SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, ekonomi Islam berkembang dengan pesat. Lembaga-lembaga
keuangan yang menganut sistem ekonomi Islam telah banyak dibangun di Indonesia.
Sebagai negara berpenduduk Muslim terbanyak maka lembaga-lembaga yang
basisnya ekonomi Islam ini memiliki peluang yang begitu besar untuk terus
bertumbuh dan menjadi lebih maju. Lembaga-lembaga tersebut mesti secara
konsisten menjalankan hukum ekonomi syariahnya (Fiqh Muamalat) secara kaffah
agar penduduk pun percaya pada eksistensi dan kredibilasnya sebagai lembaga-
lembaga keuangan yang berlandaskan pada syariat Islam.
Seringkali aplikasi yang dijalankan oleh lembaga keuangan Islam khususnya
Perbankan Islam yang tidak menganut sistem bunga dipersamakan dengan lembaga
keuangan konvensional yang menganut sistem bunga. Oleh karenanya kita perlu
mempelajari hukum ekonomi syariah (fiqih muamalat) yang tidak lain adalah
landasan perbankan syariah dalam menjalankan operasionalnya. Sebab, dengan
mempelajarinya maka kita akan mampu memahami mekanisme produk perbankan
syariah yang bebas bunga.
Dalam makalah ini, penulis akan lebih memfokuskan pembahasan pada fiqih
dan aplikasi wadhiah dan ariyah di perbankan syariah.
B. Rumusan Masalah
Penulis merumuskan masalahnya ialah sebagai berikut:
a. Bagaimana hukum wadhiah dan ariyah dalam hukum ekonomi Islam (fiqih
muamalat)?
b. Bagaimana aplikasi keduanya di lembaga keuangan Islam khususnya Bank
Islam?
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
2
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh
Muamalat. Selain itu pula, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi
manfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Di samping
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut, makalah ini juga dibuat guna
menambah pengetahuan serta memperluas wawasan penulis mengenai hukum
wadhiah dan ariyah dalam fiqh muamalat dan aplikasinya di Perbankan Syariah dan
agar makalah ini dapat diijadikan referensi bagi para pembaca.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wadhiah
a. Pengertian Wadhiah
Secara etimologis, kata wadhiah berasal dari kata wada’a asy-syai’ jika ia
meinggalkanya kepada orang yang menerima titipan. Adapun wadhi’ah secara
terminologis, yaitu pemberian kuasa oleh penitip kepada orang yang menjaga
hartanya tanpa kompensasi (ganti).
 Menurut ulama Hanafiyah definisi wadhi’ah adalah sebagai berikut:
َ‫ص‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ط‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬ْ‫س‬َ‫ت‬ : ‫ا‬ً‫ع‬ ْ‫ر‬َ‫ش‬َ‫و‬ِ‫ر‬ْ‫ي‬ً‫ح‬َ‫ا‬ ‫ا‬ْ‫و‬ِ‫د‬َ‫ل‬َ‫ل‬‫ة‬
Wadhi’ah menurut syara adalah pemberian kuasa oleh seseorang kepada orang
lain untuk menjaga hartanya, baik dengan lafal yang tegas (sharih) atau lafal
yang tersirat (dilalah).1
 Malikiyah menyatakan bahwa wadhi’ah memiliki dua arti, (1) dalam arti
“‫اع‬َ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫ا‬”, (2) dalam arti “َ‫ع‬َ‫د‬ ْ‫و‬ُ‫م‬‫ل‬ْ‫ا‬ُ‫ء‬ْ‫ي‬َّ‫ش‬‫ال‬” (sesuatu yang dititipkan). Dalam arti
“‫اع‬َ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫ا‬”, ada dua definisi:
Definisi pertama adalah sebagai berikut
‫ال‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ ِ‫د‬َّ‫ر‬َ‫ج‬ُ‫م‬ ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ٍ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ك‬ ْ‫َو‬‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ٌ‫ة‬َ‫ار‬َ‫ب‬ِ‫ع‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫ن‬َ‫ا‬
Sesungguhnya wadhi’ah adalah suatu ungkapan tentang pemberian kuasa
khusus untuk menjaga harta.
Definisi kedua adalah
1 Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Juz 3. Dar Al-Fikr, Beirut, cetakan III, 1981, hlm. 163. Dikutip dari
buku Fiqh Muamalat, Ahmad Wardi Muslich, hlm. 455
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
4
‫ن‬َ‫ا‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ٌ‫ة‬َ‫ار‬َ‫ب‬ِ‫ع‬‫ا‬َ‫ه‬‫ع‬َ‫د‬ ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫ا‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬ْ‫ق‬َ‫ن‬ ُّ‫ح‬ ِ‫ص‬َ‫ي‬ ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ك‬ ْ‫و‬ٌ‫ل‬ْ‫م‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ء‬ْ‫ي‬َّ‫ش‬‫ال‬ ِ‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ ٍ‫د‬َّ‫ر‬َ‫ج‬ُ‫م‬ ِ‫ل‬ْ‫ق‬َ‫ن‬
Sesungguhnya wadhi’ah adalah suatu ungkapan tentang pemindahan semata-
mata menjaga sesuatu yang dimilki yang bisa dipindahlan kepada orang yang
dititipi (al-muda’).
Dalam definisi yang pertama, Malikiyah memasukan akad wadhi’ah sebagai
salah satu jenis akad wakalah (pemberian kuasa), hanya saja wakalah yang husus
untuk menjaga harta benda saja, tidak untuk tasarruf yang lain. Oleh karena itu
wakalah dalam jual beli tidak termasuk kedalam wadhiah. Demikian pula titipan
yang bukan harta benda, seperti menitipkan bayi, tidak termasuk wadhi’ah.
Sedangkan dalam definisi yang kedua wadhi’ah dimasukkan ke dalam akad
pemindahan tugas menjaga harta benda dari si pemilik kepada orang lain, tanpa
melalui tasarruf. Dengan demikian, pemindahan hak milik kepada orang lain, dengan
melalui transaksi, seperti jual beli, gadai, ijarah, dan lain-lain tidak termasuk
wadhi’ah.
 Syafi’iyah memberikan definisi wadhi’ah sebagai berikut
‫ع‬َ‫د‬ ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ء‬ْ‫ي‬َّ‫ش‬‫ال‬ ِ‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ِ‫ل‬ ‫ي‬ ِ‫َض‬‫ت‬ْ‫ق‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫د‬ْ‫ق‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ي‬ِ‫ه‬ ِ‫اع‬َ‫د‬ْ‫ي‬ِ ْ‫اْل‬ ‫َي‬‫ن‬ْ‫ع‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ُ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫و‬ْ‫ل‬َ‫ا‬
Wadhi’ah dengan arti (penitipan) adalah suatu akad yang menghendaki
(bertujuan ) untuk menjaga sesuatu yang dititipkan.2
 Hanabilah memberikan definisi wadhi’ah sebagai berikut
‫ا‬ً‫ع‬ُّ‫ر‬َ‫ب‬َ‫ت‬ ِ‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ٌ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ك‬ ْ‫َو‬‫ت‬ ِ‫اع‬َ‫د‬ْ‫ي‬ ْ‫اْل‬ ‫َى‬‫ن‬ْ‫ع‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ُ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫و‬ْ‫ل‬َ‫ا‬
Wadhi’ah dalam arti (penitipan) adalah pemberian kuasa untuk menjaga
(barang) dengan sukarela (tabarru’)3
2 Muhammad Nawawi bin ‘Umar Al-Jawi, Qut Al-Habib Al Gharib, Maktabah Usaha Keluarga,
Semarang, t.t., hlm. 181, Dikutip dari Buku Fiqh Muamalah Ahmad Wardi Muslich, hlm. 457
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
5
Dari definisi-definisi secara etimologis dan terminologis, dan juga
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh para ulama madzhab tersebut dapat
diambil intisari bahwa wadhi’ah adalah suatu akad antara dua orang (pihak) dimana
pihak pertama menyerahkan tugas dan wewenang untuk menjaga barang yang
dimiliknya kepada pihak lain, tanpa imbalan. Barang yang diserahkan tersebut
merupakan amanah yang harus dijaga dengan baik, meskipun ia tidak menerima
imbalan. Akad wadhiah mengandung unsur amanah (trusty), dengan demikian orang
yang menitipkan barang mesti memercayai orang yang dititipkan. Apabila terjadi
kerusakan yang disebabkan di luar faktor kelalaian orang yang dititipkan maka yang
menitipakan harus menanggung risikonya.
b. Dasar Hukum Wadhiah
Menitipkan dan menerima titipan hukumnya boleh (jaiz). Bahkan, disunahkan
disunahkan bagi orang yang dapat dipercaya dan mengetahui bahwa dirinya mampu
menjaga barang titipan. Dasarnya adalah Al-Qur’an, Hadist, dan ijma’.
 Dasar Al-Qur’an: Q.S an-Nisa (4): 58







.
3 Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Al-Fiqh ‘ala Al-Madzhahib Al-Arba’ah, Juz 3, Dar Al-Fkir, Beirut, t.t.,
hlm. 249, Dikutip dari Buku Fiqh Muamalah Ahmad Wardi Muslich, hlm. 457.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
6
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat.”
 QS. al-Baqarah: 283:
...



.....
“....maka jika sebagian kamu mempercayai sebgaian yang lain, maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya...”
 Dasar Hadist, yaitu Hadist Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi sebagai berikut:
“Sampaikanlah amanat kepada orang yang memberimu amanat, dan janganlah
kamu berhianat kepada orang yang menghianatimu”.
 Hadist No. 992 Bulughul Maram
Dari Amar Ibnu Syu'aib, dari
ayahnya, dari kakeknya
Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Barangsiapa dititipi suatu
titipan, maka tidak ada tanggungan
atasnya." Riwayat Ibnu Majah dan
dalam sanadnya ada kelemahan.
ِ‫ه‬ِ‫د‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ , ِ‫يه‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ , ٍ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫ع‬ُ‫ش‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ‫و‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ََََ
ْ‫ن‬َ‫م‬ ( : َ‫ال‬َ‫ق‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ِِ‫َّب‬‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ,
) ٌ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ض‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫س‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ف‬ , ً‫ة‬َ‫يع‬ِ‫د‬َ‫و‬ َ‫ع‬ِ‫ُود‬‫أ‬ُ‫ن‬ْ‫ب‬ِ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ج‬َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫أ‬
ٌ‫ف‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ض‬ ُ‫ه‬ُ‫اد‬َ‫ن‬ْ‫س‬ِ‫إ‬َ‫و‬ , ْ‫ه‬َ‫اج‬َ‫م‬
 Dasar dari ijma’ yaitu bahwa ulama sepakat diperbolehkanya wadhi’ah. Ia
termasuk kedalam ibadah sunah. Dalam kitab Mubdi disebutkan: “ijma’ dalam
setiap masa memperbolehkan wahi’ah”. Dalam kitab Ishfah disebutkan: ulama
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
7
sepakat bahawa wadhi’ah termasuk ibadah sunah, dan menjaga barang titipan
itu mendapatkan pahala.
c. Rukun Wadhiah
Menurut Hanafiah, rukun wadhi’ah hanya satu, yaitu ijab dan qabul.4
Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun wadhi’ah itu ada empat:
1. Benda yang ditipkan (al-‘ain al-muda’ah),
2. Shigat,
3. Orang yang menitipkan (al-mudi’), dan
4. Orang yang dititipkan (al-muda’)5
d. Syarat-Syarat Wadhiah
Syarat-syarat wadhiah berkaitan dengan rukun-rukun yang telah disebutkan di
atas, yaitu Shigat, syarat orang yang menitipkan dan syarat orang yang dititipi.
1. Syarat-syarat orang yang dititipkan
Syarat-syarat untuk benda uang dititipkan adalah sebagai berikut
 Benda yang dititipkan disyaratkan harus benda yang bisa untuk disimpan.
Apabila benda tersebut tidak bisa disimpan, seperti burung di udara atau
benda yang jatuh ke dalam air, maka wadhi’ah tidak sah sehingga apabila
hilang, tidak wajib mengganti. Syarat ini dikemukakan oleh ulama-ulama
Hanafiyah.6
 Syafi’iyah dan Hanabilah mensyaratkan benda yang dititipkan harus benda
yang mempunyai nilai (qimah) dan dipandang sebagai mal, walaupun najis.
Seperti anjing yang bisa dimanfaatkan untuk berburu, atau menjaga
4 ‘Alaudin Al-Kasani, Badai’ Ash-Shanai’ fi Tartib Asy-Syarai’, Juz 6, Dar Al-Fikr, Beirut, cet. VI,
1996, hlm. 126, Dikutip dari Buku Fiqh Muamalah Ahmad Wardi Muslich, hlm. 459.
5 Ali Fikri, Al-Mu’amalat Al-Maddiyah wa Al-Adabiyah, Juz2, Musthafa Al-Babiy Al-Halabiy, Mesir,
1939, hlm. 126, Dikutip dari Buku Fiqh Muamalah Ahmad Wardi Muslich, hlm. 459.
6 Ibunu Abidin, Hasyiyah Radd Al-Mukhtar. ‘Ala ad-Durr Al-Mukhtar Juz 8, Dar Al-Fikr, Beirut,
1992, hlm. 332, Dikutip dari Buku Fiqh Muamalah Ahmad Wardi Muslich, hlm. 459.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
8
keamanan. Apabila benda tersebut tidak memeiliki nilai, seperti anjing yang
tidak ada manfaatnya, maka wadhiah tidak sah.7
2. Syarat-syarat shigat
Shigat akad adalah ijab dan qabul. Syarat shigat adalah ijab harus dinyatakan
dengan ucapan atau perbuatan. Ucapan adakalanya tegas (sharih) dan
adakalanya dengan sindiran (kinayah). Malikiyah menyatakan bahwa lafal
dengan kinayah harus disesrtai dengan niat. Contoh lafal yang sharih: “saya
titipkan barang ini kepada anda”. Sedangkan contoh lafal sindiran (kinayah):
Seseorang mengatakan, “berikan kepadaku mobil ini”. Pemilik mobil
menjawab: “saya berikan mobil ini kepada anda”. Kata “berikan” mengandung
art kata hibah dan wadhi’ah (titipan). Dalam konteks ini arti yang paling dekat
adalah “titipan”. Contoh ijab dengan perbuatan: seseorang menaruh sepeda
motor di hadapan seseorang tanpa mengucapkan kata-kata apapun. Perbuatan
tersebut menunjukkan penitipan (wadhiah). Demikian pula qabul kadang-ladang
dengan lafal yang tegas (sharih), seperti: “Saya terima” dan adakalanya dengan
dilalah (penunjukan), misalnya sikap dimana ketika barang ditaruh di
hadapanya.
3. Syarat orang yang menitipkan (Al-Mudi’)
Syarat orang yang menitipkan adalah sebagai berikut
 Berakal. Dengan demikian tidak sah wadhiah dari orang gila dan anak yang
belum berakal.
 Baligh. Syarat ini dikemukakan oleh Syafi’iyah. Dengan demikian menurut
Syafi’iyah, wadhi’ah tidak sah apablia dilakukan olrh anak yang belum
baligh (masiih di bawah umur). Tetapi menurut Hanafiah baligh tidak
menjadi syarat wadhiah sehingga wadhi’ah hukumnya sah apabila dilakukan
oleh anak mumayyiz dengan persetujuan dari walinya.
7 Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Al-Fiqh ‘ala Al-Madzhahib Al-Arba’ah, Juz 3, Dar Al-Fkir, Beirut, t.t.,
hlm. 250 dan 253, Dikutip dari Buku Fiqh Muamalah Ahmad Wardi Muslich, hlm. 460.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
9
Sebagaimana telah dikemukan sebelumnya bahwa Malikiyah memandang
wadhiah sebagai salah satu jenis wakalah, hanya husus dalam menjaga harta. Dalam
kaitan dengan syarat oranng yang menitipkan (mudi’) sama dengan syarat orang yang
mewakilkan (mukil), yaitu:
1) Baligh,
2) Berakal, dan
3) Cerdas
Sementara itu, apabila dikaitkan dengan definisi yang kedua, yang
menganggap wadhiah hanya semata-mata memindahkan hak menjaga harta kepada
orang yang dititipi, maka syarat orang yang menitipkan (mudi’) adalah ia harus
membutuhkan jasa penitipan.
4. Syarat orang yang dititipi (Al-Muda’)
Syarat orang yang dititipi (muda’) adalah sebagai berikut
 Berakal. Tidak sah wadhi’ah dari orang gila dan anak yang masih di bawah
umur. Hali ini dikarenakan akibat hukukm dari akad ini adalah kewajiban
menjaga harta, sedangkan orang yang tidak berakal tidak mampu untuk
menjaga barang yang dititpkan kepadanya.
 Baligh. Syarat ini dikemukakan oleh jumhur ulama. Akam tetapi, Hanafiah
tidak menjadikan baligh sebagai syarat untuk orang yang dititipi, melainkan
cukup ia sudah mumayyiz.
 Malikyah mensyaratkan orang yang dititipi harus orang yang diduga kuat
mampu menjaga barang yang dititipkan kepadanya.
e. Macam-macam Wadhi’ah
Secara umum terdapat dua jenis wadhi’ah, yaitu wadhi’ah yad al-amanah dan
yad adh-dhamanah.
1. Wadhi’ah yad al-amanah (Trustee Defostery)
Wadhi’ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
10
a. Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan
oleh penerima titipan.
b. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas
dan berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh
memanfaatkannya.
c. Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan
biaya kepada yang menitipkan.
d. Mengingat barang atau harta yang dititpkan tidak boleh di manfaatkan
oleh penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis
ini adalah safe defosit box.
2. Wadhi’ah yad adh-dhamanah (Guarante Depository)
Wadhi’ah jenis ini memeiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang
menerima titipan.
b. Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu
dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan
bagi penerima titipan untuk memberikan hasil manfaat kepada si penitip
f. Aplikasi di Bank Syariah
Produk Bank Syariah yang menggunakan akad wadhiah adalah sebagai berikut:
1. Current Account (giro)
2. Saving Account (tabungan wadhiah)
3. Deposito
4. Sertifikat Wadhiah Bank Indonesia (SWBI)
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah bayar lainnya, atau dengan
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
11
pemindahbukuan.8 Giro dipahami pula sebagai Simpanan yang memberikan fasilitas
Cek dan/atau Slip Penarikan Khusus.9
Adapun yang dimaksud dengan giro syariah
adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini,
Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa giro
yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip
wadhiah dan mudharabah.10
Bank Syariah menerapkan prinsip yad adh-dhamanah dalam produk giro ini. Seperti
yang telah dijelaskan di atas bahwa karakteristik atau konsep yad adh-dhamanah
ialah harta yang dititipkan dapat dimanfaatkan oleh Bank Syariah. Dengan
menggunakan konsep ini maka implikasi hukumnya sama dengan qard, yakni
nasabah sebagai pihak yang meminjami uang sedangkan bank sebagai yang
dipinjami. Oleh karenanya, bank tidak dibolehkan untuk memberikan imbalan atas
pemanfaatan dana atau barang titipan tersebut.11
Contoh giro wadhiah: Tn Seron Sidik memeiliki rekening giro wadhiah di Bank
Syariah Pangkal Pinang dengan saldo rata-rata pada bulan Mei 2003 adalah Rp.
1.000.000,-. Bonus yang diberikan Bank Syariah Pangkal Pinang kepada nasabah
adalah 30% dengan saldo rata-rata minimal Rp. 500.000,-. Diasumsikan total dana
giro wadhiah di Bank Syariaih Pangkal Pinang adalah Rp. 1000.000.000,-.
Pendapatan Bank Syariah Pangkal Pinang dari penggunaan giro wadhiah adalah Rp.
100.000.000,-.
Pertanyaan: berapa bonus yang diterima oleh Tn. Seron Sidik pada akhir bulan Mei
2003.
Jawab:
8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
9 https://www.permatabank.com/SME/Giro-dan-Deposito/
10 Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 01/DSN-MUI/V/2000 Tentang Giro.
11 Adiwarman Kariem, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), hal. 351
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
12
Bonus yang diterima =
Rp.1000 .000 ,−
Rp. 1000.000.000,−
× Rp. 100.000.000,- × 30% = Rp. 30.000,-
(sebelum dipotong pajak)
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau
alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.12 Adapun yang dimaksud dengan
tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
Ketentuan umum tabungan wadhiah sebagai berikut13:
1. Tabungan wadhiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus
dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call) sesuai dengan kehendak pemilik
harta.
2. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan barang menjadi
milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan
dan tidak menanggung kerugian.
3. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuah
insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening.
Seritifikat Wadhiah Bank Indonesia (SWBI) merupakan mekanisme penitipan dana di
Bank Indonesia pada saat Bank Islam memiliki kelebihan likuiditasnya. SWBI ini
ialah instrumen moneter atau kebijakan moneter yang dapat membantu Bank Islam
dalam mengatasi kelebihan dananya. Sesuai dengan prinsip wadhiah itu sendiri, Bank
Indonesia sebagai pihak yang menerima titipan tidak boleh menjanjikan keuntungan
atau mensyaratkan adanya imbalan kepada Bank Islam (yang menitipkan) kecuali
12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
13 Adiwarman Kariem, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), hal. 352
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
13
dalam bentuk bonus atau athaya. Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 6/7/
2004, SWBI adalah instrumen Bank Indonesia sebagai fasilitas penitipan dana jangka
pendek bagi Bank dan Unit Usaha Islam yang dijalankan berdasarkan prinsip
wadhiah.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik SWBI ialah
sebagai berikut:
1. Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek.
2. Diterbitkan oleh Bank Indonesia.
3. Merupakan instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana sementara.
4. Ada bonus atas transaksi penitipan dana.
5. Tidak boleh diperjualbelikan (Fatwa DSN No. 36/DSN-MU/X/2002)
g. Skema Akad Wadhiah
1. Titip baran atau jasa
4. Beri Bonus
3. Bagi Hasil
2. Pemanfaatan
barang
a. Wadhiah Yadh adh-Dhamanah
Titip Barang/Uang
b. Wadhiah Yad Amanah
Nasabah (penitip)
Mustawdhi
Pengguna
Dana
Bank (penyimpan)
Mustawdha’
Penitip/Muwaddi Penyimpan/Mustaudha’
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
14
c. SWBI
2b. Penyerahan barang
1. Akad
3. Pengembalian uang plus bonus
2a. Penerbitan SWBI
B. ARIYAH
a. Pengertian
Menurut etimologi, ariyah adalah (‫ة‬َ‫ي‬ ِ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ع‬‫ل‬ ‫)ا‬ di ambil dari kata (َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ع‬) yang
berarti datang dan pergi. Menurut sebagian pendapat, ariyah berasal dari kata ( ُ‫و‬ ‫ا‬َ‫ع‬َّ‫ت‬‫ال‬
ُ‫)ر‬ yang sama artinya dengan (ُ‫ب‬ ُ‫و‬ُ‫ا‬‫ن‬َّ‫ت‬‫ال‬ِ‫و‬َ‫ا‬ ُ‫ل‬ ُ‫ناو‬َّ‫ت‬‫ل‬َ‫ا‬) saling menukar dan mengganti, yakni
dalam tradisi pinjam-pinjam.14
Menurut terminologi, definisi ariyah dikemukakan oleh para ulama sebagi
berikut:
a. Ulama Hanafiah memberikan definisi menurut ariyah itu adalah kepemilikan
atas manfaat tanpa disertai dengan imbalan.
b. Malikiyah memberikan definisi, ariyah adalah kepemilikan atas manfaat yang
bersifat sementara tanpa disertai dengan imbalan.
c. Syafi’iyyah memberikan definisi ariyah adalah dibolehkannya mengambil
manfaat dari orang yang berhak memberikan secara sukarela dengan cara-cara
pemanfaatan yang dibolehkan sedangkan bendanya masih tetap, untuk
kemudian dikembalikan kepada orang yang memberikannya.
14 Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah, cetakan ke 2, CVPustaka Setia, Bndung, 2004, hlm. 139.
Penyimpan/Mustawda’
(Bank Indonesia)
Penitip/Muwaddi
(Bank)
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
15
d. Hanbali memberikan definisi, ariyah adalah kebolehan memanfaatkan suatu
barang tanpa imbalan dari orang yang memberi pinjaman atau lainnya.
Dari definisi yang dikemukakan oleh para ulama mazhab tersebut dapat
dipahami bahwa pada dasarnya para ulama pendapatnya hampir sama, bahwa ariyah
adalah suatu hak untuk memanfaatkan suatu benda yang diterimanya dari orang lain
tanpa imbalan dengan ketentuan barang tersebut tetap utuh dan pada suatu saat harus
dikembaikan kepada pemiliknya.15
b. Dasar Hukum
- Firman Allah QS. Al-Maidah: 2





Artinya:
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.
- Firman Allah QS. Al-Maun: 7

Artinya:
Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
Dalam ayat pertama (Surah Al-Maidah (5) ayat 2) Allah memerintahkan umat
Islam untuk saling-menolong dalam mengerjakan kebaikan dan melarang untuk
tolong-menolong dalam keburukan. Salah satu bentuk perbuatan baik itu melalui
15 Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, Cetakan ke 3, Amzah, Jakarta, 2015, hlm. 467-468.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
16
ariyah, yakni meminjamkan kepada orang lain barang yang dibutuhkan olehnya,
tetapi tidak meninggal peraturan yang Allah telah telah tetapkan. Sedangkan dalam
ayat yang kedua (Surah Al – Maun (107) ayat 7) Allah menjelaskan bahwa salah satu
ciri orang yang mendustakan agama adalah enggan menolong orang lain. Jumhur
mufassirin menafsirkan ayat ini dengan “enggan meminjamkan barang kepada
tetangga, seperti ember, piring, gelas, dan sebagainya”.16
- Hadist No. 912
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Allah berfirman: Aku
menjadi orang ketiga dari dua orang yang
bersekutu selama salah seorang dari mereka
tidak berkhianat kepada temannya. Jika ada
yang berkhianat, aku keluar dari
(persekutuan) mereka." Riwayat Abu
Dawud dan dinilai shahih oleh Hakim.
ََََ: َ‫ال‬َ‫ق‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ ٍ‫ب‬ُ‫د‬ْ‫ن‬ُ‫ج‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ َ‫ة‬َ‫ر‬َُ‫َس‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬
ِ‫د‬َ‫ْي‬‫ل‬َ‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ( ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ َِّ‫َّلل‬َ‫ا‬ ُ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬
) ُ‫ه‬َ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ؤ‬ُ‫ت‬ َّ‫َّت‬َ‫ح‬ ْ‫ت‬َ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬,ُ‫ة‬َ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫َر‬ْ‫اْل‬َ‫و‬ ,ُ‫د‬َْ‫َْح‬‫أ‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬
ُ‫م‬ِ‫اك‬َْ‫ْل‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ح‬َّ‫ح‬َ‫ص‬َ‫و‬
Hadist No. 913
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Tunaikanlah amanat
kepada orang yang memberimu amanat
dan janganlah berkhianat kepada orang
yang menghianatimu." Riwayat Tirmidzi
dan Abu Dawud. Hadits hasan menurut
ََُ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬ : َ‫ال‬َ‫ق‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ َ‫ة‬َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ه‬ ِ‫َِب‬‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫و‬
( ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ َِّ‫َّلل‬َ‫ا‬ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫َل‬ِ‫إ‬ َ‫ة‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫َم‬ْ‫ْل‬َ‫ا‬ ِ‫َد‬‫أ‬
) َ‫ك‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫خ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫ن‬َُ‫َت‬ َ‫َل‬َ‫و‬ , َ‫ك‬َ‫ن‬َ‫م‬َ‫ت‬ْ‫ئ‬ِ‫ا‬,َ‫د‬ُ‫او‬َ‫د‬ ‫و‬ُ‫َب‬‫أ‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬
ُ‫ه‬َ‫ر‬َ‫ك‬ْ‫ن‬َ‫ت‬ْ‫اس‬َ‫و‬ ,ُ‫م‬ِ‫اك‬َْ‫ْل‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ح‬َّ‫ح‬َ‫ص‬َ‫و‬ ,ُ‫ه‬َ‫ن‬َّ‫س‬َ‫ح‬َ‫و‬ ُّ‫ي‬ِ‫ذ‬ِ‫م‬ِْ‫لّت‬َ‫ا‬َ‫و‬
16 Ibid.. hlm. 469.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
17
Abu Dawud, shahih menurut Hakim, dan
munkar menurut Abu Hatim Ar-Razi.
Hadits itu diriwayatkan juga oleh
segolongan huffadz. Ia mencakup
masalah pinjaman.
ُّ‫ي‬ِ‫ز‬‫ا‬َّ‫لر‬َ‫ا‬ ٍِ‫اِت‬َ‫ح‬ ‫و‬ُ‫َب‬‫أ‬
c. Rukun dan Syarat Ariyah
1. Rukun Ariyah
Ulama golongan Hanafiyah, berpendapat bahwa rukun ariyah hanyalah ijab
dari mu’ir (orang yang meminjamkan), sedangkan qabul dari musta’ir (orang yang
menerima pinjaman) bukan merupakan rukun ariyah.
Ulama golongan Syafi’iyyah, berpendapat bahwa dalam ariyah disyaratkan
adanya lafadz Sighat akad, yakni ucapan ijab dan qabul dari peminjam dan yang
meminjamkan barang pada waktu transaksi, sebab memanfaatkan milik barang
bergantung pada keadaan waktu izin.
Secara umum, jumhur ulama fiqih (fuqaha) menyatakan bahwa rukun ariyah
ada empat, yaitu:
- Mu’ir (orang yang meminjamkan)
- Musta’ir (orang yang menerima pinjaman/orang yang meminjam)
- Mu’ar (barang yang di pinjam)
- Shighat, yakni sesuatu yang menunjukkan kebolehan untuk
Mengambil manfaat, baik dengan ucapan maupun perbuatan17
2. Syarat Ariyah
- Mu’ir berakal sehat
17 Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, Cetakan ke 1, Lembaga
penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tanggerang, 2011, hlm. 169-170.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
18
Dengan demikian, orang gila dan anak kecil atau yang tidak berakal
tidak dapat meminjamkan barang. Ulama lainnya menambahkan
bahwa yang berhak meminjamkan adalah orang yang dapat berbuat
kebaikan sekehendaknya, tanpa dipaksa, bukan anak kecil, bukan
orang bodoh, dan yang bukan orang yang sedang pailit (bangkrut).
Ulama Hanafiah tidak mensyaratkan sudah baligh, tapi cukup
mumayyiz18. Selain itu orang yang meminjamkan harus pemilik atas
manfaat yang akan dipinjamkan. Karena objek ariyah adalah
manfaat.19
- Syarat orang yang meminjam
Orang yang meminjam harus jelas, apabila pemijam tidak jelas, maka
ariyah hukumnya tidak sah.
- Syarat-syarat barang yang dipinjam
Barang tersebut bisa diambil manfaatnya, barang yang dipinjamkan
tidak bertentangan dengan ketentuan agama islam. Barang yang
dipinjamkan apabila diambil manfaatnya tetap utuh. Jadi tidak sah
meminjamkan makanan dan minuman karena apabila ia dimakan atau
diminum, sudah pasti akan habis.
- Syarat Shighat
Disyaratkan harus menggunakan lafal yang berisi pemberian izin
kepada peminjam untuk memanfaatkan barang yang dimiliki oleh
orang yang meminjamkan (mu’ir).20 Lafal ini bisa dari salah satu pihak
antara peminjam atau yang memberi pinjaman.
e. Macam-macam Ariyah
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa kewenagan yang dimiliki oleh musta’ir
bergantung kepada jenis pinjaman, apakah mu’ir meminjamkannya secara muqayyad
(terikat) atau mutlaq.
18 Ibid., hlm. 471.
19 Ibid., hlm. 472.
20 Ibid., hlm. 473.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
19
a. Ariyah Muthlaq
Pinjam-meminjam barang yang dilakuakan oleh seseorang yang dalam akadnya
tidak dijelaskan persyaratan apapun, seperti apakah pemanfaatannya hanya
untuk musta’ir saja atau dibolehkan untuk orang lain dan tidak dijelaskan cara
penggunannya.
Contohnya seorang meminjamkan kendaraan, namun dalam akad tidak
disebutkan hal-hal yang berkaitan denganpenggunann kendaraan tersebut,
misalnya waktu dan tempat mengendarainya. Walupum begitu tetap harus
disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Tidak boleh
menggunakan kendaraan tersebut siang malam tanpa henti. Jika penggunannya
tidak sesuai dengan kebiasaan dan barang pinjaman rusak maka mu’ir harus
bertanggung jawab.21
b. Ariyah Muqayyad
Meminjamkan suatu barang yang dibatasi dari segi waktu dan kemanfaatannya,
baik disyaratkan pada keduanya maupun salah satunya. Hukumnya, peminjam
harus sedapat mungkin untuk menjaga batasan tersebut. Hal ini karena asal dari
batas adalah menaati batasan, kecuali ada kesulitan yang menyebabkan
peminjam tidak dapat mengambil manfaat barang. Dengan demikian,
dibolehkannya untuk melanggar batasan tersebut apabila kesulitan untuk
memanfaatkannya.
f. Ketentuan Hukum Akad Ariyah
1. Asal Ketentuan Hukum Ariyah
Istiah ariyah digunakan untuk arti hakiki (sebenarnya) dan arti majazi
(kiasaan). Dalam arti hakiki ariyah adalah meminjamkan benda untuk diambil
manfaatnya, sedangkan bendanya masih tetap utuh.
Pendapat Malikiyah dan Jumhur Pendapat Al-Karakhi, Syafi’iyah, dan
21 Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, Cetakan ke 1, Lembaga
penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tanggerang, 2011, hlm. 171.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
20
Hanafiah mengenai Ariyah secara
Hakiki
Hanabilah mengenai Ariyah secara
Hakiki
Perbedaan Pemilikan manfaat atau yang
disamakan dengan manfaat kepada
peminjaman tanpa imbalan
Kebolehan mengambil manfaat dari
barang yang dipinjamkan kepada
peminjam (akad ibahah = kebolehan
mengambil manfaat bukan
tamlik/kepemilikan)
Peminjam dibolehkan
meminjamkan barang yang
dipinjamnya kepada orang lain,
walupun tidak diizinkan oleh
pemilik barang (karena orang yang
meminjamkan telah memberikan
kekuasaan kepada peminjam untuk
dimanfaatkan barang pinjamannya
itu). Pemberian kekuasaan tersebut
tamlik (pemberian hak milik)
Peminjam tidak dibolehkan
meminjamkan barang yang dipinjamnya
kepada orang lain, karena ariyah hanya
ibahah
Persamaan Peminjam tidak dibolehkan menyewakan barang yang dipinjamnya kepada
orang lain.
Bahwa ijarah (sewa-menyewa)
merupakan akad yang lazim
(mengikat), sedangkan ariyah akad
ghair lazim (tidak mengikat) karena
sifatnya tabarru
Ariyah adalah akad ibahah bukan
tamlik, sehingga tidak boleh
dipindahtangankan, baik dengan cara
ariyah atau denagn cara ijarah.
Penggunaan lafal ariyah untuk arti majaz (kiasan) adalah peminjaman atas
barang-barang yang ditimbang, ditakar dan dihitung, seperti telur dan semua barang
yang tidak mungkin diambil manfaatnya kecuali dengan menghabiskannya, seperti
pinjaman uang dirham dan dinar. Secara hakiki ariyah (pinjaman) tersebut berarti
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
21
uang (qardh). Dengan demikian, dalam kasus semacam ini ariyah bukan diartikan
dengan arti sebenarnya melainkan dalam arti kiasan, yaitu utang piutang. Ketentuan
yang berlaku dalam hal ini bukan pengembalian barang, melainkan penggantian
dengan barang yang sama (mitsli) atau dengan harganya (qimi).
2. Sifat Hukum Ariyah
Menurut Hanafiah, Syafi’iyah dan Hanabilah, hak miik yang diperoleh
peminjam adalah hak milik yang gahir lazim (tidak mengikat). Hal tersebut
dikarenakan hak milik tersebut diperoleh tanpa imbalan. Dengan demikian, orang
yang meminjamkan (mu’ir) berhak menarik kembali barang yang dipinjamkannya
kepada peminjam (musta’ir), sebagaimana peminjam berhak mengembalikan ariyah-
nya. Kapan pun ia kehendaki.
Menurut pandangan yang masyhur dari malikiyah, orang yang meminjamkan
tidak dibolehkan meminta kembali ariyah-nya, sebelum barang tersebut dimanfaatkan
oleh peminjam. Apabila ariyah-nya dibatasi waktunya, maka orang yang
meminjamkannya tidak boleh menarik kembali ariyah-nya sebelum masanya habis.
Apabila ariyah-nya tidak dibatasi waktunya, maka orang yang meminjamkan harus
memberikan kesempatan dalam waktu yang memadai untuk aryah semacam itu. Akan
tetapi, menurut pendapat Imam ad-Dardir, pendapat yang rajih, orang yang
meminjamkan boleh menarik kembali apabila ariyah-nya mutlak.
g. Status Ariyah
Menurut Hanafiah, barang yang dipinjam merupakan amanah (kepercayaan)
di tangan orang yang meminjam (musta’ir), baik ketika digunakan maupun maupun
tidak digunakan. Peminjam tidak dibebani ganti kerugian, kecuali ia melampaui batas
teledor. Hal ini didasarkan pada hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin
Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Nabi bersabda:
ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ٌ‫ن‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ض‬ ِ‫ل‬ِ‫غ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ِ‫ع‬َ‫د‬ ْ‫و‬َ‫ت‬ْ‫س‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ل‬ َ‫و‬ ٌ‫ن‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ض‬ ِ‫ل‬ِ‫غ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ِ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ْس‬‫ي‬َ‫ل‬
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
22
Tidak ada kewajiban ganti rugi bagi peminjam yang tidak menyeleweng dan
tidak ada ganti rugi bagi orang yang dititipi yang tidak menyeleweng.
Hadist di atas menjelaskan bahwa peminjam yang tidak menyeleweng tidak
dibebani ganti rugi, apabila barang yang dipinjamnya rusak atau hilang.
Menurut Malikiyah, peminjam dibebani ganti rugi di dalam barang-barang
yang mungkin dirahasiakan, seperti pakaian, apabila pada saat hilang atau rusak
tidak ada saksi. Sedangkan untuk benda-benda yang tidak mungkin dirahasiakan,
seperti binatang dan benda tetap, dan di dalam barang-barang yang ada pada saat
hilang atau rusak ada saksi, peminjam tidak dibebani ganti rugi. Alasannya adalah
mengkompromikan antara hadist yang menyatakan wajib mengganti dan hadist yang
tidak wajib mengganti.
Menurut pendapat yang paling shahih dari ulama Syafi’iyah, peminjam
dibebani ganti rugi, apabila kerusakan karena penggunaan yang tidak disetujui oleh
orang yang meminjamkan, meskipun tidak ada unsur kelalaian. Pendapat ini
didasarkan pada hadist Nabi:
ْ‫د‬َ‫أ‬ ٍ‫ْن‬‫ي‬َ‫ن‬ُ‫ح‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬ِ‫ا‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َ َ‫الَل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ َ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫اال‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬( َ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫م‬ُ‫أ‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ َ‫ن‬ ‫ا‬ َ‫و‬ْ‫ف‬َ‫ص‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫و‬: َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ع‬ َ‫ر‬َ‫غ‬َ‫أ‬ُ‫ب‬ْ‫ص‬
ٌ‫ة‬َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫ض‬َ‫م‬ ٌ‫ة‬َ‫ي‬ ِ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ل‬َ‫ب‬ : َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ُ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫ا‬َ‫ي‬
Dari Shafwan bin Umayyah bahwa sesungguhnya Nabi SAW meminjam
beberapa baju besi darinya pada saat perang Huanin, maka ia menjawab (Shafwan)
berkata: “Apakah ini rampasan , wahai Muhammad? “Nabi menjawab: Bukan, ini
barang pinjaman yang ditanggung. (HR.Ahmad dan Abu Dawud)22
Hanabilah berpendapat bahwa peminjam menanggung kerusakan barang
pinjamannya secara mutlak, baik disengaja maupun tidak. Golongan ini berdasarkan
pendapat mereka pada hadist dari Shafwan ibn Umayyah di atas dan berdasarkan
hadist dibawah ini:
22 Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, Cetakan ke 3, Amzah, Jakarta, 2015, hlm. 477-478.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
23
‫ة‬َ‫ي‬َّ‫د‬ َ‫ُؤ‬‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ْ‫ت‬ َ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ‫د‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬
Tangan (yang mengambil) adalah bertanggung jawab atas apa yang
diambilnya sehingga dipenuhi
(HR. Ahmad dan pengarang Sunan yang emapat)23
h. Aplikasi Ariyah di Perbankan Syariah
Belum ada produk ariyah di lembaga keuangan syariah, hal ini disebabkan
bank tidak meminjamkan barang kepada nasabahnya melainkan bank hanya
meminjamkan uang. Untuk produk meminjamkan atau memberi utang/menghutangi
nasabah yang membutuhkan uang dengan akad qard atau qardhul hasan. Pada
prinsipnya ariyah ataupun qard ini termasuk akad tabarru yaitu akad yang tidak
menghendaki adanya perolehan keuntungan atau akad memberikan harta atau sesuatu
yang berharga dengan tidak mengharapkan imbalan. Namun perbedaannya ialah dari
segi objek yang dipinjamkan. Dalam akad ariyah, si peminjam hanya meminjamkan
barang atau dhamman sedangkan dalam akad qard si peminjam meminjamkan
uangnya (maal).
23 Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah, cetakan ke 2, CVPustaka Setia, Bandung, 2004, hlm. 149-150.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara etimologis, kata wadhiah berasal dari kata wada’a asy-syai’ jika ia
meinggalkanya kepada orang yang menerima titipan. Adapun wadhi’ah secara
terminologis, yaitu pemberian kuasa oleh penitip kepada orang yang menjaga
hartanya tanpa kompensasi (ganti). Wadhiah pada intinya ialah titipan, sedangkan
dalam menitipkan barang berharga/bernilai atau barang yang dianggap harta pihak
yang menitipkan memerlukan kepercayaan terhadap pihak yang diberi titipan. Si
penerima titipan mesti menjaga amanah dalam menjaga barang si penitip. Oleh
karenanya, dalam al-Quran dan Hadist terdapat prinsip yang mendasari praktek
wadhiah ini. Di antaranya ialah hadist nabi yang menyuruh kita untuk menunaikan
amanah orang yang memberi kita suatu amanah dan untuk tidak menghianati orang
yang berkhianat kepada kita. Artinya bahwa menepati amanah ialah keharusan bagi
kita sedangkan berlaku khianat mesti kita jauhi sekalipun itu kepada orang yang
mengkhianati kita.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
25
Aplikasi wadhiah hingga saat ini masih subur dan popular. Biarbagaimanapun
akad wadhiah merupakan akad yang sangat vital dalam kegiatan ekonomi masyarakat
modern. Contohnya di perbankan syariah, produk tabungan, giro dan SWBI ialah tiga
produk yang menggunakan akad wadhiah. Selain tiga produk tersebut, banyak
produk-produk lain –misalnya rahn- yang menggunakan prinsip wadhiah.
Ariyah Menurut etimologi, ariyah adalah (‫ة‬َ‫ي‬ ِ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ع‬‫ل‬ ‫)ا‬ di ambil dari kata (َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ع‬)
yang berarti datang dan pergi. Menurut sebagian pendapat, ariyah berasal dari kata
( ‫ا‬َ‫ع‬َّ‫ت‬‫ال‬ُ‫ر‬ ُ‫و‬ ) yang sama artinya dengan (ُ‫ب‬ ُ‫و‬ُ‫ا‬‫ن‬َّ‫ت‬‫ال‬ِ‫و‬َ‫ا‬ ُ‫ل‬ ُ‫ناو‬َّ‫ت‬‫ل‬َ‫ا‬) saling menukar dan mengganti,
yakni dalam tradisi pinjam-pinjam. Menurut terminologi, Malikiyah memberikan
definisi bahwa ariyah ialah kepemilikan atas manfaat yang bersifat sementara tanpa
disertai dengan imbalan, atau dengan kata lain ariyah adalah akad pinjam meminjam
barang tanpa disetai imbalan.
Tidak ada produk yang menggunakan akad ariyah di lembaga keuangan baik
Bank maupun nonbank. Hal ini disebabkan, lembaga keuangan khususnya bank
dalam produk-produk pembiayaan, bank hanya meminjamkan uang bukan barang.
Baik ariyah ataupun wadhiah, keduanya merupakan akad tabarru’ yakni akad
memberikan sesuatu –misalnya barang, jasa, dan lainnya- tanpa meminta imbalan
atau dengan sukarela. Oleh karenanya, aplikasi wadhiah di perbankan tidak
menerapkan sistem imbalan bagi nasabah yang menabung dengan giro ataupun
tabungan. Bank hanya diperbolehkan memberi bonus kepada nasabah dengan tidak
menjanjikan bonus tersebut di awal akad. Begitupula dengan SWBI, Bank Indonesia
tidak bisa menetapkan suatu imbalan bagi bank syariah yang menitipkan dananya di
Bank Indonesia.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
26
Daftar Pustaka
- Al-Quran al-Karim
- Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul Maram
- Sjahdeini, Prof. Dr. Sutan Remy. 2014. Perbankan Syariah: Produk-produk dan
Aspek-aspek Hukumnya. Jakarta: Prenadamedia Group.
- Syafe’I, Prof. DR. Rachmat. 2004. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.
- Muslich, Drs. H.Ahmad Wardi. 2015. Fiqih Muamalat. Jakarta: Amzah.
- Rais, Dr. Hj. Isnawati dan Dr. H. Hasanudin, M. Ag. 2011. Fiqh Muamalah dan
Aplikasinya pada lembaga Keuangan Syari’ah. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
- Adiwarman Kariem, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004).
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
- https://www.permatabank.com/SME/Giro-dan-Deposito/
- Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 01/DSN-MUI/V/2000 Tentang Giro.
Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH
27
- Shalah ash-Shawi dan Abdullah al-Mushlih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam,
(Jakarta: Daarul haq, 2001).
- Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan
Teoritis dan Praktis, Cetakan kedua, (Jakarta: Kencana, 2013).
- Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012).
- Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cetakan Ke-14, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014).
- Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqhiyyah dan Penerapannya dalam Transaksi
Keuangan Syariah Kontemporer: Muamalat, Maliyyah Islamiyyah, Mua’shirah,
(Jakarta: Gramata Publishing, 2011).

More Related Content

What's hot

Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam IslamFiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam IslamHaristian Sahroni Putra
 
Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)
Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)
Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)Izzatul Ulya
 
Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)DifaFairuz
 
Presentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahPresentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahMarhamah Saleh
 
Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Musaqah, Muzara’ah dan MukhabarahMusaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Musaqah, Muzara’ah dan MukhabarahThony Fathoni
 
01 URGENSI FIQIH MUAMALAH
01 URGENSI FIQIH MUAMALAH01 URGENSI FIQIH MUAMALAH
01 URGENSI FIQIH MUAMALAHfissilmikaffah1
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaDodyk Fallen
 
Makalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahMakalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahHana Rosmawati
 
Jual beli murabahah, salam dan istishna
Jual beli murabahah, salam dan istishnaJual beli murabahah, salam dan istishna
Jual beli murabahah, salam dan istishnaQuinta Nursabrina
 
Skema Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
Skema Pembiayaan Mudharabah dan MusyarakahSkema Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
Skema Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah12345mimi
 
Materi Fiqih "Sedekah, Hibah dan Hadiah"
Materi Fiqih "Sedekah, Hibah dan Hadiah"Materi Fiqih "Sedekah, Hibah dan Hadiah"
Materi Fiqih "Sedekah, Hibah dan Hadiah"Arza Mukhib
 
PERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGA
PERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGAPERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGA
PERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGAHeny Larasatii
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhSuya Yahya
 

What's hot (20)

Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam IslamFiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
 
Qardh dan Ariyah
Qardh dan AriyahQardh dan Ariyah
Qardh dan Ariyah
 
Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)
Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)
Fiqh Muamalah - Pinjam Meminjam ('Ariyah)
 
Fiqh Muamalah Akad kafalah
Fiqh Muamalah Akad kafalahFiqh Muamalah Akad kafalah
Fiqh Muamalah Akad kafalah
 
Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)
 
Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
 
Presentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahPresentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabah
 
jual beli dalam islam
jual beli dalam islamjual beli dalam islam
jual beli dalam islam
 
Ppt jual beli
Ppt jual beliPpt jual beli
Ppt jual beli
 
Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Musaqah, Muzara’ah dan MukhabarahMusaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
 
01 URGENSI FIQIH MUAMALAH
01 URGENSI FIQIH MUAMALAH01 URGENSI FIQIH MUAMALAH
01 URGENSI FIQIH MUAMALAH
 
Sharf
SharfSharf
Sharf
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
 
Makalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahMakalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariah
 
Jual beli murabahah, salam dan istishna
Jual beli murabahah, salam dan istishnaJual beli murabahah, salam dan istishna
Jual beli murabahah, salam dan istishna
 
Skema Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
Skema Pembiayaan Mudharabah dan MusyarakahSkema Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
Skema Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
 
Materi Fiqih "Sedekah, Hibah dan Hadiah"
Materi Fiqih "Sedekah, Hibah dan Hadiah"Materi Fiqih "Sedekah, Hibah dan Hadiah"
Materi Fiqih "Sedekah, Hibah dan Hadiah"
 
Pengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyahPengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyah
 
PERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGA
PERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGAPERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGA
PERBEDAAN RIBA DENGAN BUNGA
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
 

Viewers also liked

pinjam meminjam
pinjam meminjampinjam meminjam
pinjam meminjamJusuf AN
 
Modul Implementasi Program Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013
Modul Implementasi Program Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013Modul Implementasi Program Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013
Modul Implementasi Program Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013Riska Nur'Akhidah Sari
 
Mekanisme Pelaksanaan BK di Sekolah
Mekanisme Pelaksanaan BK di SekolahMekanisme Pelaksanaan BK di Sekolah
Mekanisme Pelaksanaan BK di SekolahYulia Prastika
 
Makalah ilmu kalam final!
Makalah ilmu kalam final!Makalah ilmu kalam final!
Makalah ilmu kalam final!Amadeus Alief
 
Akad ijarah muntahiyah bittamlik fix
Akad  ijarah  muntahiyah  bittamlik fixAkad  ijarah  muntahiyah  bittamlik fix
Akad ijarah muntahiyah bittamlik fixYati Araya
 
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadhutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadSekar Lukinanti
 
Muntahiyyah bittamlik
Muntahiyyah bittamlikMuntahiyyah bittamlik
Muntahiyyah bittamlikNur Iska
 
Makalah Pinjam Meminjam (Qiradh)
Makalah Pinjam Meminjam (Qiradh)Makalah Pinjam Meminjam (Qiradh)
Makalah Pinjam Meminjam (Qiradh)Bima Ridwan
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMakalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMiftah Iqtishoduna
 
Hutang Piutang fiqh muamalah
Hutang Piutang fiqh muamalahHutang Piutang fiqh muamalah
Hutang Piutang fiqh muamalahElla Aisah
 
Pendekatan dalam kepemimpinan
Pendekatan dalam kepemimpinanPendekatan dalam kepemimpinan
Pendekatan dalam kepemimpinanLusi Efrenti
 
utang piutang
utang piutangutang piutang
utang piutangJusuf AN
 
gadai & borg
gadai & borggadai & borg
gadai & borgJusuf AN
 

Viewers also liked (18)

pinjam meminjam
pinjam meminjampinjam meminjam
pinjam meminjam
 
Modul Implementasi Program Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013
Modul Implementasi Program Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013Modul Implementasi Program Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013
Modul Implementasi Program Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013
 
Mekanisme Pelaksanaan BK di Sekolah
Mekanisme Pelaksanaan BK di SekolahMekanisme Pelaksanaan BK di Sekolah
Mekanisme Pelaksanaan BK di Sekolah
 
Makalah ilmu kalam final!
Makalah ilmu kalam final!Makalah ilmu kalam final!
Makalah ilmu kalam final!
 
Akad ijarah muntahiyah bittamlik fix
Akad  ijarah  muntahiyah  bittamlik fixAkad  ijarah  muntahiyah  bittamlik fix
Akad ijarah muntahiyah bittamlik fix
 
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadhutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
 
Muntahiyyah bittamlik
Muntahiyyah bittamlikMuntahiyyah bittamlik
Muntahiyyah bittamlik
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah Pinjam Meminjam (Qiradh)
Makalah Pinjam Meminjam (Qiradh)Makalah Pinjam Meminjam (Qiradh)
Makalah Pinjam Meminjam (Qiradh)
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMakalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
 
Power Point Hutang
Power Point HutangPower Point Hutang
Power Point Hutang
 
Hutang Piutang fiqh muamalah
Hutang Piutang fiqh muamalahHutang Piutang fiqh muamalah
Hutang Piutang fiqh muamalah
 
Pendekatan dalam kepemimpinan
Pendekatan dalam kepemimpinanPendekatan dalam kepemimpinan
Pendekatan dalam kepemimpinan
 
Koperasi syariah dan pembiayaan
Koperasi syariah dan pembiayaanKoperasi syariah dan pembiayaan
Koperasi syariah dan pembiayaan
 
utang piutang
utang piutangutang piutang
utang piutang
 
KHI Buku II
KHI Buku IIKHI Buku II
KHI Buku II
 
Akad Ba'i Salam
Akad Ba'i SalamAkad Ba'i Salam
Akad Ba'i Salam
 
gadai & borg
gadai & borggadai & borg
gadai & borg
 

Similar to Akad Wadhiah dan Ariyah

Similar to Akad Wadhiah dan Ariyah (20)

Makalah pegadaian
Makalah pegadaianMakalah pegadaian
Makalah pegadaian
 
Presentasi+wadiah
Presentasi+wadiahPresentasi+wadiah
Presentasi+wadiah
 
Makalah pegadaian
Makalah pegadaianMakalah pegadaian
Makalah pegadaian
 
Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabah
 
Gadai
GadaiGadai
Gadai
 
wakaf
wakafwakaf
wakaf
 
PPT MAZAWA Kelompok 4.pptx
PPT MAZAWA Kelompok 4.pptxPPT MAZAWA Kelompok 4.pptx
PPT MAZAWA Kelompok 4.pptx
 
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
 
Gadai(rohn)
Gadai(rohn)Gadai(rohn)
Gadai(rohn)
 
Presentasi+wadiah
Presentasi+wadiahPresentasi+wadiah
Presentasi+wadiah
 
1_Wadiah.ppt
1_Wadiah.ppt1_Wadiah.ppt
1_Wadiah.ppt
 
04 fiqh waqf an nuqud
04 fiqh waqf an nuqud04 fiqh waqf an nuqud
04 fiqh waqf an nuqud
 
Azizah Othman
Azizah OthmanAzizah Othman
Azizah Othman
 
Ketentuan Wakaf dan Waris
Ketentuan Wakaf dan WarisKetentuan Wakaf dan Waris
Ketentuan Wakaf dan Waris
 
KELOMPOK 4_ MATERI GADAI.pptx
KELOMPOK 4_ MATERI GADAI.pptxKELOMPOK 4_ MATERI GADAI.pptx
KELOMPOK 4_ MATERI GADAI.pptx
 
Ijtihad dalam Muamalat Kewangan
Ijtihad dalam Muamalat KewanganIjtihad dalam Muamalat Kewangan
Ijtihad dalam Muamalat Kewangan
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
Akad Wakalah dalam Aplikasi Flip
Akad Wakalah dalam Aplikasi FlipAkad Wakalah dalam Aplikasi Flip
Akad Wakalah dalam Aplikasi Flip
 
Persentasi deposit bank
Persentasi deposit bankPersentasi deposit bank
Persentasi deposit bank
 
ppt kelompok II.pptx
ppt kelompok II.pptxppt kelompok II.pptx
ppt kelompok II.pptx
 

More from Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

More from Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (20)

AKTA JUAL BELI FIRMA DAN PERJANJIAN KERJASAMA
AKTA JUAL BELI FIRMA DAN PERJANJIAN KERJASAMA AKTA JUAL BELI FIRMA DAN PERJANJIAN KERJASAMA
AKTA JUAL BELI FIRMA DAN PERJANJIAN KERJASAMA
 
Rangkuman Kitab Muqadimah (Ibnu Khaldun)
Rangkuman Kitab Muqadimah (Ibnu Khaldun) Rangkuman Kitab Muqadimah (Ibnu Khaldun)
Rangkuman Kitab Muqadimah (Ibnu Khaldun)
 
Sistematika Penyelesaian Sengketa Pajak
Sistematika Penyelesaian Sengketa PajakSistematika Penyelesaian Sengketa Pajak
Sistematika Penyelesaian Sengketa Pajak
 
Akuntansi Musyarakah
Akuntansi MusyarakahAkuntansi Musyarakah
Akuntansi Musyarakah
 
Urgensi Hukum Jaminan Syariah dalam Transaksi Akad Murabahah pada perbankan s...
Urgensi Hukum Jaminan Syariah dalam Transaksi Akad Murabahah pada perbankan s...Urgensi Hukum Jaminan Syariah dalam Transaksi Akad Murabahah pada perbankan s...
Urgensi Hukum Jaminan Syariah dalam Transaksi Akad Murabahah pada perbankan s...
 
Karakteristik Filsafat
Karakteristik FilsafatKarakteristik Filsafat
Karakteristik Filsafat
 
Qawaidh Fiqhiyyah: Adh-Dhararu Yuzal
Qawaidh Fiqhiyyah: Adh-Dhararu Yuzal Qawaidh Fiqhiyyah: Adh-Dhararu Yuzal
Qawaidh Fiqhiyyah: Adh-Dhararu Yuzal
 
Resensi Film "3: Alif Lam Mim" Film Dakwah yang Realistis
Resensi Film "3: Alif Lam Mim" Film Dakwah yang Realistis Resensi Film "3: Alif Lam Mim" Film Dakwah yang Realistis
Resensi Film "3: Alif Lam Mim" Film Dakwah yang Realistis
 
Gold or Fiat Money
Gold or Fiat MoneyGold or Fiat Money
Gold or Fiat Money
 
Hukum Dagang - Pasar Modal
Hukum Dagang - Pasar ModalHukum Dagang - Pasar Modal
Hukum Dagang - Pasar Modal
 
Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah
Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah
Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah
 
Pengelolaan Dana Pajak Usaha Syariah
Pengelolaan Dana Pajak Usaha Syariah Pengelolaan Dana Pajak Usaha Syariah
Pengelolaan Dana Pajak Usaha Syariah
 
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
 
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
 
Wirausaha Mengurangi Pengangguran dan Menambah Kesempatan Kerja
Wirausaha Mengurangi Pengangguran dan Menambah Kesempatan Kerja Wirausaha Mengurangi Pengangguran dan Menambah Kesempatan Kerja
Wirausaha Mengurangi Pengangguran dan Menambah Kesempatan Kerja
 
Batasan Pentetapan Margin Murabahah di Bank Syariah
Batasan Pentetapan Margin Murabahah di Bank SyariahBatasan Pentetapan Margin Murabahah di Bank Syariah
Batasan Pentetapan Margin Murabahah di Bank Syariah
 
Ilmu Perundang-Undangan, Norma Hukum, dan yang Lainnya
Ilmu Perundang-Undangan, Norma Hukum, dan yang Lainnya Ilmu Perundang-Undangan, Norma Hukum, dan yang Lainnya
Ilmu Perundang-Undangan, Norma Hukum, dan yang Lainnya
 
Ilmu Perundang-undangan, UU Korupsi dan Perundang-undangan, Perumusan Pidana ...
Ilmu Perundang-undangan, UU Korupsi dan Perundang-undangan, Perumusan Pidana ...Ilmu Perundang-undangan, UU Korupsi dan Perundang-undangan, Perumusan Pidana ...
Ilmu Perundang-undangan, UU Korupsi dan Perundang-undangan, Perumusan Pidana ...
 
Concept of quality leader in islam
Concept of quality leader in islamConcept of quality leader in islam
Concept of quality leader in islam
 
Akad akad syariah
Akad akad syariahAkad akad syariah
Akad akad syariah
 

Recently uploaded

Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian outputjafarismail7
 
warrant adalah salah satu instrument pasar modal
warrant adalah salah satu instrument pasar modalwarrant adalah salah satu instrument pasar modal
warrant adalah salah satu instrument pasar modalmohtamrin
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiaMukhamadMuslim
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 

Recently uploaded (17)

Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
 
warrant adalah salah satu instrument pasar modal
warrant adalah salah satu instrument pasar modalwarrant adalah salah satu instrument pasar modal
warrant adalah salah satu instrument pasar modal
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 

Akad Wadhiah dan Ariyah

  • 1. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, ekonomi Islam berkembang dengan pesat. Lembaga-lembaga keuangan yang menganut sistem ekonomi Islam telah banyak dibangun di Indonesia. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbanyak maka lembaga-lembaga yang basisnya ekonomi Islam ini memiliki peluang yang begitu besar untuk terus bertumbuh dan menjadi lebih maju. Lembaga-lembaga tersebut mesti secara konsisten menjalankan hukum ekonomi syariahnya (Fiqh Muamalat) secara kaffah agar penduduk pun percaya pada eksistensi dan kredibilasnya sebagai lembaga- lembaga keuangan yang berlandaskan pada syariat Islam. Seringkali aplikasi yang dijalankan oleh lembaga keuangan Islam khususnya Perbankan Islam yang tidak menganut sistem bunga dipersamakan dengan lembaga keuangan konvensional yang menganut sistem bunga. Oleh karenanya kita perlu mempelajari hukum ekonomi syariah (fiqih muamalat) yang tidak lain adalah landasan perbankan syariah dalam menjalankan operasionalnya. Sebab, dengan mempelajarinya maka kita akan mampu memahami mekanisme produk perbankan syariah yang bebas bunga. Dalam makalah ini, penulis akan lebih memfokuskan pembahasan pada fiqih dan aplikasi wadhiah dan ariyah di perbankan syariah. B. Rumusan Masalah Penulis merumuskan masalahnya ialah sebagai berikut: a. Bagaimana hukum wadhiah dan ariyah dalam hukum ekonomi Islam (fiqih muamalat)? b. Bagaimana aplikasi keduanya di lembaga keuangan Islam khususnya Bank Islam?
  • 2. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 2 C. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalat. Selain itu pula, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Di samping bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut, makalah ini juga dibuat guna menambah pengetahuan serta memperluas wawasan penulis mengenai hukum wadhiah dan ariyah dalam fiqh muamalat dan aplikasinya di Perbankan Syariah dan agar makalah ini dapat diijadikan referensi bagi para pembaca.
  • 3. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 3 BAB II PEMBAHASAN A. Wadhiah a. Pengertian Wadhiah Secara etimologis, kata wadhiah berasal dari kata wada’a asy-syai’ jika ia meinggalkanya kepada orang yang menerima titipan. Adapun wadhi’ah secara terminologis, yaitu pemberian kuasa oleh penitip kepada orang yang menjaga hartanya tanpa kompensasi (ganti).  Menurut ulama Hanafiyah definisi wadhi’ah adalah sebagai berikut: َ‫ص‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ط‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬ْ‫س‬َ‫ت‬ : ‫ا‬ً‫ع‬ ْ‫ر‬َ‫ش‬َ‫و‬ِ‫ر‬ْ‫ي‬ً‫ح‬َ‫ا‬ ‫ا‬ْ‫و‬ِ‫د‬َ‫ل‬َ‫ل‬‫ة‬ Wadhi’ah menurut syara adalah pemberian kuasa oleh seseorang kepada orang lain untuk menjaga hartanya, baik dengan lafal yang tegas (sharih) atau lafal yang tersirat (dilalah).1  Malikiyah menyatakan bahwa wadhi’ah memiliki dua arti, (1) dalam arti “‫اع‬َ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫ا‬”, (2) dalam arti “َ‫ع‬َ‫د‬ ْ‫و‬ُ‫م‬‫ل‬ْ‫ا‬ُ‫ء‬ْ‫ي‬َّ‫ش‬‫ال‬” (sesuatu yang dititipkan). Dalam arti “‫اع‬َ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫ا‬”, ada dua definisi: Definisi pertama adalah sebagai berikut ‫ال‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ ِ‫د‬َّ‫ر‬َ‫ج‬ُ‫م‬ ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ٍ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ك‬ ْ‫َو‬‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ٌ‫ة‬َ‫ار‬َ‫ب‬ِ‫ع‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫ن‬َ‫ا‬ Sesungguhnya wadhi’ah adalah suatu ungkapan tentang pemberian kuasa khusus untuk menjaga harta. Definisi kedua adalah 1 Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Juz 3. Dar Al-Fikr, Beirut, cetakan III, 1981, hlm. 163. Dikutip dari buku Fiqh Muamalat, Ahmad Wardi Muslich, hlm. 455
  • 4. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 4 ‫ن‬َ‫ا‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ٌ‫ة‬َ‫ار‬َ‫ب‬ِ‫ع‬‫ا‬َ‫ه‬‫ع‬َ‫د‬ ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫ا‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬ْ‫ق‬َ‫ن‬ ُّ‫ح‬ ِ‫ص‬َ‫ي‬ ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ك‬ ْ‫و‬ٌ‫ل‬ْ‫م‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ء‬ْ‫ي‬َّ‫ش‬‫ال‬ ِ‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ ٍ‫د‬َّ‫ر‬َ‫ج‬ُ‫م‬ ِ‫ل‬ْ‫ق‬َ‫ن‬ Sesungguhnya wadhi’ah adalah suatu ungkapan tentang pemindahan semata- mata menjaga sesuatu yang dimilki yang bisa dipindahlan kepada orang yang dititipi (al-muda’). Dalam definisi yang pertama, Malikiyah memasukan akad wadhi’ah sebagai salah satu jenis akad wakalah (pemberian kuasa), hanya saja wakalah yang husus untuk menjaga harta benda saja, tidak untuk tasarruf yang lain. Oleh karena itu wakalah dalam jual beli tidak termasuk kedalam wadhiah. Demikian pula titipan yang bukan harta benda, seperti menitipkan bayi, tidak termasuk wadhi’ah. Sedangkan dalam definisi yang kedua wadhi’ah dimasukkan ke dalam akad pemindahan tugas menjaga harta benda dari si pemilik kepada orang lain, tanpa melalui tasarruf. Dengan demikian, pemindahan hak milik kepada orang lain, dengan melalui transaksi, seperti jual beli, gadai, ijarah, dan lain-lain tidak termasuk wadhi’ah.  Syafi’iyah memberikan definisi wadhi’ah sebagai berikut ‫ع‬َ‫د‬ ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ء‬ْ‫ي‬َّ‫ش‬‫ال‬ ِ‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ِ‫ل‬ ‫ي‬ ِ‫َض‬‫ت‬ْ‫ق‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫د‬ْ‫ق‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ي‬ِ‫ه‬ ِ‫اع‬َ‫د‬ْ‫ي‬ِ ْ‫اْل‬ ‫َي‬‫ن‬ْ‫ع‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ُ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫و‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ Wadhi’ah dengan arti (penitipan) adalah suatu akad yang menghendaki (bertujuan ) untuk menjaga sesuatu yang dititipkan.2  Hanabilah memberikan definisi wadhi’ah sebagai berikut ‫ا‬ً‫ع‬ُّ‫ر‬َ‫ب‬َ‫ت‬ ِ‫ظ‬ْ‫ف‬ ِ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ٌ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ك‬ ْ‫َو‬‫ت‬ ِ‫اع‬َ‫د‬ْ‫ي‬ ْ‫اْل‬ ‫َى‬‫ن‬ْ‫ع‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ُ‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫و‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ Wadhi’ah dalam arti (penitipan) adalah pemberian kuasa untuk menjaga (barang) dengan sukarela (tabarru’)3 2 Muhammad Nawawi bin ‘Umar Al-Jawi, Qut Al-Habib Al Gharib, Maktabah Usaha Keluarga, Semarang, t.t., hlm. 181, Dikutip dari Buku Fiqh Muamalah Ahmad Wardi Muslich, hlm. 457
  • 5. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 5 Dari definisi-definisi secara etimologis dan terminologis, dan juga sebagaimana yang telah diungkapkan oleh para ulama madzhab tersebut dapat diambil intisari bahwa wadhi’ah adalah suatu akad antara dua orang (pihak) dimana pihak pertama menyerahkan tugas dan wewenang untuk menjaga barang yang dimiliknya kepada pihak lain, tanpa imbalan. Barang yang diserahkan tersebut merupakan amanah yang harus dijaga dengan baik, meskipun ia tidak menerima imbalan. Akad wadhiah mengandung unsur amanah (trusty), dengan demikian orang yang menitipkan barang mesti memercayai orang yang dititipkan. Apabila terjadi kerusakan yang disebabkan di luar faktor kelalaian orang yang dititipkan maka yang menitipakan harus menanggung risikonya. b. Dasar Hukum Wadhiah Menitipkan dan menerima titipan hukumnya boleh (jaiz). Bahkan, disunahkan disunahkan bagi orang yang dapat dipercaya dan mengetahui bahwa dirinya mampu menjaga barang titipan. Dasarnya adalah Al-Qur’an, Hadist, dan ijma’.  Dasar Al-Qur’an: Q.S an-Nisa (4): 58        . 3 Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Al-Fiqh ‘ala Al-Madzhahib Al-Arba’ah, Juz 3, Dar Al-Fkir, Beirut, t.t., hlm. 249, Dikutip dari Buku Fiqh Muamalah Ahmad Wardi Muslich, hlm. 457.
  • 6. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 6 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat.”  QS. al-Baqarah: 283: ...    ..... “....maka jika sebagian kamu mempercayai sebgaian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya...”  Dasar Hadist, yaitu Hadist Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi sebagai berikut: “Sampaikanlah amanat kepada orang yang memberimu amanat, dan janganlah kamu berhianat kepada orang yang menghianatimu”.  Hadist No. 992 Bulughul Maram Dari Amar Ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa dititipi suatu titipan, maka tidak ada tanggungan atasnya." Riwayat Ibnu Majah dan dalam sanadnya ada kelemahan. ِ‫ه‬ِ‫د‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ , ِ‫يه‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ , ٍ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫ع‬ُ‫ش‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ‫و‬ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ََََ ْ‫ن‬َ‫م‬ ( : َ‫ال‬َ‫ق‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ِِ‫َّب‬‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ , ) ٌ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ض‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫س‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ف‬ , ً‫ة‬َ‫يع‬ِ‫د‬َ‫و‬ َ‫ع‬ِ‫ُود‬‫أ‬ُ‫ن‬ْ‫ب‬ِ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ج‬َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ٌ‫ف‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ض‬ ُ‫ه‬ُ‫اد‬َ‫ن‬ْ‫س‬ِ‫إ‬َ‫و‬ , ْ‫ه‬َ‫اج‬َ‫م‬  Dasar dari ijma’ yaitu bahwa ulama sepakat diperbolehkanya wadhi’ah. Ia termasuk kedalam ibadah sunah. Dalam kitab Mubdi disebutkan: “ijma’ dalam setiap masa memperbolehkan wahi’ah”. Dalam kitab Ishfah disebutkan: ulama
  • 7. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 7 sepakat bahawa wadhi’ah termasuk ibadah sunah, dan menjaga barang titipan itu mendapatkan pahala. c. Rukun Wadhiah Menurut Hanafiah, rukun wadhi’ah hanya satu, yaitu ijab dan qabul.4 Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun wadhi’ah itu ada empat: 1. Benda yang ditipkan (al-‘ain al-muda’ah), 2. Shigat, 3. Orang yang menitipkan (al-mudi’), dan 4. Orang yang dititipkan (al-muda’)5 d. Syarat-Syarat Wadhiah Syarat-syarat wadhiah berkaitan dengan rukun-rukun yang telah disebutkan di atas, yaitu Shigat, syarat orang yang menitipkan dan syarat orang yang dititipi. 1. Syarat-syarat orang yang dititipkan Syarat-syarat untuk benda uang dititipkan adalah sebagai berikut  Benda yang dititipkan disyaratkan harus benda yang bisa untuk disimpan. Apabila benda tersebut tidak bisa disimpan, seperti burung di udara atau benda yang jatuh ke dalam air, maka wadhi’ah tidak sah sehingga apabila hilang, tidak wajib mengganti. Syarat ini dikemukakan oleh ulama-ulama Hanafiyah.6  Syafi’iyah dan Hanabilah mensyaratkan benda yang dititipkan harus benda yang mempunyai nilai (qimah) dan dipandang sebagai mal, walaupun najis. Seperti anjing yang bisa dimanfaatkan untuk berburu, atau menjaga 4 ‘Alaudin Al-Kasani, Badai’ Ash-Shanai’ fi Tartib Asy-Syarai’, Juz 6, Dar Al-Fikr, Beirut, cet. VI, 1996, hlm. 126, Dikutip dari Buku Fiqh Muamalah Ahmad Wardi Muslich, hlm. 459. 5 Ali Fikri, Al-Mu’amalat Al-Maddiyah wa Al-Adabiyah, Juz2, Musthafa Al-Babiy Al-Halabiy, Mesir, 1939, hlm. 126, Dikutip dari Buku Fiqh Muamalah Ahmad Wardi Muslich, hlm. 459. 6 Ibunu Abidin, Hasyiyah Radd Al-Mukhtar. ‘Ala ad-Durr Al-Mukhtar Juz 8, Dar Al-Fikr, Beirut, 1992, hlm. 332, Dikutip dari Buku Fiqh Muamalah Ahmad Wardi Muslich, hlm. 459.
  • 8. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 8 keamanan. Apabila benda tersebut tidak memeiliki nilai, seperti anjing yang tidak ada manfaatnya, maka wadhiah tidak sah.7 2. Syarat-syarat shigat Shigat akad adalah ijab dan qabul. Syarat shigat adalah ijab harus dinyatakan dengan ucapan atau perbuatan. Ucapan adakalanya tegas (sharih) dan adakalanya dengan sindiran (kinayah). Malikiyah menyatakan bahwa lafal dengan kinayah harus disesrtai dengan niat. Contoh lafal yang sharih: “saya titipkan barang ini kepada anda”. Sedangkan contoh lafal sindiran (kinayah): Seseorang mengatakan, “berikan kepadaku mobil ini”. Pemilik mobil menjawab: “saya berikan mobil ini kepada anda”. Kata “berikan” mengandung art kata hibah dan wadhi’ah (titipan). Dalam konteks ini arti yang paling dekat adalah “titipan”. Contoh ijab dengan perbuatan: seseorang menaruh sepeda motor di hadapan seseorang tanpa mengucapkan kata-kata apapun. Perbuatan tersebut menunjukkan penitipan (wadhiah). Demikian pula qabul kadang-ladang dengan lafal yang tegas (sharih), seperti: “Saya terima” dan adakalanya dengan dilalah (penunjukan), misalnya sikap dimana ketika barang ditaruh di hadapanya. 3. Syarat orang yang menitipkan (Al-Mudi’) Syarat orang yang menitipkan adalah sebagai berikut  Berakal. Dengan demikian tidak sah wadhiah dari orang gila dan anak yang belum berakal.  Baligh. Syarat ini dikemukakan oleh Syafi’iyah. Dengan demikian menurut Syafi’iyah, wadhi’ah tidak sah apablia dilakukan olrh anak yang belum baligh (masiih di bawah umur). Tetapi menurut Hanafiah baligh tidak menjadi syarat wadhiah sehingga wadhi’ah hukumnya sah apabila dilakukan oleh anak mumayyiz dengan persetujuan dari walinya. 7 Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Al-Fiqh ‘ala Al-Madzhahib Al-Arba’ah, Juz 3, Dar Al-Fkir, Beirut, t.t., hlm. 250 dan 253, Dikutip dari Buku Fiqh Muamalah Ahmad Wardi Muslich, hlm. 460.
  • 9. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 9 Sebagaimana telah dikemukan sebelumnya bahwa Malikiyah memandang wadhiah sebagai salah satu jenis wakalah, hanya husus dalam menjaga harta. Dalam kaitan dengan syarat oranng yang menitipkan (mudi’) sama dengan syarat orang yang mewakilkan (mukil), yaitu: 1) Baligh, 2) Berakal, dan 3) Cerdas Sementara itu, apabila dikaitkan dengan definisi yang kedua, yang menganggap wadhiah hanya semata-mata memindahkan hak menjaga harta kepada orang yang dititipi, maka syarat orang yang menitipkan (mudi’) adalah ia harus membutuhkan jasa penitipan. 4. Syarat orang yang dititipi (Al-Muda’) Syarat orang yang dititipi (muda’) adalah sebagai berikut  Berakal. Tidak sah wadhi’ah dari orang gila dan anak yang masih di bawah umur. Hali ini dikarenakan akibat hukukm dari akad ini adalah kewajiban menjaga harta, sedangkan orang yang tidak berakal tidak mampu untuk menjaga barang yang dititpkan kepadanya.  Baligh. Syarat ini dikemukakan oleh jumhur ulama. Akam tetapi, Hanafiah tidak menjadikan baligh sebagai syarat untuk orang yang dititipi, melainkan cukup ia sudah mumayyiz.  Malikyah mensyaratkan orang yang dititipi harus orang yang diduga kuat mampu menjaga barang yang dititipkan kepadanya. e. Macam-macam Wadhi’ah Secara umum terdapat dua jenis wadhi’ah, yaitu wadhi’ah yad al-amanah dan yad adh-dhamanah. 1. Wadhi’ah yad al-amanah (Trustee Defostery) Wadhi’ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
  • 10. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 10 a. Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh penerima titipan. b. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh memanfaatkannya. c. Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya kepada yang menitipkan. d. Mengingat barang atau harta yang dititpkan tidak boleh di manfaatkan oleh penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis ini adalah safe defosit box. 2. Wadhi’ah yad adh-dhamanah (Guarante Depository) Wadhi’ah jenis ini memeiliki karakteristik sebagai berikut: a. Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang menerima titipan. b. Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan bagi penerima titipan untuk memberikan hasil manfaat kepada si penitip f. Aplikasi di Bank Syariah Produk Bank Syariah yang menggunakan akad wadhiah adalah sebagai berikut: 1. Current Account (giro) 2. Saving Account (tabungan wadhiah) 3. Deposito 4. Sertifikat Wadhiah Bank Indonesia (SWBI) Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah bayar lainnya, atau dengan
  • 11. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 11 pemindahbukuan.8 Giro dipahami pula sebagai Simpanan yang memberikan fasilitas Cek dan/atau Slip Penarikan Khusus.9 Adapun yang dimaksud dengan giro syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa giro yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip wadhiah dan mudharabah.10 Bank Syariah menerapkan prinsip yad adh-dhamanah dalam produk giro ini. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa karakteristik atau konsep yad adh-dhamanah ialah harta yang dititipkan dapat dimanfaatkan oleh Bank Syariah. Dengan menggunakan konsep ini maka implikasi hukumnya sama dengan qard, yakni nasabah sebagai pihak yang meminjami uang sedangkan bank sebagai yang dipinjami. Oleh karenanya, bank tidak dibolehkan untuk memberikan imbalan atas pemanfaatan dana atau barang titipan tersebut.11 Contoh giro wadhiah: Tn Seron Sidik memeiliki rekening giro wadhiah di Bank Syariah Pangkal Pinang dengan saldo rata-rata pada bulan Mei 2003 adalah Rp. 1.000.000,-. Bonus yang diberikan Bank Syariah Pangkal Pinang kepada nasabah adalah 30% dengan saldo rata-rata minimal Rp. 500.000,-. Diasumsikan total dana giro wadhiah di Bank Syariaih Pangkal Pinang adalah Rp. 1000.000.000,-. Pendapatan Bank Syariah Pangkal Pinang dari penggunaan giro wadhiah adalah Rp. 100.000.000,-. Pertanyaan: berapa bonus yang diterima oleh Tn. Seron Sidik pada akhir bulan Mei 2003. Jawab: 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 9 https://www.permatabank.com/SME/Giro-dan-Deposito/ 10 Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 01/DSN-MUI/V/2000 Tentang Giro. 11 Adiwarman Kariem, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 351
  • 12. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 12 Bonus yang diterima = Rp.1000 .000 ,− Rp. 1000.000.000,− × Rp. 100.000.000,- × 30% = Rp. 30.000,- (sebelum dipotong pajak) Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.12 Adapun yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Ketentuan umum tabungan wadhiah sebagai berikut13: 1. Tabungan wadhiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call) sesuai dengan kehendak pemilik harta. 2. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan barang menjadi milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. 3. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuah insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening. Seritifikat Wadhiah Bank Indonesia (SWBI) merupakan mekanisme penitipan dana di Bank Indonesia pada saat Bank Islam memiliki kelebihan likuiditasnya. SWBI ini ialah instrumen moneter atau kebijakan moneter yang dapat membantu Bank Islam dalam mengatasi kelebihan dananya. Sesuai dengan prinsip wadhiah itu sendiri, Bank Indonesia sebagai pihak yang menerima titipan tidak boleh menjanjikan keuntungan atau mensyaratkan adanya imbalan kepada Bank Islam (yang menitipkan) kecuali 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 13 Adiwarman Kariem, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 352
  • 13. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 13 dalam bentuk bonus atau athaya. Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 6/7/ 2004, SWBI adalah instrumen Bank Indonesia sebagai fasilitas penitipan dana jangka pendek bagi Bank dan Unit Usaha Islam yang dijalankan berdasarkan prinsip wadhiah. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik SWBI ialah sebagai berikut: 1. Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek. 2. Diterbitkan oleh Bank Indonesia. 3. Merupakan instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana sementara. 4. Ada bonus atas transaksi penitipan dana. 5. Tidak boleh diperjualbelikan (Fatwa DSN No. 36/DSN-MU/X/2002) g. Skema Akad Wadhiah 1. Titip baran atau jasa 4. Beri Bonus 3. Bagi Hasil 2. Pemanfaatan barang a. Wadhiah Yadh adh-Dhamanah Titip Barang/Uang b. Wadhiah Yad Amanah Nasabah (penitip) Mustawdhi Pengguna Dana Bank (penyimpan) Mustawdha’ Penitip/Muwaddi Penyimpan/Mustaudha’
  • 14. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 14 c. SWBI 2b. Penyerahan barang 1. Akad 3. Pengembalian uang plus bonus 2a. Penerbitan SWBI B. ARIYAH a. Pengertian Menurut etimologi, ariyah adalah (‫ة‬َ‫ي‬ ِ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ع‬‫ل‬ ‫)ا‬ di ambil dari kata (َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ع‬) yang berarti datang dan pergi. Menurut sebagian pendapat, ariyah berasal dari kata ( ُ‫و‬ ‫ا‬َ‫ع‬َّ‫ت‬‫ال‬ ُ‫)ر‬ yang sama artinya dengan (ُ‫ب‬ ُ‫و‬ُ‫ا‬‫ن‬َّ‫ت‬‫ال‬ِ‫و‬َ‫ا‬ ُ‫ل‬ ُ‫ناو‬َّ‫ت‬‫ل‬َ‫ا‬) saling menukar dan mengganti, yakni dalam tradisi pinjam-pinjam.14 Menurut terminologi, definisi ariyah dikemukakan oleh para ulama sebagi berikut: a. Ulama Hanafiah memberikan definisi menurut ariyah itu adalah kepemilikan atas manfaat tanpa disertai dengan imbalan. b. Malikiyah memberikan definisi, ariyah adalah kepemilikan atas manfaat yang bersifat sementara tanpa disertai dengan imbalan. c. Syafi’iyyah memberikan definisi ariyah adalah dibolehkannya mengambil manfaat dari orang yang berhak memberikan secara sukarela dengan cara-cara pemanfaatan yang dibolehkan sedangkan bendanya masih tetap, untuk kemudian dikembalikan kepada orang yang memberikannya. 14 Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah, cetakan ke 2, CVPustaka Setia, Bndung, 2004, hlm. 139. Penyimpan/Mustawda’ (Bank Indonesia) Penitip/Muwaddi (Bank)
  • 15. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 15 d. Hanbali memberikan definisi, ariyah adalah kebolehan memanfaatkan suatu barang tanpa imbalan dari orang yang memberi pinjaman atau lainnya. Dari definisi yang dikemukakan oleh para ulama mazhab tersebut dapat dipahami bahwa pada dasarnya para ulama pendapatnya hampir sama, bahwa ariyah adalah suatu hak untuk memanfaatkan suatu benda yang diterimanya dari orang lain tanpa imbalan dengan ketentuan barang tersebut tetap utuh dan pada suatu saat harus dikembaikan kepada pemiliknya.15 b. Dasar Hukum - Firman Allah QS. Al-Maidah: 2      Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. - Firman Allah QS. Al-Maun: 7  Artinya: Dan enggan (menolong dengan) barang berguna. Dalam ayat pertama (Surah Al-Maidah (5) ayat 2) Allah memerintahkan umat Islam untuk saling-menolong dalam mengerjakan kebaikan dan melarang untuk tolong-menolong dalam keburukan. Salah satu bentuk perbuatan baik itu melalui 15 Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, Cetakan ke 3, Amzah, Jakarta, 2015, hlm. 467-468.
  • 16. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 16 ariyah, yakni meminjamkan kepada orang lain barang yang dibutuhkan olehnya, tetapi tidak meninggal peraturan yang Allah telah telah tetapkan. Sedangkan dalam ayat yang kedua (Surah Al – Maun (107) ayat 7) Allah menjelaskan bahwa salah satu ciri orang yang mendustakan agama adalah enggan menolong orang lain. Jumhur mufassirin menafsirkan ayat ini dengan “enggan meminjamkan barang kepada tetangga, seperti ember, piring, gelas, dan sebagainya”.16 - Hadist No. 912 Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Allah berfirman: Aku menjadi orang ketiga dari dua orang yang bersekutu selama salah seorang dari mereka tidak berkhianat kepada temannya. Jika ada yang berkhianat, aku keluar dari (persekutuan) mereka." Riwayat Abu Dawud dan dinilai shahih oleh Hakim. ََََ: َ‫ال‬َ‫ق‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ ٍ‫ب‬ُ‫د‬ْ‫ن‬ُ‫ج‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ َ‫ة‬َ‫ر‬َُ‫َس‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ِ‫د‬َ‫ْي‬‫ل‬َ‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ( ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ َِّ‫َّلل‬َ‫ا‬ ُ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬ ) ُ‫ه‬َ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ؤ‬ُ‫ت‬ َّ‫َّت‬َ‫ح‬ ْ‫ت‬َ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬,ُ‫ة‬َ‫ع‬َ‫ب‬ْ‫َر‬ْ‫اْل‬َ‫و‬ ,ُ‫د‬َْ‫َْح‬‫أ‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬ ُ‫م‬ِ‫اك‬َْ‫ْل‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ح‬َّ‫ح‬َ‫ص‬َ‫و‬ Hadist No. 913 Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tunaikanlah amanat kepada orang yang memberimu amanat dan janganlah berkhianat kepada orang yang menghianatimu." Riwayat Tirmidzi dan Abu Dawud. Hadits hasan menurut ََُ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬ : َ‫ال‬َ‫ق‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ َ‫ة‬َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ه‬ ِ‫َِب‬‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫و‬ ( ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ َِّ‫َّلل‬َ‫ا‬ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫َل‬ِ‫إ‬ َ‫ة‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫َم‬ْ‫ْل‬َ‫ا‬ ِ‫َد‬‫أ‬ ) َ‫ك‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫خ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫ن‬َُ‫َت‬ َ‫َل‬َ‫و‬ , َ‫ك‬َ‫ن‬َ‫م‬َ‫ت‬ْ‫ئ‬ِ‫ا‬,َ‫د‬ُ‫او‬َ‫د‬ ‫و‬ُ‫َب‬‫أ‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬ ُ‫ه‬َ‫ر‬َ‫ك‬ْ‫ن‬َ‫ت‬ْ‫اس‬َ‫و‬ ,ُ‫م‬ِ‫اك‬َْ‫ْل‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ح‬َّ‫ح‬َ‫ص‬َ‫و‬ ,ُ‫ه‬َ‫ن‬َّ‫س‬َ‫ح‬َ‫و‬ ُّ‫ي‬ِ‫ذ‬ِ‫م‬ِْ‫لّت‬َ‫ا‬َ‫و‬ 16 Ibid.. hlm. 469.
  • 17. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 17 Abu Dawud, shahih menurut Hakim, dan munkar menurut Abu Hatim Ar-Razi. Hadits itu diriwayatkan juga oleh segolongan huffadz. Ia mencakup masalah pinjaman. ُّ‫ي‬ِ‫ز‬‫ا‬َّ‫لر‬َ‫ا‬ ٍِ‫اِت‬َ‫ح‬ ‫و‬ُ‫َب‬‫أ‬ c. Rukun dan Syarat Ariyah 1. Rukun Ariyah Ulama golongan Hanafiyah, berpendapat bahwa rukun ariyah hanyalah ijab dari mu’ir (orang yang meminjamkan), sedangkan qabul dari musta’ir (orang yang menerima pinjaman) bukan merupakan rukun ariyah. Ulama golongan Syafi’iyyah, berpendapat bahwa dalam ariyah disyaratkan adanya lafadz Sighat akad, yakni ucapan ijab dan qabul dari peminjam dan yang meminjamkan barang pada waktu transaksi, sebab memanfaatkan milik barang bergantung pada keadaan waktu izin. Secara umum, jumhur ulama fiqih (fuqaha) menyatakan bahwa rukun ariyah ada empat, yaitu: - Mu’ir (orang yang meminjamkan) - Musta’ir (orang yang menerima pinjaman/orang yang meminjam) - Mu’ar (barang yang di pinjam) - Shighat, yakni sesuatu yang menunjukkan kebolehan untuk Mengambil manfaat, baik dengan ucapan maupun perbuatan17 2. Syarat Ariyah - Mu’ir berakal sehat 17 Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, Cetakan ke 1, Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tanggerang, 2011, hlm. 169-170.
  • 18. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 18 Dengan demikian, orang gila dan anak kecil atau yang tidak berakal tidak dapat meminjamkan barang. Ulama lainnya menambahkan bahwa yang berhak meminjamkan adalah orang yang dapat berbuat kebaikan sekehendaknya, tanpa dipaksa, bukan anak kecil, bukan orang bodoh, dan yang bukan orang yang sedang pailit (bangkrut). Ulama Hanafiah tidak mensyaratkan sudah baligh, tapi cukup mumayyiz18. Selain itu orang yang meminjamkan harus pemilik atas manfaat yang akan dipinjamkan. Karena objek ariyah adalah manfaat.19 - Syarat orang yang meminjam Orang yang meminjam harus jelas, apabila pemijam tidak jelas, maka ariyah hukumnya tidak sah. - Syarat-syarat barang yang dipinjam Barang tersebut bisa diambil manfaatnya, barang yang dipinjamkan tidak bertentangan dengan ketentuan agama islam. Barang yang dipinjamkan apabila diambil manfaatnya tetap utuh. Jadi tidak sah meminjamkan makanan dan minuman karena apabila ia dimakan atau diminum, sudah pasti akan habis. - Syarat Shighat Disyaratkan harus menggunakan lafal yang berisi pemberian izin kepada peminjam untuk memanfaatkan barang yang dimiliki oleh orang yang meminjamkan (mu’ir).20 Lafal ini bisa dari salah satu pihak antara peminjam atau yang memberi pinjaman. e. Macam-macam Ariyah Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa kewenagan yang dimiliki oleh musta’ir bergantung kepada jenis pinjaman, apakah mu’ir meminjamkannya secara muqayyad (terikat) atau mutlaq. 18 Ibid., hlm. 471. 19 Ibid., hlm. 472. 20 Ibid., hlm. 473.
  • 19. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 19 a. Ariyah Muthlaq Pinjam-meminjam barang yang dilakuakan oleh seseorang yang dalam akadnya tidak dijelaskan persyaratan apapun, seperti apakah pemanfaatannya hanya untuk musta’ir saja atau dibolehkan untuk orang lain dan tidak dijelaskan cara penggunannya. Contohnya seorang meminjamkan kendaraan, namun dalam akad tidak disebutkan hal-hal yang berkaitan denganpenggunann kendaraan tersebut, misalnya waktu dan tempat mengendarainya. Walupum begitu tetap harus disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Tidak boleh menggunakan kendaraan tersebut siang malam tanpa henti. Jika penggunannya tidak sesuai dengan kebiasaan dan barang pinjaman rusak maka mu’ir harus bertanggung jawab.21 b. Ariyah Muqayyad Meminjamkan suatu barang yang dibatasi dari segi waktu dan kemanfaatannya, baik disyaratkan pada keduanya maupun salah satunya. Hukumnya, peminjam harus sedapat mungkin untuk menjaga batasan tersebut. Hal ini karena asal dari batas adalah menaati batasan, kecuali ada kesulitan yang menyebabkan peminjam tidak dapat mengambil manfaat barang. Dengan demikian, dibolehkannya untuk melanggar batasan tersebut apabila kesulitan untuk memanfaatkannya. f. Ketentuan Hukum Akad Ariyah 1. Asal Ketentuan Hukum Ariyah Istiah ariyah digunakan untuk arti hakiki (sebenarnya) dan arti majazi (kiasaan). Dalam arti hakiki ariyah adalah meminjamkan benda untuk diambil manfaatnya, sedangkan bendanya masih tetap utuh. Pendapat Malikiyah dan Jumhur Pendapat Al-Karakhi, Syafi’iyah, dan 21 Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, Cetakan ke 1, Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tanggerang, 2011, hlm. 171.
  • 20. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 20 Hanafiah mengenai Ariyah secara Hakiki Hanabilah mengenai Ariyah secara Hakiki Perbedaan Pemilikan manfaat atau yang disamakan dengan manfaat kepada peminjaman tanpa imbalan Kebolehan mengambil manfaat dari barang yang dipinjamkan kepada peminjam (akad ibahah = kebolehan mengambil manfaat bukan tamlik/kepemilikan) Peminjam dibolehkan meminjamkan barang yang dipinjamnya kepada orang lain, walupun tidak diizinkan oleh pemilik barang (karena orang yang meminjamkan telah memberikan kekuasaan kepada peminjam untuk dimanfaatkan barang pinjamannya itu). Pemberian kekuasaan tersebut tamlik (pemberian hak milik) Peminjam tidak dibolehkan meminjamkan barang yang dipinjamnya kepada orang lain, karena ariyah hanya ibahah Persamaan Peminjam tidak dibolehkan menyewakan barang yang dipinjamnya kepada orang lain. Bahwa ijarah (sewa-menyewa) merupakan akad yang lazim (mengikat), sedangkan ariyah akad ghair lazim (tidak mengikat) karena sifatnya tabarru Ariyah adalah akad ibahah bukan tamlik, sehingga tidak boleh dipindahtangankan, baik dengan cara ariyah atau denagn cara ijarah. Penggunaan lafal ariyah untuk arti majaz (kiasan) adalah peminjaman atas barang-barang yang ditimbang, ditakar dan dihitung, seperti telur dan semua barang yang tidak mungkin diambil manfaatnya kecuali dengan menghabiskannya, seperti pinjaman uang dirham dan dinar. Secara hakiki ariyah (pinjaman) tersebut berarti
  • 21. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 21 uang (qardh). Dengan demikian, dalam kasus semacam ini ariyah bukan diartikan dengan arti sebenarnya melainkan dalam arti kiasan, yaitu utang piutang. Ketentuan yang berlaku dalam hal ini bukan pengembalian barang, melainkan penggantian dengan barang yang sama (mitsli) atau dengan harganya (qimi). 2. Sifat Hukum Ariyah Menurut Hanafiah, Syafi’iyah dan Hanabilah, hak miik yang diperoleh peminjam adalah hak milik yang gahir lazim (tidak mengikat). Hal tersebut dikarenakan hak milik tersebut diperoleh tanpa imbalan. Dengan demikian, orang yang meminjamkan (mu’ir) berhak menarik kembali barang yang dipinjamkannya kepada peminjam (musta’ir), sebagaimana peminjam berhak mengembalikan ariyah- nya. Kapan pun ia kehendaki. Menurut pandangan yang masyhur dari malikiyah, orang yang meminjamkan tidak dibolehkan meminta kembali ariyah-nya, sebelum barang tersebut dimanfaatkan oleh peminjam. Apabila ariyah-nya dibatasi waktunya, maka orang yang meminjamkannya tidak boleh menarik kembali ariyah-nya sebelum masanya habis. Apabila ariyah-nya tidak dibatasi waktunya, maka orang yang meminjamkan harus memberikan kesempatan dalam waktu yang memadai untuk aryah semacam itu. Akan tetapi, menurut pendapat Imam ad-Dardir, pendapat yang rajih, orang yang meminjamkan boleh menarik kembali apabila ariyah-nya mutlak. g. Status Ariyah Menurut Hanafiah, barang yang dipinjam merupakan amanah (kepercayaan) di tangan orang yang meminjam (musta’ir), baik ketika digunakan maupun maupun tidak digunakan. Peminjam tidak dibebani ganti kerugian, kecuali ia melampaui batas teledor. Hal ini didasarkan pada hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Nabi bersabda: ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ٌ‫ن‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ض‬ ِ‫ل‬ِ‫غ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ِ‫ع‬َ‫د‬ ْ‫و‬َ‫ت‬ْ‫س‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ل‬ َ‫و‬ ٌ‫ن‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ض‬ ِ‫ل‬ِ‫غ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ِ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ْس‬‫ي‬َ‫ل‬
  • 22. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 22 Tidak ada kewajiban ganti rugi bagi peminjam yang tidak menyeleweng dan tidak ada ganti rugi bagi orang yang dititipi yang tidak menyeleweng. Hadist di atas menjelaskan bahwa peminjam yang tidak menyeleweng tidak dibebani ganti rugi, apabila barang yang dipinjamnya rusak atau hilang. Menurut Malikiyah, peminjam dibebani ganti rugi di dalam barang-barang yang mungkin dirahasiakan, seperti pakaian, apabila pada saat hilang atau rusak tidak ada saksi. Sedangkan untuk benda-benda yang tidak mungkin dirahasiakan, seperti binatang dan benda tetap, dan di dalam barang-barang yang ada pada saat hilang atau rusak ada saksi, peminjam tidak dibebani ganti rugi. Alasannya adalah mengkompromikan antara hadist yang menyatakan wajib mengganti dan hadist yang tidak wajib mengganti. Menurut pendapat yang paling shahih dari ulama Syafi’iyah, peminjam dibebani ganti rugi, apabila kerusakan karena penggunaan yang tidak disetujui oleh orang yang meminjamkan, meskipun tidak ada unsur kelalaian. Pendapat ini didasarkan pada hadist Nabi: ْ‫د‬َ‫أ‬ ٍ‫ْن‬‫ي‬َ‫ن‬ُ‫ح‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ْ‫س‬ِ‫ا‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َ َ‫الَل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ َ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫اال‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬( َ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫م‬ُ‫أ‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ َ‫ن‬ ‫ا‬ َ‫و‬ْ‫ف‬َ‫ص‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫و‬: َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ع‬ َ‫ر‬َ‫غ‬َ‫أ‬ُ‫ب‬ْ‫ص‬ ٌ‫ة‬َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫ض‬َ‫م‬ ٌ‫ة‬َ‫ي‬ ِ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ل‬َ‫ب‬ : َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ُ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫ا‬َ‫ي‬ Dari Shafwan bin Umayyah bahwa sesungguhnya Nabi SAW meminjam beberapa baju besi darinya pada saat perang Huanin, maka ia menjawab (Shafwan) berkata: “Apakah ini rampasan , wahai Muhammad? “Nabi menjawab: Bukan, ini barang pinjaman yang ditanggung. (HR.Ahmad dan Abu Dawud)22 Hanabilah berpendapat bahwa peminjam menanggung kerusakan barang pinjamannya secara mutlak, baik disengaja maupun tidak. Golongan ini berdasarkan pendapat mereka pada hadist dari Shafwan ibn Umayyah di atas dan berdasarkan hadist dibawah ini: 22 Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, Cetakan ke 3, Amzah, Jakarta, 2015, hlm. 477-478.
  • 23. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 23 ‫ة‬َ‫ي‬َّ‫د‬ َ‫ُؤ‬‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ْ‫ت‬ َ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ ِ‫د‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ Tangan (yang mengambil) adalah bertanggung jawab atas apa yang diambilnya sehingga dipenuhi (HR. Ahmad dan pengarang Sunan yang emapat)23 h. Aplikasi Ariyah di Perbankan Syariah Belum ada produk ariyah di lembaga keuangan syariah, hal ini disebabkan bank tidak meminjamkan barang kepada nasabahnya melainkan bank hanya meminjamkan uang. Untuk produk meminjamkan atau memberi utang/menghutangi nasabah yang membutuhkan uang dengan akad qard atau qardhul hasan. Pada prinsipnya ariyah ataupun qard ini termasuk akad tabarru yaitu akad yang tidak menghendaki adanya perolehan keuntungan atau akad memberikan harta atau sesuatu yang berharga dengan tidak mengharapkan imbalan. Namun perbedaannya ialah dari segi objek yang dipinjamkan. Dalam akad ariyah, si peminjam hanya meminjamkan barang atau dhamman sedangkan dalam akad qard si peminjam meminjamkan uangnya (maal). 23 Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah, cetakan ke 2, CVPustaka Setia, Bandung, 2004, hlm. 149-150.
  • 24. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 24 BAB III PENUTUP Kesimpulan Secara etimologis, kata wadhiah berasal dari kata wada’a asy-syai’ jika ia meinggalkanya kepada orang yang menerima titipan. Adapun wadhi’ah secara terminologis, yaitu pemberian kuasa oleh penitip kepada orang yang menjaga hartanya tanpa kompensasi (ganti). Wadhiah pada intinya ialah titipan, sedangkan dalam menitipkan barang berharga/bernilai atau barang yang dianggap harta pihak yang menitipkan memerlukan kepercayaan terhadap pihak yang diberi titipan. Si penerima titipan mesti menjaga amanah dalam menjaga barang si penitip. Oleh karenanya, dalam al-Quran dan Hadist terdapat prinsip yang mendasari praktek wadhiah ini. Di antaranya ialah hadist nabi yang menyuruh kita untuk menunaikan amanah orang yang memberi kita suatu amanah dan untuk tidak menghianati orang yang berkhianat kepada kita. Artinya bahwa menepati amanah ialah keharusan bagi kita sedangkan berlaku khianat mesti kita jauhi sekalipun itu kepada orang yang mengkhianati kita.
  • 25. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 25 Aplikasi wadhiah hingga saat ini masih subur dan popular. Biarbagaimanapun akad wadhiah merupakan akad yang sangat vital dalam kegiatan ekonomi masyarakat modern. Contohnya di perbankan syariah, produk tabungan, giro dan SWBI ialah tiga produk yang menggunakan akad wadhiah. Selain tiga produk tersebut, banyak produk-produk lain –misalnya rahn- yang menggunakan prinsip wadhiah. Ariyah Menurut etimologi, ariyah adalah (‫ة‬َ‫ي‬ ِ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ع‬‫ل‬ ‫)ا‬ di ambil dari kata (َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ع‬) yang berarti datang dan pergi. Menurut sebagian pendapat, ariyah berasal dari kata ( ‫ا‬َ‫ع‬َّ‫ت‬‫ال‬ُ‫ر‬ ُ‫و‬ ) yang sama artinya dengan (ُ‫ب‬ ُ‫و‬ُ‫ا‬‫ن‬َّ‫ت‬‫ال‬ِ‫و‬َ‫ا‬ ُ‫ل‬ ُ‫ناو‬َّ‫ت‬‫ل‬َ‫ا‬) saling menukar dan mengganti, yakni dalam tradisi pinjam-pinjam. Menurut terminologi, Malikiyah memberikan definisi bahwa ariyah ialah kepemilikan atas manfaat yang bersifat sementara tanpa disertai dengan imbalan, atau dengan kata lain ariyah adalah akad pinjam meminjam barang tanpa disetai imbalan. Tidak ada produk yang menggunakan akad ariyah di lembaga keuangan baik Bank maupun nonbank. Hal ini disebabkan, lembaga keuangan khususnya bank dalam produk-produk pembiayaan, bank hanya meminjamkan uang bukan barang. Baik ariyah ataupun wadhiah, keduanya merupakan akad tabarru’ yakni akad memberikan sesuatu –misalnya barang, jasa, dan lainnya- tanpa meminta imbalan atau dengan sukarela. Oleh karenanya, aplikasi wadhiah di perbankan tidak menerapkan sistem imbalan bagi nasabah yang menabung dengan giro ataupun tabungan. Bank hanya diperbolehkan memberi bonus kepada nasabah dengan tidak menjanjikan bonus tersebut di awal akad. Begitupula dengan SWBI, Bank Indonesia tidak bisa menetapkan suatu imbalan bagi bank syariah yang menitipkan dananya di Bank Indonesia.
  • 26. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 26 Daftar Pustaka - Al-Quran al-Karim - Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul Maram - Sjahdeini, Prof. Dr. Sutan Remy. 2014. Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya. Jakarta: Prenadamedia Group. - Syafe’I, Prof. DR. Rachmat. 2004. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia. - Muslich, Drs. H.Ahmad Wardi. 2015. Fiqih Muamalat. Jakarta: Amzah. - Rais, Dr. Hj. Isnawati dan Dr. H. Hasanudin, M. Ag. 2011. Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada lembaga Keuangan Syari’ah. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. - Adiwarman Kariem, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004). - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. - https://www.permatabank.com/SME/Giro-dan-Deposito/ - Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 01/DSN-MUI/V/2000 Tentang Giro.
  • 27. Fiqih Muamalat 2 WADHIAH DAN ARIYAH 27 - Shalah ash-Shawi dan Abdullah al-Mushlih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Daarul haq, 2001). - Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, Cetakan kedua, (Jakarta: Kencana, 2013). - Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012). - Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cetakan Ke-14, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014). - Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqhiyyah dan Penerapannya dalam Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer: Muamalat, Maliyyah Islamiyyah, Mua’shirah, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011).