1. Dorongan Menulis Cerpen
1. Merekam Objek
2. Pelatuk
3. Rekayasa Imajinasi
Kiat Menulis Cerpen
1. Paragraf pertama
2. Mempertimbangkan pembaca
3. Menggali suasana
4. Kalimat efektif
5. Bumbu-bumbu
6. Menggerakkan tokoh (karakter)
7. Fokus cerita
8. Sentakan akhir
9. Menyunting
10. Memberi judul
2. Untuk merekam objek yg akan dijadikan bhn
tulisan tdk perlu pergi jauh-jauh. Cukup
mengamati hal menarik unt diamati scr intens.
Misalkan seorang ingin menulis ttg seorang wanita
pembantu rumah tangga. Amati saja tingkah
lakunya sehari- hari dan pastilah terekam di dlm
sanubari. Amati juga jln pikirannya melalui
percakapan, caranya berbicara dan kalau perlu
keinginan-keinginannya sebagaimana layaknya
seorang pembantu rumah tangga yg sederhana.
Sederhana dlm sgl hal, pendd, cara berpakaian,
kesukaan dsb.
3. Ibarat senjata api yg tlh berisi peluru tinggal
menarik pelatuk saja, ia segera akan menyalak.
Budi Darma mengibaratkan seorang pengarang
akan mulai menulis apabila ia menemukan
pelatuk batinnya. Demikian pula halnya apabila
suatu saat yg tdk disangka-sangka seorang
pembantu berkata kp majikannya :”Nya, boleh
saya mengadakan pesta ulang tahun saya
minggu depan di rumah ini?” pernyataan dan
harapan pembantu RT itu spt tdk biasa.
Keinginannya terasa aneh, krn slm ini pembantu
RT dunianya hanyalah bekerja dan baru
berhenti ktk rmh sdh senyap dr kegiatan sehari-
hari, di mlm hari.
4. Menyiasati menulis dg merekayasa imajinasi,
pengarang berurusan dunia “mungkin”. Imajinasi
tdk mungkin lahir bgt saja tanpa pengalaman, baik
nyata maupun batin. Para ahli sastra mengatakan
bhw karya seni tdk berangkat dr kekosongan.
Artinya, cikal bakal karya seni itu, termsk sastra
mrp refleksi dr kenyataan. Misalnya, kadang-
kadang persoalan kecil dlm kenyataan sehari-hari,
di dlm persoalan itu hanyalah rutinitas saja, tp ia
bisa menjadi topik sebuah cerpen.
5. 1. Paragraf pertama, ketika paragraf pertama dibaca,
lantas tdk menarik, mk besar kemungkinan
pembaca tdk melanjutkannya sampai tamat.
Mungkin krn terlalu klise, atau terkesan
menggurui. Begitu membaca paragraf pertma,
pembaca mengharapkan informasi baru,
menggelitik dan enak bhsnya. Cerpen “Jakarta
Musim Kemarau” seorang overste MPP berpakaian
preman mandi keringat di atas bus kota
Merantama. Bus penuh sesak. Overste MPP yg
bernama Marzuki itu trs didesak oleh orang-orang
di sekelilingnya. Ia mengharapkan udara segar,
bukan bau keringat.
6. 2. Mempertimbangkan pembaca, produsen hrs
mempertimbangkan mutu produknya untuk
di pasarkan. Mengingat persaingan pasar yg
semakin tajam. Pembaca sbg konsumen jelas
memerlukan bacaan yg baru, segar, unik,
menarik dan menyentuh rasa kemanusiaan.
Apakah tema cintah msh laku dijual?
Mengapa tdk? Yang penting adalah cara
menceritakannya dan tdk gampang ditebak
akhir ceritanya. Unt mendptkan hasil yg baik,
perlu dipelajari teknik, kiat atau trik unt
menyiasati alur sgh tak gampang ditebak.
Bisa surprise.
7. 3. Menggali suasana, dlm proses membaca,
seseorang sering hanyut dibawa suasana yg
dilukiskan sebuah fiksi. Apakah itu suasana
batin tokoh cerita yg dpt tergambar dlm
percakapan, narasi maupun deskripsi
pengarang. Dmkn juga halnya suasana tmpt,
atau yg sering disebut latar cerita, kadang-
kadang lbh menarik drpd disaksikan sendiri.
Bagi pengarang pemula sll dihadapkan pd
pilihan latar yg klise, yg sdh umum. Misal,
unt melukiskan latar bertema cinta, dipilih
lokasi suasana percintaan di sebuah pantai yg
indah.
8. 4. Kalimat efektif, bagaimanapun bagusnya cerpen,
tdk akan menarik apabila tdk diantarkan oleh
kalimat-kalimat yg bagus. Bagaimana mungkin
pembaca akan tertarik dg cerpen yg bhsnya sulit
ditangkap. Kalimat panjang- spt kalimat
majemuk-cenderung mebebani pembaca. Akan
ttp, bkn berarti tdk boleh dipakai. Hanya saja
pemakaiannya disesuaikan dg kebutuhan. Krn
fungsi kalmt tdk hanya memberitahukan
sesuatu ttp mencakup semua aspek ekspresi
kejiwaan manusia. Hanya kalimatlah yg mampu
mempengaruhi kejiwaan manusia daan mampu
mempengaruhi kejiwaan manusia lainnya.
9. 5. Bumbu-bumbu, funfsinya sbg penyedap,
memberi aroma, memberi rasa. Apa sajakah
bumbu yg dpt dipakai dlm suatu cerita rekaan?
Biasanya berkenaan dg unsur seks dan humor.
Jika kt meletakkan unsur seks dan humor sbg
bumbu, mk ia tdk berperan sbg bhn pokok
garapan. Akan ttp, ketika pengarang berubah
pikiran sewaktu mulai menulis, menggarap
bumbu mjd bhn pokok, maka ia akan menjadi
cerita seks (porno) atau cerita humor.
10. 6. Menggerakkan tokoh, dalam cerpen tentu ada
tokoh. Cerpen maupun novel menceritakan
peristiwa2, nasib yg menimpa manusia. Jika ada
cerpen yg tokohnya terdiri dr binatang2 spt cerita
fabel, sebenarnya juga bercerita ttg nasib manusia,
krn binatang2 yg menjadi tokoh dlm cerita itu telah
dimanusiawikan. Tidak mungkin binatang dlm
cerita dilukiskan sebagaimana adanya binatang.
Persoalannya, bagaimana dlm tulisan yg terbatas
dpt menjelaskan karakter tokoh melalui tindak-
tanduknya. Lain halnya dg novel, tokoh dpt
dilukiskan lebih jelimet, shg menjadi jelas
wataknya.
11. 7. Fokus cerita, dlm sebuah cerka hrs ada yg
diceritakan. Kalau cerita itu berjalan datar saja spt
jl tol, barangkali hanya sebuah laporan perjalanan.
Harus ada masalah yg hendak diceritakan. Apakah
masalah sepele atau besar, yg penting bagaimana
menghadirkan masalah itu menjadi menarik. Dlm
cerpen “Kejetit” karya Put Wijaya, masalah yg
ditampilkan kelihatannya amat sepele. Ttp di
tangan Putu W., masalah itu menjadi besar setelah
menjadi sebuah cerpen yg menarik. Contoh,
seorang nyonya yg bernama Marta yg berstatus
sosial ekonomi jet set, yg senantiasa terjaga
kesehatannya, kejetit bs membuatnya panik.
Bahkan dlm imajinasi tokoh itu suatu gejala
penyakit yg lebih serius spt kanker misalnya.
12. 8. Sentakan akhir, cerpen hrs sgr diakhiri ketika
persoalan sdh selesai. Kapankah sebuah
persoalan/konflik cerpen selesai? Kadang2 akhir
sebuah cerpen terkesan “tergantung”, seakan
belum selesai, padahal tdk ada lagi teks setelah itu.
Namun, seorang pengarang terkenal mengaku, tak
ada resep yg mujarab ttg “bagaimana menutup
cerpen”. Kecenderungan cerpen2 mutakhir adalah
dg sentakan akhir yg menyaran, yg membuat
pembaca ternganga dan penasaran. Mestinya
cerpen itu msh ada lanjutannya, namun
lanjutannya hanya berada di pikiran pembaca
sendiri. Terserah bagaimana pembaca menafsirkan
akhir cerita.