1. TB EKSTRAPULMONAL
Novta Silfia Pabalik
Nur F. Maharani Hassanoessi
Stase Pediatri
Pembimbing : dr. Adrina R. Waleleng, Sp.A
2. TB Ekstrapulmonal
• Infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang bersifat
sistemik dan dapat mengenai semua organ tubuh, dengan
lokasi terbanyak di paru yang menjadi lokasi primer
• Tuberkulosis ekstraparu (EPTB) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang
terjadi pada sistem organ selain paru-paru.
• Manifestasi infeksi Mycobacterium tuberculosis pada
ekstraparu terjadi akibat adanya penyebaran secara
hematogen dan limfogen
• Secara global, hampir setengah juta anak sakit tuberkulosis
(TB) setiap tahun, 20-30 persen terkena TB ekstra paru
(EPTB).
3. Etiologi
Tuberkulosis ekstraparu disebabkan oleh kuman
mycobacterium tuberculosis sebagai basil tuberkel
merupakan salah satu dari tiga puluh genus
mycobacterium dan lebih dari 80 % mycobacterium
tuberculosis menyerang paru dansebagian kecil
mengenai organ tubuh lain.
Bentuk memanjang berukuran 0,4x3 mm dan
mempunyai dinding sel lipid yang ketika di beri
pewarnaan Ziehl Neelson akan berwarna merah
dengan latar biru
4.
5. Tuberkulosis otak dan selaput otak
Meningitis TB gejala yang timbul seringkali disertai dengan gejala akibat
keterlibatan saraf otak yang terkena.
Adanya focus primer tuberkulosis atau tuberkulosis milier yang menyebar,
menyebabkan adanya tuberkel kecil di otak atau selaput meningen. Biasanya juga
menyebar ke tulang tengkorak atau vertebra. Bila tuberkel ini pecah ke ruang
subaraknoid, menyebabkan:
● Peradangan selaput meningen
● Peradangan dan penyempitan arteri, sehingga terjadi kerusakan lokal pada
otak
● Gejala: nyeri kepala, kaku kuduk dan demam
6. Infeksi primer paru
lesi tuberkulosis kecil (Rich foci) di permukaan otak
pecahnya lesi kedalam sistem ventrikel/ruang subarachnoid
Eritrosit, neutrofil, makrofag, dan limfosit terbentuk di
sekitar batang otak dan fissura sylvian menyebabkan
hambatan aliran CSF. Penyerapan CSF terganggu
peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
Patogenesis
7. Stadium
● Stadium 1 berlangsung 1-2 mg dengan gejala tidak spesifik seperti panas badan, sakit
kepala, mengantuk, dan malaise, tidak terdapat gangguan neurologis (glasgow coma
scale/ GCS: 15).
● Stadium 2 dengan gejala timbul tiba-tiba, seperti penurunan kesadaran, kejang, kaku
kuduk, muntah, hipertoni, gangguan saraf otak, Brudzinski dan Kernig (+), serta gejala
neurologi lainnya (GCS11-14).
● Stadium 3 terdapat gangguan kesadaran yang lebih dalam (GCS =10), hemiplegi alau
paraplegi, hipertensi, deserebrasi, dan sering menimbulkan kematian
Diagnosis Kultur cairan serebrospinal, CT scan
8. TB Kelenjar
Terjadi di sekitaran area leher atau regio colli, ditandai dengan :
- Pembesaran KGB multiple (>1 KGB)
- Diameter > 1cm, Konsistensi kenjal, tidak nyeri, Saling melekat atau
konfluens
- Ukuran > 2x2 cm, terfiksasi dengan jaringan dibawahnya, tidak respon
terhadap antibiotic, dan bisa berbentuk rongga.
Diagnosis Uji tuberkulin (+), Biopsi
9. Tuberkulosis Pleura
● Terjadi di rongga pleura yang ditandai dengan etiologi berupa efusi
pleura, biasanya terjadi pad anak-anak dalam 3-9 bulan pertama setelah
TB primer
● Gejala awal berupa demam akut yang disertai batuk non produktif dan
nyeri dada, pemeriskaan x-ray didapatkan adanya kelainan pada parenki
paru.
● Karakteristik cairan pada TB pleura adalah cairan yang berwarna kuning,
peningkatan protein.
● Jika cairan yang menumpuk sangat banyak maka dapat dilakukan
drainase cairan pleura
Penunjang
• X-ray thoraks
• analisa cairan pleura
• kultur cairan pleura
10. Skrofuloderma
Ditandai dengan adanya ulkus disertai dengan skin bridge (jembatan kulit
antar tepi ulkus)
Tuberkulosis mata
- Konjungtivitis fliktenuralis
- Tuberkel koroid hanya dapat dilihat dengan funduskopi
11. Tuberkulosis skeletal
Gejala yang muncul : bengkak, kaku, kemerahan , nyeri tyang sering
ditemukkan setelah trauma
- Spondilitis / tulang belakang
- Koksitis / tulang panggul
- Gonitis / tulang lutut
- Spina ventosa/daktilitis (tulang kaki dan tangan)
12. Tuberkulosis Ginjal
● Jarang terjadi pada anak-anak karena masa ingkubasi menahun
● Penyebaran hematogen
● Fokus perkijauan kecil berkembang di parenkim ginjal dan melepaskan
TB kedalam tubulus, infeksi dapat menyebar secara lokal ke ureter,
prostat, atau epididimis
● Ditandai dengan hematuria mikroskopis, disuria, nyeri
pinggang/abdomen,
● Pemeriksaan BTA dalam urin, USG san CT-scan dapat dilakukan
13. Tuberkulosis Abdomen
● Merupakan lesi granulomatosa yang bisa ditemukan pada peritoneum,
usus, omentum dan mesenterium.
● Merupakan TB yang jarang terjadi pada anak-anak (sekitar 1-5%) dari kasus
TB pada anak
● Pada peritoneum akan terbentuk tuberkel konfluen yang dapat
menyebabkan obstruksi pada usus
● Infeksi pada kelenjar limfe akan menyebabkan pembesaran sehingga
terjadi penekanan pada vena porta dan mengakibatkan pelebaran vena
pada dinding abdomen dan asites.
15. Skrofuloderma
Ditandai dengan adanya ulkus disertai dengan skin bridge (jembatan kulit
antar tepi ulkus)
Tuberkulosis mata
- Konjungtivitis fliktenuralis
- Tuberkel koroid hanya dapat dilihat dengan funduskopi
16. Tatalaksana TB pada Anak
● Diberikan dalam panduan obat, tidak boleh diberikan sebagai monoterapi
● Pengobatan diberikan tiap hari
● Pemberian gizi adekuat
● Mencari penyakit penyerta, jika ada ditatalaksana secara bersamaan
19. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid diberikan pada kondisi
● TB meningitis
● TB kelenjar
● TB perikarditis
● TB abdomen dengan asites
Obat yang digunakan adalah prednison dengan dosis 2-4 mg/kg/hari dengan dosis max 60
mg/kg/hari. Dilakukan tappering-off setelah 2 minggu pemberian
Nutrisi
Malnutrisi berat akan meningkatkan risiko kematian pada anak dengan TB. Penilaian dilakukkan
dengan mengukur berat, tinggi, lingkar lengan dan gejala lain seperti muscle wasting
Pemberian makanan tambahan dapat diberikan selama masa pengobatan