Ramuan ini menggunakan daun sambiloto sebagai bahan utama untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Daun sambiloto dipilih karena memiliki kandungan aktif andrographolide yang berfungsi sebagai imunostimulan. Sediaan yang dibuat adalah kapsul untuk menutupi rasa pahit dari daun sambiloto. Proses pembuatannya meliputi pemanenan, pengeringan, penggilingan, dan pengayakan daun sambiloto se
1. Ramuan Pengatur/Penguat Sistem Imun
I. Latar Belakang
- Alasan memilih judul
- Formula :
R / Daun sambiloto 3-9 gram
- Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan yang dibuat adalah bentuk kapsul
- Alasan pemilihan bentuk sediaan
Saya memilih dalam bentuk kapsul karena mengingat rasa dari daun sambiloto
yang sangat pahit sehingga dengan bentuk kapsul rasa pahit pada simplisia
akan tertutupi.
II. Tinjauan pustaka
2.1 Teori
2. 2.2 Monografi Tanaman
Nama tanaman : Sambiloto (Andrographis paniculata Nees. )
Deskripsi
Herba dengan ketinggian 40-90 cm, bercabang banyak dengan letak cabang
saling berlawanan. Daun tunggal berbentuk bulat telur terletak bersilang
berhadapan, pangkal dan ujung daun runcing dan tepi rata. Bunga majemuk
berbentuk tandan, terletak di ketiak daun dan ujung batang. Kelopak bunga
berbentuk lanset, beijumlah lima dengan pangkal berlekatan, berwarna hijau.
Buah berbentuk kotak, berujung runcing, bagian tengah bersalur, buah muda
berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam. Biji berukuran kecil berwarna
hitam, pada waktu muda berwarna putih kotor dan setelah tua berwarna
cokelat.
5. Akar
mengandung andrographin, andrographolida, apigenin 7,4’-dimetil eter, 5-hidroksir2,3,7,8-
tetrametoksiflavon, (dl)-5-hidroksi-7,8,dimetoksiflavon, 5-hidroksi-dimetoksi mono-O-
metilwightin, panicolin, S-sitosterol, 2’,5-dihidroksi-7,8-dimetoksiflavon-2’-0-a-(D)-
glukosida, 3a-hidroksi-5-stigmasta-9(l l),22(23)-diena, glukosida flavanon, andrographidin B,
C, D, E dan F.
Seluruh bagian tanaman mengandung andrographolida, 2-cis-6-trans farnesol, 14-
deoksiandrographolida, didehidro-14-deoksiandrographolida, 11,12-didehidro-14-deoksi-
andrographolida, neoandrographolida, 2-trans-6-trans farnesol, deoksiandrographolida-19 a-
D-glucosida, 14-deoksi-ll-dehidrographolida, 14-deoksi-ll-oxoandrographolida, 5-hidroksi-
7,8,2’,3’-tetra-metoksiflavon, paniculida-A, paniculida-B, paniculida-C.
Batang mengandung andrographisida, andrographolida, deoksiandrographisida, 14-deoksi-
andrographisida, 14-deoksandrographolida, 14-deoksi-l 1,12-didehidroandrographohda, 3,4-
dideoksiandrographolida, neoandrographolida Daun mengandung andrographolida, asam
kafeat, asam klorogenat, dehidroandrographolida, deoksiandrographolida,
deoksiandrographolida-19-a-D-glukopiranosida, 14-deoksi-11,12-didehidroandrographolida,
3,5-dicaffeoyl-d-asam quinat, neoandrographolida, ninandrographolida, paniculida A, B, C.
Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid,
andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid, dan
homoandrografolid.
Juga terdapat flavonoid, alkane, keton, aldehid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam
kersik, dan damar. Flavotioid diisolasi terbanyak dari akar, yaitu polimetoksiflavon,
andrografin, pan.ikulin, mono-0- metilwithin, dan apigenin-7,4- dimetileter.
Efek Farmakologi
Aktivitas imunostimulan andrographolide ditunjukan oleh perkembangbiakan lymphocytes
dan produksi interleukin-2. Andrographolide juga mempertinggi produksi tumor necrosis
factor-alpha (TNF-a) sehingga meningkatkan aktivitas sitotoksis lymphocytes terhadap sel
kanker yang secara tidak langsung berefek antikanker.2)
Ekstrak air sambiloto dapat menstimulasi respon imun non spesifik pada dosis 12,5 mg/kg bb
(ekstrak air) yang diaplikasikan secara intraperitoneal satu kali sehari selama 30 hari pada
6. mencit Balb/c. Pengujian dilakukan dengan uji fagositosis terhadap sel darah merah ayam
dan uji aktivitas lisis eksudat peritoneal terhadap E. coli.
Indikasi
Imunostimulan.
Kontraindikasi
- Ibu hamil dan menyusui dilarang menggunakan herba ini karena dapat
menyebabkan keguguran (mempunyai aktivitas abortifacient) dan adanya efek
antagonis dengan progesteron endogen.
- Penderita yang alergi terhadap tanaman Acanthaceae.
Peringatan
- Berkaitan dengan reaksi anafilaksis yang potensial, ekstrak kasar
Andrographidis herba tidak boleh diinjeksikan.
- Tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil.
- Efek yang Tidak Diinginkan
- Uji in vivo (pada tikus dan kelinci) memberi kemungkinan bahwa
Andrographidis herba berefek abortifasien dan kerusakan janin Penggunaan
dosis tinggi Andrographidis herba dapat menyebabkan perut tidak enak,
muntah-muntah, mual dan kehilangan selera makan, hal ini disebabkan karena
rasa pahit dari andrographolide, sedangkan pada wanita dapat menyebabkan
efek antifertilitas Suntikan yang berasal dari ekstrak sambiloto bisa
menyebabkan reaksi anaphilaksis.
- Pernah dilaporkan (sangat jarang) timbulnya gatal-gatal (kaligata / urtikaria)
setelah minum rebusan sambiloto. Direktorat Obat Asli Indonesia
7. - Cairan perasan sambiloto dapat juga mengakibatkan bengkak pada mata
Interaksi Obat
- Hindari penggunaan jangka panjang bersamaan dengan obat immunosupresan.
- Hati-hati pada pasien kardiovaskular, jikamengkonsumsi bersamaan dengan
obat antiplatelet atau antikoagulan karena sambiloto dapat menghambat
agregasi platelet.
- Penggunaan herba sambiloto dalam kombinasi dengan daun salam menurut
data etnofarmakologi dapat memberikan hasil lebih baik berupa penurunan
kadar gula darah yang lebih stabil.
Toksisitas
LD50 dari herba sambiloto cara pemberian peroral = 27,538 g/kg bobot badan adalah praktis
tidak toksik.
Ekstrak daun sambiloto pada hewan uji tidak menunjukkan efek toksik pada fungsi hati dan
ginjal hewan uji pada pemakaian subkronik. Uji ini juga tidak menunjukkan efek
teratogenitas pda hewan uji Uji toksisitas akut ekstrak uji menghasilkan harga LD50 (mencit)
= 19.473 g/kg BB sehingga berdasarkan data pustaka, ekstrak uji dapat dikatagorikan sebagai
practically non toxic. Hasil uji aktivitas SGOT, SGT dan kadar kreadnin pada serum hewan
coba setelah pemberian selama dua bulan dengan dosis sampai 5 x dosis lazim tidak
menunjukan adanya perbedaan bermakna pada a = 0.05 antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak uji tidak memiliki toksisitas sub
kronik terhadap fungsi hepar dan fungsi ginjal hewan coba.
Uji pengaruh teratogenik terhadap mencit tidak menunjukan adanya kelainan morfologi janin
mencit sampai dengan dosis lima kali dosis lazim.
Pada mencit yang mendapatkan Andrographis paniculata secara oral dengan dosis 10 g/kg
BB sekali sehari selama 7 hari, tidak ada satupun mencit yang mati.8)
Pada kelinci yang diberikan andrographolida i.v (10 mg/kg), tidak kelainan kardiovaskular.9
Pada tes yang lain, tikus atau kelinci diberikan lg/kg andrographolida atau
neoandrographolida secara oral selama 7 hari, tidak memberikan efek pada berat badan,
jumlah darah, fungsi hati dan ginjal, atau organ penting lainnya 10’n)
8. Penyiapan dan Dosis
Penyiapan: 3-9 g herba kering sebagai dosis tunggal sesuai kebutuhan.
Dosis: 12,5 mg/kg bb (ekstrak air, i.p. satu hari sekali selama 30 hari) Ambil 3 gram bahan
kering diseduh dengan air panas dan diminum 2 x sehari sebelum makan
Penyimpanan
Disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya
III. Proses Pembuatan Jamu
3.1 Pemanenan
Panen sebaiknya segera dilakukan sebelum tanaman berbunga,
yakni sekitar 2 - 3 bulan setelah tanam. Panen dilakukan dengan cara
memangpangkas batang utama sekitar 10 cm diatas permukaan tanah.
Panen berikutnya dapat dilakukan 2 bulan setelah panen pertama.
Produksi sambiloto dapat mencapai 35 ton biomas segar per ha, atau
sekitar 3 - 3,5 ton simplisia per ha Biomas hasil panen dibersihkan,
daun dan batang kemudian dijemur pada suhu 40 - 50°C sampai kadar
air 10 %.
Penyimpanan ditempatkan dalam wadah tertutup sehingga
tingkat kekeringannya tetap terjaga.
3.2 Pengeringan
Sambiloto yang baru dipanen langsung disortir, kemudian dicuci
sampai bersih dengan menggunakan air bersih. Pencucian dilakukan secara
berulang-ulang sampai bahan benar-benar bersih. Selanjutnya bahan ditiriskan
kemudian siap untuk dikeringkan/dijemur.Penjemuran sambiloto dapat dila-
kukan dengan menggunakan sinar matahari, oven, fresh dryer maupun
kombinasi matahari dengan alat/blower.
Menurut Rusliet al (2004), pengeringan kombinasi antara matahari dengan
alat blower menghasilkan mutu simplisia yang lebih baik dibandingkan
dengan jenis pengering matahari dan alat blower. Hal ini dilihat dari kadar sari
air dan kadar sari alkohol yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan
alat pengering yang lain.
Pada waktu pengeringan yang perlu diperhatikan adalah suhu dan kadar air
bahan, karena pengeringan dengan menggunakan panas yang berlebihan dapat
merusak mutu produk yang dihasilkan. Mutu yang dimaksud adalah warna,
tekstur, flavor dan karakteristik mutu produk. Suhu pengeringan untuk
tanaman sambiloto maksimum 50◦ C dan kadar air simplisianya maksimal
10%. Mutu simplisia merupakan salah satu faktor penentu utama untuk
mendapatkan ekstrak sambiloto yang berkualitas. Ciri-ciri simplisia
9. yang baik adalah warna tidak jauh beda dengan warna sebelum dikeringkan,
yaitu warna hijau sesuai dengan warna aslinya.
3.3 Penggilingan
Penggilingan bertujuan untukmemperkecil ukuran bahan sehingga
mempermudah dalam pengemasan dan lebih praktis dalam penggunaan
Penggilingan/penepungan dapat dilakukan dengan menggunakan alat
penggiling/penepung, seperti alat hummer mills.
Dalam penggilingan, ukuran bahan harus disesuaikan dengan keperluan
Penggunaan. Untuk produk kapsul, maka ukuran serbuknya
harus halus yaitu 80-100 mesh supaya jika dikonsumsi dapat larut semua da-
lam tubuh.
3. 4 Pengayakan
Pengayakan menggunakan ayakan 80 mesh
3.5 Analisa mutu
Persyaratan mutu simplisia
Berdasar Materia Media Indonesia (MMI), standar mutu
simplisia sambiloto adalah sebagai berikut :
1. Kadar abu : kurang dari 12%
2. Kadar abu tidak larut dalam asam : 2,2%
3. Kadar sari larut dalam air : lebih dari 6%
4. Kadar sari larut dalam alkoho : lebih dari 9,7%
5. Bahan organik asing : kurang dari 2%
IV. Daftar Pustaka
Acuan sediaan herbal volume 3 edisi pertama
http://herbalnet.healthrepository.org/bitstream/123456789/2583/1/72_5.pdf