INTERAKSI KONSEP ICM DALAM PENGELOLAAN PELABUHAN DI PELABUHAN MAKASSARTugas ...
SURVEI AIR
1. MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT
DINAS HIDRO-OSEANOGRAFI
LAPORAN SURVEI AWAL
RENCANA OPERASI SURVEI HIDRO-OSEANOGRAFI
DI SUNGAI POWETS DAN SIRET KABUPATEN ASMAT SERTA SUNGAI DIGUL
PAPUA
Dasar Surat Perintah Kadishidros Nomor : Sprin/ 387/ III/ 2013 tanggal 28 Maret
2013
I. PENDAHULUAN
1. Umum
Peta laut Indonesia yang diproduksi merupakan produk hukum sekaligus
referensi bagi para pelaut dalam melakukan pelayaran di seluruh penjuru bumi
Indonesia yang tertutup oleh perairan. Meskipun berjudul peta laut, namun
sesungguhnya peta yang dimaksud merupakan peta untuk kepentingan
keselamatan pelayaran di seluruh perairan Indonesia baik di laut, sungai
ataupun danau di mana aktifitas pelayaran berlangsung. Peta laut merupakan
jaminan keselamatan pelayaran dari ancaman bahaya navigasi. Peta laut yang
update dan detil akan meningkatkan keyakinan para pelaut dalam melakukan
pelayaran.
Tidaklah mengherankan jika suatu daerah yang telah terpetakan akan
berdampak positif pada perkembangan ekonomi wilayah di sekitarnya. Selain
akan ramai oleh pelayaran yang dari, munuju atau sekedar lewat, peta laut juga
digunakan sebagai dasar merencanakan berbagai aktifitas atas laut, misalnya
rencana pembangunan dermaga atau pelabuhan, rencana tata kelola pesisir
dan pantai, proteksi lingkungan, rencana penggelaran pipa atau kabel bawah
air dan masih banyak lagi aplikasi-aplikasi lainnya. Dari ketiga lokasi sungai,
hanya sungai Digul yang sudah terpetakan di dalam peta laut nomor 233 dan
199. Perbandingan aktifitas pelayaran yang berdampak pada laju pertumbuhan
aktifitas penduduk di sekitar bantaran sungai Digul jauh lebih berkembang
dibandingkan dengan kedua sungai lainnya yang berada di kabupaten Asmat.
2. 2
Survei awal oleh Tim Survei dari Dishidros sebanyak 12 orang dan
didukung oleh UP4B dilaksanakan dalam rangka persiapan pelaksanaan survei
hidro-osenaografi untuk pemetaan di sepanjang sungai Powets dan Siret di
kabupaten Asmat serta survei hidro-oseanografi untuk updating peta laut
nomor 233 dan 199. Pemetaan perairan di ketiga sungai tersebut dilaksanakan
untuk mendukung rencana percepatan pembangunan wilayah Papua. Survei
awal dibutuhkan untuk mendapatkan data-data awal yang akan digunakan
sebagai bahan dalam menyusun rencana pelaksanaan survei di ketiga sungai
tersebut agar dapat berjalan lebih efektif, lancar, aman dan terhindar dari
inefisiensi biaya.
2. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Survei awal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi/data
awal terkini yang ada di lapangan dan mengecek data yang sudah ada
serta melaksanakan koordinasi awal dengan pejabat setempat dalam
rangka pelaksanaan survei.
b. Tujuan
Survei awal ini bertujuan agar memudahkan pada proses
pembuatan Rencana Operasi sebagai petunjuk induk pelaksanaan
operasi survei dan memberikan gambaran awal pada pelaksana survei,
sehingga pada tahap pelaksanaan survei dapat berjalan dengan lancar
dan tidak mendapatkan kesulitan dan hambatan yang berarti.
3. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup laporan ini membahas tentang uraian pelaksanaan survei
awal di sepanjang aliran sungai Powets dan Siret kabupaten Asmat serta
sungai Digul Papua dalam bentuk kronologis dan informasi terkini secara garis
besar tentang situasi dan kondisi lingkungan area rencana survei.
4. Metode
Pengumpulan informasi dan penilaian umum tentang situasi dan kondisi
lingkungan area rencana survei dilakukan dengan metode sebagai berikut:
3. 3
a. Melakukan tracking bagian alur yang umumnya digunakan oleh
masyarakat setempat.
b. Wawancara secara langsung dengan petugas lokal atau penduduk
lokal.
c. Menghimpun informasi dengan berkoordinasi secara langsung
dengan aparat setempat.
d. Penilaian secara langsung sarana dan prasarana pendukung
pelaksanaan survei.
e. Pengecekan secara langsung lokasi sekitar area survei dan
referensi yang akan digunakan sebagai pedoman saat pelaksanaan
survei.
f. Membuat dokumentasi dari semua informasi/data pendukung
pelaksanaan survei yang diperoleh.
5. Tata Urut
I. PENDAHULUAN
II. PELAKSANAAN
III. KESIMPULAN DAN SARAN
IV. PENUTUP
4. 4
II. PELAKSANAAN
6. Sungai Pomats
a. Situasi Umum Daerah Survei
Sungai Pomats membentang dan membelah Pemukiman Suku
Asmat dari muaranya di Laut Aru hingga kampung Mumugu. Panjang
sungai dari muara hingga Distrik Mumugu sekitar 150 km dengan lebar
sungai bervariasi dari ±100 meter (di daerah hulu) hingga ±2.000 meter (di
daerah muara), namun secara umum lebar sungai dapat diperkirakan 500
meter dan terdapat 2 (dua) tikungan kritis di dekat lokasi rencana
pembangunan dermaga. Sungai Pomats terletak di Kabupaten Asmat
yang merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Wilayah Merauke.
Sepanjang bantaran sungai terdapat beberapa perkampungan, jarak antar
kampung rata-rata 20 sampai dengan 25 km. Tumbuhan sepanjang
bantaran sungai merupakan tumbuhan keras dan di beberapa titik berupa
Nipah dan Bakau.
Kondisi lalu lintas perahu di sungai Pomats belum seramai apabila
dibandingkan dengan sungai Digul maupun sungai-sungai di Kalimantan
dan Sumatera, bahkan hanya perahu-perahu kecil milik masyarakat
setempat untuk mencari ikan sekedarnya dan sesekali perahu – perahu
yang akan menuju kampung-kampung di hulu. Pada beberapa
perkampungan di sepanjang bantaran sungai hanya di Distrik Sawa Erma
yang memiliki dermaga kayu yang cukup kokoh yang dapat disandari oleh
perahu kayu berbobot sampai dengan 16 GT. Berdasarkan informasi dari
pihak Dishub Kabupaten Asmat, sungai Pomats pernah dilayari kapal
berbobot 200 GT.
5. 5
b. Batas Area Survei
Batas area survei Sungai Pomats adalah :
A. 4° 54’ S - 137° 54’ T
B. 4° 54’ S - 138° 54’ T
C. 5° 33’ S - 137° 54’ T
D. 5° 33’ S - 138° 31’ T
c. Titik Kontrol Survei dan Pemetaan
1) Titik Kontrol Horisontal
Dari hasil survei awal, titik kontrol geodesi yang akan
digunakan sebagai titik referensi/pengikat titik hidropilar adalah
menggunakan titik geodesi nasional yang dikelola oleh Badan
Informasi Geospasial (BIG) yang berada di Timika dan Merauke. Di
sepanjang sungai Powets akan dibangun dan ditetapkan setidaknya
dua titik hidropilar yang ditempatkan di bagian hulu dan hilir sungai
serta penempatan beberapa titik bantu pemetaan.
2) Titik Kontrol Vertikal, Stasiun Pasang Surut dan Stasiun Arus.
Dari hasil survei awal dan pelaksanaan tracking alur sungai
diperoleh informasi terdapat 5 lokasi pendirian stasiun pengamatan
pasang surut utama yang akan diamati minimal selama 30 hari
dan/atau sepanjang periode survei batimetri berlangsung. Kelima
D
A B
C
6. 6
lokasi tersebut adalah di muara, kampung Yamas, kampung Sawa
Erma, kampung Wagani dan basecamp Mumugu.
d. Stasiun Pengamatan Meteorologi Maritim
Di sekitar area survei tidak terdapat stasiun pengamatan meteorologi
yang dikelola oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),
sehingga harus menggambil data sekunder di BMKG Merauke/Timika.
Sedangkan untuk lokasi stasiun pengamatan meteorologi saat
pelaksanaan survei akan dipasang di area (pada salah satu kampung di
area survei).
e. Lokasi Posko Tim Survei
Di area survei terdapat 4 (empat) kampung (kp. Yamas, kp. Sawa
Erma, kp. Wagani dan Basecamp Mumugu) yang memadai untuk
dijadikan posko tim survei, disamping keempat kampung tersebut
diperlukan posko mobile berupa perahu yang cukup representative yang
sekaligus dapat digunakan sebagai wahana penampung dan distribusi
logistik.
f. Wahana Apung Survei
Wahana apung yang diperlukan dalam pelaksanaan survei
bervariasi (kapal markas/posko, perahu sounding, perahu oseanografi
dan perahu mobile/distribusi logistik), dari berbagai tipe wahana apung ini
tersedia di area survei dengan jumlah yang terbatas dan dengan harga
sewa yang bervariasi (kapal markas harga sewa tanpa BBM, tanpa honor,
dan tanpa konsumsi ABK Rp. 8.000.000 per hari atau Rp. 10.000.000
(dengan honor dan konsumsi ABK) dan harga sewa perahu sounding,
perahu investigasi bawah air, perahu oseanografi serta perahu distribusi
logistik dan personel dengan harga sewa Rp. 2.500.000 per hari tanpa
BBM, tanpa honor, dan tanpa konsumsi ABK.
g. Pencapaian Lokasi
7. 7
Dari Jakarta menuju Timika menggunakan pesawat komersil. Dari
Timika menuju area survei dapat dicapai dengan menggunakan jalur laut
atau udara. Jalur laut dapat ditempuh menggunakan kapal perintis /Pelni
atau sewa perahu, jalur udara dapat ditempuh menggunakan jenis
pesawat twin outter yang berdaya angkut sangat terbatas dengan harga
tiket Rp.1.000.000.
h. Alat Komunikasi
Komunikasi jarak jauh di area survei menggunakan HP satelit serta
radio komunikasi (marine band) untuk komunikasi terbatas antar unit
survei.
i. Daya Dukung Logistik
1) Bahan makanan. Kemampuan daya dukung logistik di area
survei sangat rendah kuantitasnya dan harga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan harga normal. Hal ini disebabkan oleh
karena distribusi logistik sangat terbatas. Di sepanjang area
survei bahan makanan hanya dapat diperoleh di Agats dan di
kampung Sawa Erma dengan indeks Rp. 50.000 sekali makan.
2) BBM. Harga BBM (solar/bensin) saat survei awal dilakukan di
daerah pedalaman bisa mencapai Rp.25.000 per liter.
3) Sewa rumah atau penginapan. Harga sewa penginapan di
area survei Rp. 300.000 per hari per kamar.
4) Sarana kesehatan. Dukungan kesehatan dan pengobatan
dapat diperoleh di daerah Agats, dan Sawa Erma.
8. 8
7. Sungai Siret
a. Situasi Umum Daerah Survei
Sungai Siret membentang membelah Pemukiman Suku Asmat dari
Suator hingga muaranya di Laut Aru. Panjang sungai dari muara hingga
Kampung Wowi sekitar 150 km dengan lebar sungai bervariasi dari ±200
meter (di daerah hulu) hingga ±3.000 meter (di daerah muara), namun
secara umum lebar sungai dapat diperkirakan 300 meter. Sungai Siret
terletak di Kabupaten Asmat yang merupakan kabupaten baru pemekaran
dari Kabupaten Merauke, dan di sepanjang aliran terdapat beberapa
perkampungan dengan jarak antar kampung rata-rata 10 sampai dengan
15 km. Tumbuhan sepanjang aliran sungai adalah tumbuhan keras,
pepohonan nipah dan bakau. Kedalaman rata-rata 8 meter hanya
dibagian muara yang mempunyai kedalaman kritis antara 3 – 5 meter.
Kondisi lalu lintas perahu di sungai Siret belum seramai apabila
dibandingkan dengan sungai-sungai lainnya di Papua seperti Sungai
Digul, bahkan hanya perahu-perahu kecil milik masyarakat setempat untuk
mencari ikan dan sesekali perahu – perahu yang akan menuju kampung-
kampung di hulu. Di sepanjang aliran sungai terdapat beberapa dermaga
kayu yang cukup kokoh, yang dapat disandari oleh perahu kayu dengan
GT sampai dengan 16 GT.
b. Batas Area Survei
Batas area survei meliputi muara Sungai Siret sampai dengan
percabangan sungai di Kampung Wowi.
c. Informasi Kelengkapan Teknis Survei
a). Titik Kontrol Horisontal
Dari hasil survei awal, titik kontrol geodesi yang akan
digunakan sebagai titik referensi/pengikat titik hidropilar adalah titik
geodesi nasional yang dikelola oleh Badan Informasi Geospasial
(BIG). Titik control ini berada di Timika dan Merauke. Di sepanjang
sungai Siret akan dibangun dan ditetapkan minimal 2 (Dua) titik
9. 9
hidropilar bagian hulu dan hilir sungai serta penempatan beberapa
titik bantu pemetaan.
b). Titik Kontrol Vertikal, Stasiun Pasang Surut dan Stasiun Arus.
Dari hasil survei awal dengan pelaksanaan tracking alur
sungai, diperoleh gambaran rencana lokasi pendirian stasiun pasang
surut (pasut) utama atau periode panjang sebanyak 3 (Tiga) tempat.
Pasang surut di stasiun utama akan diamati selama minimal selama
30 hari dan/atau sepanjang periode survei berlangsung. Ketiga
lokasi tersebut adalah :
1) Area muara tepatnya di kampung Mo pada posisi 5° 45’ 59” LS-
138° 03’ 48” BT
2) Area pertengahan survei tepatnya di Distrik Fos pada posisi 5°
37’ 38” LS- 138° 42’ 52” BT
3) Area hulu tepatnya di kampung Wowi pada posisi 5° 32’ 09” LS-
138° 13’ 12” BT
Di samping stasiun pasut utama, direkomendasikan pula
pendirian 5 (lima) stasiun pasut periode pendek yang akan diamati
selama 4 hari serta selama pekerjaan batimetri berlangsung. Kelima
rencana lokasi stasiun pasut periode pendek tersebut adalah:
4) Area Kampung Amborep ada posisi 5° 40’ 20” LS- 138° 20’ 20”
BT
5) Area Kampung Yausakor pada posisi 5° 36’ 37” LS- 138° 28’ 12”
BT
6) Area Kampung Kaimo pada posisi 5° 32’ 09” LS- 138° 13’ 12” BT
7) Area Kampung Frenskap pada posisi 5° 29’ 32” LS- 138° 51’ 36”
BT
8) Area Kampung Waganu pada posisi 5° 30’ 51” LS- 139° 01’ 33”
BT
Penempatan stasiun arus direkomendasikan di lokasi rencana
pembangunan dermaga dan tangki bahan bakar yakni di Perairan
Kampung Wowi dengan koordinat 5° 32’ 09” LS- 138° 13’ 12” BT.
Hasil survei pendahuluan juga memperoleh informasi bahwa
perairan sungai ini mengalami kenaikan permukaan air pada saat
air laut mengalami pasang.
10. 10
c. Stasiun Pengamatan Meteorologi Maritim
Di sekitar area survei tidak terdapat stasiun meteorologi. Hasil
survei awal merekomendasikan 2 (dua) rencana lokasi stasiun
pengamatan meteorologi saat pelaksanaan survei direkomendasikan
didirikan daerah hulu yakni di Kampung Wowi dan daerah hilir di
Kota Agats. Pemilihan Kota Agats dikarenakan area ini berdekatan
dengan muara Sungai Siret. Kedua lokasi tersebut memiliki kriteria
lingkungan yang cukup ideal untuk penempatan stasiun meteorologi
serta mudah terpantau oleh Tim Survei.
d. Lokasi Posko Tim Survei
Penempatan Posko Tim survei yang direkomendasikan adalah
Kampung Amborep sekitar muara, Kampung Fos untuk pertengahan
area survei dan Kampung Wowi di ujung area survei. Posko
alternative yang direkomendasikan adalah posko terapung yang
akan bergerak sepanjang area survei mengikuti pergerakan tim
survei.
e. Wahana Apung Survei
Wahana apung yang diperlukan dalam pelaksanaan survei
bervariasi (kapal markas/posko, perahu sounding, perahu
oseanografi dan perahu mobile/distribusi logistik), dari berbagai tipe
wahana apung ini tersedia di area survei dengan jumlah yang
terbatas dan dengan harga sewa yang bervariasi (kapal markas
harga sewa tanpa BBM, tanpa honor, dan tanpa konsumsi ABK Rp.
8.000.000 per hari atau Rp. 10.000.000 (dengan honor dan
konsumsi ABK) dan harga sewa perahu sounding, perahu
investigasi bawah air, perahu oseanografi serta perahu distribusi
logistik dan personel dengan harga sewa Rp. 2.500.000 per hari
tanpa BBM, tanpa honor, dan tanpa konsumsi ABK.
f. Pencapaian Lokasi
Dari Jakarta menuju Timika menggunakan pesawat komersil.
Dari Timika menuju area survei dapat dicapai dengan menggunakan
jalur laut atau udara. Jalur laut dapat ditempuh menggunakan kapal
perintis /Pelni atau sewa perahu, jalur udara dapat ditempuh
11. 11
menggunakan jenis pesawat twin outter yang berdaya angkut sangat
terbatas dengan harga tiket Rp.1.000.000.
a. Alat Komunikasi
Jaringan telekomunikasi di Kota Agats hanya terdapat operator
Telkomsel, sedangkan di area rencana survei Sungai Siret tidak ada
jaringan operator satupun yang ada sehingga direkomendasikan
menggunakan alat komunikasi Radio SSB dan/ atau Handphone
Satelite.
h. Daya Dukung Logistik
1) Bahan makanan. Kemampuan daya dukung logistik di area
survei sangat rendah kuantitasnya dan harga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan harga normal. Hal ini disebabkan oleh karena
distribusi logistik sangat terbatas. Di sepanjang area survei bahan
makanan hanya dapat diperoleh di Agats dan di kampung Wowi
dengan indeks Rp. 50.000 sekali makan.
2) BBM. Harga BBM (solar/bensin) saat survei awal
dilakukan di daerah pedalaman bisa mencapai Rp.25.000 per liter.
3) Sewa rumah atau penginapan. Harga sewa penginapan di
area survei Rp. 300.000 per hari per kamar.
4) Sarana kesehatan. Dukungan kesehatan dan pengobatan
dapat diperoleh di daerah Agats, dan Wowi.
8. Sungai Digoel
a. Situasi Umum
Perkiraan panjang Sungai Digoel dari Muara sampai hulu sekitar 250
Nmil dengan lebar sungai pada daerah hilir sekitar 2 Nmil dan menyempit
sampai sekitar lebar 0,6 Nmil dan di daerah hulu lebar sungai sekitar 0.4
Nmil. Kondisi alam dipinggir sungai di dominasi hutan belukar dan masih
banyak binatang berbahaya seperti ular dan buaya. Fenomena alam yang
membahayakan adalah arus sungai yang kuat sekitar 3 knot, lumpur
hidup, dan kepala arus.
12. 12
Kondisi sosial masyarakat setempat sepanjang sungai dominan
perkampungan penduduk lokal yang cenderung susah untuk
bersosialisasi/resist terhadap pendatang terutama penduduk lokal yang
tinggal di perkampungan yang masuk ke dalam hutan. Daerah Tanah
Merah dikenal sebagai basis OPM yang tergolong aktif.
b. Batas Area Survei
Batas area survei Sungai Digoel :
E. 6° 27’ S - 138° 27’ T
F. 6° 27’ S - 140° 52’ T
G. 7° 31’ S - 138° 27’ T
H. 7° 31’ S - 140° 52’ T
Citra satelit area survei Sungai Digoel.
c. Titik Kontrol Survei dan Pemetaan
a. Titik Kontrol Horisontal
Dari hasil survei awal, titik kontrol geodesi yang akan digunakan
sebagai titik referensi/pengikat titik hidropilar adalah menggunakan titik
geodesi nasional yang dikelola oleh Badan Informasi Geospasial (BIG)
yang berada di Timika dan Merauke. Di sepanjang sungai Digoel akan
dibangun dan ditetapkan setidaknya dua titik hidropilar yang ditempatkan
di bagian hulu dan hilir sungai serta penempatan beberapa titik bantu
pemetaan.
b. Titik Kontrol Vertikal, Stasiun Pasang Surut dan Stasiun Arus.
Dari hasil survei awal dan pelaksanaan tracking alur sungai
diperoleh informasi terdapat 22 lokasi pendirian stasiun pengamatan
A A
DC
13. 13
pasang surut utama yang akan diamati minimal selama 30 hari dan/atau
sepanjang periode survei batimetri berlangsung. Seluruh lokasi
pengamatan pasang surut tersebut adalah Wanam, Log Point PT Korindo,
hutan, hutan, Mur, Yodom, Banamepe, kampung (NN), Bade, Mam,
Yakume, Amk, Kaesa, Waegae, kampung (NN), Asikie, Getentri, Anggae,
Anggae Baru, kampung (NN), Ampera, Tanah Merah.
c. Stasiun Pengamatan Meteorologi Maritim
Di sekitar area survei terdapat stasiun pengamatan meteorologi
yang dikelola oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Sedangkan untuk lokasi stasiun pengamatan meteorologi saat
pelaksanaan survei dipasang di 3 tempat yaitu Wanam, Bade, dan Tanah
Merah. Lokasi tersebut memiliki kriteria lingkungan yang cukup ideal
untuk penempatan stasiun meteorologi yaitu berupa lapangan terbuka
dan untuk keamanan alat cukup terjamin karena dapat terpantau secara
langsung oleh Tim Survei.
d. Lokasi Posko Tim Survei
Pelaksanaan kegiatan survei hidrografi untuk Sungai Digoel dibagi
menjadi 6 sektor. Masing-masing sektor akan menempati posko sebagai
berikut : Wanam, Log Point, Bade, Mam, Asikie, dan Tanah Merah.
e. Wahana Apung Survei
Wahana apung yang terdapat di lokasi survei biaya sewa untuk
penggunaan perhari Rp.8.000.000 (Harga sewa diluar BBM, honor ABK,
dan konsumsi ABK). Ukuran kapal antara 4-6 GT menggunakan mesin
mobil dengan komsumsi BBM sekitar 1 : 2.
f. Pencapaian Lokasi
Transportasi dari Jakarta menuju Merauke menggunakan pesawat
komersil. Sarana transportasi dari Merauke menuju lokasi survei dapat
14. 14
ditempuh melalui jalur darat, laut, maupun udara. Jalur darat dari
Merauke menuju Tanah Merah ditempuh selama 14 jam menggunakan
kendaraan Hiline, biaya sewa 1 kendaraan RP.6 juta. Dari Merauke
menuju Asikie ditempuh selama 12 jam dengan biaya sewa Rp. 5 juta.
Jalur laut dari Merauke menuju Wanam menggunakan kapal perintis
tiap 2 minggu sekali. Perjalanan ditempuh sekitar 24 jam. Biaya per orang
Rp. 60 ribu.
Jalur udara dari Merauke menuju Tanah Merah menggunakan
pesawat twin outter seminggu 2 kali, biaya Rp. 1,2 juta per orang (di luar
barang).
g. Alat Komunikasi
Alat komunikasi yang digunakan di daerah survei untuk komunikasi
jarak jauh adalah HP satelit serta radio Marine band untuk komunikasi
terbatas. Untuk komunikasi antar posko, HP dapat digunakan di Bade,
Asikie dan Tanah Merah serta HP satelit untuk Wanam, Log Point, dan
Mam.
h. Daya Dukung Logistik
1) BBM. Daya dukung logistik berupa BBM di setiap posko
dapat mendukung BBM industri dengan harga Rp. 15 ribu per liter.
2) Bahan makanan. Harga bahan makanan di daerah survei
tergolong tinggi dikarenakan susahnya memasok bahan makanan,
indeks makan Rp. 50 ribu sekali makan. Bahan makanan dapat
diperoleh di Wanam, Bade, Asikie, dan Tanah Merah.
3) Sewa rumah atau penginapan. Sewa penginapan untuk posko
Rp. 300.000 per hari per kamar.
4) Sarana kesehatan. Dukungan kesehatan dan pengobatan
dapat diperoleh di daerah Wanam, Bade, Asikie, dan Tanah Merah.
9. Penutup
Demikian laporan singkat survei awal ini dibuat, semoga dapat
bermanfaat untuk merencanakan kegiatan survei selanjutnya.
15. 15
Merauke, 11 April 2013
Ketua Tim Survei Awal
Indarto Budiarto
Kolonel Laut (P) Nrp. 9182/P