SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 333
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM
VARIETAS SIDIKALANG (Pogostemon cablin Benth.) DENGAN KOLKISIN
SECARA IN VITRO
Yudia Putri Anne*
dan Ni Made Armini Wiendi
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
*
Corresponding author: yudia.anne@gmail.com
Abstract
The research aimed to study the in vitro genetic mutation induction through chromosome doubling of
patchouli (Pogostemon cablin Benth) using colchicine. This research was conducted from February 2011 to
December 2011 at Biotechnology and Micro Technique Laboratory, Department of Agronomy and
Horticulture, IPB, Bogor. The research was used factorial design which arranged with Completely
Randomized Design. The research was consist of 2 factors, concentrations of colchicine (0, 0.02, 0.04 and
0.06%) and the long immersion with colchicine (24, 48, and 72 hours). The experiment showed that
consentrations of colchicine (0.01, 0.02, 0.03, 0.04, and 0.05%) were significantly affected toincrease
number of shoots, leaves, chloroplast, stomatas and size of stomata. Concentration of 0.04% colchicine with
24 immer was produced the highest number of shoots and leave. Concentration of 0.02% colchicine was
produced the highest number of chloroplasts and the lowest density of stomata. Concentration of 0.06% of
colchicine and 48 hours immersion was produced the biggest size of stomata.
Keywords: Nilam, Pogostemon cablin Benth., colchicine, chloroplast, patchouli
PENDAHULUAN
Nilam merupakan salah satu penghasil minyak atsiri potensial yang ada di Indonesia. Negara tujuan
ekspor seperti USA, Eropa, Australia, Afrika, Cina, India dan ASEAN. Minyak nilam merupakan salah satu
komoditi yang memberikan pangsa pasar lebih dari 90% kebutuhan dunia atau sekitar 35-40% dari total nilai
ekspor minyak atsiri (Atsiri Indonesia, 2010). Minyak nilam, yang disebut juga patchouli oil, banyak
digunakan sebagai bahan baku dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida. Minyak nilam
bersifat fiktatif (mengikat minyak atsiri lainnya) dan hingga saat ini belum ada bahan substitusinya (Nuryani,
2009). Seluruh bagian tanaman nilam aceh mengandung minyak atsiri, terutama di bagian daun yang
memiliki kandungan minyak atsiri paling banyak (Krismawati, 2005).
Peningkatan kadar minyak nilam dengan teknik konvensional sulit untuk dilakukan, karena nilam
aceh tidak dapat berbunga di Indonesia. Peningkatan keragaman genetik secara in vitro dapat digunakan
untuk meningkatkan kadar minyak nilam. Suspensi sel nilam yang telah diradiasi dengan sinar gamma 0.3
Krad menghasilkan lima somaklonal yang menghasilkan kadar minyak tinggi dan stabil, diantaranya terdapat
satu somaklonal yang menghasilkan kadar minyak mencapai 4% dan selalu stabil pada setiap panen
(Mariska, 2002).
Kebutuhan akan minyak nilam semakin meningkat, karena itu semakin meningkat pula kebutuhan
akan tanaman nilam. Hanya saja, produksi minyak nilam di Indonesia cenderung menurun. Tahun 2009
Indonesia mampu memproduksi 1000 ton minyak nilam atau sebesar 66.66% kebutuhan minyak nilam dunia,
tetapi pada tahun 2010 Indonesia hanya mampu memproduksi 700-800 ton minyak (Manurung, 2010). Usaha
meningkatkan produksi diperlukan suatu teknologi yang dapat merakit varietas baru yang memiliki
kandungan minyak atsiri tinggi sehingga dapat meningkatkan produktivitas minyak nilam, salah satunya
dengan induksi mutasi secara in vitro. Perendaman nilam dengan kolkisin diharapkan mampu
melipatgandakan kromosom nilam tersebut dan menghasilkan ukuran tanaman, khususnya daun yang lebih
besar sehingga produktivitas minyak nilam juga turut meningkat.
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
334 ISBN: 978-979-15649-6-0
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2011 hingga Desember 2011. Percobaan in vitro
dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas
Pertanian, IPB, Bogor. Percobaan uji sitologi dilakukan di Laboratotium Ekofisiologi Tumbuhan
Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB, Bogor. Bahan tanaman yang digunakan adalah planlet
tanaman nilam varietas sidikalang (Pogostemon cablin Benth.). Eksplan yang digunakan adalah pucuk
tanaman. Media kultur jaringan yang digunakan adalah media dasar MS, gula 30 g/l serta pemadat agar 7 g/l.
Media pertunasan akan ditambah dengan 0.5 mg/l BAP + 0.5 mg/l kinetin.
Alat yang digunakan di laboratorium adalah timbangan, labu takar, gelas kimia, laminar air flow
cabinet, pengaduk, autoklaf, pH meter, botol kultur, magnetic stirer, panci perebus, pipet, cawan petri,
gunting, pinset, scalple, toples, hand sprayer, rak kultur, penggaris, kertas label, alat pengering dan kamera.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor
pertama yaitu konsentrasi larutan kolkisin dengan 4 taraf (0.0, 0.1, 0.3 dan 0.5%) dan faktor kedua lama
perendaman di dalam larutan kolkisin dengan 3 taraf (24, 48, dan 72 jam). Terdapat 13 kombinasi perlakuan
dengan masing-masing perlakuan terdiri dari empat ulangan. Metode statistika yang digunakan sebagai
berikut: Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Tunas
Interaksi antara konsentrasi kolkisin dan lama perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah tunas (Tabel 1). Jumlah tunas tanaman kontrol dan tanaman perlakuan tidak berbeda nyata hingga 5
MST. Setelah 6 MST jumlah tunas perlakuan lebih baik dibandingkan kontrol, seperti pada perlakuan
konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 24 jam. Hal ini diduga karena larutan kolkisin yang bersifat
racun dapat merusak sel-sel tanaman, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk recovery dan
mengakibatkan pertumbuhan tunas lebih lama dibanding tanaman kontrol. Mariska dan Damayanti (2003)
menyebutkan pemberian kolkisin dapat mengakibatkan penundaan pertumbuhan akibat jaringan yang rusak
dan memerlukan waktu lama untuk tumbuh.
Tabel 1. Interaksi antara tingkat konsentrasi dan lama perendaman terhadap jumlah tunas Pogostemon
cablin Benth. selama 8 MST secara in vitro
Perlakuan Rata-rata jumlah tunas pada minggu ke- (MST)
Konsentrasi
kolkisin (%)
Lama perendaman
(jam)
1 3 6 8
0 0 0.95a 0.95bc 1.47def 2.88bc
0 24 1.00a 1.05b 2.60bcde 4.05abc
0 48 0.95a 1.65a 1.95cdef 3.25bc
0 72 0.95a 1.00bc 3.75ab 6.95ab
0.02 24 0.85ab 0.90bcd 3.87ab 6.87ab
0.02 48 0.75abc 0.75bcd 3.50abc 7.65a
0.02 72 0.45d 0.55d 2.95abcd 4.70abc
0.04 24 0.95a 0.90bcd 4.30a 7.95a
0.04 48 0.85ab 0.85bcd 1.20ef 2.00c
0.04 72 0.59bcd 0.69bcd 2.31bcdef 4.95abc
0.06 24 0.95a 0.95bc 2.31bcdef 4.73abc
0.06 48 0.35d 0.62cd 0.75f 1.50c
0.06 72 0.55cd 0.65cd 3.15abc 6.80ab
Uji F ** ** ** *
KK (%) 21.86 26.32 37.09 47.72
Keterangan: tn tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5 %; KK Koefisien Keragaman
Pertumbuhan tunas terbanyak terdapat pada perlakuan konsentrasi kolksin 0.04% dengan
perendaman 24 jam tetapi jumlah tunas tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman 24 dan 48 jam,
perlakuan konsentrasi 0.02% dengan perendaman 24 dan 48 jam, konsentrasi kolkisin 0.04% dengan
perendaman 72 jam dan konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 24 jam. Pertumbuhan tunas paling
sedikit terdapat pada perlakuan konsentrasi 0.06% dengan perendaman 48 jam. Hal ini diduga disebabkan
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 335
konsentrasi kolkisin yang terlalu tinggi atau perendaman yang terlalu lama. Menurut Suryo (1995)
konsentrasi kolkisin yang terlalu tinggi atau waktu perlakuan yang terlalu lama akan memperlihatkan
pengaruh negatif, seperti sel-sel banyak yang rusak atau bahakan menyebabkan matinya tanaman.
Meningkatnya tingkat ploidi suatu tanaman juga dapat menyebabkan pembelahan sel yang terlambat
(Crowder, 2006).
Jumlah Daun
Interaksi konsentrasi kolkisin dan lama perendaman terhadap jumlah daun hanya terdapat pada
minggu ke-1, 6, 7 dan 8 MST (Tabel 2). Secara umum, perlakuan yang menunjukkan jumlah daun paling
banyak adalah perlakuan konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 24 jam tetapi perlakuan ini tidak
berbeda nyata hasilnya dengan konsentrasi kolkisin 0% dengan perendaman 24 jam, konsentrasi kolkisin
0.02% dengan perendaman 24, 48 dan 72 jam, konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 72 jam,
konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 24 dan 72 jam. Perlakuan konsentrasi kolkisin 0.04%
dengan perendaman 24 jam memiliki 46.7 daun. Perlakuan yang memiliki jumlah daun paling sedikit adalah
perlakuan konsentrasi 0.06% dengan perendaman 48 jam, yaitu sebanyak 9.58 daun. Jumlah daun yang lebih
banyak disebabkan perbedaan jumlah daun per buku tunas pada tanaman perlakuan. Tanaman kontrol
memiliki dua daun per buku tunas, tetapi sebagian tunas tanaman yang mendapat perlakuan kolkisin
memiliki tiga daun per buku tunas.
Tabel 2. Interaksi antara tingkat konsentrasi dan lama perendaman terhadap jumlah daun Pogostemon cablin
Benth. selama 8 MST secara in vitro
Perlakuan Rata-rata jumlah daun pada minggu ke- (MST)
Konsentrasi
kolkisin (%)
Lama perendaman
(jam)
1 6 7 8
0 0 2.00a 8.27cde 11.87bcd 17.07cd
0 24 2.05a 15.00abc 20.80abc 32.70abcd
0 48 1.90a 12.20bcd 13.35bcd 19.85bcd
0 72 2.00a 20.30ab 29.90a 44.45a
0.02 24 1.70ab 17.20abc 26.67ab 40.20abc
0.02 48 1.55abc 15.35abc 27.15ab 41.50ab
0.02 72 0.90d 11.20cde 16.90abcd 25.70abcd
0.04 24 1.80a 22.80a 30.60a 46.70a
0.04 48 1.75a 4.50de 8.40cd 17.95bcd
0.04 72 1.18bcd 11.08cde 18.20abcd 32.00abcd
0.06 24 1.90a 10.83cde 17.64abc 28.30abcd
0.06 48 0.80d 2.88e 4.97d 9.58d
0.06 72 1.10cd 13.55bc 22.30abc 38.50abc
Uji F ** ** * *
KK (%) 23.32 41.33 48.23 45.71
Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5 %; KK: Koefisien Keragaman
Chulalaksananukul dan Chimnoi (1999) melaporkan pegagan (Centella asiatica) poliploid hasil
aplikasi kolkisin memiliki jumlah daun yang lebih banyak, hingga tiga kali lipat, dibanding tanaman
diploidnya.
Sistem Percabangan
Tanaman hasil induksi kolkisin dapat menghasilkan kimera. Kimera terjadi karena perkembangan
jaringan dengan tingkat ploidi yang berbeda pada satu tanaman atau satu bagian tanaman secara bersama-
sama (van Harten, 1998).
Tanaman nilam memiliki sistem percabangan opposite, yaitu terdapat dua daun pada setiap buku
tunasnya. Terdapat beberapa planlet nilam yang memiliki sistem percabangan berbeda dari biasanya.
Perlakuan konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 24 jam memiliki planlet yang memiliki sistem
percabangan berupa alternate, yaitu dengan satu daun pada setiap buku tunasnya, selain itu pada perlakuan
konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 72 jam terdapat planlet yang memiliki dua sistem
percabangan pada satu tunas, yaitu alternate dan opposite. Percobaan pada stevia dengan perendaman
kolkisin menunjukkan pada bagian tunas tanaman terjadi kimera. Terdapat tanaman yang memiliki 3 helai
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
336 ISBN: 978-979-15649-6-0
daun pada satu buku, dengan ukuran lebih besar. Tunas lain memiliki 3 mata tunas aksilar dalam satu buku
dengan dua dari tiga daun petiolnya bersatu (Rodiansah, 2007).
Ukuran Daun
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan kolkisin menyebabkan ukuran daun lebih kecil
dibandingkan dengan tanaman kontrol. Tanaman kontrol memiliki luas daun yang paling besar. Ukuran daun
tiap perlakuan kolkisin tidak memiliki hasil yang berbeda nyata. Tunas yang memiliki daun terbesar
diperoleh dari perlakuan kolkisin 0.06 % dan yang memiliki ukuran daun terkecil adalah kolkisin 0.04 %.
Interaksi antara konsentrasi kolkisin dan lama perendaman tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
ukuran daun.
Pemberian kolkisin pada tanaman diharapkan dapat meningkatkan tingkat ploidi tanaman.
Peningkatan tingkat ploidi ini salah satunya dapat memperbesar bagian-bagian tanaman (akar, batang, daun,
bunga dan buah) tetapi pada penelitian ini perlakuan kolkisin menyebabkan ukuran daun lebih kecil
dibandingkan dengan tanaman kontrol. Hasil ini berbeda dengan tanaman kencur yang direndam larutan
kolkisin. Pemberian kolkisin pada kencur dapat meningkatkan panjang dan lebar daun dibandingkan kontrol
(Ajijah dan Bermawie, 2003).
Kecilnya ukuran daun tanaman perlakuan dapat disebabkan stress karena perlakuan perendaman
kolkisin. Ajijah dan Bermawie (2003) melaporkan tanaman yang diberi perlakuan kolkisin dapat
menunjukkan pengaruh kerusakan fisiologis, sehingga dapat menghambat pembentukan anakan, selain itu
pada bawang merah efek kerusakan fisiologis terlihat pada ukuran lingkar daun. Tabel 3 menunjukkan rata-
rata ukuran daun pada tiap perlakuan konsentrasi kolkisin.
Tabel 3 Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap ukuran daun P. cablin Benth. selama 8 MST secara in vitro
Konsentrasi kolkisin (%)
Rata-rata ukuran daun (mm)
Panjang Lebar Luas
0 5.76a 5.36a 32.11a
0.02 4.00bc 4.33b 18.11b
0.04 3.55c 4.08b 15.99b
0.06 4.36b 4.27b 18.79b
KK(%) 18.19 16.91 32.96
Keterangan Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji
Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%; KK: Koefisien Keragaman
Persentase Tunas Berakar
Pemberian kolkisin pada nilam sidikalang dapat menghambat pembentukan akar. Hanya terdapat 5
perlakuan yang eksplannya dapat membentuk akar. Tanaman yang tidak diberi kolkisin mulai membentuk
akar pada minggu ke dua. Eksplan kontrol yang berakar pada akhir pengamatan hanya 47 %. Tanaman
perlakuan kolkisin tidak dapat membentuk akar, kecuali perlakuan konsentrasi kolkisin 0.02% dengan
perendaman 24 jam pada umur 4 MST dan perlakuan konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 24 jam
pada umur 8 MST. Hal tersebut diduga karena terdapat-sel-sel tanaman yang rusak atau mati pada saat
perendaman kolkisin.Perlakuan konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 24 jam memiliki konsentrasi
kolkisin yang lebih tinggi dibanding perlakuan konsentrasi kolkisin 0.02% dengan perendaman 24 jam,
sehingga membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama.
Ajijah dan Bermawie (2003) melaporkan perlakuan konsentrasi kolkisin 1% pada tanaman kencur
generasi pertama mengakibatkan pembentukan anakan terhambat sehingga memiliki jumlah anakan yang
sedikit. Tanaman generasi kedua dapat meningkatkan jumlah dan berat rimpang. Hal ini menunjukkan pada
generasi kedua telah terjadi pemulihan pertumbuhan pada tanaman yang mendapat perlakuan kolkisin 1%.
Kerapatan Stomata
Konsentrasi kolkisin memiliki pengaruh nyata terhadap peubah kerapatan stomata. Perlakuan
konsentrasi kolkisin menyebabkan kerapatan stomata semakin rendah. Tanaman kontrol memiliki kerapatan
stomata yang paling tinggi, yaitu 241.18 stomata/mm2
. Perlakuan 0.02% memiliki kerapatan stomata paling
rendah, sebanyak 188.24 stomata/mm2
, tetapi jumlah ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi
0.04% sebanyak 198.01 stomata/mm2
dan konsentrasi kolkisin 0.06% sebanyak 221.07 stomata/mm2
.
Kerapatan stomata berhubungan dengan tingkat ploidi suatu tanaman. Kerapatan stomata berbanding terbalik
dengan tingkat ploidi. Tanaman dengan kerapatan stomata yang lebih rendah memiliki tingkat ploidi yang
lebih tinggi (Silva, et. al., 2000).
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 337
Ukuran Stomata
Interaksi antara konsentrasi kolkisin dan lama perendaman memiliki pengaruh sangat nyata pada uji
F taraf 5% (Tabel 4). Hasil uji F menunjukkan bahwa pada peubah luas stomata, setiap perlakuan memiliki
luas yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan setiap perlakuan memiliki pengaruh yang berbeda nyata
dalam penggandaan kromosom nilam sidikalang. Tanaman poliploid yang jumlah kromosomnya lebih
banyak biasanya terlihat lebih kekar, bagian-bagian tanaman lebih besar, sel-sel dan inti sel lebih besar, dan
mempunyai stomata yang lebih besar (Suryo,1995).
Tabel 4 Interaksi antara tingkat konsentrasi dan lama perendaman terhadap ukuran stomata Pogostemon
cablin Benth. selama 8 MST secara in vitro
Perlakuan Ukuran Stomata
Konsentrasi
kolkisin (%)
Lama perendaman
(jam)
Panjang (µm) Lebar (µm) Luas (µm2
)
0 0 204.09c 178.07cd 36315.79k
0 24 219.64c 170.61cd 37703.98j
0 48 195.25c 142.27d 28595.96m
0 72 197.79c 162.36cd 32531.96l
0.02 24 109.72c 178.14cd 38090.84i
0.02 48 260.48c 208.18c 56712.46c
0.02 72 248.13c 189.63cd 47905.33d
0.04 24 201.33c 184.66cd 38380.24h
0.04 48 241.50c 180.17cd 43885.72e
0.04 72 72410.45b 61837.27b 4477664975b
0.06 24 232.96c 170.48cd 40487.65g
0.06 48 102786.82a 81978.87a 8426347168a
0.06 72 232.67c 182.40cd 43060.08f
Uji F ** ** **
KK (%) 0.44 0.41 0
Keterangan: tn tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5 %; KK Koefisien Keragaman
Damayanti (2007) menyebutkan bahwa tingkat ploidi berhubungan dengan ukuran sel epidermis dan
stomata. Pisang aksesi AK8P dengan tingkat ploidi triploid mempunyai ukuran sel epidermis dan stomata
yang lebih besar daripada aksesi lainnya. Tabel 4 menunjukkan perlakuan yang memiliki panjang stomata
terpanjang adalah konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 48 jam, selanjutnya adalah konsentrasi
kolkisin 0.04% dengan perendaman 72 jam. Kesepuluh perlakuan lain tidak memiliki panjang stomata yang
berbeda nyata. Perlakuan dengan panjang stomata terkecil adalah konsentrasi kolkisin 0.02% dengan
perendaman 24 jam. Perlakuan yang memiliki lebar stomata yang terlebar adalah konsentrasi kolkisin 0.06%
dengan perendaman 48 jam dan konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 72 jam. Perlakuan lain tidak
memiliki lebar stomata yang berbeda nyata. Luas stomata yang terbesar adalah konsentrasi kolkisin 0.06%
dengan perendaman 48 jam dan yang memiliki luasan terkecil adalah perlakuan konsentrasi kolkisin 0%
dengan perendaman 48 jam.
Jumlah Kloroplas
Pengamatan jumlah kloroplas dilakukan di daerah sel penjaga pada stomata. Interaksi antara
konsentrasi kolkisin dan lama perendaman tidak memberikan perbedaan nyata terhadap peubah jumlah
kloroplas. Konsentrasi kolkisin memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah kloroplas
dibanding tanaman kontrol. Perlakuan yang memiliki jumlah kloroplas terbanyak adalah perlakuan
konsentrasi 0.02% sebanyak 87.92 kloropas, tetapi jumlahnya tidak berbeda nyata dengan perlakuan
konsentrasi 0.06%, yaitu sebanyak 83.14. Tanaman kontrol memiliki rata-rata jumlah kloroplas paling
sedikit yaitu sebanyak 36.37 kloroplas/stomata. Tanaman perlakuan konsentrasi kolkisin 0.04% memiliki
rata-rata jumlah kloroplas sebanyak 59.04 kloroplas/stomata. Omidbaigi et al. (2010) menyebutkan bahwa
semakin meningkatnya tingkat ploidi tanaman, jumlah kloroplas akan semakin meningkat. Basil diploid
memiliki 12.80 kloroplas pada stomata dan basil tetraploid memiliki jumlah kloroplas dua kali lebih banyak
dari tanaman diploid, yaitu sebanyak 25.80 kloroplas.
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
338 ISBN: 978-979-15649-6-0
KESIMPULAN
Konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 24 jam memberikan hasil yang paling baik bagi
peubah jumlah tunas dan jumlah daun. Peubah ukuran stomata memberikan hasil yang paling baik pada
konsentrasi 0.06% dengan perendaman 48 jam, tetapi pada peubah jumlah tunas dan daun perlakuan ini
memberikan hasil yang terburuk. Poliploidisasi tanaman dapat diketahui dari jumlah kloroplas, jumlah
stomata dan kerapatan stomata. Perlakuan konsentrasi 0.02% memiliki jumlah kloroplas yang paling banyak
dan paling sedikit adalah perlakuan kontrol. Kerapatan stomata yang paling sedikit juga terdapat pada
perlakuan konsentrasi 0.02% dan terendah pada perlakuan kontrol. Terdapat kimera pada tanaman hasil
perlakuan kolkisin, yaitu pada perlakuan konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 24 jam dan
konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman selama 72 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Ajijah, N. dan N. Bermawie. 2003. Pengaruh Kolkisin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Tipe
Kencur (Kaempferia galanga Linn). Buletin TRO 16(1):46-55.
Atsiri Indonesia. 2010. Minyak Atsiri. http://www.atsiri-indonesia.com [15 November 2010]
Chulalaksananukul, W. dan W. Chimnoi. 1999. Polyploid induction in Centella asiatica (L.) urban by
colchicine treatment. J. Sci. Res.Chula. Univ. 24(2):55-65.
Crowder, L.V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Damayanti, F. 2007. Analisis jumlah kromosom dan anatomi stomata pada beberapa plasma nutfah pisan
(Musa sp.) asal Kalimantan Timur. Bioscientiae 4(2):53-61.
Damayanti, F. dan I. Mariska. 2003. Induksi poliploidi dengan kolkisin pada hibrida F hasil persilangan antar
spesies pada tanaman panili asal Ciamis. Buletin Biologi 6(4):589-594.
Krismawati, A. 2005. Nilam dan potensi pengembangannya. Tabloid Sinar Tani 26 Januari-1 Februari
Manurung, T.R. 2010. Harga Minyak Nilam Berpotensi Tembus Rp 1 Juta per Kilogram.
http://www.tribunnewspekanbaru.com/2010/11/19/2011-harga-minyak-nilam-berpotensi-tembus-rp-1-
juta-per-kg [30 Januari 2011]
Mariska, I. 2002. Perkembangan penelitian kultur in vitro pada tanaman industri, pangan dan hortikultura.
Buletin AgroBio 5(2):45-50.
Nuryani, Y. 2009.Varietas Unggul Baru Nilam. http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/budidaya-
nilam/yang-nuryani/. [6 Januari 2011]
Omidbaigi, R.M.M., M. E. Hassani and M.S. Moghadam. 2010. Induction and identification of polyploidy in
basil (Ocimum basilicum L.) medicinal plant by colchicine treatment. International Journal of Plant
Production 4(2):87-98.
Rodiansah, A. 2007. Induksi Mutasi Kromosom dengan Kolkisin pada Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana
Bertoni) Klon Zweeteners Secara In Vitro. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut
Pertanian Bogor
Silva, P.A.K.X.M., S.C. Jacques and M.H.B. Zanettini. 2000. Induction and identification of polyploids in
Cattleya intermedia Lindl. (Orchidaceae) by in vitro techniques. Ciencia Rural, Santa Maria
30(1):105-111.
Suryo. 1995. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Van Harten, A.M. 1998. Mutation Breeding Theory and Practical Application. Cambridge University Press.
Cambridge.

More Related Content

What's hot

Makalah perbanyakan tanaman
Makalah perbanyakan tanamanMakalah perbanyakan tanaman
Makalah perbanyakan tanamanagus tian
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSnovhitasari
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduPurwandaru Widyasunu
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEDIS BLOG
 
Karakteristik tumbuhan lumut1
Karakteristik tumbuhan lumut1Karakteristik tumbuhan lumut1
Karakteristik tumbuhan lumut1fikriyatuzzahro
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camfahmiganteng
 
Materi Sekolah lapangan Pupuk Bokasi
Materi Sekolah lapangan Pupuk BokasiMateri Sekolah lapangan Pupuk Bokasi
Materi Sekolah lapangan Pupuk BokasiIndra Ramadhan
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANRepository Ipb
 
Produksi & Penyimpanan Bibit Durian
Produksi & Penyimpanan Bibit DurianProduksi & Penyimpanan Bibit Durian
Produksi & Penyimpanan Bibit DurianEmma Femi
 
Prinsip-prinsip ekologi dasar Leisa
Prinsip-prinsip ekologi dasar LeisaPrinsip-prinsip ekologi dasar Leisa
Prinsip-prinsip ekologi dasar LeisaPuan Habibah
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Arif nor fauzi
 
Ppt ekologi
Ppt ekologiPpt ekologi
Ppt ekologi4nisa
 
Manual Lapangan: Pembuatan Spesimen Herbarium
Manual Lapangan: Pembuatan Spesimen HerbariumManual Lapangan: Pembuatan Spesimen Herbarium
Manual Lapangan: Pembuatan Spesimen HerbariumP A Q-ting
 
Slide eco farming 2021
Slide eco farming 2021Slide eco farming 2021
Slide eco farming 2021Indra Wijaya
 
Laporan Sayuran Organik LNK49
Laporan Sayuran Organik LNK49Laporan Sayuran Organik LNK49
Laporan Sayuran Organik LNK49Keylala Hawkins
 
Kuliah 1. sosiologi pertanian
Kuliah 1. sosiologi pertanianKuliah 1. sosiologi pertanian
Kuliah 1. sosiologi pertanianHauris Pati
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...UNESA
 
Hara Mineral untuk Tanaman
Hara Mineral untuk TanamanHara Mineral untuk Tanaman
Hara Mineral untuk TanamanFitriDamayanti9
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...Moh Masnur
 

What's hot (20)

Makalah perbanyakan tanaman
Makalah perbanyakan tanamanMakalah perbanyakan tanaman
Makalah perbanyakan tanaman
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTAN
 
Karakteristik tumbuhan lumut1
Karakteristik tumbuhan lumut1Karakteristik tumbuhan lumut1
Karakteristik tumbuhan lumut1
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
 
Materi Sekolah lapangan Pupuk Bokasi
Materi Sekolah lapangan Pupuk BokasiMateri Sekolah lapangan Pupuk Bokasi
Materi Sekolah lapangan Pupuk Bokasi
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
Produksi & Penyimpanan Bibit Durian
Produksi & Penyimpanan Bibit DurianProduksi & Penyimpanan Bibit Durian
Produksi & Penyimpanan Bibit Durian
 
Prinsip-prinsip ekologi dasar Leisa
Prinsip-prinsip ekologi dasar LeisaPrinsip-prinsip ekologi dasar Leisa
Prinsip-prinsip ekologi dasar Leisa
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
 
Ppt ekologi
Ppt ekologiPpt ekologi
Ppt ekologi
 
Manual Lapangan: Pembuatan Spesimen Herbarium
Manual Lapangan: Pembuatan Spesimen HerbariumManual Lapangan: Pembuatan Spesimen Herbarium
Manual Lapangan: Pembuatan Spesimen Herbarium
 
Slide eco farming 2021
Slide eco farming 2021Slide eco farming 2021
Slide eco farming 2021
 
Laporan Sayuran Organik LNK49
Laporan Sayuran Organik LNK49Laporan Sayuran Organik LNK49
Laporan Sayuran Organik LNK49
 
Kuliah 1. sosiologi pertanian
Kuliah 1. sosiologi pertanianKuliah 1. sosiologi pertanian
Kuliah 1. sosiologi pertanian
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
 
Root exudates
Root exudatesRoot exudates
Root exudates
 
Hara Mineral untuk Tanaman
Hara Mineral untuk TanamanHara Mineral untuk Tanaman
Hara Mineral untuk Tanaman
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 

Similar to INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogostemon cablin Benth.) DENGAN KOLKISIN SECARA IN VITRO

INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...Repository Ipb
 
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...Repository Ipb
 
EN Intro to Iteration by Slidesgo (1).pptx
EN Intro to Iteration by Slidesgo (1).pptxEN Intro to Iteration by Slidesgo (1).pptx
EN Intro to Iteration by Slidesgo (1).pptxNanaNunu11
 
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptxLAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptxKhilalAdit
 
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review JournalPpt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review JournalSMPN 4 Kerinci
 
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...Repository Ipb
 
Jurnal acara 5
Jurnal acara 5Jurnal acara 5
Jurnal acara 5yoga budi
 
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...Repository Ipb
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxDodolaneNoya
 
PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...
PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...
PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...Repository Ipb
 
Biologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologiBiologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologinurul limsun
 
makalah probiotik
makalah probiotikmakalah probiotik
makalah probiotiksay ahmad
 

Similar to INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogostemon cablin Benth.) DENGAN KOLKISIN SECARA IN VITRO (20)

INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
 
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AALISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
 
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
 
EN Intro to Iteration by Slidesgo (1).pptx
EN Intro to Iteration by Slidesgo (1).pptxEN Intro to Iteration by Slidesgo (1).pptx
EN Intro to Iteration by Slidesgo (1).pptx
 
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptxLAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
LAPORAN PKL - Teknik kultur Pakan alami Slide.pptx
 
Intern Sertum
Intern SertumIntern Sertum
Intern Sertum
 
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review JournalPpt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
Ppt kuljar jeruk nipis (amrullah m) Review Journal
 
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
 
bakteri filosfer
bakteri filosferbakteri filosfer
bakteri filosfer
 
Pf
PfPf
Pf
 
Jurnal acara 5
Jurnal acara 5Jurnal acara 5
Jurnal acara 5
 
Rekontruksi
RekontruksiRekontruksi
Rekontruksi
 
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
 
Perbaikan jurnal.docx
Perbaikan jurnal.docxPerbaikan jurnal.docx
Perbaikan jurnal.docx
 
Laporan pesti 4
Laporan pesti 4Laporan pesti 4
Laporan pesti 4
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
 
PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...
PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...
PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...
 
Biologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologiBiologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologi
 
makalah probiotik
makalah probiotikmakalah probiotik
makalah probiotik
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 

INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogostemon cablin Benth.) DENGAN KOLKISIN SECARA IN VITRO

  • 1. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 333 INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogostemon cablin Benth.) DENGAN KOLKISIN SECARA IN VITRO Yudia Putri Anne* dan Ni Made Armini Wiendi Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 * Corresponding author: yudia.anne@gmail.com Abstract The research aimed to study the in vitro genetic mutation induction through chromosome doubling of patchouli (Pogostemon cablin Benth) using colchicine. This research was conducted from February 2011 to December 2011 at Biotechnology and Micro Technique Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, IPB, Bogor. The research was used factorial design which arranged with Completely Randomized Design. The research was consist of 2 factors, concentrations of colchicine (0, 0.02, 0.04 and 0.06%) and the long immersion with colchicine (24, 48, and 72 hours). The experiment showed that consentrations of colchicine (0.01, 0.02, 0.03, 0.04, and 0.05%) were significantly affected toincrease number of shoots, leaves, chloroplast, stomatas and size of stomata. Concentration of 0.04% colchicine with 24 immer was produced the highest number of shoots and leave. Concentration of 0.02% colchicine was produced the highest number of chloroplasts and the lowest density of stomata. Concentration of 0.06% of colchicine and 48 hours immersion was produced the biggest size of stomata. Keywords: Nilam, Pogostemon cablin Benth., colchicine, chloroplast, patchouli PENDAHULUAN Nilam merupakan salah satu penghasil minyak atsiri potensial yang ada di Indonesia. Negara tujuan ekspor seperti USA, Eropa, Australia, Afrika, Cina, India dan ASEAN. Minyak nilam merupakan salah satu komoditi yang memberikan pangsa pasar lebih dari 90% kebutuhan dunia atau sekitar 35-40% dari total nilai ekspor minyak atsiri (Atsiri Indonesia, 2010). Minyak nilam, yang disebut juga patchouli oil, banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida. Minyak nilam bersifat fiktatif (mengikat minyak atsiri lainnya) dan hingga saat ini belum ada bahan substitusinya (Nuryani, 2009). Seluruh bagian tanaman nilam aceh mengandung minyak atsiri, terutama di bagian daun yang memiliki kandungan minyak atsiri paling banyak (Krismawati, 2005). Peningkatan kadar minyak nilam dengan teknik konvensional sulit untuk dilakukan, karena nilam aceh tidak dapat berbunga di Indonesia. Peningkatan keragaman genetik secara in vitro dapat digunakan untuk meningkatkan kadar minyak nilam. Suspensi sel nilam yang telah diradiasi dengan sinar gamma 0.3 Krad menghasilkan lima somaklonal yang menghasilkan kadar minyak tinggi dan stabil, diantaranya terdapat satu somaklonal yang menghasilkan kadar minyak mencapai 4% dan selalu stabil pada setiap panen (Mariska, 2002). Kebutuhan akan minyak nilam semakin meningkat, karena itu semakin meningkat pula kebutuhan akan tanaman nilam. Hanya saja, produksi minyak nilam di Indonesia cenderung menurun. Tahun 2009 Indonesia mampu memproduksi 1000 ton minyak nilam atau sebesar 66.66% kebutuhan minyak nilam dunia, tetapi pada tahun 2010 Indonesia hanya mampu memproduksi 700-800 ton minyak (Manurung, 2010). Usaha meningkatkan produksi diperlukan suatu teknologi yang dapat merakit varietas baru yang memiliki kandungan minyak atsiri tinggi sehingga dapat meningkatkan produktivitas minyak nilam, salah satunya dengan induksi mutasi secara in vitro. Perendaman nilam dengan kolkisin diharapkan mampu melipatgandakan kromosom nilam tersebut dan menghasilkan ukuran tanaman, khususnya daun yang lebih besar sehingga produktivitas minyak nilam juga turut meningkat.
  • 2. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 334 ISBN: 978-979-15649-6-0 BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2011 hingga Desember 2011. Percobaan in vitro dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Percobaan uji sitologi dilakukan di Laboratotium Ekofisiologi Tumbuhan Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB, Bogor. Bahan tanaman yang digunakan adalah planlet tanaman nilam varietas sidikalang (Pogostemon cablin Benth.). Eksplan yang digunakan adalah pucuk tanaman. Media kultur jaringan yang digunakan adalah media dasar MS, gula 30 g/l serta pemadat agar 7 g/l. Media pertunasan akan ditambah dengan 0.5 mg/l BAP + 0.5 mg/l kinetin. Alat yang digunakan di laboratorium adalah timbangan, labu takar, gelas kimia, laminar air flow cabinet, pengaduk, autoklaf, pH meter, botol kultur, magnetic stirer, panci perebus, pipet, cawan petri, gunting, pinset, scalple, toples, hand sprayer, rak kultur, penggaris, kertas label, alat pengering dan kamera. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi larutan kolkisin dengan 4 taraf (0.0, 0.1, 0.3 dan 0.5%) dan faktor kedua lama perendaman di dalam larutan kolkisin dengan 3 taraf (24, 48, dan 72 jam). Terdapat 13 kombinasi perlakuan dengan masing-masing perlakuan terdiri dari empat ulangan. Metode statistika yang digunakan sebagai berikut: Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Tunas Interaksi antara konsentrasi kolkisin dan lama perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas (Tabel 1). Jumlah tunas tanaman kontrol dan tanaman perlakuan tidak berbeda nyata hingga 5 MST. Setelah 6 MST jumlah tunas perlakuan lebih baik dibandingkan kontrol, seperti pada perlakuan konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 24 jam. Hal ini diduga karena larutan kolkisin yang bersifat racun dapat merusak sel-sel tanaman, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk recovery dan mengakibatkan pertumbuhan tunas lebih lama dibanding tanaman kontrol. Mariska dan Damayanti (2003) menyebutkan pemberian kolkisin dapat mengakibatkan penundaan pertumbuhan akibat jaringan yang rusak dan memerlukan waktu lama untuk tumbuh. Tabel 1. Interaksi antara tingkat konsentrasi dan lama perendaman terhadap jumlah tunas Pogostemon cablin Benth. selama 8 MST secara in vitro Perlakuan Rata-rata jumlah tunas pada minggu ke- (MST) Konsentrasi kolkisin (%) Lama perendaman (jam) 1 3 6 8 0 0 0.95a 0.95bc 1.47def 2.88bc 0 24 1.00a 1.05b 2.60bcde 4.05abc 0 48 0.95a 1.65a 1.95cdef 3.25bc 0 72 0.95a 1.00bc 3.75ab 6.95ab 0.02 24 0.85ab 0.90bcd 3.87ab 6.87ab 0.02 48 0.75abc 0.75bcd 3.50abc 7.65a 0.02 72 0.45d 0.55d 2.95abcd 4.70abc 0.04 24 0.95a 0.90bcd 4.30a 7.95a 0.04 48 0.85ab 0.85bcd 1.20ef 2.00c 0.04 72 0.59bcd 0.69bcd 2.31bcdef 4.95abc 0.06 24 0.95a 0.95bc 2.31bcdef 4.73abc 0.06 48 0.35d 0.62cd 0.75f 1.50c 0.06 72 0.55cd 0.65cd 3.15abc 6.80ab Uji F ** ** ** * KK (%) 21.86 26.32 37.09 47.72 Keterangan: tn tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5 %; KK Koefisien Keragaman Pertumbuhan tunas terbanyak terdapat pada perlakuan konsentrasi kolksin 0.04% dengan perendaman 24 jam tetapi jumlah tunas tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman 24 dan 48 jam, perlakuan konsentrasi 0.02% dengan perendaman 24 dan 48 jam, konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 72 jam dan konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 24 jam. Pertumbuhan tunas paling sedikit terdapat pada perlakuan konsentrasi 0.06% dengan perendaman 48 jam. Hal ini diduga disebabkan
  • 3. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 335 konsentrasi kolkisin yang terlalu tinggi atau perendaman yang terlalu lama. Menurut Suryo (1995) konsentrasi kolkisin yang terlalu tinggi atau waktu perlakuan yang terlalu lama akan memperlihatkan pengaruh negatif, seperti sel-sel banyak yang rusak atau bahakan menyebabkan matinya tanaman. Meningkatnya tingkat ploidi suatu tanaman juga dapat menyebabkan pembelahan sel yang terlambat (Crowder, 2006). Jumlah Daun Interaksi konsentrasi kolkisin dan lama perendaman terhadap jumlah daun hanya terdapat pada minggu ke-1, 6, 7 dan 8 MST (Tabel 2). Secara umum, perlakuan yang menunjukkan jumlah daun paling banyak adalah perlakuan konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 24 jam tetapi perlakuan ini tidak berbeda nyata hasilnya dengan konsentrasi kolkisin 0% dengan perendaman 24 jam, konsentrasi kolkisin 0.02% dengan perendaman 24, 48 dan 72 jam, konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 72 jam, konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 24 dan 72 jam. Perlakuan konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 24 jam memiliki 46.7 daun. Perlakuan yang memiliki jumlah daun paling sedikit adalah perlakuan konsentrasi 0.06% dengan perendaman 48 jam, yaitu sebanyak 9.58 daun. Jumlah daun yang lebih banyak disebabkan perbedaan jumlah daun per buku tunas pada tanaman perlakuan. Tanaman kontrol memiliki dua daun per buku tunas, tetapi sebagian tunas tanaman yang mendapat perlakuan kolkisin memiliki tiga daun per buku tunas. Tabel 2. Interaksi antara tingkat konsentrasi dan lama perendaman terhadap jumlah daun Pogostemon cablin Benth. selama 8 MST secara in vitro Perlakuan Rata-rata jumlah daun pada minggu ke- (MST) Konsentrasi kolkisin (%) Lama perendaman (jam) 1 6 7 8 0 0 2.00a 8.27cde 11.87bcd 17.07cd 0 24 2.05a 15.00abc 20.80abc 32.70abcd 0 48 1.90a 12.20bcd 13.35bcd 19.85bcd 0 72 2.00a 20.30ab 29.90a 44.45a 0.02 24 1.70ab 17.20abc 26.67ab 40.20abc 0.02 48 1.55abc 15.35abc 27.15ab 41.50ab 0.02 72 0.90d 11.20cde 16.90abcd 25.70abcd 0.04 24 1.80a 22.80a 30.60a 46.70a 0.04 48 1.75a 4.50de 8.40cd 17.95bcd 0.04 72 1.18bcd 11.08cde 18.20abcd 32.00abcd 0.06 24 1.90a 10.83cde 17.64abc 28.30abcd 0.06 48 0.80d 2.88e 4.97d 9.58d 0.06 72 1.10cd 13.55bc 22.30abc 38.50abc Uji F ** ** * * KK (%) 23.32 41.33 48.23 45.71 Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5 %; KK: Koefisien Keragaman Chulalaksananukul dan Chimnoi (1999) melaporkan pegagan (Centella asiatica) poliploid hasil aplikasi kolkisin memiliki jumlah daun yang lebih banyak, hingga tiga kali lipat, dibanding tanaman diploidnya. Sistem Percabangan Tanaman hasil induksi kolkisin dapat menghasilkan kimera. Kimera terjadi karena perkembangan jaringan dengan tingkat ploidi yang berbeda pada satu tanaman atau satu bagian tanaman secara bersama- sama (van Harten, 1998). Tanaman nilam memiliki sistem percabangan opposite, yaitu terdapat dua daun pada setiap buku tunasnya. Terdapat beberapa planlet nilam yang memiliki sistem percabangan berbeda dari biasanya. Perlakuan konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 24 jam memiliki planlet yang memiliki sistem percabangan berupa alternate, yaitu dengan satu daun pada setiap buku tunasnya, selain itu pada perlakuan konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 72 jam terdapat planlet yang memiliki dua sistem percabangan pada satu tunas, yaitu alternate dan opposite. Percobaan pada stevia dengan perendaman kolkisin menunjukkan pada bagian tunas tanaman terjadi kimera. Terdapat tanaman yang memiliki 3 helai
  • 4. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 336 ISBN: 978-979-15649-6-0 daun pada satu buku, dengan ukuran lebih besar. Tunas lain memiliki 3 mata tunas aksilar dalam satu buku dengan dua dari tiga daun petiolnya bersatu (Rodiansah, 2007). Ukuran Daun Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan kolkisin menyebabkan ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan tanaman kontrol. Tanaman kontrol memiliki luas daun yang paling besar. Ukuran daun tiap perlakuan kolkisin tidak memiliki hasil yang berbeda nyata. Tunas yang memiliki daun terbesar diperoleh dari perlakuan kolkisin 0.06 % dan yang memiliki ukuran daun terkecil adalah kolkisin 0.04 %. Interaksi antara konsentrasi kolkisin dan lama perendaman tidak memberikan pengaruh nyata terhadap ukuran daun. Pemberian kolkisin pada tanaman diharapkan dapat meningkatkan tingkat ploidi tanaman. Peningkatan tingkat ploidi ini salah satunya dapat memperbesar bagian-bagian tanaman (akar, batang, daun, bunga dan buah) tetapi pada penelitian ini perlakuan kolkisin menyebabkan ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan tanaman kontrol. Hasil ini berbeda dengan tanaman kencur yang direndam larutan kolkisin. Pemberian kolkisin pada kencur dapat meningkatkan panjang dan lebar daun dibandingkan kontrol (Ajijah dan Bermawie, 2003). Kecilnya ukuran daun tanaman perlakuan dapat disebabkan stress karena perlakuan perendaman kolkisin. Ajijah dan Bermawie (2003) melaporkan tanaman yang diberi perlakuan kolkisin dapat menunjukkan pengaruh kerusakan fisiologis, sehingga dapat menghambat pembentukan anakan, selain itu pada bawang merah efek kerusakan fisiologis terlihat pada ukuran lingkar daun. Tabel 3 menunjukkan rata- rata ukuran daun pada tiap perlakuan konsentrasi kolkisin. Tabel 3 Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap ukuran daun P. cablin Benth. selama 8 MST secara in vitro Konsentrasi kolkisin (%) Rata-rata ukuran daun (mm) Panjang Lebar Luas 0 5.76a 5.36a 32.11a 0.02 4.00bc 4.33b 18.11b 0.04 3.55c 4.08b 15.99b 0.06 4.36b 4.27b 18.79b KK(%) 18.19 16.91 32.96 Keterangan Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%; KK: Koefisien Keragaman Persentase Tunas Berakar Pemberian kolkisin pada nilam sidikalang dapat menghambat pembentukan akar. Hanya terdapat 5 perlakuan yang eksplannya dapat membentuk akar. Tanaman yang tidak diberi kolkisin mulai membentuk akar pada minggu ke dua. Eksplan kontrol yang berakar pada akhir pengamatan hanya 47 %. Tanaman perlakuan kolkisin tidak dapat membentuk akar, kecuali perlakuan konsentrasi kolkisin 0.02% dengan perendaman 24 jam pada umur 4 MST dan perlakuan konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 24 jam pada umur 8 MST. Hal tersebut diduga karena terdapat-sel-sel tanaman yang rusak atau mati pada saat perendaman kolkisin.Perlakuan konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 24 jam memiliki konsentrasi kolkisin yang lebih tinggi dibanding perlakuan konsentrasi kolkisin 0.02% dengan perendaman 24 jam, sehingga membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama. Ajijah dan Bermawie (2003) melaporkan perlakuan konsentrasi kolkisin 1% pada tanaman kencur generasi pertama mengakibatkan pembentukan anakan terhambat sehingga memiliki jumlah anakan yang sedikit. Tanaman generasi kedua dapat meningkatkan jumlah dan berat rimpang. Hal ini menunjukkan pada generasi kedua telah terjadi pemulihan pertumbuhan pada tanaman yang mendapat perlakuan kolkisin 1%. Kerapatan Stomata Konsentrasi kolkisin memiliki pengaruh nyata terhadap peubah kerapatan stomata. Perlakuan konsentrasi kolkisin menyebabkan kerapatan stomata semakin rendah. Tanaman kontrol memiliki kerapatan stomata yang paling tinggi, yaitu 241.18 stomata/mm2 . Perlakuan 0.02% memiliki kerapatan stomata paling rendah, sebanyak 188.24 stomata/mm2 , tetapi jumlah ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 0.04% sebanyak 198.01 stomata/mm2 dan konsentrasi kolkisin 0.06% sebanyak 221.07 stomata/mm2 . Kerapatan stomata berhubungan dengan tingkat ploidi suatu tanaman. Kerapatan stomata berbanding terbalik dengan tingkat ploidi. Tanaman dengan kerapatan stomata yang lebih rendah memiliki tingkat ploidi yang lebih tinggi (Silva, et. al., 2000).
  • 5. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 337 Ukuran Stomata Interaksi antara konsentrasi kolkisin dan lama perendaman memiliki pengaruh sangat nyata pada uji F taraf 5% (Tabel 4). Hasil uji F menunjukkan bahwa pada peubah luas stomata, setiap perlakuan memiliki luas yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan setiap perlakuan memiliki pengaruh yang berbeda nyata dalam penggandaan kromosom nilam sidikalang. Tanaman poliploid yang jumlah kromosomnya lebih banyak biasanya terlihat lebih kekar, bagian-bagian tanaman lebih besar, sel-sel dan inti sel lebih besar, dan mempunyai stomata yang lebih besar (Suryo,1995). Tabel 4 Interaksi antara tingkat konsentrasi dan lama perendaman terhadap ukuran stomata Pogostemon cablin Benth. selama 8 MST secara in vitro Perlakuan Ukuran Stomata Konsentrasi kolkisin (%) Lama perendaman (jam) Panjang (µm) Lebar (µm) Luas (µm2 ) 0 0 204.09c 178.07cd 36315.79k 0 24 219.64c 170.61cd 37703.98j 0 48 195.25c 142.27d 28595.96m 0 72 197.79c 162.36cd 32531.96l 0.02 24 109.72c 178.14cd 38090.84i 0.02 48 260.48c 208.18c 56712.46c 0.02 72 248.13c 189.63cd 47905.33d 0.04 24 201.33c 184.66cd 38380.24h 0.04 48 241.50c 180.17cd 43885.72e 0.04 72 72410.45b 61837.27b 4477664975b 0.06 24 232.96c 170.48cd 40487.65g 0.06 48 102786.82a 81978.87a 8426347168a 0.06 72 232.67c 182.40cd 43060.08f Uji F ** ** ** KK (%) 0.44 0.41 0 Keterangan: tn tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5 %; KK Koefisien Keragaman Damayanti (2007) menyebutkan bahwa tingkat ploidi berhubungan dengan ukuran sel epidermis dan stomata. Pisang aksesi AK8P dengan tingkat ploidi triploid mempunyai ukuran sel epidermis dan stomata yang lebih besar daripada aksesi lainnya. Tabel 4 menunjukkan perlakuan yang memiliki panjang stomata terpanjang adalah konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 48 jam, selanjutnya adalah konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 72 jam. Kesepuluh perlakuan lain tidak memiliki panjang stomata yang berbeda nyata. Perlakuan dengan panjang stomata terkecil adalah konsentrasi kolkisin 0.02% dengan perendaman 24 jam. Perlakuan yang memiliki lebar stomata yang terlebar adalah konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 48 jam dan konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 72 jam. Perlakuan lain tidak memiliki lebar stomata yang berbeda nyata. Luas stomata yang terbesar adalah konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 48 jam dan yang memiliki luasan terkecil adalah perlakuan konsentrasi kolkisin 0% dengan perendaman 48 jam. Jumlah Kloroplas Pengamatan jumlah kloroplas dilakukan di daerah sel penjaga pada stomata. Interaksi antara konsentrasi kolkisin dan lama perendaman tidak memberikan perbedaan nyata terhadap peubah jumlah kloroplas. Konsentrasi kolkisin memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah kloroplas dibanding tanaman kontrol. Perlakuan yang memiliki jumlah kloroplas terbanyak adalah perlakuan konsentrasi 0.02% sebanyak 87.92 kloropas, tetapi jumlahnya tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 0.06%, yaitu sebanyak 83.14. Tanaman kontrol memiliki rata-rata jumlah kloroplas paling sedikit yaitu sebanyak 36.37 kloroplas/stomata. Tanaman perlakuan konsentrasi kolkisin 0.04% memiliki rata-rata jumlah kloroplas sebanyak 59.04 kloroplas/stomata. Omidbaigi et al. (2010) menyebutkan bahwa semakin meningkatnya tingkat ploidi tanaman, jumlah kloroplas akan semakin meningkat. Basil diploid memiliki 12.80 kloroplas pada stomata dan basil tetraploid memiliki jumlah kloroplas dua kali lebih banyak dari tanaman diploid, yaitu sebanyak 25.80 kloroplas.
  • 6. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 338 ISBN: 978-979-15649-6-0 KESIMPULAN Konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman 24 jam memberikan hasil yang paling baik bagi peubah jumlah tunas dan jumlah daun. Peubah ukuran stomata memberikan hasil yang paling baik pada konsentrasi 0.06% dengan perendaman 48 jam, tetapi pada peubah jumlah tunas dan daun perlakuan ini memberikan hasil yang terburuk. Poliploidisasi tanaman dapat diketahui dari jumlah kloroplas, jumlah stomata dan kerapatan stomata. Perlakuan konsentrasi 0.02% memiliki jumlah kloroplas yang paling banyak dan paling sedikit adalah perlakuan kontrol. Kerapatan stomata yang paling sedikit juga terdapat pada perlakuan konsentrasi 0.02% dan terendah pada perlakuan kontrol. Terdapat kimera pada tanaman hasil perlakuan kolkisin, yaitu pada perlakuan konsentrasi kolkisin 0.06% dengan perendaman 24 jam dan konsentrasi kolkisin 0.04% dengan perendaman selama 72 jam. DAFTAR PUSTAKA Ajijah, N. dan N. Bermawie. 2003. Pengaruh Kolkisin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Tipe Kencur (Kaempferia galanga Linn). Buletin TRO 16(1):46-55. Atsiri Indonesia. 2010. Minyak Atsiri. http://www.atsiri-indonesia.com [15 November 2010] Chulalaksananukul, W. dan W. Chimnoi. 1999. Polyploid induction in Centella asiatica (L.) urban by colchicine treatment. J. Sci. Res.Chula. Univ. 24(2):55-65. Crowder, L.V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Damayanti, F. 2007. Analisis jumlah kromosom dan anatomi stomata pada beberapa plasma nutfah pisan (Musa sp.) asal Kalimantan Timur. Bioscientiae 4(2):53-61. Damayanti, F. dan I. Mariska. 2003. Induksi poliploidi dengan kolkisin pada hibrida F hasil persilangan antar spesies pada tanaman panili asal Ciamis. Buletin Biologi 6(4):589-594. Krismawati, A. 2005. Nilam dan potensi pengembangannya. Tabloid Sinar Tani 26 Januari-1 Februari Manurung, T.R. 2010. Harga Minyak Nilam Berpotensi Tembus Rp 1 Juta per Kilogram. http://www.tribunnewspekanbaru.com/2010/11/19/2011-harga-minyak-nilam-berpotensi-tembus-rp-1- juta-per-kg [30 Januari 2011] Mariska, I. 2002. Perkembangan penelitian kultur in vitro pada tanaman industri, pangan dan hortikultura. Buletin AgroBio 5(2):45-50. Nuryani, Y. 2009.Varietas Unggul Baru Nilam. http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/budidaya- nilam/yang-nuryani/. [6 Januari 2011] Omidbaigi, R.M.M., M. E. Hassani and M.S. Moghadam. 2010. Induction and identification of polyploidy in basil (Ocimum basilicum L.) medicinal plant by colchicine treatment. International Journal of Plant Production 4(2):87-98. Rodiansah, A. 2007. Induksi Mutasi Kromosom dengan Kolkisin pada Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) Klon Zweeteners Secara In Vitro. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor Silva, P.A.K.X.M., S.C. Jacques and M.H.B. Zanettini. 2000. Induction and identification of polyploids in Cattleya intermedia Lindl. (Orchidaceae) by in vitro techniques. Ciencia Rural, Santa Maria 30(1):105-111. Suryo. 1995. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Van Harten, A.M. 1998. Mutation Breeding Theory and Practical Application. Cambridge University Press. Cambridge.