SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
METODE PERKIRAAN BANJIR DAS


1. PENDAHULUAN
Sub modul ini memperkenalkan metode-metode untuk memperkirakan banjir yang ada, dan
untuk memberikan petunjuk kapan metode tersebut bisa digunakan. Dalam modul ini, sebuah
garis besar cara memperkirakan banjir ada dilakukan, yang kemudian diikuti oleh metode yang
lebih rinci yang sesuai untuk DAS yang kecil, terutama DAS perkotaan. Penerapan dari Metode
Rasional untuk daerah perkotaan ada diterangkan secara rinci. Dalam modul ini cara
memperkirakan banjir untuk DAS yang luasnya sedang dan besar ada diungkapkan, termasuk
metode kekerapan banjir wilayah yang spesial dikembangkan untuk Jawa dan Sumatera.

1.2 Pentingnya Memperkirakan Banjir Rencana
Metode memperkirakan Banjir Rencana adalah sebuah langkah penting didalam proses desain
pekerjaan rekayasa teknik sipil yang bermacam-macam. Apabila perkiraan tersebut salah maka
keuntungan dari desain hidraulika yang detil dan dari desain bangunan yang dihasilkan darinya
tidak akan terwujud. Kita bisa membandingkan hal tersebut dengan mendesain suatu bangunan
yang canggih tetapi bebannya salah. Hasil akhirnya akan tidak memuaskan.

Oleh karena itu amatlah penting untuk memilih suatu banjir rencana yang mempunyai periode
ulang rata-rata (ARP) yang memadai, agar bisa dibekali dengan suatu resiko gagal yang bisa
diterima. Kemudian dari situ bisa diturunkan besar banjir yang bersangkutan. Kegiatan tersebut
memerlukan suatu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi besar banjir dan suatu
pemahaman mengenai metode yang ada untuk penghitungannya.

Dengan memandang pada metode-metode perkiraan banjir yang ada, akan mudah dikenali
bahwa ada 2 jenis maslah perkiraan banjir yang sangat berbeda:
  (i ) Perkiraan suatu banjir rencana
 ( ii ) Perkiraan suatu banjir yang nyata

Suatu banjir rencana adalah suatu perkiraan peluang atau statistika yang didasarkan pada suatu
jenis analisis peluang dari data banjir atau curah hujan. Suatu periode ulang rata-rata atau
peluang dilampaui itu merupakan hal yang menyatu dengan cara perkiraan tersebut.

Pendekatan untuk perkiraan suatu banjir yang nyata dari suatu kejadian hujan merupakan hal
yaang sama sekali berbeda dalam konsep dan merupakan hal yang sifatnya deterministik.




                                                                                            1
Semua sebab-akibat memerlukan pertimbangan. Keadaan nyata yang terjadi sebelumnya yang
terjadi bersamaan dengan waktu terjadinya hujan tersebut, adalah penting dan perlu
diperhitungkan dalam perkiraan banjir yang diakibatkannya.

Tidak ada informasi yang nyata yang diberikan, yang berkaitan dengan peluang dari banjir yang
diperkirakan.

1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Besar Banjir
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar banjir adalah sebagai berikut:
  ( i ) Faktor Hujan
         Faktor hujan itu mencukupi kelebatan hujan, jujuh, sebarannya dalam waktu dan ruang.
  ( ii ) Karakteristik DAS
         Karakteristik DAS mencakupi faktor fisiografi (seperti daerah dan kelerengan), faktor-
         faktor kehilangan (termasuk jenis tetumbuhan dan tanah) dan simpanan (terutama
         simpanan alur, volume air yang dalam perjalanan menuju tempat keluar selama banjir).

       Penting untuk dicatat bahwa agar suatu metode perkiraan banjir itu sah, maka faktor-
       faktor yang disebut diatas harus ditangani dengan memperhatikan perubahan keadaan
       pada saat metode tersebut diberlakukan.

1.4. Akibat Urbanisasi Pada Karakteristik DAS
Apabila hutan asli atau lahan pertanian diubah menjadi lahan perkotaan, perubahan berikut akan
terjadi:
 o Hilangnya tetumbuhan
 o Berkurangnya serasah di tanah
 o Hilangnya simpanan alami
 o Bertambahnya daerah yang bocor
 o Bertambahnya pencemar
 o Permukaan terganggu

Akibat hidrologis dari perubahan-perubahan ini adalah sebagai berikut:
o Peresapan dan pengimbuhan air tanah yang berkurang
o Makin banyaknya larian permukaan
o Kecepatan makin besar
o Reaksi DAS makin cepat
o Luah puncak makin tinggi
o Kualitas air menurun




2
2. PEMILIHAN METODE PERKIRAAN BANJIR

2.1. Metode Yang Ada
Metode perkiraan banjir yang didasarkan pada analisis kekerapan banjir dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:

o   Analisis kekerapan banjir yang langsung dilakukan terhadap data rekaman aliran sungai di
    suatu lokasi (tempat) yang akan dipelajari, yang mempunyai data rekaman yang mencakupi
    periode yang panjang.

o   Metode kekerapan banjir wilayah. Pembuatan dari metode kekerapan banjir wilayah
    mencakupi melakukan analisis data kekerapan banjir yang berasal dari semua DAS di suatu
    wilayah, untuk rekaman yang cukup lama. Hubungan antara data kekerapan banjir dengan
    karakteristik DAS kemudian dibuat. Begitu metode tersebut sudah dibangun (yang
    memerlukan upaya rekayasa yang sangat besar), penerapannya secara umum akan
    menyangkut perkiraan dari suatu banjir indeks dan pembandingan banjir indeks tersebut
    dengan suatu faktor byang tergantung pada ARP, yang akan memberikan banjir rencana
    yang diperlukan.

Sedangkan metode perkiraan banjir yang didasarkan pada hujan rencana dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelas yang mewakili suatu tingkat ketepatan yang makin menurun:

    Kelas I      :   metode hidrograf, seperti pelacakan larian dan unit hidrograf yang
                     dikalibrasikan langsung dari rekaman hidrologi dari DAS yang dipelajari.

    Kelas II     :   Metode yang memerlukan transposisi parameter dari DAS yang diukur ke
                     DAS yang tidak diukur yang didekatnya, dan metode tersebut
                     dikalibrasikan secara perwilayahan.
                     Metode ini mencakupi metode sintetik unit hidrograf, prosedur pelacakan
                     larian dengan parameter yang didasarkan pada hubungan perwilayahan,
                     data yang dipublikasikan, atau data untuk DAS yang berdekatan yang
                     dikalibarasikan dan metode desain hidrograf yang di bangun pada
                     wilayah yang khusus.

    Kelas III    :   Metode umum atau metode “arbiter” atau rumus yang boleh diterapkan
                     untuk mendapatkan perkiraan awal. Termasuk dalam kelas ini adalah
                     rumus empiris, “tipe-hand-book” dari Metode Rasional dan US
                     Conservation Method.




                                                                                           3
2.2 Penerapan pada Desain Drainase Perkotaan
Pemilihan metode yang sesuai untuk perkiraan banjir tergantung pada syarat penerapannya.
Dalam konteks desain drainase perkotaan, kita akan tertarik pada 2 kasus umum:
    (i) DAS kecil (kurang dari 25 km2, sering bahkan lebih kecil dan biasanya dalam cakupan
        daerah perkotaan yang nyata itu sendiri) dan
    (ii) Ukuran sedang ( 25 km2 sampai 500 km2 ) dan DAS yang berukuran luas (lebih besar
         dari 500 km2). Dalam daerah jenis ini, sungai-sungainya mengalir lewat perkotaan dan
         karenanya merupakan ancaman banjir bagi kota tersebut. Metode-metode untuk perkiraan
         banjir yang sesuai untuk setiap kasusu di atas akan didiskusikan di bagian 2.3 dan 2.4 di
         bawah ini.

2.3. DAS Perkotaan Yang Kecil
Metode perkiraan banjir berdasarkan hujan itu biasanya dipakai untuk DAS perkotaan yang
kecil. Metode-metode yang didasarkan pada analisis kekerapan banjir itu biasanya tidak bisa
diterapkan karena data rekaman larian itu jarang ada, terutama untuk DAS yang kecil.

Pada kesempatan yang jarang dimana data larian rekaman itu tersedia, maka analisis kekerapan
justru tidak sesuai disebabkan oleh pola tata guna tanah yang berubah. Metode yang
berdasarkan hujan yang menggunakan data curah hujan rencana yang didapatkan secara statistik
karenanya adalah yang paling sering digunakan.

Metode yang didasarkan hujan yang bisa diterapkan pada daerah perkotaan yang kecil itu
mencakupi prosedur unit horograf, model pelacakan larian, dan metode rasional. Metode
rasional tersebut adalah yang paling diantara ketiganya dan telah menjadi metode yang paling
banyak dikaitkan dengan desain drainase perkotaan. Meskipun Metode Rasional cocok
kategorinya sebagai metode yang berdasarkan hujan kelas III, namun untuk DAS perkotaan
yang kecil (bukan DAS yang besar) metode tersebut secara memuaskan menangani faktor-
faktor yang mempengaruhi besar banjir. Hal ini berakibat semakin meluasnya penggunaan pada
daerah perkotaan.

Metode yang sepenuhnya berdasarkan pada hujan yang bisa diterapkan untuk drainase daerah
perkotaan dan penggunaannya dengan benar dapat disimpulkan di tabel 1. Beberapa dari metode
ini mencakupi model komputer dengan komponen pemodelan hidrolika aliran pipa dan kualitas
air.




4
2.4. DAS UKURAN SEDANG DAN BESAR
Pertimbangan utama untuk perkiraan dan pemilihan dari metode yang ada untuk perkiraan
banjir rencana untuk DAS berukuran sedang dan kecil adalah bahwa cara-cara tesebut harus
didasarkan pada data banjir yang direkam.

Analisis kekerapan banjir yang langsung nyatanya memenuhi kriteria tersebut. Untuk metode
kekerapan regional, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah angka-angka tersebut diturunkan
dari data banjir rekaman untuk wilayah terentu tersebut, ataukah telah didemonstrasikan secara
formal untuk mereproduksikan data rekaman atau karakteristik statistik DAS yang dipelajari.

Menurut metode yang didasarkan hujan, prosedur dari UH dan pelacakan larian dapat
dikalibrasikan dengan data yang direkam di DAS yang dipelajari sehingga juga memenuhi
kriteria di atas tersebut. Namun metode yang didasarkan atas hujan kelas III itu tidak memenuhi.

Di Indonesia, metode yang didasarkan curah hujan kelas I dan II tidak kerap digunakan.
Kesuksesan penerapannya menghendaki adanya data curah hujan yang bagus kualitasnya, dan
juga data aliran sungai. Metode tersebut adalah kompleks dan diperlukan keterampilan dan
pertimbangan dalam menterjemahkannya. Metode yang berdasarkan hujan kelas III tersebut
adalah yang lebih umum digunakan dan termasuk penggunaan metode Der Weduwen, Melchior
dan Rasional.

Penggunaan metode yang berdasarkan pada analisis kekerapan itu lebih dipilih daripada
penggunaan metode yang didasarkan pada hujan kelas III. Metode yang didasarkan pada
analisis kekerapan karena itu disarankan untuk digunakan di Indinesia untuk memperkirakan
aliran rencana di DAS berukuran sedang dan besar yang lewat daerah perkotaan.




                                                                                              5
Tabel 1 Model Hidrologi Untuk Analisa dan Desain Drainase Perkotaan


                                    Penggunaan Yang            Tingkat          Perubahan
      Model         Jenis Model                                                                   Contoh (A)
                                           Benar            Kompleksitas        Yang Besar
Rumus Empiris       Aliran puncak   Perkiraan dari          Sangat mudah    -                  Patokan untuk
                                    aliran rencana dari                                        desain drainase
                                    DAS yang sangat                                            atap
                                    kecil dan
                                    mempunyai sifat
                                    individual
Metode Rational     Aliran puncak   Desain untuk DAS        Mudah ke        • Akumulasi        Australian Rainfall
                                    kecil. Hanya bisa       agak sukar        dari ekvalensi   and Runoff (1987)
                                    diterapkan untuk        (bisa memilih     daerah yang      Malaysian
                                    analisis alam           untuk             tidak bocor      Drainase Design
                                    bentuk yang             menggunakan     • Perlakuan        Manual (1975)
                                    terbatas                komputer)         akibat dari
                                                                              sebagian
                                                                              luasan
Unit Hidrograf      Hidrograf       Desain dan analisis     Sedang          -                  Synthetik Unit
                                    DAS perkotaan           (pilihan                           Hydrograph
                                    yang luas, dimana       menggunakan                        Methods With
                                    tersebut                komputer)                          parameters
                                                                                               adjusted for
                                                                                               urbanisation
Luas Waktu          Hidrograf        Desain atau            Sedang sampai   -                  TRRL, ILLUDAS,
(Isokron)                           analisis dari sisitim   sukar                              ILSA
                                    dengan berbagai         (perlu
                                    ukuran, termasuk        komputer)
                                    yang mempunyai
                                    waduk (simpanan)
Pelacakan larian    Hidrograf       Desain atau analisis    Sedang sampai   Waduk linear       WASSP,RORE
                                    untuk semua             sukar (perlu    dan non linear     RAFTS
                                    ukuran, termasuk        komputer)
                                    yang mempunyai
                                    waduk (simpanan)
Kinematic           Hidrograf       Desain atau analisis    Sedang sampai   -                  WSSP, SWWW
Wave/penyelesaian                   untuk semua             kompleks
masalah penuh                       ukuran, termasuk        (perlu
dengan persamaan                    yang mempunyai          komputer)
St. Venant                          waduk (simpanan)




     6
Penggunaan Yang          Tingkat         Perubahan
     Model           Jenis Model                                                              Contoh (A)
                                             Benar          Kompleksitas       Yang Besar
Progres Fisik       Hidrograf         Terlalu kompleks      Kompleks       -                SWWW,WSPP
Model Perhitungan   Berkesinambu      untuk desain rutin    (perlu
Lengas Tanah        ngan              untuk saat ini.       komputer
                                      Digunakan pada
                                      analisis detil dari
                                      sistim yang lebih
                                      besar dan untuk
                                      studi keilmuan

    3. METODE RASIONAL

      3.1 Rumus Metode Rasional
           Rumus Metode Rasional adalah sebagai berikut:
                        C ⋅i ⋅ A
             Q      =            = 0,278 ⋅ C ⋅ i ⋅ A
                          3,6
             Dimana,
             Q     =          Luah puncak (m3/S)
             C     =          Koefisien larian ( tanpa dimensi)
             A     =          Luas daerah tangkapan (Km2)
             I     =          laju curahan hujan badai rata-rata, yang jatuh per kali dalam T tahun,
                              dengan jatah tc.
             T      =         Periode ulang rencana (tahun)
             tc     =         Waktu memusat atau waktu konsentrasi (menit)

             Angka 3,6 dalam rumus di atas adalah faktor konversi yang sesuai dengan ukuran yang
             dipakai. Apabila luas diambil dalam hektar, maka faktor konversinya menjadi 360.

             Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan bagi satu tetes air yang jatuh di
             tempat terjauh, di daerah tangkapan, untuk mencapai muara (outlet).Tempat yang
             terjauh merupakan istilah yang dikaitkan dengan waktu penjelajahan, bukan jarak.

             Mungkin batasan tc yang lebih baik adalah = waktu sesudah limpasan hujan mulai
             terjadi, ketika seluruh bagian daerah tangkapan memberi masukan pada aliran di muara,
             secara bersamaan.

             Pemakaian metode ini memerlukan:
             - Pengukuran luas A dengan menggunakan peta dan/atau berdasarkan pemeriksaan
                lapangan



                                                                                                  7
-      Perkiraan besar C dan I

       Nama tersebut diberikan pada metode ini, karena dasarnya yang rasional bila
       dibandingkan dengan metode empiris lainnya, ketika rumus ini pertama-tama
       digunakan. Namun pemikiran-pemikiran selanjutnya mampu memperlihatkan bahwa
       metode ini tidak benar-benar rasional di beberapa aspeknya. Beberapa bentuk dari
       metode ini telah dipergunakan sejak tahun 1850. Pemakaiannya tidak meluas sejak awal
       abad ini. Dua lapangan utama yang menerapkan metode tersebut adalah :

       (I)      Desain Drainase Perkotaan (digunakan secara meluas).

       (II)     Daerah tangkap daerah pedesaan kecil (meskipun penggunaan ini sering dikritik).


    3.2 Dasar Metode Rasional dan Cara Penerapannya
        3.2.1 Analisis Aljabar dari Larian Daerah Tangkapan.
              Kita tinjau daerah tangkap yang disketsa di bawah ini. Diasumsikan ada curahan
              hujan dengan laju rata-rata 1mm/jam, mulai pada waktu = 0 dan koefisien larian
              sebesar C.

                Isokron, atau garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai waktu
                jelajah ke muara yang sama. Isokron tersebut digambarkan pada rencana daerah
                tangkapan. Jeda antar kontur adalah 1 jam-an. Luas daerah antar isokron adalah a,
                b, c dan d km2.




                                  Gambar 1. Rencana DAS dengan ISOKRON

                Metode ini mengasumsikan bahwa selama larian tidak ada, penyimpanan
                permukaan di daerah tangkapan. Airnya lari di seluruh daerah tangkap (DAS)
                dengan laju yang sama dengan limpasan hujan yang terjadi di permukaan DAS



8
(Ci mm/jam). Diasumsikan bahwa aliran terjadi dan dalamnya larian (jadi
     volume) dapat diabaikan. Analogi dari asumsi ini adalah larian di lembaran baja
     yang dimiringkan. Kelalaian memperhitungkan simpanan ini merupakan asumsi
     yang penting yang membatasi ketepatan dan penerapan Metode Rasional. Metode
     tersebut didasarkan pada ukuran metrik sehingga dari 1mm/jam pada 1 km2
     didapat 0,278 m3/s.

     Bila mempertimbangkan luas daerah yang memberi masukan setiap waktu, maka
     aliran di muara diketahui dengan membandingkan sebagai berikut :

     Pada jam ke 1, q1 = 0,278 Ci. a m3/s
     Pada jam ke 2, q2 = 0,278 Ci ( a + b ) m3/s

     Luasan yang memberi masukan akan bertambah sesuai dengan waktu konsentrasi
     tercapai, yakni ketika seluruh luasan A memberi masukan pada aliran yang terjadi
     di muara pada saat itu, maka:

             Q = 0,278 C . i . A m3/s

     Rumus di atas adalah rumus rasional untuk aliran puncak. Untuk waktu yang
     lebih lama dari tc, hidrografnya akan tinggal tetap sebesar itu meskipun hujan
     terus jatuh.


3.2.2 Keterbatasan.
      Dua kekurangan dari teori mengenai Metode Rasional adalah sebagai berikut:
    (I) Mengabaikan pengaruh simpanan alur.
        Pengaruh simpanan alur adalah untuk mengurangi dan menangguhkan
        tercapainya tinggi puncak hidrograf. Oleh karena itu pengabaian simpanan alur
        mengakibatkan tinggi puncak aliran menjadi over-estimated (lebih dari
        perkiraan).

   (II) Mengabaikan keragaman deras hujan dalam ruang dan waktu.
        Yang dipertimbangan dalam metode tersebut hanya deras hujan rata-rata.
        Ragam dari deras hujan cenderung untuk meninggikan aliran puncak yang
        diakibatkannya. Oleh karena itu mengabaikan keragaman deras hujan akan
        menyebabkan under estimation (kurang dari perkiraan).
        Akibat (I) dan (II) cenderung untuk saling mengisi namun faktor akibat
        simpanan alur biasanya lebih besar dari faktor akibat ragam curah hujan.




                                                                                   9
3.2.3 Penerapannya untuk DAS Daerah Perkotaan Kecil
              Metode rasional hanya dapat diterapkan bila kedua akibat yang telah diutarakan
              adalah kecil. Seperti telah dibahas di bagian 1.4, konsekuensi hidrologis dari
              urbanisasi akan meningkatkan kecepatan di saluran drainase dan tangkapan DAS
              yang lebih cepat. Simpanan alur (volume air) dalam perjalanan menuju tempat
              keluar selama banjir itu karenanya biasanya tidak berarti untuk DAS kecil.
              Dengan argumen yang sama, waktu konsentrasi menjadi pendek dan ragam waktu
              dari kelebatan hujan adalah relatif rendah untuk jujuh yang pendek.

              Sekali lagi untuk daerah kecil, ragam hujan menurut ruang biasanya juga kecil.
              Oleh karenanya untuk DAS perkotaan kecil metode tersebut cenderung sah. Suatu
              limit absolut bagian atas dari DAS kecil adalah 25 km2. Di atas limit tersebut
              metode rasional jangan dipakai. Namun di negara barat saat ini, hari-hari secara
              garis besar mempertimbangkan bahwa adalah lebih baik menggunakan model
              komputer yang lebih canggih bila ukuran dari DAS lebih besar dari ± 150 km2.

     3.4 Prosedur Penggunaan Metode Rasional
         3.4.1 Ringkasan Prosedur.
                Langkah-langkah penggunaan Metode Rasional adalah sebagai berikut:
             (i) Ukur luas daerah tangkapan (A).
             (ii) Pilih suatu periode ulang (T) yang cocok bagi sistem drainase yang akan
                   didesain.
             (iii) Perkiraan waktu konsentrasi (tc).
             (iv) Dari lengkung IDF yang berlaku bagi daerah tangkapan, tentukan deras hujan
                   rata-rata- (i) yang mempunyai periode ulang T tahun dan jajah badai tc jam.
             (v) Perkiraan nilai C dari daerah tangkapan.
             (vi) Masukkan nilai-nilai di atas ke dalam rumusan metode rasional:

                                   C. i. A 3
                             Q=           m /s
                                    3. 6

                Langkah (i), (iii) dan (v) dibicarakan secara lebih rincih di bawah ini:

        3.4.2 Daerah tangkapan yang lasim juga disebut daerah aliran (DAS) dapat diukur dari
              peta atau diperkirakan di lapangan. Dianjurkan agar batas daerah tangkap
              diperkuat kebenarannya di lapangan, sehingga pengaruh dari jalan, saluran dan
              penghalang buatan lainnya dapat diperhitungkan. Ada juga kemungkinan bahwa
              saluran dari suatu daerah tangkapan perkotaan, ternyata melimpahkan sebagian
              muatannya ke saluran lain selama banjir.




10
3.4.3 Waktu Konsentrasi
             Waktu konsentrasi suatu daerah tangkapan adalah waktu yang diperlukan oleh
             larian di titik yang terjauh dari daerah tangkapan tersebut untuk mencapai
             muaranya.
             Dalam desain dari suatu sistem tersebut biasanya mempunyai luas daerah
             tangkapan yang berbeda, demikian juga kemiringannya, sehingga waktu
             konsentrasinya akan berbeda pula.
             Sebelum sampai ke muara dari suatu sistem drainase, air yang berasal dari titik
             yang terjauh dari daerah tangkapan, mungkin mengalir sesuai dengan permukaan
             alami tanah dan tanaman. Waktu konsentrasi dari daerah tangkapan adalah jumlah
             dari waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir diatas berbagai permukaan
             dan sepanjang saluran penyalur sampai ke muara yang ditinjau.

            Waktu konsentrasi (tc) dari suatu daerah tangkapan, dengan demikian terdiri atas
            bagian yang utama, yakni:
            (i) Waktu memasuki sistem (te) seringkali dinamakan “overland flow” (aliran
                 permukaan).
            (ii) Waktu untuk menjelajahi saluran drain yang besar dan kecil (td).
            Perkiraan nilai te itu dibuat melalui monograf baku untuk kelerengan-kelerengan
            tanah khusus, dan keadaan penutup bawah (lihat gambar 2).




Gambar 2. Nomograf Aliran Permukaan. Data berkat US Dept. of Agrikulture, 1942. Nomograf
                      dikeluarkan oleh “Municipal Utilities” 1951.




                                                                                         11
Waktu yang diperlukan air untuk mengalir sepanjang saluran drainase (td) itu
              ditentukan dengan membagi panjang saluran tersebut oleh kecepatan rata-rata air
              di dalam saluran. Kecepatan rata-rata bisa dihitung dengan menggunakan rumus
              hidraulika seperti persamaan Manning. Namun itu memerlukan luah yang
              diketahui, yang sampai saat itu belum diketahui. Karena itu perlu diasumsikan
              suatu kecepatan, dan membuat perkiraan awal dari td dan perkiraan awal dari Q
              ini dapat digunakan kemudian untuk merevisi perkiraan dari td dan luahnya
              dihitung ulang.

     3.4.4 Koefisien Larian C
           Koefisien larian adalah hasil bagi dari laju puncak dari larian oleh kelebatan hujan,
           apabila kedua peubah (variable) tersebut diungkapkan dari tabel mengenai nilai-
           nilai yang disarankan; seperti yang dikeluarkan oleh “The Malaysian Dept. of
           Irrigation & Drainage”) (lihat tabel 2) atau dengan menggunakan metode yang
           diberikan dalam Australian Rainfall & Runoff [I.E Aust, 1987].

           Nilai koefisien larian yang dalam tabel, seperti tabel 2 itu sering dikritik sebagai
           tidak memuaskan, karena sifat kategori penggunaan tanahnya yang luas. Metode
           yang diberikan dalam Australian Rainfall and Runoff. Menghindari kelemahan
           tersebut. Di situ diungkapkan koefisien larian untuk suatu ARP 10 tahunan, C10, dan
           hubungannya dengan bagian-bagian yang kedap dan tak kedap dari DAS serta iklim
           curah hujan (diungkapkan melalui kelebatan curah hujan dengan ARP 10 tahun
           yang jujuhnya 1 jam di DAS 1110 dalam mm/jam. Nilai C10 jatuh dalam “daerah
           interpolasi” yang ditandai dalam gambar 3. Dan nilai tersebut bisa diperkirakan
           dengan menggunakan persamaan berikut ini:

                C10       = 0,8 f + 0,1 + 0,0133 (1 – f ) ( 1i10 - 25 )

Tabel 2. Koefisien larian dari Metode Rasional bagi daerah perkotaan yang dipakai di Malaysia


       Tata Guna Lahan                                            Koefisien larian
       ---------------------------------------------------------------------------------------------
       Daerah Perdagangan
             - Daerah kota yang dibangun                                    0,90
                 Penuh dan pertokoan

       Daerah Industri
           - Dibangun penuh                                                0,80




12
Daerah Perumahan
   - 4 rumah/acre                                                    0,55
   - 4 - 8 rumah/acre                                                0,65
    - 4 - 12 rumah/acre                                             0,75
   - 12 rumah/acre                                                   0,85

Semenan                                                             0,95


Tata Guna Lahan                                                Koefisien Larian
---------------------------------------------------------------------------------------------
Taman (biasanya datar di daerah                                      0,30
Perkotaan)
Hutan karet                                                          0,45
Rimba (biasanya curam di perkotaan                                   0,35
Daerah pertambangan                                                  0,10
Tanah terbuka                                                        0,75

Sumber: Drainase and Irrigation Division, Ministry of Aagryculture, Malaysia, 1975.
“Urban Drainage Design Standards & Procedures for Peninsuler Malaysia”. Planning
and Design Procedure No. 1




                                                                                                13
Gambar 3 Metode IE Aust untuk memperkirakan Koefisien Larian.

Untuk periode ulang rata-rata yang lain dari 10 tahun, nilai C10 tersebut dikalikan dengan faktor
kekerapan dari tabel 3. Apabila koefisien yang dihitung dengan persamaan di atas lebih besar
dari 1,0, angka tersebut secara “arbiter” ditentukan sama dengan satu (1).

Tabel 3. Faktor Kekerapan Untuk Memperkirakan Koefisien Larian dengan Menggunakan
          Metode I.E Aust.

           ARP (tahun)                              Faktor kekerapan ,Fy
              1        ------------------------------------- 0,8
              2        ------------------------------------- 0,85
              5        ------------------------------------- 0,95
              10       ------------------------------------- 1,0
              20       ------------------------------------- 1,05
              50       ------------------------------------- 1,15
              100      ------------------------------------- 1,2




14
3.5. Effek sebagian Daerah (Partial Effect Area).
     Di daerah tangkap di daerah perkotaan, dimana sebagian dari daerah tangkat tersebut
     belum dikembangkan atau digunakan untuk pertanian, mungkin beberapa jujuh curah
     hujan yang lebih kecil dari waktu konsentrasi seluruh daerah bisa memberikan luah
     puncak yang maksimum.

   Dalam kasus seperti ini pengaruh dari deras hujan yang semakin besar pada luah puncak
   adalah lebih besar dari pengurangan dari daerah yang menyumbang, sedangkan jujuh
   semakin berkurang sehingga berada dibawah waktu konsentrasi dari seluruh daerah
   tangkap. Gejala ini dinamakan efek sebagian daerah dan akan terjadi pada keadaan-
   keadaan berikut ini:

   Bila Cp ip Ap > CT iT AT

   Dimana p adalah sebagian (partial) daerah tangkapan
          T adalah daerah tangkapan total.

   Jenis daerah tangkapan yang memungkinkan gejala tersebut terjadi adalah:
   (i)     Suatu daerah tangkapan yang mempunyai “buntut” yang panjang, dalam
           perencanaan tampaknya.
   (iii)   Suatu daerah tangkapan yang terletak di kaki lereng gunung yang curam.
   (iv)    Suatu daerah tangkapan di perkotaan yang ada taman atau hutan rimba di ujung
           hulunya.




                                                                                     15
DAFTAR PUSTAKA


1. Drainage and Irrigation Division, Ministry of Agriculture, Malysia 1975. “Urban Drainage
   Design Standards & Procedures for Peninsular Malaysia”. Planning and Design Procedure
   No. 1.
2. Institution of Engineers Australia, 1987. “Australian Rainfall and Runoff” Volume 1. ISBN
   085825-434-4.




16

More Related Content

What's hot

Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatinfosanitasi
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1infosanitasi
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Joy Irman
 
perencanaan intake
perencanaan intakeperencanaan intake
perencanaan intakeReza Nuari
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaJoy Irman
 
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...suningterusberkarya
 
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiMateri Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautSiti Sahati
 
Kriteria umum unit instalasi pengolahan air
Kriteria umum unit instalasi pengolahan airKriteria umum unit instalasi pengolahan air
Kriteria umum unit instalasi pengolahan airDianita Octavia
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Joy Irman
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Joy Irman
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikJoy Irman
 
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Joy Irman
 
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaCara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaBagus ardian
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah Hafida Siti
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site systemJoy Irman
 

What's hot (20)

Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
 
perencanaan intake
perencanaan intakeperencanaan intake
perencanaan intake
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
 
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
sumber daya air air permukaan dan air tanah suning_universitas pgri adi buana...
 
SUMUR RESAPAN
SUMUR RESAPANSUMUR RESAPAN
SUMUR RESAPAN
 
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiMateri Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
 
Kriteria umum unit instalasi pengolahan air
Kriteria umum unit instalasi pengolahan airKriteria umum unit instalasi pengolahan air
Kriteria umum unit instalasi pengolahan air
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
 
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
 
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaCara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
 
Daerah resapan air
Daerah resapan airDaerah resapan air
Daerah resapan air
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
 

Viewers also liked

Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseDasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseinfosanitasi
 
Tata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseTata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseinfosanitasi
 
Gejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendahGejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendahinfosanitasi
 
Sistem pemompaan banjir
Sistem pemompaan banjirSistem pemompaan banjir
Sistem pemompaan banjirinfosanitasi
 
Hidraulika jalur air
Hidraulika jalur airHidraulika jalur air
Hidraulika jalur airinfosanitasi
 
Analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainase
Analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainaseAnalisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainase
Analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainaseinfosanitasi
 
Tata cara pembuatan rencana induk drainase
Tata cara pembuatan rencana induk drainaseTata cara pembuatan rencana induk drainase
Tata cara pembuatan rencana induk drainaseinfosanitasi
 
Analisa struktur bangunan air
Analisa struktur bangunan airAnalisa struktur bangunan air
Analisa struktur bangunan airinfosanitasi
 
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanTata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanJoy Irman
 
Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten a...
Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten a...Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten a...
Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten a...Wein Rawana
 
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakatpanduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakatMohd. Yunus
 
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2ariefmcty
 
Tata cara penyusunan biaya operasi dan pemeliharaan drainase
Tata cara penyusunan biaya operasi dan pemeliharaan drainaseTata cara penyusunan biaya operasi dan pemeliharaan drainase
Tata cara penyusunan biaya operasi dan pemeliharaan drainaseinfosanitasi
 
Studi kasus drainase
Studi kasus drainaseStudi kasus drainase
Studi kasus drainaseinfosanitasi
 
Tata cara studi kelayakan drainase
Tata cara studi kelayakan drainaseTata cara studi kelayakan drainase
Tata cara studi kelayakan drainaseinfosanitasi
 
Aspek praktis dan desain drainase besar
Aspek praktis dan desain drainase besarAspek praktis dan desain drainase besar
Aspek praktis dan desain drainase besarinfosanitasi
 
Manajemen sumber daya air
Manajemen sumber daya airManajemen sumber daya air
Manajemen sumber daya airafrays iwd
 
Pengendalian banjir-sungai
Pengendalian banjir-sungaiPengendalian banjir-sungai
Pengendalian banjir-sungaiRachyma Briston
 

Viewers also liked (20)

Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseDasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
 
Tata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseTata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainase
 
Gejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendahGejala pasang dan drainase daerah rendah
Gejala pasang dan drainase daerah rendah
 
Sistem pemompaan banjir
Sistem pemompaan banjirSistem pemompaan banjir
Sistem pemompaan banjir
 
Hidraulika jalur air
Hidraulika jalur airHidraulika jalur air
Hidraulika jalur air
 
Analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainase
Analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainaseAnalisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainase
Analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainase
 
Tata cara pembuatan rencana induk drainase
Tata cara pembuatan rencana induk drainaseTata cara pembuatan rencana induk drainase
Tata cara pembuatan rencana induk drainase
 
Analisa struktur bangunan air
Analisa struktur bangunan airAnalisa struktur bangunan air
Analisa struktur bangunan air
 
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanTata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
 
Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten a...
Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten a...Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten a...
Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten a...
 
Ecodrain
EcodrainEcodrain
Ecodrain
 
Analisis Frekuensi
Analisis FrekuensiAnalisis Frekuensi
Analisis Frekuensi
 
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakatpanduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
 
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
Hidrologi aplikasi-metode-statistik-untuk-analisa-data-jilid-2 2
 
Tata cara penyusunan biaya operasi dan pemeliharaan drainase
Tata cara penyusunan biaya operasi dan pemeliharaan drainaseTata cara penyusunan biaya operasi dan pemeliharaan drainase
Tata cara penyusunan biaya operasi dan pemeliharaan drainase
 
Studi kasus drainase
Studi kasus drainaseStudi kasus drainase
Studi kasus drainase
 
Tata cara studi kelayakan drainase
Tata cara studi kelayakan drainaseTata cara studi kelayakan drainase
Tata cara studi kelayakan drainase
 
Aspek praktis dan desain drainase besar
Aspek praktis dan desain drainase besarAspek praktis dan desain drainase besar
Aspek praktis dan desain drainase besar
 
Manajemen sumber daya air
Manajemen sumber daya airManajemen sumber daya air
Manajemen sumber daya air
 
Pengendalian banjir-sungai
Pengendalian banjir-sungaiPengendalian banjir-sungai
Pengendalian banjir-sungai
 

Similar to Metode Perkiraan Banjir Das

Langkah perancangan intensitas hujan kriteria perancangan
Langkah perancangan intensitas hujan kriteria perancanganLangkah perancangan intensitas hujan kriteria perancangan
Langkah perancangan intensitas hujan kriteria perancanganMartheana Kencanawati
 
Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan afdhal amri
 
Pemanfaatan Teknologi LiDAR untuk Deteksi Genangan Banjir (Paper Review)
Pemanfaatan Teknologi LiDAR untuk Deteksi Genangan Banjir (Paper Review)Pemanfaatan Teknologi LiDAR untuk Deteksi Genangan Banjir (Paper Review)
Pemanfaatan Teknologi LiDAR untuk Deteksi Genangan Banjir (Paper Review)Luhur Moekti Prayogo
 
Jurnal banjir 14777
Jurnal banjir 14777Jurnal banjir 14777
Jurnal banjir 14777naufalulhaq2
 
Methodologi jaringan distribusi air
Methodologi jaringan distribusi airMethodologi jaringan distribusi air
Methodologi jaringan distribusi airaliakbar2015
 
05. pedoman drainase jalan raya
05. pedoman drainase jalan raya05. pedoman drainase jalan raya
05. pedoman drainase jalan rayaYasruddin Mt
 
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Joy Irman
 
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdfHestinaEviyanti3
 
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...Elma Puspaningtyas
 
SPAM Kecamatan Semarang Selatan
SPAM Kecamatan Semarang SelatanSPAM Kecamatan Semarang Selatan
SPAM Kecamatan Semarang SelatanM RiendRa Uslani
 
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOKREDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOKDebora Elluisa Manurung
 
Manajeme evaluasi dan evakuasi banjir
Manajeme evaluasi dan evakuasi banjirManajeme evaluasi dan evakuasi banjir
Manajeme evaluasi dan evakuasi banjirAgus Witono
 
Paper Sistem Pemodelan dan Perencanaan Drainase
Paper Sistem Pemodelan dan Perencanaan DrainasePaper Sistem Pemodelan dan Perencanaan Drainase
Paper Sistem Pemodelan dan Perencanaan DrainasePangeran Sitorus
 

Similar to Metode Perkiraan Banjir Das (20)

PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf
PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdfPPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf
PPT Rekayasa Hidrologi [TM11].pdf
 
12 kustamar-itn
 12  kustamar-itn 12  kustamar-itn
12 kustamar-itn
 
PPT S1.ppt
PPT S1.pptPPT S1.ppt
PPT S1.ppt
 
Langkah perancangan intensitas hujan kriteria perancangan
Langkah perancangan intensitas hujan kriteria perancanganLangkah perancangan intensitas hujan kriteria perancangan
Langkah perancangan intensitas hujan kriteria perancangan
 
Drainase perkotaan
Drainase perkotaanDrainase perkotaan
Drainase perkotaan
 
Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
 
Pemanfaatan Teknologi LiDAR untuk Deteksi Genangan Banjir (Paper Review)
Pemanfaatan Teknologi LiDAR untuk Deteksi Genangan Banjir (Paper Review)Pemanfaatan Teknologi LiDAR untuk Deteksi Genangan Banjir (Paper Review)
Pemanfaatan Teknologi LiDAR untuk Deteksi Genangan Banjir (Paper Review)
 
Jurnal banjir 14777
Jurnal banjir 14777Jurnal banjir 14777
Jurnal banjir 14777
 
Methodologi jaringan distribusi air
Methodologi jaringan distribusi airMethodologi jaringan distribusi air
Methodologi jaringan distribusi air
 
05. pedoman drainase jalan raya
05. pedoman drainase jalan raya05. pedoman drainase jalan raya
05. pedoman drainase jalan raya
 
drainase kota tugas
drainase kota tugasdrainase kota tugas
drainase kota tugas
 
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
 
Kerentanan air
Kerentanan airKerentanan air
Kerentanan air
 
Article Text.pdf
Article Text.pdfArticle Text.pdf
Article Text.pdf
 
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
5.-Prosedur-dan-Instruksi-Kerja-Perhitungan-debit-banjir.pdf
 
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...
 
SPAM Kecamatan Semarang Selatan
SPAM Kecamatan Semarang SelatanSPAM Kecamatan Semarang Selatan
SPAM Kecamatan Semarang Selatan
 
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOKREDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
REDESIGN DRAINASE DI PERUMAHAN BUKIT CENGKEH II KOTA DEPOK
 
Manajeme evaluasi dan evakuasi banjir
Manajeme evaluasi dan evakuasi banjirManajeme evaluasi dan evakuasi banjir
Manajeme evaluasi dan evakuasi banjir
 
Paper Sistem Pemodelan dan Perencanaan Drainase
Paper Sistem Pemodelan dan Perencanaan DrainasePaper Sistem Pemodelan dan Perencanaan Drainase
Paper Sistem Pemodelan dan Perencanaan Drainase
 

More from infosanitasi

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014infosanitasi
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019infosanitasi
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasiinfosanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019infosanitasi
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehataninfosanitasi
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015infosanitasi
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015infosanitasi
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMinfosanitasi
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019infosanitasi
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasiinfosanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...infosanitasi
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015infosanitasi
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
 

More from infosanitasi (20)

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 

Metode Perkiraan Banjir Das

  • 1. METODE PERKIRAAN BANJIR DAS 1. PENDAHULUAN Sub modul ini memperkenalkan metode-metode untuk memperkirakan banjir yang ada, dan untuk memberikan petunjuk kapan metode tersebut bisa digunakan. Dalam modul ini, sebuah garis besar cara memperkirakan banjir ada dilakukan, yang kemudian diikuti oleh metode yang lebih rinci yang sesuai untuk DAS yang kecil, terutama DAS perkotaan. Penerapan dari Metode Rasional untuk daerah perkotaan ada diterangkan secara rinci. Dalam modul ini cara memperkirakan banjir untuk DAS yang luasnya sedang dan besar ada diungkapkan, termasuk metode kekerapan banjir wilayah yang spesial dikembangkan untuk Jawa dan Sumatera. 1.2 Pentingnya Memperkirakan Banjir Rencana Metode memperkirakan Banjir Rencana adalah sebuah langkah penting didalam proses desain pekerjaan rekayasa teknik sipil yang bermacam-macam. Apabila perkiraan tersebut salah maka keuntungan dari desain hidraulika yang detil dan dari desain bangunan yang dihasilkan darinya tidak akan terwujud. Kita bisa membandingkan hal tersebut dengan mendesain suatu bangunan yang canggih tetapi bebannya salah. Hasil akhirnya akan tidak memuaskan. Oleh karena itu amatlah penting untuk memilih suatu banjir rencana yang mempunyai periode ulang rata-rata (ARP) yang memadai, agar bisa dibekali dengan suatu resiko gagal yang bisa diterima. Kemudian dari situ bisa diturunkan besar banjir yang bersangkutan. Kegiatan tersebut memerlukan suatu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi besar banjir dan suatu pemahaman mengenai metode yang ada untuk penghitungannya. Dengan memandang pada metode-metode perkiraan banjir yang ada, akan mudah dikenali bahwa ada 2 jenis maslah perkiraan banjir yang sangat berbeda: (i ) Perkiraan suatu banjir rencana ( ii ) Perkiraan suatu banjir yang nyata Suatu banjir rencana adalah suatu perkiraan peluang atau statistika yang didasarkan pada suatu jenis analisis peluang dari data banjir atau curah hujan. Suatu periode ulang rata-rata atau peluang dilampaui itu merupakan hal yang menyatu dengan cara perkiraan tersebut. Pendekatan untuk perkiraan suatu banjir yang nyata dari suatu kejadian hujan merupakan hal yaang sama sekali berbeda dalam konsep dan merupakan hal yang sifatnya deterministik. 1
  • 2. Semua sebab-akibat memerlukan pertimbangan. Keadaan nyata yang terjadi sebelumnya yang terjadi bersamaan dengan waktu terjadinya hujan tersebut, adalah penting dan perlu diperhitungkan dalam perkiraan banjir yang diakibatkannya. Tidak ada informasi yang nyata yang diberikan, yang berkaitan dengan peluang dari banjir yang diperkirakan. 1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Besar Banjir Faktor-faktor yang mempengaruhi besar banjir adalah sebagai berikut: ( i ) Faktor Hujan Faktor hujan itu mencukupi kelebatan hujan, jujuh, sebarannya dalam waktu dan ruang. ( ii ) Karakteristik DAS Karakteristik DAS mencakupi faktor fisiografi (seperti daerah dan kelerengan), faktor- faktor kehilangan (termasuk jenis tetumbuhan dan tanah) dan simpanan (terutama simpanan alur, volume air yang dalam perjalanan menuju tempat keluar selama banjir). Penting untuk dicatat bahwa agar suatu metode perkiraan banjir itu sah, maka faktor- faktor yang disebut diatas harus ditangani dengan memperhatikan perubahan keadaan pada saat metode tersebut diberlakukan. 1.4. Akibat Urbanisasi Pada Karakteristik DAS Apabila hutan asli atau lahan pertanian diubah menjadi lahan perkotaan, perubahan berikut akan terjadi: o Hilangnya tetumbuhan o Berkurangnya serasah di tanah o Hilangnya simpanan alami o Bertambahnya daerah yang bocor o Bertambahnya pencemar o Permukaan terganggu Akibat hidrologis dari perubahan-perubahan ini adalah sebagai berikut: o Peresapan dan pengimbuhan air tanah yang berkurang o Makin banyaknya larian permukaan o Kecepatan makin besar o Reaksi DAS makin cepat o Luah puncak makin tinggi o Kualitas air menurun 2
  • 3. 2. PEMILIHAN METODE PERKIRAAN BANJIR 2.1. Metode Yang Ada Metode perkiraan banjir yang didasarkan pada analisis kekerapan banjir dapat diklasifikasikan sebagai berikut: o Analisis kekerapan banjir yang langsung dilakukan terhadap data rekaman aliran sungai di suatu lokasi (tempat) yang akan dipelajari, yang mempunyai data rekaman yang mencakupi periode yang panjang. o Metode kekerapan banjir wilayah. Pembuatan dari metode kekerapan banjir wilayah mencakupi melakukan analisis data kekerapan banjir yang berasal dari semua DAS di suatu wilayah, untuk rekaman yang cukup lama. Hubungan antara data kekerapan banjir dengan karakteristik DAS kemudian dibuat. Begitu metode tersebut sudah dibangun (yang memerlukan upaya rekayasa yang sangat besar), penerapannya secara umum akan menyangkut perkiraan dari suatu banjir indeks dan pembandingan banjir indeks tersebut dengan suatu faktor byang tergantung pada ARP, yang akan memberikan banjir rencana yang diperlukan. Sedangkan metode perkiraan banjir yang didasarkan pada hujan rencana dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas yang mewakili suatu tingkat ketepatan yang makin menurun: Kelas I : metode hidrograf, seperti pelacakan larian dan unit hidrograf yang dikalibrasikan langsung dari rekaman hidrologi dari DAS yang dipelajari. Kelas II : Metode yang memerlukan transposisi parameter dari DAS yang diukur ke DAS yang tidak diukur yang didekatnya, dan metode tersebut dikalibrasikan secara perwilayahan. Metode ini mencakupi metode sintetik unit hidrograf, prosedur pelacakan larian dengan parameter yang didasarkan pada hubungan perwilayahan, data yang dipublikasikan, atau data untuk DAS yang berdekatan yang dikalibarasikan dan metode desain hidrograf yang di bangun pada wilayah yang khusus. Kelas III : Metode umum atau metode “arbiter” atau rumus yang boleh diterapkan untuk mendapatkan perkiraan awal. Termasuk dalam kelas ini adalah rumus empiris, “tipe-hand-book” dari Metode Rasional dan US Conservation Method. 3
  • 4. 2.2 Penerapan pada Desain Drainase Perkotaan Pemilihan metode yang sesuai untuk perkiraan banjir tergantung pada syarat penerapannya. Dalam konteks desain drainase perkotaan, kita akan tertarik pada 2 kasus umum: (i) DAS kecil (kurang dari 25 km2, sering bahkan lebih kecil dan biasanya dalam cakupan daerah perkotaan yang nyata itu sendiri) dan (ii) Ukuran sedang ( 25 km2 sampai 500 km2 ) dan DAS yang berukuran luas (lebih besar dari 500 km2). Dalam daerah jenis ini, sungai-sungainya mengalir lewat perkotaan dan karenanya merupakan ancaman banjir bagi kota tersebut. Metode-metode untuk perkiraan banjir yang sesuai untuk setiap kasusu di atas akan didiskusikan di bagian 2.3 dan 2.4 di bawah ini. 2.3. DAS Perkotaan Yang Kecil Metode perkiraan banjir berdasarkan hujan itu biasanya dipakai untuk DAS perkotaan yang kecil. Metode-metode yang didasarkan pada analisis kekerapan banjir itu biasanya tidak bisa diterapkan karena data rekaman larian itu jarang ada, terutama untuk DAS yang kecil. Pada kesempatan yang jarang dimana data larian rekaman itu tersedia, maka analisis kekerapan justru tidak sesuai disebabkan oleh pola tata guna tanah yang berubah. Metode yang berdasarkan hujan yang menggunakan data curah hujan rencana yang didapatkan secara statistik karenanya adalah yang paling sering digunakan. Metode yang didasarkan hujan yang bisa diterapkan pada daerah perkotaan yang kecil itu mencakupi prosedur unit horograf, model pelacakan larian, dan metode rasional. Metode rasional tersebut adalah yang paling diantara ketiganya dan telah menjadi metode yang paling banyak dikaitkan dengan desain drainase perkotaan. Meskipun Metode Rasional cocok kategorinya sebagai metode yang berdasarkan hujan kelas III, namun untuk DAS perkotaan yang kecil (bukan DAS yang besar) metode tersebut secara memuaskan menangani faktor- faktor yang mempengaruhi besar banjir. Hal ini berakibat semakin meluasnya penggunaan pada daerah perkotaan. Metode yang sepenuhnya berdasarkan pada hujan yang bisa diterapkan untuk drainase daerah perkotaan dan penggunaannya dengan benar dapat disimpulkan di tabel 1. Beberapa dari metode ini mencakupi model komputer dengan komponen pemodelan hidrolika aliran pipa dan kualitas air. 4
  • 5. 2.4. DAS UKURAN SEDANG DAN BESAR Pertimbangan utama untuk perkiraan dan pemilihan dari metode yang ada untuk perkiraan banjir rencana untuk DAS berukuran sedang dan kecil adalah bahwa cara-cara tesebut harus didasarkan pada data banjir yang direkam. Analisis kekerapan banjir yang langsung nyatanya memenuhi kriteria tersebut. Untuk metode kekerapan regional, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah angka-angka tersebut diturunkan dari data banjir rekaman untuk wilayah terentu tersebut, ataukah telah didemonstrasikan secara formal untuk mereproduksikan data rekaman atau karakteristik statistik DAS yang dipelajari. Menurut metode yang didasarkan hujan, prosedur dari UH dan pelacakan larian dapat dikalibrasikan dengan data yang direkam di DAS yang dipelajari sehingga juga memenuhi kriteria di atas tersebut. Namun metode yang didasarkan atas hujan kelas III itu tidak memenuhi. Di Indonesia, metode yang didasarkan curah hujan kelas I dan II tidak kerap digunakan. Kesuksesan penerapannya menghendaki adanya data curah hujan yang bagus kualitasnya, dan juga data aliran sungai. Metode tersebut adalah kompleks dan diperlukan keterampilan dan pertimbangan dalam menterjemahkannya. Metode yang berdasarkan hujan kelas III tersebut adalah yang lebih umum digunakan dan termasuk penggunaan metode Der Weduwen, Melchior dan Rasional. Penggunaan metode yang berdasarkan pada analisis kekerapan itu lebih dipilih daripada penggunaan metode yang didasarkan pada hujan kelas III. Metode yang didasarkan pada analisis kekerapan karena itu disarankan untuk digunakan di Indinesia untuk memperkirakan aliran rencana di DAS berukuran sedang dan besar yang lewat daerah perkotaan. 5
  • 6. Tabel 1 Model Hidrologi Untuk Analisa dan Desain Drainase Perkotaan Penggunaan Yang Tingkat Perubahan Model Jenis Model Contoh (A) Benar Kompleksitas Yang Besar Rumus Empiris Aliran puncak Perkiraan dari Sangat mudah - Patokan untuk aliran rencana dari desain drainase DAS yang sangat atap kecil dan mempunyai sifat individual Metode Rational Aliran puncak Desain untuk DAS Mudah ke • Akumulasi Australian Rainfall kecil. Hanya bisa agak sukar dari ekvalensi and Runoff (1987) diterapkan untuk (bisa memilih daerah yang Malaysian analisis alam untuk tidak bocor Drainase Design bentuk yang menggunakan • Perlakuan Manual (1975) terbatas komputer) akibat dari sebagian luasan Unit Hidrograf Hidrograf Desain dan analisis Sedang - Synthetik Unit DAS perkotaan (pilihan Hydrograph yang luas, dimana menggunakan Methods With tersebut komputer) parameters adjusted for urbanisation Luas Waktu Hidrograf Desain atau Sedang sampai - TRRL, ILLUDAS, (Isokron) analisis dari sisitim sukar ILSA dengan berbagai (perlu ukuran, termasuk komputer) yang mempunyai waduk (simpanan) Pelacakan larian Hidrograf Desain atau analisis Sedang sampai Waduk linear WASSP,RORE untuk semua sukar (perlu dan non linear RAFTS ukuran, termasuk komputer) yang mempunyai waduk (simpanan) Kinematic Hidrograf Desain atau analisis Sedang sampai - WSSP, SWWW Wave/penyelesaian untuk semua kompleks masalah penuh ukuran, termasuk (perlu dengan persamaan yang mempunyai komputer) St. Venant waduk (simpanan) 6
  • 7. Penggunaan Yang Tingkat Perubahan Model Jenis Model Contoh (A) Benar Kompleksitas Yang Besar Progres Fisik Hidrograf Terlalu kompleks Kompleks - SWWW,WSPP Model Perhitungan Berkesinambu untuk desain rutin (perlu Lengas Tanah ngan untuk saat ini. komputer Digunakan pada analisis detil dari sistim yang lebih besar dan untuk studi keilmuan 3. METODE RASIONAL 3.1 Rumus Metode Rasional Rumus Metode Rasional adalah sebagai berikut: C ⋅i ⋅ A Q = = 0,278 ⋅ C ⋅ i ⋅ A 3,6 Dimana, Q = Luah puncak (m3/S) C = Koefisien larian ( tanpa dimensi) A = Luas daerah tangkapan (Km2) I = laju curahan hujan badai rata-rata, yang jatuh per kali dalam T tahun, dengan jatah tc. T = Periode ulang rencana (tahun) tc = Waktu memusat atau waktu konsentrasi (menit) Angka 3,6 dalam rumus di atas adalah faktor konversi yang sesuai dengan ukuran yang dipakai. Apabila luas diambil dalam hektar, maka faktor konversinya menjadi 360. Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan bagi satu tetes air yang jatuh di tempat terjauh, di daerah tangkapan, untuk mencapai muara (outlet).Tempat yang terjauh merupakan istilah yang dikaitkan dengan waktu penjelajahan, bukan jarak. Mungkin batasan tc yang lebih baik adalah = waktu sesudah limpasan hujan mulai terjadi, ketika seluruh bagian daerah tangkapan memberi masukan pada aliran di muara, secara bersamaan. Pemakaian metode ini memerlukan: - Pengukuran luas A dengan menggunakan peta dan/atau berdasarkan pemeriksaan lapangan 7
  • 8. - Perkiraan besar C dan I Nama tersebut diberikan pada metode ini, karena dasarnya yang rasional bila dibandingkan dengan metode empiris lainnya, ketika rumus ini pertama-tama digunakan. Namun pemikiran-pemikiran selanjutnya mampu memperlihatkan bahwa metode ini tidak benar-benar rasional di beberapa aspeknya. Beberapa bentuk dari metode ini telah dipergunakan sejak tahun 1850. Pemakaiannya tidak meluas sejak awal abad ini. Dua lapangan utama yang menerapkan metode tersebut adalah : (I) Desain Drainase Perkotaan (digunakan secara meluas). (II) Daerah tangkap daerah pedesaan kecil (meskipun penggunaan ini sering dikritik). 3.2 Dasar Metode Rasional dan Cara Penerapannya 3.2.1 Analisis Aljabar dari Larian Daerah Tangkapan. Kita tinjau daerah tangkap yang disketsa di bawah ini. Diasumsikan ada curahan hujan dengan laju rata-rata 1mm/jam, mulai pada waktu = 0 dan koefisien larian sebesar C. Isokron, atau garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai waktu jelajah ke muara yang sama. Isokron tersebut digambarkan pada rencana daerah tangkapan. Jeda antar kontur adalah 1 jam-an. Luas daerah antar isokron adalah a, b, c dan d km2. Gambar 1. Rencana DAS dengan ISOKRON Metode ini mengasumsikan bahwa selama larian tidak ada, penyimpanan permukaan di daerah tangkapan. Airnya lari di seluruh daerah tangkap (DAS) dengan laju yang sama dengan limpasan hujan yang terjadi di permukaan DAS 8
  • 9. (Ci mm/jam). Diasumsikan bahwa aliran terjadi dan dalamnya larian (jadi volume) dapat diabaikan. Analogi dari asumsi ini adalah larian di lembaran baja yang dimiringkan. Kelalaian memperhitungkan simpanan ini merupakan asumsi yang penting yang membatasi ketepatan dan penerapan Metode Rasional. Metode tersebut didasarkan pada ukuran metrik sehingga dari 1mm/jam pada 1 km2 didapat 0,278 m3/s. Bila mempertimbangkan luas daerah yang memberi masukan setiap waktu, maka aliran di muara diketahui dengan membandingkan sebagai berikut : Pada jam ke 1, q1 = 0,278 Ci. a m3/s Pada jam ke 2, q2 = 0,278 Ci ( a + b ) m3/s Luasan yang memberi masukan akan bertambah sesuai dengan waktu konsentrasi tercapai, yakni ketika seluruh luasan A memberi masukan pada aliran yang terjadi di muara pada saat itu, maka: Q = 0,278 C . i . A m3/s Rumus di atas adalah rumus rasional untuk aliran puncak. Untuk waktu yang lebih lama dari tc, hidrografnya akan tinggal tetap sebesar itu meskipun hujan terus jatuh. 3.2.2 Keterbatasan. Dua kekurangan dari teori mengenai Metode Rasional adalah sebagai berikut: (I) Mengabaikan pengaruh simpanan alur. Pengaruh simpanan alur adalah untuk mengurangi dan menangguhkan tercapainya tinggi puncak hidrograf. Oleh karena itu pengabaian simpanan alur mengakibatkan tinggi puncak aliran menjadi over-estimated (lebih dari perkiraan). (II) Mengabaikan keragaman deras hujan dalam ruang dan waktu. Yang dipertimbangan dalam metode tersebut hanya deras hujan rata-rata. Ragam dari deras hujan cenderung untuk meninggikan aliran puncak yang diakibatkannya. Oleh karena itu mengabaikan keragaman deras hujan akan menyebabkan under estimation (kurang dari perkiraan). Akibat (I) dan (II) cenderung untuk saling mengisi namun faktor akibat simpanan alur biasanya lebih besar dari faktor akibat ragam curah hujan. 9
  • 10. 3.2.3 Penerapannya untuk DAS Daerah Perkotaan Kecil Metode rasional hanya dapat diterapkan bila kedua akibat yang telah diutarakan adalah kecil. Seperti telah dibahas di bagian 1.4, konsekuensi hidrologis dari urbanisasi akan meningkatkan kecepatan di saluran drainase dan tangkapan DAS yang lebih cepat. Simpanan alur (volume air) dalam perjalanan menuju tempat keluar selama banjir itu karenanya biasanya tidak berarti untuk DAS kecil. Dengan argumen yang sama, waktu konsentrasi menjadi pendek dan ragam waktu dari kelebatan hujan adalah relatif rendah untuk jujuh yang pendek. Sekali lagi untuk daerah kecil, ragam hujan menurut ruang biasanya juga kecil. Oleh karenanya untuk DAS perkotaan kecil metode tersebut cenderung sah. Suatu limit absolut bagian atas dari DAS kecil adalah 25 km2. Di atas limit tersebut metode rasional jangan dipakai. Namun di negara barat saat ini, hari-hari secara garis besar mempertimbangkan bahwa adalah lebih baik menggunakan model komputer yang lebih canggih bila ukuran dari DAS lebih besar dari ± 150 km2. 3.4 Prosedur Penggunaan Metode Rasional 3.4.1 Ringkasan Prosedur. Langkah-langkah penggunaan Metode Rasional adalah sebagai berikut: (i) Ukur luas daerah tangkapan (A). (ii) Pilih suatu periode ulang (T) yang cocok bagi sistem drainase yang akan didesain. (iii) Perkiraan waktu konsentrasi (tc). (iv) Dari lengkung IDF yang berlaku bagi daerah tangkapan, tentukan deras hujan rata-rata- (i) yang mempunyai periode ulang T tahun dan jajah badai tc jam. (v) Perkiraan nilai C dari daerah tangkapan. (vi) Masukkan nilai-nilai di atas ke dalam rumusan metode rasional: C. i. A 3 Q= m /s 3. 6 Langkah (i), (iii) dan (v) dibicarakan secara lebih rincih di bawah ini: 3.4.2 Daerah tangkapan yang lasim juga disebut daerah aliran (DAS) dapat diukur dari peta atau diperkirakan di lapangan. Dianjurkan agar batas daerah tangkap diperkuat kebenarannya di lapangan, sehingga pengaruh dari jalan, saluran dan penghalang buatan lainnya dapat diperhitungkan. Ada juga kemungkinan bahwa saluran dari suatu daerah tangkapan perkotaan, ternyata melimpahkan sebagian muatannya ke saluran lain selama banjir. 10
  • 11. 3.4.3 Waktu Konsentrasi Waktu konsentrasi suatu daerah tangkapan adalah waktu yang diperlukan oleh larian di titik yang terjauh dari daerah tangkapan tersebut untuk mencapai muaranya. Dalam desain dari suatu sistem tersebut biasanya mempunyai luas daerah tangkapan yang berbeda, demikian juga kemiringannya, sehingga waktu konsentrasinya akan berbeda pula. Sebelum sampai ke muara dari suatu sistem drainase, air yang berasal dari titik yang terjauh dari daerah tangkapan, mungkin mengalir sesuai dengan permukaan alami tanah dan tanaman. Waktu konsentrasi dari daerah tangkapan adalah jumlah dari waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir diatas berbagai permukaan dan sepanjang saluran penyalur sampai ke muara yang ditinjau. Waktu konsentrasi (tc) dari suatu daerah tangkapan, dengan demikian terdiri atas bagian yang utama, yakni: (i) Waktu memasuki sistem (te) seringkali dinamakan “overland flow” (aliran permukaan). (ii) Waktu untuk menjelajahi saluran drain yang besar dan kecil (td). Perkiraan nilai te itu dibuat melalui monograf baku untuk kelerengan-kelerengan tanah khusus, dan keadaan penutup bawah (lihat gambar 2). Gambar 2. Nomograf Aliran Permukaan. Data berkat US Dept. of Agrikulture, 1942. Nomograf dikeluarkan oleh “Municipal Utilities” 1951. 11
  • 12. Waktu yang diperlukan air untuk mengalir sepanjang saluran drainase (td) itu ditentukan dengan membagi panjang saluran tersebut oleh kecepatan rata-rata air di dalam saluran. Kecepatan rata-rata bisa dihitung dengan menggunakan rumus hidraulika seperti persamaan Manning. Namun itu memerlukan luah yang diketahui, yang sampai saat itu belum diketahui. Karena itu perlu diasumsikan suatu kecepatan, dan membuat perkiraan awal dari td dan perkiraan awal dari Q ini dapat digunakan kemudian untuk merevisi perkiraan dari td dan luahnya dihitung ulang. 3.4.4 Koefisien Larian C Koefisien larian adalah hasil bagi dari laju puncak dari larian oleh kelebatan hujan, apabila kedua peubah (variable) tersebut diungkapkan dari tabel mengenai nilai- nilai yang disarankan; seperti yang dikeluarkan oleh “The Malaysian Dept. of Irrigation & Drainage”) (lihat tabel 2) atau dengan menggunakan metode yang diberikan dalam Australian Rainfall & Runoff [I.E Aust, 1987]. Nilai koefisien larian yang dalam tabel, seperti tabel 2 itu sering dikritik sebagai tidak memuaskan, karena sifat kategori penggunaan tanahnya yang luas. Metode yang diberikan dalam Australian Rainfall and Runoff. Menghindari kelemahan tersebut. Di situ diungkapkan koefisien larian untuk suatu ARP 10 tahunan, C10, dan hubungannya dengan bagian-bagian yang kedap dan tak kedap dari DAS serta iklim curah hujan (diungkapkan melalui kelebatan curah hujan dengan ARP 10 tahun yang jujuhnya 1 jam di DAS 1110 dalam mm/jam. Nilai C10 jatuh dalam “daerah interpolasi” yang ditandai dalam gambar 3. Dan nilai tersebut bisa diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut ini: C10 = 0,8 f + 0,1 + 0,0133 (1 – f ) ( 1i10 - 25 ) Tabel 2. Koefisien larian dari Metode Rasional bagi daerah perkotaan yang dipakai di Malaysia Tata Guna Lahan Koefisien larian --------------------------------------------------------------------------------------------- Daerah Perdagangan - Daerah kota yang dibangun 0,90 Penuh dan pertokoan Daerah Industri - Dibangun penuh 0,80 12
  • 13. Daerah Perumahan - 4 rumah/acre 0,55 - 4 - 8 rumah/acre 0,65 - 4 - 12 rumah/acre 0,75 - 12 rumah/acre 0,85 Semenan 0,95 Tata Guna Lahan Koefisien Larian --------------------------------------------------------------------------------------------- Taman (biasanya datar di daerah 0,30 Perkotaan) Hutan karet 0,45 Rimba (biasanya curam di perkotaan 0,35 Daerah pertambangan 0,10 Tanah terbuka 0,75 Sumber: Drainase and Irrigation Division, Ministry of Aagryculture, Malaysia, 1975. “Urban Drainage Design Standards & Procedures for Peninsuler Malaysia”. Planning and Design Procedure No. 1 13
  • 14. Gambar 3 Metode IE Aust untuk memperkirakan Koefisien Larian. Untuk periode ulang rata-rata yang lain dari 10 tahun, nilai C10 tersebut dikalikan dengan faktor kekerapan dari tabel 3. Apabila koefisien yang dihitung dengan persamaan di atas lebih besar dari 1,0, angka tersebut secara “arbiter” ditentukan sama dengan satu (1). Tabel 3. Faktor Kekerapan Untuk Memperkirakan Koefisien Larian dengan Menggunakan Metode I.E Aust. ARP (tahun) Faktor kekerapan ,Fy 1 ------------------------------------- 0,8 2 ------------------------------------- 0,85 5 ------------------------------------- 0,95 10 ------------------------------------- 1,0 20 ------------------------------------- 1,05 50 ------------------------------------- 1,15 100 ------------------------------------- 1,2 14
  • 15. 3.5. Effek sebagian Daerah (Partial Effect Area). Di daerah tangkap di daerah perkotaan, dimana sebagian dari daerah tangkat tersebut belum dikembangkan atau digunakan untuk pertanian, mungkin beberapa jujuh curah hujan yang lebih kecil dari waktu konsentrasi seluruh daerah bisa memberikan luah puncak yang maksimum. Dalam kasus seperti ini pengaruh dari deras hujan yang semakin besar pada luah puncak adalah lebih besar dari pengurangan dari daerah yang menyumbang, sedangkan jujuh semakin berkurang sehingga berada dibawah waktu konsentrasi dari seluruh daerah tangkap. Gejala ini dinamakan efek sebagian daerah dan akan terjadi pada keadaan- keadaan berikut ini: Bila Cp ip Ap > CT iT AT Dimana p adalah sebagian (partial) daerah tangkapan T adalah daerah tangkapan total. Jenis daerah tangkapan yang memungkinkan gejala tersebut terjadi adalah: (i) Suatu daerah tangkapan yang mempunyai “buntut” yang panjang, dalam perencanaan tampaknya. (iii) Suatu daerah tangkapan yang terletak di kaki lereng gunung yang curam. (iv) Suatu daerah tangkapan di perkotaan yang ada taman atau hutan rimba di ujung hulunya. 15
  • 16. DAFTAR PUSTAKA 1. Drainage and Irrigation Division, Ministry of Agriculture, Malysia 1975. “Urban Drainage Design Standards & Procedures for Peninsular Malaysia”. Planning and Design Procedure No. 1. 2. Institution of Engineers Australia, 1987. “Australian Rainfall and Runoff” Volume 1. ISBN 085825-434-4. 16