5. Kemampuan berbahasa
Menuangkan ide Tips
Agar ide bisa dipahami
pembaca.
Hal terpenting,
penggunaan tanda baca,
dan logika bahasa.
Jangan menengok ke
belakang. Keluarkan saja
semua yang ada di benak
kita.
Tulislah seperti kita sedang
berbicara. Gunakan kata-
kata yang mudah
dimengerti, dan hindari
pemakaian kata-kata yang
tidak lazim. Karena hal itu
akan menyulitkan pembaca
untuk memahami kata-kata
yang ditulis.
6. BACALAH !!!
Jangan ragu untuk
menuliskan kata
pertama.
Jangan ragu untuk
selalu bertanya
dengan senjata 5 w +
1 H jika mentok.
8. Judul
Pemilihan judul yang menarik
amat penting. Namun, pihak
redaksi bisa mengubah judul
opini agar lebih pas dengan
gaya bahasa media tersebut.
9.
10.
11. LEAD
Syafii Maarif Penutup
Pernah terjadi perdebatan
panjang pada kurun1930-
an tentang hubungan
politik dan agama, antara
elite santri nasionalis dan
elite nasionalis non-santri.
Gaung perdebatan itu
masih dirasakan sampai
tahun 1950-an. Isu pokok
yang diperdebatkan
berpusat pada masalah
apakah politik itu kotor
atau tidak.
Akhirnya, sebuah
ungkapan dalam Al Quran
dalam Surat Al-Hasyr
Ayat 2 yang maknanya,
”Maka ambillah pelajaran
moral, wahai orang-orang
yang punya penglihatan
tajam,” mungkin perlu
direnungkan kembali
dalam suasana serba
tidak pasti seperti
sekarang ini.
12.
13.
14. LEAD
ANIES BASWEDAN
Rektor Universitas Paramadina dan
Pendiri Gerakan Indonesia Mengajar
penutup
Muriel Pearson atau
K’tut Tantri tergetar.
Pertempuran hebat
sejak 10 November
1945 di Surabaya
merupakan titik balik
buat dirinya.
Seperti Bung Tomodan juga pejuang tak
bernama lainnya dulu. Kita boleh yakin
bahwa masih ada begitu banyak
pejuang muda lain yang tengah bekerja
di berbagai penjuru negeri, berjuang
untuk lunasi janji kemerdekaannya.
Mereka ini bagian dari warga negara
biasa yang mengerjakan hal-hal luar
biasa. Dengan tindak teladan semacam
itu, kita makin optimistis dengan masa
depan Indonesia. Para durjana pencuri
uang rakyat selalu ada, tetapi para
penyala cahaya juga tak pernah sirna.
Mereka inilah yang jadi bukti bahwa dari
rahim ibu-ibu kita di Republik ini tetap
lahir pejuang dan pahlawan.
15.
16.
17. LEAD
M ALFAN ALFIAN
Dosen Pascasarjana Ilmu
Politik Universitas Nasional
(Unas) Jakarta
penutup
Wacana antipolitik
dinasti atau
kekerabatan marak
belakangan ini,
menyusul berurusannya
Gubernur Banten Ratu
Atut Chosiyah dengan
Komisi Pemberantasan
Korupsi.
Wacana antipolitik
kekerabatan ini sebaiknya
menjadi pelajaran bagi
partai-partai politik untuk
memperkuat basis
pengaderan dan orientasi
meritokratiknya. Di sisi
lain, masyarakat atau civil
society juga harus lebih
proaktif dalam
menjernihkan demokrasi
lokal.
18.
19. Contoh Lead
Opini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Mohammad Nuh berjudul ”UN, Upaya
Pengendalian Mutu Pendidikan” (Kompas,
23/10) mencoba berargumentasi, yang
bersifat defensif, untuk menjelaskan
mengapa ujian nasional harus jalan terus.
Sama sekali tidak menanggapi argumentasi
inti terkait dengan ujian nasional, yang
selama ini dikritik masyarakat sebagai salah
satu biang kerok kualitas pendidikan nasional
kita tidak kunjung bangkit. -- Doni
Koesoema A--
20. Logika dan penutup
Logika jelas Penutup
Dalam menegakkan hukum,
negara semestinya memosisikan
semua pihak semata sebagai
warga negara dan tak melihat
asal-usul mereka. Aparat
keamanan hadir melindungi
”warga negara”, bukan
memproteksi ”pengikut” keyakinan
atau ”anggota” suku/etnis
tertentu. Begitu pula jika ada
kekerasan, aparat mencokok
”warga negara” pelaku kekerasan,
tidak menangkap ”pengikut”
keyakinan tertentu yang
melakukan kekerasan. –Anies
Baswedan--
Kita boleh yakin bahwa masih ada
begitu banyak pejuang muda lain
yang tengah bekerja di berbagai
penjuru negeri, berjuang untuk
lunasi janji kemerdekaannya.
Mereka ini bagian dari warga
negara biasa yang mengerjakan
hal-hal luar biasa. Dengan tindak
teladan semacam itu, kita makin
optimistis dengan masa depan
Indonesia. Para durjana pencuri
uang rakyat selalu ada, tetapi para
penyala cahaya juga tak pernah
sirna. Mereka inilah yang jadi bukti
bahwa dari rahim ibu-ibu kita di
Republik ini tetap lahir pejuang
dan pahlawan. –Anies Baswedan--
22. Ikuti isu
- Rajin membaca opini di
media massa.
- Bacalah koran, dengar
radio, lihat tv, jadilah
native media social.
- Perhatikan gaya
penulisannya.
- Berlatih menulis dengan
gaya berbagai gaya bahasa
“kesukaan” pengelola
media.
- Perhatikan tone-nya
kemana ?
- Gunakan diksi yang tepat.
23. 3. OTORITAS KEILMUAN
Jika seorang guru besar pendidikan
menulis tentang pendidikan, maka ini
menjadi kewenangan keilmuan. Untuk
itu, menulis artikel hendakanya dimulai
dari otoritas keilmuan yang kita miliki.
Jika mahasiswa ilmu politik, maka akan
sangat relevan kalau menulis artikel
dengan kajian politik. Dengan
demikian, ada perspektif yang
dibangun dan berbeda dengan
pandangan awam. Jika ini diajukan ke
Koran, akan mendapatkan penilain
tersendiri oleh redaksi.
24. Setiap tulisan yang dikirim, akan
menjadi jejak rekam.
Namun juga fatsun otoritas
keilmuan ini bisa ditabrak
sejumlah penulis. Tentu
dengan kualifikasi yang
dimiliki penulis.
Seperti, Buya Syafi’i Ma’arif,
mantan Ketua Umum Pimpinan
Pusat Muhammadiyah, peneliti
Alfan Alfian, KH Solahuddin
Wahid, Prof Anies Baswedan.
Keduanya penulis di pelbagai
Koran nasional. Tetapi tulisan
beliau tidak hanya soal
pendidikan, sebagai latar
belakang keilmuan Buya Syafi’i
tetapi juga politik, kebudayaan,
dan problem kebangsaan
lainnya.
Illustrasi yang disampaikan
merupakan realitas
kehidupan yang dijumpainya.
Hanya saja sudah dikemas
dengan gaya tutur Buya
yang kemudian terasa lebih
mudah dicerna.
Tulisan Buya Syafi’i selalu
orisinal, segar, dan tetap
memberikan pesan yang
universal. Sehingga selalu
menanti tulisan-tulisan
beliau. Memang tidak
menuliskan tentang pesan
yang wah dan melangit,
tetapi justru dekat dengan
keseharian. Justru disinilah
yang menjadi keunggulan
tulisan Buya.
25. Kaitkan data dengan kekinian
Persyaratan formal otoritas
sesungguhnya tidak secara ketat
diterapkan, ini dimaksudkan bagi kita
yang membangun kemampuan untuk
meyakinkan pihak redaksi. Tetapi
bagi orang tertentu seperti contoh
yang dikemukakan bisa saja
kemudian menulis bidang apa saja
yang memang dikuasainya walaupun
itu bukan menjadi major yang
ditekuni selama ini.
Gus Solah, pengasuh Pondok
Pesantren Tebu Ireng, beliau alumni
Institut Teknologi Bandung. Seorang
insinyur, sekaligus pernah dicalonkan
menjadi Wakil Presiden Republik
Indonesia 2004-2009 mendampingi
Wiranto. Tetapi dengan kapasitas
yang luas, beliau sering menulis
artikel dalam beragam topik.
Biasanya bukan hal yang berkenaan
dengan pendidikan secara sempit.
Gus Solah justru memulai paparan
data dari pesantren dan
menghubungkannya dengan kondisi
kebangsaan. Ini menunjukkan bahwa
bisa saja menulis yang tidak
berhubungan dengan kesarjanaan
tetapi bidang tersebut memang
benar-benar dikuasai dan ditekuni
walaupun itu bukan dalam hal
formalitas keilmuan. Dengan
pengalaman panjang pada bidang
tertentu, seseorang dapat saja
menguasai hal-hal di luar dari
keahlian utama.
26. 4. Orisinalitas
Memang hampir tidak ada
yang bisa dikatakan sama
sekali baru di bumi ini.
Namun, ibarat juru masak,
selalu pandai meramu bumbu
dan bahan makanan, menjadi
sebuah olahan siap saji yang
baru dan menarik.
27. Tips
Ikuti perkembangan
pemberitaan dan wacana
yang ada. Terutama yang
menjadi headline
Membuat tulisan tanggapan
sesuai bidang keahlian
akademik, kalau tulisan
untuk artikel.
Mengirimkan di media yang
tepat.
Cermati diksi media.
Jangan langsung terjun di
Liga Utama
Panjang artikel, 600-750
kata (Kompas)
Jangan ragu mencoba,
mencoba, dan mencoba lagi.