3. FOKUS KAJIAN
A. Tinjauan Historis Lahirnya Paham-Paham
Keberagaman (Syiah, Khawarij, Mu’tazilah, dan
Ahlussunnah Wal-Jama’ah)
B. Konsep Bermadzhab dan Penelusuran
terhadap Kelompok-Kelompok yang Mengklaim
sebagai Penganut Aswaja.
5. 1. Primordialisme kesukuan
yang merupakan warisan
jahiliyah.
2. Perebutan kepemimpinan.
3. Persinggungan dengan
pengikut agama lain.
4. Penerjemahan materi-materi
filsafat.
5. Mengkaji permasalahan-
permasalahan yang sulit
dipahami oleh akal.
6. Metode Penafsiran terhadap
ayat-ayat mutasyabihat.
7. Istinbath al-Ahkam.
6. HALAMAN 169
SYI’AH
Syi’ah adalah kelompok
yang mendukung Ali RA
secara khusus, meyakini
kepemimpinan dan
kekhilafahannya secara
nash dan wasiat, baik
secara jelas maupun
samar. Mereka juga
meyakini bahwa hak
kepemimpinan ini tidak
lepas dari keturunannya.
Jika kepemimpinan itu
lepas, maka disebabkan
karena kezhaliman dari
selainnya (Ali), atau
karena taqiyyah dari Ali.
7. Syi’ah adalah pengikut Amirul
Mukminin (Ali bin Abi Thalib) AS atas
dasar mencintai dan meyakini
kepemimpinannya sesudah Rasul SAW
tanpa terputus (oleh orang lain). Tidak
mengakui kepemimpinan (imamah)
orang sebelumnya (Ali) sebagai
pewaris kedudukan khalifah dan hanya
meyakini Ali sebagai pemimpin, bukan
mengikuti salah satu dari orang-orang
sebelumnya (Abu Bakar, Umar dan
Utsman).
al-Mufid, Awa’il al-Maqaalaat, hal. 2-4.
ُةَعْي
ِّ
الشُاعَب
ْ
ت
َ
أيم
َ
أُرُ
َ
نْينم
ْ
ؤ
ْ
اْلعليهالسالم
ى
َ
لَعُلْيب َسُء
َ
الَو
ْ
الَُوُاد
َ
قتْعاالُإبُهت َام َم
ُ
َ
دْعَبُلوسَّالرصلىهللاعليهوالهُ
َ
البُلْص
َ
ف,
ُي
ْ
ف
َ
نَوُة َماماالُْن َّمَعُ
َ
تُه َم َّد
َ
قيفَُمُام
َ
ق
ُة
َ
ف
َ
الالخ,ُه
َ
لَع َجَويفُاد
َ
قتْعاالُب
ْ
ت َماًعْو
ُه
َ
لَُرْي
َ
غُعاب
َ
تُد َح
َ
ِلُْمهْنمَُلىَعُه ْجَو
ُاء
َ
دت
ْ
قاال(اوائلاْلقاالت:2-4).
8. Penamaan Syi’ah dengan Rafidhah dinyatakan sendiri oleh
pembesar mereka (al-Maqdisi, al-Bihar, hal. 68, 96, 97).
Dirawikan, mereka mendatangi Zaid bin Ali bin al-Husain,
sambil berkata, “Berlepas dirilah kamu dari Abu Bakar dan
Umar, dengan demikian kami akan bergabung bersamamu.”
Zaid menjawab, “Mereka berdua adalah sahabat kakek saya.
Saya tak akan bisa berlepas diri dari mereka, bahkan akan
selalu bergabung dan berloyalitas dengannya.” Lalu mereka
berkata, “Jika demikian, kami menolakmu.”
Mereka lalu diberi nama Rafidhah, artinya golongan penolak.
Adapun orang-orang yang berbaiat dan setuju dengan Zaid
diberi nama Zaidiyyah. (Syaikh Abdullah al-Jibrin, at-Ta’liqat
’ala Matni Lum’atil I’tiqad, hal. 108)
9. Dari Persia
(Iran sekarang)
Pengaruh
agama Nasrani
Pengaruh
agama Yahudi
•Syahansyah: cahaya (nur) Tuhan akan
berpindah ke dalam tubuh keluarga-keluarga
pilihan.
•Syi’ah: sebagian menuhankan ahlul bait(
keluarga Nabi) atau mempercayai seorang
imam adalah ma’shum
•Syi’ah Sabaiyyah, “Ali bin Abi Thalib tidak
mati terbunuh, tetapi Allah menyerupakan
seseorang dengan rupanya, dan Ali diangkat
oleh Allah SWT seperti diangkatnya Nabi Isa,
dan Ali akan turun untuk menegakkan
keadilan dan menyebarkan perdamaian.”
•Mereka sangat membenci Islam sebagaimana
orang-orang Yahudi membenci orang-orang
Nasrani
•Mereka berkata, ”Tidak ada kekuasaan
kecuali pada keluarga Nabi,” sebagaimana
kaum Yahudi berkata, ”Tidak ada kekuasaan
kecuali pada keluarga Dawud.”
10. 1. Kaisaniyah (diambil dari nama bekas
budak Imam Ali, bernama Kaisan)
Mempercayai kepemimpinan Muhammad
bin Hanafiyah.
2. Zaidiyah
Mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin
Husain bin Ali, setelah kepemimpinan Husain
bin Ali.
Merupakan sekte Syi’ah moderat, karena
mengakui keabsahan khilafah Abu Bakar,
Umar bin Khattab dan meyakini bahwa
imamah tidak harus dengan nash, tapi boleh
dengan pemilihan.
3. Ghulat
Kelompok ekstrem yang berlebih-lebihan
dalam memuji Ali bin Abi Thalib.
4. Imamiyah
Meyakini bahwa Nabi Muhammad telah
menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai
imam pengganti dengan jelas dan tegas.
Tidak mengakui kepemimpinan Abu
Bakar, Umar, maupun Utsman.
Meyakini bahwa imam pertama adalah
Ali bin Abi Thalib, kemudian secara
berturut-turut: Hasan, Husain, Ali bin
Husain, Muhammad al-Baqir dan Ja’far
ash-Shadiq. Kemudian setelah itu,
mereka berbeda pendapat mengenai
pengganti Ja’far.
Akar
Perpecahan
Imam pertama
Ali, kemudian
Hasan bin Ali,
lalu Husain bin
Ali. Namun
mereka berbeda
pendapat
mengenai
pengganti Imam
Husain, menjadi
dua kelompok:
Pertama,
imamah beralih
kepada Ali,
putra Husain bin
Ali. Kedua,
imamah beralih
kepada
Muhammad bin
Hanafiyah, putra
Ali bin Abi
Thalib.
Berdasarkan
perbedaan
antara kedua
kelompok ini,
muncullah
sekte-sekte
dalam Syi’ah.
Karabiyah: Mempercayai bahwa Muhammad bin Hanafiyah
tidak mati, tetapi hanya gaib dan akan kembali di akhir
zaman sebagai Imam Mahdi.
Hasyimiyah: Mempercayai bahwa Muhammad bin
Hanafiyah telah meninggal, namun jabatan imamah beralih
kepada anaknya, Abu Hasyim.
Telah lama
punah.
Jarudiyah, menganggap Nabi Muhammad telah menentukan
Ali sebagai imam, tapi melalui isyarat (menyinggung) atau
al-washf (menyebut keunggulannya dibanding yang lain).
Sulaimaniyah, menganggap bahwa pemimpin dipilih dengan
sistem musyawarah dan tidak harus yang terbaik di antara
kaum muslimin.
Badriyah atau Shalihiyah, berpandangan sama dengan
Sulaimaniyah, tapi dalam masalah Utsman, mereka berdiam
diri atau tawaqquf.
Berkembang
sampai saat
ini di Yaman
(bagian utara),
Sawahil,
Tabaristan,
dan Najran
(selatan Saudi
Arabia)
As-Sabaiyah, menganggap Ali jelmaan dari Tuhan atau
bahkan Tuhan itu sendiri, Ali masih hidup dan diangkat ke
langit, sedang yang terbunuh orang lain yang diserupakan.
Al-Ghuraiyah, menganggap Ali manusia biasa, tetapi dialah
yang seharusnya menjadi utusan Allah, bukan Muhammad.
Isma’iliyah, meyakini bahwa jabatan imamah tersebut
pindah kepada anak Ja’far ash-Shadiq yang bernama Isma’il.
Itsna Asyariyah (Dua Belas Imam), meyakini bahwa jabatan
imamah tersebut pindah kepada anak Ja’far ash-Shadiq yang
bernama Musa al-Kazhim.
Merupakan
sekte terbesar
Syi’ah saat ini,
berkembang di
Iran dan diikuti
beberapa
kalangan di
Indonesia.
Telah punah
14. KHAWARIJ
Secara bahasa: khawarij bentuk
plural dari kharijah, artinya kelompok
yang menyempal.
Secara istilah: orang-orang yang
menyatakan keluar dari
kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
setelah peristiwa tahkim (arbitrase).
Menurut al-Syahrastani, setiap orang
yang menyempal dari pemimpin sah
yang sudah disepakati umat itu
dinamakan khawarij, baik pada masa
sahabat di era al-Khulafa al-Rasyidun
maupun pada masa sesudah mereka
di era Tabi’in dan para pemimpin lain
sepanjang masa.
15. Penamaan Kelompok Khawarij
Haruriyah
• Dinsibatkan kepada desa Harura, sebuah desa di Kufah, Irak, yang menjadi tempat menetapnya
kelompok Khawarij setelah keluar dari barisan Ali.
Nawashib
• Bentuk jamak dari “nashibi” yang berarti orang yang berlebih-lebihan dalam membenci Ali.
Syurrah
• Bentuk jamak dari “syaarr” yang berarti orang yang menjual.
• Menurut Khawarij, mereka adalah orang-orang yang dimaksud dalam firman Allah SWT, “Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk
mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh.”
Al-Qurra
• Karena mereka sangat bersungguh-sungguh di dalam membaca al-Quran dan beribadah
• Namun mereka mentakwilkan al-Quran tidak sesuai dengan maksudnya, sewenang-wenang dalam
berpendapat, berpura-pura dalam kezuhudan, kekhusyu'an dan sebagainya.
16. 1. Azariqah
•Orang yang berbeda keyakinan dengan mereka, bukan hanya tidak mukmin, namun juga musyrik, halal untuk diperangi dan
dibunuh.
•Wilayah orang yang berbeda keyakinan adalah dar al-kufr (wilayah kaum kafir), karena itu hartanya boleh diambil, anak-
anak dan kaum wanitanya boleh ditawan dan boleh dijadikan budak.
•Anak-anak orang yang berbeda keyakinan dengan mereka kekal di neraka, karena dosa ayahnya.
•Berkayakinan bahwa para nabi bisa saja berbuat dosa besar dan kecil.
2. Najdat
•Tidak berpendapat anak pihak yang berbeda keyakinan boleh dibunuh.
•Keberadaan imam (pemimpin) bukan kewajiban syariat, namun kewajiban atas dasar maslahat (jika kaum muslimin dapat
saling memberi nasihat dan menebarkan kebaikan, maka tidak diperlukan imam)
•Menjadi kelompok pertama Khawarij yang meyakini konsep taqiyyah (menampakkan diri bukan Khawarij demi menjaga
keselamatannya).
Akar Perpecahan
Semua kalangan
Khawarij sepakat
bahwa mereka
harus keluar
(kharaja – kharij-
khawarij) dari
kepemimpinan
yang sebenarnya
diakui oleh
mayoritas kaum
muslimin. Namun
mereka
berpendapat
mengenai hukum
orang yang
berbeda keyakinan
dengan mereka. Di
antara mereka ada
yang berpendapat
ekstrim, ada pula
yang memiliki
sikap dan
pemikiran
moderat.
Telah
punah.
Sempat berkembang
pesat hingga dapat
menguasai Bahrain,
Hadhramaut, Yaman,
dan Thaif, namun
saat ini telah punah.
3. Shafariyah
•Berbeda pendapat mengenai pelaku dosa besar: Pertama, menganggap bahwa dosa yang tidak ada sanksinya (had), tidak
menjadikan pelakunya dihukumi sebagai pezina, pencuri, atau pelaku qadzaf, selain yang ada sanksinya, maka pelakunya
kafir. Kedua, berpendapat bahwa pelaku dosa tidak dinilai kafir.
•Tidak berkeyakinan bahwa pihak yang tidak sependapat boleh dibunuh, tidak berkeyakinan bahwa wilayah mereka dar al-
harb (zona perang), tidak berkeyakinan bahwa wanita dan anak-anak boleh ditawan, namun yang diperangi hanya markas
pemerintah.
4. ‘Ajaridah
•Membiarkan (tidak menyerang) pihak yang berseberangan jika diketahui sebagai orang yang bertakwa, karena itu, mereka
tidak mewajibkan jihad terus menerus.
•Tidak berkeyakinan harus keluar dari wilayah yang dihuni pihak yang berseberangan, meski hal itu lebih utama.
•Tidak berpendapat bahwa harta pihak yang berseberangan boleh diambil hartanya.
•Tidak boleh membunuh orang yang tidak memerangi mereka.
Telah
punah.
Telah
punah.
5. Ibadhiyah
•Sekte paling moderat di antara sekte Khawarij lain dan lebih dekat dengan kelompok Aswaja.
•Berkeyakinan, pihak berbeda bukan musyrik dan bukan mukmin, namun kafir (kufur) nikmat, bukan kufur akidah.
•Tidak boleh membunuh pihak yang berbeda, wilayah mereka adalah dar Islam (wilayah Islam), kecuali markas pemerintah,
namun mereka tidak menyatakan bahwa markas itu harus diserang.
•Bila terlibat perang dengan kelompok muslim lain, harta mereka tidak dianggap ghanimah, kecuali kuda dan
persenjataannya.
•Boleh menikah dengan seseorang dari pihak berbeda, boleh saling memberikan kesaksian, dan saling mewarisi.
Karena moderasinya,
berkembang sampai kini
di Aljazair, Tunisia,
Libia, Zanjibar,
Tanzania, dan Omman.
Mereka memiliki ulama-
ulama dan pendapat-
pendapat fikih yang baik.
17. Secara bahasa, Mu’tazilah berasal dari kata
i’tazala, yaitu memisahkan diri.
Istilah ini diambil berdasarkan sejarah awal
kemunculan kelompok ini, yakni sejak
pemisahan diri tokoh Mu’tazilah bernama
Washil bin Atha, dari majelis Hasan al-Bashri.
Kelompok ini biasa disebut pula dengan Ashab
al-Adl wa al-Tauhid (penyokong keadilan dan
monoteisme), dan sering pula dijuluki dengan
kelompok Qadariyyah dan ‘Adliyyah.
18. Kemunculan benih Mu’tazilah:
Sejak pemisahan diri (i’tazala-ya’tazilu-i’tizalan)
orang-orang yang awalnya berpihak pada Ali,
yang memisahkan diri dari urusan politik,
kemudian berubah menjadi keyakinan akidah.
Sejak pemisahan diri Washil bin Atha dari forum
kajian dan pemahaman Hasan al-Bashri,
terutama dalam hal “kedudukan di antara dua
kedudukan” (manzilah baina al-manzilatain).
Versi Mu’tazilah, kemunculan mazhab mereka
lebih dulu dari masa hidup Washil bin Atha.
Mereka menyebut banyak nama Ahlul Bait
sebagai bagian dari tokoh mazhabnya. Mereka
juga mengklaim, Hasan al-Bashri pun bagian
dari kelompok Mu’tazilah.
Sejak
Dinasti
Umayah
Berkembang
pesat di era
dinasti
Abbasiyah
19. 1. Prinsi Tauhid
2. Prinsip ‘Adl
3. Prinsip al-Wa’d wa al-Wa’id (janji dan
ancaman)
4. Prinsip al-Manzilah baina al-
Manzilatain (tempat di antara dua
tempat)
5. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar
20.
21. AHLUSSUNNAH WAL-JAMA’AH
“Al-Sunnah adalah apa yang telah
diajarkan oleh Rasulullah SAW
(meliputi ucapan, perilaku serta
ketetapan beliau). Sedangkan al-
Jama‘ah adalah segala sesuatu yang
telah menjadi kesepakatan para
sahabat Nabi SAW pada masa
Khulafaur Rasyidin yang empat, yang
telah diberi hidayah (mudah-
mudahan Allah memberi rahmat
kepada mereka semua).” (Al-
Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq, juz
I, hal. 80)
ُة
َّ
ن ُّالس
َ
فاَمُه
َّ
ن َسُلْوسَرُهللاصلى
هللاعليهوسلمَُاعَم َج
ْ
الَوُةاَم
َُق
َ
ف
َّ
اتُهْي
َ
لَعَُح ْص
َ
أُابُلْوسَرُهللا
صلىهللاعليهوسلميفُ
َ
ف
َ
الخُة
ُة َّمئ
َ
اِلُةَعَبْر
َ
اِلالُاء
َ
ف
َ
لخُاشَّالرَُنْيد
ُ
َ
نْيِّيدْه
َ ْ
اْلُة َم ْحَرُهللاُْمهْي
َ
لَعُ
َ
أُ
َ
نْيع َم ْج.
(الغنيةلطالبيطريق،الحقج1
ص80).
22. KEUTAMAAN
AHLUSSUNNAH WAL-JAMA’AH
“Barangsiapa yang ingin
mendapatkan kehidupan
yang damai di surga, maka
hendaklah ia mengikuti al-
jama’ah (kelompok yang
menjaga kebersamaan).”
(HR. al-Tirmidzi (2091), dan
al-Hakim (1/77-78) yang
menilainya shahih dan
disetujui oleh al-Hafizh al-
Dzahabi).
ُْن َمَُادَر
َ
أُب ْحبُ
َ
ة َحْوَُج
ْ
الُة
َّ
ن
ُمَز
ْ
لَي
ْ
ل
َ
فَُج
ْ
الُ
َ
ةَاع َم.
(اهورالترمذي209
والحاكم1/77-78
وصححهافقهووالحافظ
الذهبي).
23. CIRI-CIRI
AHLUSSUNNAH WAL-JAMA’AH
Hendaklah diketahui bahwa
Ahlussunnah adalah mayoritas
umat Muhammad SAW. Mereka
adalah para sahabat dan golongan
yang mengikuti mereka dalam
prinsip-prinsip akidah. . .
Sedangkan al-jama'ah adalah
mayoritas terbesar (al-sawad al-
a'zham) kaum Muslimin.
(Syaikh Abdullah al-Harari (1328-
1429 H/1910-2008 M), Izhhar al-
'Aqidah al-Sunniyyah bi-Syarh al-
'Aqidah al-Thahawiyyah, (Beirut: Dar
al-Masyari', 1997), hlm. 14-15.)
ُْم
َ
لْعيلَُّن
َ
أُ
َ
أَُل ْهُ
َّ
ن ُّالسُةُْمه
ُرْوه ْمجَُّمِل
ْ
اُةُد َّم َح
ْ
اْلُةَّي
ُمهَوَُاب َح َّالصُةُْن َمَو
ُْمهَعب
َ
تيفُ
ْ
اْلُد
َ
ق
َ
تْعُ
َ
اُْيُْيف
ُلْوصاُتْعال
ْ
اُاد
َ
ق...
ُةَاع َم َج
ْ
الَوُمهُادَو َّالس
ُم
َ
ظْع
َ
ال
ْ
ا.
24. CIRI-CIRI
AHLUSSUNNAH WAL-JAMA’AH
Dari Anas bin Malik RA, berkata:
"Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: "Sesungguhnya umatku
tidak akan bersepakat pada
kesesatan. Oleh karena itu, apabila
kalian melihat terjadinya
perselisihan, maka ikutilah
kelompok mayoritas.“
(HR. Ibn Majah (3950), Abd bin
Humaid dalam Musnad-nya (1220)
dan al-Thabarani dalam Musnad al-
Syamiyyin (2069). Al-Hafizh al-
Suyuthi menilainya shahih dalam al-
Jami' al-Shaghir (1/88).)
ُْنَعُس
َ
ن
َ
أُنْبا َمُكلي ضر
هللاعنه،لوقَيَُسُتْعم
َُلوسَرُهللاصلىهللاعليه
وسلمُلوقَي:َُّنإُأُْيتَّمُ
َ
ال
ُعم
َ
ت ْج
َ
تى
َ
لَعُ
َ
ض،ة
َ
ل
َ
الُإ
َ
فا
َ
ذ
ُْمتْي
َ
أَرُ
َ
الت
ْ
خاا
ً
فُكْي
َ
لَع
َ
فُْم
ُادَو َّالسبُْع
َ
ِل
ْ
اُم
َ
ظ.
27. PROSENTASE PEMELUK ASWAJA
Dalam buku Ensiklopedi Kristen Internasional (Tahun 2000)
Pemeluk Aswaja : 1.002.000.000 jiwa
Pemeluk Katholik : 1.057.000.000 jiwa
Perbedaan antara pemeluk Aswaja dan Pemeluk Katholik:
55.000.000
Yang mengklaim Islam : 1.188.000.000 jiwa
Pemeluk Aswaja : 1.002.000.000 jiwa (84,34 %)
Yang bukan Aswaja : 186.000.000 jiwa (15,65 %)
28. PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI
AHLUSSUNNAH WAL-JAMA’AH
“Adapun Ahlussunnah Wal-Jama’ah
adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadits
dan ahli fikih. Merekalah yang
mengikuti dan berpegang teguh
dengan sunnah Nabi SAW dan sunnah
Khulafaur Rasyidin setelahnya.
Mereka adalah kelompok yang selamat
(al-firqah al-najiyah). Mereka
mengatakan, bahwa kelompok
tersebut sekarang ini terhimpun dalam
madzhab yang empat, yaitu pengikut
Madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki dan
Hanbali.”
Hadlratusysyaikh KH. Muhammad
Hasyim Asy’ari (1287-1336 H/1871-
1947), Ziyadat Ta’liqat (hal. 23-24)
ُه
َ
ُفة
َ
ن ُُّالسل ْه
َ
اُأ َّم
َ
أُ
ْ
ف
َّ
ُالتل ْه
َ
ُأ ْمُيرس
ُه
ْ
قف
ْ
الَُوثْيد َح
ْ
الَوُ
ْ
ُاْل ْمهَّنإ
َ
فُ
َ
نْود
َ
تْه
ُسُب
َ
نْوك ِّس َم
َ
ت
ْ
اْلُصلْيب
َّ
ُالنة
َّ
نُىُهللا
َُُباء
َ
ف
َ
لخ
ْ
عليهُوسلمُوالُه
َ
دْع
ُ
َّ
ُالط ْمهَُو َنْيداشَّالرُاج
َّ
ُالنة
َ
فائُةَي
ُ
ْ
تَع َم
َ
ت ُْاج ْد
َ
قَاُوْوال
َ
قُيُفَمْوَي
ْ
ُال
ُ
َ
ن َُالحةَعَبْر
َ
ُأ َباه
َ
ذ َمُ
َ
نْوُّيف
ُ
َ ْ
اْلَُو
َ
نْوُّيعاف
َّ
الشَوُ
َ
نْوُّيكال
ُ
َ
نْوُّيلَب
ْ
ن َح
ْ
الَو.
29. Pengenalan istilah Ahlussunnah Wal-Jama’ah sebagai suatu aliran dalam Islam, baru nampak pada para pengikut al-Asy’ari, seperti
Al-Baqillani (w. 403H) Al-Baghdadi (w. 249) Al-Juwaini, Al-Ghazali As-Syahrastani dan Ar-Razi. Akan tetapi pendapat mereka
tentang Aswaja bukan dalam kerangka madzhab. Baru pada pendapat az-Zabidi (w.1205 H) beliau secara tegas menyatakan
bahwa yang dimaksud Aswaja adalah mereka yang mengikuti Asy’ari dan al-Maturidi. (Siradj, 2007:7).
Tidak ada seorang pun yang menjadi pendiri Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Yang ada hanyalah ulama yang merumuskan kembali
ajaran Islam tersebut, setelah lahirnya beberapa faham dan aliran keagamaan yang berusaha mengaburkan ajaran Rasulullah dan
para sahabatnya yang murni itu.
Ahlussunnah Wal-Jama’ah bukanlah aliran baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran
Islam hakiki.
Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah Islam murni sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi SAW dan sesuai dengan apa yang telah
digariskan serta diamalkan oleh para sahabatnya.
35. Fiqh
Imam Syafi’i
Imam Malik
Imam Abu Hanifah
Imam Ahmad bin Hanbal
Tashawwuf
Imam al-Ghazali
(450-505 H)
Imam Junaid Al-Baghdadi (w.
297 H)
Tauhid
Imam Abu Manshur Al-Maturidi
Imam Abu Hasan Al-Asy’ari
Mengambil jalan
tengah antara:
a. Rasionalis ekstrem
(Mu’tazilah) dengan
literalis ekstrem
(Khawarij -
Salafi/Wahabi)
b. Syi’i dan Nashibi
c. Jahmiyah dan
Musyabihah,.
d. dll
37. Seseorang tidak boleh
mengatakan itu halal
atau haram, kecuali ia
telah mengetahui
dalilnya. Sedangkan
mengetahui dalil itu
didapat dari al-Qur’an,
Hadits, ijma’ atau qiyas
(Ar-Risalah, 1/39)
ُلليسُالحدُأبداُأنُيقو
ُئُحلُوالُحرمُإال فيُش
ُمنُجهةُالعلمُوجهة
العلمُالخبرُفيُالكتُابُأو
ُالسنةُأوُاالجماعُأو
القياس
38. Ahli Nazhar (nalar) dalam
ilmu akidah ini pertama
kali berpegangan dengan
ayat-ayat al-Qur’an,
kemudian dengan hadits-
hadits Rasul SAW, lalu
dalil-dalil rasional dan
argumentasi-argumentasi
analogis.
(Abu Hamid al-Ghazali, ar-
Risalah al-Ladunniyah, hal. 244)
وأهلُالنظرُفيُهذاُالعلم
ُأوالُبآياتُهللانيتمسكو
تعالىُمنُالقرآن,ثمُبأخُبار
ُصلىُهللاُعليهلالرسو
وسلم,ثمُبالدالئلُالعقُلية
والبراهينُالقيياسية
39. • Kehujjahan al-
Qur’an
Taat Kepada
Allah
• Kehujjahan
Hadits
Taat kepada
Rasulullah
• Kehujjahan
kesepakatan (ijma’)
para mujtahid.
Taat kepada
Ulil Amr
• Kehujjahan Qiyas,
ketika tak ada nas (al-
Qur’an dan Hadits)
serta Ijma’
Mengembalikan
Perkara yang Masih
Diperselisihkan
kepada Allah dan
Rasul-Nya
ُ
َ
ُآ َينذ
َّ
اُالَهُّي
َ
اُأَيُوان َمُويعط
َ
أُا
ُ
َ َّاّللواُايعط
َ
أَوَُلوسَّلر
ُ ْمك
ْ
نُمر ْم
َ ْ
يُاِلولأَوُ
ْ
نإ
َ
ف
ُ
َ
يُشُف ْمتْعَ
زا
َ
ن
َ
تُءْيُُّدر
َ
فُوه
َُّالرَُو َّىُاّلل
َ
لإُلوس
(النساء:59)
42. TEORI “TIGA KELOMPOK ASWAJA”
As-Safaraini dan Murtadha al-Zabidi menyebutkan,
sebagaimana pendapat al-Subki, secara empiris,
Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) terbagi menjadi
tiga kelompok:
1. Ahl al-Hadits, metode pendekatannya untuk
membaca teks disebut dengan Atsariyah
(Literalis).
2. Ahl al-Nazhar al-‘Aqli, metode pendekatannya
untuk membaca teks disebut dengan
Nazhariyah ‘Aqliyah (Rasionalis).
3. Ahl al-Wijdan wa al-Kasyf, atau Shufiyah
(Tasawwuf).
45. Karakter
Atsariyah
(Literalis)
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dipahami
secara literal (harfiah), tanpa banyak
penafsiran dan pentakwilan.
Karena literalismenya, Ibnu Taimiyah
terjebak dalam paham tajsim dan tasybih.
Selain meyakini Rukun Iman dan
Rukun Islam, juga meyakini Rukun
Tauhid, yaitu:
Rububiyah (Allah sebagai
Pencipta)
Uluhiyah (Allah sebagai Yang
Disembah)
dan Asma’ wa Shifat (nama dan
sifat Allah).
Orang ber-tawassul dalam doa
dianggap musyrik, karena tak
mengakui Allah sebagai satu-
satunya yang disembah (tak
memenuhi Tauhid Uluhiyyah).
46. Karakter
Nazhariyah
‘Aqliyah
(Rasional)
Menggunakan ilmu kalam dan
manthiq (logika) untuk menjelaskan
nas atau dalil al-Qur’an dan Sunnah.
Fungsi rasionalitas ini untuk
menerjemahkan dan menafsirkan
wahyu, bukan mempertanyakan
wahyu itu sendiri. Karena itu, bila
akal tidak mampu menjelaskan
wahyu, maka akal harus tunduk dan
mengikuti wahyu.
Ayat-ayat tajsim (Allah bertubuh)
atau tasybih (Allah serupa makhluk)
harus ditafsirkan secara majazi
(kiasan) dan bukan literal.
Tidak meyakini adanya Rukun
Tauhid.
47. Karakter
Shufiyah
Tidak ada perbedaan signifikan
dengan kelompok Atsariyah dan
Nazhariyah ‘Aqliyah. Sisi perbedaan
dengan kelompok lain adalah
orientasi mereka yang berusaha
keras untuk memaksimalkan ibadah
dan mendekatkan diri kepada Allah.
Tidak meyakini adanya Rukun
Tauhid.
Cara-cara yang ditempuh para
murabbi dari kelompok ini berbeda-
beda. Maka muncullah istilah yang
dikenal dengan thariqah (tarekat)
yang tidak menyalahkan satu sama
lain.
48. PERKEMBANGAN MASING-MASING
KELOMPOK HINGGA KINI
Secara empiris, bukan secara idealis.
Terjadi kesenjangan antara seharusnya
dengan senyatanya, menjadi tantangan
ilmiah untuk menunjukkan kelompok
mana yang merepresentasikan Ahlus
Sunnah Wal-Jama’ah yang
sesungguhnya.
49. Atsariyah Metode yang ditempuh oleh
kelompok-kelompok dakwah,
seperti Hizbut Tahrir (HT),
Jamaah Tabligh (JT), Ikhwanul
Muslimin (IM), Majelis Tafsir al-
Qur’an (MTA), dan sebagainya.
Salafi/Wahabi
Salafi Yamani
Salafi Haraki
Nazhariyah
‘Aqliyah
Asy’ari
Maturidi
Dianut oleh Nahdhatul
Ulama (NU)
Shufiyah
Thariqah Dasuqiyah
Thariqah Syadziliyah
Thariqah Qadiriyah
Thariqah Tijaniyah
Thariqah Rifa’iyah
Dan lain-lain
Dianut oleh nahdhiyin (warga NU), baik struktural
maupun kultural. Dalam mengamalkan
tashawwuf, NU mengikuti cara tashawwuf dan
thariqah Imam Ghazali dan Syaikh Junaid al-
Baghdadi. NU memiliki lembaga bernama
Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-
Nahdliyyah.
50. WAHABI
Sekilas tentang Wahabi
Muncul pada abad XIII di Jazirah Arabia melalui Muhammad
bin Abdul Wahhab, bersamaan dengan berdirinya negara
Saudi pertama, pengikutnya disebut Wahabi.
Menurut Syech Ahmad Zaini Dahlan, Wahabi adalah gerakan
separatis yang muncul pada masa pemerintahan Sultan Salim
III (1204-1222H).
Sebagian tidak menyukai istilah “Wahabi”, dan lebih menyukai
istilah “Salafi”, karena penamaan tersebut salah dari sisi
bahasa, karena ayahnya (Abdul Wahhab) tidak menyebarkan
dakwah ini.
Menurut al-Buthi, penamaan Salafi sebagai kelompok atau
mazhab, adalah bid’ah.
51. Ajaran dan Dasar Berpikir
Mengklaim memiliki tujuan memurnikan tauhid dan
menjauhkan umat dari kemusyrikan.
Menganggap, selama 600 tahun umat manusia dalam
kemusyrikan dan dia datang sebagai mujaddid (pembaharu)
yang memperbaharui agama mereka.
Pembacaan harfiah (Literalisme/Atsariyah) Wahabi atas
sumber-sumber ajaran Islam menghasilkan:
Pemahaman ekstrim, kaku, dan keras.
Penolakan terhadap rasionalisme, tradisi, dan beragam khazanah
intelektual Islam.
Paham mujassimah dan musyabbihah.
53. Pembubaran Acara Maulid di Kediaman Habib Zaky bin
Abu Bakar-Yogyakarta, oleh seorang Salafi-Wahabi
54. Di Indonesia
Ide Ibn Abdul Wahhab diduga pertama kali dibawa oleh beberapa ulama
asal Sumatera Barat pada abad ke-19 (1803 – 1832) .
Inilah gerakan Salafi pertama di tanah air yang kemudian lebih dikenal
dengan gerakan Kaum Padri, salah satu tokoh utamanya adalah Tuanku
Imam Bonjol.
Ide pembaruan ini secara relatif juga memberikan pengaruh pada gerakan-
gerakan Islam modern yang lahir kemudian, seperti Muhammadiyah,
PERSIS, dan Al-Irsyad.
“Kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah” serta pemberantasan TBC
(Takhayul, Bid’ah, Churafat), kemudian menjadi isu mendasar yang diusung
gerakan ini. Meski nampaknya gerakan-gerakan ini tidak sepenuhnya
mengambil, apalagi menjalankan, ide-ide gerakan purifikasi ibn ‘Abd al-
Wahhab.
56. Adalah para dai salafi alumni
Madrasah Salafiyah Muqbil
bin Hadi al-Wad’i (w. 2002),
yang terletak di desa
Dammaj, kota Sa’dah,
Yaman, beserta pihak-pihak
lain dari kalangan dai atau
penuntut ilmu, yang sepakat
dengan metode dakwah
Muqbil.
Menolak metode pergerakan, karena dianggap bid’ah dan
merupakan praktik fanatisme (hizbiyah).
Madrasah Salafiyah di Yaman terkenal paling keras sikapnya
terhadap “ahli bid’ah” dan “kelompok-kelompok menyimpang”.
57. Salafi Yamani di Indonesia dulu
ditokohi oleh Ja’far Umar Thalib,
seorang ustadz dari Malang yang
kemudian menjadi pimpinan PP Ihya’us
Sunnah Degolan, Yogyakarta dan
pendiri Laskar Jihad
Kini Ja’far sudah dianggap bukan
komunitas Salafi Yamani lagi.
Sekarang ditokohi oleh Muhammad
Umar as-Sewed, pimpinan Pesantren
Dhiya’us Sunnah di Kecapi Cirebon.
Tokoh Salafi Yamani yang lain adalah
Yazid Abdul Qadir Jawwaz (Bogor),
Ahmad Fais Asifuddin (Solo), dan Abu
Nida’ (Yogyakarta).
58. SALAFI-WAHABI ABDUL QADIR
YAZID JAWWAS MENYATAKAN
ASYARIYAH MUSYRIK!!!
Yazid Abdul Qadir Jawwaz (Bogor) Menyatakan:
Asy’ariyyah Musyrik!
59. Kelompok yang menggunakan metode
pergerakan dalam berdakwah
Disebut pula Sururi atau Sururiyah,
diambil dari nama perintis Salafi
Haraki, yakni Muhammad Surur bin
Nayef Zainal Abidin, seorang mantan
tokoh Ikhwanul Muslimin asal Suriah
yang pernah tinggal di Arab Saudi.
Salafi Haraki identik dengan dua organisasi, yaitu al-Muntada al-
Islami dan Jam’iyah al-Turats al-Islami.
Metode haraki, meski tidak sama persis, serupa dengan metode
yang ditempuh jama’ah-jama’ah dakwah Islam, seperti Ikhwanul
Muslimin (IM), Hizbut Tahrir (HT), Jama’ah Tabligh (JT), Negara
Islam Indonesia (NII).
60. Selain Salafi Yamani dan
Haraki, ada kelompok-
kelompok lain seperti:
Salafi Jihadi
Salafi Wahdah Islamiyah
Salafi Turatsi
Salafi Ghuraba
Salafi Ikhwani
Salafi Hadadi
Salafi Turaby
dan sebagainya.
Kelompok Salafi Lain:
61. Ketika seseorang duduk
di Majlis Salafi Turatsi,
ustadz-ustadz as-
Shafwah mengatakan
“haram hukumnya
bermajelis dan bertaklim
dengan Salafy Yamani.”
Ketika seseorang duduk
dengan Salafy Wahdah
Islamiyyah, maka pemuka-
pemuka Salafy Wahdah
mengatakan Salafiyyin aliran
Turatsi itu hizbi antek PKS
dan Ikhwanul Muslimin
yang termasuk 72 golongan
yang masuk neraka jahanam.
Anda akan tercengang jika membaca web site ini
http://sunnisalafi.blogspot.com/2009/03/pembesar-turotsi-kuwait-
bersama-rafidhi.html
62. Ketika seseorang hadir di
taklim kelompok Salafy
Sururi, ustad-ustadznya
mengatakan bahwa Salafy
Wahdah Islamiyyah
adalah khawarij – maaf -
anjing-anjing neraka yang
menggunakan sistem
berhala.
Ketika seseorang berkumpul
bersama Salafy Yamani,
ustadz-ustadz Salafy Yamani
mengatakan bahwa Salafy
Sururi, Salafy Haraki, Salafy
Turatsi, Salafy Ghuraba, Salafy
Wahdah Islamiyyah, Salafy
Persis, Salafy Ikhwani, Salafy
Hadadi, Salafy Turaby,
kesemuanya bukan salafy tapi
salaf-i (salafi imitasi) yang
khawarij, bid’ah, dan hizbi.
Jafar Umar Thalib mengatakan bahwa Abdul Hakim Abdat (Salafy
Turatsi) itu ustadz otodidak yang bukan “pakar hadits”, tapi “pakar
hadats” (najis). Silakan lihat di http://darussalaf.org/
63. Muhamad Umar As Seweed
(pemimpin Salafy Yamani
pasca Ja’far Umar)
mengatakan bahwa Ja’far
Umar Thalib itu ahli bid’ah
dan khawarij. Bahkan
kelompok as-Seweed
menyusun buku dengan
judul “Pedang tertuju di
Leher Ja’far Umar Thalib”,
yang artinya Ja’far Umar
Thalib halal dibunuh.
As Seweed juga
berseteru dengan
Salafi al-Shafwah.
Perseteruan itu dapat
Anda lihat di
http://www.salafy.or.id/print.p
hp?id_artikel=557 dan
http://www.scribd.com/doc/1
2229113/Persaksian-Ustadz-
Muhammad-Umar-asSewed-
Tentang-Yayasan-AlSofwah
64. Abdul Hakim Abdat (Salafy
Turatsi) mengatakan bahwa
Salafy Wahdah Islamiyyah itu
sesat menyesatkan dan
melakukan dosa besar (hanya)
dengan mendirikan
yayasan/organisasi, sedang
organisasi adalah hizbi. Salafi ini
juga dianggap sesat oleh yang
lain, sehingga sampai terbit
buku “Nasihat Ilmiah untuk
Wahdah Islamiyyah”.
Sedang Salafy Wahdah
Islamiyyah mengatakan
bahwa Salafy Yamani dan
Abdul Hakim Abdat (yang
mengharamkan
organisasi) itu salafy-
salafy primitif dan
terbelakang yang hanya
cocok hidup di jaman
purba atau pra sejarah.
Perseteruannya dapat Anda lihat di
http://ashthy.wordpress.com/
65. Perpecahan salafi menjadi
beberapa kelompok antara
lain: kelompok Al-Sofwah
dan Al-Haramain Jakarta;
Imam Bukhari Solo, al-
Furqan Gresik, Islamic
Center Bin Baaz dan
Jamilurahman as-Salafy
Jogya; FKAWJ & Lasykar
Jihad Jakarta; Dhiyaus
Sunnah Cirebon.
-Ini belum termasuk
kelompok salafi yang telah
di-tahdzir (diberi peringatan
oleh ustadz mereka) dan
kemudian bertaubat, tetapi
tidak bergabung dengan
salafi "asli" dan membentuk
kelompok-kelompok sendiri,
yang saling sesat
menyesatkan, bahkan saling
mengkafirkan.