2. Diversifikasi pertanian yaitu sebagai suatu usaha yang
komplek dan luas untuk menungkatkan perekonomian
pertanian melalui penganekaragaman komoditas pada
subsistem produksi, konsumsi dan distribusi pada
tingkat usaha tani regional maupun nasional.
3. Diverisfikasi pertanian di bedakan dalam tiga hal yaitu:
1.Diversifikasi horizontal, yaitu penganekaragaman produksi usaha
tani dengan tujuan memanfaatkan petani untuk memperoleh
pendapatan tertentu.
2.Diversifikasi horizontal, yaitu cara mendayagunakan hasil sehingga
meningkatkan mutu dan nilai tambah produk pertanian
3.Diversifikasi regional, yaitu penganekaragaman yang berkaitan
dengan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan produk
pertanian yang disesuaikan dengan keadaan iklim, agronomi, serta
daya dukung masyarakat dan daerah setempat.
4. Fokus program pertanian yang
begitu besarnya diberikan
kepada tercapainya
swasembada beras
Pengembangan teknologi di
luar padi masih jauh tertinggal
jika di bandingkan dengan
padi.
Orientasi pada pencapaian
target komoditas-komoditas
diatas, di mana sasaran
produksi masing-masing
komoditas pertanian
(mengikuti pola sukses padi)
telah menyita sebagian besar
perhatian dan sumberdaya
pertanian.
Hadiwigeno dan Sawit (1990), menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada
tiga penyebab sehingga diversifikasi pertanian belum berkembang dengan
luas yaitu:
5. Faktor pendorong dilaksanakannya diversifikasi pertanian di indonesia
menurut Sumodiningrat (1990), yaitu:
1. Meningkatkan kemakmuran
Dalam perkembangan suatu negara ukuran kesejahteraan
penduduk dikatakan semakin baik apabila persentase
pengeluaran untuk makanan pokok terhadap total pengeluaran
rumah tangga/individu semakin kecil porsinya.
Implikasinya, diversifikasi pangan akan memberi peluang
petani melaksanakan diversifikasi horizontal serta vertikal
dalam pengolahan sektor pertanian.
6. 2. Perkembangan produk dan konsumsi pangan
Seiring dengan perkembangan penduduk, timbul
masalah pada keterbatasan produksi pangan. Bukan
mustahil, di kemudian hari akan ada ketimpangan
antara perkembangan penduduk yang semakn cepat
akan produksi pangan terbatas. Selanjutnya akan
terjadi kondisi minus pangan.
7. 3. Swasembada Beras dan Intensif Kepada Petani
Kebijaksanaan haga dasar beras memang di satu pihak
mempunyai pengaruh positif pada perekonomian. Namun, di
sisi lain petani tidak dapat memiliki nilai tawar pada
produknya. Padahal di sisi lain tingkat biaya produksi
pengeluaran petani semakin besar.
4. Produksi dan Ketahanan Pangan
Peningkatan produksi pertanian harus dipertimbangkan
dengan daya dukung sumber daya setempat. Usaha tanaman
campuran (mixed farming) akan meningkatkan pendapatan
dan mengurangi resiko kegagalan panen.
8. 5. Komponen Teknologi Pendukung Diversifikasi
Teknologi yang dikaitkan dengan diversifikasi harus diartikan
dalam pengertian luas, tidak terbatas pada sisi teknologi
mekanis atau tekhnologi non mekanis. Namun teknologi pasca
panen juga tidak kalah penting, tetapi di Indonesia teknologi
ini masih amat lemah di tangani.
9. 1. Pemanfaatan waktu seoptimal mungkin yaitu penanaman
tanaman ya ng berumur pendek sehingga dalam satu
periode hanya beberapa komoditas yang dapat di usahakan
2. Pemanfaatan sumber ekonomi yang masih belum secara
penuh
3. Melonggarkan kendala-kendala sumber daya yang dimiliki
4. Pemanfaatan seoptimal mungkin tersedianya faktor
produksi alam
5. Pemanfaatan sifat-sifat komplementer antar berbagai
tanaman atau usaha tani melalui pemilihan tanaman.
Kemungkinan untuk mengambil manfaat dari adanya
diversifikasi horizontal antara lain sebagai berikut:
10. Pengembangan diversifikasi pelu di dukung oleh
adanya informasi yang akurat tentang sifat tanah,
aspirasi, dan kemampuan petani, tersedianya
prasarana pendukung seperti jalan, pasar, dan
pengkreditan sarta peranan wilayah yang
bersangkutan dalam rencana produksi nasional.
11. Pengembangan diversifikasi vertikal bertujuan
memperkenalkan tambahan kegiatan terhadap komoditas
setelah di panen sehingga petani mendapatkan nilai
tambah. Melalui kegiatan tersebut nilai tambah yang
semula di nikmati pihak lain(pedagang,pengolah),
sekarang di terima petani yang bersangkutan sehingga
dapat meningkatkan pendapatan petani
Dalam hal ini jelas dukungan teknologi bagi
pengembangan disversifikasi vertikal sangatlah vital.
Model penelitian sistem usahatani (PSU) yang merakit
teknologi untuk petani sebaiknya di perluas dengan
memperbaiki beberapa kekurangan antaralain optimalisai
yang tidak hanya melihat dari kerangka peningkatan
produksi