SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usahatani merupakan suatu kegiatan pemanfaatan sumberdaya secara efektif
dan efisien yang ada untuk mendapat keuntungan yang tinggi dari kegiatan pertanian
yang dilakukan. Setiap kegiatan pertanian yang dilakukan disebut usahatani.
Dalam menjalankan usahataninya, terkadang petani atau pelaku usahatani lain
mengalami kendala-kendala manajemen yang menyebabkan keuntungan yang didapat
menjadi tidak optimal, atau pemanfaatan sumberdaya yang tidak efektif dan efisien
mengakibatkan tidak optimalnya keuntungan yang didapatkan.
Jika keuntungan maksimal tidak bisa didapatkan atau malah usahatani yang
dilakukan justru dirasa merugikan bagi pelaku usahatani, maka tidak akan ada artinya
seorang pelaku usahatani menjalankan usahataninya secara terus-menerus.
Ilmu usahatani merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji bagaimana cara
memanfaatkan sumberdaya yang ada (sumberdaya modal, manusia dan alam) seefektif
dan seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.
1.2. Tujuan
Kegiatan analisis usahatani di beserta penyusunan laporan kegiatannya
bertujuan untuk mengetahui sistem usahatani yang diterapkan dan kelayakan usahatani
yang telah dilakukan oleh petani di Dusun Telasih Desa Kepuharjo Kecamatan
Karangploso Kabupaten Malang .
1.3. Manfaat
Analisis usahatani yang kami lakukan di Dusun Telasih Kecamatan
Karangploso ini bermanfaat untuk pendalaman kami dalam mengaplikasikan cara
menganalisis usahatani di masyarakat, dan laporan ini juga bermanfaat bagi pembaca
yang ingin mengetahui bagaimana usahatani yang ada di Dusun Telasih Kecamatan
Karangploso dan alangkah lebih bermanfaat bila hasil analisis ini dapat diketahui oleh
narasumber yang kami wawancarai sehingga rekomendasi yang dibuat dapat
diterapkan.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Usahatani
Pertanian telah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Di Indonesia, awalnya pertanian dilakukan hanya semata untuk dapat
bertahan hidup. Untuk memenuhi keperluan hidup, masyarakat menanam apa saja yang
diperlukan. Masyarakat berfikir sederhana bagaimana mempersiapkan lahan, alat-alat,
hewan dan sebagainya. Dari pengalaman bercocok tanam tersebut, nantinya akan
muncul kelompok manusia yang melanjutkan pekerjaan yang berhubungan dengan
bercocok tanam dan yang merasa tidak berbakat mereka akan memelihara dan
menggembalakan ternak. Kelompok masyarakat yang suka bercocok tanam akan
mencari lahan yang gampang ditanami sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Kelompok
masyarakat tersebut berkelompok di satu tempat,tetapi belum mempunyai tempat
bermukim secara tepat (permanen). Kalau tanah pertaniannya mulai merosot
kesuburannya, maka seluruh kelompok tersebut berpindah lahan pertanian, sehingga
berpindah pula tempat bermukim. Mereka membuka tanah baru lagi, bisa tanah hutan
atau tanah padang rumput. Setiap tiga tahun mereka berpindah, sistem pertanian
tersebut dikenal dengan nama “berladang” yang berpindah-pindah (shifting cultivation).
Lahan yang ditinggalkan dijadikan belukar agar kembali subur. Kemudian sistem
bersawah di temukan, orang mulai bermukim ditempat yang tetap, tanaman padi yang
berasal dari daerah padang rumput dan kemudian juga diusahakan di daerah-daerah
hutan dengan cara berladang yang berpindah di atas tanah kering terbukti dapat tumbuh
baik ditempat-tempat yang tergenang air, bahkan produksinya lebih tinggi dari padi
alang. Pada persawahan ini belum mengenal bajak, pengolahan tanah dikenal dengan
cara menginjak-injak tanah basah sampai menjadi lumpur.
Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap di suatu lokasi yang
dikenal dengan nama “kampong” walaupun usaha tani persawahan sudah dimulai,
namun usaha tani secara “berladang yang berpindah-pindah” belum
ditinggalkan,namun ada perubahan yang terjadi dalam pengusahaan jenis tanaman
umbi-umbian, daun-daunan dan buah-buahan. Pengusahaan jenis tanaman tersebut
dilakukan jika disekeliling tempat tinggal sehingga dengan demikian lahir sistem
usahatani pekarangan, sedangkan yang semula diusahakan secara berladang mulai
dijadikan tegalan yang permanen. Untuk selanjutnya usaha pertanian menjalar ke
semua arah,baik kearah pegunungan maupun ke arah pantai-pantai laut. Dengan
3
bertambahnya penduduk bertambah pula keperluan akan tanah pertanian dan jenis
tanaman (Shinta, 2011).
2.2. Transek Desa
Transek merupakan salah satu teknik PRA yang digunakan untuk melakukan
pengamatan langsung terhadap lingkungan dan sumberdaya masyarakat. Kegiatan ini
dilakukan dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa dan mengikuti suatu lintasan
tertentu yang telah disepakati bersama. Jenis-jenis transek ada transek sumberdaya
desa, transek sumberdaya alam dan transek dengan topik khusus. Jenis transek
berdasarkan lintasan ada (1) transek lintasan garis lurus, (2) transek lintasan zig zag,
pulang pergi, berputar, menyapu ke semua arah, (3) transek lintasan saluran air.
Transek desa merupakan kegiatan pengamatan pada suatu desa dimana telah disepakati
suatu garis sebagai transeknya. Pada transek itulah akan dilakukan pengamatan
mengenai berbagai hal yang ditemukan khususnya mengenai sumberdaya alam dan
manusia serta usahatani yang dijumpai pada transek tersebut (MACON, 2007).
2.3. Profil Usahatani
2.3.1.Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan banyak penduduk yang
bermata penaharian sebagai petani. Ciri-ciri sebagian besar usahatani Indonesia
adalah (1) merupakan usaha keluarga skala kecil sehingga volume produksi per
usahatani sangat kecil; (2) usahatani dikelola secara independen sehingga kualitas
produk yang dihasilkan dan waktu panen bervariasi antar petani; (3) usahatani
tersebar dalam kawasan luas (dispersal) sehingga biaya pengumpulan hasil
produksi besar pula dan juga sistem pemasaran hasil tidak efisien; (4) volume
kecil merupakan penghambat eksploitasi skala ekonomi; (5) kualitas yang
beragam membuat ongkos standarisasi tinggi; dan (6) tiadanya kepastian
informasi mengenai kualitas dan waktu panen menciptakan ongkos pencarian dan
risiko kesalahan informasi (Anonymous, 2014).
Kelembagaan petani memiliki titik strategis (entry point) dalam
menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang
ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan
profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat ini potret petani
dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang
4
diharapkan. Menurut Dimyati dalam Sesbany (2014), permasalahan yang masih
melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah:
1. Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah
manajemen produksi maupun jaringan pemasaran.
2. Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas
petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm).
3. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum
berjalan secara optimal.
2.3.2.Tinjauan tentang Komoditas Pertanian
Tanaman padi merupakan komoditas pertanian yang terpenting dalam
kehidupan penduduk Indonesia. Selain itu, sektor pertanian khususnya komoditas
padimemegang peranan penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, yang mana
juga diharapkan dapat menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia.
Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam
pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat
Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Padi merupakan tulang
punggung ekonomi di pedesaan yang diusahakan oleh lebih dari 18 juta petani,
menyumbang hampir 70% terhadap Produk Domestik Bruto tanaman pangan,
memberikan kesempatan kerja dan pendapatan bagi lebih dari 21 juta rumah
tangga dengan sumbangan pendapatan sekitar 25-35% (Kasryono, F.2000).
Komoditas pertanian padi dapat berjalan dengan baik di Indonesia
karena didukung dengan kondisi biofisik dan iklim yang sesuai dengan syarat
tumbuh tannaman padi. Jenis jenis pertanaman padi di Indonesia menurut (BPPP.
2008) Pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan bukan merupakan faktor
pembatas tanaman padi, tetapi pada lahan kering tanaman padi membutuhkan
curah hujan yang optimum >1.600 mm/tahun. Padi gogo memerlukan bulan
basah yang berurutan minimal 4 bulan. Bulan basah adalah bulan yang
mempunyai curah hujan >200 mm dan tersebar secara normal atau setiap minggu
ada turun hujan sehingga tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan.
Suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24-29oC.
Untuk padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah, sedangkan pada
areal yang lebih terjal dapat ditanami di antara tanaman keras. Tanaman padi
dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (pH) optimum berkisar
5
antara 5,5-7,5. Permeabilitas pada sub horizon kurang dari 0,5 cm/jam. Kriteria
kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman padi sawah dan padi gogo dapat dilihat
pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Selain agroekosistem, cara pengelolaan
tanaman juga mempengaruhi keberlanjutan agribisnis padi. Dengan menerapkan
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) keberlanjutan agribisnis padi dapat
diwujudkan. Saat ini hampir seluruh teknologi budidaya tanaman menggunakan
konsep PTT, termasuk budidaya padi sawah dan padi gogo. Di Indonesia
komoditas padi yang paling sering dijumpai dan dibudidayakan oleh petani
adalah padi pada lahan sawah karena padi pada lahan sawah memiliki hasil yang
lebih besar dan juga ditunjang dengan kelimpahan lahan sawah di Indonesia.
Sampai saat ini sekitar 90% produksi padi nasional dipasok dari lahan sawah
irigasi yang sebagian telah terkonversi untuk berbagai keperluan di luar pertanian.
Sementara lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan pasang surut yang
tersebar luas di berbagai daerahbelum banyak berkontribusi dalam peningkatan
produksi padi. Ke depan, selain di lahan sawah irigasi, upaya peningkatan
produksi padi perlu pula diarahkan ke lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan
lahan pasang surut (Puslitbang Tanaman Pangan. 2005).
Menurut BPPP 2008,teknologi budidaya padi pada lahan sawah (terkait
komoditas pada objek praktikum) yang baik dan benar meliputi beberapa hal
yang harus diperhatikan sebagai berikut:
1. Benih Bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan daya tumbuh (vigor) tinggi dan
bersertifikat. Pemilihan benih bermutu dilakukan dengan cara merendam
benih dalam larutan garam dengan menggunakan indikator telur. Telur
diletakkan didasar air dan masukkan garam sampai telur mulai terangkat
kepermukaan, kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam air
garam, selanjutnya benih yang mengambang dibuang. Atau Dapat juga
dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gr garam dapur dalam 1 lt
air) atau larutan pupuk ZA (1 kg pupuk ZA dalam 2,7 lt air), masukkan
benih ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (Volume larutan 2 kalivolume
benih), kemudian diaduk-aduk dan benih yang mengambang dibuang.
2. Persemaian
Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan
sebanyak ± 20 kg. Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air bersih
6
dan kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya diperam
dalam karung selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan cara
membasahi karung dengan air. Untuk benih hibrida langsung direndam
dalam air dan selanjutnya diperam. Luas persemaian sebaiknya 400 m2/ha
(4% dari luas tanam). Lebar bedengan pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi
campuran pupuk kandang, serbuk kayu dan abu sebanyak 2 kg/m2.
Penambahan ini memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan
akar bisa dikurangi. Antar bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm.
3. Persiapan Lahan
Tanam bibit muda (<21 HSS, hari setelah sebar), sebanyak 1-3
bibit/rumpun. Bibit lebih muda (14 HSS) dengan 1 bibit/rumpun akan
menghasilkan anakan lebih banyak, hanya pada daerah endemis keong mas
gunakan benih 18 HSS dengan 3 bibit/rumpun. Penyulaman dilakukan
sebelum tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam). Pada saat bibit
ditanam, tanah dalam kondisi jenuh air. Penanaman disarankan dengan
sistem jejer legowo 2 : 1 atau 4 : 1 (40x(20x10) cm atau (50x(25x12,5) cm,
karena populasi lebih banyak dan produksinya lebih tinggi dibanding
dengan sistem jejer tegel (Tabel 2). Cara tanam berselang seling 2 baris
tanam dan 1 baris kosong (legowo 2 : 1) atau 4 baris tanam dan satu baris
kosong (legowo 4 : 1), seperti terlihat pada Gambar 3. Keuntungan cara
tanam jejer legowo antara lain : Rumpun tanaman yang berada pada bagian
pinggir lebih banyak., Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran
pengumpulan keong mas atau untuk mina padi., Pengendalian hama,
penyakit dan gulma lebih mudah, Pada tahap awal areal pertanaman lebih
terang sehingga kurang disenangi tikus, penggunaan pupuk lebih berdaya
guna.
4. Pengairan
Cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah
diari dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada
penambahan air. Pada hari ke-4 lahan sawah diari kembali dengan tinggi
genangan 3 cm. Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal.
Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah
digenangi terus. Sejak 10-15 hari sebelum panen sampai saat panen tanah
dikeringkan. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran
7
pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim
tanam kurang mencukupi, pengairan bergilir dapat dilakukan dengan selang
5 hari. Pada sawah-sawah yang sulit dikeringkan (drainase jelek), pengairan
berselang tidak perlu dipraktekan.
5. Pemupukan
Pemupukan berimbang, yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam
bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman
berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam
tanah. Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi membutuhkan
hara N sekitar 17,5 kg, P sebanyak 3 kg dan K sebanyak 17 kg. Dengan
demikian jika kita ingin memperoleh hasil gabah tinggi, sudah barang tentu
diperlukan pupuk yang lebih banyak. Namun demikian tingkat hasil yang
ditetapkan juga memperhatikan daya dukung lingkungan setempat dengan
melihat produktivitas padi pada tahun-tahun sebelumnya. Agar efektif dan
efisien, penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan
ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui
dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan
Bagan Warna Daun (BWD). Nilai pembacaan BWD digunakan untuk
mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih
tepat sesuai dengan kondisi tanaman.
Cara pemberian pupuk N dilakukan dengan cara disebar merata di
permukaan tanah. Pupuk Urea merupakan pupuk yang mudah larut dalam
air, sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan
pengeluaran air ditutup. Berdasarkan hasil penelitian, efisiensi pupuk N
dapat ditingkatkan dengan memasukan hara N ke dalam lapisan reduksi.
Namun teknologi ini tidak mudah diterapkan petani. Pemupukan P dan K
disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman.
Status hara tanah sawah dapat ditentukan langsung di lapangan dengan alat
PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah). Prinsip kerja PUTS adalah mengukur
hara P dan K tanah yang terdapat dalam bentuk tersedia, secara semi
kuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan).
6. Pengendalian Gulma Secara Terpadu
Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna,
mengatur air dipetakan sawah, menggunakan benih padi bersertifikat, hanya
8
menggunakan kompos sisa tanaman dan kompos pupuk kandang, dan
menggunakan herbisida apabila infestasi gulma sudah tinggi. Pengendalian
gulma secara manual dengan menggunakan kosrok (landak) sangat
dianjurkan, karena cara ini sinergis dengan pengelolaan lainnya.
Pengendalian gulma secara manual hanya efektif dilakukan apabila kondisi
air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan
pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga
pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami
dan tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan berbagai
cara pengendalian hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring
populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi
pengendalian dapat lebih tepat. Hama yang sering menyerang tanaman padi
sawah antara lain keong mas, wereng coklat, penggerek batang, tikus dan
walang sangit. Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman padi
yaitu penyakit hawar daun bakteri (HBD) dan penyakit blast
2.4. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani
Analisis dalam usahatani yang mencangkup biaya, penerimaaan dan
keuntungan sering juga disebut sebagai arus uang tunai. Arus uang tunai merupakan
suatu proses analisis tentang besarnya biaya dan pendapatan dari suatu usahatani
dengan dasar perhitungan berupa seluruh biaya penerimaan maupun pengeluaran
selama proses produksi dari uahatani berlangsung. Analisis usahatani dilakukan untuk
mengetahui ciri-ciri usahatani yangnbersangkutan. Analisis ini dilihat dari berbagai
aspek data, menurut Soekartawi (1995), ada tiga data yang sering dipakai dalam
melakukan analisis usahatani. Data tersebut meliputi penerimaan, biaya, dan
pendapatan usahatani. Menurut Maulidah, dkk (2010) Cara analisis terhadap tiga
variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow
analysis) dengan perincian sebagai berikut:
1. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani
selama proses produksi. Perhitungan biaya produksi dirumuskan sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
9
Keterangan:
TC = Total Cost (biaya total)
TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total) TVC = Total Variable Cost (biaya
variabel total)
Penghitungan biaya produksi dalam usahatani berdasarkan jenis input yang
digunakan :
Keterangan:
TC = Biaya total yang dikeluarkan untuk membudidayakan komoditas
Xi = Jumlah fisik dari input yang diperlukan dalam usahatani
Px1 = Harga input
2. Penerimaan Usahatani
Perhitungan penerimaan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:
TR = P x Q
Keterangan:
TR = Total Revenue (penerimaan total)
P = Price (harga per kg)
Q = Quantity (jumlah produksi)
3. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani juga bisa disebut sebagai keuntungan/laba usahatani,
merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya selama proses
produksi. Rumusnya:
π = TR – TC
Keterangan:
π = pendapatan atau keuntungan usahatani
TR = Total Revenue (penerimaan total)
TC = Total Cost (biaya total)
2.5. Analisis Kelayakan Usahatani
2.5.1. R/C Ratio
R/C rasio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha
dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis
10
kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam
menerapkan suatu teknologi.
Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan
perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat
dinyatakan sebagai berikut:
R / C = PQ . Q / (TFC+TVC)
Keterangan:
R = penerimaan
C = biaya
PQ = harga output
Q = output
TFC = biaya tetap (fixed cost)
TVC = biaya variabel (variable cost)
Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu:
R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan
R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP
R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan
2.5.2. BEP(Break Even Point)
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam
operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau
dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba
dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya
menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya
cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup
menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita
kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila
penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan
(Maulidah, 2012).
Disimpulkan bahwa Analisa break even point memberikan penerapan
yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam
mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan
yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui
keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point
11
mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai
berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan
memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
a. Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit
Break even point volume produksi menggambarkan produksi
minimal yang harus dihasilkan dalam usaha agroindustri agar tidak
mengalami kerugian (Juanda dan Cahyono, 2000). Rumus perhitungan BEP
unit seperti berikut:
Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
Q = Quantities (Produksi)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
P = Harga Produk
b. Break Even Point (BEP) Rupiah
Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk
dengan kuantitas produk pada saat BEP (Juanda dan Cahyono, 2000).
Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
TR = Total Revenue (Penerimaan)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
12
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Sejarah Usahatani
Lokasi survei yang kami lakukan berada pada Dsn.Telasih Ds.Kepuharjo
Kec.Karangploso Kab.Malang Jawa Timur. Dalam sejarahnya kegiatan usahatani sudah
menjadi tradisi turun temurun bagi penduduk sekitar dilihat dari banyaknya area yang
difungsikan sebagai sawah dan tegalan. Komoditas yang diusahakan di daerah tersebut
didominasi oleh tanaman padi namun juga ditemukan beberapa jenis tanaman
holtikultura seperti tomat, kubis, brokoli, sawi, andewi, cabai dan lain sebagaiya. Di
desa tersebut terdapat kelompok tani yang bernama Dewi Sri yang kegiatannya masih
aktif sampai sekarang.
Untuk sejarah usahatani petani yang menjadi narasumber kami ialah beliau
merupakan penduduk lokal Desa Kepuharjo yang memilih untuk melakukan urbanisasi
ke Kota Jakarta setelah menikah dan memiliki mata pencaharian sebagai sopir. Pada
tahun 2005 beliau memutuskan untuk kembali ke desa dan mulai menjalankan kegiatan
usaha tani dengan sistem bagi hasil. Lahan yang dijalankan oleh narasumber kami
merupakan milik orang lain yang statusnya sebagai tetangga, dalam hal ini beliau hanya
menjalankan kegiatan on farm yang meliputi penanaman, perawatan, perlindungan
terhadap hama dan penyakit serta panen. Sedangkan penjualan hasil panen dilakukan
oleh pemilik lahan yang nantinya dari penjualan hasil panen tersebut akan dibagi
hasilkan sebagai imbalan. Komoditas yang diusahakan oleh petani narasumber kami
ialah padi varietas Ciherang. Beliau memperoleh keterampilan bertani melalui
pengalaman yang diperolehnya secara otodidak serta melalui penyuluhan yang
dilakukan oleh dinas pertanian.
3.2. Transek Desa
a. Gambar lokasi survei (dari Google Earth)
13
b. Transek dari rumah petani ke lahan milik petani
Rumah petani Pemukiman Penduduk lahan tomat sawah padi bekas cafe
3.3. Profil Petani dan Usahatani
a. Profil Petani
Nama : Samsul Huda
Alamat : Dsn. Telasih Ds. Kepuharjo RT 03/RW 11
Kec. Karangploso Kab. Malang
Usia : 46 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan utama : Petani
Pekerjaan sampingan : Peternak kambing
Jumlah anggota keluarga : 5 orang
Keterangan anggota keluarga :
No Nama
Hubungan
Dengan KK
Umur Pendidikan
Pekerjaan
Utama Sampingan
1 Samsul
Huda
Kepala Keluarga 46 Th SMP Petani Peternak
2 Mahmudah Istri 37 Th SMP Ibu Rumah
Tangga
-
3 Nurul
Kuswanto
Anak 18 Th SMP Buruh
Meubel
-
4 Cahya
Wahyudi
Anak 13 Th SMP Pelajar
-
5 Wawan
Kurniawan
Anak 6 Th SD Pelajar
-
Penguasaan lahan : Milik orang lain 12.000 m2
Kepemilikan ternak : Kambing 16 ekor
14
b. Usaha Tani
Komoditas : Padi
Pola tanam : Monokultur
Kegiatan Bercocok tanam :
No
Waktu
Tanam
Jenis Kegiatan Uraian
1 Bulan Juli Menyemai
Dilakukan selama
20 hari
2 20 Hst
Memindahkan bibit padi di sawah ,
pemupukan dasar dan penyiangan
gulma
Pupuk yang
digunakan ialah
Urea dan Phonska
3 40 Hst
Pemupukan Ke 2 dan penyingan
gulma
Pupuk yang
digunakan ialah
Phonska dan ZA
4 120 Hst Panen
Panen dilakukan
oleh 5 orang
Cara pengendalian hama yang dilakukan petani :
 Pestisida Kimia : Dhesis, Nordox, Mipcin, Racumi, Round up, Rizotin
 Mekanis : Penyiangan gulma
3.4. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani
3.4.1. Biaya Usahatani (Satu Musim Tanam = 4 bulan)
a. Biaya Tetap (Total Fixed Cost/TFC)
No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp)/Unit Biaya (Rp)
1. Sewa lahan 12.000 m2 2.000.000
2. Sewa Alat:
 Traktor 1 2.200.000 2.200.000
3.
Penyusutan alat
 Cangkul
 Sabit
 Tabung
sprayer
3
4
2
3.000
3.000
7.500
9.000
12.000
15.000
Total Biaya Tetap 4.236.000
15
b. Biaya Variabel (Total Variable Cost/TVC)
No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Benih/bibit:
 Ciherang 40 kg 4.000 160.000
2. Pupuk:
 Urea
 Ponska
 ZA
200 kg
400 kg
200 kg
3.000
4.000
2.000
600.000
1.600.000
400.000
3. Obat-obatan:
 Scor
 Desis
 Gramason
 Mipcin
 Racumi
8
8
8
4
4
110.000
60.000
65.000
60.000
10.000
880.000
480.000
520.000
240.000
40.000
4. Tenaga kerja:
 Penanaman
 Pemupukan
 Penyiangan
gulma
 Penyemprotan
 Panen
5 HOK
10 HOK
4 HOK
6 HOK
5 HOK
50.000
50.000
50.000
50.000
50.000
250.000
500.000
200.000
300.000
250.000
5. Air 2.000.000
Total Biaya Variabel 7.860.000
c. Total Biaya (Total Cost/TC)
No. Biaya Total Biaya (Rp)
1. Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) 4.236.000
2. Total Biaya Variabel (Total Variabel Cost) 7.860.000
Total Biaya (Total Cost) 12.096.000
3.4.2. Penerimaan Usahatani
No. Produksi Harga/kg Biaya
1. Gabah (7 ton=7000 kg) 4000 28.000.000
Penerimaan Usahatani 28.000.000
3.4.3. Keuntungan Petani
No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Penerimaan (Total Revenue) 28.000.000
2. Total Biaya (Total Cost) 12.096.000
Keuntungan 15.904.000
16
3.5. Analisis Kelayakan Usahatani
3.5.1. R/C Ratio
𝑅
𝐶
=
𝑃𝑞. 𝑄
(𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶)
𝑅
𝐶
=
28.000.000
12.096.000
𝑅
𝐶
= 2,314814815
𝑅
𝐶
= 2,31
Artinya, setiap 1 rupiah yang dikeluarkan oleh petani sebagai biaya
produksi padi, akan menghasilkan 2,31 rupiah. Sehingga usahatani ini layak
untuk dijalankan karena telah memberikan keuntungan bagi petani.
3.5.2. BEP (Break Event Point)
𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡 =
𝑇𝐹𝐶
𝑃 − 𝑇𝑉𝐶/𝑄
𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡 =
4.236.000
4000 −
7.860.000
7000
𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 1.472,29
Artinya, usahatani padi yang dijalankan oleh petani akan mencapai titik
impas apabila telah memproduksi 1.472,29 kg gabah.
𝐵𝐸𝑃 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 =
𝑇𝐶
𝑄
𝐵𝐸𝑃 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 =
12.096.000
7000
𝐵𝐸𝑃 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 = 1.728
𝐵𝐸𝑃 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 = 1.800
Artinya, usahatani padi yang dijalankan oleh petani akan mencapai titik
impas apabila harga yang diberikan sebesar Rp 1.800,- per kg.
17
3.6. Pemasaran Hasil Pertanian
Berdasarkan survei yang telah kami lakukan, Bapak Samsul selaku responden
menjual 100% dari hasil produksi padinya dan tidak mengambil hasil panen tersebut
untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan bibit. Disini disebabkan karena Bapak
Samsul hanya bertindak sebagai buruh tani dan bukan bertindak sebagai pemilik lahan
ataupun pemilik saprodi sehingga hak atas produksi atau hasil panen sepenuhnya
berada di tangan pemilik lahan. Pak Samsul hanya mendapat upah berupa uang dari
pemilik lahan. Walaupun hak untuk menjual hasil panen sepenuhnya adalah milik
pemilik lahan, namun pemilik lahan telah menyerahkan urusan penjualan dan
pemasaran kepada bapak Samsul dan hanya menerima hasil dari penjualan produksi
panen tersebut. Dari keterangan yang di dapat, Bapak Samsul menjual hasil panen
dalam bentuk gabah kering kepada pihak penggilingan padi hal ini dikarenakan untuk
menggiling padi dibutuhkan waktu dan biaya tambahan. Sistem pemasaran hasil
pertanian dari Bapak Samsul tidak melalui lembaga pemasaran khusus, melainkan
menjual secara langsung hasil panen kepada pihak penggilingan padi dengan alasan
seperti yang telah disebutkan di atas.
3.7. Kelembagaan Petani
Kelembagaan terkait usaha tani yang terdapat di daerah kediaman Bapak
Samsul adalah berupa KUD dan Poktan. Keberadaan dua kelembagaan ini masih aktif
hingga saat ini. KUD berperan dalam menyediakan modal bagi petani untuk
menjalankan usahatani. Namun peran dari KUD sendiri kurang dirasakan oleh Bapak
Samsul maupun petani sekitar dikarenakan KUD di daerah tersebut lebih berfokus pada
usaha peternakan dan produksi susu segar. Sedangkan untuk usahatani sendiri lebih
terfasilitasi oleh lembaga poktan setempat dimana dalam lembaga ini petani mendapat
berbagai penyuluhan mulai dari masalah hama, serta pengetahuan tentang praktik
budidaya sejak pembibitan hingga masa panen sehingga para petani bisa mendapat ilmu
dan bertukar pengetahuan dengan petani lainnya.
3.8. Kendala Usahatani
Kendala yang dialami Bapak Samsul maupun petani sekitar selaku pelaku
usaha tani berfokus pada permasalahan hama dan penyakit. Peningkatan populasi tikus
di areal persawahan terjadi akibat perburuan ular yang pada hakikatnya berperan
sebagai predator tikus. Serangan tikus yang cukup tinggi dirasa menjadi salah satu
18
kendala utama dalam usahatani mereka. Hal ini dikarenakan serangan tikus dapat
menyebabkan kerusakan pada tanaman padi sehingga kualitas maupun kuantitas
produksi padi menurun. Selain hama tikus, penyakit juga menjadi masalah utama dalam
usahatani Bapak Samsul. Serangan penyakit dapat menyebabkan bulir padi menjadi
kosong (tidak terisi) sehingga produksi padi menjadi rendah.
Untuk mengatasi kedua masalah di atas Bapak Samsul biasanya menggunakan
berbagai pestisida kimia sintetik yang memiliki harga tinggi. Pengendalian hama
dengan berbagai jenis pestisida tersebut dilakukan oleh Bapak Samsul secara berkala
atau terjadwal artinya berbagai pestisida yang memiliki harga tinggi tersebut
dibutuhkan oleh Bapak Samsul di setiap musim tanam. Hal ini dapat dapat
meningkatkan biaya produksi dari usaha tani yang dijalankan Bapak Samsul tersebut.
Namun selain itu penggunaan pestisida kimia sintetik secara berkala seperti yang
dilakukan bapak samsul dapat berdampak buruk bagi lingkungan dan akan berindikasi
kepada terjadinya degradasi lahan. Terjadinya degradasi lahan akan menurunkan daya
dukung lingkungan yang akan berdampak buruk pula pada menurunnya produktivitas
hasil pertanian. Hal ini belum disadari oleh Bapak Samsul maupun petani sekitar
sehingga perlu dilakukan penyuluhan ataupn upaya percontohan bagi petani atau pelaku
usaha tani di sekitar kediaman Bapak Samsul.
19
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Petani di Dsn.Telasih mayoritas berusahatani komoditas padi dengan sistem
pertanaman monokultur sepanjang tahun tanpa pernah mengganti dengan komoditas
lain. Hasil produksi padi dijual keseluruhan kepada tengkulak dalam bentuk gabah.
Menurut analisis menggunakan perhitungan R/C Ratio diketahui bahwa usahatani yang
dijalankan petani ini layak untuk dilanjutkan karena telah menghasilkan keuntungan.
Kendala yang dihadapi oleh petani dalam berusahatani padi adalah serangan
hama dan penyakit terutama hama tikus. Serangan hama ini kemungkinan terjadi
karena sistem pertanaman yang monokultur sepanjang tahun. Selama ini, untuk
mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman, petani masih menggunakan
pestisida kimia sintetik karena dianggap lebih efektif dan belum pernah menerapkan
konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu
4.2. Saran
Sebaiknya petani mengganti varietas yang ditanam dengan jenis varietas yang
lebih tahan terhadap serangan hama atau dengan mengubah sistem budidaya yang
diterapkan dari monokultur menjadi polikultur baik secara tumpangsari maupun rotasi
tanaman. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit yang
menyerang tanaman padi terutama hama tikus yang menjadi hama penting di
pertanaman padi. Selain itu, sistem polikultur juga dapat menurunkan biaya produksi
karena penggunaan pestisida kimia sintetik dapat diminimalisir.
20
V. LAMPIRAN
5.1. Transek Desa dan Peta Desa
a. Transek Desa (Dari rumah narasumber ke lokasi lahan pertanian)
Rumah petani Pemukiman Penduduk lahan tomat sawah padi bekas cafe
b. Peta Desa
Peta Dusun Telasih, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Malang
5.2. Lampiran Foto Hasil Survei Lapang
Lahan pertanian yang dikelola oleh Bapak
Samsul
Anggota kelompok bersama narasumber
21
Padi yang rusak akibat serangan hama
5.3. Kalender Musim Tanam
No.
Jenis
Kegiatan
Bulan (2014)
Juli Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
Pengolahan
Lahan
2.
Penyemaian
bibit
3. Penanaman
4.
Pemupukan
dasar
5. Penyiangan
6. Perawatan
7.
Pemupukan
kedua
8. Penyiangan
9. Perawatan
10. Panen
22
5.4. Kuisioner Survei Lapang
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2014. Pembangunan Pertanian Dan Perekonomian Pedesaan Melalui
Kemitraan Usaha Berwawasan Agribisnis. 16 hlm.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005. Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Padi. Bogor: Puslitbang Tanaman Pangan
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008. Teknologi Budidaya Padi. ISBN: 978-
979-1415-22-4
Kasryno, F. 2000. Sumber Daya Manusia dan Pengelolaan Lahan Pertanian di Indonesia.
FAE Vol. 18 No. 1 dan 2, Desember 2000 Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian
Hal. 25-51
MACON. 2007. Rencana Pengembangan Desa Kuala Tripa. Spatial Planning and
Environment Management – Village Planning. Banda Aceh
Mauidah, S. 2012. Kelayakan Usahatani. Lab of Agribusiness Analysis and Management,
Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya. Malang
Rangkuti (2005) dalam Maulidah,S (2012). Kelayakan Usahatani. Lab of Agribusiness
Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya. Malang
Sesbany. 2014. Penguatan Kelembagaan Petani Untuk Meningkatkan Posisi Tawar Petani.
Medan: STTP.
Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press)
Silvana Maulidah1, Destyana Ellingga Pratiwi. 2010. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani
Anggur Prabu Bestari (Financial Feasibility Analysis Of Prabu Bestari Grapes
Farming) . AGRISE Volume X No. 3 Bulan Agustus 2010 ISSN: 1412-1425
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press

More Related Content

What's hot

Ppt peran argoindustri dalam pembangunan ekonomi
Ppt peran argoindustri dalam pembangunan ekonomi Ppt peran argoindustri dalam pembangunan ekonomi
Ppt peran argoindustri dalam pembangunan ekonomi Putri Suwarno
 
Masalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di IndonesiaMasalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di IndonesiaHeri Saputra
 
Propagasi modul 1
Propagasi modul 1Propagasi modul 1
Propagasi modul 1Eka Fitri
 
konversi lahan kopi menjadi tanaman pekarangan
konversi lahan kopi menjadi tanaman pekarangankonversi lahan kopi menjadi tanaman pekarangan
konversi lahan kopi menjadi tanaman pekaranganAris Pamungkas
 
PERTANIAN INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA
PERTANIAN INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA PERTANIAN INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA
PERTANIAN INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Puan Habibah
 
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanianMakalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanianOpissen Yudisyus
 
Kuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnis
Kuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnisKuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnis
Kuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnissamsul alam
 
Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )
Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )
Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )Wahyu Saputra
 
Akalah tentang pertanian di indonesia
Akalah tentang pertanian di indonesiaAkalah tentang pertanian di indonesia
Akalah tentang pertanian di indonesiaFebrilidia
 
Presentasi mekanisasi pertanian
Presentasi mekanisasi pertanianPresentasi mekanisasi pertanian
Presentasi mekanisasi pertanianFaizalRidho1
 

What's hot (20)

Ciri ciri pertanian
Ciri ciri pertanianCiri ciri pertanian
Ciri ciri pertanian
 
konsep dasar ekonomi pertanian
konsep dasar ekonomi pertanian konsep dasar ekonomi pertanian
konsep dasar ekonomi pertanian
 
Tanaman pangan pbh
Tanaman pangan pbhTanaman pangan pbh
Tanaman pangan pbh
 
8 peranan sektor pertanian
8 peranan sektor pertanian8 peranan sektor pertanian
8 peranan sektor pertanian
 
Ppt peran argoindustri dalam pembangunan ekonomi
Ppt peran argoindustri dalam pembangunan ekonomi Ppt peran argoindustri dalam pembangunan ekonomi
Ppt peran argoindustri dalam pembangunan ekonomi
 
Masalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di IndonesiaMasalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di Indonesia
 
Propagasi modul 1
Propagasi modul 1Propagasi modul 1
Propagasi modul 1
 
1
11
1
 
konversi lahan kopi menjadi tanaman pekarangan
konversi lahan kopi menjadi tanaman pekarangankonversi lahan kopi menjadi tanaman pekarangan
konversi lahan kopi menjadi tanaman pekarangan
 
Peranan Sektor Pertanian
Peranan Sektor PertanianPeranan Sektor Pertanian
Peranan Sektor Pertanian
 
Padi protan print
Padi protan printPadi protan print
Padi protan print
 
PERTANIAN INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA
PERTANIAN INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA PERTANIAN INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA
PERTANIAN INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA
 
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanianMakalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
 
Kuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnis
Kuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnisKuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnis
Kuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnis
 
Makalah_50 Makalah mosher
Makalah_50 Makalah mosherMakalah_50 Makalah mosher
Makalah_50 Makalah mosher
 
Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )
Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )
Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )
 
Ilmu dasar
Ilmu dasarIlmu dasar
Ilmu dasar
 
Akalah tentang pertanian di indonesia
Akalah tentang pertanian di indonesiaAkalah tentang pertanian di indonesia
Akalah tentang pertanian di indonesia
 
Agroindustri
AgroindustriAgroindustri
Agroindustri
 
Presentasi mekanisasi pertanian
Presentasi mekanisasi pertanianPresentasi mekanisasi pertanian
Presentasi mekanisasi pertanian
 

Similar to OPTIMALISASI USAHATANI

Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxKelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxghaibgp
 
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxKelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxghaibgp
 
Sistem Mata Pencaharian
Sistem Mata PencaharianSistem Mata Pencaharian
Sistem Mata PencaharianErna Mariana
 
Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...
Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...
Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...Dharma Cooporation
 
Ppt geo kearifan 2
Ppt geo kearifan 2Ppt geo kearifan 2
Ppt geo kearifan 2iin nafisa
 
Kearifan lokal dalam bidang pertanian
Kearifan lokal dalam bidang pertanianKearifan lokal dalam bidang pertanian
Kearifan lokal dalam bidang pertanianAnisa Salma
 
Artikel tentang industri pertanian 2
Artikel tentang industri pertanian 2Artikel tentang industri pertanian 2
Artikel tentang industri pertanian 2vickysyu5mercu
 
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasPeran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasrizky hadi
 
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdfMuhammad Ihsan
 
biosakamaterinew-230524081604-3649ccdf.pptx
biosakamaterinew-230524081604-3649ccdf.pptxbiosakamaterinew-230524081604-3649ccdf.pptx
biosakamaterinew-230524081604-3649ccdf.pptxferdhiyadi1
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianifat fatiroh
 
GANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptx
GANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptxGANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptx
GANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptxLanlanBoystoyz1
 
ppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptx
ppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptxppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptx
ppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptxtatiukk
 
Mata Kuliah Ekologi Pertanian tahun 2024.pptx
Mata Kuliah Ekologi Pertanian tahun 2024.pptxMata Kuliah Ekologi Pertanian tahun 2024.pptx
Mata Kuliah Ekologi Pertanian tahun 2024.pptxharryzharifa
 
(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanianElisabeth Marina
 

Similar to OPTIMALISASI USAHATANI (20)

Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxKelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
 
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxKelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
 
Sistem Mata Pencaharian
Sistem Mata PencaharianSistem Mata Pencaharian
Sistem Mata Pencaharian
 
Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...
Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...
Makalah program pengembangan_peternakan_kerbau_di_kawasan_semi_arid_by_made_s...
 
Ciri
CiriCiri
Ciri
 
Ppt geo kearifan 2
Ppt geo kearifan 2Ppt geo kearifan 2
Ppt geo kearifan 2
 
Kearifan lokal dalam bidang pertanian
Kearifan lokal dalam bidang pertanianKearifan lokal dalam bidang pertanian
Kearifan lokal dalam bidang pertanian
 
PORANG.docx
PORANG.docxPORANG.docx
PORANG.docx
 
Artikel tentang industri pertanian 2
Artikel tentang industri pertanian 2Artikel tentang industri pertanian 2
Artikel tentang industri pertanian 2
 
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasPeran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
 
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
 
3. bab 12345
3. bab 123453. bab 12345
3. bab 12345
 
biosakamaterinew-230524081604-3649ccdf.pptx
biosakamaterinew-230524081604-3649ccdf.pptxbiosakamaterinew-230524081604-3649ccdf.pptx
biosakamaterinew-230524081604-3649ccdf.pptx
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanian
 
biosaka materi new.pptx
biosaka materi new.pptxbiosaka materi new.pptx
biosaka materi new.pptx
 
GANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptx
GANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptxGANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptx
GANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptx
 
ppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptx
ppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptxppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptx
ppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptx
 
Mata Kuliah Ekologi Pertanian tahun 2024.pptx
Mata Kuliah Ekologi Pertanian tahun 2024.pptxMata Kuliah Ekologi Pertanian tahun 2024.pptx
Mata Kuliah Ekologi Pertanian tahun 2024.pptx
 
Lahan
LahanLahan
Lahan
 
(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian
 

Recently uploaded

Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfIde dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfPerkuliahanDaring
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 

Recently uploaded (16)

Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfIde dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 

OPTIMALISASI USAHATANI

  • 1. 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usahatani merupakan suatu kegiatan pemanfaatan sumberdaya secara efektif dan efisien yang ada untuk mendapat keuntungan yang tinggi dari kegiatan pertanian yang dilakukan. Setiap kegiatan pertanian yang dilakukan disebut usahatani. Dalam menjalankan usahataninya, terkadang petani atau pelaku usahatani lain mengalami kendala-kendala manajemen yang menyebabkan keuntungan yang didapat menjadi tidak optimal, atau pemanfaatan sumberdaya yang tidak efektif dan efisien mengakibatkan tidak optimalnya keuntungan yang didapatkan. Jika keuntungan maksimal tidak bisa didapatkan atau malah usahatani yang dilakukan justru dirasa merugikan bagi pelaku usahatani, maka tidak akan ada artinya seorang pelaku usahatani menjalankan usahataninya secara terus-menerus. Ilmu usahatani merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji bagaimana cara memanfaatkan sumberdaya yang ada (sumberdaya modal, manusia dan alam) seefektif dan seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. 1.2. Tujuan Kegiatan analisis usahatani di beserta penyusunan laporan kegiatannya bertujuan untuk mengetahui sistem usahatani yang diterapkan dan kelayakan usahatani yang telah dilakukan oleh petani di Dusun Telasih Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang . 1.3. Manfaat Analisis usahatani yang kami lakukan di Dusun Telasih Kecamatan Karangploso ini bermanfaat untuk pendalaman kami dalam mengaplikasikan cara menganalisis usahatani di masyarakat, dan laporan ini juga bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengetahui bagaimana usahatani yang ada di Dusun Telasih Kecamatan Karangploso dan alangkah lebih bermanfaat bila hasil analisis ini dapat diketahui oleh narasumber yang kami wawancarai sehingga rekomendasi yang dibuat dapat diterapkan.
  • 2. 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Usahatani Pertanian telah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Di Indonesia, awalnya pertanian dilakukan hanya semata untuk dapat bertahan hidup. Untuk memenuhi keperluan hidup, masyarakat menanam apa saja yang diperlukan. Masyarakat berfikir sederhana bagaimana mempersiapkan lahan, alat-alat, hewan dan sebagainya. Dari pengalaman bercocok tanam tersebut, nantinya akan muncul kelompok manusia yang melanjutkan pekerjaan yang berhubungan dengan bercocok tanam dan yang merasa tidak berbakat mereka akan memelihara dan menggembalakan ternak. Kelompok masyarakat yang suka bercocok tanam akan mencari lahan yang gampang ditanami sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Kelompok masyarakat tersebut berkelompok di satu tempat,tetapi belum mempunyai tempat bermukim secara tepat (permanen). Kalau tanah pertaniannya mulai merosot kesuburannya, maka seluruh kelompok tersebut berpindah lahan pertanian, sehingga berpindah pula tempat bermukim. Mereka membuka tanah baru lagi, bisa tanah hutan atau tanah padang rumput. Setiap tiga tahun mereka berpindah, sistem pertanian tersebut dikenal dengan nama “berladang” yang berpindah-pindah (shifting cultivation). Lahan yang ditinggalkan dijadikan belukar agar kembali subur. Kemudian sistem bersawah di temukan, orang mulai bermukim ditempat yang tetap, tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput dan kemudian juga diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang berpindah di atas tanah kering terbukti dapat tumbuh baik ditempat-tempat yang tergenang air, bahkan produksinya lebih tinggi dari padi alang. Pada persawahan ini belum mengenal bajak, pengolahan tanah dikenal dengan cara menginjak-injak tanah basah sampai menjadi lumpur. Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap di suatu lokasi yang dikenal dengan nama “kampong” walaupun usaha tani persawahan sudah dimulai, namun usaha tani secara “berladang yang berpindah-pindah” belum ditinggalkan,namun ada perubahan yang terjadi dalam pengusahaan jenis tanaman umbi-umbian, daun-daunan dan buah-buahan. Pengusahaan jenis tanaman tersebut dilakukan jika disekeliling tempat tinggal sehingga dengan demikian lahir sistem usahatani pekarangan, sedangkan yang semula diusahakan secara berladang mulai dijadikan tegalan yang permanen. Untuk selanjutnya usaha pertanian menjalar ke semua arah,baik kearah pegunungan maupun ke arah pantai-pantai laut. Dengan
  • 3. 3 bertambahnya penduduk bertambah pula keperluan akan tanah pertanian dan jenis tanaman (Shinta, 2011). 2.2. Transek Desa Transek merupakan salah satu teknik PRA yang digunakan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap lingkungan dan sumberdaya masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa dan mengikuti suatu lintasan tertentu yang telah disepakati bersama. Jenis-jenis transek ada transek sumberdaya desa, transek sumberdaya alam dan transek dengan topik khusus. Jenis transek berdasarkan lintasan ada (1) transek lintasan garis lurus, (2) transek lintasan zig zag, pulang pergi, berputar, menyapu ke semua arah, (3) transek lintasan saluran air. Transek desa merupakan kegiatan pengamatan pada suatu desa dimana telah disepakati suatu garis sebagai transeknya. Pada transek itulah akan dilakukan pengamatan mengenai berbagai hal yang ditemukan khususnya mengenai sumberdaya alam dan manusia serta usahatani yang dijumpai pada transek tersebut (MACON, 2007). 2.3. Profil Usahatani 2.3.1.Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara dengan banyak penduduk yang bermata penaharian sebagai petani. Ciri-ciri sebagian besar usahatani Indonesia adalah (1) merupakan usaha keluarga skala kecil sehingga volume produksi per usahatani sangat kecil; (2) usahatani dikelola secara independen sehingga kualitas produk yang dihasilkan dan waktu panen bervariasi antar petani; (3) usahatani tersebar dalam kawasan luas (dispersal) sehingga biaya pengumpulan hasil produksi besar pula dan juga sistem pemasaran hasil tidak efisien; (4) volume kecil merupakan penghambat eksploitasi skala ekonomi; (5) kualitas yang beragam membuat ongkos standarisasi tinggi; dan (6) tiadanya kepastian informasi mengenai kualitas dan waktu panen menciptakan ongkos pencarian dan risiko kesalahan informasi (Anonymous, 2014). Kelembagaan petani memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang
  • 4. 4 diharapkan. Menurut Dimyati dalam Sesbany (2014), permasalahan yang masih melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah: 1. Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran. 2. Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm). 3. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal. 2.3.2.Tinjauan tentang Komoditas Pertanian Tanaman padi merupakan komoditas pertanian yang terpenting dalam kehidupan penduduk Indonesia. Selain itu, sektor pertanian khususnya komoditas padimemegang peranan penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, yang mana juga diharapkan dapat menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia. Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Padi merupakan tulang punggung ekonomi di pedesaan yang diusahakan oleh lebih dari 18 juta petani, menyumbang hampir 70% terhadap Produk Domestik Bruto tanaman pangan, memberikan kesempatan kerja dan pendapatan bagi lebih dari 21 juta rumah tangga dengan sumbangan pendapatan sekitar 25-35% (Kasryono, F.2000). Komoditas pertanian padi dapat berjalan dengan baik di Indonesia karena didukung dengan kondisi biofisik dan iklim yang sesuai dengan syarat tumbuh tannaman padi. Jenis jenis pertanaman padi di Indonesia menurut (BPPP. 2008) Pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan bukan merupakan faktor pembatas tanaman padi, tetapi pada lahan kering tanaman padi membutuhkan curah hujan yang optimum >1.600 mm/tahun. Padi gogo memerlukan bulan basah yang berurutan minimal 4 bulan. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm dan tersebar secara normal atau setiap minggu ada turun hujan sehingga tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan. Suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24-29oC. Untuk padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah, sedangkan pada areal yang lebih terjal dapat ditanami di antara tanaman keras. Tanaman padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (pH) optimum berkisar
  • 5. 5 antara 5,5-7,5. Permeabilitas pada sub horizon kurang dari 0,5 cm/jam. Kriteria kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman padi sawah dan padi gogo dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Selain agroekosistem, cara pengelolaan tanaman juga mempengaruhi keberlanjutan agribisnis padi. Dengan menerapkan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) keberlanjutan agribisnis padi dapat diwujudkan. Saat ini hampir seluruh teknologi budidaya tanaman menggunakan konsep PTT, termasuk budidaya padi sawah dan padi gogo. Di Indonesia komoditas padi yang paling sering dijumpai dan dibudidayakan oleh petani adalah padi pada lahan sawah karena padi pada lahan sawah memiliki hasil yang lebih besar dan juga ditunjang dengan kelimpahan lahan sawah di Indonesia. Sampai saat ini sekitar 90% produksi padi nasional dipasok dari lahan sawah irigasi yang sebagian telah terkonversi untuk berbagai keperluan di luar pertanian. Sementara lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan pasang surut yang tersebar luas di berbagai daerahbelum banyak berkontribusi dalam peningkatan produksi padi. Ke depan, selain di lahan sawah irigasi, upaya peningkatan produksi padi perlu pula diarahkan ke lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan pasang surut (Puslitbang Tanaman Pangan. 2005). Menurut BPPP 2008,teknologi budidaya padi pada lahan sawah (terkait komoditas pada objek praktikum) yang baik dan benar meliputi beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut: 1. Benih Bermutu Benih bermutu adalah benih dengan daya tumbuh (vigor) tinggi dan bersertifikat. Pemilihan benih bermutu dilakukan dengan cara merendam benih dalam larutan garam dengan menggunakan indikator telur. Telur diletakkan didasar air dan masukkan garam sampai telur mulai terangkat kepermukaan, kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam air garam, selanjutnya benih yang mengambang dibuang. Atau Dapat juga dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gr garam dapur dalam 1 lt air) atau larutan pupuk ZA (1 kg pupuk ZA dalam 2,7 lt air), masukkan benih ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (Volume larutan 2 kalivolume benih), kemudian diaduk-aduk dan benih yang mengambang dibuang. 2. Persemaian Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak ± 20 kg. Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air bersih
  • 6. 6 dan kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya diperam dalam karung selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan cara membasahi karung dengan air. Untuk benih hibrida langsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam. Luas persemaian sebaiknya 400 m2/ha (4% dari luas tanam). Lebar bedengan pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi campuran pupuk kandang, serbuk kayu dan abu sebanyak 2 kg/m2. Penambahan ini memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar bisa dikurangi. Antar bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm. 3. Persiapan Lahan Tanam bibit muda (<21 HSS, hari setelah sebar), sebanyak 1-3 bibit/rumpun. Bibit lebih muda (14 HSS) dengan 1 bibit/rumpun akan menghasilkan anakan lebih banyak, hanya pada daerah endemis keong mas gunakan benih 18 HSS dengan 3 bibit/rumpun. Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam). Pada saat bibit ditanam, tanah dalam kondisi jenuh air. Penanaman disarankan dengan sistem jejer legowo 2 : 1 atau 4 : 1 (40x(20x10) cm atau (50x(25x12,5) cm, karena populasi lebih banyak dan produksinya lebih tinggi dibanding dengan sistem jejer tegel (Tabel 2). Cara tanam berselang seling 2 baris tanam dan 1 baris kosong (legowo 2 : 1) atau 4 baris tanam dan satu baris kosong (legowo 4 : 1), seperti terlihat pada Gambar 3. Keuntungan cara tanam jejer legowo antara lain : Rumpun tanaman yang berada pada bagian pinggir lebih banyak., Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong mas atau untuk mina padi., Pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah, Pada tahap awal areal pertanaman lebih terang sehingga kurang disenangi tikus, penggunaan pupuk lebih berdaya guna. 4. Pengairan Cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah diari dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air. Pada hari ke-4 lahan sawah diari kembali dengan tinggi genangan 3 cm. Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal. Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus. Sejak 10-15 hari sebelum panen sampai saat panen tanah dikeringkan. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran
  • 7. 7 pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi, pengairan bergilir dapat dilakukan dengan selang 5 hari. Pada sawah-sawah yang sulit dikeringkan (drainase jelek), pengairan berselang tidak perlu dipraktekan. 5. Pemupukan Pemupukan berimbang, yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam tanah. Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi membutuhkan hara N sekitar 17,5 kg, P sebanyak 3 kg dan K sebanyak 17 kg. Dengan demikian jika kita ingin memperoleh hasil gabah tinggi, sudah barang tentu diperlukan pupuk yang lebih banyak. Namun demikian tingkat hasil yang ditetapkan juga memperhatikan daya dukung lingkungan setempat dengan melihat produktivitas padi pada tahun-tahun sebelumnya. Agar efektif dan efisien, penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Nilai pembacaan BWD digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tanaman. Cara pemberian pupuk N dilakukan dengan cara disebar merata di permukaan tanah. Pupuk Urea merupakan pupuk yang mudah larut dalam air, sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup. Berdasarkan hasil penelitian, efisiensi pupuk N dapat ditingkatkan dengan memasukan hara N ke dalam lapisan reduksi. Namun teknologi ini tidak mudah diterapkan petani. Pemupukan P dan K disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Status hara tanah sawah dapat ditentukan langsung di lapangan dengan alat PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah). Prinsip kerja PUTS adalah mengukur hara P dan K tanah yang terdapat dalam bentuk tersedia, secara semi kuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan). 6. Pengendalian Gulma Secara Terpadu Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna, mengatur air dipetakan sawah, menggunakan benih padi bersertifikat, hanya
  • 8. 8 menggunakan kompos sisa tanaman dan kompos pupuk kandang, dan menggunakan herbisida apabila infestasi gulma sudah tinggi. Pengendalian gulma secara manual dengan menggunakan kosrok (landak) sangat dianjurkan, karena cara ini sinergis dengan pengelolaan lainnya. Pengendalian gulma secara manual hanya efektif dilakukan apabila kondisi air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air. 7. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih tepat. Hama yang sering menyerang tanaman padi sawah antara lain keong mas, wereng coklat, penggerek batang, tikus dan walang sangit. Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman padi yaitu penyakit hawar daun bakteri (HBD) dan penyakit blast 2.4. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani Analisis dalam usahatani yang mencangkup biaya, penerimaaan dan keuntungan sering juga disebut sebagai arus uang tunai. Arus uang tunai merupakan suatu proses analisis tentang besarnya biaya dan pendapatan dari suatu usahatani dengan dasar perhitungan berupa seluruh biaya penerimaan maupun pengeluaran selama proses produksi dari uahatani berlangsung. Analisis usahatani dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri usahatani yangnbersangkutan. Analisis ini dilihat dari berbagai aspek data, menurut Soekartawi (1995), ada tiga data yang sering dipakai dalam melakukan analisis usahatani. Data tersebut meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani. Menurut Maulidah, dkk (2010) Cara analisis terhadap tiga variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis) dengan perincian sebagai berikut: 1. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani selama proses produksi. Perhitungan biaya produksi dirumuskan sebagai berikut: TC = TFC + TVC
  • 9. 9 Keterangan: TC = Total Cost (biaya total) TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total) TVC = Total Variable Cost (biaya variabel total) Penghitungan biaya produksi dalam usahatani berdasarkan jenis input yang digunakan : Keterangan: TC = Biaya total yang dikeluarkan untuk membudidayakan komoditas Xi = Jumlah fisik dari input yang diperlukan dalam usahatani Px1 = Harga input 2. Penerimaan Usahatani Perhitungan penerimaan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut: TR = P x Q Keterangan: TR = Total Revenue (penerimaan total) P = Price (harga per kg) Q = Quantity (jumlah produksi) 3. Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani juga bisa disebut sebagai keuntungan/laba usahatani, merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya selama proses produksi. Rumusnya: π = TR – TC Keterangan: π = pendapatan atau keuntungan usahatani TR = Total Revenue (penerimaan total) TC = Total Cost (biaya total) 2.5. Analisis Kelayakan Usahatani 2.5.1. R/C Ratio R/C rasio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis
  • 10. 10 kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu teknologi. Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut: R / C = PQ . Q / (TFC+TVC) Keterangan: R = penerimaan C = biaya PQ = harga output Q = output TFC = biaya tetap (fixed cost) TVC = biaya variabel (variable cost) Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu: R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan 2.5.2. BEP(Break Even Point) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan (Maulidah, 2012). Disimpulkan bahwa Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point
  • 11. 11 mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. a. Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit Break even point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam usaha agroindustri agar tidak mengalami kerugian (Juanda dan Cahyono, 2000). Rumus perhitungan BEP unit seperti berikut: Keterangan: BEP = Break Even Point (Titik Impas) Q = Quantities (Produksi) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variable Cost (Biaya Variabel) P = Harga Produk b. Break Even Point (BEP) Rupiah Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas produk pada saat BEP (Juanda dan Cahyono, 2000). Keterangan: BEP = Break Even Point (Titik Impas) TR = Total Revenue (Penerimaan) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
  • 12. 12 BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Sejarah Usahatani Lokasi survei yang kami lakukan berada pada Dsn.Telasih Ds.Kepuharjo Kec.Karangploso Kab.Malang Jawa Timur. Dalam sejarahnya kegiatan usahatani sudah menjadi tradisi turun temurun bagi penduduk sekitar dilihat dari banyaknya area yang difungsikan sebagai sawah dan tegalan. Komoditas yang diusahakan di daerah tersebut didominasi oleh tanaman padi namun juga ditemukan beberapa jenis tanaman holtikultura seperti tomat, kubis, brokoli, sawi, andewi, cabai dan lain sebagaiya. Di desa tersebut terdapat kelompok tani yang bernama Dewi Sri yang kegiatannya masih aktif sampai sekarang. Untuk sejarah usahatani petani yang menjadi narasumber kami ialah beliau merupakan penduduk lokal Desa Kepuharjo yang memilih untuk melakukan urbanisasi ke Kota Jakarta setelah menikah dan memiliki mata pencaharian sebagai sopir. Pada tahun 2005 beliau memutuskan untuk kembali ke desa dan mulai menjalankan kegiatan usaha tani dengan sistem bagi hasil. Lahan yang dijalankan oleh narasumber kami merupakan milik orang lain yang statusnya sebagai tetangga, dalam hal ini beliau hanya menjalankan kegiatan on farm yang meliputi penanaman, perawatan, perlindungan terhadap hama dan penyakit serta panen. Sedangkan penjualan hasil panen dilakukan oleh pemilik lahan yang nantinya dari penjualan hasil panen tersebut akan dibagi hasilkan sebagai imbalan. Komoditas yang diusahakan oleh petani narasumber kami ialah padi varietas Ciherang. Beliau memperoleh keterampilan bertani melalui pengalaman yang diperolehnya secara otodidak serta melalui penyuluhan yang dilakukan oleh dinas pertanian. 3.2. Transek Desa a. Gambar lokasi survei (dari Google Earth)
  • 13. 13 b. Transek dari rumah petani ke lahan milik petani Rumah petani Pemukiman Penduduk lahan tomat sawah padi bekas cafe 3.3. Profil Petani dan Usahatani a. Profil Petani Nama : Samsul Huda Alamat : Dsn. Telasih Ds. Kepuharjo RT 03/RW 11 Kec. Karangploso Kab. Malang Usia : 46 tahun Pendidikan : SMP Pekerjaan utama : Petani Pekerjaan sampingan : Peternak kambing Jumlah anggota keluarga : 5 orang Keterangan anggota keluarga : No Nama Hubungan Dengan KK Umur Pendidikan Pekerjaan Utama Sampingan 1 Samsul Huda Kepala Keluarga 46 Th SMP Petani Peternak 2 Mahmudah Istri 37 Th SMP Ibu Rumah Tangga - 3 Nurul Kuswanto Anak 18 Th SMP Buruh Meubel - 4 Cahya Wahyudi Anak 13 Th SMP Pelajar - 5 Wawan Kurniawan Anak 6 Th SD Pelajar - Penguasaan lahan : Milik orang lain 12.000 m2 Kepemilikan ternak : Kambing 16 ekor
  • 14. 14 b. Usaha Tani Komoditas : Padi Pola tanam : Monokultur Kegiatan Bercocok tanam : No Waktu Tanam Jenis Kegiatan Uraian 1 Bulan Juli Menyemai Dilakukan selama 20 hari 2 20 Hst Memindahkan bibit padi di sawah , pemupukan dasar dan penyiangan gulma Pupuk yang digunakan ialah Urea dan Phonska 3 40 Hst Pemupukan Ke 2 dan penyingan gulma Pupuk yang digunakan ialah Phonska dan ZA 4 120 Hst Panen Panen dilakukan oleh 5 orang Cara pengendalian hama yang dilakukan petani :  Pestisida Kimia : Dhesis, Nordox, Mipcin, Racumi, Round up, Rizotin  Mekanis : Penyiangan gulma 3.4. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani 3.4.1. Biaya Usahatani (Satu Musim Tanam = 4 bulan) a. Biaya Tetap (Total Fixed Cost/TFC) No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp)/Unit Biaya (Rp) 1. Sewa lahan 12.000 m2 2.000.000 2. Sewa Alat:  Traktor 1 2.200.000 2.200.000 3. Penyusutan alat  Cangkul  Sabit  Tabung sprayer 3 4 2 3.000 3.000 7.500 9.000 12.000 15.000 Total Biaya Tetap 4.236.000
  • 15. 15 b. Biaya Variabel (Total Variable Cost/TVC) No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp) 1. Benih/bibit:  Ciherang 40 kg 4.000 160.000 2. Pupuk:  Urea  Ponska  ZA 200 kg 400 kg 200 kg 3.000 4.000 2.000 600.000 1.600.000 400.000 3. Obat-obatan:  Scor  Desis  Gramason  Mipcin  Racumi 8 8 8 4 4 110.000 60.000 65.000 60.000 10.000 880.000 480.000 520.000 240.000 40.000 4. Tenaga kerja:  Penanaman  Pemupukan  Penyiangan gulma  Penyemprotan  Panen 5 HOK 10 HOK 4 HOK 6 HOK 5 HOK 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 250.000 500.000 200.000 300.000 250.000 5. Air 2.000.000 Total Biaya Variabel 7.860.000 c. Total Biaya (Total Cost/TC) No. Biaya Total Biaya (Rp) 1. Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) 4.236.000 2. Total Biaya Variabel (Total Variabel Cost) 7.860.000 Total Biaya (Total Cost) 12.096.000 3.4.2. Penerimaan Usahatani No. Produksi Harga/kg Biaya 1. Gabah (7 ton=7000 kg) 4000 28.000.000 Penerimaan Usahatani 28.000.000 3.4.3. Keuntungan Petani No. Uraian Jumlah (Rp) 1. Penerimaan (Total Revenue) 28.000.000 2. Total Biaya (Total Cost) 12.096.000 Keuntungan 15.904.000
  • 16. 16 3.5. Analisis Kelayakan Usahatani 3.5.1. R/C Ratio 𝑅 𝐶 = 𝑃𝑞. 𝑄 (𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶) 𝑅 𝐶 = 28.000.000 12.096.000 𝑅 𝐶 = 2,314814815 𝑅 𝐶 = 2,31 Artinya, setiap 1 rupiah yang dikeluarkan oleh petani sebagai biaya produksi padi, akan menghasilkan 2,31 rupiah. Sehingga usahatani ini layak untuk dijalankan karena telah memberikan keuntungan bagi petani. 3.5.2. BEP (Break Event Point) 𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 𝑇𝐹𝐶 𝑃 − 𝑇𝑉𝐶/𝑄 𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 4.236.000 4000 − 7.860.000 7000 𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 1.472,29 Artinya, usahatani padi yang dijalankan oleh petani akan mencapai titik impas apabila telah memproduksi 1.472,29 kg gabah. 𝐵𝐸𝑃 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 = 𝑇𝐶 𝑄 𝐵𝐸𝑃 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 = 12.096.000 7000 𝐵𝐸𝑃 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 = 1.728 𝐵𝐸𝑃 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 = 1.800 Artinya, usahatani padi yang dijalankan oleh petani akan mencapai titik impas apabila harga yang diberikan sebesar Rp 1.800,- per kg.
  • 17. 17 3.6. Pemasaran Hasil Pertanian Berdasarkan survei yang telah kami lakukan, Bapak Samsul selaku responden menjual 100% dari hasil produksi padinya dan tidak mengambil hasil panen tersebut untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan bibit. Disini disebabkan karena Bapak Samsul hanya bertindak sebagai buruh tani dan bukan bertindak sebagai pemilik lahan ataupun pemilik saprodi sehingga hak atas produksi atau hasil panen sepenuhnya berada di tangan pemilik lahan. Pak Samsul hanya mendapat upah berupa uang dari pemilik lahan. Walaupun hak untuk menjual hasil panen sepenuhnya adalah milik pemilik lahan, namun pemilik lahan telah menyerahkan urusan penjualan dan pemasaran kepada bapak Samsul dan hanya menerima hasil dari penjualan produksi panen tersebut. Dari keterangan yang di dapat, Bapak Samsul menjual hasil panen dalam bentuk gabah kering kepada pihak penggilingan padi hal ini dikarenakan untuk menggiling padi dibutuhkan waktu dan biaya tambahan. Sistem pemasaran hasil pertanian dari Bapak Samsul tidak melalui lembaga pemasaran khusus, melainkan menjual secara langsung hasil panen kepada pihak penggilingan padi dengan alasan seperti yang telah disebutkan di atas. 3.7. Kelembagaan Petani Kelembagaan terkait usaha tani yang terdapat di daerah kediaman Bapak Samsul adalah berupa KUD dan Poktan. Keberadaan dua kelembagaan ini masih aktif hingga saat ini. KUD berperan dalam menyediakan modal bagi petani untuk menjalankan usahatani. Namun peran dari KUD sendiri kurang dirasakan oleh Bapak Samsul maupun petani sekitar dikarenakan KUD di daerah tersebut lebih berfokus pada usaha peternakan dan produksi susu segar. Sedangkan untuk usahatani sendiri lebih terfasilitasi oleh lembaga poktan setempat dimana dalam lembaga ini petani mendapat berbagai penyuluhan mulai dari masalah hama, serta pengetahuan tentang praktik budidaya sejak pembibitan hingga masa panen sehingga para petani bisa mendapat ilmu dan bertukar pengetahuan dengan petani lainnya. 3.8. Kendala Usahatani Kendala yang dialami Bapak Samsul maupun petani sekitar selaku pelaku usaha tani berfokus pada permasalahan hama dan penyakit. Peningkatan populasi tikus di areal persawahan terjadi akibat perburuan ular yang pada hakikatnya berperan sebagai predator tikus. Serangan tikus yang cukup tinggi dirasa menjadi salah satu
  • 18. 18 kendala utama dalam usahatani mereka. Hal ini dikarenakan serangan tikus dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman padi sehingga kualitas maupun kuantitas produksi padi menurun. Selain hama tikus, penyakit juga menjadi masalah utama dalam usahatani Bapak Samsul. Serangan penyakit dapat menyebabkan bulir padi menjadi kosong (tidak terisi) sehingga produksi padi menjadi rendah. Untuk mengatasi kedua masalah di atas Bapak Samsul biasanya menggunakan berbagai pestisida kimia sintetik yang memiliki harga tinggi. Pengendalian hama dengan berbagai jenis pestisida tersebut dilakukan oleh Bapak Samsul secara berkala atau terjadwal artinya berbagai pestisida yang memiliki harga tinggi tersebut dibutuhkan oleh Bapak Samsul di setiap musim tanam. Hal ini dapat dapat meningkatkan biaya produksi dari usaha tani yang dijalankan Bapak Samsul tersebut. Namun selain itu penggunaan pestisida kimia sintetik secara berkala seperti yang dilakukan bapak samsul dapat berdampak buruk bagi lingkungan dan akan berindikasi kepada terjadinya degradasi lahan. Terjadinya degradasi lahan akan menurunkan daya dukung lingkungan yang akan berdampak buruk pula pada menurunnya produktivitas hasil pertanian. Hal ini belum disadari oleh Bapak Samsul maupun petani sekitar sehingga perlu dilakukan penyuluhan ataupn upaya percontohan bagi petani atau pelaku usaha tani di sekitar kediaman Bapak Samsul.
  • 19. 19 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Petani di Dsn.Telasih mayoritas berusahatani komoditas padi dengan sistem pertanaman monokultur sepanjang tahun tanpa pernah mengganti dengan komoditas lain. Hasil produksi padi dijual keseluruhan kepada tengkulak dalam bentuk gabah. Menurut analisis menggunakan perhitungan R/C Ratio diketahui bahwa usahatani yang dijalankan petani ini layak untuk dilanjutkan karena telah menghasilkan keuntungan. Kendala yang dihadapi oleh petani dalam berusahatani padi adalah serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Serangan hama ini kemungkinan terjadi karena sistem pertanaman yang monokultur sepanjang tahun. Selama ini, untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman, petani masih menggunakan pestisida kimia sintetik karena dianggap lebih efektif dan belum pernah menerapkan konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu 4.2. Saran Sebaiknya petani mengganti varietas yang ditanam dengan jenis varietas yang lebih tahan terhadap serangan hama atau dengan mengubah sistem budidaya yang diterapkan dari monokultur menjadi polikultur baik secara tumpangsari maupun rotasi tanaman. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi terutama hama tikus yang menjadi hama penting di pertanaman padi. Selain itu, sistem polikultur juga dapat menurunkan biaya produksi karena penggunaan pestisida kimia sintetik dapat diminimalisir.
  • 20. 20 V. LAMPIRAN 5.1. Transek Desa dan Peta Desa a. Transek Desa (Dari rumah narasumber ke lokasi lahan pertanian) Rumah petani Pemukiman Penduduk lahan tomat sawah padi bekas cafe b. Peta Desa Peta Dusun Telasih, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Malang 5.2. Lampiran Foto Hasil Survei Lapang Lahan pertanian yang dikelola oleh Bapak Samsul Anggota kelompok bersama narasumber
  • 21. 21 Padi yang rusak akibat serangan hama 5.3. Kalender Musim Tanam No. Jenis Kegiatan Bulan (2014) Juli Agustus September Oktober November 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pengolahan Lahan 2. Penyemaian bibit 3. Penanaman 4. Pemupukan dasar 5. Penyiangan 6. Perawatan 7. Pemupukan kedua 8. Penyiangan 9. Perawatan 10. Panen
  • 23. 23 DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2014. Pembangunan Pertanian Dan Perekonomian Pedesaan Melalui Kemitraan Usaha Berwawasan Agribisnis. 16 hlm. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Bogor: Puslitbang Tanaman Pangan Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008. Teknologi Budidaya Padi. ISBN: 978- 979-1415-22-4 Kasryno, F. 2000. Sumber Daya Manusia dan Pengelolaan Lahan Pertanian di Indonesia. FAE Vol. 18 No. 1 dan 2, Desember 2000 Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Hal. 25-51 MACON. 2007. Rencana Pengembangan Desa Kuala Tripa. Spatial Planning and Environment Management – Village Planning. Banda Aceh Mauidah, S. 2012. Kelayakan Usahatani. Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya. Malang Rangkuti (2005) dalam Maulidah,S (2012). Kelayakan Usahatani. Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya. Malang Sesbany. 2014. Penguatan Kelembagaan Petani Untuk Meningkatkan Posisi Tawar Petani. Medan: STTP. Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press) Silvana Maulidah1, Destyana Ellingga Pratiwi. 2010. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Anggur Prabu Bestari (Financial Feasibility Analysis Of Prabu Bestari Grapes Farming) . AGRISE Volume X No. 3 Bulan Agustus 2010 ISSN: 1412-1425 Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press