Dokumen ini membahas masalah utama dalam pengelolaan kelas, yaitu masalah individu dan masalah kelompok. Masalah individu meliputi 4 perilaku siswa seperti mencari perhatian, kekuasaan, balas dendam, dan ketidakmampuan. Masalah kelompok meliputi 7 indikator seperti kelas kurang kompak, penyimpangan norma, reaksi negatif, dan semangat kerja rendah. Dokumen ini memberikan panduan untuk mengenali masalah-
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Masalah utama dalam pengelolaan kelas
1. MASALAH UTAMA DALAM PENGELOLAAN KELAS
OLEH:
Gita Ramadani ( 1303526 )
Oriza Ruri Sativa ( 1303540 )
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
2. MASALAH UTAMA DALAM PENGELOLAAN KELAS
1. Masalah individu
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah
laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Jika seorang individu gagal
mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga, maka dia akan bertingkah laku
menyimpang. Ada beberapa aktegori perilaku yang biasa muncul :
a. Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
Seorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam
suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun
pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif
pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer,
melawak(memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus
bertanya; singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian
yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus
meminta bantuan orang lain.
b. Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi
lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong,
menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang
diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka.
Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan
kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat
pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
c. Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak
menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang
lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang)
terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering
dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau
dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain yang baik (misalnya dalam
pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka
3. bertindak secara aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang aktif sering
dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal
sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menetang).
d. Perilaku yang memperlihatkan ketidakmampuan sama sekali.
Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat
tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki)
yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa
ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus
menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti
dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri. Sikap yang
memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.
Untuk mengetahui ke 4 perilaku diatas, ada beberapa kiat sebagai penduga awal untuk
menentukan bentuk perilaku tersebut yagg di kemukakan oleh Dreikurs dan cassel :
Bila guru merasa terganggu oleh perbuatan yang dilakukan seorang siswa maka
ada kemungkinan siswa tersebut berada pad atahap attention getting behavior.
Bila guru merasa terancam ata merasa dikalahkan oleh perilaku yang dimunculkan
anak maka ada kemungkinan anak tersebut berada pada tahap power seeking
behavior.
Bila guru merasa amat disakiti ( tersinggung, dan atau sakit hati ) maka ada
kemungkinan perilaku anak tersebut berada pada tahap revenge seeking behavior.
Bila seorang guru sudah tidak mampu lagi berbuat apa apa untuk menolong atau
mengadapi anak didik maka ada kemungkinan anak tersebut berada pada tahap
menunjukkan perilaku ketidak mampuan. Biasanya dirasakan oleh beberapa orang
guru.
2. Masalah kelompok.
Masalah kelompok tida dapat dipisahkan dari masalah individu karena keedua nya bisa
saling berhubungan dan campur baur, namun guru perlu mengenal perbedaan pokok
kedua masalah tersebut. Johnson dan Bany mengemukakakn 7 indiaktor adanya masalah
kelompok yang dihadapi guru dalam pengelolaan kelas yaitu :
4. a. Kelas kurang kondusif, kohesif atau kurang kompak.
Hal ini di sebabkan oleh beberapa perbedaan seperti jenis kelamin, suku,
agama, tingkat sosoial ekonomi, dll. Kekurang kompakan ini akan menimbulkan
konflik antara sesama anggota kelompok. Hal ini diwarnai oleh ketegangan yang
kadangkala menjurus kepada kekerasan. Siswa dalam kelas seperti ini menjadi tidak
nyaman belajar bersama anggota kelompoknya dan merasa tidak tertarik dengan
kelas yang didudukinya.
b. Penyimpangan dari norma perilaku yang sedang disepakati bersama sebelumnya.
Gejala ini terlihat pada kelas yangberisisk atau ribut, berbicara keras keras
sementara semua siswa diminta untuk tenang dan bekerja pada tempatnya masing
masing. Indikator lain misalnya meribut di perpustakaan, dorong mendorong saat
diminta antri, mendahului sebelum giliran datang, dsb.
c. Melakukan reaksi negatif terhadap anggota kelompok.
Perilaku ini misalnya mengejek anggota kelompok yang sedang melakukan
kegiatan didepan kelas, berlaku kasar terhadap anggota kelompo yang dikucilkan,
memaksakan anggot alain mengitu kemauan kelompok, dsb.
d. Sengaja menyanjung anggota kelas yang tingkah lakunya menyimpang dari norma
kelas yang sudah disepakati
Misalnya, memberi semangat terhadap badut kelas, memperolok-olokkan
angota kelompok, memberi semangat terhadap anggota kelompok untuk melakukan
kegiatan yang menyimpang.
e. Mudah terganggu dan mudah teralihkan perhatiannya dari kegiatan atau tugas yang
sedang dikerjakan.
Gejalanya nampak dari adanya reaksi yang sangat berlebihan terhadap hal
kecil atau sepele yang sebenarnya tidak berarti, namun sengaja dimanfaatkan untuk
mengganggu kegiatan kelompok.
f. Semangat kerja rendah biasanya diikuti dengan protes dan tidak mau melakukan
kegiatan.
5. Misalnya, protes terhadap guru dengan alasan tugas yang diberikan kurang
adil, terlalu sukar, banyak, dsb. Gejala lain misalnya minta penjelasan terus
menerus tentang suatu tugas, tidak mengerjakan tugas dengan berbagai alasan
seperti lupa, tidak bisa karena tidak terlalu sukar, kelupaan alat tulis dsb.
g. Kekurangmampuan kelas menyesuaikan diri dengan keadaan baru / lingkungan.
Misalnya kelas bereaksi secara tidak wajar terhadap perubahan yang
dilakukan, misalnya perubahan jadwal belajar, penggantian guru karena
penggeseran jam belajar, perubahan tempat duduk, dsb.