SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
1
LIMPASAN HUJAN PERHITUNGAN
DAN PENGUKURANNYA
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hidrologi
Dosen Pembimbing Roni Alim B.K, M.Pd
Disusun Oleh:
1. Maria E. Jena (120401050046)
2. Rosiana Mirati (120401050047)
3. Margareta Ate (120401050048)
4. Fitria (dari kelas C Ikut kelas B) (120401050122).
5. Nobertus Wahyudi (12040105015)
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
2014
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan ”Makalah Hidrologi” dengan topik “
Pengertian Limpasan Perhitungan Dan Pengukurannya”. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas makalah
kedepannya. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya sehingga dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………… …………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….1
1.2 Tujuan ……………………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pemahaman tentang air limpan atau Run off ………………………………….3
2.1. Bagan siklus run off……………………………………………………………..4
2.2. Menghitung ketebalan dan Debit limpasan Hujan……………………………...5
2.3. Pengukuran debit sungai…………………………………………………….…..7
2.4. Pembuatan Hidrograf Aliran sungai…………………………………………...12
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan …………………………………………………………………….15
3.2. Saran…………………………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Salah satu komponen dalam siklus hidrologi adalah limpasan hujan. Komponen
limpasan hujan dapat berupa run-off (aliran permukaan) ataupun aliran yang lebih besar
seperti aliran air di sungai. Runoff atau limpasan hujan merupakan bagian air hujan yang
masuk dan mengalir dan masuk dalam badan sungai.
Secara umum analisis debit berdasarkan curah hujan yang sering dilakukan di
Indonesia adalah menggunakan metode empiris dari Dr. FJ. MOCK (1973) yaitu analisis
keseimbangan air untuk menghitung harga debit bulanan berdasarkan transformasi data
curah hujan bulanan,evapotanspirasi,kelembaban tanah. metode empiris tersebut
digunakan apabila terdapat catatan debit sungai yang hilang. Prinsip metode Mock
menyatakan bahwa hujan yang jatuh pada tangkapan air, sebagian akan hilang akibat
evapotanspirasi,sebagian akan langsung menjadi direct runoff dan sebagian lagi akan
masuk kedalam tanah atau terjadi infiltrasi, ini mula-mula akan menjenuhkan permukaan
tanah, kemudian terjadi perkolasi ke air tanah dan akan keluar sebagai base flow.
Pengukuran sungai umumnya di tujukan untuk mengukur besarnya debit sungai.
Debit air adalah besarnya volume air yang mengalir melalui penampang sungai per
satuan waktu. Pengukuran debit air tidak di lakukan di sembarang kondisi sungai.
Pengukuran debit air agar hasilnya teliti dan valid.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemahaman Tentang Air Limpasan (run-off)?
2. Bagaimana Perhitungan ketebalan dan debit limpasan hujan (runoff) dengan metode
F.J MOCK (Ketersediaan Air)?
3. Bagaimana Teknik pengukuran debit sungai?
4. Bagaimana Pembuatan hidrograf aliran sungai?
5
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Air Limpasan (run-off).
2. Untuk mengetahui perhitungan ketebalan dan debit limpasan hujan (runoff) dengan
metode F.J MOCK (Ketersediaan Air).
3. Untuk mengetahui Teknik pengukuran debit sungai.
4. Untuk mengetahui Pembuatan hidrograf aliran sungai.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemahaman Tentang Air Limpasan (run-off),
Salah satu komponen dalam siklus hidrologi adalah limpasan hujan. Komponen
limpasan hujan dapat berupa run-off (aliran permukaan) ataupun aliran yang lebih besar
seperti aliran air di sungai.
Limpasan akibat hujan ini dapat terjadi dengan cepat dan dapat pula setelah beberapa
jam setelah terjadinya hujan. Lama waktu kejadian hujan puncak dan aliran puncak sangat
dipengaruhi oleh kondisi wilayah tempat jatuhnya hujan. Makin besar perbedaan waktu
kejadian hujan puncak dan debit puncak, makin baik kondisi wilayah tersbut dalam
menyimpan air di dalam tanah.
Wilayah Indonesia dengan kondisi tropis dimana hujan terjadi terpusat pada enam
bulan periode hujan menyebabkan kita harus bisa melakukan rekayasa konservasi air dengan
cara menyimpan air hujan sebanyak mungkin di dalam tanah selama musim hujan dan
memanfaatkannya setelah datangnya periode musim kemarau. Disamping itu, penyimpanan
air hujan yang baik akan mampu meredam kejadian aliran puncak yang tinggi yang dapat
menyebabkan banjir.
Runoff merupakan bagian air hujan yang masuk dan mengalir dan masuk dalam badan
sungai. Masuknya air hujan kedalam sungai dapat melalui berbagai cara, yaitu;
1. Langsung jatuh kedalam badan sungai (channel precipitation),
2. Mengalir terlebih dahulu diatas permukaan tanah kemudian masuk ke badan sungai
(direct runoff),
3. Masuk ke dalam tanah (infiltration) kemudian mengalir mengikuti horizon tanah
menuju badan sungai (sub-surface flow),
4. Masuk ke dalam tanah terus menuju air tanah (percolation) kemudian mengalir ked
alam sungai (groundwater flow). Perjalanan air hujan menuju air sungai ini disebut
siklus runoff. Secara visual siklus runoff tersebut dapat digambarkan dalam bentuk
skema dan sketsa penampang sungai berikut ini.
7
Gambar Bagan siklus Runoff
Berdasarkan bagan siklus runoff tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya aliran
sungai itu berasal dari curah hujan. Air hujan untuk sampai ke badan sungai melalui berbagai
proses,ada yang langsung masuk ke badan sungai, ada yang melalui perjalanan pendek, tetapi
ada pula yang harus melalui perjalanan yang panjang dan dalam waktu lama. Air hujan yang
langsung masuk ke badan sungai disebut channel precipitation,dan air hujan yang melalui
perjalanan agak panjang disebut aliran langsung (direct runoff). Sedangkan air hujan yang masuk
ke sungai dengan melalui perjalanan panjang adalah aliran air tanah baik dalam bentuk sub-
surface flow maupun groundwater flow. Berdasarkan proses perjalanan air hujan menuju sungai
tersebut, maka total aliran air sungai merupakan akumulasi dari channel precipitation, direct
flow, sub-surface flow, dan groundwater flow.
Precipitation
Precipitation
Excess
E
Losses
Runoff
(Qs)
Infiltration Other Losses
Direct
Runoff
(Qds)
Sub-surface
flow (Qss)
Percolation
Groundwater
Discharge
(Qgs)
Total Runoff (River
Discharge)
r
Channel
Precipitation
8
2.2 PENGHITUNGAN KETEBALAN DAN DEBIT LIMPASAN HUJAN
Secara umum analisis debit berdasarkan curah hujan yang sering dilakukan di
Indonesia adalah menggunakan metode empiris dari Dr. FJ. MOCK (1973) yaitu analisis
keseimbangan air untuk menghitung harga debit bulanan berdasarkan transformasi data curah
hujan bulanan,evapotanspirasi,kelembaban tanah. Metode empiris tersebut digunakan apabila
terdapat catatan debit sungai yang hilang.
Prinsip metode Mock menyatakan bahwa hujan yang jatuh pada tangkapan air,
sebagian akan hilang akibat evapotranspirasi,sebagian akan langsung menjadi direct runoff
dan sebagian lagi akan masuk kedalam tanah atau terjadi infiltrasi, ini mula-mula akan
menjenuhkan permukaan tanah, kemudian terjadi perkolasi ke air tanah dan akan keluar
sebagai base flow. Hal ini terdapat keseimbangan antara air hujan yang jatuh dengan
moisture dan ground water discharge. Aliran dalam sungai adalah jumlah aliran yang
langsung dipermukaan tanah dan base flow.
Curah hujan rata-rata bulanan di daerah pengaliran sungai dihitun berdasarkan data
pengukuran curah hujan dan evapotanspirasi yang sebenarnya dari data meteorology dengan
menggunakan metode penman dan karakteristik vegetasi,perbedaan antara curah hujan dan
evapotanspirasi mengakibatkan limpasan air hujan langsung(direct runoff),aliran dasar/air
hujan lebat (strom runoff).
Data asumsi dan yang diperlukan untuk penghitungan metode mock adalah sebagai
berikut:
1. Data curah hujan.
Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan 10 harian. stasiun curah
hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di daerah
tersebut.
2. Evapotranspirasi terbatas.
Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasiactual denga mempertimbangkan
kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah hujan. Untuk menghitung
evapotranspirasi terbatas diperlukan data:
 Curah hujan sepuluh harian (P).
 Jumlah hari hujan (n).
9
 Jumlah permukaan kering 10 harian (d) dihitung dengan asumsi bahwa tanah dalam
suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu menguap sebesar 4 mm.
 Exposed surface (m%) ditaksi berdasarkan peta tata guna lahan atau dengan asumsi:
m= 0% untuk lahan dengan hutan lebat.
m= 10% - 40% untuk lahan sekunder.
m= 20% -50% untuk lahan pertanian yang diolah.
Secara sistematis evapotranspirasi dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan;
Delta E =beda antara evapotranspirasi potensional dengan evapotranspirasi
terbatas (mm).
Eactual =evapotranspirasi terbatas (mm).
Epm = evapotranspirasi potensial (mm).
M =singkapan lahan (Exposed surface).
3. Faktor karakteristik hidrologi faktor bukan lahan.
M=0% untuk lahan dengan hutan lebat.
M=10-40% untuk lahan tererosi.
M=30-50% untuk pertanian yang diolah.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan untuk seluruh daerah studi yang
merupakan daerah lahan pertanian yang diolah dan lahan tererosi maka dapat
diasumsikan untuk faktor m diambil 30%.
4. Luas daerah pengaliran.
Semakin besar daerah pengaliran dari suatu aliran kemungkinan akan semakin
besar pulau ketersedian debitnya.
5. Water Surplus.
Water surplus didefenisikan sebagai curah hujan yang telah mengalami
evapotranspirasi dan mengisi soil storage (SS).water surplus secara langsung
berpengaruh pada infiltrasi/porkalasi dan total run-off yang merupakan komponen dari
debit. Persamaan water surplus (WS) adalah sebagai berikut:
10
Water surplus adalah air permukaan run-off dan infiltrasi. Soil Moistur Storage
(SMS) terdiri dari soil moisture capacity (SMS),zone dari infiltrasi, limpasan permukaan
dan soil stroge. Besar soil moisture storage (SMS) untuk masing-masing wilayah
tergantung pada jenis tanaman ,tutupan lahan (land cover) dan jenis tanah.
Dalam Mock, SMS dihitung sebagai berikut :
6. Kapasitas kelembaban tanah (SMC) soil moisture capacity,
Adalah kapasitas kandungan air pada lapisan tanah permukaan (surface soil )per
M2. Besarnya SMC untuk perhitungan ketersediaan air ini diperkirakan berdasarkan
kondisi prositas lapisan tanah permukaan dari DPS. Semakin besar semakin besar
porositas tanah akan semakin besar pula SMC yang ada .dalam perhitungan ini nilai
SMC diambil antara 50 mm sampai 200 mm. Persamaan yang digunakan untuk besarnya
kapasitas kelembaban tanah adalah:
Keterangan;
Eactual =evapotraspirasi aktual, mm/bulan;
SMS =simpanan kelembban tanah,mm/bulan;
ISMS =kelembaban tanah awal,mm/bulan;
P =curah hujan bulanan,mm/bulan;
WS =kelebihan air,mm/bulan;
2.3 PENGUKURAN DEBIT SUNGAI
Pengukuran sungai umumnya ditujukan untuk mengukur besarnya debit sungai.
Debit air adalah besarnya volume air yang mengalir melalui penampang sungai per satuan
waktu. Pengukuran debit air tidak di lakukan di sembarang kondisi sungai. Pengukuran debit
air agar hasilnya teliti dan valid, maka harus mengikuti persyaratan sebagai berikut yang di
Wa = (P-Ea)+SS
SMS = ISMS+(P-
Ea)
11
tetapkan oleh masing masing model atau formula debit. Beberapa hal yang harus di
perhatikan dalam pengukuran debit adalah :
1) Pemilihan tempat pengukuran (Gauging site).
Dalam pengukuran debit air biasanya di lakukan pengukuran pengukuran tinggi
muka air (stage elevation )dan parameter penampang sungai lainnya .untuk
melaksanakan pengukuran tersebut, penempatan stasiun pengukuran harus
memperhatikan 4 hal yaitu :
 Tempat pengukuran harus mudah di capai pengamat.
 Kondisi tempat harus sesuai dengan alat yang di gunakan .
 Kedudukan tempat harus stabil.
 Kondisi alat harus standard an stabil.
2) Pemilihan lokasi pengukuran pengukuran tinggi muka air
Dalam pemilihan lokasi pengukuran tinggi muka air, ada beberapa syarat yang
harus di perhatikan yaitu lokasi pengukuran hendaknya :
 Tidak terlalu dekat dengan percabangan sungai,untuk menghindari efek back
water.
 Berada di hulu dan hilir dari bangunan hidrologi,seperti bendungan atau dam dan
ambang (weir).
 Mudah di capai,misalnya dekat dengan jembatan dan sebagainya.
 Berada pada bagian sungai yang lurus agar di peroleh ketelitian yang tinggi.
 Berada pada dasar sungai yang stabil.
3) Syarat pengukuran kecepatan aliran.
Pada dasarnya debit air merupakan fungsi dari luas penampang saluran dan
kecepatan aliran,maka dalam pengukuran debit beberapa hal berkait dengan kedua
parameter tersebut harus dp perhatikan .adapun syarat syarat yang harus di perhatikan
dalam pengukuran kecepatan aliran yaitu :
 Penampang hendaknya tegak lurus dengan badan sungai,dan kecepatan aliran
pada semua titik hendaknya seragam.
 Dapat menghasilkan kurva distribusi kecepatan aliran yang teratur.
 Kecepatan aliran lebih besar dari 10/15 sentimeter per detik.
 Dasar sungai hendaknya di pilih yang stabil.
12
 Kedalaman air hendaknya lebih dari 30 cm.
 Hendaknya tidak ada aliran yang melampaui tebing.
 Hendaknya tidak terdapat tumbuhan atau benda pengganggu lainnya.
4) Alat untuk mengukur tinggi muka air.
 Untuk mengukur tinggi muka air di perlukan beberapa alat antara lain :
 Alat ukur manual berupa papan duga (staff gauge).
 Alat ukur otomatis berupa automatic water level recorder (AWLR).
5) Metode pengukuran debit air.
Debit air adalah besarnya volume air yang mengalir melalui penampang tertentu
persatuan waktu. Debit air merupakan fungsi dari luas penampang di kalikan
kecepatan aliran. Luas penampang saluran yang berbentuk teratur di hitung menurut
bentuk bangunnya, sedangkan penampang yang tidak teratur di hitung dengan
menggunakan prinsip rata rata kedalaman air, sedangkan kecepatan aliran merupakan
fungsi dari bentuk saluran,nilai kekasaran saluran, dan kemiringan aliran.
Metode pengukuran debit air ada beberapa macam,dan setiap metode memiliki
kesesuaian dengan kondisi sungai atau saluran air yang akan di ukur debitnya.
Pengukuran debit air dengan menggunakan 3 macam metode yaitu
1. Slope area.
2. Metodw kontinyu
3. Metode pelampung
4. Metode weir.
Adapun cara pengukuran debit dengan ketiga metode tersebut sebagai berikut :
1. Pengukuran debit air dengan menggunakan metode Slope Area. Prinsip rumus debit
air dengan metode Slope Area adalah mengalihkan luas penampang saluran dengan
kecepatan aliran. Luas penampang saluran di ukur dan di hitung sesuai rumus bentuk
bangunan saluran. Sedangkan kecepatan aliran merupakan fungsi dari bentuk
penampang,kekasaran dasar saluran,dan kemiringan permukaan air. Pada prinsip
peran kekasaran saluran adalah semakin kasar dasar saluran,akan semakin besar
hambatan,dan berarti semakin kecil kecepatan aliran air. Sedangkan kemiringan
permukaan air di tentukan oleh beda tinggi antara titik hulu dan hilir sungai. Semakin
besar kemiringan dasar saluran akansemakin besar beda tinggi permukaan
13
air,sehingga akan semakin cepat aliran air. Ada pun rumus debit air sungai dengan
metode Slope Area sebagai berikut :
Keterangan :
Q = A ´ V
V = kecepatan aliran (m/dt)
N = koefisien kekasaran Manning menurut Cowan
R = radius hidraulik = A/P
A = luas penampang basah (m2)
P = panjang dasar penampang basah (m)
S = kemiringan permukaan air
Contoh soal:
2. Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu
Current meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang
konstant dari permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas
dengan kecepatan yang sama.
Contoh perhitungan dengan menggunakan metode kontiny
Q =A.V
14
3. Pengukuran debit sungi dengan metode penampung.
Pada prinsipnya rumus debit air sungai metode Apung merupakan hasil kali luas
penampang sungai dengan kecepatan aliran.cara memperoleh nilai luas penampang
sungai sama seperti dalam metode slope area.sedangkan kecepatan aliran air di
perkirakan berdasarkan kecepatan pelampung yang di hanyutkan dalam air.oleh
karena massa pelampung tidak sama dengan massa air,maka kecepatan hanyut
perlampung tidak otomatis sama dengan kecepatan aliran air berdasarkan kecepatan
hanyut perlampung di hitung
15
Rumus:
Q = A ´ k ´ V
Keterangan :
Q = debit aliran (m3/dt)
A = luas penampang basah (m2)
k = koefisien
V = kecepatan pelampung (m/dt)
Nilai k tergantung dari jenis pelampung yang dipakai, dan dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut: k = 1 – 0,116 ( - 0,1)
Contoh Soal:
Pelampung
a. Gabus
A = Luas penampang = 2.7 m2
V = 1.15 m/dtk
Q = A x V
= 2.7 x 1.15
= 3.105 m3/dtk
4. Pengukuran debit air sungai dengan Bendung (weir).
Weir adalah alat pembendung air dengan bentuk tertentu yang di gunakan untuk
mengukur debit air saluran.bentuk yang banyak di gunakan pada metode ini adalah
bentuk segitiga, segi empat,dan persegi panjang. Weir dapat di buat dari pelat besi
yang di gores dengan bentuk tertentu di tengahnya. Weir ini di pasang dalam sungai
,sehingga seluruh aliran air terbendung dan meangalir melalui bagian weir yang di
gores tersebut.Rectanguler Weir
Cara Kerja :
1.Menentukan lebar weir yang dipergunakan.
2.Membendung selokan dengan menggunakan weir
16
3.Mengukur tinggi perairan dari dasar perairan sampai garis bawah air.
4.Mengukur ketinggian air setelah dipasang weir.
5.Menghitung debit dengan rumus :
Q = 3,33 x H3/2 ( L-0,2H )
Q = Debit air (cfs=cubis feet per second)
H = TinggiWeir (feet)
L = Lebar Weir (feet)
Beberapa rumus pengukuran debit dengan weir di sajikan sebagai berikut
(sosrodarsono dan takeda 2003 )
a) Bendung segitiga siku siku.
Rumus debit bendung segitiga siku siku adalah:
Keterangan :
Q=debit (m3/menit).
H=tinggi muka air di atas weir (m).
K= koefisien debit.
=81,2+0,24/h+(8,4+12D)(h/B-0,09)2.
B=Lebar saluran(M).
D=Tinggi Dari dasar saluran ke titik terendah dari weir.
b) Bendung persegi empat.
Rumus bending persegi empat adalah :
Q=K b h 3/2.
Keterangan :
Q= debit ( m3/detik).
B= lebar mercu (m).
H= tinggi muka air di atas weir (m).
Q=K.h 5/2
Q=K b h 3/2
17
K= koefisien debit.
B=Lebar saluran (m).
D= Tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari weir (m).
c) Bendung lebar penuh.
Rumus bending persegi empat adalah :
Q=KBh3/2
Keterangan
Q= debit ( m3/detik)
B= lebar mercu ( m)
H= tinggi muka air di atas weir (m)
K= koefisien debit
B=Lebar saluran (m)
D= Tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari weir (m)
2.4. PEMBUATAN HIDROGRAF ALIRAN SUNGAI
Hidrograf merupakan penyajian grafis antara salah satu unsur aliran yaitu debit
sungai atau tinggi muka air dengan waktu, tetapi hidrograf yang dimaksudkan pada
uraian selanjutnya adalah hidrograf debit. Debit sungai yang diperoleh dari pengamatan
digambarkan sebagai ordinat dan waktu pengamatan sebagai absis. Bentuk lengkung
hidrografnya tergantung pada karakteristik hujan yang mengakibatkan aliran. Pada
umumnya semakin besar intensitas hujannya semakin tinggi puncak hidrografnya. Daerah
Aliran Sungai dengan intensitas hujan tetap, semakin lama durasi hujannya sehingga
melebihi waktu konsentrasi semakin lama durasi puncak hidrografnya. Bentuk hidrograf
pada kondisi tersebut mendekati trapesium (Wanielista, 1990:155); Sobriyah dan
Sudjarwadi (1998:12).
Suatu hidrograf dapat dianggap sebagai suatu gambaran dari karakteristik
fisiografis dan klimatis yang mengendalikan hubungan antara curah hujan dan pengaliran
dari suatu DAS tertentu. Komponen yang merupakan sumber penyebab aliran di sungai
antara lain; air yang berasal langsung dari hujan (precipitation), limpasan permukaan
(surface runoff), aliran bawah tanah (subsurface flow, interflow) dan aliran air tanah
(groundwater flow), Chow,1964 dalam Sri Harto (1993:144).
18
Hidrograf aliran terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1. sisi naik (rising limb).
2. bagian puncak (crest).
3. sisi resesi atau sisi turun(recession limb)
sebagai ditunjukkan pada Gambar 1. Sisi naik menandakan masih adanya kontribusi
hujan terhadap debit aliran. Puncak hidrograf adalah debit maksimum yang terjadi dalam
suatu aliran dengan waktu naik yang merupakan selang waktu antara mulai bertambahnya
aliran sampai tercapainya debit puncak. Sisi turun merupakan proses pengatusan daerah
tangkapan. Waktu dasar yaitu waktu mulai bertambahnya debit aliran sampai kembali ke
debit aliran dasar. Hidrograf tersebut adalah hidrograf tunggal yang dihasilkan oleh
hujan periode tunggal, sedang hidrograf kompleks yang mempunyai puncak ganda atau
lebih merupakan aliran dari hujan periode panjang dengan intensitas yang bervariasi.
1. Gambar Komponen Hidrograf
105 2
Q 1
3
Waktu
1. Sisi naik 2. Sisi puncak 3. Sisi turun
Sifat-sifat Hidrograf antara lain :
a. Time Lag (L) : waktu dari titik berat hujan sampai puncak
hidrograf.
b. Waktu naik (rising time) tp: waktu mulai hujan sampai puncak.
c. Waktu konsentrasi tc : waktu dari akhir hujan sampai titik belok pada sisi
turun.
19
d. Waktu turun (recession time) tr : waktu dari puncak sampai akhir limpasan permukaan.
e. Waktu dasar (base time) tb : waktu dari awal sampai akhir limpasan permukaan.
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Aliran permukaan (run off) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Air hujan yang jatuh ke permukaan
tanah ada yang langsung masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi. Karakteristik
daerah yang berpengaruh terhadap bagian air hujan antara lain adalah topografi, jenis tanah,
dan penggunaan lahan atau penutup lahan. Berdasarkan data yang didapat maka terjadinya
limpasan ditentukan oleh faktor kelebatan hujan, yakni besaran hujan yang tercurah dalam
satuan waktu.
Runoff merupakan bagian air hujan yang masuk dan mengalir dan masuk dalam badan
sungai. Masuknya air hujan kedalam sungai dapat melalui berbagai cara, yaitu, a). Langsung
jatuh kedalam badan sungai (channel precipitation), b). Mengalir terlebih dahulu diatas
permukaan tanah kemudian masuk ke badan sungai (direct runoff), c). Masuk ke dalam
tanah (infiltration) kemudian mengalir mengikuti horizon tanah menuju badan sungai (sub-
surface flow),d). Masuk ke dalam tanah terus menuju air tanah (percolation) kemudian
mengalir dalam sungai (groundwater flow). Dalam pengukuran limpasan hujan di Indonesia
pada umumnya menggunakan metode Dr. FJ. Mock yaitu analisis keseimbangan air untuk
menghitung harga debit bulanan berdasarkan transformasi data curah hujan
bulanan,evapotanspirasi,kelembaban tanah. Metode empiris tersebut digunakan apabila
terdapat catatan debit sungai yang hilang.
Dalam pembuatan hidrograf aliran terdiri dari tiga komponen, yaitu:
(1) sisi naik (rising limb).
(2) bagian puncak (crest).
(3) sisi resesi atau sisi turun(recession limb).
20
4.2. Saran
Pengukuran sungai umumnya di tujukan untuk mengukur besarnya debit sungai.
Pengukuran debit air tidak di lakukan di sembarang kondisi sungai. Dalam Pengukuran debit
air harus lebih benar dan valid agar hasilnya memuaskan, dalam pengukuran debit air
sebaiknya di lakukan dengan:
1. Proses kalibrasi terhadap model yang didapat agar model tersebut dapat diaplikasikan di
lapangan.
2. Penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh aliran masuk (inflow),disamping hujan,
terhadap limpasan.
3. Percobaan dilakukan dengan variasi kemiringan dan intensitas hujan yang lebih banya
21
DAFTAR PUSTAKA
 Utaya,Sugeng. 2013.Pengantar Hidrologi. Aditya Media Publishing.
 http://one-geo.blogspot.com/2011/01/limpasan-permukaan-runoff.html
 http://www.slideshare.net/infosanitasi/curah-hujan-dan-aliran-limpasan
 http://www.spk 2009.hostoi.com/Drainase/Fakta Analisa Analisis DebitAir limpasan.html

More Related Content

What's hot

Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Helmas Tanjung
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk21010115410004
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3infosanitasi
 
Karakteristik sungai
Karakteristik sungaiKarakteristik sungai
Karakteristik sungaiCahaya Hari
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongYahya M Aji
 
Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangafadliansyah
 
Makalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sigMakalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sigEko Artanto
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencanavieta_ressang
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISbramantiyo marjuki
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
Kebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuKebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuudhiye
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiAnindya N. Rafitricia
 
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)candrosipil
 
perencanaan intake
perencanaan intakeperencanaan intake
perencanaan intakeReza Nuari
 
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingPedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingMgs Zulfikar Rasyidi
 
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisTutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisEgi Septiana
 

What's hot (20)

current meter
current meter current meter
current meter
 
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
 
Karakteristik sungai
Karakteristik sungaiKarakteristik sungai
Karakteristik sungai
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
 
Uji Konsistensi Data Hujan
Uji Konsistensi Data HujanUji Konsistensi Data Hujan
Uji Konsistensi Data Hujan
 
Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjang
 
Makalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sigMakalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sig
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Kebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuKebutuhan air baku
Kebutuhan air baku
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
 
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
 
Teori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolithTeori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolith
 
Tugas Manajemen Survei dan Pemetaan
Tugas Manajemen Survei dan PemetaanTugas Manajemen Survei dan Pemetaan
Tugas Manajemen Survei dan Pemetaan
 
perencanaan intake
perencanaan intakeperencanaan intake
perencanaan intake
 
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingPedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
 
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisTutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
 

Similar to limpasan air hujan dan pengukurannya

Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)Penjaga Tani
 
Presentasi intan
Presentasi intanPresentasi intan
Presentasi intanNurul Aulia
 
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiMateri Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Drainase perkotaan pertemuan 3.pdf
Drainase perkotaan pertemuan 3.pdfDrainase perkotaan pertemuan 3.pdf
Drainase perkotaan pertemuan 3.pdfkhoirulanam357251
 
Frienly A.U.Daungu_Tugas makalah IUT II
Frienly A.U.Daungu_Tugas makalah IUT IIFrienly A.U.Daungu_Tugas makalah IUT II
Frienly A.U.Daungu_Tugas makalah IUT IITriBagusMinarno
 
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)Hanifah Nurhayati
 
Materi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiMateri Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIBAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIEDIS BLOG
 
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIBAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIEDIS BLOG
 
Konsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiKonsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiQunk
 
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganDrainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganYahya M Aji
 
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOKREDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOKDebora Elluisa Manurung
 
Tugas kelompok sugai
Tugas kelompok sugaiTugas kelompok sugai
Tugas kelompok sugaiHendrizal
 
Presentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxPresentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxWahyu358704
 

Similar to limpasan air hujan dan pengukurannya (20)

Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)Bahan kuliah hidrologi (s1)
Bahan kuliah hidrologi (s1)
 
PPT S1.ppt
PPT S1.pptPPT S1.ppt
PPT S1.ppt
 
Praktikum i anhid
Praktikum i anhidPraktikum i anhid
Praktikum i anhid
 
Presentasi intan
Presentasi intanPresentasi intan
Presentasi intan
 
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiMateri Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
 
Laporan hidrologi
Laporan hidrologiLaporan hidrologi
Laporan hidrologi
 
skripsi
skripsiskripsi
skripsi
 
Drainase perkotaan pertemuan 3.pdf
Drainase perkotaan pertemuan 3.pdfDrainase perkotaan pertemuan 3.pdf
Drainase perkotaan pertemuan 3.pdf
 
Frienly A.U.Daungu_Tugas makalah IUT II
Frienly A.U.Daungu_Tugas makalah IUT IIFrienly A.U.Daungu_Tugas makalah IUT II
Frienly A.U.Daungu_Tugas makalah IUT II
 
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
Praktikum 6 anhid (METODE PEMISAHAN ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF) 2)
 
Materi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah HidrologiMateri Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
Materi Air Tanah Mata Kuliah Hidrologi
 
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIBAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
 
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGIBAHAN KULIAH HIDROLOGI
BAHAN KULIAH HIDROLOGI
 
Konsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologiKonsep dasar hidrologi
Konsep dasar hidrologi
 
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganDrainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
 
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOKREDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
 
Tugas Sugai
Tugas SugaiTugas Sugai
Tugas Sugai
 
Tugas kelompok sugai
Tugas kelompok sugaiTugas kelompok sugai
Tugas kelompok sugai
 
Presentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptxPresentation wahyu.pptx
Presentation wahyu.pptx
 

Recently uploaded

Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

limpasan air hujan dan pengukurannya

  • 1. 1 LIMPASAN HUJAN PERHITUNGAN DAN PENGUKURANNYA MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hidrologi Dosen Pembimbing Roni Alim B.K, M.Pd Disusun Oleh: 1. Maria E. Jena (120401050046) 2. Rosiana Mirati (120401050047) 3. Margareta Ate (120401050048) 4. Fitria (dari kelas C Ikut kelas B) (120401050122). 5. Nobertus Wahyudi (12040105015) UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI 2014
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan ”Makalah Hidrologi” dengan topik “ Pengertian Limpasan Perhitungan Dan Pengukurannya”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas makalah kedepannya. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya sehingga dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
  • 3. 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… i DAFTAR ISI ………………………… …………………………………………………….ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….1 1.2 Tujuan ……………………………………………………………………………2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pemahaman tentang air limpan atau Run off ………………………………….3 2.1. Bagan siklus run off……………………………………………………………..4 2.2. Menghitung ketebalan dan Debit limpasan Hujan……………………………...5 2.3. Pengukuran debit sungai…………………………………………………….…..7 2.4. Pembuatan Hidrograf Aliran sungai…………………………………………...12 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan …………………………………………………………………….15 3.2. Saran…………………………………………………………………………….16 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Salah satu komponen dalam siklus hidrologi adalah limpasan hujan. Komponen limpasan hujan dapat berupa run-off (aliran permukaan) ataupun aliran yang lebih besar seperti aliran air di sungai. Runoff atau limpasan hujan merupakan bagian air hujan yang masuk dan mengalir dan masuk dalam badan sungai. Secara umum analisis debit berdasarkan curah hujan yang sering dilakukan di Indonesia adalah menggunakan metode empiris dari Dr. FJ. MOCK (1973) yaitu analisis keseimbangan air untuk menghitung harga debit bulanan berdasarkan transformasi data curah hujan bulanan,evapotanspirasi,kelembaban tanah. metode empiris tersebut digunakan apabila terdapat catatan debit sungai yang hilang. Prinsip metode Mock menyatakan bahwa hujan yang jatuh pada tangkapan air, sebagian akan hilang akibat evapotanspirasi,sebagian akan langsung menjadi direct runoff dan sebagian lagi akan masuk kedalam tanah atau terjadi infiltrasi, ini mula-mula akan menjenuhkan permukaan tanah, kemudian terjadi perkolasi ke air tanah dan akan keluar sebagai base flow. Pengukuran sungai umumnya di tujukan untuk mengukur besarnya debit sungai. Debit air adalah besarnya volume air yang mengalir melalui penampang sungai per satuan waktu. Pengukuran debit air tidak di lakukan di sembarang kondisi sungai. Pengukuran debit air agar hasilnya teliti dan valid. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pemahaman Tentang Air Limpasan (run-off)? 2. Bagaimana Perhitungan ketebalan dan debit limpasan hujan (runoff) dengan metode F.J MOCK (Ketersediaan Air)? 3. Bagaimana Teknik pengukuran debit sungai? 4. Bagaimana Pembuatan hidrograf aliran sungai?
  • 5. 5 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui Air Limpasan (run-off). 2. Untuk mengetahui perhitungan ketebalan dan debit limpasan hujan (runoff) dengan metode F.J MOCK (Ketersediaan Air). 3. Untuk mengetahui Teknik pengukuran debit sungai. 4. Untuk mengetahui Pembuatan hidrograf aliran sungai.
  • 6. 6 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pemahaman Tentang Air Limpasan (run-off), Salah satu komponen dalam siklus hidrologi adalah limpasan hujan. Komponen limpasan hujan dapat berupa run-off (aliran permukaan) ataupun aliran yang lebih besar seperti aliran air di sungai. Limpasan akibat hujan ini dapat terjadi dengan cepat dan dapat pula setelah beberapa jam setelah terjadinya hujan. Lama waktu kejadian hujan puncak dan aliran puncak sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah tempat jatuhnya hujan. Makin besar perbedaan waktu kejadian hujan puncak dan debit puncak, makin baik kondisi wilayah tersbut dalam menyimpan air di dalam tanah. Wilayah Indonesia dengan kondisi tropis dimana hujan terjadi terpusat pada enam bulan periode hujan menyebabkan kita harus bisa melakukan rekayasa konservasi air dengan cara menyimpan air hujan sebanyak mungkin di dalam tanah selama musim hujan dan memanfaatkannya setelah datangnya periode musim kemarau. Disamping itu, penyimpanan air hujan yang baik akan mampu meredam kejadian aliran puncak yang tinggi yang dapat menyebabkan banjir. Runoff merupakan bagian air hujan yang masuk dan mengalir dan masuk dalam badan sungai. Masuknya air hujan kedalam sungai dapat melalui berbagai cara, yaitu; 1. Langsung jatuh kedalam badan sungai (channel precipitation), 2. Mengalir terlebih dahulu diatas permukaan tanah kemudian masuk ke badan sungai (direct runoff), 3. Masuk ke dalam tanah (infiltration) kemudian mengalir mengikuti horizon tanah menuju badan sungai (sub-surface flow), 4. Masuk ke dalam tanah terus menuju air tanah (percolation) kemudian mengalir ked alam sungai (groundwater flow). Perjalanan air hujan menuju air sungai ini disebut siklus runoff. Secara visual siklus runoff tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema dan sketsa penampang sungai berikut ini.
  • 7. 7 Gambar Bagan siklus Runoff Berdasarkan bagan siklus runoff tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya aliran sungai itu berasal dari curah hujan. Air hujan untuk sampai ke badan sungai melalui berbagai proses,ada yang langsung masuk ke badan sungai, ada yang melalui perjalanan pendek, tetapi ada pula yang harus melalui perjalanan yang panjang dan dalam waktu lama. Air hujan yang langsung masuk ke badan sungai disebut channel precipitation,dan air hujan yang melalui perjalanan agak panjang disebut aliran langsung (direct runoff). Sedangkan air hujan yang masuk ke sungai dengan melalui perjalanan panjang adalah aliran air tanah baik dalam bentuk sub- surface flow maupun groundwater flow. Berdasarkan proses perjalanan air hujan menuju sungai tersebut, maka total aliran air sungai merupakan akumulasi dari channel precipitation, direct flow, sub-surface flow, dan groundwater flow. Precipitation Precipitation Excess E Losses Runoff (Qs) Infiltration Other Losses Direct Runoff (Qds) Sub-surface flow (Qss) Percolation Groundwater Discharge (Qgs) Total Runoff (River Discharge) r Channel Precipitation
  • 8. 8 2.2 PENGHITUNGAN KETEBALAN DAN DEBIT LIMPASAN HUJAN Secara umum analisis debit berdasarkan curah hujan yang sering dilakukan di Indonesia adalah menggunakan metode empiris dari Dr. FJ. MOCK (1973) yaitu analisis keseimbangan air untuk menghitung harga debit bulanan berdasarkan transformasi data curah hujan bulanan,evapotanspirasi,kelembaban tanah. Metode empiris tersebut digunakan apabila terdapat catatan debit sungai yang hilang. Prinsip metode Mock menyatakan bahwa hujan yang jatuh pada tangkapan air, sebagian akan hilang akibat evapotranspirasi,sebagian akan langsung menjadi direct runoff dan sebagian lagi akan masuk kedalam tanah atau terjadi infiltrasi, ini mula-mula akan menjenuhkan permukaan tanah, kemudian terjadi perkolasi ke air tanah dan akan keluar sebagai base flow. Hal ini terdapat keseimbangan antara air hujan yang jatuh dengan moisture dan ground water discharge. Aliran dalam sungai adalah jumlah aliran yang langsung dipermukaan tanah dan base flow. Curah hujan rata-rata bulanan di daerah pengaliran sungai dihitun berdasarkan data pengukuran curah hujan dan evapotanspirasi yang sebenarnya dari data meteorology dengan menggunakan metode penman dan karakteristik vegetasi,perbedaan antara curah hujan dan evapotanspirasi mengakibatkan limpasan air hujan langsung(direct runoff),aliran dasar/air hujan lebat (strom runoff). Data asumsi dan yang diperlukan untuk penghitungan metode mock adalah sebagai berikut: 1. Data curah hujan. Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan 10 harian. stasiun curah hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di daerah tersebut. 2. Evapotranspirasi terbatas. Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasiactual denga mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah hujan. Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas diperlukan data:  Curah hujan sepuluh harian (P).  Jumlah hari hujan (n).
  • 9. 9  Jumlah permukaan kering 10 harian (d) dihitung dengan asumsi bahwa tanah dalam suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu menguap sebesar 4 mm.  Exposed surface (m%) ditaksi berdasarkan peta tata guna lahan atau dengan asumsi: m= 0% untuk lahan dengan hutan lebat. m= 10% - 40% untuk lahan sekunder. m= 20% -50% untuk lahan pertanian yang diolah. Secara sistematis evapotranspirasi dirumuskan sebagai berikut: Keterangan; Delta E =beda antara evapotranspirasi potensional dengan evapotranspirasi terbatas (mm). Eactual =evapotranspirasi terbatas (mm). Epm = evapotranspirasi potensial (mm). M =singkapan lahan (Exposed surface). 3. Faktor karakteristik hidrologi faktor bukan lahan. M=0% untuk lahan dengan hutan lebat. M=10-40% untuk lahan tererosi. M=30-50% untuk pertanian yang diolah. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan untuk seluruh daerah studi yang merupakan daerah lahan pertanian yang diolah dan lahan tererosi maka dapat diasumsikan untuk faktor m diambil 30%. 4. Luas daerah pengaliran. Semakin besar daerah pengaliran dari suatu aliran kemungkinan akan semakin besar pulau ketersedian debitnya. 5. Water Surplus. Water surplus didefenisikan sebagai curah hujan yang telah mengalami evapotranspirasi dan mengisi soil storage (SS).water surplus secara langsung berpengaruh pada infiltrasi/porkalasi dan total run-off yang merupakan komponen dari debit. Persamaan water surplus (WS) adalah sebagai berikut:
  • 10. 10 Water surplus adalah air permukaan run-off dan infiltrasi. Soil Moistur Storage (SMS) terdiri dari soil moisture capacity (SMS),zone dari infiltrasi, limpasan permukaan dan soil stroge. Besar soil moisture storage (SMS) untuk masing-masing wilayah tergantung pada jenis tanaman ,tutupan lahan (land cover) dan jenis tanah. Dalam Mock, SMS dihitung sebagai berikut : 6. Kapasitas kelembaban tanah (SMC) soil moisture capacity, Adalah kapasitas kandungan air pada lapisan tanah permukaan (surface soil )per M2. Besarnya SMC untuk perhitungan ketersediaan air ini diperkirakan berdasarkan kondisi prositas lapisan tanah permukaan dari DPS. Semakin besar semakin besar porositas tanah akan semakin besar pula SMC yang ada .dalam perhitungan ini nilai SMC diambil antara 50 mm sampai 200 mm. Persamaan yang digunakan untuk besarnya kapasitas kelembaban tanah adalah: Keterangan; Eactual =evapotraspirasi aktual, mm/bulan; SMS =simpanan kelembban tanah,mm/bulan; ISMS =kelembaban tanah awal,mm/bulan; P =curah hujan bulanan,mm/bulan; WS =kelebihan air,mm/bulan; 2.3 PENGUKURAN DEBIT SUNGAI Pengukuran sungai umumnya ditujukan untuk mengukur besarnya debit sungai. Debit air adalah besarnya volume air yang mengalir melalui penampang sungai per satuan waktu. Pengukuran debit air tidak di lakukan di sembarang kondisi sungai. Pengukuran debit air agar hasilnya teliti dan valid, maka harus mengikuti persyaratan sebagai berikut yang di Wa = (P-Ea)+SS SMS = ISMS+(P- Ea)
  • 11. 11 tetapkan oleh masing masing model atau formula debit. Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam pengukuran debit adalah : 1) Pemilihan tempat pengukuran (Gauging site). Dalam pengukuran debit air biasanya di lakukan pengukuran pengukuran tinggi muka air (stage elevation )dan parameter penampang sungai lainnya .untuk melaksanakan pengukuran tersebut, penempatan stasiun pengukuran harus memperhatikan 4 hal yaitu :  Tempat pengukuran harus mudah di capai pengamat.  Kondisi tempat harus sesuai dengan alat yang di gunakan .  Kedudukan tempat harus stabil.  Kondisi alat harus standard an stabil. 2) Pemilihan lokasi pengukuran pengukuran tinggi muka air Dalam pemilihan lokasi pengukuran tinggi muka air, ada beberapa syarat yang harus di perhatikan yaitu lokasi pengukuran hendaknya :  Tidak terlalu dekat dengan percabangan sungai,untuk menghindari efek back water.  Berada di hulu dan hilir dari bangunan hidrologi,seperti bendungan atau dam dan ambang (weir).  Mudah di capai,misalnya dekat dengan jembatan dan sebagainya.  Berada pada bagian sungai yang lurus agar di peroleh ketelitian yang tinggi.  Berada pada dasar sungai yang stabil. 3) Syarat pengukuran kecepatan aliran. Pada dasarnya debit air merupakan fungsi dari luas penampang saluran dan kecepatan aliran,maka dalam pengukuran debit beberapa hal berkait dengan kedua parameter tersebut harus dp perhatikan .adapun syarat syarat yang harus di perhatikan dalam pengukuran kecepatan aliran yaitu :  Penampang hendaknya tegak lurus dengan badan sungai,dan kecepatan aliran pada semua titik hendaknya seragam.  Dapat menghasilkan kurva distribusi kecepatan aliran yang teratur.  Kecepatan aliran lebih besar dari 10/15 sentimeter per detik.  Dasar sungai hendaknya di pilih yang stabil.
  • 12. 12  Kedalaman air hendaknya lebih dari 30 cm.  Hendaknya tidak ada aliran yang melampaui tebing.  Hendaknya tidak terdapat tumbuhan atau benda pengganggu lainnya. 4) Alat untuk mengukur tinggi muka air.  Untuk mengukur tinggi muka air di perlukan beberapa alat antara lain :  Alat ukur manual berupa papan duga (staff gauge).  Alat ukur otomatis berupa automatic water level recorder (AWLR). 5) Metode pengukuran debit air. Debit air adalah besarnya volume air yang mengalir melalui penampang tertentu persatuan waktu. Debit air merupakan fungsi dari luas penampang di kalikan kecepatan aliran. Luas penampang saluran yang berbentuk teratur di hitung menurut bentuk bangunnya, sedangkan penampang yang tidak teratur di hitung dengan menggunakan prinsip rata rata kedalaman air, sedangkan kecepatan aliran merupakan fungsi dari bentuk saluran,nilai kekasaran saluran, dan kemiringan aliran. Metode pengukuran debit air ada beberapa macam,dan setiap metode memiliki kesesuaian dengan kondisi sungai atau saluran air yang akan di ukur debitnya. Pengukuran debit air dengan menggunakan 3 macam metode yaitu 1. Slope area. 2. Metodw kontinyu 3. Metode pelampung 4. Metode weir. Adapun cara pengukuran debit dengan ketiga metode tersebut sebagai berikut : 1. Pengukuran debit air dengan menggunakan metode Slope Area. Prinsip rumus debit air dengan metode Slope Area adalah mengalihkan luas penampang saluran dengan kecepatan aliran. Luas penampang saluran di ukur dan di hitung sesuai rumus bentuk bangunan saluran. Sedangkan kecepatan aliran merupakan fungsi dari bentuk penampang,kekasaran dasar saluran,dan kemiringan permukaan air. Pada prinsip peran kekasaran saluran adalah semakin kasar dasar saluran,akan semakin besar hambatan,dan berarti semakin kecil kecepatan aliran air. Sedangkan kemiringan permukaan air di tentukan oleh beda tinggi antara titik hulu dan hilir sungai. Semakin besar kemiringan dasar saluran akansemakin besar beda tinggi permukaan
  • 13. 13 air,sehingga akan semakin cepat aliran air. Ada pun rumus debit air sungai dengan metode Slope Area sebagai berikut : Keterangan : Q = A ´ V V = kecepatan aliran (m/dt) N = koefisien kekasaran Manning menurut Cowan R = radius hidraulik = A/P A = luas penampang basah (m2) P = panjang dasar penampang basah (m) S = kemiringan permukaan air Contoh soal: 2. Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu Current meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang konstant dari permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama. Contoh perhitungan dengan menggunakan metode kontiny Q =A.V
  • 14. 14 3. Pengukuran debit sungi dengan metode penampung. Pada prinsipnya rumus debit air sungai metode Apung merupakan hasil kali luas penampang sungai dengan kecepatan aliran.cara memperoleh nilai luas penampang sungai sama seperti dalam metode slope area.sedangkan kecepatan aliran air di perkirakan berdasarkan kecepatan pelampung yang di hanyutkan dalam air.oleh karena massa pelampung tidak sama dengan massa air,maka kecepatan hanyut perlampung tidak otomatis sama dengan kecepatan aliran air berdasarkan kecepatan hanyut perlampung di hitung
  • 15. 15 Rumus: Q = A ´ k ´ V Keterangan : Q = debit aliran (m3/dt) A = luas penampang basah (m2) k = koefisien V = kecepatan pelampung (m/dt) Nilai k tergantung dari jenis pelampung yang dipakai, dan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: k = 1 – 0,116 ( - 0,1) Contoh Soal: Pelampung a. Gabus A = Luas penampang = 2.7 m2 V = 1.15 m/dtk Q = A x V = 2.7 x 1.15 = 3.105 m3/dtk 4. Pengukuran debit air sungai dengan Bendung (weir). Weir adalah alat pembendung air dengan bentuk tertentu yang di gunakan untuk mengukur debit air saluran.bentuk yang banyak di gunakan pada metode ini adalah bentuk segitiga, segi empat,dan persegi panjang. Weir dapat di buat dari pelat besi yang di gores dengan bentuk tertentu di tengahnya. Weir ini di pasang dalam sungai ,sehingga seluruh aliran air terbendung dan meangalir melalui bagian weir yang di gores tersebut.Rectanguler Weir Cara Kerja : 1.Menentukan lebar weir yang dipergunakan. 2.Membendung selokan dengan menggunakan weir
  • 16. 16 3.Mengukur tinggi perairan dari dasar perairan sampai garis bawah air. 4.Mengukur ketinggian air setelah dipasang weir. 5.Menghitung debit dengan rumus : Q = 3,33 x H3/2 ( L-0,2H ) Q = Debit air (cfs=cubis feet per second) H = TinggiWeir (feet) L = Lebar Weir (feet) Beberapa rumus pengukuran debit dengan weir di sajikan sebagai berikut (sosrodarsono dan takeda 2003 ) a) Bendung segitiga siku siku. Rumus debit bendung segitiga siku siku adalah: Keterangan : Q=debit (m3/menit). H=tinggi muka air di atas weir (m). K= koefisien debit. =81,2+0,24/h+(8,4+12D)(h/B-0,09)2. B=Lebar saluran(M). D=Tinggi Dari dasar saluran ke titik terendah dari weir. b) Bendung persegi empat. Rumus bending persegi empat adalah : Q=K b h 3/2. Keterangan : Q= debit ( m3/detik). B= lebar mercu (m). H= tinggi muka air di atas weir (m). Q=K.h 5/2 Q=K b h 3/2
  • 17. 17 K= koefisien debit. B=Lebar saluran (m). D= Tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari weir (m). c) Bendung lebar penuh. Rumus bending persegi empat adalah : Q=KBh3/2 Keterangan Q= debit ( m3/detik) B= lebar mercu ( m) H= tinggi muka air di atas weir (m) K= koefisien debit B=Lebar saluran (m) D= Tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari weir (m) 2.4. PEMBUATAN HIDROGRAF ALIRAN SUNGAI Hidrograf merupakan penyajian grafis antara salah satu unsur aliran yaitu debit sungai atau tinggi muka air dengan waktu, tetapi hidrograf yang dimaksudkan pada uraian selanjutnya adalah hidrograf debit. Debit sungai yang diperoleh dari pengamatan digambarkan sebagai ordinat dan waktu pengamatan sebagai absis. Bentuk lengkung hidrografnya tergantung pada karakteristik hujan yang mengakibatkan aliran. Pada umumnya semakin besar intensitas hujannya semakin tinggi puncak hidrografnya. Daerah Aliran Sungai dengan intensitas hujan tetap, semakin lama durasi hujannya sehingga melebihi waktu konsentrasi semakin lama durasi puncak hidrografnya. Bentuk hidrograf pada kondisi tersebut mendekati trapesium (Wanielista, 1990:155); Sobriyah dan Sudjarwadi (1998:12). Suatu hidrograf dapat dianggap sebagai suatu gambaran dari karakteristik fisiografis dan klimatis yang mengendalikan hubungan antara curah hujan dan pengaliran dari suatu DAS tertentu. Komponen yang merupakan sumber penyebab aliran di sungai antara lain; air yang berasal langsung dari hujan (precipitation), limpasan permukaan (surface runoff), aliran bawah tanah (subsurface flow, interflow) dan aliran air tanah (groundwater flow), Chow,1964 dalam Sri Harto (1993:144).
  • 18. 18 Hidrograf aliran terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1. sisi naik (rising limb). 2. bagian puncak (crest). 3. sisi resesi atau sisi turun(recession limb) sebagai ditunjukkan pada Gambar 1. Sisi naik menandakan masih adanya kontribusi hujan terhadap debit aliran. Puncak hidrograf adalah debit maksimum yang terjadi dalam suatu aliran dengan waktu naik yang merupakan selang waktu antara mulai bertambahnya aliran sampai tercapainya debit puncak. Sisi turun merupakan proses pengatusan daerah tangkapan. Waktu dasar yaitu waktu mulai bertambahnya debit aliran sampai kembali ke debit aliran dasar. Hidrograf tersebut adalah hidrograf tunggal yang dihasilkan oleh hujan periode tunggal, sedang hidrograf kompleks yang mempunyai puncak ganda atau lebih merupakan aliran dari hujan periode panjang dengan intensitas yang bervariasi. 1. Gambar Komponen Hidrograf 105 2 Q 1 3 Waktu 1. Sisi naik 2. Sisi puncak 3. Sisi turun Sifat-sifat Hidrograf antara lain : a. Time Lag (L) : waktu dari titik berat hujan sampai puncak hidrograf. b. Waktu naik (rising time) tp: waktu mulai hujan sampai puncak. c. Waktu konsentrasi tc : waktu dari akhir hujan sampai titik belok pada sisi turun.
  • 19. 19 d. Waktu turun (recession time) tr : waktu dari puncak sampai akhir limpasan permukaan. e. Waktu dasar (base time) tb : waktu dari awal sampai akhir limpasan permukaan. BAB III PENUTUP 4.1. Kesimpulan Aliran permukaan (run off) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang langsung masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi. Karakteristik daerah yang berpengaruh terhadap bagian air hujan antara lain adalah topografi, jenis tanah, dan penggunaan lahan atau penutup lahan. Berdasarkan data yang didapat maka terjadinya limpasan ditentukan oleh faktor kelebatan hujan, yakni besaran hujan yang tercurah dalam satuan waktu. Runoff merupakan bagian air hujan yang masuk dan mengalir dan masuk dalam badan sungai. Masuknya air hujan kedalam sungai dapat melalui berbagai cara, yaitu, a). Langsung jatuh kedalam badan sungai (channel precipitation), b). Mengalir terlebih dahulu diatas permukaan tanah kemudian masuk ke badan sungai (direct runoff), c). Masuk ke dalam tanah (infiltration) kemudian mengalir mengikuti horizon tanah menuju badan sungai (sub- surface flow),d). Masuk ke dalam tanah terus menuju air tanah (percolation) kemudian mengalir dalam sungai (groundwater flow). Dalam pengukuran limpasan hujan di Indonesia pada umumnya menggunakan metode Dr. FJ. Mock yaitu analisis keseimbangan air untuk menghitung harga debit bulanan berdasarkan transformasi data curah hujan bulanan,evapotanspirasi,kelembaban tanah. Metode empiris tersebut digunakan apabila terdapat catatan debit sungai yang hilang. Dalam pembuatan hidrograf aliran terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) sisi naik (rising limb). (2) bagian puncak (crest). (3) sisi resesi atau sisi turun(recession limb).
  • 20. 20 4.2. Saran Pengukuran sungai umumnya di tujukan untuk mengukur besarnya debit sungai. Pengukuran debit air tidak di lakukan di sembarang kondisi sungai. Dalam Pengukuran debit air harus lebih benar dan valid agar hasilnya memuaskan, dalam pengukuran debit air sebaiknya di lakukan dengan: 1. Proses kalibrasi terhadap model yang didapat agar model tersebut dapat diaplikasikan di lapangan. 2. Penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh aliran masuk (inflow),disamping hujan, terhadap limpasan. 3. Percobaan dilakukan dengan variasi kemiringan dan intensitas hujan yang lebih banya
  • 21. 21 DAFTAR PUSTAKA  Utaya,Sugeng. 2013.Pengantar Hidrologi. Aditya Media Publishing.  http://one-geo.blogspot.com/2011/01/limpasan-permukaan-runoff.html  http://www.slideshare.net/infosanitasi/curah-hujan-dan-aliran-limpasan  http://www.spk 2009.hostoi.com/Drainase/Fakta Analisa Analisis DebitAir limpasan.html