Dokumen tersebut membahas tentang sejarah, definisi, struktur, jenis, dan fungsi antibodi serta antibodi monoklonal. Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai perkembangan pemahaman tentang antibodi, bagaimana antibodi dibentuk dan bekerja, serta aplikasi antibodi monoklonal dalam bidang medis.
2. • Sejarah Immunoglobulin
• Definisi Antibodi
• Tipe Antibodi
• Struktur Immunoglobulin
• Variasi Immunoglobulin
• Pembagian Immunoglobulin
• Fungsi dan Mekanisme Kerja Antibodi
• Antibodi Monoklonal
Outline
3. Sejarah Immunoglobulin
Elvin Abraham Kabat (1914–2000)
Memisahkan immunoglobulin dengan elektroforesis dan
mendemonstrasikan bahwa globulin γ dapat dibedakan sebagai
7S atau 19S.
Robin Coombs (1921– )
Mendeteksi immunoglobulin pada permukaan sel darah merah.
Uji yang dilakukan kemudian berkembang menjadi autoimmune
hemolytic anemia.
(Cruse & Lewis 2001: 13—22)
4. Henry George Kunkel (1916–1983)
Memperlihatkan karakteristik protein myeloma sebagai
immunoglobulin dan faktor rheumatoid sebagai autoantibodi.
Kunkel juga menemukan IgA dan idiotypy serta berkontribusi
dalam menentukan struktur dan genetik dari immunogloulin.
Astrid Elsa Fagraeus-Wallbom (1913– )
Menemukan bahwa immunoglobulin dibentuk di plasma sel
(Cruse & Lewis 2001: 13—22)
5. Gerald Maurice Edelman (1929– )
Mendemonstrasikan bahwa immunoglobulin terdiri atas
rantai polipeptida yang ringan dan berat.
Susumu Tonegawa (1939– )
Meneliti gen immunoglobulin dan diversitas antibodi.
Tonegawa juga berkontribusi dalam penemuan gen
immunoglobulin daerah C, V, J, dan D serta susunannya.
Cruse & Lewis 2001: 13--22
6. Teori pembentukan antibodi
Teori Instructive
teori direct
template
teori indirect
template
Teori Selektif
(Teori seleksi clonal )
Teori germ
line
Teori mutasi
somatik
7. Teori ini menyatakan bahwa suatu sel yang
imunokompeten dapat menghasilkan antibodi yang
spesifik.
Antigen yang bertemu dengan sel imunokompeten dapat
memicu sel tersebut untuk menghasilkan antibodi yang
sesuai dengan antigen.
8. Antigen yang memasuki sel imunokompeten bertindak
sebagai template atau cetakan terhadap molekul antibodi
yang akan disintesis.
Antigen tersebut atau bagian dari antigen akan diingat oleh
sel, sehingga memudahkan pembentukan antibodi di
kemudian hari.
9. Antigen yang masuk kedalam sel yang memproduksi antibodi,
mengiduksi pembentukan genocopy yang akan ditransmisikan
ke sel progeni.
Respon terhadap antigen pada sel progeni dilakukan dengan
pembacaan pesan genetik dari DNA.
10. Teori seleksi clonal menyebutkan bahwa selama
perkembangan janin, setiap individu sudah
membentuk banyak sel imunokompeten yang dapat
bereaksi dengan antigen yang berbeda.
Antigen memasuki tubuh, lalu berikatan dengan sel
imunokompeten yang memiliki situs reaktif yang
sesuai dan melekat pada situs tersebut.
Hal tersebut menyebabkan proliferasi sel dan
menghasilkan klon sel memori dan sel plasma.
11.
12. Teori germ line
• Semua gen yang ada pada sel b menentukan berbagai
kelas dan subkelas dari imunoglobulin.
• Semua gen yang ada berkemampuan untuk
membentuk antibodi terhadap berbagai antigen.
Teori mutasi somatik
• Mutasi gen somatik bertanggung jawab untuk
memproduksi imunoglobulin.
• Mutasi gen somatik menjelaskan kemampuan individu
untuk membentuk antibodi terhadap berbagai antigen
13.
14. Bereaksi secara spesifik dengan suatu antigen secara in vivo dan in vitro
Molekul berbentuk “Y” yang dihasilkan oleh sel B plasma
Substansi yang terbentuk sebagai respon terhadap antigen
Molekul protein yang berikatan dengan antigen yang cocok atau diketahui
Dirancang untuk membasmi materi asing yang masuk ke dalamtubuh
Terdapat pada serum globulin gamma
Terdiri dari 5 kelas major yang ditandai dengan huruf G, A, M, D dan E di
belakang singkatan kata Ig atau y
15. Cell-free antibody
• Mengalir dalam darah dan cairan
tubuh
• Terdiri dari 3 isotype yaitu IgA, IgG
dan IgM,
• Substansi ketiga diperlukan agar
antibodi ini dapat bekerja
Cell-bound antibody
• Menjadi bagian tak terpisahkan
dari sel B yang memproduksinya
• Terdapat pada permukaan
membran sel B (IgD dan IgE) dan
disebut juga B cell receptor (BCR)
• Mengaktivasi sel B lainnya beserta
difrensiasinya menjadi “pabrik
antibodi” (sel B plasma dan
memori)
18. • Terdapat berbagai sel B
dengan situs pengenalan
pada reseptor antibodi
yang berbeda
• Antigen terikat dengan BCR
pada sel B dengan reseptor
yang sesuai, lalu
mengaktivasinya menjadi
sel plasma
• Sel B kemudian mulai
membelah (ekspansi
klonal) membentuk sel
plasma atau sel B memori
• Sel plasma akan
mensekresi antibodi yang
merespon terhadap
antigen
Aktivasi Sel B dan
Ekspansi Klonal
19. • Sel B memori bertahan selama
bertahun-tahun dan berperan
penting dalam imunitas jangka
panjang
• Hal tersebut membuat sistem
imun mengingat suatu antigen
dan bereaksi lebih cepat ketika
terpapar antigen yang sama
Aktivasi Sel B dan
Ekspansi Klonal
20.
21.
22. • Berbentuk seperti huruf “Y”
• Terbentuk dari 4 rantai polipeptida, yaitu:
Dua heavy chain yang identik (berat molekul 50 kD)
Dua light chain yang identik (berat molekul 23 kD)
Dihubungkan oleh ikatan disulfida (-S-S-)
24. Berdasarkan fungsinya, terdapat
dua daerah pada immunoglobulin,
yaitu:
• Fab (fragment, antigen binding)
region : dua fragmen yang
mempertahankan kemampuan
untuk berikatan dengan antigen
(bagian yang mengikat antigen).
• Fc (fragment, crystallizable)
region: bagian yang porter yang
berasal dari digesti papain, yang
mengkristal saat suhu dingin.
• Hypervariable (CDR) regions :
daerah protein yang berperan
sebagai komplemen dari antigen
27. • Transpor Antigen Binding Site melewati membran
Sekresi IgA melewati epitel ke lumen
Transpor Abs dari ibu melewati plasenta
• Berbagai macam tipe sel menggunakan FcR
Contoh: Sel mast, makrofag, neutrofil, sel B, sel T, dan NK
• Opsonisasi
• Transpor IgA melewati epitel
• Transpor IgG dari ibu ke janin
29. • Tiap heavy chain dan light chain memiliki daerah konstan (CH, CL) dan
daerah variabel (VH, VL)
• Daerah konstan: daerah rantai yang besar di bagian ujung terminal
karboksil yang memiliki urutan asam amino yang hampir sama di
setiap variasi jenis immunoglobulin.
• Daerah variabel: daerah rantai pada ujung rantai yang berlawanan,
tepatnya yaitu rantai terminal akhir. Daerah tersebut memiliki
variabilitas urutan asam amino yang sangat besar.
30. Hinge Region
• Kaya akan residu prolin
• Ditemukan di IgG, IgA dan IgD
• Residu prolin merupakan target digesti proteolitik (papain dan
pepsin)
• Kaya akan residu sistein
• fleksibel
31. Penentuan Variasi Immunoglobulin
• Isotypes
Variasi immunoglobulin
yang terdapat pada semua
spesies
• Allotypes
Variasi immunoglobulin
yang terjadi karena
perbedaan genetik
intraspesies
• Idiotypes
Variasi immunoglobulin
yang terjadi karena
heterogenitas struktural
yang terjadi pada daerah
variabel (V)
33. Isotypes
• Mamalia memiliki 5 isotypes immunoglobulin yang berbeda baik fungsi
maupun lokasi
• 5 kelas immunoglobulin tersebut diklasifikasikan berdasarkan C-domain
pada heavy chain
38. Struktur
• 2 L-chain + 2 H-chain Ikatan disulfida (H2L2)
• 4 subkelas (IgG1, IgG2, IgG3, IgG4)
Fungsi
• Dominan pada respon imun sekunder
• Mampu melewati plasenta
• Mampu mengaktifkan komplemen
• Mampu melakukan opsonisasi atau fagositosis
• IgG: antibodi utama dalam darah,
merupakan struktur monomer.
39. Struktur
• Struktur mirip IgG + 1 molekul di J chain + komponen sekretori.
IgA berbentuk monomer dalam serum
Fungsi
• Imunoglobin utama dalam sistem sekretoris eksternal seperti kolostrum, saliva,
pernapasan, pencernaan.
• Mencegah keberadaan mikroba di membran mukus
• Tidak dapat membentuk komplemen dan tidak melewati plasenta
40. Struktur
• Imunoglobulin paling besar
• Serum molekul pentamer (Unit 5-H2L2 + 1
molekul J chain
Permukaan sel monomer
Fungsi
• Imunoglobulin pertama yang mencapai situs
infeksi
• Penting dalam pertahanan melawan bakteri dan
virus
41. Struktur
Protein monomer
Fungsi
• Memediasi proses hypersensitivity atau
reaksi alergi
• Host utama dalam melawan infeksi
parasit khususnya Helminths (infeksi
cacing)
• Tidak melewati plasenta dan tidak
membentuk komplemen
• IgE: menstimulasi alergi, merupakan
struktur monomer.
43. Struktur
Protein monomer
Fungsi
• Belum diketahui secara pasti
• Berperan sebagai reseptor antigen di permukaan
sel B
• Jumlah sedikit di serum
• IgD: terdapat di permukaan sel B, dapat
mengaktivasi sel, merupakan struktur
monomer.
45. Allotypes
Allotypic determinant dikode oleh satu alel dari sebuah gen antibodi
yang diturunkan dan terdapat pada antibodi beberapa individu dari
suatu spesies
Antibodi tersebut disebut dengan allotypes
Alel alternatif mengkode allotypic markers yang spesifik terhadap
antigen
Gen yang mengkode allotypic determinants tersebut diwariskan
sesuai dengan teori Mendel dan menggambarkan keragaman genetik
di dalam suatu spesies atau polimorfisme
46. Idiotypes
Ditemukan di daerah V dekat dengan Antigen Binding Sites suatu molekul
antibodi
• Determinan tersebut membedakan antibodi menjadi idiotypes
• Idiotypes Setiap orang memiliki antibodi yang berbeda-beda
• Determinan tersebut bersifat spesifik pada setiap individu
• Determinan allotype menggambarkan struktur dari anrtibodi-combining sites
dan pada umumnya bergantung pada susunan rantai berat dan rantai
ringannya
47. Fungsi Antibodi: Humoral Immune System
• Terdapat 3 cara yang dilakukan antibodi untuk menghadapi antigen:
48.
49. Neutralization:
Virus dan bakteri intraseluler membutuhkan sel
host untuk bereplikasi. Antibodi mencegah virus
dan bakteri masuk ke dalam sel dengan cara
mengikat antigen sehingga antigen sulit
melewati membran sel. Antibodi tidak dapat
menyerang patogen yang bersembunyi di antara
sel.
50. Opsonization:
Setelah berikatan dengan antigen,
Antibodi menandai antigen
tersebut untuk dihancurkan atau
dieliminasi oleh sel imun lain,
seperti Natural Killer atau
makrofag.
51. Activation of Complement:
Sama dengan opsonisasi, antibodi akan
menandai antigen untuk dieliminasi. Tetapi,
eliminasi sebenarnya diinisiasi oleh protein
cascade yang membentuk lubang pada
membran sel antigen sehingga sel tersebut
menjadi lisis.
52. Antibodi monoklonal
Antibodi monoklonal adalah antibodi yang diperoleh dari
suatu sumber tunggal atau sel klona yang hanya mengenal
satu jenis antigen.
Pembentukan antibodi monoklonal dilakukan dengan
menggunakan kelinci atau tikus.
53.
54.
55. Kegunaan dan Aplikasi
Antibodi Monoklonal
• mendeteksi kandungan hormon korionik
gonadotropin ( HCG ) dalam urin wanita hamil.
• mencegah penolakan jaringan terhadap sel hasil
transplantasi jaringan lain.
• mengikat racun dan menonaktifkannya, contohnya
racun tetanus dan kelebihan obat digoxin.
58. Daftar Pustaka
Cruse, J. M. & R. E. Lewis. 2001. Atlas of immunology, 2nd ed. CRC Press, New
York: xvi + 835 hlm.
Roitt, I. M. & P. J. Delves. 2001. Roitt’s essential of immunology, 10th ed.
Blackwell Science Ltd., Victoria: xi + 481 hlm.