SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Bahan bakar fosil 
adalah sumber utama 
energi. Karena 
meningkatnya jumlah 
penduduk dan 
kebutuhan akan bahan 
bakar, bahan bakar 
fosil ini sangat banyak 
digunakan. 
Harga bahan bakar yang 
terus meningkat, 
perubahan iklim, dan 
pemanasan global juga 
membuat para peneliti 
untuk berpikir tentang 
bahan bakar alternatif.
Jatropha curcas dianggap sebagai 
tanaman biodiesel karena 
kandungan minyaknya tinggi (50- 
60% dari total biomassa biji), yang 
bisa menggantikan minyak fosil 
diesel konvensional. 
J. curcas sangat mudah beradaptasi dan 
dapat tumbuh di daerah semi-kering, 
kering, dan lahan-lahan marjinal, tetapi 
masih dalam tipe liar, sehingga 
pertumbuhannya serta hasilnya sangat 
dipengaruhi oleh berbagai cekaman biotik 
dan abiotik.
 Perlu untuk mengembangkan J. curcas yang 
toleran cekaman biotik dan abiotik, hasil 
yang tinggi, dan bebas racun. 
 Transformasi tanaman dapat mengurangi 
waktu, biaya, tenaga kerja, dan 
menghindari variasi somaklonal. 
 Efisiensi transformasi diperoleh melalui 
transformasi tanaman jauh lebih tinggi 
daripada transformasi berbasis kultur 
jaringan konvensional.
 Perbanyakan konvensional menggunakan kultur 
jaringan membutuhkan lebih banyak waktu, 
dan tanaman rekalsitran seperti J. curcas 
menunjukkan respon yang buruk terhadap 
perbanyakan. Hal ini dapat diatasi dengan 
menggabungkan transformasi tanaman dan 
penyambungan in vivo. 
 Penyambungan adalah teknik vegetatif yang 
digunakan untuk menggabungkan 
tunas/cabang dari sebuah tanaman dengan 
akar dan pangkal tanaman lain.
Penelitian ini dilakukan 
dengan tujuan untuk 
mengembangkan 
tanaman berbasis 
penyambungan in vivo 
diikuti dengan 
transformasi tanaman 
untuk menghasilkan 
tanaman J. curcas 
yang bertransformasi.
 Bahan Tanam 
Benih-benih J. curcas var. AG001 
 Konsentrasi penghambat minimum (MIC) 
garam amonium fosfinotrisin (PPT) 
Penyemprotan MIC PPT (100 ml) pada 
pertumbuhan tanaman dengan konsentrasi yang 
berbeda (0, 0,5, 1,0, 1,5, 2,0, 2,5 atau 3,0 g l-1) 
pada tanaman jenis liar (WT) yang berumur 45 
hari menggunakan hand sprayer. Konsentrasi 
PPT di mana seluruh daun menunjukkan gejala 
nekrotik dianggap sebagai MIC, dan konsentrasi 
ini digunakan untuk menyeleksi tanaman 
transformasi. Setiap perlakuan terdiri dari 50 
tanaman dengan 3 kali ulangan.
 Jenis Agrobacterium dan vektor biner 
 Tiga jenis Agrobacterium tumefaciens - LBA 
4404, EHA 101, dan EHA 105 - dengan vektor 
biner pGA 492 membawa gen bar, npt II, dan 
gus pada promotor kontrol CaMV35 S dan 
pembatas nos. 
Skema vektor pGA 492 yang digunakan dalam tranformasi 
tanaman J. curcas
 LBA 4404 adalah jenis otopine dengan latar 
belakang kromosom Ach5 membawa pAL4404 
sebagai plasmid virulensi. 
 EHA 105 adalah jenis L,L-succinamopine dengan 
latar belakang kromosom C58. EHA 105 
mengandung pEHA 105 sebagai plasmid virulensi 
pembantu yang berasal dari supervirulent pTiBo 
542. 
 EHA 101 mengandung jenis agropine supervirulen 
plasmid Ti pTiBo 542. 
 Tiga jenis Agrobacterium dipelihara pada medium 
agar AB ditambah dengan 10 mg l-1 rifampicin dan 
50 mg l-1 kanamisin.
 Transformasi tanaman menggunakan 
Agrobactorium 
 Koloni Agrobacterium ke dalam 35 ml LB 
dilengkapi dengan antibiotik dan diinkubasi 
satu malam pada suhu 28 °C di sebuah 
orbital shaker dengan 180 rpm. 
 Kemudian, sel-sel bakteri yang di 
sentrifugasi pada 6.000 rpm selama 8 
menit. 
 Pelet sel bakteri disuspensikan kembali 
dalam medium infiltrasi (medium cair MS 
yang mengandung 5% sukrosa) dan 
terakhir OD600 disetel hingga. 0,6.
 Planlet J. curcas umur tiga minggu digunakan dalam 
transformasi tanaman menggunakan Agrobacterium. 
 Tiga jenis infeksi dilakukan. Pada infeksi pertama, planlet 
dipotong batangnya dengan mengambil meristem apikal dan daun 
menggunakan pisau bedah No. 22. Getah dari pelukaan itu 
dibersihkan dan suspensi Agrobacterium (2 ml) diaplikasikan 
dengan menggunakan kapas penyerap steril. 
 Di jenis infeksi kedua, daun diambil dari tunas dan daerah tunas 
apikal ditusuk (8-10 kali) dengan jarum bedah steril dan 
suspensi Agrobacterium (2 ml) diaplikasikan dengan 
menggunakan kapas penyerap steril. 
 Pada tipe infeksi ketiga, daerah apikal tunas ditusuk (8-10 kali), 
supensi Agrobacterium (2 ml) diaplikasikan dengan menggunakan 
kapas penyerap steril, dan di vakum infiltrasi dalam suspensi 
Agrobacterium pada 100, 150 atau 200 mmHg selama 1, 2, 3 
atau 4 menit dengan menggunakan vakum desikator yang 
terhubung ke pompa vakum. 
1 
2 
3
 Tanaman yang terinfeksi dipelihara pada 
kondisi gelap selama 3 hari tanpa air dan 
kemudian tanaman disiram secara normal di 
rumah kaca. Tanaman yang diduga 
bertransformasi dipilih dengan penyemprotan 
2 g l-1 PPT pada tanaman umur 8 minggu 
menggunakan hand sprayer. Tanaman yang 
menunjukkan resistensi signifikan terhadap 
PPT dipilih untuk analisis lebih lanjut. Setiap 
percobaan diulang tiga kali dengan 50 planlet.
Plantlet J. 
curcas umur tiga 
minggu 
Plantlet J. curcas 
dipotong, ditusuk, di-vakum 
infiltrasi 
selama infeksi 
dengan A. 
tumefaciens EHA 
105 
Pengembangan 
cabang dan daun 
dari titik yang 
terinfeksi setelah 
45 hari infeksi
 Analisis histokimia dari ekspresi gen gus. Sampel 
daun yang diduga bertransformasi, tanaman 
sambungan, dan tanaman WT diinkubasi selama 
24 jam pada suhu 37 °C dalam sebuah buffer 
yang mengandung 0,1 M NaPO4 (pH 7.0), 0,1 M 
kalium ferrisianida, 0,1 M ferrosianida, 0,2 M 
EDTA (pH 7.0), 0,05 % Triton X-100, 500 mg l-1 
5-bromo-4-kloro-3-indolyl-β-D-glukuronat (X-gluc) 
dan 20% metanol. Setelah pewarnaan X-gluc, 
sampel daun diinkubasi dalam aseton dingin 
untuk menghilangkan klorofil.
 Lima tanaman umur 12 minggu dipilih secara acak yang 
diduga bertransformasi yang positif GUS dan tanaman 
WT digunakan untuk penyambungan. Metode yang 
digunakan adalah sambung celah atau berbentuk V. 
 Batang atas (panjang 3-5 cm) disiapkan dari tunas 
dengan memangkas daun dan memotong pangkal batang 
bawah untuk sambungan dan batang bawah disiapkan 
dengan memotong daun dan kemudian membuat 
potongan vertikal 1-2 cm di pusat batang. 
 Sambungan batang bawah/batang atas dibungkus 
dengan Parafilm dan pembungkus Saran untuk mencegah 
penguapan air dan menjaga dari hama. Ketika batang 
atas yang menyatu dengan batang bawah, pembungkus 
Saran dan Parafilm dilepas. Tanaman disiram 2 hari 
sekali dan dipelihara di rumah kaca. 
 Tanaman sambungan berumur 8 minggu dipilih dengan 
menyemprotkan 2 g l-1 PPT menggunakan hand sprayer. 
Tanaman yang bertahan diseleksi dengan analisis 
histokimia GUS, polymerase chain reaction (PCR), dan 
Southern blot hybridization.
 Untuk menganalisis integrasi gen bar pada tanaman J. 
curcas yang bertransformasi, genom DNA diisolasi dari 
daun tanaman sambunganyang positif GUS dan tanaman 
WT dengan menggunakan GenElute™ plant genomic DNA 
miniprep kit. Penggunaan PCR dengan menggunakan gen bar 
spesifik (BARFP: 5'-ATCGTCAACCACTACATCGAGAC-3') 
dan (BARRP: 5'-CCAGCTGCCAGAAACCCACGTC-3') yang 
secara spesifik mengaplifikasi 462 bpbar. PCR dilakukan 
dalam PTC100™ thermal cycler diprogram dengan 
denaturasi awal DNA pada 95 °C selama 5 menit, kemudian 
dengan 35 siklus 95 °C selama 1 menit, 71 °C selama 1 
menit, 72 °C selama 1 menit, diikuti dengan ekstensi akhir 
pada suhu 72 °C selama 5 menit. Plasmid pGA 492 dan 
genom DNA tanaman WT digunakan masing-masing sebagai 
kontrol positif dan negatif. Hasil amplifikasi dipisahkan 
pada 1% (w/v) gel agarosa.
 Southern blot hybridization dilakukan untuk mencari 
jumlah salinan gen bar pada tanaman sambungan J. 
curcas yang melalui PCR. 
 Sepuluh microgram genom DNA dari tanaman 
sambungan yang melalui PCR, tanaman WT, dan 5 μg 
plasmid DNA pGA 492 dicerna semalam dengan SacI 
pada 37°C. Sampel DNA yang dicerna dipisahkan pada 
1% (w/v) gel agarose dan di-blotted dengan membran 
Hybond N+. 
 Membran di hibridisasi dengan pemeriksaan dengan 
menggunakan produk amplifikasi PCR 462 bp dari gen 
bar. Membran hibridisasi dicuci dan diperlakukan 
untuk perkembangan chemiluminescent menggunakan 
substrat CDP-Star, dan terkena sinar X-ray. Vektor 
biner pGA 492 dan genom DNA dari tanaman WT 
berperan masing-masing sebagai kontrol positif dan 
negatif.
 Analisis kemurnian genetik dilakukan tiga kali pada 
tanaman yang diduga bertransformasi dan tanaman 
sambungan dengan penanda RAPD. Sebanyak sepuluh 
primer RAPD digunakan untuk meneliti kemurnian 
genetik pada tanaman yang disambung. 
 RAPD-PCR, diprogram untuk memulai denaturasi pada 
suhu 94 °C selama 6 menit dan 35 siklus pada suhu 94 
°C selama 1 menit, 37 °C selama 1 menit, 72 °C selama 
2 menit dilanjutkan dengan ekstensi akhir pada 72 °C 
selama sekitar 7 menit. 
 Produk yang diamplifikasi dipisahkan secara 
elektroforesis pada 1% (w/v) gel agarosa yang 
mengandung etidium bromida pada 100 V dan difoto 
dibawah sinar ultraviolet dengan menggunakan Gel 
Doc 2000. Setiap RAPD-PCR dilakukan sebanyak 3 
kali.
 MIC PPT pada perkembangan tanaman 
 Pemilihan tanaman transformasi dari non-transformasi 
merupakan langkah penting dalam 
memproduksi tanaman transgenik. Adanya gen 
bar di daerah T-DNA dari vektor biner pGA 492 
memberikan perlawanan terhadap PPT dan 
digunakan untuk memilih jaringan/tanaman yang 
bertransformasi. PPT digunakan sebagai agen 
penyeleksi pada beberapa tanaman minyak 
seperti jarak, canola, dan kelapa sawit. Namun, 
belum ada laporan penggunaan PPT sebagai agen 
penyeleksi dalam transformasi J. curcas. 
Perbedaan konsentrasi penyemprotan PPT pada 
tanaman WT, pada 2,0 g l-1 menunjukkan gejala 
nekrotik pada daun, dan dalam waktu seminggu 
semua tanaman mati. Oleh karena itu, 2,0 g l-1 
digunakan sebagai MIC untuk menyeleksi tanaman 
J. curcas
 Jenis Agrobacterium, latar belakang kromosom, potensi 
gen yang aktif di wilayah virulensi dan jenis pelukaan 
adalah faktor penting yang mempengaruhi efisiensi 
transformasi. Tiga jenis Agrobacterium dievaluasi, 
tanaman yang terpotong diinfeksi dengan EHA 105, 62,30% 
tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT (14,33 
tanaman dari 23 tanaman yang bertahan setelah infeksi) , 
dari tanaman ini 79,06% mengekspresikan gen gus (11.33 
tanaman dari 14.33 tanaman yang bertahan setelah 
penyemprotan PPT) dengan efisiensi transformasi 22,66%. 
 Ketika tanaman yang terpotong diinfeksikan jenis 
Agrobacterium EHA 101 dan LBA 4404, efisiensi 
transformasi adalah masing-masing 18% dan 12,66%. Latar 
belakang kromosom dan plasmid pembantu vir (pEHA 105) 
ada dalam jenis Agrobacterium EHA 105 yang mengandung 
lebih banyak gen vir dibandingkan dengan 2 jenis yang lain. 
EHA105 memiliki kemampuan kuat untuk menginfeksi J. 
curcas daripada EHA101 dan LBA4404.
 Efisiensi transformasi tergantung pada sejauh mana 
sel-sel meristematik terkena A. tumefaciens. Perlu 
untuk membuat Agrobacterium masuk lebih dalam ke 
dalam jaringan. Penusukan adalah salah satu metode 
yang digunakan untuk menginfeksi sel-sel meristematik. 
Tiga jenis Agrobacterium dievaluasi, saat tanaman 
ditusuk dan diinfeksikan EHA 105, 73,17% tanaman 
bertahan setelah penyemprotan PPT , dan 86,65% 
(17,33 tanaman dari 20 tanaman bertahan setelah 
penyemprotan PPT) tanaman ini mengekspresikan gen 
gus dengan efisiensi transformasi 34,66% (17,33 
tanaman dari 20 tanaman bertahan setelah 
penyemprotan PPT). Di sisi lain, EHA 101 dan LBA 4404 
menunjukkan efisiensi transformasi masing-masing 24% 
dan 16.66%.
 Tabel 1
 Untuk meningkatkan efisiensi transformasi pada J. 
curcas, suspensi A. tumefaciens EHA 105 diaplikasikan 
pada tempat tusukan daerah apikal dari tanaman dengan 
kapas penyerap steril dan diperlakukan vakum infiltrasi 
pada tekanan yang berbeda (100, 250 atau 500) pada 
interval waktu yang berbeda (1, 2, 3 atau 4 menit). . 
Efisiensi transformasi meningkat dengan peningkatan 
tekanan vakum dan 250 mm Hg (selama 1 menit) 
ditemukan optimal dimana pada 84,99% (28,33 tanaman 
dari 33,33 tanaman bertahan setelah infeksi) dari 
tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT dan dari 
jumlah 88,24% (25 tanaman dari 28,33 tanaman 
bertahan setelah penyemprotan PPT) tanaman ini 
mengekspresikan gen gus dengan efisiensi transformasi 
50%.
 Penginfiltrasian vakum selama 3 menit optimal pada 100 
dan 250 mmHg, dimana 83,19 % (31,33 tanaman dari 
37,66 tanaman bertahan setelah infeksi) dan 89,91% 
(35,66 tanaman dari 39,66 tanaman bertahan setelah 
infeksi) tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT 
dan dari jumlah ini 91,47% (28,66 tanaman dari 31,33 
tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT) dan 
87,85% (31,33 dari 35,66 tanaman bertahan setelah 
penyemprotan PPT) tanaman mengekspresikan gen gus 
dengan efisiensi transformasi masing-masing 57,32% 
dan 62,66 %. 
 Jika melewati 3 menit (pada 100 dan 250 mmHg) dan 1 
menit (pada 500 mmHg), infiltrasi vakum berdampak 
negatif terhadap kelangsungan hidup tanaman dan 
akhirnya menyebabkan efisiensi transformasi rendah. 
 Oleh karena itu, penusukan (8-10 kali) di daerah tunas 
apikal utama dengan jarum suntik steril dan vakum 
infiltrasi dengan suspensi A. tumefaciens EHA 105 pada 
250 mmHg selama 3 menit optimal dan menyebabkan 
efisiensi transformasi maksimum 62,66%.
 Daun dari tunas yang tumbuh umur 70 hari 
dari tanaman J. curcas yang terinfeksi dan 
tanaman WT diuji secara histokimia untuk 
ekspresi gen gus. Warna biru intens diamati 
dari daun yang diduga bertransformasi, 
sedangkan tidak berwarna biru seperti yang 
diamati dari sampel daun WT. Hal ini 
menunjukkan bahwa gen gus terintegrasi dan 
terekspresi dalam transformasi genom J. 
curcas. Pengujian tunas positif GUS untuk 
seleksi dalam perbanyakan tanaman 
transformasi melalui penyambungan.
 Analisi Histokimia GUS tanaman yang 
diduga bertransformasi 
 Analisi Histokimia GUS tanaman kontrol WT
 Perkembangan daun dari sambungan batang atas diamati 
dari hari ketiga penyambungan dan banyak daun muncul 
dalam waktu 2 minggu dari sambungan. Setelah 3 
minggu penyambungan, perkembangan jaringan diamati 
di sekitar tempat sambungan. Daun berkembang dari 
seluruh daerah nodal dari sambungan atas. Tidak ada 
penolakan sambungan yang diamati antara tanaman 
sambungan, dan karenanya, 100% penyambungan 
berhasil. Hal ini disebabkan aktivitas meristematik di 
tempat penyambungan yang sangat penting dalam 
penyatuan batang atas dengan batang bawah. 
 Sebanyak 15 tanaman sambungandiperoleh dari lima 
tunas yang diduga bertransformasi. Tanaman yang 
disambung disemprot dengan 2 g l-1 PPT dan diamati 
untuk mendapatkan resistensi yang signifikan terhadap 
PPT, sedangkan tanaman kontrol dengan batang atas 
WT mengalami gejala nekrotik terhadap penyemprotan 
PPT. Integrasi transgen dan ekspresi pada tanaman 
sambungan selanjutnya dilihat dengan analisis GUS 
histokimia, PCR, dan Southern hybirdization.
Batang atas yang 
diduga 
bertransformasi 
disambung pada 
tanaman WT 
Munculnya daun 
dari daerah nodus 
dari tanaman 
sambungan 
setelah 3 hari 
Tanaman 
sambungan umur 2 
minggu
 Untuk mengkonfirmasi integrasi gen bar dalam uji positif gus dalam 
tanaman transformasi J. curcas, PCR dan Southern blot hybridization 
dilakukan dengan menggunakan genomik DNA yang diisolasi dari uji 
sambungan yang positif gus dan tanaman J. curcas WT. Dalam PCR, adanya 
fragmen yang diamplikasi dari 462 bp pada sampel genom DNA dari uji 
tanaman sambungan yang positif gus dan plasmid pGA 492. 
 Untuk mengkonfirmasi integrasi gen bar dan jumlah salinan dalam tanaman 
transformasi J. curcas, Southern blot hybridization dilakukan pada genom 
DNA yang diisolasi dari PCR tanaman sambungan J. curcas dan J. curcas 
WT. Karena daerah T-DNA dari plasmid pGA 492 hanya memiliki satu situs 
SacI diatas dari gen bar, kita menyingkat genomik DNA dengan SacI dan 
hibridisasi dengan produk PCR yang diamplifikasi dari gen bar. Setiap 
fragmen hibridisasi dihasilkan berada dibawah tempat restriksi SacI dalam 
genom tanaman dan selanjutnya berhubungan dengan jumlah urutan gen bar. 
DNA dari tanaman sambungan WT konttrol negatif tidak menunjukkan 
hibridisasi, sedangkan plasmid pGA 492 menghasilkan sinyal hibridisasi. 
Tanaman yang sambung memunculkan empat salinan integrasi gen bar, dan 
pola hibridisasi yang non-identik karena peristiwa transformasi yang 
berbeda.
 Lima tanaman sambungan yang 
bertransformasi yang dipilih secara acak dan 
tanaman pendonor bagian atas sambungan 
yang dihasilkan jelas dan bisa meproduksi 
fragmen yang diamplifikasi ketika disaring 
dengan menggunakan sepuluh primer RAPD. 
Kemiripan genetik juga ditemukan 100% 
antara tanaman sambungan dan tanaman 
pendonor bagian atas. Penanda RAPD berhasil 
digunakan untuk mempelajari kemurnian 
genetik tanaman J. curcas secara 
mikropropagasi.
 Penelitian ini jelas menunjukkan bahwa ketika daerah 
apikal ditusuk dan mengalami vakum infiltrasi dengan A. 
tumefaciens EHA 105 pada 250 mmHg selama 3 menit, 
mengakibatkan efisiensi transformasi tertinggi 62,66%. 
Tanaman transformasi diperbanyak menggunakan 
sambungan, yang lebih mudah daripada di perbanyakan 
tanaman transformasi berbasis in vitro. Analisis 
kemurnian genetik sambungan tanaman transformasi J. 
curcas menggunakan penanda RAPD mengungkapkan 
tidak ada variasi genetik. Protokol yang dikembangkan 
dapat digunakan untuk mengembangkan tanaman 
transformasi J. curcas dengan sifat yang diinginkan 
dalam waktu yang relatif singkat.

More Related Content

What's hot

Kultur jaringan assignment Yona's
Kultur jaringan assignment Yona'sKultur jaringan assignment Yona's
Kultur jaringan assignment Yona'sYona Oktasari
 
Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi
Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologiPrinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi
Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologirezkilatry
 
Magdalena praharani surya nigrum
Magdalena praharani surya nigrumMagdalena praharani surya nigrum
Magdalena praharani surya nigrummagdalenapraharani
 
Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi
Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi
Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi Michael Dileyon
 
Transformasi genetik agrobacterium
Transformasi genetik agrobacteriumTransformasi genetik agrobacterium
Transformasi genetik agrobacteriumw4hyu_b
 
Sejarah perkembangan-bioteknologi
Sejarah perkembangan-bioteknologiSejarah perkembangan-bioteknologi
Sejarah perkembangan-bioteknologiAdy Setiawan
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
Rekayasa genetika
Rekayasa genetikaRekayasa genetika
Rekayasa genetika21 Memento
 
Biologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologiBiologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologinurul limsun
 
Makalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetikaMakalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetikaRohmad_ Putra
 
Rekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).pptRekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).pptDiana Muliadi
 

What's hot (20)

Kultur jaringan assignment Yona's
Kultur jaringan assignment Yona'sKultur jaringan assignment Yona's
Kultur jaringan assignment Yona's
 
Jurnal agrobacterium
Jurnal agrobacteriumJurnal agrobacterium
Jurnal agrobacterium
 
Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi
Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologiPrinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi
Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi
 
Hewan Transgenik
Hewan Transgenik Hewan Transgenik
Hewan Transgenik
 
Magdalena praharani surya nigrum
Magdalena praharani surya nigrumMagdalena praharani surya nigrum
Magdalena praharani surya nigrum
 
Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi
Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi
Prinsip dasar dan jenis jenis bioteknologi
 
Transformasi genetik agrobacterium
Transformasi genetik agrobacteriumTransformasi genetik agrobacterium
Transformasi genetik agrobacterium
 
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alinaBuletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
 
15 contoh rekayasa genetika
15 contoh rekayasa genetika15 contoh rekayasa genetika
15 contoh rekayasa genetika
 
Sejarah perkembangan-bioteknologi
Sejarah perkembangan-bioteknologiSejarah perkembangan-bioteknologi
Sejarah perkembangan-bioteknologi
 
Materi bioteknologi
Materi bioteknologiMateri bioteknologi
Materi bioteknologi
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
 
Rekayasa genetika
Rekayasa genetikaRekayasa genetika
Rekayasa genetika
 
Biologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologiBiologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologi
 
Makalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetikaMakalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetika
 
Sejarah Bioteknologi
Sejarah BioteknologiSejarah Bioteknologi
Sejarah Bioteknologi
 
Bioteknologi kel 3
Bioteknologi kel 3Bioteknologi kel 3
Bioteknologi kel 3
 
BIOTEKNOLOGI
BIOTEKNOLOGIBIOTEKNOLOGI
BIOTEKNOLOGI
 
Rekayasa genetika
Rekayasa genetikaRekayasa genetika
Rekayasa genetika
 
Rekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).pptRekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).ppt
 

Similar to Bahan Bakar Alternatif

TRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docx
TRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docxTRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docx
TRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docxAnggaprasetya36
 
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...Repository Ipb
 
REPRILKASI DAN PCR.pptx
REPRILKASI DAN PCR.pptxREPRILKASI DAN PCR.pptx
REPRILKASI DAN PCR.pptxDaraPuspita35
 
101 article text-6787-1-10-20151015
101 article text-6787-1-10-20151015101 article text-6787-1-10-20151015
101 article text-6787-1-10-20151015SyayidurrohmanFm
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxDodolaneNoya
 
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik LengkapPengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkapf' yagami
 
Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...
Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...
Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...marketingIndogen
 
ppt kajian jurnal tomat transgenik
ppt kajian jurnal tomat transgenikppt kajian jurnal tomat transgenik
ppt kajian jurnal tomat transgenikGoogle
 
Kloning Gen untuk Pengembangan Vaksin Rekombinan Penyakit Typhus
Kloning Gen untuk Pengembangan Vaksin Rekombinan Penyakit TyphusKloning Gen untuk Pengembangan Vaksin Rekombinan Penyakit Typhus
Kloning Gen untuk Pengembangan Vaksin Rekombinan Penyakit TyphusMaulana Sakti
 
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...Repository Ipb
 
Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027dwifitriyani7
 
Ramuan Pengatur Sistem Imun
Ramuan Pengatur Sistem ImunRamuan Pengatur Sistem Imun
Ramuan Pengatur Sistem ImunTrie Marcory
 
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...Repository Ipb
 
Kelompok 3 biomol (presentasi)
Kelompok 3 biomol (presentasi)Kelompok 3 biomol (presentasi)
Kelompok 3 biomol (presentasi)Dandy Prasetiyo
 

Similar to Bahan Bakar Alternatif (20)

TRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docx
TRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docxTRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docx
TRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docx
 
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
 
uji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdfuji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdf
 
REPRILKASI DAN PCR.pptx
REPRILKASI DAN PCR.pptxREPRILKASI DAN PCR.pptx
REPRILKASI DAN PCR.pptx
 
101 article text-6787-1-10-20151015
101 article text-6787-1-10-20151015101 article text-6787-1-10-20151015
101 article text-6787-1-10-20151015
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
 
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik LengkapPengertian Tanaman Transgenik Lengkap
Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
 
11735174
1173517411735174
11735174
 
Presentasi bahan alam
Presentasi bahan alamPresentasi bahan alam
Presentasi bahan alam
 
Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...
Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...
Prosedur Isolasi Plasmid Bakteri dengan Kit Ekstraksi Plasmid - PT Indogen In...
 
Makalah kapsel
Makalah kapselMakalah kapsel
Makalah kapsel
 
Bioteknologi transgenik (kel 2)
Bioteknologi transgenik (kel 2)Bioteknologi transgenik (kel 2)
Bioteknologi transgenik (kel 2)
 
ppt kajian jurnal tomat transgenik
ppt kajian jurnal tomat transgenikppt kajian jurnal tomat transgenik
ppt kajian jurnal tomat transgenik
 
Kloning Gen untuk Pengembangan Vaksin Rekombinan Penyakit Typhus
Kloning Gen untuk Pengembangan Vaksin Rekombinan Penyakit TyphusKloning Gen untuk Pengembangan Vaksin Rekombinan Penyakit Typhus
Kloning Gen untuk Pengembangan Vaksin Rekombinan Penyakit Typhus
 
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
 
Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027
 
Ramuan Pengatur Sistem Imun
Ramuan Pengatur Sistem ImunRamuan Pengatur Sistem Imun
Ramuan Pengatur Sistem Imun
 
Transgenik ppt
Transgenik pptTransgenik ppt
Transgenik ppt
 
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
 
Kelompok 3 biomol (presentasi)
Kelompok 3 biomol (presentasi)Kelompok 3 biomol (presentasi)
Kelompok 3 biomol (presentasi)
 

More from agronomy

konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahagronomy
 
Kajian aspek sosial, budaya dan ekonomi dari pertanian organik
Kajian aspek sosial, budaya dan ekonomi dari pertanian organikKajian aspek sosial, budaya dan ekonomi dari pertanian organik
Kajian aspek sosial, budaya dan ekonomi dari pertanian organikagronomy
 
potensi individu dan kelompok dalam memandu organisasi
potensi individu dan kelompok dalam memandu organisasipotensi individu dan kelompok dalam memandu organisasi
potensi individu dan kelompok dalam memandu organisasiagronomy
 
Makalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanMakalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanagronomy
 
Makalah pasca panen rabu
Makalah pasca panen rabuMakalah pasca panen rabu
Makalah pasca panen rabuagronomy
 
Laporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labLaporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labagronomy
 
Penyimpanan hasil – hasil pertanian
Penyimpanan hasil – hasil pertanianPenyimpanan hasil – hasil pertanian
Penyimpanan hasil – hasil pertanianagronomy
 
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buahperubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buahagronomy
 
Selection of vegetable soybean and development of
Selection of vegetable soybean and development of Selection of vegetable soybean and development of
Selection of vegetable soybean and development of agronomy
 
Presentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolik
Presentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolikPresentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolik
Presentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolikagronomy
 
Wewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenang
Wewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenangWewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenang
Wewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenangagronomy
 
Relasi manusia dengan lingkungan dalam upaya membangun eco theology
Relasi manusia dengan lingkungan dalam upaya membangun eco theologyRelasi manusia dengan lingkungan dalam upaya membangun eco theology
Relasi manusia dengan lingkungan dalam upaya membangun eco theologyagronomy
 
Biologi molekular eukariota
Biologi molekular eukariotaBiologi molekular eukariota
Biologi molekular eukariotaagronomy
 
Presentation1 pht karantina tumbuhan
Presentation1 pht karantina tumbuhanPresentation1 pht karantina tumbuhan
Presentation1 pht karantina tumbuhanagronomy
 
Proses pembibitan pada tanaman melon (cocumis melo
Proses pembibitan pada tanaman melon (cocumis meloProses pembibitan pada tanaman melon (cocumis melo
Proses pembibitan pada tanaman melon (cocumis meloagronomy
 

More from agronomy (15)

konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfah
 
Kajian aspek sosial, budaya dan ekonomi dari pertanian organik
Kajian aspek sosial, budaya dan ekonomi dari pertanian organikKajian aspek sosial, budaya dan ekonomi dari pertanian organik
Kajian aspek sosial, budaya dan ekonomi dari pertanian organik
 
potensi individu dan kelompok dalam memandu organisasi
potensi individu dan kelompok dalam memandu organisasipotensi individu dan kelompok dalam memandu organisasi
potensi individu dan kelompok dalam memandu organisasi
 
Makalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanMakalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutan
 
Makalah pasca panen rabu
Makalah pasca panen rabuMakalah pasca panen rabu
Makalah pasca panen rabu
 
Laporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labLaporan pasca panen lab
Laporan pasca panen lab
 
Penyimpanan hasil – hasil pertanian
Penyimpanan hasil – hasil pertanianPenyimpanan hasil – hasil pertanian
Penyimpanan hasil – hasil pertanian
 
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buahperubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
 
Selection of vegetable soybean and development of
Selection of vegetable soybean and development of Selection of vegetable soybean and development of
Selection of vegetable soybean and development of
 
Presentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolik
Presentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolikPresentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolik
Presentasi fistum kelompok 4 etilen dan fenolik
 
Wewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenang
Wewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenangWewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenang
Wewenang, tanggung jawab dan pendelegasian wewenang
 
Relasi manusia dengan lingkungan dalam upaya membangun eco theology
Relasi manusia dengan lingkungan dalam upaya membangun eco theologyRelasi manusia dengan lingkungan dalam upaya membangun eco theology
Relasi manusia dengan lingkungan dalam upaya membangun eco theology
 
Biologi molekular eukariota
Biologi molekular eukariotaBiologi molekular eukariota
Biologi molekular eukariota
 
Presentation1 pht karantina tumbuhan
Presentation1 pht karantina tumbuhanPresentation1 pht karantina tumbuhan
Presentation1 pht karantina tumbuhan
 
Proses pembibitan pada tanaman melon (cocumis melo
Proses pembibitan pada tanaman melon (cocumis meloProses pembibitan pada tanaman melon (cocumis melo
Proses pembibitan pada tanaman melon (cocumis melo
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

Bahan Bakar Alternatif

  • 1.
  • 2. Bahan bakar fosil adalah sumber utama energi. Karena meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan bahan bakar, bahan bakar fosil ini sangat banyak digunakan. Harga bahan bakar yang terus meningkat, perubahan iklim, dan pemanasan global juga membuat para peneliti untuk berpikir tentang bahan bakar alternatif.
  • 3. Jatropha curcas dianggap sebagai tanaman biodiesel karena kandungan minyaknya tinggi (50- 60% dari total biomassa biji), yang bisa menggantikan minyak fosil diesel konvensional. J. curcas sangat mudah beradaptasi dan dapat tumbuh di daerah semi-kering, kering, dan lahan-lahan marjinal, tetapi masih dalam tipe liar, sehingga pertumbuhannya serta hasilnya sangat dipengaruhi oleh berbagai cekaman biotik dan abiotik.
  • 4.  Perlu untuk mengembangkan J. curcas yang toleran cekaman biotik dan abiotik, hasil yang tinggi, dan bebas racun.  Transformasi tanaman dapat mengurangi waktu, biaya, tenaga kerja, dan menghindari variasi somaklonal.  Efisiensi transformasi diperoleh melalui transformasi tanaman jauh lebih tinggi daripada transformasi berbasis kultur jaringan konvensional.
  • 5.  Perbanyakan konvensional menggunakan kultur jaringan membutuhkan lebih banyak waktu, dan tanaman rekalsitran seperti J. curcas menunjukkan respon yang buruk terhadap perbanyakan. Hal ini dapat diatasi dengan menggabungkan transformasi tanaman dan penyambungan in vivo.  Penyambungan adalah teknik vegetatif yang digunakan untuk menggabungkan tunas/cabang dari sebuah tanaman dengan akar dan pangkal tanaman lain.
  • 6. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan tanaman berbasis penyambungan in vivo diikuti dengan transformasi tanaman untuk menghasilkan tanaman J. curcas yang bertransformasi.
  • 7.  Bahan Tanam Benih-benih J. curcas var. AG001  Konsentrasi penghambat minimum (MIC) garam amonium fosfinotrisin (PPT) Penyemprotan MIC PPT (100 ml) pada pertumbuhan tanaman dengan konsentrasi yang berbeda (0, 0,5, 1,0, 1,5, 2,0, 2,5 atau 3,0 g l-1) pada tanaman jenis liar (WT) yang berumur 45 hari menggunakan hand sprayer. Konsentrasi PPT di mana seluruh daun menunjukkan gejala nekrotik dianggap sebagai MIC, dan konsentrasi ini digunakan untuk menyeleksi tanaman transformasi. Setiap perlakuan terdiri dari 50 tanaman dengan 3 kali ulangan.
  • 8.  Jenis Agrobacterium dan vektor biner  Tiga jenis Agrobacterium tumefaciens - LBA 4404, EHA 101, dan EHA 105 - dengan vektor biner pGA 492 membawa gen bar, npt II, dan gus pada promotor kontrol CaMV35 S dan pembatas nos. Skema vektor pGA 492 yang digunakan dalam tranformasi tanaman J. curcas
  • 9.  LBA 4404 adalah jenis otopine dengan latar belakang kromosom Ach5 membawa pAL4404 sebagai plasmid virulensi.  EHA 105 adalah jenis L,L-succinamopine dengan latar belakang kromosom C58. EHA 105 mengandung pEHA 105 sebagai plasmid virulensi pembantu yang berasal dari supervirulent pTiBo 542.  EHA 101 mengandung jenis agropine supervirulen plasmid Ti pTiBo 542.  Tiga jenis Agrobacterium dipelihara pada medium agar AB ditambah dengan 10 mg l-1 rifampicin dan 50 mg l-1 kanamisin.
  • 10.  Transformasi tanaman menggunakan Agrobactorium  Koloni Agrobacterium ke dalam 35 ml LB dilengkapi dengan antibiotik dan diinkubasi satu malam pada suhu 28 °C di sebuah orbital shaker dengan 180 rpm.  Kemudian, sel-sel bakteri yang di sentrifugasi pada 6.000 rpm selama 8 menit.  Pelet sel bakteri disuspensikan kembali dalam medium infiltrasi (medium cair MS yang mengandung 5% sukrosa) dan terakhir OD600 disetel hingga. 0,6.
  • 11.  Planlet J. curcas umur tiga minggu digunakan dalam transformasi tanaman menggunakan Agrobacterium.  Tiga jenis infeksi dilakukan. Pada infeksi pertama, planlet dipotong batangnya dengan mengambil meristem apikal dan daun menggunakan pisau bedah No. 22. Getah dari pelukaan itu dibersihkan dan suspensi Agrobacterium (2 ml) diaplikasikan dengan menggunakan kapas penyerap steril.  Di jenis infeksi kedua, daun diambil dari tunas dan daerah tunas apikal ditusuk (8-10 kali) dengan jarum bedah steril dan suspensi Agrobacterium (2 ml) diaplikasikan dengan menggunakan kapas penyerap steril.  Pada tipe infeksi ketiga, daerah apikal tunas ditusuk (8-10 kali), supensi Agrobacterium (2 ml) diaplikasikan dengan menggunakan kapas penyerap steril, dan di vakum infiltrasi dalam suspensi Agrobacterium pada 100, 150 atau 200 mmHg selama 1, 2, 3 atau 4 menit dengan menggunakan vakum desikator yang terhubung ke pompa vakum. 1 2 3
  • 12.  Tanaman yang terinfeksi dipelihara pada kondisi gelap selama 3 hari tanpa air dan kemudian tanaman disiram secara normal di rumah kaca. Tanaman yang diduga bertransformasi dipilih dengan penyemprotan 2 g l-1 PPT pada tanaman umur 8 minggu menggunakan hand sprayer. Tanaman yang menunjukkan resistensi signifikan terhadap PPT dipilih untuk analisis lebih lanjut. Setiap percobaan diulang tiga kali dengan 50 planlet.
  • 13. Plantlet J. curcas umur tiga minggu Plantlet J. curcas dipotong, ditusuk, di-vakum infiltrasi selama infeksi dengan A. tumefaciens EHA 105 Pengembangan cabang dan daun dari titik yang terinfeksi setelah 45 hari infeksi
  • 14.  Analisis histokimia dari ekspresi gen gus. Sampel daun yang diduga bertransformasi, tanaman sambungan, dan tanaman WT diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 °C dalam sebuah buffer yang mengandung 0,1 M NaPO4 (pH 7.0), 0,1 M kalium ferrisianida, 0,1 M ferrosianida, 0,2 M EDTA (pH 7.0), 0,05 % Triton X-100, 500 mg l-1 5-bromo-4-kloro-3-indolyl-β-D-glukuronat (X-gluc) dan 20% metanol. Setelah pewarnaan X-gluc, sampel daun diinkubasi dalam aseton dingin untuk menghilangkan klorofil.
  • 15.  Lima tanaman umur 12 minggu dipilih secara acak yang diduga bertransformasi yang positif GUS dan tanaman WT digunakan untuk penyambungan. Metode yang digunakan adalah sambung celah atau berbentuk V.  Batang atas (panjang 3-5 cm) disiapkan dari tunas dengan memangkas daun dan memotong pangkal batang bawah untuk sambungan dan batang bawah disiapkan dengan memotong daun dan kemudian membuat potongan vertikal 1-2 cm di pusat batang.  Sambungan batang bawah/batang atas dibungkus dengan Parafilm dan pembungkus Saran untuk mencegah penguapan air dan menjaga dari hama. Ketika batang atas yang menyatu dengan batang bawah, pembungkus Saran dan Parafilm dilepas. Tanaman disiram 2 hari sekali dan dipelihara di rumah kaca.  Tanaman sambungan berumur 8 minggu dipilih dengan menyemprotkan 2 g l-1 PPT menggunakan hand sprayer. Tanaman yang bertahan diseleksi dengan analisis histokimia GUS, polymerase chain reaction (PCR), dan Southern blot hybridization.
  • 16.  Untuk menganalisis integrasi gen bar pada tanaman J. curcas yang bertransformasi, genom DNA diisolasi dari daun tanaman sambunganyang positif GUS dan tanaman WT dengan menggunakan GenElute™ plant genomic DNA miniprep kit. Penggunaan PCR dengan menggunakan gen bar spesifik (BARFP: 5'-ATCGTCAACCACTACATCGAGAC-3') dan (BARRP: 5'-CCAGCTGCCAGAAACCCACGTC-3') yang secara spesifik mengaplifikasi 462 bpbar. PCR dilakukan dalam PTC100™ thermal cycler diprogram dengan denaturasi awal DNA pada 95 °C selama 5 menit, kemudian dengan 35 siklus 95 °C selama 1 menit, 71 °C selama 1 menit, 72 °C selama 1 menit, diikuti dengan ekstensi akhir pada suhu 72 °C selama 5 menit. Plasmid pGA 492 dan genom DNA tanaman WT digunakan masing-masing sebagai kontrol positif dan negatif. Hasil amplifikasi dipisahkan pada 1% (w/v) gel agarosa.
  • 17.  Southern blot hybridization dilakukan untuk mencari jumlah salinan gen bar pada tanaman sambungan J. curcas yang melalui PCR.  Sepuluh microgram genom DNA dari tanaman sambungan yang melalui PCR, tanaman WT, dan 5 μg plasmid DNA pGA 492 dicerna semalam dengan SacI pada 37°C. Sampel DNA yang dicerna dipisahkan pada 1% (w/v) gel agarose dan di-blotted dengan membran Hybond N+.  Membran di hibridisasi dengan pemeriksaan dengan menggunakan produk amplifikasi PCR 462 bp dari gen bar. Membran hibridisasi dicuci dan diperlakukan untuk perkembangan chemiluminescent menggunakan substrat CDP-Star, dan terkena sinar X-ray. Vektor biner pGA 492 dan genom DNA dari tanaman WT berperan masing-masing sebagai kontrol positif dan negatif.
  • 18.  Analisis kemurnian genetik dilakukan tiga kali pada tanaman yang diduga bertransformasi dan tanaman sambungan dengan penanda RAPD. Sebanyak sepuluh primer RAPD digunakan untuk meneliti kemurnian genetik pada tanaman yang disambung.  RAPD-PCR, diprogram untuk memulai denaturasi pada suhu 94 °C selama 6 menit dan 35 siklus pada suhu 94 °C selama 1 menit, 37 °C selama 1 menit, 72 °C selama 2 menit dilanjutkan dengan ekstensi akhir pada 72 °C selama sekitar 7 menit.  Produk yang diamplifikasi dipisahkan secara elektroforesis pada 1% (w/v) gel agarosa yang mengandung etidium bromida pada 100 V dan difoto dibawah sinar ultraviolet dengan menggunakan Gel Doc 2000. Setiap RAPD-PCR dilakukan sebanyak 3 kali.
  • 19.  MIC PPT pada perkembangan tanaman  Pemilihan tanaman transformasi dari non-transformasi merupakan langkah penting dalam memproduksi tanaman transgenik. Adanya gen bar di daerah T-DNA dari vektor biner pGA 492 memberikan perlawanan terhadap PPT dan digunakan untuk memilih jaringan/tanaman yang bertransformasi. PPT digunakan sebagai agen penyeleksi pada beberapa tanaman minyak seperti jarak, canola, dan kelapa sawit. Namun, belum ada laporan penggunaan PPT sebagai agen penyeleksi dalam transformasi J. curcas. Perbedaan konsentrasi penyemprotan PPT pada tanaman WT, pada 2,0 g l-1 menunjukkan gejala nekrotik pada daun, dan dalam waktu seminggu semua tanaman mati. Oleh karena itu, 2,0 g l-1 digunakan sebagai MIC untuk menyeleksi tanaman J. curcas
  • 20.  Jenis Agrobacterium, latar belakang kromosom, potensi gen yang aktif di wilayah virulensi dan jenis pelukaan adalah faktor penting yang mempengaruhi efisiensi transformasi. Tiga jenis Agrobacterium dievaluasi, tanaman yang terpotong diinfeksi dengan EHA 105, 62,30% tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT (14,33 tanaman dari 23 tanaman yang bertahan setelah infeksi) , dari tanaman ini 79,06% mengekspresikan gen gus (11.33 tanaman dari 14.33 tanaman yang bertahan setelah penyemprotan PPT) dengan efisiensi transformasi 22,66%.  Ketika tanaman yang terpotong diinfeksikan jenis Agrobacterium EHA 101 dan LBA 4404, efisiensi transformasi adalah masing-masing 18% dan 12,66%. Latar belakang kromosom dan plasmid pembantu vir (pEHA 105) ada dalam jenis Agrobacterium EHA 105 yang mengandung lebih banyak gen vir dibandingkan dengan 2 jenis yang lain. EHA105 memiliki kemampuan kuat untuk menginfeksi J. curcas daripada EHA101 dan LBA4404.
  • 21.  Efisiensi transformasi tergantung pada sejauh mana sel-sel meristematik terkena A. tumefaciens. Perlu untuk membuat Agrobacterium masuk lebih dalam ke dalam jaringan. Penusukan adalah salah satu metode yang digunakan untuk menginfeksi sel-sel meristematik. Tiga jenis Agrobacterium dievaluasi, saat tanaman ditusuk dan diinfeksikan EHA 105, 73,17% tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT , dan 86,65% (17,33 tanaman dari 20 tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT) tanaman ini mengekspresikan gen gus dengan efisiensi transformasi 34,66% (17,33 tanaman dari 20 tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT). Di sisi lain, EHA 101 dan LBA 4404 menunjukkan efisiensi transformasi masing-masing 24% dan 16.66%.
  • 23.  Untuk meningkatkan efisiensi transformasi pada J. curcas, suspensi A. tumefaciens EHA 105 diaplikasikan pada tempat tusukan daerah apikal dari tanaman dengan kapas penyerap steril dan diperlakukan vakum infiltrasi pada tekanan yang berbeda (100, 250 atau 500) pada interval waktu yang berbeda (1, 2, 3 atau 4 menit). . Efisiensi transformasi meningkat dengan peningkatan tekanan vakum dan 250 mm Hg (selama 1 menit) ditemukan optimal dimana pada 84,99% (28,33 tanaman dari 33,33 tanaman bertahan setelah infeksi) dari tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT dan dari jumlah 88,24% (25 tanaman dari 28,33 tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT) tanaman ini mengekspresikan gen gus dengan efisiensi transformasi 50%.
  • 24.  Penginfiltrasian vakum selama 3 menit optimal pada 100 dan 250 mmHg, dimana 83,19 % (31,33 tanaman dari 37,66 tanaman bertahan setelah infeksi) dan 89,91% (35,66 tanaman dari 39,66 tanaman bertahan setelah infeksi) tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT dan dari jumlah ini 91,47% (28,66 tanaman dari 31,33 tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT) dan 87,85% (31,33 dari 35,66 tanaman bertahan setelah penyemprotan PPT) tanaman mengekspresikan gen gus dengan efisiensi transformasi masing-masing 57,32% dan 62,66 %.  Jika melewati 3 menit (pada 100 dan 250 mmHg) dan 1 menit (pada 500 mmHg), infiltrasi vakum berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup tanaman dan akhirnya menyebabkan efisiensi transformasi rendah.  Oleh karena itu, penusukan (8-10 kali) di daerah tunas apikal utama dengan jarum suntik steril dan vakum infiltrasi dengan suspensi A. tumefaciens EHA 105 pada 250 mmHg selama 3 menit optimal dan menyebabkan efisiensi transformasi maksimum 62,66%.
  • 25.  Daun dari tunas yang tumbuh umur 70 hari dari tanaman J. curcas yang terinfeksi dan tanaman WT diuji secara histokimia untuk ekspresi gen gus. Warna biru intens diamati dari daun yang diduga bertransformasi, sedangkan tidak berwarna biru seperti yang diamati dari sampel daun WT. Hal ini menunjukkan bahwa gen gus terintegrasi dan terekspresi dalam transformasi genom J. curcas. Pengujian tunas positif GUS untuk seleksi dalam perbanyakan tanaman transformasi melalui penyambungan.
  • 26.  Analisi Histokimia GUS tanaman yang diduga bertransformasi  Analisi Histokimia GUS tanaman kontrol WT
  • 27.  Perkembangan daun dari sambungan batang atas diamati dari hari ketiga penyambungan dan banyak daun muncul dalam waktu 2 minggu dari sambungan. Setelah 3 minggu penyambungan, perkembangan jaringan diamati di sekitar tempat sambungan. Daun berkembang dari seluruh daerah nodal dari sambungan atas. Tidak ada penolakan sambungan yang diamati antara tanaman sambungan, dan karenanya, 100% penyambungan berhasil. Hal ini disebabkan aktivitas meristematik di tempat penyambungan yang sangat penting dalam penyatuan batang atas dengan batang bawah.  Sebanyak 15 tanaman sambungandiperoleh dari lima tunas yang diduga bertransformasi. Tanaman yang disambung disemprot dengan 2 g l-1 PPT dan diamati untuk mendapatkan resistensi yang signifikan terhadap PPT, sedangkan tanaman kontrol dengan batang atas WT mengalami gejala nekrotik terhadap penyemprotan PPT. Integrasi transgen dan ekspresi pada tanaman sambungan selanjutnya dilihat dengan analisis GUS histokimia, PCR, dan Southern hybirdization.
  • 28. Batang atas yang diduga bertransformasi disambung pada tanaman WT Munculnya daun dari daerah nodus dari tanaman sambungan setelah 3 hari Tanaman sambungan umur 2 minggu
  • 29.  Untuk mengkonfirmasi integrasi gen bar dalam uji positif gus dalam tanaman transformasi J. curcas, PCR dan Southern blot hybridization dilakukan dengan menggunakan genomik DNA yang diisolasi dari uji sambungan yang positif gus dan tanaman J. curcas WT. Dalam PCR, adanya fragmen yang diamplikasi dari 462 bp pada sampel genom DNA dari uji tanaman sambungan yang positif gus dan plasmid pGA 492.  Untuk mengkonfirmasi integrasi gen bar dan jumlah salinan dalam tanaman transformasi J. curcas, Southern blot hybridization dilakukan pada genom DNA yang diisolasi dari PCR tanaman sambungan J. curcas dan J. curcas WT. Karena daerah T-DNA dari plasmid pGA 492 hanya memiliki satu situs SacI diatas dari gen bar, kita menyingkat genomik DNA dengan SacI dan hibridisasi dengan produk PCR yang diamplifikasi dari gen bar. Setiap fragmen hibridisasi dihasilkan berada dibawah tempat restriksi SacI dalam genom tanaman dan selanjutnya berhubungan dengan jumlah urutan gen bar. DNA dari tanaman sambungan WT konttrol negatif tidak menunjukkan hibridisasi, sedangkan plasmid pGA 492 menghasilkan sinyal hibridisasi. Tanaman yang sambung memunculkan empat salinan integrasi gen bar, dan pola hibridisasi yang non-identik karena peristiwa transformasi yang berbeda.
  • 30.  Lima tanaman sambungan yang bertransformasi yang dipilih secara acak dan tanaman pendonor bagian atas sambungan yang dihasilkan jelas dan bisa meproduksi fragmen yang diamplifikasi ketika disaring dengan menggunakan sepuluh primer RAPD. Kemiripan genetik juga ditemukan 100% antara tanaman sambungan dan tanaman pendonor bagian atas. Penanda RAPD berhasil digunakan untuk mempelajari kemurnian genetik tanaman J. curcas secara mikropropagasi.
  • 31.  Penelitian ini jelas menunjukkan bahwa ketika daerah apikal ditusuk dan mengalami vakum infiltrasi dengan A. tumefaciens EHA 105 pada 250 mmHg selama 3 menit, mengakibatkan efisiensi transformasi tertinggi 62,66%. Tanaman transformasi diperbanyak menggunakan sambungan, yang lebih mudah daripada di perbanyakan tanaman transformasi berbasis in vitro. Analisis kemurnian genetik sambungan tanaman transformasi J. curcas menggunakan penanda RAPD mengungkapkan tidak ada variasi genetik. Protokol yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengembangkan tanaman transformasi J. curcas dengan sifat yang diinginkan dalam waktu yang relatif singkat.