Dokumen tersebut membahas tentang hukum ju'alah (sayembara atau janji memberi hadiah) yang meliputi pengertian ju'alah, hukum ju'alah berdasarkan al-Qur'an dan hadis, rukun dan syarat ju'alah, serta beberapa hukum terkait ju'alah."
4. Pokok
Bahasan #1
Pengertian
Ju’alah
(Sayembara)
Pengertian Syariah :
معين عمل على معلوم عوض هي الجعالة
فاعله عن النظر بقطع
Jualah adalah memberikan imbalan yang
diketahui atas pekerjaan yang tertentu tanpa
melihat siapa yang melakukan pekerjaan itu.
Misal : “Barangsiapa yang dapat menemukan
mobil saya yang hilang, baginya 1000 dinar.”
6. Pokok
Bahasan #2
Hukum
Ju’alah
Hukum Jualah itu boleh, berdasarkan dalil al-
Qur`an dan al-Hadis.
(1) Dalil al-Qur`an :
َو ِكِلَمْلا َعاَوُص ُدِقْفَن واُلاَق
ُلْم ِح ِهِب َءاَج ْنَمِل
ٍ
يرِعَب
ِهِب اَنَأَو
يمِعَز
”Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan
piala raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan
makanan (seberat) beban unta, dan aku
menjamin terhadapnya". (QS Yusuf [12] : 72).
7. Pokok
Bahasan #2
Hukum
Ju’alah
(2) Dalil dari As Sunnah, dari Abu Said RA dia berkata :
انطلق
نفر
من
أصحاب
النب
صىل
هللا
عليه
وسلم
ف
سفرة
،سافروها
ح
ب
نزلوا
عىل
ح
من
أحياء
،العرب
فاستضافوهم
فأبوا
أن
،يضيفوهم
فلدغ
سيد
ذلك
ال
ح
فسعوا
له
بكل
ءش
ل
ينفعه
،ءش
فقال
بعضهم
:
لو
أتيتم
هؤلء
الرهط
الذي
ن
،نزلوا
لعله
أن
يكون
عند
بعضهم
ءش
Ada rombongan beberapa orang dari sahabat Nabi SAW yang
bepergian dalam suatu perjalanan, hingga ketika mereka sampai
di salah satu perkampungan Arab, rombongan itu meminta
penduduk setempat agar bersedia menerima mereka sebagai
tamu, namun penduduk kampong menolak. Kemudian kepala
suku kampung tersebut terkena sengatan binatang lalu
diusahakan segala sesuatu untuk menyembuhkannya namun
belum berhasil. Lalu di antara mereka ada yang berkata,"Coba
kalian temui rombongan itu semoga ada diantara mereka yang
memiliki sesuatu.”
11. Pokok
Bahasan #2
Hukum
Ju’alah
Hadits tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah
SAW telah membenarkan perbuatan para
shahabat yang melakukan perbuatan tersebut,
yaitu memberi pengobatan dengan mendapat
upah.
Hadits ini menunjukkan bolehnya jualah. Dan
pada waktu yang sama, hadits ini juga
menunjukkan bolehnya ruqyah (yaitu pengobatan
dengan doa).
13. Pokok
Bahasan #3
Rukun Dan
Syarat
Jualah
1) Al’ Aaqidani (dua pihak yang berakad), yaitu :
(a) al jaa’il, yaitu orang yang mengadakan
jualah (meminta pekerjaan),
(b) al ‘aamil, orang yang mengikuti jualah
(melakukan pekerjaan)
‘Aamil itu boleh mu’ayyan (sudah tertentu
orangnya), dan boleh juga mubham (tidak
tertentu orangnya)
RUKUN-RUKUN JUALAH
14. Pokok
Bahasan #3
Rukun Dan
Syarat
Jualah
Kedua pihak tersebut (al jaa’il dan al ‘aamil)
disyaratkan :
Menurut ulama Syafiiyah dan Hanabilah :
(1) berakal,
(2) baligh,
(3) rasyiid (tidak boros atau safiih)
Menurut ulama Malikiyah dan Hanafiyah : tidak
disyaratkan baligh, tapi cukup mumayyiz.
RUKUN-RUKUN JUALAH
15. Pokok
Bahasan #3
Rukun Dan
Syarat
Jualah
(2) Al Ma’quud ‘alaihi (objek akad), atau pekerjaan
tertentu (‘amal ma’luumun), seperti
menemukan mobil yg hilang, dsb
Syarat adalah :
‘amal (pekerjaan) itu wajib berusaha aktivitas yang
halal (mubah),
Tidak boleh pekerjaan yang haram, misalnya
membuat khamr, mencuri, menggambar makhluk
bernyawa, dll.
Jika ‘amal (pekerjaan) itu dilakukan oleh ‘aamil
mu’ayyan, disyaratkan adanya kemampuan
bekerja (ahliyatul ‘amal).
RUKUN-RUKUN JUALAH
16. Pokok
Bahasan #3
Rukun Dan
Syarat
Jualah
Tidak boleh ‘aamil itu anak kecil yang tidak
mampu bekerja misalnya.
Jika ‘amal (pekerjaan) itu dilakukan oleh ‘aamil
mubham, cukup disyaratkan dia mengetahui
adanya pengumuman ju’alah.
(3) Ash Shiighat (ijab dari jaa’il, tapi tidak
disyaratkan adanya kabul dari ‘aamil)
Karena ju’alah bukan akad, tapi tasharruf bi
iraadatin munfaridah (perbuatan hukum dengan
kehendak satu pihak).
RUKUN-RUKUN JUALAH
18. Pokok
Bahasan #4
Beberapa
Hukum
Jualah
Jualah itu mirip dengan ijarah, yaitu ujroh (upah)
harus ma’lum
Bedanya :
(1) Ijarah itu akad lazim (tidak dapat dibatalkan
sepihak), sedang jualah itu akad jaiz (dapat
dibatalkan sepihak).
(2) Dalam ijarah tidak boleh ada jahalah
(ketidakjelasan) dalam hal pekerjaan dan
lama kerja, sedang dalam jualah itu boleh ada
jahalah dalam pekerjaan dan lama kerja (al
‘amal dan muddatul ‘amal).
PERBEDAAN IJARAH DAN JUALAH
19. Pokok
Bahasan #4
Beberapa
Hukum
Jualah
(3) Ijarah itu tidak boleh pada pekerjaan yang
majhul (amal majhuul), sedang jualah boleh
pada pekerjaan yang majhul.
(4) Dalam ijarah boleh upah sebelum selesainya
pekerjaan, sedang dalam jualah tidak boleh,
yakni baru berhak atas upah setelah
selesainya pekerjaan.
(5) dalam ijarah wajib ada ijab dan kabul, sedang
dalam jualah itu tidak disyaratkan ada kabul
dari ‘aamil.
PERBEDAAN IJARAH DAN JUALAH
20. Pokok
Bahasan #4
Beberapa
Hukum
Jualah
Kaidah umum tentang upah atau hadiah dalam
Ju’alah adalah :
من اإلجارة في عليه العوض أخذ جاز ما كل
الجعالة في أخذه جاز األعمال
Segala sesuatu pekerjaan yang boleh diambil
upahnya dalam akad ijarah, maka boleh pula
diambil upahnya dalam ju’alah.
(Imam Al Buhuti, Kasysyaaful Qinaa’ ‘an Matnil
Iqnaa’)
Sumber : www.alukah.net/sharia/0/101477
KAIDAH MENGENAI UPAH ATAU HADIAH