Teks tersebut membahas tentang pentingnya menulis bagi fasilitator dalam program pemberdayaan masyarakat. Fasilitator memiliki banyak informasi yang berharga dari pengalaman pendampingannya di lapangan yang dapat dituliskan, namun seringkali mereka merasa kurang mampu dalam menulis. Padahal menulis adalah ekspresi diri dan gaya menulis bergantung pada selera masing-masing sehingga tidak perlu merasa terintimidasi oleh
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
MENULIS SEBAGAI TREND DAN HOBI FASILITATOR
1. PENGANTAR
Berapa tulisan yang pernah anda buat dalam sehari? Boleh saja anda
jawab, “jangankan sehari, lha wong sebulan aja kadang gak menulis
sama sekali..”.Jawaban ini masuk akal bila yang dimaksud adalah
tulisan ilmiah, akademis atau tulisan formal lainnya.
Padahal, yang dimaksud menulis itu maknanya luas. Kirim Sms, balas
email, nulis surat izin tidak masuk kerja pun juga merupakan kegiatan
menulis. Untuk itu, ada baiknya kita tidak membatasi agar ketika
muncul istilah menulis, konotasinya selalu berat, serius,
membutuhkan konsentrasi tinggi.
Sekali lagi, menulis itu gampang. Tak ada istilah sulit. Sama seperti
anda belajar mengendarai mobil, awalnya mungkin muncul pikiran
sulit. Namun setelah pengajar anda meyakinkan hal itu mudah, anda
pun perlahan menguasai setelah berlatih dan berlatih.
Ya, setelah pikiran kita menyatakan bahwa menulis itu gampang,
sesungguhnya tinggal satu langkah lagi yaitu membiasakannya.
Seperti halnya ketelatenan kita meng-update status di FB, tak lain
agar setiap momen tidak kehilangan informasi.
Buku saku ini sebagai pelengkap panduan menulis, agar tugas anda
sebagai fasilitator selalu terdokumentasikan dengan baik. Dan itulah
sebaik-baik sejarah. Bayangkan jika tidak ada kegiatan menulis,
paling sederhana berbentuk laporan, bagaimanakan perjalanan
fasilitasi kita bisa dikenang sejarah? Tentu sangat susah.
1
2. BAB I
PENDAHULUAN
1. Trend Menulis
M
enulis saat ini telah menjadi trend. Di setiap pagi, kita bisa
membaca hasil tulisan warga dalam rubrik surat pembaca.
Kadang tanpa ejaaan baku, atau suatu tema yang
memikat. Kenyatannya, tulisan tersebut menjadi bahan baca
setidaknya oleh humas perusahaan, takut kalau ada komplain terkait
pelayanan perusahaanya.
Era keterbukaan informasi membuat orang haus mengirim sekaligus
mendapat informasi. Profesi penulispun disandang banyak orang.
Dulunya, penulis digambarkan sebagai profesi eksklusif. Tapi kini, ibu
rumah tangga, sales, dokter, bahkan pesepakbola pun tak takut
memamerkan karya tulisannya.
Sekelas Presiden,
menggunakannya
menteri,
anggota
DPR
pun
tak
luput
Media sosial menjadi pilihan murah untuk menyalurkan hobi menulis,
menyalurkan aspirasi atau sekedar berbagai ekspresi. Bahkan, tidak
sedikit yang kecanduan menuliskan berita update baik menyangkut
kejadian diri ataupun lingkungannya. Menulis status telah menjadi
kebutuhan berkomunikasi bagi sebagian masyarakat kita.
2. Survey Litbang Kompas
Jika dibandingkan dengan negara lain, tradisi menulis masyarakat
Indonesia sudah membaik. Hanya saja tulisan yang mendominasi
belum yang bercorak ilmiah. Pada bulan Oktober 2012 lalu, Litbang
Harian Kompas membuat survey tentang prosentase hoby menulis.
Diagram 1. Prosentas hobi menulis masyarakat Indonesia
Sederhananya, siapapun sekarang berpeluang menjadi penulis. Ambil
contoh di media online kompasiana.com, kita bisa baca ratusan
bahkan ribuan tulisan setiap harinya. Berbagai tulisan fiksi non fiksi
terupload dengan maksud khusus ataupun hanya karena iseng. Tidak
hanya tema politik, hukum, tapi tentang lifestyle sampai dengan
kuliner bercampur.
Maraknya citizen journalism membuat geliat menulis warga
meningkat. Penggunaan media sosial seperti FB, twitter, google plus,
wordpress, blogspot, menandakan hal tersebut. Indonesia termasuk
negara pengguna media sosial terbesar khususnya FB dan twitter.
Berdasar survery tersebut, dapat dikategorisasikan bahwa tulisan
diary atau reportase kejadian pribadi (sehari-hari) adalah jenis tulisan
yang diminati sebagian masyarakat dalam prosentase kecil (sekitar
36% masyarakat yang suka menulis.
2
3. Dalam survey itu pula, teridentifikasi bahwa motivasi mereka yang
aktif menulis diary adalah karena hobby (54,60%), karena berbagi
(14,30%), karena profesi (11,90%) dan karena faktor lain-lain (20%).
3. Positioning Fasilitator
Apakah fasilitator termasuk profesi yang cukup produktif dalam
menulis? Kalaupun iya, jenis tulisan apa? Dan bagaimanakah dasar
motivasinya? Merupakan rangkaian pertanyaan penting untuk
menjelaskan posisi strategis fasilitator.
Sebagai sebuah gambaran di PNPM Mandiri Perdesaan. Berdasar
data, sekurang-kurangnya terdapat 13.000 (tiga belas ribu) fasilitator
mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi hingga ke pusat.
Bila kita ambil 30% nya, maka sekurang-kurangnya terdapat 4000
fasilitator yang aktif menulis.
Menulis disini lebih dari sekedar membuat laporan karena memang
hal itu sudah menjadi kewajibannya, tetapi best practice yang
menarasikan hasil-hasil pendampingan, apakah di bidang teknik,
pemberdayaan, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.
Dalam gambaran yang ideal, apabila tulisan demi tulisan itu termuat
di media sosial, tentu akan memudahkan proses pembelajaran antar
fasilitator. Metode ini lebih efektif dan lebih murah dibanding sistem
klasikal.
BAB II
MENULIS SEBAGAI HOBI
1.
Mengapa Fasilitator Harus Menulis
S
urvey membuktikan bahwa, fasilitator merupakan profesi yang
akrab dengan kegiatan dokumentasi termasuk halnya kegiatan
tulis menulis. Pembuatan laporan menjadi bagian tulas yang
tak lepas dari kompetensi menulis. Walaupun dalam hal sederhana
seperti menamai sebuah foto kegiatan, hal tersebut tak lepas dari
kemampuan menulis.
Apalagi menarasikan sebuah kejadian yang tengah berlangsung. Apa
itu tentang kegiatan musyawarah, pelaksanaan pembangunan fisik
seperti jembatan misalnya, tentu membutuhkan kecakapan khusus.
Namun, ketertarikan (minat) menulis itu jauh lebih penting.
Percuma juga memiliki kecapakan menulis apabila tidak tertarik
menulis. Sebab, menulis itu berkarya secara nyata. Seseorang yang
memiliki bakat dan kemampuan hebat dalam menulis, bisa jadi akan
dikalahkan oleh mereka yang kurang berbakat namun rajin menulis.
Fasilitator program pemberdayaan masyarakat misalnya, memang
bukanlah seorang jurnalis yang tugas hariannya menulis setelah
sebelumnya mengumpulkan berita. Tetapi, fasilitator tak beda jauh
dengan seorang jurnalis karena setiap harinya bertemu dengan
beragam kejadian/berita.
Seorang Fasilitator tentu kaya dengan informasi update yang terjadi
di tengah masyarakat yang didampinginya. Kesehariannya yang
3
4. bertemu dengan orang maupun lingkungan, memberi banyak bahan
yang bisa dituliskan. Dalam sehari, bisa saja lebih dari tiga peristiwa.
Ambil contoh di kehidupan desa, putusnya jembatan desa yang
berakibat terisolirnya sebagian masyarakat desa. Atau tentang, gagal
panen yang berakibat menjamurnya rentenir untuk menawarkan
pinjamannya. Bisa juga, tentang kebiasaan ibu-ibu desa dalam
berkelompok seperti arisan, yasinan-tahlilan, dan lain sebagainya.
Hampir semua kejadian kehidupan bisa dijadikan bahan tulisan.
Seorang fasilitator yang tak ubahnya perekam peristiwa mirip CCTV
yang siap untuk memutarkan memori demi memori peristiwa yang
terjadi di lokasi yang didampinginya. Dengan menuliskan kejadian
tersebut, paling tidak melalui laporan periodik (bulanan/ individu)
peristiwa tersebut terekam.
Tak hanya itu, kemampuan menulisnyapun terlatih dengan rutin.
Kebiasaan mengerjakan laporan secara tertulis menjadi hal yang
membiasa. Dalam istilah bahasa jawa disebut “sego jangan” atau
diluar kepala. Dengan kata lain, cukup menguasai karena sudah
terbiasa.
2.
Gaya Tulisan itu Selera
Kurang tepat sebenarnya apabila ada fasilitator yang mengaku tidak
bisa menulis. Yang bener adalah kurang rajin menulis. Jika ada
fasilitator yang kurang pede (not confidence) terhadap kemampuan
dalam menulis, menjadi sebuah pertanyaan besar bagaimanakah dia
menjelaskan proses ataupun hasil pendampingannya.
Mungkin saja, ketika diminta menuliskan sesuatu yang berbeda dari
laporan formal (periodik), bayangannya adalah tulisan tersebut
sekaliber artikelnya profesor, peneliti, atau pakar lainnya. Akibatnya,
dengan reflek mudah menjawab “aku gak bisa, aku kurang mampu...”
dan pernyataan lain yang sesungguhnya kurang menghargai
kemampuan diri.
Boleh saja beranggapan demikian. Sesudah membaca tulisan
Rosihan Anwar, Muhtar Loebis, Emha Ainun Najib, atau Dahlan Iskan
misalnya, kita berpikiran bahwa tulisan yang baik adalah tulisan
seperti karya mereka. Paragrafnya panjang, banyak kosakata, penuh
makna, topik dan ulasanya menarik, atau predikat positif lainnya.
Sesungguhnya, anggapan demikian bisa meleset. Sebab menulis itu
juga terkait selera. Gaya menulis seseorang itu tentu hasil pilihan
pribadi sesuai dengan minat, cara pandang, kultur budaya dan
pengaruh internal-eksternal lainnya. Setiap kita tentu berbeda satu
sama lainnya.
Kita tak perlu risau dengan gaya menulis orang lain. Ingat, kita ada
kita. Bukan orang lain, yang memiliki gaya berbeda. Kita tentu masih
ingat tulisan email Prita Mulyasari tentang pelayanan medis RS
tempat anaknya dirawat. Walaupun sempat dipolisikan, namun kita
cukup tersentuh dengan tulisan ibu rumah tangga itu.
3.
Menulis itu Ekpresi
Menulis itu memang membutuhkan pengetahuan. Tidak mungkin
kita menuliskan sesuatu sedang kita sendiri tidak memiliki kosa kata,
4
5. tidak mengerti makna-artinya, atau mungkin tidak tahu cara
menyusunnya (subyek, predikat, obyek, keterangan).
menggebu-gebu, meledak-ledak, dan ekpresi yang ingin anda
ungkap dengan terbuka.
Agar mudah dibaca dan dipahami, tentu tulisan harus berdasar
kesepakatan umum. Bayangkan, kalo sebuah paragrat gak ada
subyeknya, atau gak ada predikatnya, atau hanya berisi keterangan
demi keterangan, tentu menyulitkan orang lain.
Kebiasaan
menulis
akan
memudahkan
fasilitator
dalam
mengkepresikan deru-debunya menjalani proses pendampingan.
Suka-duka, susah-senang, adalah bagian dari ekpresi yang tentunya
menarik untuk diungkap dalam sebuah tulisan. Sebab, itulah energi
sebuah tulisan.
Namun penting untuk dicatat, bahwa pengetahuan terhadap tata
bahasa, kosa kata, atau teknik saja kurang memadai. Menulis adalah
bagian dari penyaluran hasrat. Oleh karena itu, ada beberapa tulisan
yang tidak memakai pattern (pola). Misalnya, puisi, novel, dan lain
sebagainya.
Ya, menulis adalah bagian dari ekpresi. Karena itulah style masingmasing penulis berbeda-beda. Coba perhatikan, tulisan novel
Habiburahman El-shirazy tentang Ayat-Ayat Cinta, ada bagianbagian yang berupaya untuk menyentuh hati pembaca agar terseret
emosinya.
Beda lagi kalau anda baca tulisan Muhtar Lubis. Seakan-akan hati
dibawa kepada hal-hal yang menghentakkan, dengan bahasa-bahasa
menguliti, apakah tentang kemunafikan, budaya korupsi, budaya
malu-malu dan lain sebagainya. Setiap orang memiliki ekspresi yang
berbeda. Hal itu pula ikut mempengaruhi terhadap konten dan gaya
penulisannya.
Bagaimanakah ekpresi tulisan anda sebagai fasilitator, mungkin
berbeda-beda. Ada yang kalem, standard, akurat atau hanya
berdasar data saja, atau ada yang naratif tanpa analitis. Mungkin pula
4.
Menulis itu Berbagi
Ditengah maraknya penggunaan FB, kadang kita dibuat terkesima
dengan tulisan seorang teman. Misal, tentang kisah saudaranya yang
lumpuh namun dapat berangkat haji setelah rajin bersedekah.
Padahal sehari-harinya ia hanya penjaga warung kopi pinggir jalan.
Dalam gambaran serupa, hal ini seperti halnya ketika kita kesulitan
mencari referensi lantas mencari di mesin goole. Nah, ketika muncul
berbagai tulisan sebagaimana yang kita inginkan, tentu ada
kemanfaatan dari sang penulis yang telah mengupload tulisannya di
dunia internet.
Seorang
fasilitator,
yang
rajin
menuliskan
pengalaman
pendampingannya, hampir serupa dengan ahli sedekah. Paling tidak,
dari hasil tulisannya ia berupaya membagikan pengalaman berharga
yang bisa diuji-tirukan bagi orang lain.
Ketika orang lain membaca lantas kemudian terinspirasi, maka energi
positif menjadi hak daripada penulis. Energi positif tersebut sebagai
akibat kerelaan berbagi terhadap orang lain (pembaca). Apa yang
5
6. telah disumbangkan oleh ulama terdahulu sebagai energi positif
adalah karya-karya tulisan mereka yang masih layak hingga sekarang.
Tulisan lebih bisa bicara lebih lama. Jika seorang fasilitator rajin
menulis dan membagikanya kepada yang lain, maka ia telah keluar
dari ego-sentrisnya. Ia telah berpikir luas agar orang lain ikut
terinspirasi. Kalaupun tidak demikian, orang lain bisa memberikan
saran, kritik atau masukan.
BAB III
B
BISA MENULIS
anyak cara menulis yang telah dibuat oleh akademisi, jurnalis,
peneliti atau para penulis itu sendiri. Memang tidak ada rumus
paten, artinya menulis itu perpaduan pengetahuan dan seni.
Paling tidak, beberapa hal berikut dapat dijadikan panduan dalam
menulis:
1. Menaruh Minat Tinggi
Seorang fasilitator sampai kapanpun akan enggan, bahkan bisa-bisa
alergi, ketika diminat menulis. Hal tersebut sebagai akibat pikirannya
yang tidak tertarik melakukan hal tersebut. Perlu diketahui,
seseorang tidak akan melakukan sesuatu kecuali dia mengetahui
hasil atau manfaat yang diperoleh atasnya.
Seorang fasilitator yang hobi memancing ikan, ia rela menyisihkan
waktu dan gajinya untuk memenuhi hobi tersebut. Hal itu karena ia
tahu manfaat yang didapat dari perbuatan memancing, apakah
bentuknya itu kepuasan, kesenangan, atau manfaat lain yang hanya
dia yang bisa merasakan.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, menulis menjadi media
ekspresi yang murah, terjangkau dan yang pasti bisa mengurangi
rasa galau. Bahkan, akan menumbuhkembangkan pikiran lebih luas
serta sikap mental positif. Dengan menulis, energi negatif terolah
menjadi positif. Maka tinggikan minat dalam menulis.
6
7. 2. Mulai dan teruskanlah
Berapa kali tulisan anda dikritik? Dihina atau diremehkan orang?
Sungguh tak usah dihiraukan. Atau sebaliknya, tidak dikritikpun anda
tidak pede, merasa tidak pantas, takut salah atau takut ditertawakan?
Ya semua itu juga tak usah dihiraukan.
Jika ingin menulis, hanya satu resepnya, mulai dan teruskanlah. Ingat,
pada saat kuliah dulu, anda pasti pernah mengerjakan laporan akhir
bernama skripsi. Tulisan tersebut bagaimanapun merupakan bukti
nyata kemampuan anda. Jadi, mulai dan teruskanlah.
3. Perbanyak Referensi
Jika anda masih ragu untuk memulai, sehingga dipaksa pun seakanakan tidak keluar ide, maka ATM bisa dicoba. Apa itu ATM? Amati,
Tiru dan Modifikasi. Menulis bagi kalangan tertentu memang tidak
semudah berucap, seperti ada rantai besi yang mengelayuti jari
jemari. Anda bisa melakukan ATM terhadap tulisan yang anda sukai.
Silahkan baca tulisan Dahlan Iskan, Yakoeb Oetama, atau wartawan
senior lainnya. Bila kurang berminat, anda bisa membaca artikel di
koran yang selalu muncul di kolom opini atau pemikiran. Disitu
berbagai model tulisan dari pakar, praktisi, pedagang, tokoh agama
bergantian tampil.
Atau anda bisa mencoba tulisan motivator seperti Mario Teguh, Jamil
Azzaini, Andri Wongso, Tung Desem Waringin dan motivator lain
yang gaya tulisan maupun kontennya menginspirasi.
Bila masih bingung, hentikan kebingunan itu. Sebab, tak banyak
gunanya memelihara kebingunan. Karena sudah memiliki referensi,
tugas anda sekarang ini adalah mulai menulis, dan melanjutkannya
sampai ide habis. Perlu diketahui, otak manusia tak akan habis
dikuras jika diungkapkan dalam pena.
4. Upload/publikasikan
Tidak ada yang menggembirakan bagi penulis kecuali tulisannya
dibaca banyak orang. Tanyakan kepada mereka yang artikelnya
diterima redaksi dan ditampilkan di kolom opini/pemikiran, tidak lain
kepuasan besar lebih dari sekedar honor yang diterimanya.
Jika anda telah selesai membuat tulisan, maka kirimlah ke media
online seperti kompasiana. Atau di upload di website atau blog miliki
sendiri. Bisa juga di tampilkan di Facebook. Bisa pula diprinti
ditampilkan di papan informasi, tempat kerja, yang orang lain bisa
melihat dan membacanya.
5. Ikutilah Klub Menulis
Jika ingin berbau wangi, maka berkumpulah dengan pedagang
minyak wangi, begitu kata pepatah. Begitu halnya jika ingin
mengembangkan minat, bakat dan motivasi menulis, anda bisa
mengikuti klub menulis online. Kompasiana.com menjadi salah satu
pilihannya.
Manfaat memiliki klub ini, anda bisa menanyakan kelebihan dan
kekurangan tulisan karya anda. Tapi lebih dari itu, anda bisa bertemu
dengan berbagai penulis yang akan mensupport anda menjadi lebih
baik kedepannya.
7
8. BAB IV
TEKNIK MENULIS
1.
Elemen tulisan menarik
K
ali ini kita akan bahas berbagai trik membuat tulisan menarik.
Sekali lagi tidak ada ukuran pasti, yang bersifat universal,
tentang seperti apakah tulisan terbaik itu. Yang pasti, tulisan
kita sebisa mungkin mudah dilihat, dibaca, dipahami dan diingat.
Disinilah pentingnya kesan. Anda mungkin bisa melihat tulisan
sebuah iklan, kadang sangat pendek, namun sangat berkesan .
Buktinya, pembaca selalu teringat-ingat. Dari segi konten tentu hal
tersebut sangat menggugah.
Sekarang kita coba praktekan konten penulisan yang diharapkan
memenuhi hasrat pembaca. Seperti orang yang kehausan, maka
tulisan kita sebisa mungkin seperti air yang akan menghilangkan rasa
haus tersebut. Pertama dari segi konten, perhatikanlah hal-hal
berikut.
8
9. Karena menulis itu sama halnya berbicara kepada manusia lainnya,
maka pilihlah topik yang mengundang interest. Gambaranya
demikian, teman anda sedang kesusahan karena ayah tercintanya
meninggal dunia. Anda mendatangi untuk menghiburnya, sakin
semangat anda justru cerita serunya liburan di Taman Ancol.
Tentu topik tersebut tidak menarik untuk didengar bagi teman anda.
Nah begitu halnya dalam menulis. Anda harus peka dan jeli memilih
topik yang mengundang selera baca. Lantas, apa pentingnya
menuliskan hal tersebut juga harus terurai.
Buatlah paragraf yang slim (ramping), pokok pikiran yang jelas,
dengan fokus bahasan yang jelas pula dan yang terpenting coba
alirkan cerita anda. Tidak perlu kaku, karena cerita menjadi daya tarik
terbesar.
2.
Bangunlah Ruh Berita
Sama seperti melukis, menurut anda apa menariknya lukisan karya
Afandi? Bagi pecinta lukisan, mereka menyatakan bahwa lukisan
Afandi seperti memiliki ruh, memiliki jiwa. Itulah mengapa, lukisannya
selalu dihargai mahal.
Menulispun demikian. Sebagai penulis, berusahalah untuk
memberikan ruh atau jiwa sehingga tulisan kita terkesan hidup dan
membuat penasaran orang untuk membacanya sampai selesai, kalau
bisa berulang-ulang. Berikut ini beberapa item yang harus kita
ketahui;
Pertama yang harus disisipkan agar sebuah berita ada ruhnya, adalah
angle atau sudut pandang. Sama-sama menuliskan topik BBM, bisa
saja 10 tulisan berbeda sudut pandang. Semua ada plus minusnya.
Nah, dimana sudut pandang anda itu cukup menentukan ruhnya
berita.
Berikutnya adalah kutipan. Ketika anda menuliskan tentang
kesabaran, anda bisa menggunakan Ayat Al Qur’an. Ketika anda
membicarakan kemerdekaan, bisa menggunakan kata-kata bijak
bung Karno. Berusahalah mendialogkan hal tersebut.
Tentu disertai humor agar iramanya tidak menjenuhkan. Atau paling
tidak anekdot, yang membuat orang berimajinasi dengan baik
terhadap tulisan anda. Buatlah pembaca terseret dengan alur cerita
anda.
9
10. 3.
Jangan lupakan Prinsip Dasar
Beberapa tulisan good practice yang saya evaluasi, pada dasarnya
menunjukan kompetensi yang lumayan dari penulisnya. Saya cukup
bangga karena mereka sudah cakap mengelaborasikan fakta. Hanya
saja, fakta tetap harus diperkaya agar sebuah tulisan good practice
bukan imajinatif.
Menulis realitas, harus berdasar kenyataaan yang terjadi. Hal inilah
yang membedakan antara tulisan fiksi dan non fiksi. Konten dasar
apa saja yang harus ditampilkan dalam tulisan tentu harus kita
kuasai. Diantaranya sebagaimana berikut;
Ibu-ibu warga Desa Sukamantri heboh. Kenaikan harga BBM per 22
Juni lalu, membuat mereka menghemat belanja. Euis, seorang ibu
Rumah tangga menuturkan,” kalo harga jadi naik, kita yang susah”.
Pendapat senada disampaikan Pak Deden, Kades Sukamantri,
“jumlah warga miskin bisa-bisa bertambah”.
Bagaimana hal itu bisa terjadi. Desa Sukamantri adalah desa pinggir
hutan. Mayoritas penduduknya sebagai pemungut kayu bakar, buruh
tani, dan buruh perkebunan. Penghasilan per harinya rata-rata Rp. 15
ribu. Di desa tersebut terisolir, karena tak ada jalan bagus kesana.
...dst....
Yang jelas, menulis best practice harus aktual, sesuai dengan kaidah
5W dan 1 H diatas. Saya yakin para fasilitator menguasai kaidah ini.
Tentang data dan fakta tentu banyak tersedia, tinggal cara
menampilkan dalam tulisan.
Harus selalu diperhatikan, kita sedang menuliskan apa (tema,
angel,konteks dsb), dimana peristiwa itu terjadi, kapan, siapa saja
aktor yang terlibat, mengapa bisa terjadi dan terakhir bagaimana
cerita tersebut terjadi.
Ambil contoh sebagai berikut:
10
11. BAB V
AYO MENULIS
S
aya kira cukup jelas, bahwa fasilitator merupakan profesi mulia
yang
memberi
peluang
bagi
pelakunya
untuk
mengembangkan bakat multi talent, termasuk di bidang
menulis. Dengan keteguhannya dalam mendampingi masyarakat,
sudah tentu banyak ide yang bisa dikembangkan menjadi bahan
menulis yang menarik.
Tak ada alasan tidak bisa menulis, karena setiap manusia
sesungguhnya diberi kepandaian yang sama. Hanya kesempatan
yang harus banyak dimanfaatkan. Caranya dengan banyak berlatih.
Maka, jika ingin menulis, harus memulai dan meneruskan.
Meneruskan adalah kebutuhan untuk melatih diri. Kata seorang
motivator, bila kita meluangkan waktu 1 jam sehari untuk berlatih
menulis, paling tidak selama 90 hari (3 bulan), maka bulan
keempatnya kita akan menjadi ahli menulis.
BIODATA PENULIS
Ali Yasin, dilahirkan di sebuah
kampung di Magetan Jawa Timur.
Menamatkan SD-SMP di kecamatan
Kartoharjo dan melanjutkan SLTA di
MAN Nglawak Kertosono-Nganjuk.
Setelah setahun kuliah di Malang,
menyelesaikan kuliah di Universitas
Jember. Selain traveling, bapak dua
anak ini juga menyukai membaca buku-buku sejarah. Sejak
mahasiswa bergabung degan pers mahasiswa dan bakat tersebut
berlanjut setelah menjadi jurnalis Majalah Otonomi. Pernah
memenangkan sayembara tulisan yang diselenggarakan oleh NGO
JATAM. Sejak tahun 2008 menetap di Sidoarjo, Jawa Timur. Untuk
korespodensi di gusyasin@yahoo.com
Biarkan orang mencaci, mengkritik, yang pasti harus kita teruskan
upaya untuk menulis sebagai komitmen kita untuk membagikan
informasi dan edukasi kepada sesama. Ingatlah, semakin banyak
orang membaca, semakin banyak yang mendapat manfaat dari
tulisan kita.
Terusalah menulis, dan teruslah belajar. Rasakan manfaat dahsyat
bersamanya. Menulis itu gampang, so lakukan sesering mungkin
seperti hobi memancing.
11