SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
227
Jurnal Geografi
Media Informasi Pengembangan Ilmu
dan Profesi Kegeografian
MODEL ALIRAN AIR TANAH UNTUK MEMPREDIKSI PENYEBARAN
POLUTAN DI TIMUR CEKUNGAN BANDUNG
Arief Rachmat¹, Ananto Aji²
¹Peneiti Pusat Penelitian Geoteknologi, LIPI
²Staf Pengajar Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang
Info Artikel
________________
Sejarah Artikel:
Diterima Maret 2014
Disetujui Juni 2014
Dipublikasikan Juli 2014
________________
Keywords:
Groundwater movement,
groundwater flow model,
pollutant
___________________
Abstract
Rancaekek Area, West Java, known as rice granary for years. But, since the
textile industry growing, rice productions are continued to decrease. It was
predicted as the impact of pollutant migration into the farmland. Nowadays,
farmland in this area was tend to gone. The potential spread of pollutants can be
observed through the direction of groundwater movement. Mass movement of
ground water can be seen through the groundwater flow model. This study will
provide an overview of potential spread of pollutants, because it will follow the
groundwater flow. The model is built through data processed with Geographic
Information Systems (GIS). The simulation results of groundwater level is
generally known that pollutants will move to the south, with local variations to
southeast and southwest.
Abstrak
Kawasan Rancaekek, Jawa Barat, selama berpuluh-puluh tahun dikenal
merupakan lumbung padi. Namun sejak industri tekstil berkembang, produksi
padi terus menurun, diduga hal tersebut diantaranya akibat terjadinya migrasi
polutan ke dalam tanah. Kini luasan lahan pertanian di kawasan tersebut nyaris
musnah. Potensi penyebaran polutan dapat diamati melalui arah pergerakan air
tanah. Pergerakan massa air tanah dapat dilihat melalui model aliran air tanah.
Penelitian ini akan memberikan gambaran potensi penyebaran polutan, karena
polutan akan mengikuti aliran air tana. Model dibangun melalui data yang diolah
dengan Sistem informasi Geografis (SIG). Hasil simulasi muka air tanah
diketahui bahwa secara umum polutan akan bergerak ke arah selatan, dengan
variasi lokal arah tenggara dan dan barat daya.
© 2014 Universitas Negeri Semarang
 Alamat korespondensi:
Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: geografiunnes@gmail.com
Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236
228
PENDAHULUAN
Kawasan industri Rancaekek terletak
di sebelah timur Cekungan Bandung yang
merupakan salah satu sentra industri tekstil
terbesar di Indonesia. Keberadaan industri
ini telah membuka lapangan kerja yang
cukup besar dan mendukung upaya
pemerintah meningkatkan salah satu
komoditas ekspor non-migas nasional. Di
sisi lain, keberadaan industri tekstil ini
memberi pengaruh buruk terhadap
lingkungan, khususnya air tanah. Beberapa
laporan penelitian menyebutkan telah
terjadi perubahan kondisi air tanah, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Hasil
penelitian Lambok H dkk (2005) pada
akifer dangkal di Kawasan Rancaekek
menunjukkan kandungan logam berat,
kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan zat
organik berada di atas konsentrasi yang
diperkenankan di daerah Cekungan
Bandung.
Berdasarkan uraian diatas, maka
perlu dikaji potensi penyebaran polutan
dari industri tekstil terhadap air tanah di
sekitarnya. Untuk mengetahui pengaruh
keberadaan lokasi pabrik tekstil yang
menghasilkan limbah terhadap kondisi air
tanah akifer dangkal daerah penelitian,
karena polutan tersebut larut ke dalam air
tanah, maka perlu diteliti penyebaran
polutan sesuai dengan arah pergerakan
aliran air tanah tersebut. Ilustrasi daerah
penelitian Cekungan Bandung ditampilkan
pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian Cekungan Bandung
Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236
229
Kondisi Lingkungan
Geometri dan penyebaran akifer
berkaitan erat dengan kondisi geologi
satuan batuannya. Untuk melihat lebih jelas
kondisi satuan batuan, kondisi geologi tiap
satuan batuan dalam kaitannya dengan
hidrogeologinya tersaji pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian
Satuan Endapan Sungai
Satuan ini dapat berpotensi
sebagai akifer yang baik, karena sifat
endapannya yang lepas, belum
terkonsolidasikan dan memiliki porositas
baik dengan pemilahan buruk.
Satuan Batupasir Tufan
Sifat batuannya yang terpilah baik
dengan kekompakan sedang, memiliki
permeabilitas dan porositas baik,
memungkinkan satuan ini bertindak
sebagai akifer. Satuan batupasir tufan
telah terbentuk tanah (soil), hasil
pelapukan satuan batuannya menutupi
hampir seluruh permukaan satuan ini.
Penyelidikan geolistrik daerah Cekungan
Bandung oleh Subdit Pemboran Air dan
Geofisika, DGTL (2000) menyebutkan
ketebalan soil di Jatinangor dan
Rancaekek berkisar antara 1-10 m.
Pengamatan dan pengukuran terhadap 20
sumur gali menunjukkan kedalaman
muka air tanah berkisar dari 0,37 - 7,45
m. Pada satuan ini ditemukan satu mata
air depresi, yaitu mata air yang muncul
akibat perpotongan muka air tanah. Mata
air ini memiliki debit 1,60 l/detik.
Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236
230
Satuan Breksi
Batuan segar dari satuan ini
bersifat kompak dan impermeable.
Pengamatan terhadap 16 sumur gali yang
terdapat pada satuan ini, menunjukkan
sumur gali tersebut berkembang pada
tanah pelapukan satuan batuannya
dengan kisaran kedalaman 0,5 - 7,9 m.
Mata air yang ditemukan pada satuan ini
berupa mata air kontak (contact spring),
yaitu mata air yang muncul melalui
kontak antara akifer (zona pelapukan)
dengan lapisan yang lebih impermeable
di bawahnya (batuan segar) dan kontak
tersebut berpotongan dengan permukaan
tanah.
Gambar 3. Interpretasi Geolistrik Metode Schlumberger
Satuan Lava
Batuan segar lava menunjukkan
struktur masif dan impermeable. Di daerah
penelitian akifer pada satuan ini
berkembang pada zona pelapukan,
mengalir melalui media celah butir. Pada
satuan ini ditemukan empat sumur gali,
dengan kedalaman muka air tanah dari 0,87
– 1,73 m. Penduduk umumnya memenuhi
kebutuhan air dari mata air yang bersumber
dari pelapukan satuan lava yang
dihubungkan ke rumah–rumah melalui pipa
paralon dan selang. Mata air yang
ditemukan pada satuan ini berupa mata air
kontak dan mata air depresi dengan debit
terbesar 2,84 l/detik.
Pada lokasi penelitian telah
dilakukan pengukuran geolistrik metode
Schlumberger untuk mengetahui kondisi
batuan di wilayah studi. Hasil interpretasi
pengukuran geolistrik ditampilkan pada
Gambar 3. Litologi berdasarkan hasil
Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236
231
interpretasi geolistrik ini adalah terdiri dari
batupasir dan batulanau yang bersifat
tufan.Setempat dijumpai sisipan kerakal
dan tuf diantara lapisan batupasir.
Selanjutnya dari hasil pengukuran
geolistrik dapat diperkirakan gambaran
kondisi geometri akifer pada lokasi
penelitian (Gambar 4).
Gambar 4. Geometri Akifer Lokasi Penelitian.
Pemodelan Muka Air Tanah
Setelah melakukan pemodelan fisik
akifer (lihat kembali Gambar 4),
selanjutnya untuk membuat pemodelan
muka air tanah dilakukan beberapa
kegiatan.
Model konseptual
Model konsep merupakan
penyederhanaan sistem aliram air tanah.
Bentuk model konsep akan menentukan
dimensi model numerik dan rancangan
gridnya. Ada beberapa asumsi dalam
penentuan model konseptual, yaitu : setiap
titik dalam sel hidrogeologi mempunyai
nilai parameter hidrogeologi yang sama
pada arah vertikal. Batas model terdiri dari
specified head dan specified flux (noflow).
Ketebalan akuifer di daerah
Rancaekek dan sekitarnya umumnya
sekitar 40 meter, data ini didapat dari
penggambaran diagram pagar daerah
penelitian. Gambar diagram pagar ini di
buat berdasarkan data litologi daerah
penelitian. Aliran airtanah hanya terjadi
pada aliran horizontal yang disebabkan
oleh perbedaan tinggi tekanPemecahan
permasalahan aliran airtanah dilakukan
dengan cara diskret. Daerah model dibagi
ke dalam beberapa masing-masing
berukuran 100 m x 100 m untuk yang luar
dan 50 m x 5 m untuk dalam pada peta
Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236
232
Ini semua untuk memudahkan di dalam
pencatatan koordinat, lalu menentukan
node di mana 1 node center block:
Y=100
X=100m
Berdasarkan ketentuan pembagian
node center block tersebut, maka daerah
penelitian akan terdiri dari: a) x = 90
kolom dan b) y = 88 baris
Masing-masing grid dalam
penyelidikan ini mewakili 10 km2 dan 2,5
km2. Hal ini digunakan untuk data input
dalam proses komputasi dengan sistem
block center, dimana titik yang mewakili
berada di pusat grid. Dengan demikian luas
daerah model adalah panjang x lebar =
6500 x 5100 m2 = 33,15 km2. Koordinat
yang telah dicatat selanjutnya akan
dimasukkan ke dalam komputasi dengan
menggunakan alat bantu yang dipakai
dalam penelitian ini, yaitu program grafis
Mapinfo dan Surfer. Cara pembuatan grid
pada peta dapat secara lengkap dapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Diskritisasi Model Lokasi Penelitian
Secara umum, kondisi batas
merupakan variabel bebas atau nilai
turunan pertama dari variabel bebas yang
mempunyai nilai tertentu. Nilai tersebut
membatasi sistem yang akan dimodelkan.
Dalam menentukan batasan diskretisasi
model di daerah penelitian, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berdasarkan keadaan di
lapangan sebagai daerah model constant
Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236
233
head boundary, hal ini dikarenakan
terdapat aliran airtanah yang masuk atau
keluar dari daerah model secara bebas
melalui batas model dan memiliki
ketinggian kontur muka air tanah yang
konstan.
2. Sedangkan di daerah Timur Laut dan
Barat Laut diasumsikan sebagai no flow
boundary, yang berarti tidak terdapat
aliran airtanah yang masuk maupun
keluar daerah model, hal ini
dikarenakan kondisi geologi daerah
model, yaitu lava dan breksi vulkanik.
3. Di sebelah selatan diasumsikan fluks
yang keluar daerah model adalah
konstan, karena merupakan sawah
dataran landau. Untuk menentukan
batas-batas model, secara ilustratif dapat
dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Kondisi Batas
Specified Head
Kondisi batas head (specified head
boundaries) disimulasikan dengan
menentukan nilai head lokasi tertentu
dengan nilai tertentu, yaitu:
H(x,y,z) = Ho…………(1)
Notasi H merupakan nilai-nilai pada
titik yang mempunyai koordinat x,y,z dan
Ho adalah nilai specified head.
Specified Flux Boundaries
Kondisi batas flux didefinisikan
sebagai perubahan head sepanjang batas.
qx = dH/dx = C………………..(2)
Kondisi batas ini disebut juga sebagai
kondisi batas Neuman yang menyatakan
adanya aliran masa konstan melalui batas
model sebagai fungsi dari waktu dan
tempat.
Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236
234
Model Airtanah
Nilai dari konduktivitas pada
keadaan awal yang digunakan di lokasi
penelitian nilai dari konduktivitas pada
keadaan awal yang digunakan di lokasi
penelitian adalah 0,0466 /hari, data ini
didapat dari pumping test yang berlokasi di
daerah Rancaekek. Sementara Nilai
storativitas akifer tidak tertekan ditentukan
dari specific yield (Sy) yang nilainya
berkisar antara 0,01 – 0,35. Sebelum
melakukan pemodelan, terlebih dahulu
dilakukan kalibrasi parameter akifer yang
diasumsikan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui perubahan muka air tanah
alamiah di lokasi penelitian akibat
eksploitasi airtanah, bila kedua MAT sama,
maka kalibrasi ini dianggap telah selesai.
Gambar 8 menunjukkan ilustrasi kalibrasi
nilai K, antara sebelum (a) dan sesudah
proses kalibrasi (b). Selanjutnya pada
Gambar 9 menunjukkan ilustrasi
kedudukan MAT, antara sebelum (a) dan
sesudah proses kalibrasi (b).
Gambar 8. Kondisi K Sebelum dan Sesudah Kalibrasi
Gambar 9. MAT Sebelum (a) dan Sesudah (b) Kalibrasi
Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236
235
Gambar 10. Model Aliran Airtanah di Timur Cekungan Bandung
Berdasarkan proses pemodelan
yang telah dilakukan, pada Gambar 10
ditampilkan aliran airtanah di Timur
Cekungan Bandung. Gambar
menunjukkan bahwa pergerakan aliran
airtanah adalah dari Utara menuju Selatan,
dengan kecepatan terbesar terletak di
Selatan area model. Hal ini menunjukkan
pula bahwa polutan akan bergerak dari
sumber pencemar menuju Selatan,
mengikuti aliran air tanah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
pemodelan air tanah akifer daerah
Rancaekek, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa airtanah dangkal
terdapat dalam akifer bebas (unconfined
aquifer) yang tersusun oleh satuan endapan
sungai, batupasir tufan dan tanah hasil
pelapukan satuan breksi dan satuan lava.
Pola aliran airtanah cenderung mengikuti
kontur permukaan, dengan arah aliran
umumnya dari Utara ke Selatan, dengan
variasi antara Baratdaya dan Tenggara.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., S. Sutono, H. Kusnadi
dan Y. Hadian. 2000. Laporan
Pengkajian Baku Mutu Tanah:
Sumber dan Proses Terjadinya
Pencemaran Logam Berat. Laporan
Akhir Proyek Penelitian Sumberdaya
Lahan dan Agroklimat. Bogor:
Puslitbangtanak.
Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236
236
Alloway. 1990. Soil Processes and
Behaviour of Metal: Heavy Metal in
Soils. New York: John Willey and
Sons, Inc.
Anderson, M.P and Woesner, W.W. 1992.
Applied Groundwater Modelling
Simulation of Flow and Advective
Transport. California: Academic
press, Inc.
Aronoff, S. 1989. Geographic Information
System: A Management Perspective.
Ottawa, Canada: WDL Publication.
Domenico, P. A . (1972). Concept And
Model in Groundwater Hydrology.
Illinois: McGraw-Hill Book, Inc.
Dunne, T., Leopold, L.B. 1978. Water in
Environmental Planning. San
Fransisco, USA: W.H. Freeman and
Company.
Hendrayana, H. 1994. Ground Water
Modelling. Yogyakarta: Dept of
Geology, UGM.
Risdianto. 2013. Analisis Tingkat Risiko
Gerakan Tanah Di Kecamatan
Pekuncen Kabupaten Banyumas.
Jurnal Geografi 9 (2): 24-39.
Sule, Achmad, dkk. 1988. Potensi dan
Kualitas Air di Hulu Citarum. Seri
Sumberdaya Alam (143). Jakarta
P3G – LIPI.

More Related Content

What's hot

Batuan Sedimen.pptx
Batuan Sedimen.pptxBatuan Sedimen.pptx
Batuan Sedimen.pptxtaufiqbapiq
 
Network Analyst dalam Sistem Informasi Geografis
Network Analyst dalam Sistem Informasi GeografisNetwork Analyst dalam Sistem Informasi Geografis
Network Analyst dalam Sistem Informasi GeografisSally Indah N
 
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitSistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitRetno Pratiwi
 
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptxMetode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptxMhd. Zaky Daniyal
 
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012Fajar Perdana
 
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Lampung University
 
Laporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lerengLaporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lerengandini rambe
 
Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1khalid munandar
 
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMPengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMRega Surveyor
 
Xii geografi kd 3.3_ pemanfaatan peta untuk jaringan transportasi
Xii geografi kd 3.3_ pemanfaatan peta untuk jaringan transportasiXii geografi kd 3.3_ pemanfaatan peta untuk jaringan transportasi
Xii geografi kd 3.3_ pemanfaatan peta untuk jaringan transportasijopiwildani
 
Materi geolistrik
Materi geolistrikMateri geolistrik
Materi geolistrikoilandgas24
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiAnindya N. Rafitricia
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologironimputra
 

What's hot (20)

Batuan Sedimen.pptx
Batuan Sedimen.pptxBatuan Sedimen.pptx
Batuan Sedimen.pptx
 
Network Analyst dalam Sistem Informasi Geografis
Network Analyst dalam Sistem Informasi GeografisNetwork Analyst dalam Sistem Informasi Geografis
Network Analyst dalam Sistem Informasi Geografis
 
Bilangan Formzahl
Bilangan FormzahlBilangan Formzahl
Bilangan Formzahl
 
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitSistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
 
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptxMetode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
 
Metadata Dalam GIS
Metadata Dalam GISMetadata Dalam GIS
Metadata Dalam GIS
 
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
 
DIGITASI
DIGITASIDIGITASI
DIGITASI
 
CITRA SRTM
CITRA SRTM CITRA SRTM
CITRA SRTM
 
Geologi Irian Jaya (Papua)
Geologi Irian Jaya (Papua)Geologi Irian Jaya (Papua)
Geologi Irian Jaya (Papua)
 
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
 
Skala waktu-geologi
Skala waktu-geologiSkala waktu-geologi
Skala waktu-geologi
 
Laporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lerengLaporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lereng
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1
 
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMPengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
 
Xii geografi kd 3.3_ pemanfaatan peta untuk jaringan transportasi
Xii geografi kd 3.3_ pemanfaatan peta untuk jaringan transportasiXii geografi kd 3.3_ pemanfaatan peta untuk jaringan transportasi
Xii geografi kd 3.3_ pemanfaatan peta untuk jaringan transportasi
 
Materi geolistrik
Materi geolistrikMateri geolistrik
Materi geolistrik
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologi
 

Similar to Model aliran air tanah untuk memprediksi penyebaran

60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...borgolsaja
 
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012NurdinUng
 
Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013
Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013
Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013Mega Dharma Putra
 
9061-18189-1-SP.pdf
9061-18189-1-SP.pdf9061-18189-1-SP.pdf
9061-18189-1-SP.pdfNoprianYeek
 
9061-18189-1-SP.pdf
9061-18189-1-SP.pdf9061-18189-1-SP.pdf
9061-18189-1-SP.pdfNoprianYeek
 
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIEFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIRepository Ipb
 
Jurnal dheni saputra jp 1115011019
Jurnal dheni saputra jp 1115011019Jurnal dheni saputra jp 1115011019
Jurnal dheni saputra jp 1115011019Dheni Saputra
 
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka TengahHasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka TengahDianora Didi
 
Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)Dasapta Erwin Irawan
 
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...Elma Puspaningtyas
 
Cover dan pendahuluan karya tulis
Cover dan pendahuluan karya tulisCover dan pendahuluan karya tulis
Cover dan pendahuluan karya tulisDvi Setiawan
 
30 lean wijaya dkk 234-240_rev
30 lean wijaya dkk 234-240_rev30 lean wijaya dkk 234-240_rev
30 lean wijaya dkk 234-240_revFarid Yagami
 
Review - Time-lapse analysis of sparse 3 d seismic data from the co2 storage ...
Review - Time-lapse analysis of sparse 3 d seismic data from the co2 storage ...Review - Time-lapse analysis of sparse 3 d seismic data from the co2 storage ...
Review - Time-lapse analysis of sparse 3 d seismic data from the co2 storage ...Fajar Nawawi
 

Similar to Model aliran air tanah untuk memprediksi penyebaran (20)

60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
 
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
 
Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013
Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013
Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013
 
Presentasi Rosma
Presentasi RosmaPresentasi Rosma
Presentasi Rosma
 
9061-18189-1-SP.pdf
9061-18189-1-SP.pdf9061-18189-1-SP.pdf
9061-18189-1-SP.pdf
 
9061-18189-1-SP.pdf
9061-18189-1-SP.pdf9061-18189-1-SP.pdf
9061-18189-1-SP.pdf
 
1.pdf
1.pdf1.pdf
1.pdf
 
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIEFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
12 kustamar-itn
 12  kustamar-itn 12  kustamar-itn
12 kustamar-itn
 
Jurnal dheni saputra jp 1115011019
Jurnal dheni saputra jp 1115011019Jurnal dheni saputra jp 1115011019
Jurnal dheni saputra jp 1115011019
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
120-617-2-PB.pdf
120-617-2-PB.pdf120-617-2-PB.pdf
120-617-2-PB.pdf
 
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka TengahHasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
 
Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
 
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
 
Cover dan pendahuluan karya tulis
Cover dan pendahuluan karya tulisCover dan pendahuluan karya tulis
Cover dan pendahuluan karya tulis
 
30 lean wijaya dkk 234-240_rev
30 lean wijaya dkk 234-240_rev30 lean wijaya dkk 234-240_rev
30 lean wijaya dkk 234-240_rev
 
Review - Time-lapse analysis of sparse 3 d seismic data from the co2 storage ...
Review - Time-lapse analysis of sparse 3 d seismic data from the co2 storage ...Review - Time-lapse analysis of sparse 3 d seismic data from the co2 storage ...
Review - Time-lapse analysis of sparse 3 d seismic data from the co2 storage ...
 
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdfS3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
 

Model aliran air tanah untuk memprediksi penyebaran

  • 1. 227 Jurnal Geografi Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian MODEL ALIRAN AIR TANAH UNTUK MEMPREDIKSI PENYEBARAN POLUTAN DI TIMUR CEKUNGAN BANDUNG Arief Rachmat¹, Ananto Aji² ¹Peneiti Pusat Penelitian Geoteknologi, LIPI ²Staf Pengajar Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang Info Artikel ________________ Sejarah Artikel: Diterima Maret 2014 Disetujui Juni 2014 Dipublikasikan Juli 2014 ________________ Keywords: Groundwater movement, groundwater flow model, pollutant ___________________ Abstract Rancaekek Area, West Java, known as rice granary for years. But, since the textile industry growing, rice productions are continued to decrease. It was predicted as the impact of pollutant migration into the farmland. Nowadays, farmland in this area was tend to gone. The potential spread of pollutants can be observed through the direction of groundwater movement. Mass movement of ground water can be seen through the groundwater flow model. This study will provide an overview of potential spread of pollutants, because it will follow the groundwater flow. The model is built through data processed with Geographic Information Systems (GIS). The simulation results of groundwater level is generally known that pollutants will move to the south, with local variations to southeast and southwest. Abstrak Kawasan Rancaekek, Jawa Barat, selama berpuluh-puluh tahun dikenal merupakan lumbung padi. Namun sejak industri tekstil berkembang, produksi padi terus menurun, diduga hal tersebut diantaranya akibat terjadinya migrasi polutan ke dalam tanah. Kini luasan lahan pertanian di kawasan tersebut nyaris musnah. Potensi penyebaran polutan dapat diamati melalui arah pergerakan air tanah. Pergerakan massa air tanah dapat dilihat melalui model aliran air tanah. Penelitian ini akan memberikan gambaran potensi penyebaran polutan, karena polutan akan mengikuti aliran air tana. Model dibangun melalui data yang diolah dengan Sistem informasi Geografis (SIG). Hasil simulasi muka air tanah diketahui bahwa secara umum polutan akan bergerak ke arah selatan, dengan variasi lokal arah tenggara dan dan barat daya. © 2014 Universitas Negeri Semarang  Alamat korespondensi: Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: geografiunnes@gmail.com
  • 2. Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236 228 PENDAHULUAN Kawasan industri Rancaekek terletak di sebelah timur Cekungan Bandung yang merupakan salah satu sentra industri tekstil terbesar di Indonesia. Keberadaan industri ini telah membuka lapangan kerja yang cukup besar dan mendukung upaya pemerintah meningkatkan salah satu komoditas ekspor non-migas nasional. Di sisi lain, keberadaan industri tekstil ini memberi pengaruh buruk terhadap lingkungan, khususnya air tanah. Beberapa laporan penelitian menyebutkan telah terjadi perubahan kondisi air tanah, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hasil penelitian Lambok H dkk (2005) pada akifer dangkal di Kawasan Rancaekek menunjukkan kandungan logam berat, kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan zat organik berada di atas konsentrasi yang diperkenankan di daerah Cekungan Bandung. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dikaji potensi penyebaran polutan dari industri tekstil terhadap air tanah di sekitarnya. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan lokasi pabrik tekstil yang menghasilkan limbah terhadap kondisi air tanah akifer dangkal daerah penelitian, karena polutan tersebut larut ke dalam air tanah, maka perlu diteliti penyebaran polutan sesuai dengan arah pergerakan aliran air tanah tersebut. Ilustrasi daerah penelitian Cekungan Bandung ditampilkan pada Gambar 1. Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian Cekungan Bandung
  • 3. Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236 229 Kondisi Lingkungan Geometri dan penyebaran akifer berkaitan erat dengan kondisi geologi satuan batuannya. Untuk melihat lebih jelas kondisi satuan batuan, kondisi geologi tiap satuan batuan dalam kaitannya dengan hidrogeologinya tersaji pada Gambar 2. Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian Satuan Endapan Sungai Satuan ini dapat berpotensi sebagai akifer yang baik, karena sifat endapannya yang lepas, belum terkonsolidasikan dan memiliki porositas baik dengan pemilahan buruk. Satuan Batupasir Tufan Sifat batuannya yang terpilah baik dengan kekompakan sedang, memiliki permeabilitas dan porositas baik, memungkinkan satuan ini bertindak sebagai akifer. Satuan batupasir tufan telah terbentuk tanah (soil), hasil pelapukan satuan batuannya menutupi hampir seluruh permukaan satuan ini. Penyelidikan geolistrik daerah Cekungan Bandung oleh Subdit Pemboran Air dan Geofisika, DGTL (2000) menyebutkan ketebalan soil di Jatinangor dan Rancaekek berkisar antara 1-10 m. Pengamatan dan pengukuran terhadap 20 sumur gali menunjukkan kedalaman muka air tanah berkisar dari 0,37 - 7,45 m. Pada satuan ini ditemukan satu mata air depresi, yaitu mata air yang muncul akibat perpotongan muka air tanah. Mata air ini memiliki debit 1,60 l/detik.
  • 4. Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236 230 Satuan Breksi Batuan segar dari satuan ini bersifat kompak dan impermeable. Pengamatan terhadap 16 sumur gali yang terdapat pada satuan ini, menunjukkan sumur gali tersebut berkembang pada tanah pelapukan satuan batuannya dengan kisaran kedalaman 0,5 - 7,9 m. Mata air yang ditemukan pada satuan ini berupa mata air kontak (contact spring), yaitu mata air yang muncul melalui kontak antara akifer (zona pelapukan) dengan lapisan yang lebih impermeable di bawahnya (batuan segar) dan kontak tersebut berpotongan dengan permukaan tanah. Gambar 3. Interpretasi Geolistrik Metode Schlumberger Satuan Lava Batuan segar lava menunjukkan struktur masif dan impermeable. Di daerah penelitian akifer pada satuan ini berkembang pada zona pelapukan, mengalir melalui media celah butir. Pada satuan ini ditemukan empat sumur gali, dengan kedalaman muka air tanah dari 0,87 – 1,73 m. Penduduk umumnya memenuhi kebutuhan air dari mata air yang bersumber dari pelapukan satuan lava yang dihubungkan ke rumah–rumah melalui pipa paralon dan selang. Mata air yang ditemukan pada satuan ini berupa mata air kontak dan mata air depresi dengan debit terbesar 2,84 l/detik. Pada lokasi penelitian telah dilakukan pengukuran geolistrik metode Schlumberger untuk mengetahui kondisi batuan di wilayah studi. Hasil interpretasi pengukuran geolistrik ditampilkan pada Gambar 3. Litologi berdasarkan hasil
  • 5. Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236 231 interpretasi geolistrik ini adalah terdiri dari batupasir dan batulanau yang bersifat tufan.Setempat dijumpai sisipan kerakal dan tuf diantara lapisan batupasir. Selanjutnya dari hasil pengukuran geolistrik dapat diperkirakan gambaran kondisi geometri akifer pada lokasi penelitian (Gambar 4). Gambar 4. Geometri Akifer Lokasi Penelitian. Pemodelan Muka Air Tanah Setelah melakukan pemodelan fisik akifer (lihat kembali Gambar 4), selanjutnya untuk membuat pemodelan muka air tanah dilakukan beberapa kegiatan. Model konseptual Model konsep merupakan penyederhanaan sistem aliram air tanah. Bentuk model konsep akan menentukan dimensi model numerik dan rancangan gridnya. Ada beberapa asumsi dalam penentuan model konseptual, yaitu : setiap titik dalam sel hidrogeologi mempunyai nilai parameter hidrogeologi yang sama pada arah vertikal. Batas model terdiri dari specified head dan specified flux (noflow). Ketebalan akuifer di daerah Rancaekek dan sekitarnya umumnya sekitar 40 meter, data ini didapat dari penggambaran diagram pagar daerah penelitian. Gambar diagram pagar ini di buat berdasarkan data litologi daerah penelitian. Aliran airtanah hanya terjadi pada aliran horizontal yang disebabkan oleh perbedaan tinggi tekanPemecahan permasalahan aliran airtanah dilakukan dengan cara diskret. Daerah model dibagi ke dalam beberapa masing-masing berukuran 100 m x 100 m untuk yang luar dan 50 m x 5 m untuk dalam pada peta
  • 6. Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236 232 Ini semua untuk memudahkan di dalam pencatatan koordinat, lalu menentukan node di mana 1 node center block: Y=100 X=100m Berdasarkan ketentuan pembagian node center block tersebut, maka daerah penelitian akan terdiri dari: a) x = 90 kolom dan b) y = 88 baris Masing-masing grid dalam penyelidikan ini mewakili 10 km2 dan 2,5 km2. Hal ini digunakan untuk data input dalam proses komputasi dengan sistem block center, dimana titik yang mewakili berada di pusat grid. Dengan demikian luas daerah model adalah panjang x lebar = 6500 x 5100 m2 = 33,15 km2. Koordinat yang telah dicatat selanjutnya akan dimasukkan ke dalam komputasi dengan menggunakan alat bantu yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu program grafis Mapinfo dan Surfer. Cara pembuatan grid pada peta dapat secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Diskritisasi Model Lokasi Penelitian Secara umum, kondisi batas merupakan variabel bebas atau nilai turunan pertama dari variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu. Nilai tersebut membatasi sistem yang akan dimodelkan. Dalam menentukan batasan diskretisasi model di daerah penelitian, berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berdasarkan keadaan di lapangan sebagai daerah model constant
  • 7. Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236 233 head boundary, hal ini dikarenakan terdapat aliran airtanah yang masuk atau keluar dari daerah model secara bebas melalui batas model dan memiliki ketinggian kontur muka air tanah yang konstan. 2. Sedangkan di daerah Timur Laut dan Barat Laut diasumsikan sebagai no flow boundary, yang berarti tidak terdapat aliran airtanah yang masuk maupun keluar daerah model, hal ini dikarenakan kondisi geologi daerah model, yaitu lava dan breksi vulkanik. 3. Di sebelah selatan diasumsikan fluks yang keluar daerah model adalah konstan, karena merupakan sawah dataran landau. Untuk menentukan batas-batas model, secara ilustratif dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Kondisi Batas Specified Head Kondisi batas head (specified head boundaries) disimulasikan dengan menentukan nilai head lokasi tertentu dengan nilai tertentu, yaitu: H(x,y,z) = Ho…………(1) Notasi H merupakan nilai-nilai pada titik yang mempunyai koordinat x,y,z dan Ho adalah nilai specified head. Specified Flux Boundaries Kondisi batas flux didefinisikan sebagai perubahan head sepanjang batas. qx = dH/dx = C………………..(2) Kondisi batas ini disebut juga sebagai kondisi batas Neuman yang menyatakan adanya aliran masa konstan melalui batas model sebagai fungsi dari waktu dan tempat.
  • 8. Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236 234 Model Airtanah Nilai dari konduktivitas pada keadaan awal yang digunakan di lokasi penelitian nilai dari konduktivitas pada keadaan awal yang digunakan di lokasi penelitian adalah 0,0466 /hari, data ini didapat dari pumping test yang berlokasi di daerah Rancaekek. Sementara Nilai storativitas akifer tidak tertekan ditentukan dari specific yield (Sy) yang nilainya berkisar antara 0,01 – 0,35. Sebelum melakukan pemodelan, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi parameter akifer yang diasumsikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan muka air tanah alamiah di lokasi penelitian akibat eksploitasi airtanah, bila kedua MAT sama, maka kalibrasi ini dianggap telah selesai. Gambar 8 menunjukkan ilustrasi kalibrasi nilai K, antara sebelum (a) dan sesudah proses kalibrasi (b). Selanjutnya pada Gambar 9 menunjukkan ilustrasi kedudukan MAT, antara sebelum (a) dan sesudah proses kalibrasi (b). Gambar 8. Kondisi K Sebelum dan Sesudah Kalibrasi Gambar 9. MAT Sebelum (a) dan Sesudah (b) Kalibrasi
  • 9. Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236 235 Gambar 10. Model Aliran Airtanah di Timur Cekungan Bandung Berdasarkan proses pemodelan yang telah dilakukan, pada Gambar 10 ditampilkan aliran airtanah di Timur Cekungan Bandung. Gambar menunjukkan bahwa pergerakan aliran airtanah adalah dari Utara menuju Selatan, dengan kecepatan terbesar terletak di Selatan area model. Hal ini menunjukkan pula bahwa polutan akan bergerak dari sumber pencemar menuju Selatan, mengikuti aliran air tanah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pemodelan air tanah akifer daerah Rancaekek, maka dapat diambil kesimpulan bahwa airtanah dangkal terdapat dalam akifer bebas (unconfined aquifer) yang tersusun oleh satuan endapan sungai, batupasir tufan dan tanah hasil pelapukan satuan breksi dan satuan lava. Pola aliran airtanah cenderung mengikuti kontur permukaan, dengan arah aliran umumnya dari Utara ke Selatan, dengan variasi antara Baratdaya dan Tenggara. DAFTAR PUSTAKA Abdurachman, A., S. Sutono, H. Kusnadi dan Y. Hadian. 2000. Laporan Pengkajian Baku Mutu Tanah: Sumber dan Proses Terjadinya Pencemaran Logam Berat. Laporan Akhir Proyek Penelitian Sumberdaya Lahan dan Agroklimat. Bogor: Puslitbangtanak.
  • 10. Jurnal Geografi Volume 11 No. 2 Juli 2014: 227-236 236 Alloway. 1990. Soil Processes and Behaviour of Metal: Heavy Metal in Soils. New York: John Willey and Sons, Inc. Anderson, M.P and Woesner, W.W. 1992. Applied Groundwater Modelling Simulation of Flow and Advective Transport. California: Academic press, Inc. Aronoff, S. 1989. Geographic Information System: A Management Perspective. Ottawa, Canada: WDL Publication. Domenico, P. A . (1972). Concept And Model in Groundwater Hydrology. Illinois: McGraw-Hill Book, Inc. Dunne, T., Leopold, L.B. 1978. Water in Environmental Planning. San Fransisco, USA: W.H. Freeman and Company. Hendrayana, H. 1994. Ground Water Modelling. Yogyakarta: Dept of Geology, UGM. Risdianto. 2013. Analisis Tingkat Risiko Gerakan Tanah Di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas. Jurnal Geografi 9 (2): 24-39. Sule, Achmad, dkk. 1988. Potensi dan Kualitas Air di Hulu Citarum. Seri Sumberdaya Alam (143). Jakarta P3G – LIPI.