
ada sarjana-sarjana yang mengira bahwa
Ilmu Antropologi itu suatu ilmu yang hanya
meneliti suku-suku primitif saja sehingga
tidak cocok untuk negara baru yang harus
lebih memandang aspek-aspek terbelakang,
primitif dan statis.
18. Perkembangan di Indonesia di mulai dengan
penelitian adat-istiadat, sistem kepercayaan,
struktur sosial dan kesenian dari suku-suku
yang tersebar di seluruh wilayah nusantara
sejak zaman penjajahan Belanda.
Tulisan-tulisan tersebut digunakan sebagai
landasan kebijaksanaan pemerintah kolonial.
19. Penyelidikan dan penulisan dalam rangka
pengembangan etnologi dan antropologi
sosial oleh perguruan tinggi dimulai setelah
penyelidikan bahasa dan budaya.
Lembaga tersebut bernama “Taal en cultural
onderzoek” di Universitas Indonesia Jakarta.