SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
1
BAB 12
PERILAKU
Pendahuluan
Kinerja sistem kesehatan dan status kesehatan dipengaruhi oleh perilaku
individu dalam berbagai cara. Praktek seksual dan penggunaan jarum bersama memiliki
pengaruh utama pada HIV/AIDS. Tingkat vaknisasi mempengaruhi kematian janin.
Dokter yang menentukan kebiasaan untuk antibiotic mempengaruhi biaya dan
keefektifan program kontrol penyakit diare dan pertumbuhan daya tahan microbial.
Kebiasaan mengemudi dan penggunaan sabuk pengaman mempengaruhi kematian yang
disebabkan lalu lintas. Pendeknya, perubahan perilaku individu dapat memiliki dampak
utama terhadap status kesehatan pribadi dan kinerja sistem kesehatan.
Bab ini menjelaskan pedomankontrol kelima : metode-metode untuk mengubah
perilaku individu melalui campur tangan berbasis populasi. Pedomankontrol perilaku
melibatkan disain, implementasi, dan evaluasi program yang dimaksudkan untuk
mengubah perilaku individu untuk meningkatkan kinerja sistem kesehatan.
Usaha-usaha untuk meningkatkan kinerja sistem kesehatan dengan mengubah
perilaku individu dapat menguntungkan dari pelajaran-pelajaran pemasaran komersial.
Para pembaharu perlu bekerja dengan nilai, keyakinan dan persepsi konsumen karena
ini adalah factor-faktor yang membentuk sikap yang berkaitan dengan sikap,
pengetahuan, dan perilaku.
Dalam mendisain strategi-strategi perubahan perilaku, para pembaharu
kesehatan mengadapi tiga tantangan pemasaran umum (Kotler dan Levy 1969).
Pertama, mereka membutuhkan definisi yang jelas mengenai produk tersebut, termasuk
produk-produk tangible dan produk-produk intangible. Kedua, mereka perlu
mempertimbangkan hubungan produk dengan konsumen tertentu dalam sistem
kesehatan. Berbagai jenis konsumen harus dipertimbangkan: klien (atau konsumen
langsung produk), pembuat keoutusan (atau pembuat kebijakan bagi sistem kesehatan),
shakeholder kunci dan public umum. Ketiga, para pembaharu kesehatan perlu
2
mengenali peralatan yang dapat mendorong penerimaan produk oleh konsumen. Dalam
bab ini , kami menguji alat-alat mengubah perilaku kesehatan kaitannya dengan empat
P pemasaran.
Kategori-kategori Perilaku Individu
Dimanakan pedomankontrol perubahan perilaku dapat diterapkan dalam upaya
pembaharuan kesehatan? Inilah empat kategori perilaku individu yang perlu
dipertimbangkan:
 Perilaku-perilaku pencarian perawatan
Keputuan pencarian perawatan ini meliputi jenis-jenis professional
kesehatan (misalnya spesialis versus generalis), tingkat fasilitas kesehatan
(perawatan utama versus rumah sakit pengajaran), waktu dan lokasi perawatan
dan penggunaan obat tradisional versus pemberian obat dari negara Barat.
Perilaku pencarian perawatan ini penting bagi masalah kesehatan akut (misalnya
trauma dan deman) dan juga masalah kesehatan kronis (penyakit diabetes dan
penyakit kesehatan).
 Perilaku professional kesehatan
Keputusan penyedia mengenai perawatan merepresentasikan kategori
penting kedua perilaku individu yang dapat diarahkan melalui pedomankontrol
ini. Ada kepustakaan besar mengenai peningkatan kualitas layanan kesehatan,
perubahan yang terjadi secara sering pada perilaku penyedia. Satu contoh di
Negara-negara berkembang adalah proyek PROQUALI, yang bertujuan
meningkatkan kualitas layanan kesehatan reproduktif di dua Negara di Brazil.
Program ini didasarkan pada realisasi dinamika interpersonal hubungan
penyedia-pasien dapat menjadi penentuk signifikan persepsi kualitas layanan
dan dapat mempengaruhi perilaku pencarian kesehataan, sehingga
mempengaruhi status kesehatan dan kepuasan konsumen. Di Negara-negara
berkembang,strategi-strategi untuk mendorong penggunaan rasional obat-
obatan telah melibatkan upaya mengubah praktek yang menentukan tidak
hanya dokter tapi juga apoteker komersial, khususnya di lingkungan-lingkungan
3
dimana produk dijual tanpa resep dokter dan sering tanpa konsultasi apoteker
terlatih.
 Perilaku kerelaan pasien, dan
Perilaku-perilaku ini meliputi penggunaan resep farmasi, mengejar
penyerahan terhadap para penyedia kesehatan lain, dan jenis lain perilaku yang
mengikuti perilaku perawatan. Banyak strategi-strategi memiliki tujuan
mengubahperilaku kerelaan pasien melibatkan pengobatan. Contoh-contoh
strategi perubahan perilaku dalam area ini meliputi upaya-upaya mendorong
pasien untuk meminum semua antibiotic yang diresepkan dan upaya-upaya
membesarkan pasien dengan penyakit-penyakit kronis untuk melakukan
pengobatan secara teratur dan rutin.
 Gaya hidup dan perilaku pencegahan
Kategori keempat perilaku individu adalah keputusan konsumen mengenai
kebiasaan gaya hidup yang memiliki pengaruh utama pada status kesehatan,
khususnya dalam mencegah penyakit. Perilaku-perilaku ini tidak melibatkan
interaksi dengan dokter professional atau fasilitas kesehatan; malahan, mereka
sering menjadi subyek terhadap pengaruh-pengaruh kompleks, dari pemasaran
komersial modern sampai kekuatan harapan budaya tradisional. Satu contoh
program sukses untuk mengubahperilaku gaya hidup adalah kampanye sopir
yang dicalonkan Proyek Alkohol Harvard (Winsten 1994) sebagai upaya
mengubah perilaku social mengemudi setelah minum.
Elemen-Elemen Dasar Pemasaran Sosial
Bagi para pembaharu kesehatan, pemasaran social memberikan kerangka
konseptual yang sukses untuk memikirkan tentang perubahan perilaku dan
mengembangkan strategi-strategi praktis. Dua pendekatan utama terhadap perubahan
perilaku diarahkan oleh pedomankontrol lain: insentif dan batasan, dan larangan. Dalam
bagian ini , kami mengkaji elemen-elemen dasar pemasaran social- yang diatur sekitar
4
empat Ps pemasaran: produk, promosi, tempat dan harga sebagai dimensi kritis yang
harus dimasukkan perubahan perilaku individu.
Produk
Langkah pertama dalam pemasaran social adalah untuk menentukan produk
bagi audiens khusus. Proses ini lebih rumit dari pada nampaknya, karena ini
membutuhkan analisis signifikan audien potensial berbeda. Tiga prinsip memandu
definisi dan disain produk. Pertama, prinsip orientasi konsumen. Prinsip orientasi
konsumen ini memberikan landasan bagi strategi perubahan perilaku. Kedua, prinsip
definisi produk melibatkan segmentasi audien. Segmentasi audien tipikalnya berbasis
profil psiko-sosial populasi. Ini melibatkan pengenalan nilai-nilai inti melakui analisis
gaya hidup, personalitas, kebiasaan komunikasi, kesiapan terhadap perubahan, dan
kebutuhan yang dirasakan. Karakteristik psiko-sosial dapat juga dikaitkan dengan
factor-faktor lain yang berguna bagi segmentasi audien termasuk geografi, demografi,
dan struktur social (Lefebvre & Flora 1988, 304).
Prinsip dasar ketiga disain produk adalah untuk bertemu kebutuhan dasar dari
pada menyediakan obyek materi atau layanan khusus. Prinsip ini juga mengikuti ajaran
pemasaran komerisal, poin yang dibuat oleh Kotler dan Levy (1969) dalam artike klasik
mereka pada pemasaran social.
Tempat
Sekali produk dan audien ditentukan, pemasar social social selanjutnya bekerja
untuk membawa produk kepada audiens. Membuat keputusan di tempat melibatkan
pemilihan channel yang sesuai melalui produk mana yang dikirimkan dan dibuat
tersedia bagi audien. Para pembaharu perlu berpikir secara kreatif tentang channel
untuk mencapai audien target, khususnya jike kelompok tersebut secara social tidak
menguntungkan, umumnya terjadi dengan kampanye kesehatan masyarakat untuk
imunisasi, AIDS, atau tuberculosis di Negara-negara berkembang.
5
Channel komunikasi umumnya dibagi menjadi tiga kategori luas: channel
interpersonal, termasuk keluarga, teman dan penyedia perawatan kesehatan; channel
kelompok, termasuk komunitas mobilisasi dan organisasi masyarakat sipil; dan channel
media massa, termasuk cetakan, radio, dan televise (Piotrow dkk 1997, 73).
Harga
Mengatur harga untuk intervensi perubahan perilaku adalah langkah kritis yang
mempengaruhi apakah product tersebut akan diadopsi atau digunakan. Dengan
memutuskan berapa harga yang melibatkan pengaturan biaya moneter dan non
moneter peniruan produk, termasuk biaya social, biaya waktu dan biaya fisik. Biaya-
biaya berbeda dapat menggabungkan untuk menciptakan batasan kuat terhadap
penggunaan produk atau jasa atau peniruan ide atau nilai baru.
Harga juga dapat bertindak sebagai symbol nilai terhadap pengguna potensial. Di
beberapa kasus, harga tinggi dibandingkan dengan produk serupa dapat menarik
pembeli yang menginterpretasikan harga sebagai pencerminantnilai tinggi. Harga
rendah dapat mengarahkan pada pengguna potensial untuk menghindari produk, diluar
perhatian mengenai nilai rendah. Dengan mengatur harga moneter pada angka nol,
seperti produk bebas, dapat mengurangi batasan keuangan terhadap akses, tapi
mungkin menghasilkan penggunaan dan pemborosan tidak penting. Dengan kata lain,
para konsumen mungkin menggunakan layanan kesehatan grafis bahkan saat nilai bagi
mereka dibawah biaya produksi, mengindikasi bahwa lebih banyak nilai dapat
menghasilkan jika sumber daya digunakan untuk memproduksi barang dan jasa lain
dalam ekonomi.
Dalam memutuskan harga sebuah produk, pemasar social perlu memikirkan
tentang tujuan-tujuan mereka dan konteks pasar dimana menemukan diri mereka. Tiga
sumber utama informasi yang relevan bagi pengaturan harga: penilaian biaya termasuk,
harga produk serupa dari para pesaing, dan kepekaan harga audien target (Kotler dan
Roberto 1989, 177). Dalam mengatur harga untuk usaha pemasaran social, para
pembaharu harus memperhitungkan tujuan-tujuan lebih luas mengenai kebijakan harga.
6
 Memaksimalkan jumlah pengadopsi produk
Jika tujuannya adalah untuk memaksimalkan jumlah orang yang mengadopsi
produk social, kemudian produk dan jasa dapat ditawarkan dengan harga
rendah atau gratis. Akan tetapi, produk dan jasa gratis kadang-kadang dapat
menciptakan persepsi kualitas rendah, yang dapat menghambat penggunaan,
dengan demikian mengurangi tingkat adopsi produk. Seperti yang dicatat dalam
bab sebelumnya, layanan yang secara nominal gratis mungkin pada prakteknya
tidak gratis, sekali kita mempertimbangkan waktu dan biaya perjalanan,
kebutuhan suplai yang disediakan pasien dan pembayaran dibawah meja.
Sehingga para pembaharu mungkin mampu memperendah harga sebanyak yang
mereka mau, jika maksimisasi penggunaan adalah tujuannya.
 Ekuitas Sosial
Jika kampanye perubahan perilaku dicari untuk mencapai distribusi wajar,
kemudia para pembaharu dapat mengadopsi struktur harga lulusan untuk
produk yang sama, dengan kelompok pendapatan lebih tinggi yang membayar
lebih banyak dan kelompok pendapatan rendah kurang.
Strategi pemberian harga dapat digunakan u ntuk mengurangi batasan
keuangan bagi para pasien miskin, selama tidak menawarkan subsidi ke pasien
kaya yang dapat membayar perawatan itu. Struktur harga lulusan
membutuhkan metode menentukan status ekonomi pembeli, yang secara
administrative mahal dan disubyekkan bagi favoritisme atau korupsi. alternatif
agar memiliki harga beragam dengan kualitas dan membiarkan preferensi
orang-orang dengan pendapatan lebiht inggi untuk kualitas tinggi mengarahkan
mereka jauh dari layanan subsidi
 Pemulihan Biaya
Jika pemulihan biaya dari konsumen memiliki prioritas tinggi, kemudian harga
pasti dapat dipilih untuk membiayai bagian biaya yang sesuai. Contoh strategi
pemberian harga adalah harga tetap untuk kunjungan penyedia di rumah sakit,
tanpa menghiraukan tingkat pendapatan pasien, seperti biaya pengguna untuk
7
pemulihan beberapa biaya operasi. Pengenalan biaya pengguna meningkatkan
pertanyaan-pertanyaan utama mengenai konsekuensi ekuitas bagi pasien
miskin yang dapat terhambat dari penggunaan layanan kesehatan.
 Demarketing
Untuk tipe produk tertentu (misalnya tembakau dan alcohol), pemasar social
mengatur harga tinggi untuk mengurangi penggunaan yang dianggap tidak
diinginkan pada utilitarian obyektif atau landasan komunitarian. Harga tinggi
dapat digunakan untuk mengurangi layanan medis yang tidak berkontribusi
pada tujuan maksimisasi kesehatan, seperti bedah kosmetik.
 Maksimisasi Keuntungan
Selama strategi pemberian harga maksimisasi keuntungan secara umum tidak
digunakan untuk produk social, seseorang dapat membayangkan organisasi
yang menyediakan produk social, seperti rehabilitasi obat-obatan dan juga
memaksimalkan keuntungan-keuntungannya (Kotler dan Roberto 1989, 176-
177). Strategi monopoli klasik yang dapat diadopsi dalam kasus tersebut adalah
diskriminasi harga. Harga berbeda adalah kumpulan untuk segmen pasar
berbeda-berdasarkan setiap elastisitas permintaan harga segmen. Semakin peka
segmen pasar untuk peningkatan harga, semakin tinggi harga yang mereka
hadapi.
Promosi
Tujuan usaha promosi adalah untuk meningkatkan kemungkinan bahwa
konsumen akan menerima produk tersebut. Rencana promosi tersebut mengidentifikasi
kegiatan-kegiatan khusus dan materi-materi khusus yang akan membantu tujuan
keseluruhan kampanye. Tugas terpenting dalam mendisain rencana promosi adlaah
memutuskan konten pesan tersebut, bagaimana mempresentasikan pesan dan channel
komunikasi mana yang digunakan. Konten pesan dapat menarik informasi tentang
empat aspek berbeda mengenai produk tersebut (Kotler dan Roberto 1989, 225):
 Fitur fisik/teknis (ukuran, berat, bentukd an kualitas lain yang dapat diamati)
8
 Fitur sensori (kualitas yang dapat dirasakan, dicium,, dilihat, didengar atau
dirasakan oleh orang-orang).
 Keuntungan fungsional (bagaimana produk akan membantu audien target)
 Keuntungan emosional/psikologis (bagaimana audien target merasakan tentang
keuntungan produk bagi mereka).
Tugas selanjutnya dalam mengembangkan rencana promosi adalah untuk memutuskan
bagaimana mempresentasikan pesan tersebut tersebut. Langkah ketiga dalam rencana
promosi adalah untuk memutuskan pada channel komunikasi. Dua startegi utama
adalah komunikasi masa dan komunikasi personal. Sebagian besar program pemasaran
menggunakan kombinasi pendekatan-pendekatan ini.
Komunikasi Massa
Dalam menggunakan komunikasi masa, para pembaharu kesehatan menghadapi
dua pilihan dasar, pemberitaan gratis atau bayar. Pemberitaan bayar membiarkan para
pembaharu untuk mengontrol konten dan pengaturan waktu pesan. Batasan-batasan
anggaran dapat mengurangi keefektifan pendekatan ini, walauun di beberapa kasus ini
mungkin memperoleh pengumuman layanan public gratis.
Dalam bekerja dengan komunikasi massa, penting untuk mengembangkan
hubungan media yang baik. Dengan mempersiapkan materi dan rapat dengan para
reporter, pembaharu kesehatan dapat membingkai konten laporan media. Satu cara
agar dapat memperoleh liputan media gratis adalah untuk mengatur peristiwa social
yang dapat menyediakan “cantelan” bagi para reporter u ntuk menulis artikel dan
memberikan perhatian public terhadap pesan khusus. Program televise dan radio dapat
juga digunakan untuk mengiriman pesan kesehatan yang diarahkan pada perilaku
individu, seperti kampanye Sopir yang Dicalonkan di Amerika Serikat yang disebutkan di
banyak program televisi Hollywood.
Komunikasi Personal
9
Poin utama komunikasi personal adalah untuk mengirimkan pesan ke individu
target dalam cara yang meningkatkan kredibilitas dan penerimaannya. Ini berarti
memilih tempat dan pemberi pesan yang akan memiliki pengaruh pada kelompok yang
sedang anda capai.
Pemicu-Pemicu
Langkah terakhir dalam rencana promosi adalah untuk memutuskan tindakan
yang akan memicu adopsi produk. Tindakan pemacu ini meliputi jenis insentif berbeda
untuk membujuk konsumen mengadopsi produk tersebut (Kotler dan Roberto 1989,
240-241) dan dapat meliputi pembayaran dan juga pedomankontrol organisasi.
Pedoman Bersyarat
Pedomankontrol perilaku memiiki potensi untuk mengarahkan masalah
kesehatan public yang sulit dengan menghasilkan perubahan pada perilaku individu.
Pola perilaku individu membentuk penggunaan layanan kesehatan, termasuk keputusan
untuk pergi secara langsung ke rumah sakit daerah dari pada pusat kesehatan local,
keputusan untuk tergantung pada dukun tradisional atau penjual obat dari pada
menjadi perawatan dari dokter berijin, dan keputusan untuk menghindari perawatan
inap pasien sampai kondisi medis menjadi cukup serius.
Contoh-contoh perubahan perilaku dalam bab ini mengilustrasikan bahwa
pedoman kontrol meliputi lebih dari menjual produk atau mendisain ulang produk untuk
dijual. Pedoman kontrolmembutuhkan proses iterative menemukan nilai audien target,
menciptakan barang dan jasa yang sesuai dengan nilai-nilai itu dan mengevaluasi
pengaruh mengimplementasikan strategi-strategi yang didisain untuk meningkatkan
kemampuan penerimaan produk. Contoh memotivasi remaja untuk berpraktek menjadi
sopir yang diarahkan menunjukkan bagaimana pendekatan ini dapat secara efektif
diterapkan dalam praktek (WInsten 1994)
Batasan-Batasan Upaya Perubahan Perilaku
10
Para peneliti yang memperhatikan dengan perubahan perilaku semakin sadar
bahwa lingkungan social dan budaya mempengearuhi keputusan individu, khususnya
perilaku kesehatan kompleks yang melibatkan hal yang intim, seperti hubungan seksual
(Green 2003). Upaya-upaya untuk mengembangkan program pencegahan AIDS telah
merespon realisasi ini dengan menekankan pentingnya mendisain intervensi yang sesuai
secara kultural yang akan diterima dan didukung oleh komunitas khusus (Sweak dan
Denison 1995). Tapi keterlibatan budaya meningkatkan masalah-masalah serius
mengenai batasan upaya perubahan perilaku yang perlu dikenali para pembaharu sector
kesehatan.
Pembuat kesehatan public perlu menyadari bahwa ini sulit untuk menggunakan
pedomankontrol perilaku untuk mengubah nilai-nilai dasar populasi target, dari pada
mengubah perilaku-perilakunya. Pengiklan pribadi telah mempelajari seberapa sulit
mengubah nilai-nilaidasar orang-orang, mengarahkan pemasar swasta untuk berfokus
dalam mengidentifikasi preferensi dan mendisain produk untuk menghubungkan
dengan nilai-nilai yang ada. Tentu saja, dengan mencoba mengubah nilai dasar dapat
menentukan keefektifan akhir kampanye pemasaran social. Ini mungkin menjadi bahwa
adopsi produk-produk baru dapat mengarahkan pada perubahan social lebih luas,
seperti yang telah diperdebatkan untuk kontrol kelahiran dalam masyarakat Amerika.
Pendekatan yang diarahkan ahli terhadap perubahan perilaku berkaitan dengan
proyek bantuan internasional dapat mengarahkan para biaya imperialism budaya,
dimana proyek-proyek “asing” dirasa meurbah perilaku “local.” Usaha yang diarahkan
ahli seringkali tidak mengadakan penelitian mencukupi antar konsumen untuk
mendisain program efektif bagi perubahan perilaku.
Etika-Etika Program Perubahan Perilaku
Penggunaan pedoman kontrol perilaku meningkatkan sejumlah masalah etika.
Yang pertama dari masalah ini adalah keseimbangan antara imperative-imperatif etis
alternative. Andaikata praktek budaya tradisional mengarahkan pada penurunan status
kesehatan-misalnya kurangnya kehadiran siswi di sekolah. Ini nampaknya seperti target
11
nyata untuk kampanye pemasaran social. Tapi masalah ini juga melibatkan
ketidakcocokan potensial antara persoalam utilitarian obyektif untuk keefektifan dan
respek komunitarian relativis bagi tradisi.
Seperti semua usaha pembaharuan, maslaah-masalah etis ini meningkatkan
pertanyaan-pertanyaan proses dasar. Argument konsekuensialis selalu menjalankan
resiko yang didasarkan pada ilmu pengetahuan buruk, atau efek samping tidak
diantisipasi dan tidak diinginkan akan terjadi. Isu etis kedua meliputi seberapa jauh yang
dapat dilalui Negara tersebut, seberapa memaksa jadinya, sekali ini telah mengenai
perilaku itu yakin harus diubah. Kami yakinbahwa tingkat paksaan yang dapat
dibenarkan sebagian tergantung pada sifat dasar masalah dan nilai masyarakat. Paksaan
mungkin lebih dapat diterima untuk perilaku yang melibatkan bahaya bagi orang lain
(misalnya perilaku seksual tidak terlindungi oleh orang yang tahu bahwa dia positif
mengidap HIV), yang melibatkan bahaya bagi diri sendiri (misalnya keputusan oleh
pengendara motor untuk tidak menggunakan helm), atau yang melibatkan biaya
keuangan terhadap masyarakat (misalnya biaya kesehatan penyakit karena merokok),
perilaku empiris yang memprovokasi penolakan budaya (misalnya, homoseksualitas
atau minum di beberapa masyarakat) mungkin juga dihadapi secara lebih memaksa.
Beberapa masyarakat juga enggan menggunakan metode paksaan untuk perilaku intim
(seperti penggunaan kondom) dibandingkan dengan perilaku public (seperti
penggunaan sabuk pengaman)(Steinbock 1999). Disini lagi adalah seperangka masalah y
ang perlu di hadapi para pembaharu secara jujur. Penggunaan insentif untuk
mendukung perubahan perilaku tertentu juga meningkatkan sejumlah pertanyaan etis
mengenai paksaan. Secara khusus, pada tingkatan apa insentif dalam rencana promosi
dianggap memaksa? Beberapa orang telah memaksa bahwa penggunaan insentif itu
memaksa. Lainnya berpendapat bahwa jika insentif bekerja untuk membujuk seseorang
untuk mengadopsi perilaku mereka tidak akan melakukannya (seperti vasektomi untuk
menerima radio), kemudian bahwa tawaran itu memaksa dan secara etis tidak sesuai.
Argumen berlawanan-dari utilitarian subyektif-adalah bahwa tidak ada orang yang
dipaksa untuk menerima radio. Jika pertukaran bukan pada kepentingan penerima,
12
mereka tidak akan menerima tawar-menawar itu. Pertanyaan mengenai apakah pilihan
itu benar-benar bebas, tentu saja, terpusat pada sudut pandang ini.
Secara umum, tingkatan paksaan yang dianggap benar akan tergantung pada
pandangan filosofis pembaharu. Perspektif paling memaksa adalah utilitarian obyektif.
Jika perilaku individu mengganggu status kesehatan, kemudian tingkat paksaan tinggi
dibenarkan dalam mencari untuk mengubah perilaku-perilaku itu. Pendeknya, akhir
(kesehatan lebih baik) membenarkan cara tersebut (paksaan untuk mengubah perilaku).
Utilitarian obyektif akan menguntungkan penggunaan intervensi lebih memaksa, seperti
aturan dan larangan perilaku khusus, dan juga karantina (atau penahanan) bagi individu
keras kepala, selama pendekatan tersebut akan meingkatkan kesehatan.
Dilain pihak, liberal akan melwan upaya-upaya untuk membatasi otonomi
individu, bahkan jika respek terhadap individu yang menghasilkan dalam perilaku tidak
sehat. Tapi penganut liberalisme tidak akan menolak pembagian informasi, sejauh
otonomi pilihan individu dihargai. Masalahnya adalah bahwa pembagian informasi itu
sendiri cenderung tidak efektif dalam mengubah perilaku pribadi yang penting bagi
kesehatan public (seperti praktek seksual, pemilihan penyedian kesehatan, kebiasaan
menggunaan air, dan keputusan tentang pengobatan). Berbeda dengan penganut
liberal, komunitarian akan menerima pendekatan perubahan perilaku untuk membujuk
para pembaharu dan pasien untuk tunduk dengan nilai komunitas dan akan menerima
penggunaan teknik yang lebih memaksa untuk perilaku yang melanggar harapan
budaya.
Perbedaan-perbedaan ini dalam peran paksaan, menurut posisi filosofis,
menggambarkan salah satu pertanyaan etis pusat dalam kesehatan public: seberapa
banyak dan apakah jenis p[aksaan yang dibenarkan untuk mengubah perilaku individu
demi tujuan bersama? Pembahasan perubahan perilaku ini menggambarkan pentingnya
refleksi etis dan analisis bagi pembaharu kesehatan yang menggunakan pedoman
kontrol perilaku.
Perubahan Perilaku dan Ekuitas
13
Dari masalah khusus dalam etika upaya perubahan perilaku adalah aspek ekuitas
upaya-upaya tersebut. Kami melihat dua isu utama disini. Hal pertama yang harus
dilakukan dengan etika insentif baru dibahas. Secara umum, individu yang miskin lebih
mungkin dipengaruhi oleh insentif dari pada mereka dengan pendapatan lebih tinggi.
Wanita suku miskin di India lebih mungkin menjalankan sterilisasi untukditukar dengan
sari dari pada kelas menengah, bahkan saat keduanya menghadapi pilihan “bebas”.
Bagaimana kita dapat memikirkan tentang hal ini?
Sebuah argument menariknya adalah bahwa insentif yang tergantung dalam
mengabulkan atau menyembunyikan hak dasar seseorang memaksa tanpa persetujuan
hukum (Nozick 1974). Jika saya berkatan “Anda dapat memilih sterilisasi atau
perbudakan,” kemudian saya dengan jelas sedang memaksa anda. Kami yakin ada
analogi disini terhadap insentif keuangan signifikan bagi orang-orang yang tingkat
ekonomi dasarnya tidak memberikan mereka peluang. Insentif tersebut memaksa.
Mereka merupakan tawaran bahwa individu dalam maksud reliastik mampu menolak.
Secara ironiis, insentif terhadap orang-orang miskin perlu menjadi cukup kecil agar
dapat ditolak jika mereka menghindari masalah paksaan dan secara etis dapat diterima.
Tentu saja, masalah ekuitas dasar adalah kemiskinan kelompok target untuk dimulai.
Tapi itu tidak dapat dengan mudah diarahkan dalam konteks pembaharuan sector
kesehatan.
Masalah etis kedua melibatkan sifat rentang yang secara budaya termarginalisasi
terhadap upaya perubahan perilaku. Lagi, kami mencatat diatas bahwa persoalan
komunitaritarian relativis bahwa upaya kesehatan public yang diarahkan oleh ahli akan
mengindahkan praktek tradisional. Di dunia, kelompok termarginalisasi rentan terhadap
upaya-upaya itu, karena mereka kurang kekuatan politik untuk melindungi diri mereka
dan budaya mereka (misalnya Roma di Eropa Barat atau Maya di Meksiko). Kesulitannya
adalah bahwa kelompok tersebut mungkin juga mempertahankan praktek budaya yang
memiliki konsekuensi kesehatan merugikan (Fonseca 1996), dengan demikian
mengajukan pertanyaan etis yang tajam mengenai batasan intervensi perubahan
perilaku.
14
Rangkuman
Dalam menutup bab ini kami ingin membuat tiga poin. Pertama, mengubah
perilaku individu itu penting demi implementasi rencana perubahan kesehatan yang
berhasil. Kontrol perilaku memiliki batasan pada keefektifan dan perlu digunakan
bersama dengan perubahan sistem kesehatan lain dalam pembiayaan,
pembayaran,organisasi dan perundang-undangan, untuk mencapai peningkatan yang
diinginkan dalam kinerja sistem kesehatan.
Poin keduanya adalah bahwa pedoman kontrol ini menghasilkan perubahan pada
perilaku individu tapi tidak mengubah struktur social atau dinamika kekuatan kebijakan
kesehatan public. Akan tetapi, metode pemasaran itu kritis dalam perdebatan kebijakan
public, dalam membentuk persepsi public tentang sifat dasar masalah social dan solusi
kebijakan sesuai mereka, dan dalam mempengaruhi penerimaan kebijakan yang
diajukan.
the limits of behavior-change interventions.
Poin ketiganya adalah yang menjadikan pekerjaan perubahan perilaku mengharuskan
pembaharu kesehatan memobilisasi tingkat komitmen tinggi dan harapan pemasaran
yang kuat. Kondisi saat pemasaran social menghasilkan perubahan perilaku belum
dikhususkan secara cukup (Walsh dkk. 1993, 115-116). Secara khusus, kami memerlukan
studi tambahan pada jenis pendekatan perubahan perilaku yang bekerja paling baik bagi
pembaharuan kesehatan dan kondisi dibawah pendekatan-pendekatan mana yang
paling mungkin sukses. Akan tetapi, bukti cukup tersedia untuk menyarankan bahwa
pemikiran buruk atau usaha yang diimplementasikan dengan buruk, yang mengabaikan
pelajaran yang kita punya.
Sumber : Chapter 12 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving
Performance and equity

More Related Content

Viewers also liked

Změna jednatele společnosti
Změna jednatele společnosti Změna jednatele společnosti
Změna jednatele společnosti Firmin
 
Chapter 19 Buku The Health care Quality Book
Chapter 19 Buku The Health care Quality BookChapter 19 Buku The Health care Quality Book
Chapter 19 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 8 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 8 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 8 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 8 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 
Android Architecture
Android Architecture Android Architecture
Android Architecture Abhishek M K
 
Sídlo firmy
Sídlo firmy Sídlo firmy
Sídlo firmy Firmin
 
Naffi_Nadia_2012_Learning to Exist in Social Media- A grounded Theory About ...
Naffi_Nadia_2012_Learning to Exist in Social Media-  A grounded Theory About ...Naffi_Nadia_2012_Learning to Exist in Social Media-  A grounded Theory About ...
Naffi_Nadia_2012_Learning to Exist in Social Media- A grounded Theory About ...Nadia Naffi, Ph.D.
 
NCHICA Dementia Caregiver Support Mashup!
NCHICA Dementia Caregiver Support Mashup!NCHICA Dementia Caregiver Support Mashup!
NCHICA Dementia Caregiver Support Mashup!Chris Jones
 
Postup založení společnosti 2014
Postup založení společnosti 2014 Postup založení společnosti 2014
Postup založení společnosti 2014 Firmin
 
HISTORIA DE LA MONEDA DEL ECUADOR
HISTORIA DE LA MONEDA DEL ECUADORHISTORIA DE LA MONEDA DEL ECUADOR
HISTORIA DE LA MONEDA DEL ECUADORREA-2015
 
Mihai_Tache_Detailed_CV_v10
Mihai_Tache_Detailed_CV_v10Mihai_Tache_Detailed_CV_v10
Mihai_Tache_Detailed_CV_v10Mihai Tache
 
Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...Nasiatul Salim
 
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Nasiatul Salim
 
Chapter 15 Buku The Health care Quality Book
Chapter 15 Buku The Health care Quality BookChapter 15 Buku The Health care Quality Book
Chapter 15 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 

Viewers also liked (20)

Změna jednatele společnosti
Změna jednatele společnosti Změna jednatele společnosti
Změna jednatele společnosti
 
idle gold in india
idle gold in indiaidle gold in india
idle gold in india
 
Chapter 19 Buku The Health care Quality Book
Chapter 19 Buku The Health care Quality BookChapter 19 Buku The Health care Quality Book
Chapter 19 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 8 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 8 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 8 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 8 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 
Kt status report_2016_rev
Kt status report_2016_revKt status report_2016_rev
Kt status report_2016_rev
 
Android Architecture
Android Architecture Android Architecture
Android Architecture
 
Sídlo firmy
Sídlo firmy Sídlo firmy
Sídlo firmy
 
Naffi_Nadia_2012_Learning to Exist in Social Media- A grounded Theory About ...
Naffi_Nadia_2012_Learning to Exist in Social Media-  A grounded Theory About ...Naffi_Nadia_2012_Learning to Exist in Social Media-  A grounded Theory About ...
Naffi_Nadia_2012_Learning to Exist in Social Media- A grounded Theory About ...
 
NCHICA Dementia Caregiver Support Mashup!
NCHICA Dementia Caregiver Support Mashup!NCHICA Dementia Caregiver Support Mashup!
NCHICA Dementia Caregiver Support Mashup!
 
Postup založení společnosti 2014
Postup založení společnosti 2014 Postup založení společnosti 2014
Postup založení společnosti 2014
 
HISTORIA DE LA MONEDA DEL ECUADOR
HISTORIA DE LA MONEDA DEL ECUADORHISTORIA DE LA MONEDA DEL ECUADOR
HISTORIA DE LA MONEDA DEL ECUADOR
 
Filming schedule2
Filming schedule2Filming schedule2
Filming schedule2
 
Business plan
Business planBusiness plan
Business plan
 
Camera diagrams
Camera diagramsCamera diagrams
Camera diagrams
 
Mihai_Tache_Detailed_CV_v10
Mihai_Tache_Detailed_CV_v10Mihai_Tache_Detailed_CV_v10
Mihai_Tache_Detailed_CV_v10
 
Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Perfor...
 
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
 
Lavyacv
LavyacvLavyacv
Lavyacv
 
the book - TMEP
the book - TMEPthe book - TMEP
the book - TMEP
 
Chapter 15 Buku The Health care Quality Book
Chapter 15 Buku The Health care Quality BookChapter 15 Buku The Health care Quality Book
Chapter 15 Buku The Health care Quality Book
 

Similar to PERILAKU KESEHATAN

Cp8 a social marketing approach to cqi
Cp8 a social marketing approach to cqi Cp8 a social marketing approach to cqi
Cp8 a social marketing approach to cqi Nasiatul Salim
 
Chapter 5 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 5 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Chapter 5 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 5 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Nasiatul Salim
 
Pembahasan analisis perilaku konsumen
Pembahasan   analisis perilaku konsumenPembahasan   analisis perilaku konsumen
Pembahasan analisis perilaku konsumenAG Za Mo
 
Pembahasan analisis perilaku konsumen
Pembahasan   analisis perilaku konsumenPembahasan   analisis perilaku konsumen
Pembahasan analisis perilaku konsumenAG Za Mo
 
Psikologi industri dan organisasi revisi ii
Psikologi industri dan organisasi   revisi iiPsikologi industri dan organisasi   revisi ii
Psikologi industri dan organisasi revisi iiMercu Buana University
 
Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
Pengkajian Kebutuhan Promosi KesehatanPengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatanpjj_kemenkes
 
Metode Dalam Promosi Kesehatan
Metode Dalam Promosi KesehatanMetode Dalam Promosi Kesehatan
Metode Dalam Promosi Kesehatanpjj_kemenkes
 
Memahami proses pemasaran
Memahami proses pemasaranMemahami proses pemasaran
Memahami proses pemasaranmas management
 
Pemasaran Sosial Jasa kebidanan
Pemasaran Sosial Jasa kebidananPemasaran Sosial Jasa kebidanan
Pemasaran Sosial Jasa kebidananpjj_kemenkes
 
PPT Kampanye Pemasaran milik Galih Perdana
PPT Kampanye Pemasaran milik Galih PerdanaPPT Kampanye Pemasaran milik Galih Perdana
PPT Kampanye Pemasaran milik Galih PerdanaGalihPerdana1
 
pertemuan 4 - PERMASALAHAN Promkes.pdf
pertemuan 4 - PERMASALAHAN Promkes.pdfpertemuan 4 - PERMASALAHAN Promkes.pdf
pertemuan 4 - PERMASALAHAN Promkes.pdfLila Kania
 
Analisis dan prediksi prilaku komsumen (1).pptx
Analisis dan prediksi prilaku komsumen (1).pptxAnalisis dan prediksi prilaku komsumen (1).pptx
Analisis dan prediksi prilaku komsumen (1).pptxSultanGamer18
 
Model perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanModel perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanYurie Arsyad Temenggung
 
Pemsos Progkes pertemuan-1.pptx
Pemsos Progkes pertemuan-1.pptxPemsos Progkes pertemuan-1.pptx
Pemsos Progkes pertemuan-1.pptxYusKarapa
 

Similar to PERILAKU KESEHATAN (20)

Cp8 a social marketing approach to cqi
Cp8 a social marketing approach to cqi Cp8 a social marketing approach to cqi
Cp8 a social marketing approach to cqi
 
Chapter 5 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 5 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Chapter 5 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 5 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
 
Pembahasan analisis perilaku konsumen
Pembahasan   analisis perilaku konsumenPembahasan   analisis perilaku konsumen
Pembahasan analisis perilaku konsumen
 
Pembahasan analisis perilaku konsumen
Pembahasan   analisis perilaku konsumenPembahasan   analisis perilaku konsumen
Pembahasan analisis perilaku konsumen
 
Psikologi industri dan organisasi revisi ii
Psikologi industri dan organisasi   revisi iiPsikologi industri dan organisasi   revisi ii
Psikologi industri dan organisasi revisi ii
 
Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
Pengkajian Kebutuhan Promosi KesehatanPengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan
 
Metode Dalam Promosi Kesehatan
Metode Dalam Promosi KesehatanMetode Dalam Promosi Kesehatan
Metode Dalam Promosi Kesehatan
 
Memahami proses pemasaran
Memahami proses pemasaranMemahami proses pemasaran
Memahami proses pemasaran
 
Pemasaran Sosial Jasa kebidanan
Pemasaran Sosial Jasa kebidananPemasaran Sosial Jasa kebidanan
Pemasaran Sosial Jasa kebidanan
 
promkes.docx
promkes.docxpromkes.docx
promkes.docx
 
PPT Kampanye Pemasaran milik Galih Perdana
PPT Kampanye Pemasaran milik Galih PerdanaPPT Kampanye Pemasaran milik Galih Perdana
PPT Kampanye Pemasaran milik Galih Perdana
 
KAMPANYE PR
KAMPANYE PRKAMPANYE PR
KAMPANYE PR
 
Makalah_3 Makalah tugas agribisnis 9
Makalah_3 Makalah tugas agribisnis 9Makalah_3 Makalah tugas agribisnis 9
Makalah_3 Makalah tugas agribisnis 9
 
57282120 pemasaran-sosial
57282120 pemasaran-sosial57282120 pemasaran-sosial
57282120 pemasaran-sosial
 
57282120 pemasaran-sosial
57282120 pemasaran-sosial57282120 pemasaran-sosial
57282120 pemasaran-sosial
 
Consumerologi And Ethics
Consumerologi And EthicsConsumerologi And Ethics
Consumerologi And Ethics
 
pertemuan 4 - PERMASALAHAN Promkes.pdf
pertemuan 4 - PERMASALAHAN Promkes.pdfpertemuan 4 - PERMASALAHAN Promkes.pdf
pertemuan 4 - PERMASALAHAN Promkes.pdf
 
Analisis dan prediksi prilaku komsumen (1).pptx
Analisis dan prediksi prilaku komsumen (1).pptxAnalisis dan prediksi prilaku komsumen (1).pptx
Analisis dan prediksi prilaku komsumen (1).pptx
 
Model perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanModel perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatan
 
Pemsos Progkes pertemuan-1.pptx
Pemsos Progkes pertemuan-1.pptxPemsos Progkes pertemuan-1.pptx
Pemsos Progkes pertemuan-1.pptx
 

More from Nasiatul Salim

PMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit
PMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakitPMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit
PMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakitNasiatul Salim
 
Kmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatan
Kmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatanKmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatan
Kmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatanNasiatul Salim
 
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem KesehatanLatar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem KesehatanNasiatul Salim
 
Critical success factors for quality
Critical success factors for qualityCritical success factors for quality
Critical success factors for qualityNasiatul Salim
 
Lima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaan
Lima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaanLima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaan
Lima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaanNasiatul Salim
 
Chapter 18 Buku The Health care Quality Book
Chapter 18 Buku The Health care Quality BookChapter 18 Buku The Health care Quality Book
Chapter 18 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 17 Buku The Health care Quality Book
Chapter 17 Buku The Health care Quality BookChapter 17 Buku The Health care Quality Book
Chapter 17 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 16 Buku The Health care Quality Book
Chapter 16 Buku The Health care Quality BookChapter 16 Buku The Health care Quality Book
Chapter 16 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 14 Buku The Health care Quality Book
Chapter 14 Buku The Health care Quality BookChapter 14 Buku The Health care Quality Book
Chapter 14 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 13 Buku The Health care Quality Book
Chapter 13 Buku The Health care Quality BookChapter 13 Buku The Health care Quality Book
Chapter 13 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 12 Buku The Health care Quality Book
Chapter 12 Buku The Health care Quality BookChapter 12 Buku The Health care Quality Book
Chapter 12 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 11 Buku The Health care Quality Book
Chapter 11 Buku The Health care Quality BookChapter 11 Buku The Health care Quality Book
Chapter 11 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 10 Buku The Health care Quality Book
Chapter 10 Buku The Health care Quality BookChapter 10 Buku The Health care Quality Book
Chapter 10 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 9 Buku The Health care Quality Book
Chapter 9 Buku The Health care Quality BookChapter 9 Buku The Health care Quality Book
Chapter 9 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 8 Buku The Health care Quality Book
Chapter 8 Buku The Health care Quality BookChapter 8 Buku The Health care Quality Book
Chapter 8 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 7 Buku The Health care Quality Book
Chapter 7 Buku The Health care Quality BookChapter 7 Buku The Health care Quality Book
Chapter 7 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 6 Buku The Health care Quality Book
Chapter 6 Buku The Health care Quality BookChapter 6 Buku The Health care Quality Book
Chapter 6 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 5 Buku The Health care Quality Book
Chapter 5 Buku The Health care Quality BookChapter 5 Buku The Health care Quality Book
Chapter 5 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 4 Buku The Health care Quality Book
Chapter 4 Buku The Health care Quality BookChapter 4 Buku The Health care Quality Book
Chapter 4 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 
Chapter 3 Buku The Health care Quality Book
Chapter 3 Buku The Health care Quality BookChapter 3 Buku The Health care Quality Book
Chapter 3 Buku The Health care Quality BookNasiatul Salim
 

More from Nasiatul Salim (20)

PMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit
PMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakitPMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit
PMK no 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit
 
Kmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatan
Kmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatanKmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatan
Kmk no. 298 ttg pedoman akreditasi laboratorium kesehatan
 
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem KesehatanLatar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
 
Critical success factors for quality
Critical success factors for qualityCritical success factors for quality
Critical success factors for quality
 
Lima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaan
Lima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaanLima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaan
Lima kemampuan dasar pelayanan lembaga kesehatan dan kemanusiaan
 
Chapter 18 Buku The Health care Quality Book
Chapter 18 Buku The Health care Quality BookChapter 18 Buku The Health care Quality Book
Chapter 18 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 17 Buku The Health care Quality Book
Chapter 17 Buku The Health care Quality BookChapter 17 Buku The Health care Quality Book
Chapter 17 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 16 Buku The Health care Quality Book
Chapter 16 Buku The Health care Quality BookChapter 16 Buku The Health care Quality Book
Chapter 16 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 14 Buku The Health care Quality Book
Chapter 14 Buku The Health care Quality BookChapter 14 Buku The Health care Quality Book
Chapter 14 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 13 Buku The Health care Quality Book
Chapter 13 Buku The Health care Quality BookChapter 13 Buku The Health care Quality Book
Chapter 13 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 12 Buku The Health care Quality Book
Chapter 12 Buku The Health care Quality BookChapter 12 Buku The Health care Quality Book
Chapter 12 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 11 Buku The Health care Quality Book
Chapter 11 Buku The Health care Quality BookChapter 11 Buku The Health care Quality Book
Chapter 11 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 10 Buku The Health care Quality Book
Chapter 10 Buku The Health care Quality BookChapter 10 Buku The Health care Quality Book
Chapter 10 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 9 Buku The Health care Quality Book
Chapter 9 Buku The Health care Quality BookChapter 9 Buku The Health care Quality Book
Chapter 9 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 8 Buku The Health care Quality Book
Chapter 8 Buku The Health care Quality BookChapter 8 Buku The Health care Quality Book
Chapter 8 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 7 Buku The Health care Quality Book
Chapter 7 Buku The Health care Quality BookChapter 7 Buku The Health care Quality Book
Chapter 7 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 6 Buku The Health care Quality Book
Chapter 6 Buku The Health care Quality BookChapter 6 Buku The Health care Quality Book
Chapter 6 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 5 Buku The Health care Quality Book
Chapter 5 Buku The Health care Quality BookChapter 5 Buku The Health care Quality Book
Chapter 5 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 4 Buku The Health care Quality Book
Chapter 4 Buku The Health care Quality BookChapter 4 Buku The Health care Quality Book
Chapter 4 Buku The Health care Quality Book
 
Chapter 3 Buku The Health care Quality Book
Chapter 3 Buku The Health care Quality BookChapter 3 Buku The Health care Quality Book
Chapter 3 Buku The Health care Quality Book
 

Recently uploaded

implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docxhurufd86
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfMeiRianitaElfridaSin
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptmutupkmbulu
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARGregoryStevanusGulto
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 

Recently uploaded (12)

implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
 

PERILAKU KESEHATAN

  • 1. 1 BAB 12 PERILAKU Pendahuluan Kinerja sistem kesehatan dan status kesehatan dipengaruhi oleh perilaku individu dalam berbagai cara. Praktek seksual dan penggunaan jarum bersama memiliki pengaruh utama pada HIV/AIDS. Tingkat vaknisasi mempengaruhi kematian janin. Dokter yang menentukan kebiasaan untuk antibiotic mempengaruhi biaya dan keefektifan program kontrol penyakit diare dan pertumbuhan daya tahan microbial. Kebiasaan mengemudi dan penggunaan sabuk pengaman mempengaruhi kematian yang disebabkan lalu lintas. Pendeknya, perubahan perilaku individu dapat memiliki dampak utama terhadap status kesehatan pribadi dan kinerja sistem kesehatan. Bab ini menjelaskan pedomankontrol kelima : metode-metode untuk mengubah perilaku individu melalui campur tangan berbasis populasi. Pedomankontrol perilaku melibatkan disain, implementasi, dan evaluasi program yang dimaksudkan untuk mengubah perilaku individu untuk meningkatkan kinerja sistem kesehatan. Usaha-usaha untuk meningkatkan kinerja sistem kesehatan dengan mengubah perilaku individu dapat menguntungkan dari pelajaran-pelajaran pemasaran komersial. Para pembaharu perlu bekerja dengan nilai, keyakinan dan persepsi konsumen karena ini adalah factor-faktor yang membentuk sikap yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan perilaku. Dalam mendisain strategi-strategi perubahan perilaku, para pembaharu kesehatan mengadapi tiga tantangan pemasaran umum (Kotler dan Levy 1969). Pertama, mereka membutuhkan definisi yang jelas mengenai produk tersebut, termasuk produk-produk tangible dan produk-produk intangible. Kedua, mereka perlu mempertimbangkan hubungan produk dengan konsumen tertentu dalam sistem kesehatan. Berbagai jenis konsumen harus dipertimbangkan: klien (atau konsumen langsung produk), pembuat keoutusan (atau pembuat kebijakan bagi sistem kesehatan), shakeholder kunci dan public umum. Ketiga, para pembaharu kesehatan perlu
  • 2. 2 mengenali peralatan yang dapat mendorong penerimaan produk oleh konsumen. Dalam bab ini , kami menguji alat-alat mengubah perilaku kesehatan kaitannya dengan empat P pemasaran. Kategori-kategori Perilaku Individu Dimanakan pedomankontrol perubahan perilaku dapat diterapkan dalam upaya pembaharuan kesehatan? Inilah empat kategori perilaku individu yang perlu dipertimbangkan:  Perilaku-perilaku pencarian perawatan Keputuan pencarian perawatan ini meliputi jenis-jenis professional kesehatan (misalnya spesialis versus generalis), tingkat fasilitas kesehatan (perawatan utama versus rumah sakit pengajaran), waktu dan lokasi perawatan dan penggunaan obat tradisional versus pemberian obat dari negara Barat. Perilaku pencarian perawatan ini penting bagi masalah kesehatan akut (misalnya trauma dan deman) dan juga masalah kesehatan kronis (penyakit diabetes dan penyakit kesehatan).  Perilaku professional kesehatan Keputusan penyedia mengenai perawatan merepresentasikan kategori penting kedua perilaku individu yang dapat diarahkan melalui pedomankontrol ini. Ada kepustakaan besar mengenai peningkatan kualitas layanan kesehatan, perubahan yang terjadi secara sering pada perilaku penyedia. Satu contoh di Negara-negara berkembang adalah proyek PROQUALI, yang bertujuan meningkatkan kualitas layanan kesehatan reproduktif di dua Negara di Brazil. Program ini didasarkan pada realisasi dinamika interpersonal hubungan penyedia-pasien dapat menjadi penentuk signifikan persepsi kualitas layanan dan dapat mempengaruhi perilaku pencarian kesehataan, sehingga mempengaruhi status kesehatan dan kepuasan konsumen. Di Negara-negara berkembang,strategi-strategi untuk mendorong penggunaan rasional obat- obatan telah melibatkan upaya mengubah praktek yang menentukan tidak hanya dokter tapi juga apoteker komersial, khususnya di lingkungan-lingkungan
  • 3. 3 dimana produk dijual tanpa resep dokter dan sering tanpa konsultasi apoteker terlatih.  Perilaku kerelaan pasien, dan Perilaku-perilaku ini meliputi penggunaan resep farmasi, mengejar penyerahan terhadap para penyedia kesehatan lain, dan jenis lain perilaku yang mengikuti perilaku perawatan. Banyak strategi-strategi memiliki tujuan mengubahperilaku kerelaan pasien melibatkan pengobatan. Contoh-contoh strategi perubahan perilaku dalam area ini meliputi upaya-upaya mendorong pasien untuk meminum semua antibiotic yang diresepkan dan upaya-upaya membesarkan pasien dengan penyakit-penyakit kronis untuk melakukan pengobatan secara teratur dan rutin.  Gaya hidup dan perilaku pencegahan Kategori keempat perilaku individu adalah keputusan konsumen mengenai kebiasaan gaya hidup yang memiliki pengaruh utama pada status kesehatan, khususnya dalam mencegah penyakit. Perilaku-perilaku ini tidak melibatkan interaksi dengan dokter professional atau fasilitas kesehatan; malahan, mereka sering menjadi subyek terhadap pengaruh-pengaruh kompleks, dari pemasaran komersial modern sampai kekuatan harapan budaya tradisional. Satu contoh program sukses untuk mengubahperilaku gaya hidup adalah kampanye sopir yang dicalonkan Proyek Alkohol Harvard (Winsten 1994) sebagai upaya mengubah perilaku social mengemudi setelah minum. Elemen-Elemen Dasar Pemasaran Sosial Bagi para pembaharu kesehatan, pemasaran social memberikan kerangka konseptual yang sukses untuk memikirkan tentang perubahan perilaku dan mengembangkan strategi-strategi praktis. Dua pendekatan utama terhadap perubahan perilaku diarahkan oleh pedomankontrol lain: insentif dan batasan, dan larangan. Dalam bagian ini , kami mengkaji elemen-elemen dasar pemasaran social- yang diatur sekitar
  • 4. 4 empat Ps pemasaran: produk, promosi, tempat dan harga sebagai dimensi kritis yang harus dimasukkan perubahan perilaku individu. Produk Langkah pertama dalam pemasaran social adalah untuk menentukan produk bagi audiens khusus. Proses ini lebih rumit dari pada nampaknya, karena ini membutuhkan analisis signifikan audien potensial berbeda. Tiga prinsip memandu definisi dan disain produk. Pertama, prinsip orientasi konsumen. Prinsip orientasi konsumen ini memberikan landasan bagi strategi perubahan perilaku. Kedua, prinsip definisi produk melibatkan segmentasi audien. Segmentasi audien tipikalnya berbasis profil psiko-sosial populasi. Ini melibatkan pengenalan nilai-nilai inti melakui analisis gaya hidup, personalitas, kebiasaan komunikasi, kesiapan terhadap perubahan, dan kebutuhan yang dirasakan. Karakteristik psiko-sosial dapat juga dikaitkan dengan factor-faktor lain yang berguna bagi segmentasi audien termasuk geografi, demografi, dan struktur social (Lefebvre & Flora 1988, 304). Prinsip dasar ketiga disain produk adalah untuk bertemu kebutuhan dasar dari pada menyediakan obyek materi atau layanan khusus. Prinsip ini juga mengikuti ajaran pemasaran komerisal, poin yang dibuat oleh Kotler dan Levy (1969) dalam artike klasik mereka pada pemasaran social. Tempat Sekali produk dan audien ditentukan, pemasar social social selanjutnya bekerja untuk membawa produk kepada audiens. Membuat keputusan di tempat melibatkan pemilihan channel yang sesuai melalui produk mana yang dikirimkan dan dibuat tersedia bagi audien. Para pembaharu perlu berpikir secara kreatif tentang channel untuk mencapai audien target, khususnya jike kelompok tersebut secara social tidak menguntungkan, umumnya terjadi dengan kampanye kesehatan masyarakat untuk imunisasi, AIDS, atau tuberculosis di Negara-negara berkembang.
  • 5. 5 Channel komunikasi umumnya dibagi menjadi tiga kategori luas: channel interpersonal, termasuk keluarga, teman dan penyedia perawatan kesehatan; channel kelompok, termasuk komunitas mobilisasi dan organisasi masyarakat sipil; dan channel media massa, termasuk cetakan, radio, dan televise (Piotrow dkk 1997, 73). Harga Mengatur harga untuk intervensi perubahan perilaku adalah langkah kritis yang mempengaruhi apakah product tersebut akan diadopsi atau digunakan. Dengan memutuskan berapa harga yang melibatkan pengaturan biaya moneter dan non moneter peniruan produk, termasuk biaya social, biaya waktu dan biaya fisik. Biaya- biaya berbeda dapat menggabungkan untuk menciptakan batasan kuat terhadap penggunaan produk atau jasa atau peniruan ide atau nilai baru. Harga juga dapat bertindak sebagai symbol nilai terhadap pengguna potensial. Di beberapa kasus, harga tinggi dibandingkan dengan produk serupa dapat menarik pembeli yang menginterpretasikan harga sebagai pencerminantnilai tinggi. Harga rendah dapat mengarahkan pada pengguna potensial untuk menghindari produk, diluar perhatian mengenai nilai rendah. Dengan mengatur harga moneter pada angka nol, seperti produk bebas, dapat mengurangi batasan keuangan terhadap akses, tapi mungkin menghasilkan penggunaan dan pemborosan tidak penting. Dengan kata lain, para konsumen mungkin menggunakan layanan kesehatan grafis bahkan saat nilai bagi mereka dibawah biaya produksi, mengindikasi bahwa lebih banyak nilai dapat menghasilkan jika sumber daya digunakan untuk memproduksi barang dan jasa lain dalam ekonomi. Dalam memutuskan harga sebuah produk, pemasar social perlu memikirkan tentang tujuan-tujuan mereka dan konteks pasar dimana menemukan diri mereka. Tiga sumber utama informasi yang relevan bagi pengaturan harga: penilaian biaya termasuk, harga produk serupa dari para pesaing, dan kepekaan harga audien target (Kotler dan Roberto 1989, 177). Dalam mengatur harga untuk usaha pemasaran social, para pembaharu harus memperhitungkan tujuan-tujuan lebih luas mengenai kebijakan harga.
  • 6. 6  Memaksimalkan jumlah pengadopsi produk Jika tujuannya adalah untuk memaksimalkan jumlah orang yang mengadopsi produk social, kemudian produk dan jasa dapat ditawarkan dengan harga rendah atau gratis. Akan tetapi, produk dan jasa gratis kadang-kadang dapat menciptakan persepsi kualitas rendah, yang dapat menghambat penggunaan, dengan demikian mengurangi tingkat adopsi produk. Seperti yang dicatat dalam bab sebelumnya, layanan yang secara nominal gratis mungkin pada prakteknya tidak gratis, sekali kita mempertimbangkan waktu dan biaya perjalanan, kebutuhan suplai yang disediakan pasien dan pembayaran dibawah meja. Sehingga para pembaharu mungkin mampu memperendah harga sebanyak yang mereka mau, jika maksimisasi penggunaan adalah tujuannya.  Ekuitas Sosial Jika kampanye perubahan perilaku dicari untuk mencapai distribusi wajar, kemudia para pembaharu dapat mengadopsi struktur harga lulusan untuk produk yang sama, dengan kelompok pendapatan lebih tinggi yang membayar lebih banyak dan kelompok pendapatan rendah kurang. Strategi pemberian harga dapat digunakan u ntuk mengurangi batasan keuangan bagi para pasien miskin, selama tidak menawarkan subsidi ke pasien kaya yang dapat membayar perawatan itu. Struktur harga lulusan membutuhkan metode menentukan status ekonomi pembeli, yang secara administrative mahal dan disubyekkan bagi favoritisme atau korupsi. alternatif agar memiliki harga beragam dengan kualitas dan membiarkan preferensi orang-orang dengan pendapatan lebiht inggi untuk kualitas tinggi mengarahkan mereka jauh dari layanan subsidi  Pemulihan Biaya Jika pemulihan biaya dari konsumen memiliki prioritas tinggi, kemudian harga pasti dapat dipilih untuk membiayai bagian biaya yang sesuai. Contoh strategi pemberian harga adalah harga tetap untuk kunjungan penyedia di rumah sakit, tanpa menghiraukan tingkat pendapatan pasien, seperti biaya pengguna untuk
  • 7. 7 pemulihan beberapa biaya operasi. Pengenalan biaya pengguna meningkatkan pertanyaan-pertanyaan utama mengenai konsekuensi ekuitas bagi pasien miskin yang dapat terhambat dari penggunaan layanan kesehatan.  Demarketing Untuk tipe produk tertentu (misalnya tembakau dan alcohol), pemasar social mengatur harga tinggi untuk mengurangi penggunaan yang dianggap tidak diinginkan pada utilitarian obyektif atau landasan komunitarian. Harga tinggi dapat digunakan untuk mengurangi layanan medis yang tidak berkontribusi pada tujuan maksimisasi kesehatan, seperti bedah kosmetik.  Maksimisasi Keuntungan Selama strategi pemberian harga maksimisasi keuntungan secara umum tidak digunakan untuk produk social, seseorang dapat membayangkan organisasi yang menyediakan produk social, seperti rehabilitasi obat-obatan dan juga memaksimalkan keuntungan-keuntungannya (Kotler dan Roberto 1989, 176- 177). Strategi monopoli klasik yang dapat diadopsi dalam kasus tersebut adalah diskriminasi harga. Harga berbeda adalah kumpulan untuk segmen pasar berbeda-berdasarkan setiap elastisitas permintaan harga segmen. Semakin peka segmen pasar untuk peningkatan harga, semakin tinggi harga yang mereka hadapi. Promosi Tujuan usaha promosi adalah untuk meningkatkan kemungkinan bahwa konsumen akan menerima produk tersebut. Rencana promosi tersebut mengidentifikasi kegiatan-kegiatan khusus dan materi-materi khusus yang akan membantu tujuan keseluruhan kampanye. Tugas terpenting dalam mendisain rencana promosi adlaah memutuskan konten pesan tersebut, bagaimana mempresentasikan pesan dan channel komunikasi mana yang digunakan. Konten pesan dapat menarik informasi tentang empat aspek berbeda mengenai produk tersebut (Kotler dan Roberto 1989, 225):  Fitur fisik/teknis (ukuran, berat, bentukd an kualitas lain yang dapat diamati)
  • 8. 8  Fitur sensori (kualitas yang dapat dirasakan, dicium,, dilihat, didengar atau dirasakan oleh orang-orang).  Keuntungan fungsional (bagaimana produk akan membantu audien target)  Keuntungan emosional/psikologis (bagaimana audien target merasakan tentang keuntungan produk bagi mereka). Tugas selanjutnya dalam mengembangkan rencana promosi adalah untuk memutuskan bagaimana mempresentasikan pesan tersebut tersebut. Langkah ketiga dalam rencana promosi adalah untuk memutuskan pada channel komunikasi. Dua startegi utama adalah komunikasi masa dan komunikasi personal. Sebagian besar program pemasaran menggunakan kombinasi pendekatan-pendekatan ini. Komunikasi Massa Dalam menggunakan komunikasi masa, para pembaharu kesehatan menghadapi dua pilihan dasar, pemberitaan gratis atau bayar. Pemberitaan bayar membiarkan para pembaharu untuk mengontrol konten dan pengaturan waktu pesan. Batasan-batasan anggaran dapat mengurangi keefektifan pendekatan ini, walauun di beberapa kasus ini mungkin memperoleh pengumuman layanan public gratis. Dalam bekerja dengan komunikasi massa, penting untuk mengembangkan hubungan media yang baik. Dengan mempersiapkan materi dan rapat dengan para reporter, pembaharu kesehatan dapat membingkai konten laporan media. Satu cara agar dapat memperoleh liputan media gratis adalah untuk mengatur peristiwa social yang dapat menyediakan “cantelan” bagi para reporter u ntuk menulis artikel dan memberikan perhatian public terhadap pesan khusus. Program televise dan radio dapat juga digunakan untuk mengiriman pesan kesehatan yang diarahkan pada perilaku individu, seperti kampanye Sopir yang Dicalonkan di Amerika Serikat yang disebutkan di banyak program televisi Hollywood. Komunikasi Personal
  • 9. 9 Poin utama komunikasi personal adalah untuk mengirimkan pesan ke individu target dalam cara yang meningkatkan kredibilitas dan penerimaannya. Ini berarti memilih tempat dan pemberi pesan yang akan memiliki pengaruh pada kelompok yang sedang anda capai. Pemicu-Pemicu Langkah terakhir dalam rencana promosi adalah untuk memutuskan tindakan yang akan memicu adopsi produk. Tindakan pemacu ini meliputi jenis insentif berbeda untuk membujuk konsumen mengadopsi produk tersebut (Kotler dan Roberto 1989, 240-241) dan dapat meliputi pembayaran dan juga pedomankontrol organisasi. Pedoman Bersyarat Pedomankontrol perilaku memiiki potensi untuk mengarahkan masalah kesehatan public yang sulit dengan menghasilkan perubahan pada perilaku individu. Pola perilaku individu membentuk penggunaan layanan kesehatan, termasuk keputusan untuk pergi secara langsung ke rumah sakit daerah dari pada pusat kesehatan local, keputusan untuk tergantung pada dukun tradisional atau penjual obat dari pada menjadi perawatan dari dokter berijin, dan keputusan untuk menghindari perawatan inap pasien sampai kondisi medis menjadi cukup serius. Contoh-contoh perubahan perilaku dalam bab ini mengilustrasikan bahwa pedoman kontrol meliputi lebih dari menjual produk atau mendisain ulang produk untuk dijual. Pedoman kontrolmembutuhkan proses iterative menemukan nilai audien target, menciptakan barang dan jasa yang sesuai dengan nilai-nilai itu dan mengevaluasi pengaruh mengimplementasikan strategi-strategi yang didisain untuk meningkatkan kemampuan penerimaan produk. Contoh memotivasi remaja untuk berpraktek menjadi sopir yang diarahkan menunjukkan bagaimana pendekatan ini dapat secara efektif diterapkan dalam praktek (WInsten 1994) Batasan-Batasan Upaya Perubahan Perilaku
  • 10. 10 Para peneliti yang memperhatikan dengan perubahan perilaku semakin sadar bahwa lingkungan social dan budaya mempengearuhi keputusan individu, khususnya perilaku kesehatan kompleks yang melibatkan hal yang intim, seperti hubungan seksual (Green 2003). Upaya-upaya untuk mengembangkan program pencegahan AIDS telah merespon realisasi ini dengan menekankan pentingnya mendisain intervensi yang sesuai secara kultural yang akan diterima dan didukung oleh komunitas khusus (Sweak dan Denison 1995). Tapi keterlibatan budaya meningkatkan masalah-masalah serius mengenai batasan upaya perubahan perilaku yang perlu dikenali para pembaharu sector kesehatan. Pembuat kesehatan public perlu menyadari bahwa ini sulit untuk menggunakan pedomankontrol perilaku untuk mengubah nilai-nilai dasar populasi target, dari pada mengubah perilaku-perilakunya. Pengiklan pribadi telah mempelajari seberapa sulit mengubah nilai-nilaidasar orang-orang, mengarahkan pemasar swasta untuk berfokus dalam mengidentifikasi preferensi dan mendisain produk untuk menghubungkan dengan nilai-nilai yang ada. Tentu saja, dengan mencoba mengubah nilai dasar dapat menentukan keefektifan akhir kampanye pemasaran social. Ini mungkin menjadi bahwa adopsi produk-produk baru dapat mengarahkan pada perubahan social lebih luas, seperti yang telah diperdebatkan untuk kontrol kelahiran dalam masyarakat Amerika. Pendekatan yang diarahkan ahli terhadap perubahan perilaku berkaitan dengan proyek bantuan internasional dapat mengarahkan para biaya imperialism budaya, dimana proyek-proyek “asing” dirasa meurbah perilaku “local.” Usaha yang diarahkan ahli seringkali tidak mengadakan penelitian mencukupi antar konsumen untuk mendisain program efektif bagi perubahan perilaku. Etika-Etika Program Perubahan Perilaku Penggunaan pedoman kontrol perilaku meningkatkan sejumlah masalah etika. Yang pertama dari masalah ini adalah keseimbangan antara imperative-imperatif etis alternative. Andaikata praktek budaya tradisional mengarahkan pada penurunan status kesehatan-misalnya kurangnya kehadiran siswi di sekolah. Ini nampaknya seperti target
  • 11. 11 nyata untuk kampanye pemasaran social. Tapi masalah ini juga melibatkan ketidakcocokan potensial antara persoalam utilitarian obyektif untuk keefektifan dan respek komunitarian relativis bagi tradisi. Seperti semua usaha pembaharuan, maslaah-masalah etis ini meningkatkan pertanyaan-pertanyaan proses dasar. Argument konsekuensialis selalu menjalankan resiko yang didasarkan pada ilmu pengetahuan buruk, atau efek samping tidak diantisipasi dan tidak diinginkan akan terjadi. Isu etis kedua meliputi seberapa jauh yang dapat dilalui Negara tersebut, seberapa memaksa jadinya, sekali ini telah mengenai perilaku itu yakin harus diubah. Kami yakinbahwa tingkat paksaan yang dapat dibenarkan sebagian tergantung pada sifat dasar masalah dan nilai masyarakat. Paksaan mungkin lebih dapat diterima untuk perilaku yang melibatkan bahaya bagi orang lain (misalnya perilaku seksual tidak terlindungi oleh orang yang tahu bahwa dia positif mengidap HIV), yang melibatkan bahaya bagi diri sendiri (misalnya keputusan oleh pengendara motor untuk tidak menggunakan helm), atau yang melibatkan biaya keuangan terhadap masyarakat (misalnya biaya kesehatan penyakit karena merokok), perilaku empiris yang memprovokasi penolakan budaya (misalnya, homoseksualitas atau minum di beberapa masyarakat) mungkin juga dihadapi secara lebih memaksa. Beberapa masyarakat juga enggan menggunakan metode paksaan untuk perilaku intim (seperti penggunaan kondom) dibandingkan dengan perilaku public (seperti penggunaan sabuk pengaman)(Steinbock 1999). Disini lagi adalah seperangka masalah y ang perlu di hadapi para pembaharu secara jujur. Penggunaan insentif untuk mendukung perubahan perilaku tertentu juga meningkatkan sejumlah pertanyaan etis mengenai paksaan. Secara khusus, pada tingkatan apa insentif dalam rencana promosi dianggap memaksa? Beberapa orang telah memaksa bahwa penggunaan insentif itu memaksa. Lainnya berpendapat bahwa jika insentif bekerja untuk membujuk seseorang untuk mengadopsi perilaku mereka tidak akan melakukannya (seperti vasektomi untuk menerima radio), kemudian bahwa tawaran itu memaksa dan secara etis tidak sesuai. Argumen berlawanan-dari utilitarian subyektif-adalah bahwa tidak ada orang yang dipaksa untuk menerima radio. Jika pertukaran bukan pada kepentingan penerima,
  • 12. 12 mereka tidak akan menerima tawar-menawar itu. Pertanyaan mengenai apakah pilihan itu benar-benar bebas, tentu saja, terpusat pada sudut pandang ini. Secara umum, tingkatan paksaan yang dianggap benar akan tergantung pada pandangan filosofis pembaharu. Perspektif paling memaksa adalah utilitarian obyektif. Jika perilaku individu mengganggu status kesehatan, kemudian tingkat paksaan tinggi dibenarkan dalam mencari untuk mengubah perilaku-perilaku itu. Pendeknya, akhir (kesehatan lebih baik) membenarkan cara tersebut (paksaan untuk mengubah perilaku). Utilitarian obyektif akan menguntungkan penggunaan intervensi lebih memaksa, seperti aturan dan larangan perilaku khusus, dan juga karantina (atau penahanan) bagi individu keras kepala, selama pendekatan tersebut akan meingkatkan kesehatan. Dilain pihak, liberal akan melwan upaya-upaya untuk membatasi otonomi individu, bahkan jika respek terhadap individu yang menghasilkan dalam perilaku tidak sehat. Tapi penganut liberalisme tidak akan menolak pembagian informasi, sejauh otonomi pilihan individu dihargai. Masalahnya adalah bahwa pembagian informasi itu sendiri cenderung tidak efektif dalam mengubah perilaku pribadi yang penting bagi kesehatan public (seperti praktek seksual, pemilihan penyedian kesehatan, kebiasaan menggunaan air, dan keputusan tentang pengobatan). Berbeda dengan penganut liberal, komunitarian akan menerima pendekatan perubahan perilaku untuk membujuk para pembaharu dan pasien untuk tunduk dengan nilai komunitas dan akan menerima penggunaan teknik yang lebih memaksa untuk perilaku yang melanggar harapan budaya. Perbedaan-perbedaan ini dalam peran paksaan, menurut posisi filosofis, menggambarkan salah satu pertanyaan etis pusat dalam kesehatan public: seberapa banyak dan apakah jenis p[aksaan yang dibenarkan untuk mengubah perilaku individu demi tujuan bersama? Pembahasan perubahan perilaku ini menggambarkan pentingnya refleksi etis dan analisis bagi pembaharu kesehatan yang menggunakan pedoman kontrol perilaku. Perubahan Perilaku dan Ekuitas
  • 13. 13 Dari masalah khusus dalam etika upaya perubahan perilaku adalah aspek ekuitas upaya-upaya tersebut. Kami melihat dua isu utama disini. Hal pertama yang harus dilakukan dengan etika insentif baru dibahas. Secara umum, individu yang miskin lebih mungkin dipengaruhi oleh insentif dari pada mereka dengan pendapatan lebih tinggi. Wanita suku miskin di India lebih mungkin menjalankan sterilisasi untukditukar dengan sari dari pada kelas menengah, bahkan saat keduanya menghadapi pilihan “bebas”. Bagaimana kita dapat memikirkan tentang hal ini? Sebuah argument menariknya adalah bahwa insentif yang tergantung dalam mengabulkan atau menyembunyikan hak dasar seseorang memaksa tanpa persetujuan hukum (Nozick 1974). Jika saya berkatan “Anda dapat memilih sterilisasi atau perbudakan,” kemudian saya dengan jelas sedang memaksa anda. Kami yakin ada analogi disini terhadap insentif keuangan signifikan bagi orang-orang yang tingkat ekonomi dasarnya tidak memberikan mereka peluang. Insentif tersebut memaksa. Mereka merupakan tawaran bahwa individu dalam maksud reliastik mampu menolak. Secara ironiis, insentif terhadap orang-orang miskin perlu menjadi cukup kecil agar dapat ditolak jika mereka menghindari masalah paksaan dan secara etis dapat diterima. Tentu saja, masalah ekuitas dasar adalah kemiskinan kelompok target untuk dimulai. Tapi itu tidak dapat dengan mudah diarahkan dalam konteks pembaharuan sector kesehatan. Masalah etis kedua melibatkan sifat rentang yang secara budaya termarginalisasi terhadap upaya perubahan perilaku. Lagi, kami mencatat diatas bahwa persoalan komunitaritarian relativis bahwa upaya kesehatan public yang diarahkan oleh ahli akan mengindahkan praktek tradisional. Di dunia, kelompok termarginalisasi rentan terhadap upaya-upaya itu, karena mereka kurang kekuatan politik untuk melindungi diri mereka dan budaya mereka (misalnya Roma di Eropa Barat atau Maya di Meksiko). Kesulitannya adalah bahwa kelompok tersebut mungkin juga mempertahankan praktek budaya yang memiliki konsekuensi kesehatan merugikan (Fonseca 1996), dengan demikian mengajukan pertanyaan etis yang tajam mengenai batasan intervensi perubahan perilaku.
  • 14. 14 Rangkuman Dalam menutup bab ini kami ingin membuat tiga poin. Pertama, mengubah perilaku individu itu penting demi implementasi rencana perubahan kesehatan yang berhasil. Kontrol perilaku memiliki batasan pada keefektifan dan perlu digunakan bersama dengan perubahan sistem kesehatan lain dalam pembiayaan, pembayaran,organisasi dan perundang-undangan, untuk mencapai peningkatan yang diinginkan dalam kinerja sistem kesehatan. Poin keduanya adalah bahwa pedoman kontrol ini menghasilkan perubahan pada perilaku individu tapi tidak mengubah struktur social atau dinamika kekuatan kebijakan kesehatan public. Akan tetapi, metode pemasaran itu kritis dalam perdebatan kebijakan public, dalam membentuk persepsi public tentang sifat dasar masalah social dan solusi kebijakan sesuai mereka, dan dalam mempengaruhi penerimaan kebijakan yang diajukan. the limits of behavior-change interventions. Poin ketiganya adalah yang menjadikan pekerjaan perubahan perilaku mengharuskan pembaharu kesehatan memobilisasi tingkat komitmen tinggi dan harapan pemasaran yang kuat. Kondisi saat pemasaran social menghasilkan perubahan perilaku belum dikhususkan secara cukup (Walsh dkk. 1993, 115-116). Secara khusus, kami memerlukan studi tambahan pada jenis pendekatan perubahan perilaku yang bekerja paling baik bagi pembaharuan kesehatan dan kondisi dibawah pendekatan-pendekatan mana yang paling mungkin sukses. Akan tetapi, bukti cukup tersedia untuk menyarankan bahwa pemikiran buruk atau usaha yang diimplementasikan dengan buruk, yang mengabaikan pelajaran yang kita punya. Sumber : Chapter 12 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance and equity