SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Jurnal Publikasi Pendidikan
http://ojs.unm.ac.id/index.php/pubpend
Volume VI Nomor 1 Januari 2016
ISSN 2088-2092
49
KEBIASAAN MAKAN DAN GANGGUAN POLA MAKAN
SERTA PENGARUHNYA TERHADAP STATUS GIZI REMAJA
Abd. Kadir A.
UPP PGSD Bone Fakultas Ilmu Pendidikan UNM
abdul.kadir.a@unm.ac.id
ABSTRAK
Status gizi orang pada umumnya dan remaja pada khususnya banyak dipengaruhi oleh faktor
kebiasaan makan dan gangguan pola makan. Masalahnya 1). Bagaimanakah kebiasaan makan remaja
moderen ? 2). Bagaimanakah gangguan pola makan remaja modern? 3. Apakah kebiasaan makan dan
gangguan pola makan berpengaruh terhadap status gizi remaja?. Tujuan 1). Menelusuri pengaruh
makanan modern dan makan tradisional terhadap kebiasaan makan remaja di perkotaan 2).
Menjelaskan faktor-faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi perilsku komsumsi
makanan pada golongan remaja di perkotaan 3). Mengetahui jenis, penyebab dan alternative
pemecahan gangguan pola makan pada remaja di perkotaan. Kebiasaan makan masayarakat
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik dan faktor intrinsic dalam pola makan tesebut ada berdampak
negatif yang perlu pengkajian untuk ditinggalkan dan ada berdampak positif dan perlu dipertahankan.
Gangguan polamakan yang sering terjadi pada remaja ada dua yaitu Anoreksia Nervosa dan Anoreksia
Bulimia. Gangguan ini perlu mendapat perhatian dari kita semua, kebayakan remaja sekarang ingin
mencicipi semua jenis makanan namun malas berolahraga tapi ingin langsing. Jika terjadi gangguan
pola makan akan terjadi ketidak seimbangan asupan sat gizi dan akan berdampak pada proses
pertumbuhan dan perkembangan, dan bagi remaja putrid akan berdampak pada generasi yang
dilahirkan
Kata kunci: Kebiasaan makan, gangguan pola makan, status gizi, remaja
PENDAHULUAN
Salah satu faktor determinan status gizi
masyarakat adalah faktor kebiasaan makan
( food habit ) penduduk atau masyarakat
setempat. kKebiasaan makan adalah suatu
tingkah laku manusia atau sekelompok
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan
dan pemilihan makanan. Sikap orang terhadap
makanan dap[at bersipat positif ataupun
bersipat negatif. Sikap negatif atau positif
pada makanan bersumber pada nilai-nilai
“ Affective” yang berasal dari lingkungan
dimana manusia atau kelompok manusia itu
tumbuh. Demikian pula halnya dengan
kepercayaan terhadap makanan selalu
berkaitan dengan kualitas baik atau buruk,
menarik atau tidak menarik. Dan pemilihan
adalah proses untuk memilih makanan sesuai
dengan sikap dan kepercayaanya.Sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Sjahmin
( 2001 3) bahwa
“ kebiasaan makan masyarakat banyak
ditentukan oleh budaya, kepercayaan dan
lingkungan dimana masyarakat itu berada”.
Masa remja ( adolesen ) adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke usia
dewasa, dimana ditandai oleh perubahan fisik,
fisiologis, dan psikososial. Ciri khas dari masa
remaja adalah adanya kematangan fungsi
seksual, pacuh tumbuh (growth spurt) dan
tercapainya bentuk tubuh dewasa, yang terjadi
karena pematangan fungsi endokrim. Secara
langsung atau tidak langsung mereka
memerlukan pembinaan dari sudut
perkembanganjasmani, intelektual, mental,
social dan cara cara berwawasan yang terkait
dengan komsumsi makanan mereka ( Savitri
Sayogo, 1992).
Kebiasaan makan (food habit) dalam
suatu kelompok masyarakat akan memberikan
dampak pada status gizi masyarakat setempet.
Oleh karena itu, dalam program-program
perbaikan gizi harus diupayakan agar
kebiasaan makan yang baik dapat dlestarikan
guna menunjang program pemerintah dalam
diversifikasi pangan. Sedangkan kebiasaan
makan yang jelek harus digan ti dengan ide-ide
baru untuk menunjang tercapainya gisi
masyarakat.
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 50
Program perbaikan gizi jangka
panjang ditujukan pada peningkatan kesadaran
gizi yang tinggi dalam masyarakat, antara laian
tercermin dari pola komsumsi pangan
masyarakat yang beraneka ragam dan
mengandung gizi seimbang. Salah satu faktor
penting dan mendasar menurunnya status gizi
adalah adanya perilaku komsumsi makan yang
salah oleh individu, keluarga atau masyarakat
yang tidak mengikuti kaidah-kaidah ilmu gizi
dan kesehatan. Oleh karena itu, penggarapan
aspek perilaku komsumsi ke arah penyadaran
gizi masyarakat perlu ditingkatkan strateginya
sedemikian rupa sehingga pada gilirannya
masyarat tahu, dan mampu memecahkan
perbaikan status gizi ke arah yang lebih baik
( Muhilal 1998)
Makanan modern yang merupakan
produk dari berbagai olahan makanan, sepereti
hot dog, burger, pizza, fried chicken, ice cream
dari berbagai merek dagang sangat gencar
diiklankan melalui media massa, baik media
cetak maupun media elektronik dan mudah
didapat serta pengaruhnya berdampak sampai
ke pelosok desa. Golongan remaja pada
umumnya baik di kota besar maupu yang ada
di kota kabupaten merupakan sasaran strategis
para pengusah makanan olahan. Makanan
modern memiliki daya pikat tersendiri karena
lebih praktis, cepat dalam penyajian
( instan) dan mengandung gensi bagi sebagian
golongan masyarakat. Di sisi lain, makanan
moderen mengandung zat lemak, protein,
hidrat arang dan garam yang relatip tinggi dan
jika sering dikomsumsi secara
berkesinambungan dan berkelebihan dapat
mengakibatkan masalah gizi lebih ( over
malnutrition ) dengan kemungkinan
konsekwensi seperti : obesitas, hipertensi
gangguan jantung koroner, penyakit kencing
manis (Irianto. 2007 )
Untuk mencegah terjadinya kasus gizi
salah, khususnya nelelui pengembangan sistem
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pada
golongan remaja, maka penulis tertarik untuk
mengankat karya ilmiah dengan judul :
Kebiasaan Makan dan Gangguan Pola Makan
serta Pengaruhnya Terhadap Status Gizi
Remaja. Sasaran utama adalah golongan
remaja ,karena mereka lebih gampang
mengakses impormasi. Berdasrkan uraian
tersebut di atas maka dirumuskan masalah
sebagai berikut:1) Bagaimanakah kebiasaan
makan remaja moderen ?, 2) Bagaimanakah
gangguan pola makan remaja modern? Dan 3)
Apakah kebiasaan makan dan gangguan pola
makan berpengaruh terhadap status gizi remaja?
KAJIAN PUSTAKA & PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebiasaan Makan (Food Habit)
Kebiasaan (habit) adalah pala untuk
melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu
yang dpelejari oleh seorang individu dan yang
dilakukan secara berulang untuk hal yang sama.
Kebiasaan adalah pola perilaku yang diperoleh
dari pola peraktik yang terjadi Kebiasaan
makan yaitu suatu pola kebiasaan komsumsi
yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang.
Kebiasaan makan adalah tindakan manusia,
dan perasaan apa yang dirasakan mengenai
persepsi tentang hal itu.
Arisman (2004) menyatakan bahwa
“ kebiasaan makan” adalah sebagai cara
individu dan kelompok memuluh,
mengkomsusi, dan menggunakan makanan
yang tersedia yang didasarkan kepada faktor-
faktor social dan budaya dimana mereka hidup.
Jadi kebiasaan makan adalah hasil rakutan dari
bermacam-macam segi yang bersipat
multidimensional. Kebiasaan makan adalah
berupa apa, oleh siapa, untuk siapa, kapan dan
bagaimana makanan siap diatas meja untuk
disantap. Oleh karena itu kebiasaan makan
dapat dipelajari dan di ukur menurut prinsip-
prinsip ilmu gizi melalui pendidikan, latihan
dan penyuluhan sejak mansia mulai mengenal
makan untuk kelangsungan hidupnya.
B.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebiasaan Makan
Menurut Khumaidi ( 2004) Faktor-
faktor yang bepengaruh pada kebiasaan makan
masyarakat pada dasarnya dapat digolongkan
dua faktor utama, yaitu faktor ekstrinsik dan
faktor intrinsic.
1). Faktor Ekstrinsik yaitu faktor yang berasal
dari luar diri manusia. Faktor-faktor ini antara
lain sebagai berikut:
a. Faktror Lingkungan Alam
Pola makan masyarakat pedesaan di
Indonesia pada umumnya dipengaruhi oleh
jenis-jenis bahan makanan yang umum dapat
diperoleh di tempat. Di daerah dengan pola
panganm pokok beras biasanya belum puas
atau mengatakan belum makan apabila be,um
makan nasi, meskipun perut sudah kenyang
oleh makanan lain (non beras). Sebaliknya
daerah yang berpola pangan pokok jagung atau
ubi kayu akan mengeluh kurang tenaga kalau
belum makan jagu atau ubi. Jadi apa yang ada
dilingkungan itulah yang dikomsumsi.
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 51
b. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial memberikan
gambaran yang jelas tentang perbedaan-
perbedaan kebiasaan makan. Tiap-tiap bangsa
dan suku bangsa mempunyai kebiasaan makan
yang berbeda-beda seseuai dengan kebudayaan
yang dianut turun-temurun. Suharjo (2003. 9)
mengatakan bahwa”unsur-unsur sosial budaya
mampu menciptakan suatu kebiasaan makan
secara turun temurun yang susah berubah”.
Sebagai illustrasi dapat dikemukakan, pada
sekitar tahun 2007 silan terjadi bencana
kekeringan didaerah pegunungan irian barat
dimana penduduknya pola makanan pokoknya
adalah ubi, namun terjadi gagal panen karena
bencana kekeringan. Maka pemerintah lewat
Dolok memberikan bantuan beras, namun yang
terjadi beras yang dikirim tidak dapat
mengatasi masalah kelaparan, Maka akhirnya
peresiden memerintahkan pengiriman bantuan
makanan sesuai makan pokok daerah setampat
yaitu Ubi , barulah permasalahan kelapan
dapat teratasi.
Dalam suatu rumah tangga, kebiasaan
makan juga sering ditentukan adanya
perbedaan antara suami dan istri, orang tua dan
anak-anak, tua dan muda. Asa budaya
mendahulukan kepala keluarga, anggota
keluarga lainnya menempati urutan berikutnya
dan yang paling umum mendapatkan prioritas
terbawah adakah ibu-ibu rumah
tangga,( Suhardjo. 2003.).
c. Faktor Lingkungan Budaya dan Agama
Faktor lingkungan budaya yang
berkaitan dengan kebiasaan makan biasanya
meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan
kewajiban-kewajiban social. Pada manyarakat
kpta ada kepercayaan bahwa nilai spiritual
yang tinggi akan dapat dicapai oleh seorang
ibu atau anaknya apabila ibu tersebut sanggup
memenuhi pantangan-pantangan dalam hal
makanan. Agama juga memberikan pedoman
dan batasan-batasan dalam kebiasaan makan.
Misalnya “ Makanlah engkau setelah lapar dan
berhentilah makan sebelum kenyang” ( Hadis
Nabi). Menurut Suhardjo (2003) bahwa
pantangan atau tabu makan jenis makanan
tertentu hampir berlaku di semua daerah di
Indonesia. Pantangan makan jenis makanan
tertentu biasanya dilakukan oleh para wanita
dan mencakup anak-anak yang ada di bawah
asuhannya. Pantangan ini sering dikaitkan
dengan masalah kesehatan dan dipelihara
secara turun temurun dari leluhur ke kakek dan
nenek, terus ke orang tua, anak-anak dan
seterunya ke generasi-generasi yang akan
datang. Pantangan ini biasanya diikuti dengan
ketat sekali, tetapi ada pula yang goyah dan
berubah bahkan dihilangkan. Yang dikuti
dengan ketet adalah pantangan makan
makanan yang dilarang agama. Dari sudut
ilmu gizi, pantangan makan jenis makanan
tertentu dapat dikategorikan kedalam tiga
kelompok, yaitu:
1). Haram menurut agama (Islam) yaitu
pantangan yang tak boleh dipersoalkan
lagi dan harus diterima tanpa perdebatan.
b). Pantangan makan jenis makanan tertentu
yang tidak berdasarkan agama
(kepercayaan), jenis pantangan ini
sebaiknya dihapuskan, kalau jelas-jelas
merugikan kondisi kesehata gizi
3) Pantangan yang tidak jelas akibatnya
terhadap kesehatan dan kondisi gizi,
sebaiknya diteliti (observasi) terus untuk
melihat akibatnya dalam jangka panjang,
sebagai bahan untuk memutuskan kelak ,
apa bensr merugiksn stsu ridak.
d. Faktor Lingkungan Ekonomi
Kebiasaan makan juga sangat
ditentukan oleh kelompok-kelompok
masyarakat menut tarap ekonominya.
Golongan masyarakat ekonomi kuat
mempunyai kebiasaan makan yang cenderung
banyak, dengan komsusi rata-rata melebihi
angka kecukupannya. Sebaliknya masyarakat
ekonomi paling lemah, yng justru pada
umumnya produksen pangan, mereka
mempunyai kebiasaan makan yang
memberikan nilai gizi dibawah kecukupan
jaumlah maupun mutunya.
Karena faktor ekonomi, tidak selalu
produsen atau penyalur pangan berarti pula
konsumen. Kita dengan muda menemukan
seorang anak di pasar dengan kondisi
menderita marasmus padahal ibunya seorang
pedagang telur. Ibu-ibu yang terpaksa harus
bekerja unruk menambah pendapatan keluarga,
meninggalkan anaknya di rumah dengan diberi
uang untuk jajan, makanan yang dibeli tanpa
sedikitpun pertimbangan gizi. Oleh karena itu,
maka lingkungan ekonomi juga merupakan
salah datu determinan yang mewarnai
kebiasaan makan. Seperti yang dikemukakan
Suhardjo (2003. 8) bahwa “ golongan orang
yang berekonomi lemah menggunakan
sebagian terbesar dari pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, pola makan
cukup menghilangkan rasa lapar”
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 52
2). Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri manusia. Faktor
instrinsik ini meliputi, antara laian:
a), Paktor Asosiasi Emosional
Contoh Seorang guru Sekolah Dasar
member pelajara prakarya kepada muridnya
dengan beternak ayam atau kelinci misalnya,
anak itu tidak akan mau memakan daging dari
hewan peliharaannya, (mungkin orang yang
perilaku seperti anak tadi ada di sekitar kita)
karena telah tumbuh saling kasih sayang antara
yang memelihara dan yang dipelihara,
sehingga kita tidak sampai hati untuk
memakan dagin hewan peliharaab kita itu.
Karena tujuan beternak yang semula
dimaksudkan untuk meningkatkan komsusi
protein tidak tercapai dan kenyataannya
terganti dengan tujuan ekonomi karena
produksi terpaksa dijual.
Wawasan konsumsi yang merupakan
faktor internal yang ada pada tiap individu
akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan
(Ahmad 2001. 259)
b). Faktor Keadaan Jasmani dan Kejiwaan
yang sedang sakit
Kebiasaan makan ( food habit) juga
sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan (status)
kesehatan seseorang. Di samping itu, perasaan
bosan, kecewa, putus asa, stress adalah ketidak
seimbangan kejiwaan yang dapat
mempengaruhi kebiasaan makan. Pengaruhnya
akan berdampak pada berkurangnya nafsu
makan
c). Faktor Penilaian yang Lebih Terhadap
Mutu Makanan
Madu, telur ayam kampong dan
beberapa jenis makanan lain sering dianggap
sebagai bahan makanan superior yang melebihi
mutu zat gizi yang dikandungnya. Keadaan
yang demikian, apabila tampak menonjol
dalam kebiasaan makan akan menimbulkan
kekurangan beberapa zat gizi.
Dari segi ilmu gizi, kebiasaan makan
ada yang baik yaitu menunjang terpenuhinya
kecukupan gizi, tetapi tak kurang pula yang
jelek yaitu yang menghambat terpenuhinya
kecukupan gizi. Kebiasaan makan yang jelek
antara lain tabu (pantangan) yang justru
berlawanan dengan konsep-konsep gizi seperti
anak-anak dilarang makan daging/ ikan dengan
alasan nanti akan cacingan. Oleh karena itu,
dalam program perbaikan gizi ataupun dalam
program diversipikasi pangan, seharusnya
kediasaan makan yang baik dapat
dipertahankan, dan kebiasaan makan yang
buruk dan bertentangan dengan konsep-konsep
gizi sedikit demi sedikit harus ditinggalkan
melalui berbagai cara, terutama dengan
meningkatkan pungsi(Komunikasi, Informasi,
dan Edukasi (KIE)
C. Gangguan Pola Makan pada Remaja
Ketidak puasan terhadap bentuk tubuh
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pola
makan, hal ini sering dialami oleh remaja yang
ingin selalu tampil langsing, dan juga di antara
kita yang sudah berkeliarga mungkin ingin
selalu keliatan langsing. Menurut Irianto (2007.
171) “ada dua bentuk utama gangguan pola
makan yang sering ditemukan pada remaja
yaitu Anorerxia Nervosa dan Bulimia Nervosa
dan terjadi 1 diantara 100 -200 remaja putrid”.
1.. Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa yaitu anoreksia
yang disebabkan terganggunya pusat nafsu
makan dalam hipotalamus memyebabkan
penderita menjadi kurus kering. Gejala utama
penyakit ini adalah usaha yang terlalu keras
untuk menurungkan berat badan. Mereka
sengaja membiarkan diri kelaparan. Walaupun
paling sering dialamai oleh para wanita ,
terutama yang berusia muda, penyakit ini juga
dapat ditemukan pada peria dari berbagai usia.
Menurut Irianto (2007) mengemukakan bahwa
ada beberapa geja Anoreksia Nervosa di
antaranya: 1) Menggolong-golongkan
makanan yang baik dan yang jele bagi
tubuhnya, 2).menghindari pertemuan yang
menyediakan makanan, 3). Pikiran selelu
menuju pada makanan, kalori dan berat badan,
4) . Berat badan menurun drastic, 5). Berlatih
keras, tidak mengenal lelah, 6). Takut genuk,
denyut nadi lambat dan lemah, sensitif
terhadap suhu dingin, 7). Gugup saat makan ,
mudah menangis.
2. Bulimia Nervosa
Seperti halnya anorexia bulimia juga
sering diderita remaja putrid hingga dewasa,
biasa berasal dari orang tua yang overweight
atau obese. Bulimia Nervosa adalah perilaku
seseorang yang berhubungan dengan makanan.
Adapun tanda-tanda Bulimia Nervosa
ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut:
a. Munculnya perasaan tidak mampu
mengontrol perilaku makan selama makan
dengan lahap dan bnyak.
b. Memu tahkan kembali makanannya
menggunakan obat-obatan diretikum,
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 53
dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan
dilakukan 20 kali/ hari dan kadang lebih.
3. Berdiet ketat atau berpuasa, berlatih
olahraga dengan keras.
Bulimia Nervosa juga ditandai dengan gejala
lain yaitu Takut terhadap kenaikan berat badan,
segera pergi ke kamar mandi setelah makan,
depresi, dan sangat keritis terhadap ukuran dan
bentuk tubuh.
D. Remaja
Konsep tentang remaja bukanlah
berasal dari bidang hukum, melainkan beresal
dari bidang ilmu-ilmu sosial lainnya. Tidak
mengherangkan bila sebagian undang-undang
yang ada diberbagai Negara di dunia ini tidak
kenal istilah remaja. Demikinpula halnya di
Indonesia hukum hanya mengenal anak-anak
dan dewasa, walau batasan yang diberikan
untuk itupun bermacam-macam. Dalam
hubungannya dengan hukum hanya undang-
undang perkawinan yang mengenal konsep
remaja walaupun tidak secara terbuka. Usia
miniml untuk suatu perkawinan menurut
undang-undang tersebut adalah 16 tahun untuk
wanita dan 19 tahun untuk peria (pasal 7 UU
So. 1/1974 tentang perkawinan Armanto dalam
Kadir 2001)
Pada tahun 1974 WHO memberikan
definisi tentang remaja yang lebih bersipat
konseptual. Dalam definisi tersebut
dikemukakan 3 kriteria yaitu biologic,
psikologik, dan sosial ekonomi sehingga
secara lengkap definisi tersebut berbunyi
sebagai berikut; Remaja adalah suatu masa
dimana:
1. Individu berkembang dari saat pertamakali
ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai ia mencapai
kematamngan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan
psikologik dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatip lebih mandiri.
WHO juga menetapkan datasan usia remaja,
yaitu 10 – 20 tahun sedangkan PBB
menetapkan usia 15 – 24 tahun sebagai usia
pemuda. Di Indonesia datasan remaja
mendekati batasan PBB tentang pemuda yaitu
14 – 24 tahun (Sarlito, 1994) sering juga
digunakan usia 11 – 24 tahun sebagai usia
profit remaja Indonesia dengan beberapa
pertimbangan, di antaranya adalah usia 11
tahun adalah usia dimana pada umumnya
tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak.
Ditinjau dari sudut perkembangan fisik
dalam ilmu kedokteran, remaja dikenal sebgai
satu tahap perkembangan fisik dimana alat
kelamin manuia mencapai kematangannya.
Secara anatomis bererti alat-alat kelaminnya
dan tubuh pada umumnya memperoleh
bentuknya yang sempurna dan secara faali
alat-alat kelamin tersebut telah berpungsi
secara sempurna. Masa remaja merupakan
masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi
dewasa. Masa ini sering pula disebut pula
masa kerisis kedua yang menimbulkan konflik-
konflik selain dalam diri remaja juga dalam
hubungannya dengan orang lain. Periode ini
merupakan periode yang sangat rawan dan
sangat kritis ( Prawiroharjo, 1989 dalam
Armanto 1999)
E. Status Gizi
Status gizi yang baik dapat dilihat
pada ukuran proporsi bentuk tudbuh seseorang,
dan bukan dilihat dari banyaknya asupan
makan yang dikomsumsi seseorang. Banyak
rumus yang dapat digunakan untuk melihat
apakah status gizi seseorang baik atau tidak,
ada beberapa cara yang mudah untuk
mengetahui status gizi Remaja dan berlaku
juga untuk orang dewasa. Rumus tersebut
adalah
1. Rumus Brocp
Berat Badan Idaman (BBI) dengan
Rumus Broca : 90% x ( TB cm - 100). Rumus
ini dapat digunakan untuk leki-leki dan
perempuan dengan ketentuan untuk laki-laki
tinggi 160 cm ke atas dan perempuan tinggi
150 cm ke atas
Status Gizi X 100%
BB Kurang : 90 % BBI
BB Normal : 90 -- 110% BBI
BB Lebih : 110 -- 120 % BBI
BB Obeis : 120 % BBI ke atas
2. Indeks Massa Tuvuh ( IMT )
Menentukan status gizi berdasarkan
indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus IMT
= Hasil pembagiannya akan menentukan
status gizi orang bersangkutan.
Status Gizi
Status gizi Laki-laki Perempuan
Kurang -20.1 - 18.7
Normal 20,1 – 25,0 18,7 – 23,8
Obes + 30 + 28,6
Rata-rata 22,0 20,8
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 54
Contoh. Nahdir seorang laki-laki alumni
perguruan tinggi usia 22 tahun, memiliki tinggi
badan 172 cm dengan berat bdan 57 kg.
Perhirungan : 57/ (172 cm)2 = 57/ 2.9584 =
19,26. Berdasarkan table di atas Nahdir status
gizinya berada pada katagori kurus.
Pembahasan
Golongan remaja di perkotaan
merupakan salahsatu sekmen penting dalam
masyarakat yang perlu lebih diperhatikan dari
sudut perubahan komsumsi makanannya.
Selain masih dalam proses petumbuhan dan
pengenalan lingkungan serta dirinya, mereka
termasuk rawan terhadap pengaruh makanan
dan minuman modern seperti: Burger, hot dog,
spaghetti, es cream dan lainnya. Cepat atau
lambat makanan-makanan modern tersebut
diduga dapat menggeer peranan makanan-
makanan local/ tradisional yang biasa
dikomsumsi oleh kalangan remaja di kota-kota
besar, jika tidak ada upaya-upaya tertentu
dilakukan guna mencega hal itu.
Dari hasil suatu penelitian yang
dilakukan oleh Trintrin T. Mudjiono 2001
(Hakim 2005 tidak dipulikasikan) tentang
kebiasaan makan golongan remaja di enam
kota besar di Indonesia, diperoleh bahawa
lebih dari 85% mereka makan siang di rumah,
sebanyak 15 – 20 % remaja di Jakarta biasa
mengkomsusi fried chicken dan burger sebagai
makan siang. Sebaguan besar remaja ( 80 %)
di tiap kota memili nasi dan lauk pakl sebagai
menu utuk makan malam. Bahkan di
Yogyakarta dan Denpasar lebih dari 90%
makan malamnya memilih nsi dan lauk.
Disamping itu Mie instan juga sering
dikomsumsi (24 – 42 %)
Makan siang lebih banyak dilakukan
oleh para remaja dibanding dengan makan pagi
atau makan malam. Keadaan ini berbeda
dengan yang ditemukan pada remaja di USA
yang lebih banyak menghilangkan waktu
makan pagi dan siang, sedangkan makan
malam biasa dilakukan lebih teratur ( Mohan
dan J.M. Rees, 1984 dalam hakim, 2005). Dari
hasil penelitian tersebut dilaporlam bahawa
pengurangan waktu makan tersebut
menyebabkan komsumsi zat gizi pada
golongan remaja menjadi tidak seimbang.
Dengan demikian adanya sebagian remaja
yang tidak teratur waktu makannya dengan
sendirinya dapat membuat ketidak seimbangan
komsumsi zat gizinya, yang pada gilirannya
akan berimplikasi pada status gizi remja yang
bersangkutan.
Jenis makanan tradisional yng banyak
dikomsusi remaja di kota-kota bahkan di
pelosok kecamata yang ada di Sulawesi
Selatan adalah makanan tradisional dari jawa
sedangkan makan tradisional khas Sulawesi
Selatan yaitu coto Mangkasara tidak terlalu
digemari karna harganya agak tinggi dibandin
masakan tradisional jawa seperti gado-gado,
nasi kuning bakso dan mie kuah yang harganya
relatip terjangkau. Hal ini manunjukkan bahwa
makanan tradisional Indonesia masih kuat
bertahan dalam kebiasaan makan dikalangan
remaja. Susunan hidangan makan pagi, siang,
dan malam pada kalangan remaja yang tidak
selalu merupakan susunan hidangan lengkap
yang terdiri atas nasi, lauk pauk, sayur dan
buah dapat memberikan komsusi zat gizi yang
tidak seimbang. Keseimbangan komsusi zat
gizi akan tetap tercapai dalam waktu satu hari
komsumsi maknan tetap lengkap seperti
susunan hidangan 4 sehat 5 sempurna.
Untuk kasus gangguan pola makan
pada remaja, British Medical Association
mengemukakan bahwa citra wanita kurus dan
ramping yang digambarkan oleh media massa
mendorong para remaja menjalani pola makan
yang tidak benar. Diperkiran bahwa lebih dari
1 % wanita yang berusia antara 15 – 30 tahun
menderita anoreksia nervosa, kemusian 2%
dantaranya bulimia da 15 % lagi mengalami
gangguan makan secara berlebihan. Ketila
seorang gadis remaja menjadi sangat kurus,
gejala-gejala fisik dapat, termasuk sensitif
terhadap dingin, sembelit, kelemahan,
pembengkakan kaki, dan pertumbuhan rambut
tubuh halus. Menstruasi dapat berhenti seelah
menurunnya berat badan lebih banyak. Resiko
kematian terjadi 5 – 18% pada orang-orang
yang menderuta anoreksia nervosa. dalam
beberapa kasus langka ulimia dapat
menyebabkan kematian akibat ketidak
seimbangan elektrolit da dehidrasi. Lebih
umum lagi obat pencahar dab muntah-muntah
dapat menyebabkan masalah gizi, sembelit dan
kerusakan esophagus. Anoreksia terjadi 20 kali
besar pada wanita dari pada pria dan bulimia
terjadi 10 kali lebih sering terjadi pada wanita
daripada pria ( Anonom, 2000 dalam Hakim
2005)
Kejadian ganggun pola makan pada
remaja yaitu anoreksia dan bulimia ini dapat
diobati dengan bantuan dokter, ahli diet atau
psikiater. Pengobatan dipokuskan pada
pendekatan ntuk menolong diri sendiri ( self
help approaches ) dan pengobatan psikologis
yaitu khusus terapi perilaku kognitif, yang
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 55
bertujuan untuk memberikan pengertian yang
lebih baik mengenai kondisi serta cara
mengubah perilaku mereka. Saat perilaku
tersebut terpecahkan, psikoterapi perorangan
atau kelompok serta konsultasi dengan
kelompok pendukung orang-orang penderita
gangguan pola makan dapat member mamfaat.
Terapi alternative data dilakukan seperti
olahraga pada masa awal masa remaja dapat
member mamfaat dalam mencegah kelainan
pola makan tersebut di atas bila dilakukan
secara tidak berlebihan, dan mengkomsusi
makanan sesuai prinsip 3 J ( Jenis, Jumlah, dan
Jadual).
Jika gangguan pola makan yaitu
anoreksia nervosa dan bulimia nervosa ini
dibiarkan berlarut-larut menimpa pada remaja,
maka akan terjadi ketidakseimbangan asupan
zat gizi yang akan berdampak negative pada
remaja itu sendiri, dan penentuan status gii
dapat kita gunakan rumus Broca atau Indeks
massa Tubuh sebagaimana yang diuraikan
sebelumnya.
Dampak yang akan ditimbulkan jika
terjadi ketidakseimbangan asupan zat gizi pada
remaja akan terhambat proses pertumbuhan
dan perkembangan (growth spurt) dan pada
remaja putrid masih mempunyai dampak lain,
karena remaja putri sebagai generasi muda
juga akan melahirkan calon generasi muda.
Untuk dapat melahirkan generasi muda yang
diharapkan maka diperlukan calon ibu yang
sehat untuk dapat melahirkan generasi yang
sehat pula.
KESIMPULAN & SARAN
1. Kebiasaan makan Remaja sangat dipengruhi
faktor ekstrinsik dan faktor intrinsic
2. Kebiasaan makan remaja di perkotaan masih
dalam batas kewajaran, namun perlu
diwaspadai bahwa akibat kemajuan
teknologi dan pergaulan bebas, maka
kemungkinan kwbiasaan makan yang masih
relatif baik akan bergeser kekebiasaan
makan makanan modern
3. Makanan teradisional yang merupakan khas
setiap daerah tertentu, masih banyak
dikomsumsi oleh remaja perkotaan khusus
di Sulawesi, hal ini mencerminkan
makanan tradisional dan makanan modern
masih bisa bersaing
4. Kebiasaan makan remaja di perkotaan yang
mengkosumsi jenis makanan bervariasi
dapat memenuhi kebutuhan zat gizinya
5. Gangguan ola makan pada remaja seperti
anoreksia nervosa dan bulimia nervosa
perlu diwaspadai, karena dapat
mengganggu keseimbangan asupan zat gizi
remaja dalam proses percepatan
pertumbuhan dan perkembangan, dan bagi
perempuan agar dapat melahirkan generasi
yang sehat dan kuat.
Saran
1. Di lingkungan sekolah perlu diupayakan
pengadaan kantin dan kafetaria yang
menyiapkan makan khas daerah/ tradisional
dan dikelola secara professional yang
mempunyai mutu gizi baik dan terjangkau
daya beli siswa
2. Perlu dikembangkan suatu pedoman gizi
seimbang bagi golongan remaja dengan
memperhatikan kebiasaan makan yang
terdapat pada golongan remaja khususnyadi
perkotaan
3. Kepada orang tua yang mempunyai anak
remaja perlu memberikan perhatian yang
ekstra, terutama dalam aspek gizi, agar ia
dapat bertumbuh secara normal dan
terhindar dari pola makan yang salah.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2004. Gizi dalam Daur ulang
kehidupan, CBC, Jakarta
Armanto, 1999. Epek pemberian pil besi
dengan vitamin C terhadap peningkatan
kadar Hb dengan kesegaran jasmani
pada wanita remaja. Tesis, Pascasarjana
Unair.
Hakim Langgeng, 2005. Kebiasaan makan
terhadap peningkatan status gizi,
Surabaya
Irianto Djoko Pekik, 2007, Panduan gizi
lengkap keluarga dan olahraga, Ardi,
Yogyakarta
Kadir, 2010, Pengaruh suplementasi pil besi +
asam folat + riboplavin terhadap
penigkatan kadar hemoglobin pada
remaja wanita dengan anemia gizi
sedang, jurnal Ikhtiar Vol.8 No; 1 hal.
1133-1266
Muhilal, Fasli Jalal, Hardiansyah, 1988. Angka
kecukupan gizi yang dianjurkan,
Widiyakarya Nasional pangan dan gizi
VI , Upi, Jakarta
Syahmin, 2001, Ilmu Gizi, RHpatara karya
aksara, Jakarta
Suhardjo, 2003, Perencanaan pangan dan Gizi,
Bumiaksara , Jakarta

More Related Content

What's hot

SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASii AQyuu
 
Intervensi konsumsi pangan dan gizi
Intervensi konsumsi pangan dan giziIntervensi konsumsi pangan dan gizi
Intervensi konsumsi pangan dan giziHusHa Hatimah
 
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partumJurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partumnrukmana rukmana
 
Laporan akhir
Laporan akhirLaporan akhir
Laporan akhirraycha26
 
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilJurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilnrukmana rukmana
 
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_kTugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_kanggieapriliani
 
Laporan akhir.
Laporan akhir.Laporan akhir.
Laporan akhir.raycha26
 
Tugas akhirkuliah
Tugas akhirkuliahTugas akhirkuliah
Tugas akhirkuliahNoor Azizah
 
Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)Dessycis
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...Anisa Imaniar
 
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)Lia Oktaviani
 
Balita
BalitaBalita
Balitaufita
 
Makalah Status GIZI
Makalah Status GIZIMakalah Status GIZI
Makalah Status GIZIApapunituzar
 
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizi
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi GiziFaktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizi
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizipjj_kemenkes
 

What's hot (20)

SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
 
Intervensi konsumsi pangan dan gizi
Intervensi konsumsi pangan dan giziIntervensi konsumsi pangan dan gizi
Intervensi konsumsi pangan dan gizi
 
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partumJurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
 
Laporan akhir
Laporan akhirLaporan akhir
Laporan akhir
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilJurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
 
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_kTugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
 
Laporan akhir.
Laporan akhir.Laporan akhir.
Laporan akhir.
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tugas akhirkuliah
Tugas akhirkuliahTugas akhirkuliah
Tugas akhirkuliah
 
Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)
 
Beban ganda-masalah-gizi
Beban ganda-masalah-giziBeban ganda-masalah-gizi
Beban ganda-masalah-gizi
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
 
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
Makalah Makanan Pra Sekolah (Gizi dan Diet)
 
Balita
BalitaBalita
Balita
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
Masalah gizi ganda
Masalah gizi gandaMasalah gizi ganda
Masalah gizi ganda
 
Makalah Status GIZI
Makalah Status GIZIMakalah Status GIZI
Makalah Status GIZI
 
7 9-1-pb (1)
7 9-1-pb (1)7 9-1-pb (1)
7 9-1-pb (1)
 
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizi
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi GiziFaktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizi
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizi
 

Similar to 1795 4122-1-pb

Food habits.pdf
Food habits.pdfFood habits.pdf
Food habits.pdfsucita86
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdfellyaniabadi1
 
kajian bab 2 LITERATURE REVIEW
kajian bab 2 LITERATURE REVIEWkajian bab 2 LITERATURE REVIEW
kajian bab 2 LITERATURE REVIEWHanissa Rafee
 
Blok 2 Modul 1.pptx
Blok 2 Modul 1.pptxBlok 2 Modul 1.pptx
Blok 2 Modul 1.pptxssuserc010f5
 
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKusmaWenny1
 
Instrumen wawancara permasalahan anak SD
Instrumen wawancara permasalahan anak SDInstrumen wawancara permasalahan anak SD
Instrumen wawancara permasalahan anak SDMitha Ye Es
 
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balitaAskep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balitaRahmat Ramadhani
 
makalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docxmakalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docxElsisRosari
 
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...Noor Azizah
 
Ayumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptxAyumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptxayumievalencia
 
Gizi dan Kesehatan kuliah Gizi dan Kesehatan
Gizi dan Kesehatan kuliah Gizi dan KesehatanGizi dan Kesehatan kuliah Gizi dan Kesehatan
Gizi dan Kesehatan kuliah Gizi dan KesehatanAdisDena
 
PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...
PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...
PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...Hanissa Rafee
 
Nasi papah antara budaya dan kesehatan artikel
Nasi papah antara budaya dan kesehatan artikelNasi papah antara budaya dan kesehatan artikel
Nasi papah antara budaya dan kesehatan artikelLalu Anwar
 

Similar to 1795 4122-1-pb (20)

Food habits.pdf
Food habits.pdfFood habits.pdf
Food habits.pdf
 
Antropologi-Gizi-Pertemuan-4.ppt
Antropologi-Gizi-Pertemuan-4.pptAntropologi-Gizi-Pertemuan-4.ppt
Antropologi-Gizi-Pertemuan-4.ppt
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
kajian bab 2 LITERATURE REVIEW
kajian bab 2 LITERATURE REVIEWkajian bab 2 LITERATURE REVIEW
kajian bab 2 LITERATURE REVIEW
 
Blok 2 Modul 1.pptx
Blok 2 Modul 1.pptxBlok 2 Modul 1.pptx
Blok 2 Modul 1.pptx
 
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptxKONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
KONSEP DAN MANFAAT PENILAIAN STATUS GIZI.pptx
 
2.docx
2.docx2.docx
2.docx
 
Sosbud 5
Sosbud 5Sosbud 5
Sosbud 5
 
Instrumen wawancara permasalahan anak SD
Instrumen wawancara permasalahan anak SDInstrumen wawancara permasalahan anak SD
Instrumen wawancara permasalahan anak SD
 
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
 
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan
Makalah kel-dua-gizi-dan-makananMakalah kel-dua-gizi-dan-makanan
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan
 
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
Makalah kel-dua-gizi-dan-makanan AKBID PARAMATA RAHA KAB. MUNA
 
Askep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balitaAskep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balita
 
makalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docxmakalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docx
 
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
 
Ayumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptxAyumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptx
 
Gizi dan Kesehatan kuliah Gizi dan Kesehatan
Gizi dan Kesehatan kuliah Gizi dan KesehatanGizi dan Kesehatan kuliah Gizi dan Kesehatan
Gizi dan Kesehatan kuliah Gizi dan Kesehatan
 
PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...
PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...
PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...
 
Nasi papah antara budaya dan kesehatan artikel
Nasi papah antara budaya dan kesehatan artikelNasi papah antara budaya dan kesehatan artikel
Nasi papah antara budaya dan kesehatan artikel
 

Recently uploaded

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 

1795 4122-1-pb

  • 1. Jurnal Publikasi Pendidikan http://ojs.unm.ac.id/index.php/pubpend Volume VI Nomor 1 Januari 2016 ISSN 2088-2092 49 KEBIASAAN MAKAN DAN GANGGUAN POLA MAKAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP STATUS GIZI REMAJA Abd. Kadir A. UPP PGSD Bone Fakultas Ilmu Pendidikan UNM abdul.kadir.a@unm.ac.id ABSTRAK Status gizi orang pada umumnya dan remaja pada khususnya banyak dipengaruhi oleh faktor kebiasaan makan dan gangguan pola makan. Masalahnya 1). Bagaimanakah kebiasaan makan remaja moderen ? 2). Bagaimanakah gangguan pola makan remaja modern? 3. Apakah kebiasaan makan dan gangguan pola makan berpengaruh terhadap status gizi remaja?. Tujuan 1). Menelusuri pengaruh makanan modern dan makan tradisional terhadap kebiasaan makan remaja di perkotaan 2). Menjelaskan faktor-faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi perilsku komsumsi makanan pada golongan remaja di perkotaan 3). Mengetahui jenis, penyebab dan alternative pemecahan gangguan pola makan pada remaja di perkotaan. Kebiasaan makan masayarakat dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik dan faktor intrinsic dalam pola makan tesebut ada berdampak negatif yang perlu pengkajian untuk ditinggalkan dan ada berdampak positif dan perlu dipertahankan. Gangguan polamakan yang sering terjadi pada remaja ada dua yaitu Anoreksia Nervosa dan Anoreksia Bulimia. Gangguan ini perlu mendapat perhatian dari kita semua, kebayakan remaja sekarang ingin mencicipi semua jenis makanan namun malas berolahraga tapi ingin langsing. Jika terjadi gangguan pola makan akan terjadi ketidak seimbangan asupan sat gizi dan akan berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangan, dan bagi remaja putrid akan berdampak pada generasi yang dilahirkan Kata kunci: Kebiasaan makan, gangguan pola makan, status gizi, remaja PENDAHULUAN Salah satu faktor determinan status gizi masyarakat adalah faktor kebiasaan makan ( food habit ) penduduk atau masyarakat setempat. kKebiasaan makan adalah suatu tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Sikap orang terhadap makanan dap[at bersipat positif ataupun bersipat negatif. Sikap negatif atau positif pada makanan bersumber pada nilai-nilai “ Affective” yang berasal dari lingkungan dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh. Demikian pula halnya dengan kepercayaan terhadap makanan selalu berkaitan dengan kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Dan pemilihan adalah proses untuk memilih makanan sesuai dengan sikap dan kepercayaanya.Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sjahmin ( 2001 3) bahwa “ kebiasaan makan masyarakat banyak ditentukan oleh budaya, kepercayaan dan lingkungan dimana masyarakat itu berada”. Masa remja ( adolesen ) adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke usia dewasa, dimana ditandai oleh perubahan fisik, fisiologis, dan psikososial. Ciri khas dari masa remaja adalah adanya kematangan fungsi seksual, pacuh tumbuh (growth spurt) dan tercapainya bentuk tubuh dewasa, yang terjadi karena pematangan fungsi endokrim. Secara langsung atau tidak langsung mereka memerlukan pembinaan dari sudut perkembanganjasmani, intelektual, mental, social dan cara cara berwawasan yang terkait dengan komsumsi makanan mereka ( Savitri Sayogo, 1992). Kebiasaan makan (food habit) dalam suatu kelompok masyarakat akan memberikan dampak pada status gizi masyarakat setempet. Oleh karena itu, dalam program-program perbaikan gizi harus diupayakan agar kebiasaan makan yang baik dapat dlestarikan guna menunjang program pemerintah dalam diversifikasi pangan. Sedangkan kebiasaan makan yang jelek harus digan ti dengan ide-ide baru untuk menunjang tercapainya gisi masyarakat.
  • 2. Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 50 Program perbaikan gizi jangka panjang ditujukan pada peningkatan kesadaran gizi yang tinggi dalam masyarakat, antara laian tercermin dari pola komsumsi pangan masyarakat yang beraneka ragam dan mengandung gizi seimbang. Salah satu faktor penting dan mendasar menurunnya status gizi adalah adanya perilaku komsumsi makan yang salah oleh individu, keluarga atau masyarakat yang tidak mengikuti kaidah-kaidah ilmu gizi dan kesehatan. Oleh karena itu, penggarapan aspek perilaku komsumsi ke arah penyadaran gizi masyarakat perlu ditingkatkan strateginya sedemikian rupa sehingga pada gilirannya masyarat tahu, dan mampu memecahkan perbaikan status gizi ke arah yang lebih baik ( Muhilal 1998) Makanan modern yang merupakan produk dari berbagai olahan makanan, sepereti hot dog, burger, pizza, fried chicken, ice cream dari berbagai merek dagang sangat gencar diiklankan melalui media massa, baik media cetak maupun media elektronik dan mudah didapat serta pengaruhnya berdampak sampai ke pelosok desa. Golongan remaja pada umumnya baik di kota besar maupu yang ada di kota kabupaten merupakan sasaran strategis para pengusah makanan olahan. Makanan modern memiliki daya pikat tersendiri karena lebih praktis, cepat dalam penyajian ( instan) dan mengandung gensi bagi sebagian golongan masyarakat. Di sisi lain, makanan moderen mengandung zat lemak, protein, hidrat arang dan garam yang relatip tinggi dan jika sering dikomsumsi secara berkesinambungan dan berkelebihan dapat mengakibatkan masalah gizi lebih ( over malnutrition ) dengan kemungkinan konsekwensi seperti : obesitas, hipertensi gangguan jantung koroner, penyakit kencing manis (Irianto. 2007 ) Untuk mencegah terjadinya kasus gizi salah, khususnya nelelui pengembangan sistem komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pada golongan remaja, maka penulis tertarik untuk mengankat karya ilmiah dengan judul : Kebiasaan Makan dan Gangguan Pola Makan serta Pengaruhnya Terhadap Status Gizi Remaja. Sasaran utama adalah golongan remaja ,karena mereka lebih gampang mengakses impormasi. Berdasrkan uraian tersebut di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut:1) Bagaimanakah kebiasaan makan remaja moderen ?, 2) Bagaimanakah gangguan pola makan remaja modern? Dan 3) Apakah kebiasaan makan dan gangguan pola makan berpengaruh terhadap status gizi remaja? KAJIAN PUSTAKA & PEMBAHASAN A. Pengertian Kebiasaan Makan (Food Habit) Kebiasaan (habit) adalah pala untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dpelejari oleh seorang individu dan yang dilakukan secara berulang untuk hal yang sama. Kebiasaan adalah pola perilaku yang diperoleh dari pola peraktik yang terjadi Kebiasaan makan yaitu suatu pola kebiasaan komsumsi yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan adalah tindakan manusia, dan perasaan apa yang dirasakan mengenai persepsi tentang hal itu. Arisman (2004) menyatakan bahwa “ kebiasaan makan” adalah sebagai cara individu dan kelompok memuluh, mengkomsusi, dan menggunakan makanan yang tersedia yang didasarkan kepada faktor- faktor social dan budaya dimana mereka hidup. Jadi kebiasaan makan adalah hasil rakutan dari bermacam-macam segi yang bersipat multidimensional. Kebiasaan makan adalah berupa apa, oleh siapa, untuk siapa, kapan dan bagaimana makanan siap diatas meja untuk disantap. Oleh karena itu kebiasaan makan dapat dipelajari dan di ukur menurut prinsip- prinsip ilmu gizi melalui pendidikan, latihan dan penyuluhan sejak mansia mulai mengenal makan untuk kelangsungan hidupnya. B.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan Menurut Khumaidi ( 2004) Faktor- faktor yang bepengaruh pada kebiasaan makan masyarakat pada dasarnya dapat digolongkan dua faktor utama, yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsic. 1). Faktor Ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia. Faktor-faktor ini antara lain sebagai berikut: a. Faktror Lingkungan Alam Pola makan masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya dipengaruhi oleh jenis-jenis bahan makanan yang umum dapat diperoleh di tempat. Di daerah dengan pola panganm pokok beras biasanya belum puas atau mengatakan belum makan apabila be,um makan nasi, meskipun perut sudah kenyang oleh makanan lain (non beras). Sebaliknya daerah yang berpola pangan pokok jagung atau ubi kayu akan mengeluh kurang tenaga kalau belum makan jagu atau ubi. Jadi apa yang ada dilingkungan itulah yang dikomsumsi.
  • 3. Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 51 b. Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan- perbedaan kebiasaan makan. Tiap-tiap bangsa dan suku bangsa mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda seseuai dengan kebudayaan yang dianut turun-temurun. Suharjo (2003. 9) mengatakan bahwa”unsur-unsur sosial budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan secara turun temurun yang susah berubah”. Sebagai illustrasi dapat dikemukakan, pada sekitar tahun 2007 silan terjadi bencana kekeringan didaerah pegunungan irian barat dimana penduduknya pola makanan pokoknya adalah ubi, namun terjadi gagal panen karena bencana kekeringan. Maka pemerintah lewat Dolok memberikan bantuan beras, namun yang terjadi beras yang dikirim tidak dapat mengatasi masalah kelaparan, Maka akhirnya peresiden memerintahkan pengiriman bantuan makanan sesuai makan pokok daerah setampat yaitu Ubi , barulah permasalahan kelapan dapat teratasi. Dalam suatu rumah tangga, kebiasaan makan juga sering ditentukan adanya perbedaan antara suami dan istri, orang tua dan anak-anak, tua dan muda. Asa budaya mendahulukan kepala keluarga, anggota keluarga lainnya menempati urutan berikutnya dan yang paling umum mendapatkan prioritas terbawah adakah ibu-ibu rumah tangga,( Suhardjo. 2003.). c. Faktor Lingkungan Budaya dan Agama Faktor lingkungan budaya yang berkaitan dengan kebiasaan makan biasanya meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan kewajiban-kewajiban social. Pada manyarakat kpta ada kepercayaan bahwa nilai spiritual yang tinggi akan dapat dicapai oleh seorang ibu atau anaknya apabila ibu tersebut sanggup memenuhi pantangan-pantangan dalam hal makanan. Agama juga memberikan pedoman dan batasan-batasan dalam kebiasaan makan. Misalnya “ Makanlah engkau setelah lapar dan berhentilah makan sebelum kenyang” ( Hadis Nabi). Menurut Suhardjo (2003) bahwa pantangan atau tabu makan jenis makanan tertentu hampir berlaku di semua daerah di Indonesia. Pantangan makan jenis makanan tertentu biasanya dilakukan oleh para wanita dan mencakup anak-anak yang ada di bawah asuhannya. Pantangan ini sering dikaitkan dengan masalah kesehatan dan dipelihara secara turun temurun dari leluhur ke kakek dan nenek, terus ke orang tua, anak-anak dan seterunya ke generasi-generasi yang akan datang. Pantangan ini biasanya diikuti dengan ketat sekali, tetapi ada pula yang goyah dan berubah bahkan dihilangkan. Yang dikuti dengan ketet adalah pantangan makan makanan yang dilarang agama. Dari sudut ilmu gizi, pantangan makan jenis makanan tertentu dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok, yaitu: 1). Haram menurut agama (Islam) yaitu pantangan yang tak boleh dipersoalkan lagi dan harus diterima tanpa perdebatan. b). Pantangan makan jenis makanan tertentu yang tidak berdasarkan agama (kepercayaan), jenis pantangan ini sebaiknya dihapuskan, kalau jelas-jelas merugikan kondisi kesehata gizi 3) Pantangan yang tidak jelas akibatnya terhadap kesehatan dan kondisi gizi, sebaiknya diteliti (observasi) terus untuk melihat akibatnya dalam jangka panjang, sebagai bahan untuk memutuskan kelak , apa bensr merugiksn stsu ridak. d. Faktor Lingkungan Ekonomi Kebiasaan makan juga sangat ditentukan oleh kelompok-kelompok masyarakat menut tarap ekonominya. Golongan masyarakat ekonomi kuat mempunyai kebiasaan makan yang cenderung banyak, dengan komsusi rata-rata melebihi angka kecukupannya. Sebaliknya masyarakat ekonomi paling lemah, yng justru pada umumnya produksen pangan, mereka mempunyai kebiasaan makan yang memberikan nilai gizi dibawah kecukupan jaumlah maupun mutunya. Karena faktor ekonomi, tidak selalu produsen atau penyalur pangan berarti pula konsumen. Kita dengan muda menemukan seorang anak di pasar dengan kondisi menderita marasmus padahal ibunya seorang pedagang telur. Ibu-ibu yang terpaksa harus bekerja unruk menambah pendapatan keluarga, meninggalkan anaknya di rumah dengan diberi uang untuk jajan, makanan yang dibeli tanpa sedikitpun pertimbangan gizi. Oleh karena itu, maka lingkungan ekonomi juga merupakan salah datu determinan yang mewarnai kebiasaan makan. Seperti yang dikemukakan Suhardjo (2003. 8) bahwa “ golongan orang yang berekonomi lemah menggunakan sebagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pola makan cukup menghilangkan rasa lapar”
  • 4. Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 52 2). Faktor Intrinsik Faktor instrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia. Faktor instrinsik ini meliputi, antara laian: a), Paktor Asosiasi Emosional Contoh Seorang guru Sekolah Dasar member pelajara prakarya kepada muridnya dengan beternak ayam atau kelinci misalnya, anak itu tidak akan mau memakan daging dari hewan peliharaannya, (mungkin orang yang perilaku seperti anak tadi ada di sekitar kita) karena telah tumbuh saling kasih sayang antara yang memelihara dan yang dipelihara, sehingga kita tidak sampai hati untuk memakan dagin hewan peliharaab kita itu. Karena tujuan beternak yang semula dimaksudkan untuk meningkatkan komsusi protein tidak tercapai dan kenyataannya terganti dengan tujuan ekonomi karena produksi terpaksa dijual. Wawasan konsumsi yang merupakan faktor internal yang ada pada tiap individu akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan (Ahmad 2001. 259) b). Faktor Keadaan Jasmani dan Kejiwaan yang sedang sakit Kebiasaan makan ( food habit) juga sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan (status) kesehatan seseorang. Di samping itu, perasaan bosan, kecewa, putus asa, stress adalah ketidak seimbangan kejiwaan yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Pengaruhnya akan berdampak pada berkurangnya nafsu makan c). Faktor Penilaian yang Lebih Terhadap Mutu Makanan Madu, telur ayam kampong dan beberapa jenis makanan lain sering dianggap sebagai bahan makanan superior yang melebihi mutu zat gizi yang dikandungnya. Keadaan yang demikian, apabila tampak menonjol dalam kebiasaan makan akan menimbulkan kekurangan beberapa zat gizi. Dari segi ilmu gizi, kebiasaan makan ada yang baik yaitu menunjang terpenuhinya kecukupan gizi, tetapi tak kurang pula yang jelek yaitu yang menghambat terpenuhinya kecukupan gizi. Kebiasaan makan yang jelek antara lain tabu (pantangan) yang justru berlawanan dengan konsep-konsep gizi seperti anak-anak dilarang makan daging/ ikan dengan alasan nanti akan cacingan. Oleh karena itu, dalam program perbaikan gizi ataupun dalam program diversipikasi pangan, seharusnya kediasaan makan yang baik dapat dipertahankan, dan kebiasaan makan yang buruk dan bertentangan dengan konsep-konsep gizi sedikit demi sedikit harus ditinggalkan melalui berbagai cara, terutama dengan meningkatkan pungsi(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) C. Gangguan Pola Makan pada Remaja Ketidak puasan terhadap bentuk tubuh dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pola makan, hal ini sering dialami oleh remaja yang ingin selalu tampil langsing, dan juga di antara kita yang sudah berkeliarga mungkin ingin selalu keliatan langsing. Menurut Irianto (2007. 171) “ada dua bentuk utama gangguan pola makan yang sering ditemukan pada remaja yaitu Anorerxia Nervosa dan Bulimia Nervosa dan terjadi 1 diantara 100 -200 remaja putrid”. 1.. Anoreksia Nervosa Anoreksia nervosa yaitu anoreksia yang disebabkan terganggunya pusat nafsu makan dalam hipotalamus memyebabkan penderita menjadi kurus kering. Gejala utama penyakit ini adalah usaha yang terlalu keras untuk menurungkan berat badan. Mereka sengaja membiarkan diri kelaparan. Walaupun paling sering dialamai oleh para wanita , terutama yang berusia muda, penyakit ini juga dapat ditemukan pada peria dari berbagai usia. Menurut Irianto (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa geja Anoreksia Nervosa di antaranya: 1) Menggolong-golongkan makanan yang baik dan yang jele bagi tubuhnya, 2).menghindari pertemuan yang menyediakan makanan, 3). Pikiran selelu menuju pada makanan, kalori dan berat badan, 4) . Berat badan menurun drastic, 5). Berlatih keras, tidak mengenal lelah, 6). Takut genuk, denyut nadi lambat dan lemah, sensitif terhadap suhu dingin, 7). Gugup saat makan , mudah menangis. 2. Bulimia Nervosa Seperti halnya anorexia bulimia juga sering diderita remaja putrid hingga dewasa, biasa berasal dari orang tua yang overweight atau obese. Bulimia Nervosa adalah perilaku seseorang yang berhubungan dengan makanan. Adapun tanda-tanda Bulimia Nervosa ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut: a. Munculnya perasaan tidak mampu mengontrol perilaku makan selama makan dengan lahap dan bnyak. b. Memu tahkan kembali makanannya menggunakan obat-obatan diretikum,
  • 5. Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 53 dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan dilakukan 20 kali/ hari dan kadang lebih. 3. Berdiet ketat atau berpuasa, berlatih olahraga dengan keras. Bulimia Nervosa juga ditandai dengan gejala lain yaitu Takut terhadap kenaikan berat badan, segera pergi ke kamar mandi setelah makan, depresi, dan sangat keritis terhadap ukuran dan bentuk tubuh. D. Remaja Konsep tentang remaja bukanlah berasal dari bidang hukum, melainkan beresal dari bidang ilmu-ilmu sosial lainnya. Tidak mengherangkan bila sebagian undang-undang yang ada diberbagai Negara di dunia ini tidak kenal istilah remaja. Demikinpula halnya di Indonesia hukum hanya mengenal anak-anak dan dewasa, walau batasan yang diberikan untuk itupun bermacam-macam. Dalam hubungannya dengan hukum hanya undang- undang perkawinan yang mengenal konsep remaja walaupun tidak secara terbuka. Usia miniml untuk suatu perkawinan menurut undang-undang tersebut adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk peria (pasal 7 UU So. 1/1974 tentang perkawinan Armanto dalam Kadir 2001) Pada tahun 1974 WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersipat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu biologic, psikologik, dan sosial ekonomi sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut; Remaja adalah suatu masa dimana: 1. Individu berkembang dari saat pertamakali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematamngan seksual. 2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatip lebih mandiri. WHO juga menetapkan datasan usia remaja, yaitu 10 – 20 tahun sedangkan PBB menetapkan usia 15 – 24 tahun sebagai usia pemuda. Di Indonesia datasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda yaitu 14 – 24 tahun (Sarlito, 1994) sering juga digunakan usia 11 – 24 tahun sebagai usia profit remaja Indonesia dengan beberapa pertimbangan, di antaranya adalah usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak. Ditinjau dari sudut perkembangan fisik dalam ilmu kedokteran, remaja dikenal sebgai satu tahap perkembangan fisik dimana alat kelamin manuia mencapai kematangannya. Secara anatomis bererti alat-alat kelaminnya dan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut telah berpungsi secara sempurna. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Masa ini sering pula disebut pula masa kerisis kedua yang menimbulkan konflik- konflik selain dalam diri remaja juga dalam hubungannya dengan orang lain. Periode ini merupakan periode yang sangat rawan dan sangat kritis ( Prawiroharjo, 1989 dalam Armanto 1999) E. Status Gizi Status gizi yang baik dapat dilihat pada ukuran proporsi bentuk tudbuh seseorang, dan bukan dilihat dari banyaknya asupan makan yang dikomsumsi seseorang. Banyak rumus yang dapat digunakan untuk melihat apakah status gizi seseorang baik atau tidak, ada beberapa cara yang mudah untuk mengetahui status gizi Remaja dan berlaku juga untuk orang dewasa. Rumus tersebut adalah 1. Rumus Brocp Berat Badan Idaman (BBI) dengan Rumus Broca : 90% x ( TB cm - 100). Rumus ini dapat digunakan untuk leki-leki dan perempuan dengan ketentuan untuk laki-laki tinggi 160 cm ke atas dan perempuan tinggi 150 cm ke atas Status Gizi X 100% BB Kurang : 90 % BBI BB Normal : 90 -- 110% BBI BB Lebih : 110 -- 120 % BBI BB Obeis : 120 % BBI ke atas 2. Indeks Massa Tuvuh ( IMT ) Menentukan status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus IMT = Hasil pembagiannya akan menentukan status gizi orang bersangkutan. Status Gizi Status gizi Laki-laki Perempuan Kurang -20.1 - 18.7 Normal 20,1 – 25,0 18,7 – 23,8 Obes + 30 + 28,6 Rata-rata 22,0 20,8
  • 6. Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 54 Contoh. Nahdir seorang laki-laki alumni perguruan tinggi usia 22 tahun, memiliki tinggi badan 172 cm dengan berat bdan 57 kg. Perhirungan : 57/ (172 cm)2 = 57/ 2.9584 = 19,26. Berdasarkan table di atas Nahdir status gizinya berada pada katagori kurus. Pembahasan Golongan remaja di perkotaan merupakan salahsatu sekmen penting dalam masyarakat yang perlu lebih diperhatikan dari sudut perubahan komsumsi makanannya. Selain masih dalam proses petumbuhan dan pengenalan lingkungan serta dirinya, mereka termasuk rawan terhadap pengaruh makanan dan minuman modern seperti: Burger, hot dog, spaghetti, es cream dan lainnya. Cepat atau lambat makanan-makanan modern tersebut diduga dapat menggeer peranan makanan- makanan local/ tradisional yang biasa dikomsumsi oleh kalangan remaja di kota-kota besar, jika tidak ada upaya-upaya tertentu dilakukan guna mencega hal itu. Dari hasil suatu penelitian yang dilakukan oleh Trintrin T. Mudjiono 2001 (Hakim 2005 tidak dipulikasikan) tentang kebiasaan makan golongan remaja di enam kota besar di Indonesia, diperoleh bahawa lebih dari 85% mereka makan siang di rumah, sebanyak 15 – 20 % remaja di Jakarta biasa mengkomsusi fried chicken dan burger sebagai makan siang. Sebaguan besar remaja ( 80 %) di tiap kota memili nasi dan lauk pakl sebagai menu utuk makan malam. Bahkan di Yogyakarta dan Denpasar lebih dari 90% makan malamnya memilih nsi dan lauk. Disamping itu Mie instan juga sering dikomsumsi (24 – 42 %) Makan siang lebih banyak dilakukan oleh para remaja dibanding dengan makan pagi atau makan malam. Keadaan ini berbeda dengan yang ditemukan pada remaja di USA yang lebih banyak menghilangkan waktu makan pagi dan siang, sedangkan makan malam biasa dilakukan lebih teratur ( Mohan dan J.M. Rees, 1984 dalam hakim, 2005). Dari hasil penelitian tersebut dilaporlam bahawa pengurangan waktu makan tersebut menyebabkan komsumsi zat gizi pada golongan remaja menjadi tidak seimbang. Dengan demikian adanya sebagian remaja yang tidak teratur waktu makannya dengan sendirinya dapat membuat ketidak seimbangan komsumsi zat gizinya, yang pada gilirannya akan berimplikasi pada status gizi remja yang bersangkutan. Jenis makanan tradisional yng banyak dikomsusi remaja di kota-kota bahkan di pelosok kecamata yang ada di Sulawesi Selatan adalah makanan tradisional dari jawa sedangkan makan tradisional khas Sulawesi Selatan yaitu coto Mangkasara tidak terlalu digemari karna harganya agak tinggi dibandin masakan tradisional jawa seperti gado-gado, nasi kuning bakso dan mie kuah yang harganya relatip terjangkau. Hal ini manunjukkan bahwa makanan tradisional Indonesia masih kuat bertahan dalam kebiasaan makan dikalangan remaja. Susunan hidangan makan pagi, siang, dan malam pada kalangan remaja yang tidak selalu merupakan susunan hidangan lengkap yang terdiri atas nasi, lauk pauk, sayur dan buah dapat memberikan komsusi zat gizi yang tidak seimbang. Keseimbangan komsusi zat gizi akan tetap tercapai dalam waktu satu hari komsumsi maknan tetap lengkap seperti susunan hidangan 4 sehat 5 sempurna. Untuk kasus gangguan pola makan pada remaja, British Medical Association mengemukakan bahwa citra wanita kurus dan ramping yang digambarkan oleh media massa mendorong para remaja menjalani pola makan yang tidak benar. Diperkiran bahwa lebih dari 1 % wanita yang berusia antara 15 – 30 tahun menderita anoreksia nervosa, kemusian 2% dantaranya bulimia da 15 % lagi mengalami gangguan makan secara berlebihan. Ketila seorang gadis remaja menjadi sangat kurus, gejala-gejala fisik dapat, termasuk sensitif terhadap dingin, sembelit, kelemahan, pembengkakan kaki, dan pertumbuhan rambut tubuh halus. Menstruasi dapat berhenti seelah menurunnya berat badan lebih banyak. Resiko kematian terjadi 5 – 18% pada orang-orang yang menderuta anoreksia nervosa. dalam beberapa kasus langka ulimia dapat menyebabkan kematian akibat ketidak seimbangan elektrolit da dehidrasi. Lebih umum lagi obat pencahar dab muntah-muntah dapat menyebabkan masalah gizi, sembelit dan kerusakan esophagus. Anoreksia terjadi 20 kali besar pada wanita dari pada pria dan bulimia terjadi 10 kali lebih sering terjadi pada wanita daripada pria ( Anonom, 2000 dalam Hakim 2005) Kejadian ganggun pola makan pada remaja yaitu anoreksia dan bulimia ini dapat diobati dengan bantuan dokter, ahli diet atau psikiater. Pengobatan dipokuskan pada pendekatan ntuk menolong diri sendiri ( self help approaches ) dan pengobatan psikologis yaitu khusus terapi perilaku kognitif, yang
  • 7. Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume VI No 1 Januari 2016 | 55 bertujuan untuk memberikan pengertian yang lebih baik mengenai kondisi serta cara mengubah perilaku mereka. Saat perilaku tersebut terpecahkan, psikoterapi perorangan atau kelompok serta konsultasi dengan kelompok pendukung orang-orang penderita gangguan pola makan dapat member mamfaat. Terapi alternative data dilakukan seperti olahraga pada masa awal masa remaja dapat member mamfaat dalam mencegah kelainan pola makan tersebut di atas bila dilakukan secara tidak berlebihan, dan mengkomsusi makanan sesuai prinsip 3 J ( Jenis, Jumlah, dan Jadual). Jika gangguan pola makan yaitu anoreksia nervosa dan bulimia nervosa ini dibiarkan berlarut-larut menimpa pada remaja, maka akan terjadi ketidakseimbangan asupan zat gizi yang akan berdampak negative pada remaja itu sendiri, dan penentuan status gii dapat kita gunakan rumus Broca atau Indeks massa Tubuh sebagaimana yang diuraikan sebelumnya. Dampak yang akan ditimbulkan jika terjadi ketidakseimbangan asupan zat gizi pada remaja akan terhambat proses pertumbuhan dan perkembangan (growth spurt) dan pada remaja putrid masih mempunyai dampak lain, karena remaja putri sebagai generasi muda juga akan melahirkan calon generasi muda. Untuk dapat melahirkan generasi muda yang diharapkan maka diperlukan calon ibu yang sehat untuk dapat melahirkan generasi yang sehat pula. KESIMPULAN & SARAN 1. Kebiasaan makan Remaja sangat dipengruhi faktor ekstrinsik dan faktor intrinsic 2. Kebiasaan makan remaja di perkotaan masih dalam batas kewajaran, namun perlu diwaspadai bahwa akibat kemajuan teknologi dan pergaulan bebas, maka kemungkinan kwbiasaan makan yang masih relatif baik akan bergeser kekebiasaan makan makanan modern 3. Makanan teradisional yang merupakan khas setiap daerah tertentu, masih banyak dikomsumsi oleh remaja perkotaan khusus di Sulawesi, hal ini mencerminkan makanan tradisional dan makanan modern masih bisa bersaing 4. Kebiasaan makan remaja di perkotaan yang mengkosumsi jenis makanan bervariasi dapat memenuhi kebutuhan zat gizinya 5. Gangguan ola makan pada remaja seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa perlu diwaspadai, karena dapat mengganggu keseimbangan asupan zat gizi remaja dalam proses percepatan pertumbuhan dan perkembangan, dan bagi perempuan agar dapat melahirkan generasi yang sehat dan kuat. Saran 1. Di lingkungan sekolah perlu diupayakan pengadaan kantin dan kafetaria yang menyiapkan makan khas daerah/ tradisional dan dikelola secara professional yang mempunyai mutu gizi baik dan terjangkau daya beli siswa 2. Perlu dikembangkan suatu pedoman gizi seimbang bagi golongan remaja dengan memperhatikan kebiasaan makan yang terdapat pada golongan remaja khususnyadi perkotaan 3. Kepada orang tua yang mempunyai anak remaja perlu memberikan perhatian yang ekstra, terutama dalam aspek gizi, agar ia dapat bertumbuh secara normal dan terhindar dari pola makan yang salah. DAFTAR PUSTAKA Arisman, 2004. Gizi dalam Daur ulang kehidupan, CBC, Jakarta Armanto, 1999. Epek pemberian pil besi dengan vitamin C terhadap peningkatan kadar Hb dengan kesegaran jasmani pada wanita remaja. Tesis, Pascasarjana Unair. Hakim Langgeng, 2005. Kebiasaan makan terhadap peningkatan status gizi, Surabaya Irianto Djoko Pekik, 2007, Panduan gizi lengkap keluarga dan olahraga, Ardi, Yogyakarta Kadir, 2010, Pengaruh suplementasi pil besi + asam folat + riboplavin terhadap penigkatan kadar hemoglobin pada remaja wanita dengan anemia gizi sedang, jurnal Ikhtiar Vol.8 No; 1 hal. 1133-1266 Muhilal, Fasli Jalal, Hardiansyah, 1988. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan, Widiyakarya Nasional pangan dan gizi VI , Upi, Jakarta Syahmin, 2001, Ilmu Gizi, RHpatara karya aksara, Jakarta Suhardjo, 2003, Perencanaan pangan dan Gizi, Bumiaksara , Jakarta